ANALYSIS OF THE FACTORS AFFECTING THE PRODUCTION OF
RUBBER FARMING SUBDISTRICT OF PANGKALAN KURAS PELALAWAN REGENCY Dinsa Iman Sari Simamora¹, Jum’atri Yusri², Novia Dewi² Program Studi Agribisnis, Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru dinsaimansari@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research is (1) knowing performance of rubber farm
effort of rubber in Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency (2) Analyze the dominant factors that influences the citizen’s production rate of rubber in Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency compare during September 2015 until Mei 2017 in Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency. This research used survey method at two central rubber production villages in Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency (Sorek Dua village and Dundangan village). The sampling technique used simple random sampling. The result of this study conclude : (1) the performance of farm effort of rubber in Pangkalan Kuras District is : wide of farmers rubber average 2 ha, average’s rubber age is 22nd years old, total’s rubber average is 549 trees/ha, total devote of labor average is 209.97 HKP/ha/year to consist of 44.37% (TKDK) and 55.62% (TKLK), The average of herbisida give is 83.37 liter/ha/tear, average of production is 2985 kg/ha/year. The production factor of rubber farm effort in Pangkalan Kuras District consist of land wide, labor, herbisida, manure, and seet. In this research the farmer aren’t do the fostering because they have the equity’s limited. (2) production factor that significant to rubber on 20% of real standard are plant’s age, plant’s total, devote’s labor and herbisida. Keywords: Dominant Factor, Performance, Rubber Production
PENDAHULUAN
Karet merupakan salah satu perkebunan karet terbesar di
komoditi perkebunan yang Kabupaten Pelalawan. Luas memberikan kontribusi yang besar perkebunan karet di Kecamatan terhadap perekonomian masyarakat Pangkalan Kuras 5.179,00 Ha yang di Provinsi Riau. Luas perkebunan memberikan kontribusi sebesar 21% karet Riau pada tahun 2014 terhadap total produksi karet di mencapai 502.906 ha dan produksi Kabupaten Pelalawan. Selama sebanyak 367.260 ton (BPS, 2015). periode 2012 – 2014 produksi karet Kecamatan Pangkalan Kuras di Kecamatan Pangkalan Kuras merupakan wilayah dengan luas mengalami penurunan yang cukup
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 1
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 signifikan yaitu terjadi penurunan sampling). Jumlah sampel ditetapkan sebesar 41,84% (BPS, 2015). sebanyak 60 petani. Terjadinya penurunan produksi yang Penelitian ini menggunakan data signifikan tersebut memunculan primer yang dikumpulkan dengan pertanyaan bagaimana kondisi metode wawancara secara langsung perkebunan karet di Kecamatan dengan petani sampel. Pangkalan Kuras. Sebagian besar 3. Analisis Data produksi karet di Kecamatan Ada dua analisis data yaitu Pangkalan Kuras berasal dari analisis deskriptif dan analisis perkebunan rakyat dengan kuantitatif dengan pendekatan produktifitas yang rendah.. ekonometrika. Analisis deskriptif Tinggi rendahnya produksi suatu digunakan untuk menjawab tujuan perkebunan tidak lepas dari beberapa penelitian pertama (1) yaitu faktor yang mempengaruhinya memaparkan kondisi keragaan diantaranya manajemen budidaya usahatani karet rakyat di Kecamatan dan jumlah pemberian faktor pangkalan Kuras dan analisis produksi. ekonometrika digunakan untuk Tujuan penelitian ini adalah (1) menjawab tujuan penelitian kedua mengetahui keragaan usahatani karet (2) yaitu menganalisis faktor faktor rakyat di Kecamatan Pangkalan produksi yang dominan Kuras Kabupaten Pelalawan. (2) mempengaruhi produksi karet rakyat menganalisis faktor-faktor apa yang di Kecamatan Pangkalan Kuras. dominan mempengaruhi tingkat 3.1 Spesifikasi Model produksi karet rakyat di Kecamatan Analisis faktor faktor produksi Pangkalan Kuras Kabupaten yang mempengaruhi produksi karet Pelalawan. dilakukan dengan membangun model METODE PENELITIAN fungsi produksi Cobb Douglass. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Diduga faktor faktor yang Penelitian ini dilaksanakan di dua mempengaruhi produktivitas karet sentra produksi karet di Kecamatan rakyat di Kecamatan Pangkalan Pangkalan Kuras yaitu Desa Sorek Kuras adalah jumlah tanaman, umur Dua dan Desa Dundangan. Lokasi tanaman, jumlah curahan tenaga penelitian ini ditentukan secara kerja dan jumlah pemakaian purposive dengan pertimbangan herbisida. Secara matematik, fungsi bahwa daerah tersebut merupakan produksi tersebut sebagai berikut: daerah yang memiliki perkebunan Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 eu karet terluas di Kecamatan pangkalan …………..…………..………...(2) Kuras. Penelitian dilakukan pada dimana: Bulan September 2015 sampai Y = Jumlah produksi karet dengan Bulan Mei 2017. (Kg/hektar/tahun) 2. Metode Pengambilan Sampel X1 = Umur tanaman dan Data X2 = Jumlah tanaman Penelitian menggunakan metode (Pohon/hektar/tahun survei. Populasi penelitian adalah X3 = Tenaga kerja petani karet di Desa Sorek Dua dan (HKP/hektar/tahun) Desa Dundangan dengan umur X4 = Herbisida tanaman 13-25 tahun. Sampel (Liter/hektar/tahun) diambil secara acak (random b0 = Intersep 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 2 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 b1...b5 = Koefisien regresi untuk Inflation Factor). Apabila nilai VIF setiap variabel penjelas. < 10 maka dapat dikatakan tidak e = Logaritma natural, e=2,718 terdapat multikolinieritas yang Untuk memudahkan pendugaan sempurna dalam model regresi terhadap persamaan diatas maka 3. Uji Heteroskedastisitas persamaan tersebut diubah menjadi Salah satu metode pengujian model linear dengan cara yang bisa digunakan untuk menguji melogaritmakan persamaan tersebut, heteroskedastisitas adalah uji statistic yaitu sebagai berikut: Breusch-Pagan. Kriteria yang Ln Y = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 digunakan adalah apabila nilai X2 + b3 Ln X3 + b4...............(3) TABEL < nilai probabilitas Obs*R 3.2 Pendugaan Model Fungsi Square pada taraf nyata 20% maka Produksi dapat dikatakan tidak terjadi Model diestimasi dengan heteroskedastisitas dalam model metode kuadrat terkecil dengan regresi (Widarjono, 2009) bantuan software SAS versi 9.0 4. Uji Autokorelasi 3.3 Uji Pelanggaran Asumsi Menurut Pyndick dan Klasik. Rubinfeld (1998) pengujian Sebelum hasil estimasi autokorelasi dapat dilakukan dengan digunakan, terlebih dahulu dilakukan membandingkan nilai statistik hitung evaluasi untuk memastikan bahwa Durbin Watson pada perhitungan model tersebut bebas dari kasus regresi dengan statistik tabel Durbin normalitas, multikolinieritas, Watson pada tabel. Dasar heteroskedastisitas dan autokorelasi pengambilan keputusan adalah yang dikenal dengan uji pelanggaran sebagai berikut : asumsi klasik. 0 < DW < DL : a. Uji Normalitas Terjadi autokorelasi positif Uji normalitas digunakan untuk 4 < DL< DW< 4 : mengetahui apakah residual atau Terjadi autokorelasi negatif variabel pengganggu berditribusi DU< DW< 4-DL : Tidak normal atau tidak (Ghozali, 2011). terjadi autokorelasi positif Pada penelitian ini, uji normalitas atau negatif menggunakan uji Shapiro-Wilk. DL < DW< DU : Tidak Kriteria yang digunakan adalah jika dapat disimpulkan nilai probabilitas Shapiro-Wilk > α 4. Uji F, Koefisien Determinasi (1%), maka data dikatakan (R2), dan Uji Individual (Uji t) berdistribusi normal (Thomas, 1997 ; Uji F digunakan untuk Verbeek et al 2000). menentukan signifikan pengaruh 2. Uji Multikolinieritas peubah peubah independen terhadap Menurut (Widarjono, 2009) uji peubah dependen. Caranya dengan multikolinieritas digunakan untuk membandingkan antara nilai kritis F mengetahui apakah terdapat korelasi (Ftabel) dengan nilai F ratio (Fhitung) antara peubah independen (X) dalam yang terdapat pada TabelAnalysis of model regresi. Pada penelitian ini, Variance (ANOVA) dari hasil untuk menguji apakah dalam model perhitungan. Jika Fhitung > Ftabel, maka regresi ditemukan adanya korelasi variasi peubah peubah independen antar peubah independen dapat (Xi) berbeda nyata dalam dilihat dari nilai VIF (Variance 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 3 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 menjelaskan peubah dependen (Y) Ha : β1 > 0; artinya umur dan jika Fhitung < Ftabel, berarti tanaman berpengaruh nyata peubah-peubah independen tidak positif terhadap jumlah produksi berbeda nyata menjelaskan peubah karet. dependen. Nilai F hitung dapat 2. Pengaruh jumlah tanaman menggunakan rumus sebagai berikut terhadap jumlah produksi karet. (Alfigari, 2002): H0 : β2 ≤ 0; artinya jumlah F= tanaman tidak berpengaruh nyata atau berpengaruh negatif ……………………(5) terhadap jumlah produksi karet. Seberapa besar proporsi Ha : β2 > 0; artinya jumlah variasi peubah dependen dijelaskan tanaman berpengaruh nyata oleh semua peubah independen positif terhadap jumlah produksi ditunjukkan oleh nilai koefisien karet. determinasi (R2). Persamaan 3. Pengaruh tenaga kerja terhadap determinasi dapat ditulis sebagai produksi karet. berikut (Widarjono,2009): H0 : β4≤ 0; artinya tenaga kerja ∑ ̂ ̅ tidak berpengaruh nyata atau R2 = ∑ ̂ ̅ …………… (6) berpengaruh negatif terhadap Nilai koefisien determinasi jumlah produksi karet. ini terletak antara nol dan satu. Ha : β4> 0; artinya tenaga kerja Apabila nilai koefisien determinasi berpengaruh nyata positif (R2) kecil artinya peubah-peubah terhadap jumlah produksi karet. independen hanya mampu 4. Pengaruh herbisida terhadap menjelaskan variasi peubah produksi karet. dependen secara terbatas. H0 : β5 ≤ 0; artinya herbisida Sebaliknya, bila nilainya mendekati tidak berpengaruh nyata atau satu artinya peubah-peubah berpengaruh negatif terhadap independen mampu menjelaskan jumlah produksi karet. semua informasi yang dibutuhkan Ha : β5 > 0; artinya herbisida untuk memprediksi variasi peubah berpengaruh nyata positif dependen (Widarjono, 2009). terhadap jumlah produksi karet. Uji t adalah uji untuk mengetahui pengaruh setiap variabel HASIL DAN PEMBAHASAN independen secara individual 1. Keragaan Usahatani Karet di terhadap variabel dependen. Kecamatan Pangkalan Kuras Kriteria pengujian adalah Apabila Kabupaten Pelalawan ttabel> thitung, maka H0 ditolak dan H1 1.1 Luas Lahan diterima. Pengujian dilakukan pada Luas lahan petani sangat tingkat kepercayaan 80% ( α 20%). berpengaruh terhadap hasil produksi Hipotesis yang akan diuji meliputi: karena semakin besar luas lahan 1. Pengaruh umur tanaman yang diusahakan semakin besar pula terhadap jumlah produksi karet. hasil yang diperoleh dan begitu juga H0 : β1 ≤ 0; artinya umur sebaliknya. Rata-rata luas lahan tanaman tidak berpengaruh perkebunan karet petani di lokasi nyata atau berpengaruh negatif penelitian adalah 2 ha dengan terhadap jumlah produksi karet. rentang 0.5 – 3 ha.
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 4
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 Menurut Fadholi (1988) dalam menghasilkan pada tanaman karet Putra (2007), pada dasarnya petani adalah selama 25 tahun sadap dengan dapat dikelompokkan atas 4 sifat produksi sebagai berikut: golongan berdasarkan luas lahan, a. Kelas Taruna bersifat belum yaitu : (1). Golongan petani luas (>2 potensial (6-12 tahun), Ha), (2). Golongan petani sedang b. Kelas Muda bersifat potensial (0,5-2 Ha), (3). Golongan petani (13-18 tahun), sempit (0,5 Ha) dan (4). Golongan c. Kelas Dewasa bersifat sangat buruh tani. potensial (19-23 tahun), Tabel 1. Sebaran petani berdasarkan d. Kelas Tua bersifat kurang luas lahan potensial (24-27 tahun), Luas Jumlah e. Kelas Tua Rusak bersifat tidak Persenta No Lahan Sampel potensial (> 27 tahun). se (%) (Ha) (jiwa) Umur tanaman karet rakyat di 1 0.5-2 54 90 lokasi penelitian bervariasi antara 13- 2 >2 6 10 27 tahun dengan rata-rata 22 tahun. Jumlah 60 100 Umur tanaman karet petani di lokasi penelitian sebagian besar pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok yang potensial sebagian besar luas lahan petani berproduksi. Kelompok terbesar berada pada kelompok 0,5 - 2 ha yaitu 70% adalah petani yang (90%), berarti sebagian besar petani mempunyai tanaman karet dengan karet rakyat di lokasi penelitian umur 19-23 yang bersifat adalah petani golongan sedang. produksinya sangat potensial 1.2 Umur Tanaman Karet selanjutnya kelompok terbesar kedua Karet merupakan tanaman (26,67%) adalah petani dengan umur tahunan yang dapat tumbuh sampai tanaman yang bersifat potensial ( 13 dengan umur 30 tahun. Tanaman – 18 tahun) Kelompok terkecil karet akan siap disadap pada umur 4- adalah petani dengan umur 6 tahun. Namun sering kali dijumpai tanamannya diantara 24 - 27 tahun. tanaman belum siap disadap walau Sebaran petani berdasarkan umur umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Ini tanaman disajikan pada Tabel 10. terjadi akibat kondisi lingkungan dan Tabel 2. Sebaran Petani pemeliharaan yang kurang Berdasarkan Umur mendukung pertumbuhan tanaman. Tanaman Karet Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 Umur Jumlah Persenta tahun. Menurut Didit dan Agus No Tanaman Responden se (%) (tahun) (2005) produksi karet umumnya akan semakin meningkat sesuai dengan semakin bertambahnya umur 1 13-18 16 26.67 tanaman. Produksi karet akan terus 2 19-23 42 70 meningkat hingga mencapai 3 24-27 2 3.33 puncaknya, setelah itu produksinya 4 > 27 0 0 akan terus menurun sampai Jumlah 60 100 diremajakan kembali. Budiman (2012), menyebutkan bahwa komposisi umur tanaman
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 5
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 1.3 Jumlah Tanaman Karet petunjuk budidaya tanaman karet Jarak tanam pada budidaya jarak tanam karet disesuaikan dengan karet akan menentukan banyaknya jumlah pokok yang dikehendaki, jika jumlah tanaman yang dapat ditanam jarak tanam 4.19 m x 4.15 m jumlah pada lahan. Semakin tinggi dan lebar tanaman 575 pohon/ha, jika jarak tajuk tanaman, harus semakin jauh tanam 5m x 3.6 m jumlah tanaman jarak antara tanamannya, dengan 555 pohon/hektar (Arifin, 1991). harapan tajuk tanaman dan akar Sedangkan penggunaan jumlah tanaman tidak saling bertaut. tanaman dalam satu hektar 477 Idealnya, semakin jauh jarak antar pohon/hektar, dengan jarak tanam 3 tanaman akan semakin baik hasilnya. x 7 meter (Didit dan Agus, 2005). Meskipun demikian, prinsip ini Jumlah tanaman karet petani di bertentangan dengan efisiensi lokasi penelitian bervariasi mulai penggunaan lahan. Karenanya, untuk dari 4000 sampai dengan 665 setiap jenis tanaman harus ditentukan pohon/ha dengan rata-rata 549 jarak tanam optimal. Yaitu jarak pohon/ha. Sebagian besar jumlah tanam yang tidak menghambat tanaman karet rakyat yang dimiliki pertumbuhan dan penggunaan lahan petani 400-600 (75%). tetap efisien. Berdasarkan buku
Tabel 3. Sebaran Petani Berdasarkan Jumlah Tanaman Karet
Jumlah Tanaman No Jumlah (Jiwa) Persentase (%) (Pokok/ha) 1 400-600 45 75 2 ≥ 600 15 25 Jumlah 60 100
2. Penggunaan Sarana Produksi Pada
Budidaya Karet Rakyat Penggunaan sarana produksi karet di penelitian di Kecamatan Pangkalan Kecamatan Pangkalan Kuras Kuras Kabupaten Pelalawan, petani Kabupaten Pelalawan terdiri dari tidak memberikan pupuk dikarenakan prouktivitas karet, tenaga kerja, keterbatasan modal yang dimiliki. herbisida dan pupuk. Pada saat
Tabel. 4. Sebaran Petani Berdasarkan Curahan Tenaga Kerja
Rata-rata penggunaan tenaga Kegiatan Total No kerja (HKP/ha/thn) (HKP/ha/thn) TKDK TKLK 1 Pengendalian Gulma Secara Manual 40,17 (43,11 %) 0,00 (0,00%) 40.17 2 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi 0,00 (0,00%) 1,93 (1,65%) 1.93 3 Pemupukan 3,40 (3,74%) 2,12 (1.81%) 5.52 4 Penyadapan 42,45 (45,56%) 99,15 (84,89%) 141,6 5 Pemanenan 7,15 (7,67%) 13,60(11,64%) 20,75 Jumlah 93,17(44,37) 116,8 (55,6) 209,9 Tabel 4 menunjukkan bahwa 93.17 HKP/ha/tahun (44.37%) total curahan tenaga kerja pada bersumber dari Tenaga Kerja Dalam usahatani karet rakyat Keluarga dan 116.8 HKP/ha/tahun 209.9 HKP/ha/tahun dengan rincian (55.6%). Penggunaan tenaga kerja
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 6
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 untuk penyadapan menjadi yang jenis herbisida tiap petani tidak sama paling besar (141,6 HKP/ha/tahun) tergantung kondisi dilapangan. karena penyadapan dilakukan hampir Petani melakukan kegiatan setiap hari sehingga secara langsung pemberantasan hama dan penyakit mempengaruhi tenaga kerja yang karet sebanyak satu kali dalam menyebabkan tenaga kerja setahun dengan bantuan alat penyadapan menjadi lebih tinggi pertanian seperti parang babat dibandingkan yang lainnya. maupun mesin babat (Siregar, 2015) Penggunaan tenaga kerja yang paling 2.2 Produksi dan Produktivitas kecil adalah pengendalian gulma Produksi perkebunan karet secara kimiawi (1.93 HKP/ha/tahun) adalah berupa lateks yaitu cairan Hal ini dikarenakan pengendalian getah yang didapat dari bidang sadap gulma secara kimiawi hanya pohon karet. Cairan getah ini belum dilakukan satu kali dalam setahun mengalami penggumpalan, baik itu sehingga penggunaan HKP menjadi dengan tambahan atau tanpa lebih sedikit. tambahan (cuka). Petani di lokasi 2.1 Penggunaan Herbisida penelitian menjual hasil produksi Hebisida merupakan salah satu berupa ojol yaitu lateks yang sudah sarana produksi yang digunakan mengalami penggumpalan baik petani saat melakukan kegiatan secara alami yaitu dengan bantuan pengendalian gulma secara kimiawi. sinar matahari atau dengan tambahan Alat yang digunakan berupa cuka. knapsack hand sprayer atau yang Menurut Setyamidjaja (1993) biasa disebut dengan tangki semprot dalam Dewi (1996), produksi karet yang berukuran 15 liter. Herbisida rakyat hanya sekitar 300-400 yang biasa digunakan oleh petani kilogram karet kering per hektar, adalah round up jenis sistemik sedangkan untuk perkebunan besar Dalam aplikasi penyemprotannya dan swasta dapat mencapai 1.000- sebagian besar petani hanya 1.500 kilogram karet kering per melakukan satu sampai dua kali hektar per tahun. Produksi dan penyemprotan dalam satu tahun. produktivitas karet dapat dilihat pada Tabel 5. Sebaran Petani Berdasarkan Tabel 6. Sebaran Petani Berdasarkan Jumlah Penggunaan Produksi dan Produktivitas Herbisida Tanaman Karet Jenis Dosis Persent No Uraian Jumlah herbisid (Liter/ha ase 1 Jumlah Produksi 286.512 (Jiwa) a /thn) (%) 2 Produktivitas 2.985 Round- 50-80 21 35 up ≥ 80 39 65 Tabel 6 menunjukkan bahwa Jumlah 60 100 jumlah produksi karet petani Tabel 5 menerangkan bahwa responden sebesar 286.512 kg/luas penggunaan herbisida di Kecamatan garapan/tahun dan produktivitas Pangkalan Kuras Kabupaten sebesar 2.985kg/ha/tahun. Pelalawan dengan rincian 50-108 Produktivitas ini relatif lebih rendah liter/ha/tahun dengan rata-rata dari produktivitas karet di daerah penggunaan herbisida di Kecamatan lain, Atika (2015) melaporkan hasil Pangkalan Kuras adalah sebesar penelitiannya menyimpulkan bahwa 83.37 liter/ha/tahun. Penggunaan produktivitas karet di Indragiri Hulu
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 7
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 yang di) sebesar 3.558 kg/ha dan menerapkan standar budidaya serta Nazipah (2015 melaporkan dari hasil pemeliharaan kebun karet dan juga penelitiannya produktivitas karet di teknologi pasca panen yang Kuantan Singingi sebesar 3.254 direkomendasikan, (2) manajemen kg/ha. Relatif lebih rendahnya budidaya seperti pemberian pupuk produktivitas karet rakyat di lokasi belum dilakukan sesuai rekomendasi. penelitian diduga disebabkan oleh (3) kemampuan sumberdaya petani faktor-faktor antara lain : (1) masih rendah. Faktor-faktor tersebut mayoritas petani belum saling mempengaruhi satu sama menggunakan bahan tanam klon lainnya. karet unggul (okulasi) dan belum 3. Estimasi Model Fungsi Produksi Tabel 7. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglass dengan Menggunakan Program SAS Koefisien Standard Variable t Hitung Pr > |t| VIF Regresi Error Intercept 348.645 0,58584 5,95 < 0.0001 0 Umur tanaman (LX1) -0,17674 0,12308 -1,44 0,1567 107.608 Jumlah tanaman 7,79 < 0.0001 336.900 (LX2) 0,44206 0,05678 Tenaga kerja (LX3) 0,19639 0,03240 6,06 < 0.0001 325.809 Herbisida (LX4) 0,39962 0,13219 3,02 0,0038 269.836 Adj R2 = 0.9299 DW = 2.138 R2 = 0.9346 F-hitung = 196.58
Berdasarkan tabel diketahui 3.1.2 Uji Multikolinieritas
2 bahwa nilai R yaitu 0,9346 artinya Berdasarkan hasil analisis data bahwa variabel penjelas berupa umur memperlihatkan bahwa nilai VIF tanaman, jumlah tanaman, tenaga kerja untuk setiap variabel penjelas dan herbisida dapat menerangkan adalalah 1.07608 sampai dengan sebesar 93,46% terhadap produksi 2.69836. Nilai VIF tersebut kurang yang dihasilkan. Sedangkan sebesar dari 10 maka dapat disimpulkan 6,54% lagi diterangkan oleh faktor- bahwa tidak terjadi multikolinieritas faktor lain yang tidak dimasukkan ke pada model yang telah dibangun dalam model. Model signifikan secara (Widarjono, 2009) statistik pada α 5% F-hitung (196.58) 3.1.3 Uji Heteroskedastisitas model yang dibentuk dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujan 3.1 Pelanggaran Asumsi Klasik data memperlihatkan bahwa hasil 3.1.1 Uji Normalitas perhitungan statistik Breusch-pagan Berdasarkan hasil pengujan sebesar 8.47 dengan nilai data memperlihatkan bahwa hasil probabilitas 0.0757. Nilai tersebut perhitungan statistik Shapiro-Wilk berbeda nyata dengan nol pada taraf untuk produksi karet adalah 0,94 nyata 10 persen. Hal ini menyatakan dengan nilai probabilitas > 0,0001. bahwa model telah bersifat Nilai tersebut berbeda nyata dengan homoskedastisitas, dimana tidak nol pada taraf nyata 1 persen. Hal ini terjadi masalah heteroskedastisitas dapat disimpulkan bahwa model menggunakan uji statisitik Breusch- penggunaan faktor produksi karet pagan (Widarjono, 2009) berdistribusi normal (Thomas, 1997 ; Verbeek et al 2000)
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 8
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 3.1.4 Uji Autokorelasi akan menurunkan jumlah produksi Berdasarkan hasil pengujian sebesar 0.17674 persen. data memperlihatkan bahwa hasil Menurut Anwar (2011) umur perhitungan nilai DW pada model yang sangat potensial pada tanaman yang dibangun yaitu sebesar 2.138. karet menghasilkan adalah pada Sedangkan dari Tabel distribusi DW umur 19-23 tahun. Rata-rata umur dengan taraf nyata 5 persen diperoleh tanaman karet di Kecamatan nilai dL sebesar 1.4443, du sebesar Pangkalan Kuras adalah 20 1.7274, dan 4- dL sebesar 1.4439, berarti apabila nilai DW berada tahun/ha/tahun dan termasuk dalam diantara nilai dL (1.4443) dan 4-dL kategori sangat potensial. Hal ini (1.4439) maka tidak terjadi masalah sesuai dengan pernyataan Didit dan autokorelasi pada model yang Agus (2005) dalam Nazipah (2015) digunakan (Pyndick dan Rubinfeld, bahwa produksi karet umumnya akan 1998) semakin meningkat sesuai dengan 4. Faktor-Faktor Dominan Yang semakin bertambahnya umur Mempengaruhi Produksi Karet tanaman. Produksi karet akan terus Semua variabel yang diduga meningkat hingga mencapai mempengaruhi produksi signifikan puncaknya, setelah itu produksinya secara statistik terhadap produksi. akan terus menerus sampai Tiga variabel yaitu jumlah tanaman, diremajakan kembali. tenaga kerja dan herbisida signifikan b. Variabel Jumlah Tanaman (X2) pada α 1%, sedangkan variabel umur Koefisien regresi untuk tanaman signifikan pada α 20% variabel jumlah tanaman adalah Nilai koefisien regresi produksi positif. Artinya apabila jumlah karet di Kecamatan Pangkalan Kuras tanaman meningkat maka jumlah sebesar 0,869. Nilai elastisitas produksi karet akan meningkat. tersebut lebih kecil dari satu yang Nilai koefisien regresi pada jumlah berarti bahwa usahatani karet rakyat tanaman adalah sebesar 0.44206 di Kecamatan pangkalan Kuras yang berarti bahwa setiap berada pada kondisi decreasing peningkatan 1 persen jumlah return to scale, yang berarti bahwa tanaman akan meningkatkan jumlah setiap penambahan faktor produksi produksi sebesar 0.44206 persen, akan memberikan penambahan demikian pula sebaliknya, setiap produksi yang lebih kecil, yaitu jika Rata-rata jumlah tanaman di faktor faktor produksi ditambah Kecamatan Pangkalan Kuras adalah sebesar 1 persen, akan memberikan 549 pohon/ha/tahun. Menurut Didit penambahan produksi hanya sebesar dan Agus (2005) penggunaan 0,869 persen. jumlah tanaman dalam satu hektar a. Variabel Umur Tanaman (X1) adalah 477 pohon/ha dengan jarak Koefisien regresi untuk variabel tanam 3x7 meter. Hal ini umur tanaman adalah negatif. menunjukkan bahwa jumlah Artinya apabila umur tanaman tanaman berpengaruh terhadap meningkat maka jumlah produksi produksi karet, sehingga dapat akan berkurang. Nilai koefisien memberikan gambaran bahwa faktor regresi umur tanaman sebesar jumlah tanaman merupakan faktor 0.17674 yang berarti bahwa setiap produksi yang paling besar peningkatan 1 persen umur tanaman pengaruhnya dalam menentukan jumlah produksi karet. Berdasarkan 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 9 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 hal tersebut petani masih dapat dengan asumsi faktor-faktor menambah jumlah tanaman karet produksi lainnya tetap. yang dibudidayakan karena setiap Herbisida yang biasa penambahan input akan digunakan oleh petani di Kecamatan meningkatkan output. pangkalan Kuras adalah round up. c. Variabel Tenaga Kerja (X3) Rata-rata jumlah pemakaian Koefisien regresi untuk variabel herbisida pada usahatani karet tenaga kerja adalah positif. Artinya rakyat di Kecamatan Pangkalan apabila jumlah tenaga kerja Kuras adalah sebesar 83,37 meningkat maka jumlah produksi liter/ha/tahun dan jumlah dosis 50- juga akan meningkat. Nilai koefisien 80 liter/ha (35%) dan ≥ 80 liter/ha regresi pada tenaga kerjaadalah (65%), dengan simpangan baku sebesar 0.19639 yang berarti bahwa 0,01308. Pemberian herbisida setiap setiap peningkatan 1 persen tenaga petani relatif sama, tergantung dari kerja akan meningkatkan jumlah luas lahan yang dimiliki serta produksi sebesar 0.19639 persen, banyaknya hama atau penyakit dan demikian pula sebaliknya, setiap gulma pada lahan petani karet. terjadi pengurangan 1 persen tenaga Hasil tersebut sesuai dengan kerja, maka akan menurunkan pernyataan Siregar (2015) dalam jumlah produksi sebesar 0.19639 skripsi yang berjudul analisis persen dengan asumsi faktor perbandingan pendapatan petani produksi lainnya tetap. karet pola eks upp tcsdp dan pola Rata-rata jumlah pemakaian swadayadi kecamatan pangkalan tenaga kerja baik dalam keluarga dan kuraskabupaten pelalawan bahwa luar keluarga adalah sebesar 209,97 penggunaan herbisida tergantung HKP/ha/tahun.Pengaruh penggunaan dari ada tidaknya atau banyak tenaga kerja terhadap produksi sedikitnya gangguan tanaman bernilai positif sehingga dapat karena hama dan penyakit serta menaikkan produksi karet dengan gangguan gulma. Oleh karena itu melakukan peningkatan penggunaan tindakan penyelematan maupun tenaga kerja tanpa mengurangi menghindari resiko panen karena penggunaan faktor produksi lain. ganggunan tanaman ini perlu d. Variabel Herbisida (X4) antisipasi oleh petani melalui Koefisien regresi untuk penggunaan herbisida atau obat- variabel herbisida adalah positif. obatan secara tepat dan Artinya apabila pemberian herbisida berkesinambungan selama meningkat maka jumlah produksi berlangsungnya proses produksi, karet akan meningkat. Nilai sehingga peningkatan penggunaan koefisien regresi pada herbisida herbisida perlu dilakukan adalah sebesar 0.39962 yang berarti KESIMPULAN DAN SARAN bahwa setiap peningkatan 1 persen Kesimpulan pemberian herbisida akan 1. Keragaan usahatani karet rakyat di meningkatkan jumlah produksi Kecamatan pangkalan Kuras adalah: sebesar 0.39962 persen, demikian (a) Luas lahan karet petani rakyat pula sebaliknya, setiap terjadi rata-rata 2 ha dengan proporsi pengurangan 1 persen pemberian terbesar (90 %) pada kelompok luas herbisida,akan menurunkan jumlah lahan 0.5 -2 ha. (b) Umur tanaman produksi sebesar 0.39962 persen karet rata-rata 22 tahun dengan 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 10 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 proporsi terbesar (70%) pada kelompok umur 19-23 tahun. (c) DAFTAR PUSTAKA Jumlah tanaman rata-rata 549 Atika, SN. 2015. Analisis pohon/ha dengan proporsi terbesar Produktivitas, Pendapatan (75%) pada kelompok 400- Dan Kesejahteraan Petani 600/ha.(d) Jumlah curahan tenaga Karet Eks Upp Tcsdp Di kerja rata-rata 209,97 HKP/ha/tahun Desa Semelinang Darat yang bersumber darai Tenaga Kerja Kecamatan Peranap Dalam Keluarga sebesar 44.37% dan Kabupaten Indragiri Hulu. 55.62%. (e) Petani tidak melakukan Skripsi Fakultas Pertanian pemupukan dan jumlah pemakaian Universitas Riau. Pekanbaru. herbisida hanya 1 kali dalam 1 tahun (Tidak dipublikasikan). dengan jumlah pemberian 83.37 litert/ha/tahun. (e) Produktivitas rata- BPS. 2015. Riau Dalam Angka rata 2985 kg ojol/ha/tahun 2014. Badan Pusat Statistik 2. Faktor produksi yang dominan Provinsi Riau. Pekanbaru mempengaruhi produktivitas adalah BPS. 2015. Pelalawan Dalam Angka umur tanaman, jumlah tanaman, 2014. Badan Pusat Statistik curahan tenaga kerja dan penggunaan Kabupaten Pelalawan. herbisida. Nilai elastisitas produksi Pelalawan sebesar 0.1013 dan 0.8636. Nilai elastisitas produksi karet di Budiman, H. 2012. Budidaya Karet Kecamatan Pangkalan Kuras sebesar Unggul. Pustaka Baru Press. 0,869 berada pada kondisi Yogyakarta. decreasing return to scale yang berarti bahwa setiap penambahan Dewi, N. 1996. Analisis Efisiensi faktor produksi akan memberikan Faktor Produksi Pupuk penambahan produksi yang lebih Dan Tenaga Kerja Pada kecil, yaitu jika faktor-faktor Usahatani Karet Petani produksi ditambah sebesar 1 persen, Peserta PPBPR Di akan memberikan penambahan Kecamatan Rambah produksi sebesar 0,869 % Kabupaten Kampar. Skripsi Saran Fakultas Pertanian 1. Dalam rangka mengoptimlakan Universitas Riau. Pekanbaru. produksi karet pemerintah dapat (tidak dipublikasikan). melakukan peremjaan tanaman karet Didit, H dan Agus, A. 2005. pada tanaman tua, penyediaan pupuk Petunjuk Lengkap bersubsidi dan penggunaan klon Budidaya Karet. PT. Agro unggul untuk meningkatkan produksi Media Pustaka. Jakarta. dan produktivitas karet rakyat. 2. Petani karet mampu menjaga dan Fadholi, Hernanto. 1988. Ilmu tetap memperhatikan faktor-faktor Usahatani. Penebar produksi usahatani karet yang ada Swadaya. Jakarta agar hasil dari usahatani karet yang dimiliki menjadi lebih baik lagi dan Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis menghasilkan jumlah produksi yang Multivariate Dengan lebih banyak dengan kondisi cuaca Program IBM SPSS 19. yang tidak pasti. 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 11 2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017 Badan Penerbit Universitas Pyndick, R.S and D.L Rubinfeld. Diponegoro. Semarang. 1998. Econometric Models Nazipah. 2015. Analisis Efisiensi And Economic Forecast. 4th Penggunaan Fakto-Faktor Ed. McGraw-Hill Int’1 Produksi Usahatani Karet Edition Rakyat di Kabupaten Kuantan Singingi. Skripsi Setyamidjaja, D. 1993. Karet Fakultas Pertanian Budidaya Dan Pengolahan. Universitas Riau. Kanisius. Yogyakarta Pekanbaru. (Tidak dipublikasikan) Thomas, R.L. 1997. Modern Economometrics an Putra, P. 2007. Distribusi Introduction. Addison Pendapatan dan Tingkat Wesley Longman. Harlow. Kemiskinan Petani Karet di Desa Sei Geringging Widarjono, A. 2009. Ekonometrika Kecamatan Kampar kiri Pengantar dan Aplikasi Kabupaten Kampar, Skripsi untuk Ekonomi dan Bisnis. Fakultas Pertanian, Ekonisia. Jakarta Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak dipublikasikan)
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 12
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017