You are on page 1of 9

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR DI


RUMAH SAKIT KARIMA UTAMA SURAKARTA
Novarizki Galuh Ayudianningsih.*
Arina Maliya **

Abstract
Relaxation technique of deep breathing is one of management method of pain non pharmacology.
According (Townsend, 1999) relaxation technique of deep breathing is the basic from
relaxation technique develops from the others. Basic concept is much lung full fill by oxygen
the stressor will be downward. The research to knows relaxation technique influence of
breath in to degradation of level of pain at patient post operation of femur fracture in Karima
Utama Hospital of Surakarta. This research is queasy experimental research, with design
pretest-posttest with control group design. population of Research is femur fracture patient
having age 25 to 40 years there are 68 patients. Sample in this research amounts to 40
patients which will be divided to become two groups. Examination of research hypothesis
applies test independent t-test. Conclusion in this researchs are (1) level of responder pain
before treatment at group of experiment most of experiencing excitement pain, (2) level of
responder pain before treatment at group of control most of experiencing excitement pain, (3)
level of responder pain after treatment at group of experiment most of experiencing light and
medium pain, (4) level of responder pain after treatment at group control is experiencing
excitement pain, (5) there degradation of pain signifikan at group of experiment, (6) there
degradation of pain but not signifikan at group control, and (7) there is influence signifikan
relaxation technique of deep breating to degradation of pain at patient post operation of
femur fracture in Karima Utama Hospital Surakarta t-test in 10,661 with 0,006 probability.

Keyword: Relaxation technique deep breathing, pain.

__________________________________________________________________________

* Novarizki Galuh Ayudianningsih


Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura.

**Arina Maliya
Dosen Jurusan Keperawatan FIK UMS Jln. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura.
__________________________________________________________________________

PENDAHULUAN fraktur yang paling sering terjadi adalah


fraktur femur, yang termasuk dalam kelompok
Pada perkembangan dewasa ini, ilmu tiga besar kasus fraktur yang disebabkan oleh
pengetahuan dan teknologi telah meningkat kecelakaan lalu lintas dan harus menjalani
pesat. Kemajuan dibidang teknologi membawa pembedahan dengan konsekuensi didapatkan
manfaat yang besar bagi manusia. Penambahan efek nyeri setelah operasi.
jalan raya dan penggunaan kendaraan bermotor Dengan semakin majunya ilmu
yang tidak seimbang menyebabkan jumlah pengetahuan dan teknologi. Tak luput juga
korban kecelakaan lalu lintas meningkat, tetapi kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan
peningkatan jumlah tertinggi lebih banyak semakin canggihnya teknologi banyak pula
terjadi di negara berkembang. Tingginya angka ditemukan berbagai macam teori baru,
kecelakaan menyebabkan angka kejadian penyakit baru dan bagaimana pengobatannya.
fraktur semakin tinggi, dan salah satu kondisi Manajemen nyeri merupakan salah satu cara

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 191


yang digunakan dibidang kesehatan untuk sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca
mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. operasi.
Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk Karena kondisi fraktur femur
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan merupakan salah satu kasus yang menempati
alternatif non obat-obatan dalam strategi urutan terbanyak di RS Karima Utama
penanggulangan nyeri, disamping metode Surakarta, dan berdasarkan data di RS Karima
TENS (Transcutaneons Electric Nerve Utama selama satu tahun ini terdapat 249
Stimulation), biofeedack, plasebo dan distraksi. kasus, tetapi menurut penggolongan usia 25
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan sampai 40 tahun terdapat 68 kasus fraktur
fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat femur, dan RS Karima Utama merupakan salah
mengubah persepsi kognitif dan motivasi satu Rumah Sakit swasta di Karesidenan
afektif pasien. Teknik relaksasi membuat Surakarta yang walaupun baru berdiri selama
pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa kurang lebih satu tahun tetapi sudah banyak
tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi menangani berbagai macam pasien yang salah
pada nyeri (Potter & Perry, 2005). Menurut satunya adalah pasien dengan fraktur femur,
Carpenito (2000) kebutuhan rasa nyaman sehingga penulis tertarik untuk melakukan
adalah suatu keadaan yang membuat seseorang penelitian disana karena jumlah pasien fraktur
merasa nyaman, terlindungi dari ancaman femur terbilang banyak dan hal itu
psikologis, bebas dari rasa sakit terutama memudahkan penulis dalam melakukan
nyeri. penelitian selain itu juga karena belum banyak
Rasa nyeri merupakan stresor yang yang melakukan penelitian disana.
dapat menimbulkan stress dan ketegangan Menurut (Mulyono, 2008) pemulihan
dimana individu dapat berespon secara pasien post operasi membutuhkan waktu rata-
biologis dan perilaku yang menimbulkan rata 72,45 menit, sehingga pasien akan
respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada dua
perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, jam pertama sesudah operasi karena pengaruh
pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan obat anastesi sudah hilang, dan pasien sudah
apabila nafas makin berat dapat menyebabkan keluar dari kamar sadar.
kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan Menurut Walsh dalam (Harnawatiaj,
respon psikis akibat nyeri dapat merangsang 2008) pada pasien post operasi seringkali
respon stress yang dapat mengurangi sistem mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obat-
imun dalam peradangan, serta menghambat obat analgesik yang efektif, namun nyeri pasca
penyembuhan respon yang lebih parah akan bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar
mengarah pada ancaman merusak diri sendiri 50% pasien tetap mengalami nyeri sehingga
(Corwin, 2001). dapat mengganggu kenyamanan pasien.
Pemberian analgesik dan pemberian Maka penulis tertarik untuk
narkotik untuk menghilangkan nyeri tidak memberikan teknik relaksasi nafas dalam
terlalu dianjurkan karena dapat mengaburkan untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien
diagnosa (Sjamsu hidajat, 2005). Perawat post operasi fraktur femur karena teknik
berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan- relaksasi nafas dalam dapat membantu
kebutuhan pasien dan membantu serta mengurangi dan mengontrol nyeri pada pasien
menolong pasien dalam memenuhi kebutuhan dan teknik relaksasi nafas dalam dapat
tersebut termasuk dalam manejemen nyeri dipraktekkan dan tidak menimbulkan efek
(Lawrence, 2002). samping. Mencatat studi yang menunjukkan
Teknik relaksasi nafas dalam bahwa 60% sampai 70% pasien dengan
merupakan salah satu metode manajemen nyeri ketegangan nyeri dapat mengurangi nyerinya
non farmakologi. Menurut (Brunner & minimal 50% dengan melakukan relaksasi
Suddart, 2001) beberapa penelitian telah nafas dalam.
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 192


Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh Setelah data terkumpul dan dikelompokkan
teknik relaksasi nafas dalam terhadap kemudian dianalisis statistik. Hasil penelitian
penurunan tingkat nyeri pada pasien post disajikan dalam bentuk tabel distribusi, dengan
operasi fraktur femur. menggunakan program komputer program
SPSS 14.0 for Windows.
METODE PENELITIAN Analisa data dilakukan untuk
menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan
Penelitian ini merupakan penelitian tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok
kuantitatif, dimana rancangan penelitian yang dengan variabel penelitian. Data yang
dipakai adalah Quasi Experimental Design diperoleh dianalisis dengan menggunakan
dengan Nonequivalent Control Group Design teknik statistik kuantitatif dengan
yaitu dimana peneliti dapat mengontrol semua menggunakan analisis univariate dan analisis
variabel luar yang mempengaruhi jalannya bivariate. Analisis univariate ini dilakukan
eksperimen. Dalam design ini terdapat dua terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.
kelompok yaitu kelompok kontrol dan Pada analisis ini hanya menghasilkan distribusi
kelompok eksperimen dimana kelompok dan persentase dari tiap variabel. Sedangkan
eksperimen diberikan perlakuan teknik analisa bivariate dilakukan terhadap dua
relaksasi nafas dalam sedangkan kelompok variabel yang diduga berhubungan atau
kontrol tidak diberikan perlakuan (Sugiyono, berkorelasi.
2008). Penulis ingin mengetahui penurunan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur
Karima Utama Surakarta. Dengan alasan kasus femur antara yang dilakukan Teknik Relaksasi
bedah tulang, terutama fraktur femur cukup Nafas Dalam dengan yang tidak dilakukan
banyak dan hampir semua dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam serta seberapa
pembedahan. Rencana penelitian akan kuat pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
dilaksanakan pada bulan Juni 2009. terhadap penurunan tingkat nyeri. Dalam
Populasi adalah wilayah generalisasi penelitian ini untuk menguji dan menganalisa
yang terdiri atas obyek atau subyek yang data yang diperoleh, penulis menggunakan uji
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu – t independen.
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya HASIL DAN PEMBAHASAN
(Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini jumlah
populasi pasien dalam satu tahun yang berusia Tingkat Nyeri Pasien Sebelum Perlakuan
25 sampai 40 tahun terdapat 68 pasien.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah Distribusi Tingkat Nyeri Sebelum Perlakuan
40 pasien yang akan dibagi menjadi dua
80%
kelompok, yaitu 20 pasien sebagai kelompok 70% 60%
70%

eksperimen dengan diberi perlakuan dan 20 60%


Frekuensi

50% 40% Eksperimen


pasien sebagai kelompok kontrol tanpa diberi 40% 30% Kontrol
perlakuan. 30%
20%
Instrumen dalam penelitian ini 10% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
menggunakan lembar observasi dalam bentuk 0%
Tidak nyeri Nyeri Nyeri Nyeri hebat Nyeri hebat
Skala Nyeri Numerik menurut Agency for ringan sedang sekali

Health Care Policy and Reasearch (AHCPR) Tingkat Nyeri


yang dibuat dan disesuaikan dengan Grafik 1. Distribusi Tingkat Nyeri Sebelum
pelaksanaan penelitian yang sudah teruji Perlakuan
validitas dan reliabilitasnya.
Berdasarkan grafik diatas diketahui
bahwa pada kelompok eksperimen terdapat
sebagian besar nyeri berat yaitu sebanyak 12

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 193


responden (60%) sedangkan pada kelompok menunjukkan bahwa perbedaan antar kedua
kontrol sebagian besar juga mengalami nyeri variabel adalah signifikan karena nilai p-value
berat yaitu sebanyak 14 responden (70%). lebih kecil dari alpha 0,05.
Hasil pengujian juga menunjukkan
Tingkat Nyeri Pasien Sebelum Perlakuan bahwa skor nyeri pada sesudah perlakuan
Distribusi Tingkat Nyeri Sesudah Perlakuan kelompok eksperimen sebesar 2,65 sedangkan
50% 45% 45% 45%
pada kelompok kontrol sebesar 3,30.
40%
40%
Berdasarkan perbandingan rata-rata skor nyeri
Frekuensi

30% Eksperimen tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa


20% 15%
10%
Kontrol
pemberian teknik relaksasi nafas dalam
10%
0% 0% 0% 0%
memberikan dampak penurunan nyeri yang
0%
Tidak nyeri Nyeri Nyeri Nyeri hebat Nyeri hebat
lebih baik.
ringan sedang sekali

Tingkat Nyeri

Grafik 2. Distribusi Tingkat Nyeri Sebelum PEMBAHASAN


Perlakuan
Distribusi responden menurut jenis
Berdasarkan grafik 2 diketahui bahwa
kelamin menunjukkan pada kedua kelompok
pada sesudah perlakuan terjadi perbedaan
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
tingkat nyeri pada kedua kelompok penelitian.
dimana pada kelompok eksperimen sebanyak
Pada kelompok eksperimen sebagian besar
80% dan kelompok kontrol sebanyak 55%.
responden mengalami nyeri pada tingkat nyeri
Distribusi responden menurut pekerjaan pada
ringan dan sedang, sedangkan pada kelompok
kelompok eksperimen rata-rata sebagai
kontrol sebagian besar responden mengalami
pegawai (50%) demikian pula pada kelompok
nyeri hebat yaitu sebanyak 9 responden (45%).
kontrol rata-rata responden juga berprofesi
sebagai pegawai yaitu sebanyak 45%.
Pengujian Hipotesis Distribusi responden menurut pengalaman
Pengujian hipotesis penelitian
mengalami patah tulang sebagian besar
menggunakan Independent sample t test.
responden menyatakan bahwa patah tulang
pengujian dilakukan menggunakan bantuan
yang mereka alami saat ini adalah pengalaman
program SPSS 14.00 for Windows. Rangkuman
pertama, dimana pada kelompok eksperimen
hasil uji hipotesis penelitian disajikan pada
terdapat 60% responden dan kelompok kontrol
tabel dibawah ini.
terdapat 70% responden. Distribusi responden
menurut tingkat pendidikan pada kedua
kelompok rata-rata berpendidikan SMA,
Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis dimana pada kelompok eksperimen terdapat
55% responden berpendidikan SMA
Rata-rata skala nyeri sedangkan pada kelompok kontrol terdapat
p-
sesudah perlakuan thitung 60%.
value
Eksperimen Kontrol Distribusi nyeri yang dialami
2,65 3,30 2,926 0,006 responden pada kelompok eksperimen sebelum
dilakukan terapi (sebelum perlakuan) rata-rata
Hasil perhitungan nilai independent adalah nyeri hebat yaitu sebanyak 60% dan
sample t test sebesar 2,926 dengan nilai p-value sesudah menerima terapi (sesudah perlakuan)
sebesar 0,006. Hasil uji statistik tersebut dapat sebagian besar adalah nyeri ringan dan nyeri
diinterpre tasikan bahwa terdapat pengaruh sedang dimana masing-masing sebesar 45%.
yang signifikan teknik relaksasi nafas dalam Sedangkan pada kelompok kontrol pada saat
terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca sebelum perlakuan sebagian besar nyeri hebat
operasi fraktur femur di Rumah Sakit Karima (70%) dan pada saat sesudah perlakuan
Utama Surakarta. Nilai p-value sebesar 0,006

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 194


meskipun terdapat penurunan namun rata-rata ada pengaruh yang bermakna dengan nilai
tetap mengalami nyeri hebat (45%). sigifikasi p = 0,006 dimana t hitung = 10,661
Pengujian hipotesis penelitian yaitu teknik sedangkan t tabel = 1,684 dan taraf signifikan 5
relaksasi nafas dalam mempengaruhi tingkat %, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dari
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur uji statistik tersebut diambil kesimpulan bahwa
menggunakan teknik uji independen sample t ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas
test. Selanjutnya hasil perhitungan nilai dalam terhadap tingkat nyeri pasca operasi di
independent sample t test sebesar 2,926 dengan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
nilai p sebesar 0,006. Hasil uji statistik tersebut Teknik relaksasi nafas dalam bertujuan
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat membantu mengekspre sikan perasaan,
pengaruh yang signifikan teknik relaksasi membantu rehabilitasi atas fisik, memberi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati
pasien pasca operasi fraktur femur di Rumah dan emosi meningkatakan memori, serta
Sakit Karima Utama Surakarta. Nilai p sebesar menyediakan kesempatan yang unik untuk
0,006 menunjukkan bahwa perbedaan antar berinteraksi dan membangun kedekatan
kedua variabel adalah signifikan karena nilai p emosional. Jadi, teknik relaksasi nafas dalam
lebih kecil dari alpha 0,05. selanjutnya skor diharapkan dapat membantu mengatasi stres,
nyeri pada sesudah perlakuan kelompok mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit
eksperimen sebesar 2,65 sedangkan pada (Djohan 2006).
kelompok kontrol sebesar 3,30. Berdasarkan Teknik relaksasi nafas dalam adalah
perbandingan rata-rata skor nyeri tersebut, teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri
maka dapat disimpulkan bahwa pemberian pada thalamus yang dihantarkan ke korteks
teknik relaksasi nafas dalam memberikan cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat
dampak penurunan nyeri yang lebih baik. nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat
Sejumlah pasien dengan keluhan mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun
utama nyeri sering ditemui terutama pasien hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi
dengan fraktur femur yang mengganggu adalah pasien harus dalam keadaan nyaman,
kenyamanan pasien terutama pasien setelah pikiran pasien harus tenang dan lingkungan
dilakukan tindakan operasi. (Djohan, 2006). yang tenang. Suasana yang rileks dapat
Nyeri semacam ini tidak saja menimbulkan meningkatkan hormon endorphin yang
perasaan menderita, tetapi juga reaksi stress berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri
(Aalund, 2004) yaitu merupakan rangkaian sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf
reaksi fisik maupun biologis yang dapat perifer ke kornu dorsalis kemudian ke
mennghambat proses penyembuhan thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak
(Wirjoadmodjo, 2000). pada menurunnya persepsi nyeri (Brunner &
Berdasarkan hasil analisis yang telah Suddart, 2001).
dilakukan tersebut dapat diketahui bahwa Secara klinik apabila pasien dalam
hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi: “teknik keadaan rileks akan menyebabkan
relaksasi nafas dalam mempengaruhi meningkatnya kadar serotonin yang
penurunan nyeri pada pasien pasca operasi merupakan salah satu neurotransmitter yang
fraktur femur di RS Karima Utama Surakarta.” diproduksi oleh nucleus rafe magnus dan lokus
terbukti kebenarannya. Hasil penelitian ini seruleus, serta berperan dalam system
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh analgetik otak. Serotonin menyebabkan
Artini (2009) tentang “Pengaruh pemberian neuron-neuron local medulla spinalis
teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat mensekresi enkefalin, karena enkefalin
nyeri pasca opeasi di RSUP Dr. Soeradji dianggap dapat menimbulkan hambatan
Tirtonegoro Klaten”. Penelitian ini presinaptik dan postsinaptik pada serabut-
menggunakan bentuk rancangan penelitaian serabut nyeri tipe C sehingga sistem analgetika
one group pretest-posttest dengan teknik uji ini dapat memblok sinyal nyeri pada δ dan A
paired t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan tempat masuknya ke medulla spinalis dan

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 195


memiliki andil dalam memodulasi nyeri pada dengan kasus yang sama akan lebih mudah
susunan saraf pusat (Guyton, 2005). beradaptasi dibanding dengan pasien yang baru
Namun demikian, perlu juga pertama kali dirawat, karena tidak ada
diperhatikan beberapa kesamaan faktor yang pengalaman sebelumnya.
dapat mempengaruhi intensitas nyeri pada Penelitian menunjukkan adanya
pasien, antara lain ; usia, jenis kelamin, tingkat pengaruh yang signifikan pemberian teknik
pendidikan serta dukungan sosial. Jenis relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
kelamin laki-laki dalam penelitian ini nyeri pasien pasca operasi fraktur femur di
mendominasi dari keseluruhan responden. Rumah Sakit Karima Utama Surakarta. Namun
Menurut Taylor (2000) bahwa laki-laki dalam penelitian ini ditemukan bahwa pada
biasanya lebih toleran/tahan terhadap nyeri kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak
dibanding perempuan. Boedi Darmojo (2000) mendapatkan terapi teknik relaksasi nafas
mengungkapkan bahwa fraktur sering terjadi dalam terdapat beberapa responden yang
pada orang laki–laki daripada orang mengalami penurunan nyeri. Kondisi ini
perempuan. Hal ini berhubungan dengan disebabkan terdapat banyak faktor yang
aktifitas yang berlebih pada orang laki – laki mempengaruhi penurunan nyeri seseorang,
seperti : olah raga, pekerjaan, dan juga antara lain yaitu pengalaman, karena pada
seringnya aktifitas diluar yang berhubungan umumnya orang yang sering mengalami nyeri
dengan mobilitas menggunakan kendaraan dalam hidupnya, cenderung mengantisipasi
bermotor. terjadinya nyeri yang lebih hebat (Taylor,
Pengetahuan/kompleksitas kognitif 2000), kemudian anseitas, karena kecemasan
merupakan salah satu faktor dalam pasien menyebabkan menurunnya kadar
mempersepsikan dan melakukan suatu serotonin. Serotonin merupakan
tindakan. Menurut Morton (2004), bahwa neurotransmitter yang memiliki andil dalam
fungsi kognitif menunjukan proses menerima, memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat
mengkoordinasikan dan menginter pretasikan (Lee Mone, 1999) dan menyebabkan neuron-
sensor stimulus untuk berfikir dan neuron lokal medulla spinalis mensekresi
menyelesaikan masalah. Gangguan pada aspek enkefalin, karena enkefalin dianggap dapat
kognitif dapat berpengaruh dalam berpikir menimbulkan hambatan presipnatik dan
logis dan menghambat kemandirian dalam postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C,
menghadapi situasi. Sedangkan Neil Niven jadi sistem analgetika ini dapat memblok
(2002) dalam teorinya mengatakan bahwa sinyal nyeri yang akan masuk ke medulla
seseorang dengan dasar pendidikan yang spinalis (Guyton, 2005), selanjutnya
semakin tinggi akan semakin tinggi pula kepercayaan religius karena pada beberapa
kompleksitas kognitifnya, sehingga akan lebih agama menganggap nyeri dan penderitaan
realistis dan aktif dalam memecahkan masalah sebagai cara untuk membersihkan dosa.
serta biasanya memiliki motivasi tinggi dalam Pemahaman ini membuat seseorang
mengatasi masalah dibanding mereka dengan menghadapi nyeri dan menjadikan sebagai
basik pendidikan rendah, walaupun hal sumber kekuatan (Taylor, 2000), kemudian
tersebut juga tidak dapat dijadikan sebagai motivasi pasien karena apabila motivasi untuk
ukuran dalam hal ini. sembuh cukup besar maka ketahanan untuk
Adapun intensitas nyeri selain di nyeri semakin besar (Muhiman, 1999).
pengaruhi oleh penggunaan terapi, juga Pada kelompok kontrol peneliti hanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: memberikan motivasi kepada responden untuk
lingkungan, kelelahan, ansietas, budaya, menghadapi rasa nyeri yang dirasakan dengan
dukungan orang lain dan riwayat sebelumnya bersikap positif, yaitu dengan menenangkan
(Priharjo, 2000). Seseorang dengan diri sendiri serta berdoa kepada Tuhan agar
pengalaman yang pernah di alaminya akan diberikan kekuatan dalam menghadapi rasa
lebih mudah beradaptasi dan mengatasinya, nyeri yang dirasakan.
misalnya seorang pasien yang pernah di rawat

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 196


KESIMPULAN DAN SARAN merupakan fasilitas bagi mahasiswa
untuk mengembangkan ilmu
Kesimpulan pengetahuan dan ketrampilannya
1. Tingkat nyeri responden sebelum melalui praktikum.
perlakuan pada kelompok eksperimen b. Memperbarui kurikulum dengan
sebagian besar mengalami nyeri hebat. disesuaikan perkembangan ilmu,
2. Tingkat nyeri responden sebelum menginggat ilmu kesehatan yang
perlakuan pada kelompok kontrol sebagian komplek selalu mengalami
besar mengalami nyeri hebat. perkembangan yang cepat.
3. Tingkat nyeri responden sesudah
perlakuan pada kelompok eksperimen 3. Bagi Perawat
sebagian mengalami nyeri sedang dan a. Melihat banyaknya faktor yang
ringan. mempengaruhi tingkat nyeri, maka
4. Tingkat nyeri responden sesudah diperlukan berbagai teknik dalam
perlakuan pada kelompok kontrol rata-rata meredakan nyeri. Dalam hal ini
mengalami nyeri hebat. sebaiknya perawat meningkatkan
5. Ada penurunan tingkat nyeri yang pengetahuan dan ketrampilan dalam
signifikan pada kelompok eksperimen. manajemen nyeri non farmakologi
6. Ada penurunan tingkat nyeri tetapi tidak dengan menggunakan pendekatan
terlalu signifikan pada kelompok kontrol. kontrol nyeri yang terbaik bagi
7. Ada pengaruh yang signifikan teknik masing-masing pasien, khususnya
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan pada pasien pasca operasi.
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur b. Perawat sebagai anggota team
femur antara kelompok eksperimen dan kesehatan yang sering berhubungan
kelompok kontrol di Rumah Sakit Karima dengan pasien, dituntut untuk selalu
Utama Surakarta. memberikan informasi serta
pendidikan kesehatan sesuai dengan
latar belakang pasien dan keluarga.
SARAN Hal yang penting juga bagi perawat
1. Bagi Rumah Sakit adalah selalu melibatkan pasien dan
Penelitian ini berhasil membuktikan keluarga dalam asuhan keperawatan,
adanya pengaruh pemberian teknik sehingga akan tercipta kerjasama
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan yang baik dan rasa tanggung jawab
nyeri pada pasien pasca operasi di RS bersama.
Karima Utama Surakarta. Hasil ini 4. Bagi Peneliti yang lain.
tentunya menjadi acuan pihak rumah sakit a. Melakukan penelitian lanjutan tentang
untuk menjadikan teknik ini sebagai salah faktor-faktor lain yang mempengaruhi
satu alternatif terapi bagi penurunan nyeri tingkat nyeri selain dari faktor teknik
pasien pasca operasi. Salah satu langkah relaksasi nafas dalam.
yang perlu dilakukan adalah meningkatkan b. Melakukan penelitian tentang tingkat
pengetahuan dan ketrampilan tenaga nyeri ataupun teknik relaksasi nafas
kesehatan rumah sakit dalam pelaksanaan dalam untuk mengurangi rasa nyeri
teknik relaksasi nafas dalam sehingga dengan lingkup sampel yang lebih luas
mereka memiliki kemampuan dan untuk memperoleh hasil yang
ketrampilan dalam memberikan pelayanan tergeneralisasi.
teknik relaksasi c. Hasil penelitian ini secara teori dapat
menambah perbendaharaan ilmu
2. Bagi Institusi Pendidikan pengetahuan khususnya tentang
a. Memberikan kemudahan dalam pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
pemakaian sarana dan prasarana yang terhadap penurunan nyeri pasien pasca

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 197


operasi fraktur femur di RS Karima penelitian berikutnya dengan tujuan
Utama Surakarta, sehingga dapat menyempurnakan penelitian ini.
digunakan sebagai referensi bagi

DAFTAR PUSTAKA

Aalund, RN. 2000. Pain Hand Book for Cancer Patiens : A Guide for Management of Pain and Side
Effect. Swedish American Hospital : University of Wincosin Board of Regen.

Armis, M.D. 2001. Principle of the Fracture Care. Jakarta: Medika Universitas Gadjah Mada.

Artini, Ni Komang Rai. 2009. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat
Nyeri Pasca Operasi di RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. www.
Stikes_smart@ymail.com . Diakses tanggal 5 Mei 2009.

Boedi Darmojo. 2000. Ilmu Kesehatan Lansia. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik; edisi 6. Jakarta: EGC.

Corwin, J.E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Djohan. 2006. Terapi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik.

Guyton, Arthur C. 2005. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Harnawatiaj. 2008. Nyeri. http:// harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/nyeri/. Diakses tanggal 28


September 2008.

Lawrence. M, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Medika.

Lee, M. Jenifer. 1999. Segi Praktis Fisioterapi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Morton. 2004. Prevention and Control Pain in Children. British Journal of Anesthesia.

Muhiman, Muhardi. 1999. Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI.

Mulyono. 2008. Hubungan Musik Klasik Dengan Waktu Pemulihan Pasien Post Operasi Seksio
Cesaria Dengan Spinal Anestesi di RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi S-1 tidak
diterbitkan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Neil Niven. 2002. Psikologi Kesehatan Keperawatan : Pengantar untuk Perawat dan Profesional.
Jakarta : EGC.

Patricia A. Potter and Anne G. Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Alih Bahasa oleh Renata Komalasari, dkk. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Priharjo. R 2000. Perawatan Nyeri : Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Jakarta : EGC.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 198


Sjamsuhidayat, R and Win. D. J. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart. Edisi 8.
Jakarta: EGC.

Sudoyo. W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit
ALFABETA.

Taylor, C, Carol. 2000. Fundamental of Nursing ; The Art & Science of Nursing. Lippicott
Philadelphia.

Towsend, Mary C. 1999. Psychiatric Mental Health Nursing: Consept of Care. Philadelphia.

Wirjoatmodjo, K. 2000. Anestesiologi dan Reanimasi: Modul Dasar untuk Pendidikan S1 Kedokteran.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidian Nasional.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam…. (Novarizki dan Arina M) 199

You might also like