You are on page 1of 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

USAHATANI KARET DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS


KABUPATEN PELALAWAN

ANALYSIS OF THE FACTORS AFFECTING THE PRODUCTION OF


RUBBER FARMING SUBDISTRICT OF PANGKALAN KURAS
PELALAWAN REGENCY
Dinsa Iman Sari Simamora¹, Jum’atri Yusri², Novia Dewi²
Program Studi Agribisnis, Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru
dinsaimansari@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research is (1) knowing performance of rubber farm


effort of rubber in Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency (2) Analyze the
dominant factors that influences the citizen’s production rate of rubber in
Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency compare during September 2015
until Mei 2017 in Pangkalan Kuras District Pelalawan Regency. This research
used survey method at two central rubber production villages in Pangkalan Kuras
District Pelalawan Regency (Sorek Dua village and Dundangan village). The
sampling technique used simple random sampling.
The result of this study conclude : (1) the performance of farm effort of
rubber in Pangkalan Kuras District is : wide of farmers rubber average 2 ha,
average’s rubber age is 22nd years old, total’s rubber average is 549 trees/ha, total
devote of labor average is 209.97 HKP/ha/year to consist of 44.37% (TKDK) and
55.62% (TKLK), The average of herbisida give is 83.37 liter/ha/tear, average of
production is 2985 kg/ha/year. The production factor of rubber farm effort in
Pangkalan Kuras District consist of land wide, labor, herbisida, manure, and seet.
In this research the farmer aren’t do the fostering because they have the equity’s
limited. (2) production factor that significant to rubber on 20% of real standard are
plant’s age, plant’s total, devote’s labor and herbisida.
Keywords: Dominant Factor, Performance, Rubber Production

PENDAHULUAN

Karet merupakan salah satu perkebunan karet terbesar di


komoditi perkebunan yang Kabupaten Pelalawan. Luas
memberikan kontribusi yang besar perkebunan karet di Kecamatan
terhadap perekonomian masyarakat Pangkalan Kuras 5.179,00 Ha yang
di Provinsi Riau. Luas perkebunan memberikan kontribusi sebesar 21%
karet Riau pada tahun 2014 terhadap total produksi karet di
mencapai 502.906 ha dan produksi Kabupaten Pelalawan. Selama
sebanyak 367.260 ton (BPS, 2015). periode 2012 – 2014 produksi karet
Kecamatan Pangkalan Kuras di Kecamatan Pangkalan Kuras
merupakan wilayah dengan luas mengalami penurunan yang cukup

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 1


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
signifikan yaitu terjadi penurunan sampling). Jumlah sampel ditetapkan
sebesar 41,84% (BPS, 2015). sebanyak 60 petani.
Terjadinya penurunan produksi yang Penelitian ini menggunakan data
signifikan tersebut memunculan primer yang dikumpulkan dengan
pertanyaan bagaimana kondisi metode wawancara secara langsung
perkebunan karet di Kecamatan dengan petani sampel.
Pangkalan Kuras. Sebagian besar 3. Analisis Data
produksi karet di Kecamatan Ada dua analisis data yaitu
Pangkalan Kuras berasal dari analisis deskriptif dan analisis
perkebunan rakyat dengan kuantitatif dengan pendekatan
produktifitas yang rendah.. ekonometrika. Analisis deskriptif
Tinggi rendahnya produksi suatu digunakan untuk menjawab tujuan
perkebunan tidak lepas dari beberapa penelitian pertama (1) yaitu
faktor yang mempengaruhinya memaparkan kondisi keragaan
diantaranya manajemen budidaya usahatani karet rakyat di Kecamatan
dan jumlah pemberian faktor pangkalan Kuras dan analisis
produksi. ekonometrika digunakan untuk
Tujuan penelitian ini adalah (1) menjawab tujuan penelitian kedua
mengetahui keragaan usahatani karet (2) yaitu menganalisis faktor faktor
rakyat di Kecamatan Pangkalan produksi yang dominan
Kuras Kabupaten Pelalawan. (2) mempengaruhi produksi karet rakyat
menganalisis faktor-faktor apa yang di Kecamatan Pangkalan Kuras.
dominan mempengaruhi tingkat 3.1 Spesifikasi Model
produksi karet rakyat di Kecamatan Analisis faktor faktor produksi
Pangkalan Kuras Kabupaten yang mempengaruhi produksi karet
Pelalawan. dilakukan dengan membangun model
METODE PENELITIAN fungsi produksi Cobb Douglass.
1. Tempat dan Waktu Penelitian Diduga faktor faktor yang
Penelitian ini dilaksanakan di dua mempengaruhi produktivitas karet
sentra produksi karet di Kecamatan rakyat di Kecamatan Pangkalan
Pangkalan Kuras yaitu Desa Sorek Kuras adalah jumlah tanaman, umur
Dua dan Desa Dundangan. Lokasi tanaman, jumlah curahan tenaga
penelitian ini ditentukan secara kerja dan jumlah pemakaian
purposive dengan pertimbangan herbisida. Secara matematik, fungsi
bahwa daerah tersebut merupakan produksi tersebut sebagai berikut:
daerah yang memiliki perkebunan Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 eu
karet terluas di Kecamatan pangkalan …………..…………..………...(2)
Kuras. Penelitian dilakukan pada dimana:
Bulan September 2015 sampai Y = Jumlah produksi karet
dengan Bulan Mei 2017. (Kg/hektar/tahun)
2. Metode Pengambilan Sampel X1 = Umur tanaman
dan Data X2 = Jumlah tanaman
Penelitian menggunakan metode (Pohon/hektar/tahun
survei. Populasi penelitian adalah X3 = Tenaga kerja
petani karet di Desa Sorek Dua dan (HKP/hektar/tahun)
Desa Dundangan dengan umur X4 = Herbisida
tanaman 13-25 tahun. Sampel (Liter/hektar/tahun)
diambil secara acak (random b0 = Intersep
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 2
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
b1...b5 = Koefisien regresi untuk Inflation Factor). Apabila nilai VIF
setiap variabel penjelas. < 10 maka dapat dikatakan tidak
e = Logaritma natural, e=2,718 terdapat multikolinieritas yang
Untuk memudahkan pendugaan sempurna dalam model regresi
terhadap persamaan diatas maka 3. Uji Heteroskedastisitas
persamaan tersebut diubah menjadi Salah satu metode pengujian
model linear dengan cara yang bisa digunakan untuk menguji
melogaritmakan persamaan tersebut, heteroskedastisitas adalah uji statistic
yaitu sebagai berikut: Breusch-Pagan. Kriteria yang
Ln Y = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 digunakan adalah apabila nilai X2
+ b3 Ln X3 + b4...............(3) TABEL < nilai probabilitas Obs*R
3.2 Pendugaan Model Fungsi Square pada taraf nyata 20% maka
Produksi dapat dikatakan tidak terjadi
Model diestimasi dengan heteroskedastisitas dalam model
metode kuadrat terkecil dengan regresi (Widarjono, 2009)
bantuan software SAS versi 9.0 4. Uji Autokorelasi
3.3 Uji Pelanggaran Asumsi Menurut Pyndick dan
Klasik. Rubinfeld (1998) pengujian
Sebelum hasil estimasi autokorelasi dapat dilakukan dengan
digunakan, terlebih dahulu dilakukan membandingkan nilai statistik hitung
evaluasi untuk memastikan bahwa Durbin Watson pada perhitungan
model tersebut bebas dari kasus regresi dengan statistik tabel Durbin
normalitas, multikolinieritas, Watson pada tabel. Dasar
heteroskedastisitas dan autokorelasi pengambilan keputusan adalah
yang dikenal dengan uji pelanggaran sebagai berikut :
asumsi klasik.  0 < DW < DL :
a. Uji Normalitas Terjadi autokorelasi positif
Uji normalitas digunakan untuk  4 < DL< DW< 4 :
mengetahui apakah residual atau Terjadi autokorelasi negatif
variabel pengganggu berditribusi  DU< DW< 4-DL : Tidak
normal atau tidak (Ghozali, 2011). terjadi autokorelasi positif
Pada penelitian ini, uji normalitas atau negatif
menggunakan uji Shapiro-Wilk.  DL < DW< DU : Tidak
Kriteria yang digunakan adalah jika dapat disimpulkan
nilai probabilitas Shapiro-Wilk > α 4. Uji F, Koefisien Determinasi
(1%), maka data dikatakan (R2), dan Uji Individual (Uji t)
berdistribusi normal (Thomas, 1997 ; Uji F digunakan untuk
Verbeek et al 2000). menentukan signifikan pengaruh
2. Uji Multikolinieritas peubah peubah independen terhadap
Menurut (Widarjono, 2009) uji peubah dependen. Caranya dengan
multikolinieritas digunakan untuk membandingkan antara nilai kritis F
mengetahui apakah terdapat korelasi (Ftabel) dengan nilai F ratio (Fhitung)
antara peubah independen (X) dalam yang terdapat pada TabelAnalysis of
model regresi. Pada penelitian ini, Variance (ANOVA) dari hasil
untuk menguji apakah dalam model perhitungan. Jika Fhitung > Ftabel, maka
regresi ditemukan adanya korelasi variasi peubah peubah independen
antar peubah independen dapat (Xi) berbeda nyata dalam
dilihat dari nilai VIF (Variance
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 3
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
menjelaskan peubah dependen (Y) Ha : β1 > 0; artinya umur
dan jika Fhitung < Ftabel, berarti tanaman berpengaruh nyata
peubah-peubah independen tidak positif terhadap jumlah produksi
berbeda nyata menjelaskan peubah karet.
dependen. Nilai F hitung dapat 2. Pengaruh jumlah tanaman
menggunakan rumus sebagai berikut terhadap jumlah produksi karet.
(Alfigari, 2002): H0 : β2 ≤ 0; artinya jumlah
F= tanaman tidak berpengaruh
nyata atau berpengaruh negatif
……………………(5) terhadap jumlah produksi karet.
Seberapa besar proporsi Ha : β2 > 0; artinya jumlah
variasi peubah dependen dijelaskan tanaman berpengaruh nyata
oleh semua peubah independen positif terhadap jumlah produksi
ditunjukkan oleh nilai koefisien karet.
determinasi (R2). Persamaan 3. Pengaruh tenaga kerja terhadap
determinasi dapat ditulis sebagai produksi karet.
berikut (Widarjono,2009): H0 : β4≤ 0; artinya tenaga kerja
∑ ̂ ̅ tidak berpengaruh nyata atau
R2 = ∑ ̂ ̅
…………… (6)
berpengaruh negatif terhadap
Nilai koefisien determinasi jumlah produksi karet.
ini terletak antara nol dan satu. Ha : β4> 0; artinya tenaga kerja
Apabila nilai koefisien determinasi berpengaruh nyata positif
(R2) kecil artinya peubah-peubah terhadap jumlah produksi karet.
independen hanya mampu 4. Pengaruh herbisida terhadap
menjelaskan variasi peubah produksi karet.
dependen secara terbatas. H0 : β5 ≤ 0; artinya herbisida
Sebaliknya, bila nilainya mendekati tidak berpengaruh nyata atau
satu artinya peubah-peubah berpengaruh negatif terhadap
independen mampu menjelaskan jumlah produksi karet.
semua informasi yang dibutuhkan Ha : β5 > 0; artinya herbisida
untuk memprediksi variasi peubah berpengaruh nyata positif
dependen (Widarjono, 2009). terhadap jumlah produksi karet.
Uji t adalah uji untuk
mengetahui pengaruh setiap variabel HASIL DAN PEMBAHASAN
independen secara individual 1. Keragaan Usahatani Karet di
terhadap variabel dependen. Kecamatan Pangkalan Kuras
Kriteria pengujian adalah Apabila Kabupaten Pelalawan
ttabel> thitung, maka H0 ditolak dan H1 1.1 Luas Lahan
diterima. Pengujian dilakukan pada Luas lahan petani sangat
tingkat kepercayaan 80% ( α 20%). berpengaruh terhadap hasil produksi
Hipotesis yang akan diuji meliputi: karena semakin besar luas lahan
1. Pengaruh umur tanaman yang diusahakan semakin besar pula
terhadap jumlah produksi karet. hasil yang diperoleh dan begitu juga
H0 : β1 ≤ 0; artinya umur sebaliknya. Rata-rata luas lahan
tanaman tidak berpengaruh perkebunan karet petani di lokasi
nyata atau berpengaruh negatif penelitian adalah 2 ha dengan
terhadap jumlah produksi karet. rentang 0.5 – 3 ha.

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 4


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
Menurut Fadholi (1988) dalam menghasilkan pada tanaman karet
Putra (2007), pada dasarnya petani adalah selama 25 tahun sadap dengan
dapat dikelompokkan atas 4 sifat produksi sebagai berikut:
golongan berdasarkan luas lahan, a. Kelas Taruna bersifat belum
yaitu : (1). Golongan petani luas (>2 potensial (6-12 tahun),
Ha), (2). Golongan petani sedang b. Kelas Muda bersifat potensial
(0,5-2 Ha), (3). Golongan petani (13-18 tahun),
sempit (0,5 Ha) dan (4). Golongan c. Kelas Dewasa bersifat sangat
buruh tani. potensial (19-23 tahun),
Tabel 1. Sebaran petani berdasarkan d. Kelas Tua bersifat kurang
luas lahan potensial (24-27 tahun),
Luas Jumlah e. Kelas Tua Rusak bersifat tidak
Persenta
No Lahan Sampel potensial (> 27 tahun).
se (%)
(Ha) (jiwa) Umur tanaman karet rakyat di
1 0.5-2 54 90 lokasi penelitian bervariasi antara 13-
2 >2 6 10 27 tahun dengan rata-rata 22 tahun.
Jumlah 60 100 Umur tanaman karet petani di lokasi
penelitian sebagian besar pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok yang potensial
sebagian besar luas lahan petani berproduksi. Kelompok terbesar
berada pada kelompok 0,5 - 2 ha yaitu 70% adalah petani yang
(90%), berarti sebagian besar petani mempunyai tanaman karet dengan
karet rakyat di lokasi penelitian umur 19-23 yang bersifat
adalah petani golongan sedang. produksinya sangat potensial
1.2 Umur Tanaman Karet selanjutnya kelompok terbesar kedua
Karet merupakan tanaman (26,67%) adalah petani dengan umur
tahunan yang dapat tumbuh sampai tanaman yang bersifat potensial ( 13
dengan umur 30 tahun. Tanaman – 18 tahun) Kelompok terkecil
karet akan siap disadap pada umur 4- adalah petani dengan umur
6 tahun. Namun sering kali dijumpai tanamannya diantara 24 - 27 tahun.
tanaman belum siap disadap walau Sebaran petani berdasarkan umur
umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Ini tanaman disajikan pada Tabel 10.
terjadi akibat kondisi lingkungan dan Tabel 2. Sebaran Petani
pemeliharaan yang kurang Berdasarkan Umur
mendukung pertumbuhan tanaman. Tanaman Karet
Secara ekonomis tanaman karet
dapat disadap selama 15 sampai 20 Umur
Jumlah Persenta
tahun. Menurut Didit dan Agus No Tanaman
Responden se (%)
(tahun)
(2005) produksi karet umumnya
akan semakin meningkat sesuai
dengan semakin bertambahnya umur 1 13-18 16 26.67
tanaman. Produksi karet akan terus 2 19-23 42 70
meningkat hingga mencapai 3 24-27 2 3.33
puncaknya, setelah itu produksinya 4 > 27 0 0
akan terus menurun sampai
Jumlah 60 100
diremajakan kembali. Budiman
(2012), menyebutkan bahwa
komposisi umur tanaman

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 5


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
1.3 Jumlah Tanaman Karet petunjuk budidaya tanaman karet
Jarak tanam pada budidaya jarak tanam karet disesuaikan dengan
karet akan menentukan banyaknya jumlah pokok yang dikehendaki, jika
jumlah tanaman yang dapat ditanam jarak tanam 4.19 m x 4.15 m jumlah
pada lahan. Semakin tinggi dan lebar tanaman 575 pohon/ha, jika jarak
tajuk tanaman, harus semakin jauh tanam 5m x 3.6 m jumlah tanaman
jarak antara tanamannya, dengan 555 pohon/hektar (Arifin, 1991).
harapan tajuk tanaman dan akar Sedangkan penggunaan jumlah
tanaman tidak saling bertaut. tanaman dalam satu hektar 477
Idealnya, semakin jauh jarak antar pohon/hektar, dengan jarak tanam 3
tanaman akan semakin baik hasilnya. x 7 meter (Didit dan Agus, 2005).
Meskipun demikian, prinsip ini Jumlah tanaman karet petani di
bertentangan dengan efisiensi lokasi penelitian bervariasi mulai
penggunaan lahan. Karenanya, untuk dari 4000 sampai dengan 665
setiap jenis tanaman harus ditentukan pohon/ha dengan rata-rata 549
jarak tanam optimal. Yaitu jarak pohon/ha. Sebagian besar jumlah
tanam yang tidak menghambat tanaman karet rakyat yang dimiliki
pertumbuhan dan penggunaan lahan petani 400-600 (75%).
tetap efisien. Berdasarkan buku

Tabel 3. Sebaran Petani Berdasarkan Jumlah Tanaman Karet


Jumlah Tanaman
No Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
(Pokok/ha)
1 400-600 45 75
2 ≥ 600 15 25
Jumlah 60 100

2. Penggunaan Sarana Produksi Pada


Budidaya Karet Rakyat
Penggunaan sarana produksi karet di penelitian di Kecamatan Pangkalan
Kecamatan Pangkalan Kuras Kuras Kabupaten Pelalawan, petani
Kabupaten Pelalawan terdiri dari tidak memberikan pupuk dikarenakan
prouktivitas karet, tenaga kerja, keterbatasan modal yang dimiliki.
herbisida dan pupuk. Pada saat

Tabel. 4. Sebaran Petani Berdasarkan Curahan Tenaga Kerja


Rata-rata penggunaan tenaga
Kegiatan Total
No kerja (HKP/ha/thn)
(HKP/ha/thn)
TKDK TKLK
1 Pengendalian Gulma Secara Manual 40,17 (43,11 %) 0,00 (0,00%) 40.17
2 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi 0,00 (0,00%) 1,93 (1,65%) 1.93
3 Pemupukan 3,40 (3,74%) 2,12 (1.81%) 5.52
4 Penyadapan 42,45 (45,56%) 99,15 (84,89%) 141,6
5 Pemanenan 7,15 (7,67%) 13,60(11,64%) 20,75
Jumlah 93,17(44,37) 116,8 (55,6) 209,9
Tabel 4 menunjukkan bahwa 93.17 HKP/ha/tahun (44.37%)
total curahan tenaga kerja pada bersumber dari Tenaga Kerja Dalam
usahatani karet rakyat Keluarga dan 116.8 HKP/ha/tahun
209.9 HKP/ha/tahun dengan rincian (55.6%). Penggunaan tenaga kerja

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 6


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
untuk penyadapan menjadi yang jenis herbisida tiap petani tidak sama
paling besar (141,6 HKP/ha/tahun) tergantung kondisi dilapangan.
karena penyadapan dilakukan hampir Petani melakukan kegiatan
setiap hari sehingga secara langsung pemberantasan hama dan penyakit
mempengaruhi tenaga kerja yang karet sebanyak satu kali dalam
menyebabkan tenaga kerja setahun dengan bantuan alat
penyadapan menjadi lebih tinggi pertanian seperti parang babat
dibandingkan yang lainnya. maupun mesin babat (Siregar, 2015)
Penggunaan tenaga kerja yang paling 2.2 Produksi dan Produktivitas
kecil adalah pengendalian gulma Produksi perkebunan karet
secara kimiawi (1.93 HKP/ha/tahun) adalah berupa lateks yaitu cairan
Hal ini dikarenakan pengendalian getah yang didapat dari bidang sadap
gulma secara kimiawi hanya pohon karet. Cairan getah ini belum
dilakukan satu kali dalam setahun mengalami penggumpalan, baik itu
sehingga penggunaan HKP menjadi dengan tambahan atau tanpa
lebih sedikit. tambahan (cuka). Petani di lokasi
2.1 Penggunaan Herbisida penelitian menjual hasil produksi
Hebisida merupakan salah satu berupa ojol yaitu lateks yang sudah
sarana produksi yang digunakan mengalami penggumpalan baik
petani saat melakukan kegiatan secara alami yaitu dengan bantuan
pengendalian gulma secara kimiawi. sinar matahari atau dengan tambahan
Alat yang digunakan berupa cuka.
knapsack hand sprayer atau yang Menurut Setyamidjaja (1993)
biasa disebut dengan tangki semprot dalam Dewi (1996), produksi karet
yang berukuran 15 liter. Herbisida rakyat hanya sekitar 300-400
yang biasa digunakan oleh petani kilogram karet kering per hektar,
adalah round up jenis sistemik sedangkan untuk perkebunan besar
Dalam aplikasi penyemprotannya dan swasta dapat mencapai 1.000-
sebagian besar petani hanya 1.500 kilogram karet kering per
melakukan satu sampai dua kali hektar per tahun. Produksi dan
penyemprotan dalam satu tahun. produktivitas karet dapat dilihat pada
Tabel 5. Sebaran Petani Berdasarkan Tabel 6. Sebaran Petani Berdasarkan
Jumlah Penggunaan Produksi dan Produktivitas
Herbisida Tanaman Karet
Jenis Dosis Persent No Uraian
Jumlah
herbisid (Liter/ha ase 1 Jumlah Produksi 286.512
(Jiwa)
a /thn) (%)
2 Produktivitas 2.985
Round- 50-80 21 35
up ≥ 80 39 65 Tabel 6 menunjukkan bahwa
Jumlah 60 100 jumlah produksi karet petani
Tabel 5 menerangkan bahwa responden sebesar 286.512 kg/luas
penggunaan herbisida di Kecamatan garapan/tahun dan produktivitas
Pangkalan Kuras Kabupaten sebesar 2.985kg/ha/tahun.
Pelalawan dengan rincian 50-108 Produktivitas ini relatif lebih rendah
liter/ha/tahun dengan rata-rata dari produktivitas karet di daerah
penggunaan herbisida di Kecamatan lain, Atika (2015) melaporkan hasil
Pangkalan Kuras adalah sebesar penelitiannya menyimpulkan bahwa
83.37 liter/ha/tahun. Penggunaan produktivitas karet di Indragiri Hulu

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 7


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
yang di) sebesar 3.558 kg/ha dan menerapkan standar budidaya serta
Nazipah (2015 melaporkan dari hasil pemeliharaan kebun karet dan juga
penelitiannya produktivitas karet di teknologi pasca panen yang
Kuantan Singingi sebesar 3.254 direkomendasikan, (2) manajemen
kg/ha. Relatif lebih rendahnya budidaya seperti pemberian pupuk
produktivitas karet rakyat di lokasi belum dilakukan sesuai rekomendasi.
penelitian diduga disebabkan oleh (3) kemampuan sumberdaya petani
faktor-faktor antara lain : (1) masih rendah. Faktor-faktor tersebut
mayoritas petani belum saling mempengaruhi satu sama
menggunakan bahan tanam klon lainnya.
karet unggul (okulasi) dan belum
3. Estimasi Model Fungsi Produksi
Tabel 7. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglass dengan Menggunakan
Program SAS
Koefisien Standard
Variable t Hitung Pr > |t| VIF
Regresi Error
Intercept 348.645 0,58584 5,95 < 0.0001 0
Umur tanaman (LX1) -0,17674 0,12308 -1,44 0,1567 107.608
Jumlah tanaman
7,79 < 0.0001 336.900
(LX2) 0,44206 0,05678
Tenaga kerja (LX3) 0,19639 0,03240 6,06 < 0.0001 325.809
Herbisida (LX4) 0,39962 0,13219 3,02 0,0038 269.836
Adj R2 = 0.9299 DW = 2.138
R2 = 0.9346 F-hitung = 196.58

Berdasarkan tabel diketahui 3.1.2 Uji Multikolinieritas


2
bahwa nilai R yaitu 0,9346 artinya Berdasarkan hasil analisis data
bahwa variabel penjelas berupa umur memperlihatkan bahwa nilai VIF
tanaman, jumlah tanaman, tenaga kerja untuk setiap variabel penjelas
dan herbisida dapat menerangkan adalalah 1.07608 sampai dengan
sebesar 93,46% terhadap produksi 2.69836. Nilai VIF tersebut kurang
yang dihasilkan. Sedangkan sebesar dari 10 maka dapat disimpulkan
6,54% lagi diterangkan oleh faktor- bahwa tidak terjadi multikolinieritas
faktor lain yang tidak dimasukkan ke pada model yang telah dibangun
dalam model. Model signifikan secara (Widarjono, 2009)
statistik pada α 5% F-hitung (196.58) 3.1.3 Uji Heteroskedastisitas
model yang dibentuk dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujan
3.1 Pelanggaran Asumsi Klasik data memperlihatkan bahwa hasil
3.1.1 Uji Normalitas perhitungan statistik Breusch-pagan
Berdasarkan hasil pengujan sebesar 8.47 dengan nilai
data memperlihatkan bahwa hasil probabilitas 0.0757. Nilai tersebut
perhitungan statistik Shapiro-Wilk berbeda nyata dengan nol pada taraf
untuk produksi karet adalah 0,94 nyata 10 persen. Hal ini menyatakan
dengan nilai probabilitas > 0,0001. bahwa model telah bersifat
Nilai tersebut berbeda nyata dengan homoskedastisitas, dimana tidak
nol pada taraf nyata 1 persen. Hal ini terjadi masalah heteroskedastisitas
dapat disimpulkan bahwa model menggunakan uji statisitik Breusch-
penggunaan faktor produksi karet pagan (Widarjono, 2009)
berdistribusi normal (Thomas, 1997 ;
Verbeek et al 2000)

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 8


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
3.1.4 Uji Autokorelasi akan menurunkan jumlah produksi
Berdasarkan hasil pengujian sebesar 0.17674 persen.
data memperlihatkan bahwa hasil Menurut Anwar (2011) umur
perhitungan nilai DW pada model yang sangat potensial pada tanaman
yang dibangun yaitu sebesar 2.138. karet menghasilkan adalah pada
Sedangkan dari Tabel distribusi DW umur 19-23 tahun. Rata-rata umur
dengan taraf nyata 5 persen diperoleh tanaman karet di Kecamatan
nilai dL sebesar 1.4443, du sebesar
Pangkalan Kuras adalah 20
1.7274, dan 4- dL sebesar 1.4439,
berarti apabila nilai DW berada tahun/ha/tahun dan termasuk dalam
diantara nilai dL (1.4443) dan 4-dL kategori sangat potensial. Hal ini
(1.4439) maka tidak terjadi masalah sesuai dengan pernyataan Didit dan
autokorelasi pada model yang Agus (2005) dalam Nazipah (2015)
digunakan (Pyndick dan Rubinfeld, bahwa produksi karet umumnya akan
1998) semakin meningkat sesuai dengan
4. Faktor-Faktor Dominan Yang semakin bertambahnya umur
Mempengaruhi Produksi Karet tanaman. Produksi karet akan terus
Semua variabel yang diduga meningkat hingga mencapai
mempengaruhi produksi signifikan puncaknya, setelah itu produksinya
secara statistik terhadap produksi. akan terus menerus sampai
Tiga variabel yaitu jumlah tanaman, diremajakan kembali.
tenaga kerja dan herbisida signifikan b. Variabel Jumlah Tanaman (X2)
pada α 1%, sedangkan variabel umur Koefisien regresi untuk
tanaman signifikan pada α 20% variabel jumlah tanaman adalah
Nilai koefisien regresi produksi positif. Artinya apabila jumlah
karet di Kecamatan Pangkalan Kuras tanaman meningkat maka jumlah
sebesar 0,869. Nilai elastisitas produksi karet akan meningkat.
tersebut lebih kecil dari satu yang Nilai koefisien regresi pada jumlah
berarti bahwa usahatani karet rakyat tanaman adalah sebesar 0.44206
di Kecamatan pangkalan Kuras yang berarti bahwa setiap
berada pada kondisi decreasing peningkatan 1 persen jumlah
return to scale, yang berarti bahwa tanaman akan meningkatkan jumlah
setiap penambahan faktor produksi produksi sebesar 0.44206 persen,
akan memberikan penambahan demikian pula sebaliknya, setiap
produksi yang lebih kecil, yaitu jika Rata-rata jumlah tanaman di
faktor faktor produksi ditambah Kecamatan Pangkalan Kuras adalah
sebesar 1 persen, akan memberikan 549 pohon/ha/tahun. Menurut Didit
penambahan produksi hanya sebesar dan Agus (2005) penggunaan
0,869 persen. jumlah tanaman dalam satu hektar
a. Variabel Umur Tanaman (X1) adalah 477 pohon/ha dengan jarak
Koefisien regresi untuk variabel tanam 3x7 meter. Hal ini
umur tanaman adalah negatif. menunjukkan bahwa jumlah
Artinya apabila umur tanaman tanaman berpengaruh terhadap
meningkat maka jumlah produksi produksi karet, sehingga dapat
akan berkurang. Nilai koefisien memberikan gambaran bahwa faktor
regresi umur tanaman sebesar jumlah tanaman merupakan faktor
0.17674 yang berarti bahwa setiap produksi yang paling besar
peningkatan 1 persen umur tanaman pengaruhnya dalam menentukan
jumlah produksi karet. Berdasarkan
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 9
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
hal tersebut petani masih dapat dengan asumsi faktor-faktor
menambah jumlah tanaman karet produksi lainnya tetap.
yang dibudidayakan karena setiap Herbisida yang biasa
penambahan input akan digunakan oleh petani di Kecamatan
meningkatkan output. pangkalan Kuras adalah round up.
c. Variabel Tenaga Kerja (X3) Rata-rata jumlah pemakaian
Koefisien regresi untuk variabel herbisida pada usahatani karet
tenaga kerja adalah positif. Artinya rakyat di Kecamatan Pangkalan
apabila jumlah tenaga kerja Kuras adalah sebesar 83,37
meningkat maka jumlah produksi liter/ha/tahun dan jumlah dosis 50-
juga akan meningkat. Nilai koefisien 80 liter/ha (35%) dan ≥ 80 liter/ha
regresi pada tenaga kerjaadalah (65%), dengan simpangan baku
sebesar 0.19639 yang berarti bahwa 0,01308. Pemberian herbisida setiap
setiap peningkatan 1 persen tenaga petani relatif sama, tergantung dari
kerja akan meningkatkan jumlah luas lahan yang dimiliki serta
produksi sebesar 0.19639 persen, banyaknya hama atau penyakit dan
demikian pula sebaliknya, setiap gulma pada lahan petani karet.
terjadi pengurangan 1 persen tenaga Hasil tersebut sesuai dengan
kerja, maka akan menurunkan pernyataan Siregar (2015) dalam
jumlah produksi sebesar 0.19639 skripsi yang berjudul analisis
persen dengan asumsi faktor perbandingan pendapatan petani
produksi lainnya tetap. karet pola eks upp tcsdp dan pola
Rata-rata jumlah pemakaian swadayadi kecamatan pangkalan
tenaga kerja baik dalam keluarga dan kuraskabupaten pelalawan bahwa
luar keluarga adalah sebesar 209,97 penggunaan herbisida tergantung
HKP/ha/tahun.Pengaruh penggunaan dari ada tidaknya atau banyak
tenaga kerja terhadap produksi sedikitnya gangguan tanaman
bernilai positif sehingga dapat karena hama dan penyakit serta
menaikkan produksi karet dengan gangguan gulma. Oleh karena itu
melakukan peningkatan penggunaan tindakan penyelematan maupun
tenaga kerja tanpa mengurangi menghindari resiko panen karena
penggunaan faktor produksi lain. ganggunan tanaman ini perlu
d. Variabel Herbisida (X4) antisipasi oleh petani melalui
Koefisien regresi untuk penggunaan herbisida atau obat-
variabel herbisida adalah positif. obatan secara tepat dan
Artinya apabila pemberian herbisida berkesinambungan selama
meningkat maka jumlah produksi berlangsungnya proses produksi,
karet akan meningkat. Nilai sehingga peningkatan penggunaan
koefisien regresi pada herbisida herbisida perlu dilakukan
adalah sebesar 0.39962 yang berarti KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa setiap peningkatan 1 persen Kesimpulan
pemberian herbisida akan 1. Keragaan usahatani karet rakyat di
meningkatkan jumlah produksi Kecamatan pangkalan Kuras adalah:
sebesar 0.39962 persen, demikian (a) Luas lahan karet petani rakyat
pula sebaliknya, setiap terjadi rata-rata 2 ha dengan proporsi
pengurangan 1 persen pemberian terbesar (90 %) pada kelompok luas
herbisida,akan menurunkan jumlah lahan 0.5 -2 ha. (b) Umur tanaman
produksi sebesar 0.39962 persen karet rata-rata 22 tahun dengan
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 10
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
proporsi terbesar (70%) pada
kelompok umur 19-23 tahun. (c) DAFTAR PUSTAKA
Jumlah tanaman rata-rata 549 Atika, SN. 2015. Analisis
pohon/ha dengan proporsi terbesar Produktivitas, Pendapatan
(75%) pada kelompok 400- Dan Kesejahteraan Petani
600/ha.(d) Jumlah curahan tenaga Karet Eks Upp Tcsdp Di
kerja rata-rata 209,97 HKP/ha/tahun Desa Semelinang Darat
yang bersumber darai Tenaga Kerja Kecamatan Peranap
Dalam Keluarga sebesar 44.37% dan Kabupaten Indragiri Hulu.
55.62%. (e) Petani tidak melakukan Skripsi Fakultas Pertanian
pemupukan dan jumlah pemakaian Universitas Riau. Pekanbaru.
herbisida hanya 1 kali dalam 1 tahun (Tidak dipublikasikan).
dengan jumlah pemberian 83.37
litert/ha/tahun. (e) Produktivitas rata- BPS. 2015. Riau Dalam Angka
rata 2985 kg ojol/ha/tahun 2014. Badan Pusat Statistik
2. Faktor produksi yang dominan Provinsi Riau. Pekanbaru
mempengaruhi produktivitas adalah
BPS. 2015. Pelalawan Dalam Angka
umur tanaman, jumlah tanaman,
2014. Badan Pusat Statistik
curahan tenaga kerja dan penggunaan
Kabupaten Pelalawan.
herbisida. Nilai elastisitas produksi
Pelalawan
sebesar 0.1013 dan 0.8636. Nilai
elastisitas produksi karet di Budiman, H. 2012. Budidaya Karet
Kecamatan Pangkalan Kuras sebesar Unggul. Pustaka Baru Press.
0,869 berada pada kondisi Yogyakarta.
decreasing return to scale yang
berarti bahwa setiap penambahan Dewi, N. 1996. Analisis Efisiensi
faktor produksi akan memberikan Faktor Produksi Pupuk
penambahan produksi yang lebih Dan Tenaga Kerja Pada
kecil, yaitu jika faktor-faktor Usahatani Karet Petani
produksi ditambah sebesar 1 persen, Peserta PPBPR Di
akan memberikan penambahan Kecamatan Rambah
produksi sebesar 0,869 % Kabupaten Kampar. Skripsi
Saran Fakultas Pertanian
1. Dalam rangka mengoptimlakan Universitas Riau. Pekanbaru.
produksi karet pemerintah dapat (tidak dipublikasikan).
melakukan peremjaan tanaman karet Didit, H dan Agus, A. 2005.
pada tanaman tua, penyediaan pupuk Petunjuk Lengkap
bersubsidi dan penggunaan klon Budidaya Karet. PT. Agro
unggul untuk meningkatkan produksi Media Pustaka. Jakarta.
dan produktivitas karet rakyat.
2. Petani karet mampu menjaga dan Fadholi, Hernanto. 1988. Ilmu
tetap memperhatikan faktor-faktor Usahatani. Penebar
produksi usahatani karet yang ada Swadaya. Jakarta
agar hasil dari usahatani karet yang
dimiliki menjadi lebih baik lagi dan Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis
menghasilkan jumlah produksi yang Multivariate Dengan
lebih banyak dengan kondisi cuaca Program IBM SPSS 19.
yang tidak pasti.
1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 11
2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017
Badan Penerbit Universitas Pyndick, R.S and D.L Rubinfeld.
Diponegoro. Semarang. 1998. Econometric Models
Nazipah. 2015. Analisis Efisiensi And Economic Forecast. 4th
Penggunaan Fakto-Faktor Ed. McGraw-Hill Int’1
Produksi Usahatani Karet Edition
Rakyat di Kabupaten
Kuantan Singingi. Skripsi Setyamidjaja, D. 1993. Karet
Fakultas Pertanian Budidaya Dan Pengolahan.
Universitas Riau. Kanisius. Yogyakarta
Pekanbaru. (Tidak
dipublikasikan) Thomas, R.L. 1997. Modern
Economometrics an
Putra, P. 2007. Distribusi Introduction. Addison
Pendapatan dan Tingkat Wesley Longman. Harlow.
Kemiskinan Petani Karet di
Desa Sei Geringging Widarjono, A. 2009. Ekonometrika
Kecamatan Kampar kiri Pengantar dan Aplikasi
Kabupaten Kampar, Skripsi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Fakultas Pertanian, Ekonisia. Jakarta
Universitas Riau. Pekanbaru.
(tidak dipublikasikan)

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau 12


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 : OKTOBER 2017

You might also like