You are on page 1of 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326205533

PERAN TRAIT MINDFULNESS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING


PADA DEWASA AWAL YANG BEKERJA DAN MENIKAH

Article · June 2018


DOI: 10.15575/psy.v5i1.1774

CITATIONS READS

2 421

2 authors, including:

Endang Fourianalistyawati
University of Wisconsin–Madison
56 PUBLICATIONS   31 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pengaruh Kualitas Jasa, Citra Perusahaan dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Keputusan Pengambilan Produk Kredit Mikro View project

Mindfulness and Well being of Pregnant women in Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Endang Fourianalistyawati on 20 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PSYMPATHIC : Jurnal Ilmiah Psikologi eISSN: 2502-2903, pISSN: 2356-3591
Volume 5, Nomor 1, 2018: 67-82 DOI: 10.15575/psy.v5i1.1774

Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being


pada Dewasa Awal

Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati


Universitas YARSI, Jl. Letjend Suprapto Kav. 13 Jakarta Pusat
e-mail: aerpiana@gmail.com

Abstract

During the early adulthood stage of development, there are duties that individuals typically
perform, work and marriage. These duties must be balanced to obtain psychological well-being.
If someone unable to balance both roles, they may get stress, unhappy, even the psychological
well-being may decrease. One way to enhance psychological wel-being is trait mindfulness. The
purpose of this study was to analyze the role of trait mindfulness on every dimension of
psychological well-being in early adults. Samples were working and married adults between 20-
40 years old and living in Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. This research used Ryff’s
Psychological Well-Being Scale to measure psychological well-being and Five Facet
Mindfulness Questionnaire to measure trait mindfulness. Multiple regression testing showed trait
mindfulness play a significant role in every dimension of psychological well-being, in which
35.3% for environmental mastery, 31.7% for purpose in life, 31.1% for positive relation, 24% for
personal growth, 18.7% for autonomy, and 17.6% for self-acceptance.

Keywords: trait mindfulness, psychological well-being, stage of young adulthood development

Abstrak

Individu dewasa awal memiliki dua tugas perkembangan utama, yaitu bekerja dan menikah.
Kedua tugas perkembangan ini harus seimbang untuk meningkatkan psychological well-being.
Apabila individu tidak mampu menyeimbangkannya, dapat menyebabkan stres dan
ketidakbahagiaan bahkan menurunkan psychological well-being. Salah satu pendekatan untuk
meningkatkan psychological well-being adalah trait mindfulness. Penelitian ini bertujuan
menganalisis peran trait mindfulness terhadap setiap dimensi psychological well-being pada
dewasa awal. Subjek berjumlah 200 orang yang merupakan individu dewasa awal dengan
rentang usia 20-40 tahun, telah bekerja dan menikah, serta berdomisili di Jakarta-Bogor-Depok-
Tangerang-Bekasi. Alat ukur terdiri dari Ryff’s Psychological Well-Being Scale (PWBS) untuk
mengukur psychological well-being, dan Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) untuk
mengukur trait mindfulness. Uji regresi ganda menunjukkan trait mindfulness berperan
signifikan terhadap dimensi psychological well-being, yaitu sebesar 35.3% pada dimensi
environmental mastery, 31.7% pada dimensi purpose in life, 31.1% pada dimensi positive
relation, 24% pada dimensi personal growth, 18.7% pada dimensi autonomy, dan 17.6% pada
dimensi self-acceptance.

Kata kunci: trait mindfulness, psychological well-being, tahap perkembangan dewasa awal

Pendahuluan Namun, telah diketahui bahwa sebesar


60% individu yang bekerja sulit untuk
Tahap dewasa awal memiliki rentang mendapat keseimbangan antara pekerjaan
usia antara 20-40 tahun (Erikson dalam dan keluarga (Keene & Quadagno, dalam
Papalia, Feldman, & Martorel, 2012). Handayani, 2013). Individu dapat merasa-
Menurut Newman dan Newman (2006), kan kelelahan, rasa bersalah, dan menguras
dua area utama dalam kehidupan dewasa energi untuk menyeimbangkan tuntutan
awal, yaitu bekerja dan menikah. Sehingga, dari kedua peran tersebut (Buzzanell,
individu diharapkan untuk dapat menyeim- Meisenbach, Remke, Liu, Bowers, & Conn,
bangkan kedua tugas tersebut. dalam Ariyanti, 2009). Peran keluarga

67
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

dapat mengurangi jumlah waktu dan tenaga tingkat stres yang rendah ketika menemui
yang digunakan untuk peran pekerjaan, permasalahan sehari-hari, memiliki mental
sehingga menimbulkan potensi terjadinya dan fisik yang sehat, kemampuan yang baik
konflik dalam pekerjaan dan keluarga ikut dalam sosial dan emosional, serta indikator
merasakan dampaknya. Tuntutan pekerjaan lain dalam kualitas hidup dan psychological
membuat waktu dan tenaga untuk keluarga well-being (Weinsten, Brown, & Ryan,
semakin berkurang dan menyebabkan kon- 2009). Dengan demikian, individu mampu
flik di lingkungan keluarga akibat waktu untuk memenuhi tugas dan permasalahan
dan tenaga yang berkurang (Benin & dalam tahapan perkembangannya dapat
Niendstedt, dalam Christine, Oktorina, & diatasi dengan baik.
Mula, 2010). Dengan demikian, konflik- Di Indonesia telah dilakukan beberapa
konflik tersebut menyebabkan stres yang penelitian terkait trait mindfulness terhadap
berat, mengganggu aktivitas serta beragam subjek dan ditemukan dapat
kesehatan individu, depresi, kegelisahan meningkatkan kesejahteraan psikologis
dan akhirnya membuat diri individu tidak mereka, seperti pada ibu hamil, pengendara
bahagia, bahkan menurunkan psychological motor, dan juga remaja (Fourianalistyawati,
well-being (kesejahteraan psikologis). Grasiaswaty, & Uswatunnisa, 2018). Bebe-
Psychological well-being adalah ke- rapa hasil penelitian terkait dengan trait
adaan psikologis dari individu yang mindfulness dan psychological well-being
memiliki karakter positif pada penerimaan menunjukkan bahwa trait mindfulness
diri, hubungan dengan orang lain, otonomi, mampu membuat psychological well-being
penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan individu menjadi lebih baik dalam dimensi
pertumbuhan diri (Ryff & Keyes, 1995). kepuasan hidup, self-confidence, self-
Psychological well-being berhubungan pula efficacy, self-compasion, sense of personal
dengan macam-macam variabel yang growth (Weare, 2014), dan dimensi
melibatkan proses internal dan eksternal otonomi (Parto & Besharat, 2011).
pada diri individu. Salah satu variabel Penelitian Mahmoudzadeh, Mohammad
tersebut adalah trait mindfulness, yang khani, Dolatshahi, dan Moradi (2015)
memperkuat atensi atau kesadaran. Pada menunjukkan bahwa mindfulness memiliki
penelitian sebelumnya, telah ditemukan hubungan yang positif dengan setiap
bahwa psychological well-being memiliki dimensi psychological well-being.
hubungan yang positif dan signifikan Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
dengan kelima dimensi trait mindfulness trait mindfulness dapat meningkatkan
(Baer, Smith, Hopkins, Krietemeyer, & psychological well-being dengan menurun-
Toney, 2006). kan pola pemikiran yang berulang dan
Trait mindfulness adalah suatu bentuk melakukan penerimaan pada diri individu
disposisi dari mindfulness (Neelarambam, maupun apa yang terjadi pada dirinya
2015) atau suatu derajat atensi mindful pada (Ramel, Goldin, Carmona, & McQuaid,
individu (Brown, Ryan, & Creswell, 2007). dalam Mahmoudzadeh dkk., 2015). Dengan
Sedangkan mindfulness berarti suatu demikian, semakin individu bersikap
keadaan ketika individu sadar akan dirinya, mindful, maka ia akan semakin bisa untuk
baik tempat maupun mental terhadap mendeteksi dirinya sendiri dari pemikiran
keadaan yang terjadi pada saat itu juga, yang negatif. Selain itu, individu yang
serta tidak berfikir ataupun terpaku akan memiliki trait mindfulness akan
kejadian masa lalu maupun masa depannya, menekankan pada penerimaan dibanding-
melainkan fokus akan keadaan sekarang kan dengan menjauhi terhadap apa yang
(Baer, Smith, Lykins, Button, Krietemeyer, terjadi pada diri individu maupun lingku-
Sauer, Walsh, Duggan, & Williams, 2008). ngannya (Brown & Ryan, dalam
Individu yang mindful akan memiliki Mahmoudzadeh dkk., 2015). Hal ini

68
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

berhubungan dengan dimensi pada psycho- individu untuk menguasai dan mengatur
logical well-being, salah satunya yaitu self- lingkungan, mengontrol aktivitas eksternal
acceptance. Penelitian terkait trait mind- yang kompleks, menggunakan kesempatan
fulness di Indonesia yang dilakukan oleh secara efektif, memiliki kemampuan untuk
Sanoveriana dan Fourianalistyawati (2017), memilih dan menciptakan konteks yang
juga menemukan bahwa trait mindfulness sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi.
merupakan prediktor yang signifikan Dimensi kelima, yaitu purpose in life,
terhadap semua dimensi dari psychological merupakan individu yang memiliki tujuan
well-being. dalam hidup dan perasaan terarah, merasa-
kan makna dan tujuan dari kehidu-pan yang
Psychological Well-Being sedang dan telah dilaluinya serta mempu-
Psychological well-being adalah ke- nyai tujuan hidup. Dimensi terakhir, yaitu
mampuan individu dalam menghadapi personal growth, yaitu individu dapat
tantangan dalam rangka berjuang untuk merasakan perkembangan yang berkelanju-
memfungsikan dirinya sendiri secara penuh tan, melihat dirinya tumbuh dan berkem-
dan menyadari talenta uniknya. Psycholo- bang, terbuka pada pengalaman baru, me-
gical well-being juga dapat diartikan nyadari potensi dalam dirinya serta melihat
sebagai suatu keadaan psikologis yang peningkatan dalam diri, simpati dan
tidak hanya bebas dari penyakit mental, pengertian.
tetapi mengandung arti yang lebih luas,
yaitu individu memiliki karakter yang Trait Mindfulness
positif pada penerimaan diri, hubungan Menurut Baer, Smith, Lykins, Button,
dengan orang lain, otonomi, penguasaan Krietemeyer, Sauer, Walsh, Duggan, dan
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbu- William (2008), trait mindfulness adalah
han diri (Ryff & Keyes, 1995). suatu keadaan ketika individu sadar akan
Menurut Ryff (1989) psychological dirinya, baik tempat maupun mental ter-
well-being terdiri dari enam dimensi. hadap keadaan yang terjadi pada saat itu
Dimensi pertama, yaitu self-acceptance, juga, serta tidak berfikir ataupun terpaku
adalah ketika individu memiliki sikap akan kejadian masa lalu maupun masa
positif terhadap diri sendiri, mengenali dan depannya, melainkan fokus akan keadaan
menerima segala aspek diri yang baik dan sekarang.
buruk serta merasa positif tentang masa Menurut Baer dkk. (2008), trait
lalunya. Dimensi kedua, yaitu positive mindfulness memiliki lima dimensi, yaitu
relation with others, merupakan kondisi observing, describing, acting with aware-
dimana individu memiliki hubungan yang ness, non-judging of inner experience, dan
hangat, memuaskan, dan saling percaya non-reacting to inner experience.
satu sama lain, memperhatikan kesejah- Observing adalah bagaimana individu
teraan orang sekitarnya, mampu berempati menyadari atau memperhatikan pengala-
dan mengasihi serta terlibat dalam hubu- man internal dan eksternal, seperti sensasi,
ngan timbal balik. kognisi, emosi, penglihatan, suara, dan bau.
Selanjutnya dimensi ketiga, yaitu Describing merupakan kemampuan indi-
autonomy, adalah ketika individu memiliki vidu untuk memberi label atau menjelaskan
determinasi diri dan bebas, mampu pengalaman internal dengan kata-kata.
mengatasi tekanan sosial dengan tetap Kemudian dimensi lainnya, yaitu acting
berpikir dan bertindak sesuai dengan keya- with awareness, memiliki definisi yaitu
kinan, mengatur perilaku dari dalam diri, ketika individu mengalami suatu aktivitas
serta mengevaluasi diri berdasarkan standar pada satu moment dan kontras dengan
pribadi. Dimensi keempat, yaitu bertingkah secara mekanis ketika fokus
environmental mastery, adalah kemampuan perhatian berada di tempat lain.

69
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

Selanjutnya, dimensi non-judging of Menikah


inner experience yaitu ketika individu Menikah adalah awal dari terbentuknya
mengambil suatu makna yang bukan hubungan resmi antara pria dan wanita
merupakan evaluasi atas pemikiran dan yang di dalamnya terdapat unsur keintiman,
perasaan. Dimensi kelima, yaitu non- pertemanan, persahabatan, kasih sayang,
reactivity to inner experience, adalah saat pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi
individu memiliki kecenderungan untuk lebih matang, serta penyatuan dua individu
mengizinkan pemikiran dan perasaan untuk yang berlainan jenis dengan lahirnya anak-
datang dan pergi, tanpa terbawa olehnya anak (Papalia & Olds, 1998). Sebelum
maupun mengikutinya. menikah, individu akan melewati proses
untuk memilih pasangan. Setelah menikah,
Dewasa Awal individu akan membangun kehidupan
Papalia dan Olds (1998) mendefinisi- rumah tangga dan menjaga komitmen
kan dewasa awal sebagai suatu tahap untuk mempertahankan pernikahan
perkembangan individu yang sedang berada (Copper & Makin, dalam Wulandari 2009).
pada puncaknya, karena berbagai keputu- Individu yang telah menikah, telah
san penting memengaruhi kesehatan, karir, menyelesaikan salah satu dari tugas
dan hubungan antar pribadi pada masa perkembangannya dan mendapatkan
dewasa awal. Dewasa awal dimulai dari dukungan sosial yang lebih baik daripada
usia 20-40 tahun (Erikson dalam Papalia, yang belum menikah. Seperti pada
Feldman, & Martorel, 2012). Papalia dan penelitian Glenn (1975) yang menemukan
Olds (1998) telah membagi tiga tahapan bahwa seseorang yang telah menikah
pada masa dewasa awal, yaitu masa memiliki kebahagiaan secara menyeluruh
pembentukan (20-30 tahun), masa dibandingkan dengan yang belum.
konsolidasi (30-40 tahun), dan masa Sehingga, menikah dapat meningkatkan
transisi (40 tahun). Jadi, individu pada psychological well-being pada diri
masa dewasa awal merupakan tahapan individu.
perkembangan yang memiliki berbagai
keputusan penting untuk dipilih, terutama Metode Penelitian
pada area bekerja dan menikah (Newman
& Newman, 2006). Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam
Bekerja penelitian asosiatif karena tujuan dari
Kerja adalah bagian yang penting bagi penelitian ini adalah untuk melihat ada atau
kehidupan manusia karena merupakan tidaknya hubungan antara dua variabel dan
aspek kehidupan yang memberikan status arah dari hubungan tersebut (Sugiyono,
kepada masyarakat (Brown, dalam 2011). Dalam penelitian ini dilakukan uji
Anoraga, 1988). Bekerja adalah kegiatan regresi untuk melihat hubungan fungsional
ekonomi yang dilakukan oleh seseorang antar variabel yaitu untuk melihat peran
dengan maksud memperoleh pendapatan dari satu variabel terhadap variabel lainnya.
atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak
terputus) dalam seminggu yang lalu. Partisipan
(Badan Pusat Statistik, 2018). Tujuan dari Penelitian ini menggunakan 200
bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan individu dewasa awal yang memiliki
hidup individu, mendapatkan rasa aman, rentang usia 20-40 tahun, telah bekerja dan
mencari kepuasan, dan dapat mengaktuali- menikah, serta berdomisili di Jakarta-
sasikan diri dalam bekerja. Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabode-
tabek). Apabila ditinjau dari jenis kelamin,
jumlah partisipan perempuan memiliki

70
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

persentase 53% dan laki-laki memiliki Five Facets of Mindfulness Question-


persentase 47%. Pada tahap perkembangan naire (FFMQ). Five Facet Mindfulness
dewasa awal masa konsolidasi memiliki Questionnaire (FFMQ) adalah alat ukur
jumlah yang lebih banyak (61%), diban- untuk mengukur trait mindfulness. FFMQ
dingkan dengan masa pembentukan (39%). ini terdiri dari 39 item dengan 20 item
positif dan 19 item negatif, dengan rincian
Instrumen Penelitian 8 item untuk tiap dimensi observing,
Psychological Well-Being Scale describing, acting with awareness, dan
(PWBS). Psychological Well-Being Scale non-judging of inner experience, serta 7
adalah alat ukur yang mengukur item untuk dimensi non-reactivity to inner
psychological well-being yang terdiri dari experience.
42 item, dengan 22 item positif dan 20 item Hasil dari uji validitas yang dilakukan
negatif. Setiap dimensi yaitu: self- terhadap FFMQ, menunjukkan bahwa
acceptance, positive relation with others, terdapat 5 item yang perlu dihapus yaitu
autonomy, environ-mental mastery, item pada nomor 2, 7, 27, 32, dan 37. Oleh
purpose in life, dan personal growth karena itu, total jumlah item yang
masing-masing terdiri dari 7 item. digunakan dalam penelitian ini adalah 34
Hasil uji validitas terhadap instrumen item.
PWBS, menunjukkan beberapa item yang Hasil uji reliabilitas menggunakan
perlu dihapus. Pada dimensi self- analisis Cronbach’s Alpha pada dimensi
acceptance terdapat 4 item yang dihapus observing sebesar α=0,621, dimensi
(item 18, 30, 36, 42). Kemudian, terdapat 1 describing sebesar α=0,737, dimensi acting
item yang perlu dihapus pada dimensi with awareness sebesar α=0.880, dimensi
autonomy (item 37), dimensi environmental non-judging sebesar α=0.682, dan dimensi
mastery (item 8) dan dimensi purpose in non-reactivity sebesar α=759. Hasil uji
life (item 41). Pada dimensi positive reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa
relation with others terdapat 2 item yang dimensi-dimensi pada instrumen PFMQ
dihapus (item 9, 21). Total jumlah item sudah reliabel karena memenuhi koefisien
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas yang dianggap baik, yaitu di
33 item. atas 0,6 (Sugiyono, 2011).
Uji reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan analisis Cronbach’s Alpha Prosedur Penelitian
yang menghasilkan angka α=0,657 pada Sebelum pengambilan data, peneliti
dimensi self-acceptance, α=0,722 pada melakukan uji keterbacaan terhadap tiga
dimensi positive relation with others, partisipan dan mengujicobakan kedua
α=0,61 pada dimensi autonomy, α=0,611 instrumen kepada 80 responden yang sesuai
pada dimensi environmental mastery, dengan karakteristik subjek penelitian ini.
α=0,671 pada dimensi purpose in life, dan Setelah mendapatkan nilai validitas dan
α=0,642 pada dimensi personal growth. reliabilitas yang baik, peneliti melakukan
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan penyebaran data kepada 200 partisipan
bahwa dimensi-dimensi pada instrumen dengan memberikan kuesioner secara
PWBS sudah reliabel karena memenuhi langsung kepada partisipan. Setelah data
koefisien reliabilitas yang dianggap baik, terkumpul, dilakukan olah data dan analisis
yaitu di atas 0,6 (Sugiyono, 2011). regresi berganda.

71
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Tabel 1.
Data Deskriptif Variabel Trait Mindfulness

Dimensi Skor minimum Skor maksimum Skor rata-rata SD


Observing 9 40 24.1 5.29
Describing 4 15 10.075 2.32
Acting with awareness 10 40 27.965 5.31
Non-judging 8 39 25.625 4.79
Non-reactivity 10 34 20.755 4.02

Tabel 2.
Data Deskriptif Variabel Psychological Well-Being

Dimensi Skor minimum Skor maksimum Skor rata-rata SD


Self-acceptance 8 18 13.955 2.55
Positive relation 16 42 30.99 5.72
Autonomy 15 35 23.72 4.08
Environmental mastery 16 36 24.635 4.26
Pupose in life 16 36 27.39 5.23
Personal growth 11 30 20.535 4.04

Tabel 3.
Hasil Analisis Regresi Berganda Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being

Dimensi psychological well-being


Environmental Purpose in Positive Personal
Autonomy Self-acceptance
mastery life relation growth
R2 .353 .317 .311 .240 .187 .176
F 21.202* 18.035* 17.511* 12.241* 8.924* 8.302*
* p<.05

Tabel 4.
Hasil Analisis Regresi Berganda Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being Perdimensi

Dimensi psychological well-being


Dimensi trait Self- Positive Environmen- Purpose in Personal
Autonomy
mindfulness acceptance relation tal mastery life growth
B Sig. B Sig. B Sig. B Sig. B Sig. B Sig.
Observing .089 .026* .226 .006* .138 .030* .210 .000* .213 .005* .072 .238
Describing .183 .042* .105 .566 .215 .130 .090 .496 .174 .298 .013 .925
Acting with .078 .069 .540 .000* .233 .001* .444 .000* .509 .000* .399 .000*
awareness
Non-judging .018 .700 .108 .271 .081 .290 -.07 .289 -.08 .341 -.09 .207
Non-
.162 .005* .165 .159 .139 .126 .138 .105 .175 .103 -.06 .450
reactivity
* p<.05

Asumsi Regresi Ganda Berdasarkan hasil analisis, ditemukan


Hasil regresi ganda dapat dikatakan bahwa semua asumsi regresi ganda
valid, apabila memenuhi beberapa asumsi terpenuhi, yaitu data bersifat normal, linier,
regresi ganda, seperti: normalitas, linieritas, memiliki homoscedasticity, serta tidak
homoscedasticity, dan multicollinearity. memiliki multicollinearity antar variabel.

72
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

Hasil Analisis Regresi Berganda Trait seseorang dalam kondisi mindful maka
Mindfulness terhadap Psychological individu dapat menerima dirinya sendiri
Well-Being dengan unconditionally. Ketika individu
Berdasarkan hasil analisis regresi memiliki mindfulness, ia akan secara aktif
ganda pada tabel 3 telah ditemukan bahwa membuat perbedaan sudut pandang atau
terdapat peran trait mindfulness terhadap perspektif mengenai lingkungan daripada
setiap dimensi psychological well-being. memanipulasinya untuk membuat
Oleh karena itu, hipotesis pada penelitian keuntungan dengan melakukan evaluasi
ini diterima. Trait mindfulness berperan positif dan menjaga self-esteem. Ketika
paling besar terhadap dimensi individu secara aktif memberi perhatian
2
environmental mastery (R =0,353, p<0,05), kepada lingkungannya, berarti ia hidup
yaitu 35,3%, dan berperan paling sedikit dengan authentic pada saat itu. Selain itu,
terhadap dimensi self-acceptance ketika individu melihat dirinya secara
(R2=0,176, p<0,05). mindful, ia akan melihat bahwa dirinya
adalah individu yang beraneka ragam dan
Pembahasan potensi dalam dirinya tidak terbatas akibat
Berdasarkan hasil analisis penelitian persepktif yang dimiliki. Sehingga, self-
ini, menunjukkan bahwa trait mindfulness acceptance adalah keputusan yang dibuat
berperan terhadap psychological well-being oleh individu ketika mengambil tanggung
pada dimensi self-acceptance (R2=0,176, jawab akan hidupnya dan percaya bahwa ia
p<0,05), positive relation (R2=0,311, dapat mengontrolnya berdasarkan
p<0,05), autonomy (R2=0,187, p<0,05), keputusan yang ia buat untuk dunianya
environmental mastery (R2=0,353, p<0,05), sendiri. Jadi, ketika individu bersikap
purpose in life (R2=0,317, p<0,05), dan mindful maka ia mampu untuk menerima
personal growth (R2=0,240, p<0,05). dirinya tanpa syarat (Carson & Langer,
Trait mindfulness adalah bentuk 2006).
disposisi dari individu yang memiliki Secara khusus dimensi pada trait
karakteristik sadar akan dirinya, baik mindfulness yang signifikan berperan
tempat maupun mental terhadap keadaan terhadap dimensi self-acceptance pada
yang terjadi pada saat itu juga, serta tidak psychological well-being adalah dimensi
berfikir ataupun terpaku akan kejadian observing. Hal ini tidak sejalan dengan
masa lalu maupun masa depannya, penelitian yang dilakukan oleh Sanoveriana
melainkan fokus akan keadaan sekarang dan Fourianalistyawati (2017) yang
(Baer dkk., 2008), dan self-acceptance menemukan bahwa dimensi observing tidak
adalah kondisi individu yang memiliki secara signifikan menjadi prediktor
sikap positif terhadap diri sendiri, terhadap psychological well-being.
mengenali dan menerima segala aspek diri Menurut Carson dan Langer (2006), ketika
yang baik dan buruk serta merasa positif individu mampu untuk melihat dan
tentang masa lalunya (Ryff & Keyes, menyadari segala aspek yang terjadi dari
1995). Menurut Carson dan Langer (2006), berbagai perspektif, maka ia dapat
ketika seseorang hidup dengan berfikir menerima pengalaman dari masa lalu dan
mindful, maka individu mampu untuk juga saat ini, sehingga ia bisa menerima
menerima masalah yang terjadi pada masa dirinya sendiri secara apa adanya.
lalu maupun masa sekarang dari Selanjutnya, dimensi pada trait mindfulness
kehidupannya. Individu akan menyadari yang signifikan berperan terhadap dimensi
bahwa dirinya mampu untuk melihat self-acceptance adalah dimensi describing.
kehidupannya dari berbagai perspektif dan Institute Meditation and Psychotherapy
ia mampu untuk mengubah perspektif menemukan bahwa melakukan terapi
tergantung dari konteksnya. Jadi, ketika mindfulness berguna untuk meningkatkan

73
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

kesadaran akan pengalaman yang terjadi dalam situasi sosial. (Dekeyser, Raes,
saat ini dengan sikap menerima (Germer, Leijssen, Leyson, & Dewulf, dalam Davis
Siegel, & Fulton, dalam Didonna, 2008). & Hayes, 2011). Selain itu, mindfulness
Ketika seseorang mengalami kesulitan, ia mampu mengubah struktur fisik dan fungsi
akan membutuhkan orang lain untuk dari otak, yang mampu meningkatkan
memahami siapa dirinya dan mengapa ia fungsi asosiasi (Siegel, dalam Davis &
menderita, sehingga seseorang harus Hayes 2011), attention, sensory processing
mampu menjelaskan apa yang dipahami, dan sensitivitas akan stimulus internal
serta melakukan penerimaan diri agar (Lazar dkk., dalam Davis & Hayes, 2011),
mampu untuk memberikan nasihat yang meningkatkan kecepatan proses dalam otak
bermanfaat tanpa disalahpahami (Didonna, (Moore & Malinowski, dalam Davis &
2008). Selain itu, dimensi non-reactivity Hayes 2011), menurunkan task effort, serta
juga berperan terhadap self-acceptance memiliki lebih sedikit pemikiran yang tidak
karena pada individu yang dengan sengaja berhubungan dengan tugasnya (Lutz dkk.,
dan tegas agar menerima dirinya sendiri dalam Davis & Hayes, 2011). Sehingga,
berusaha untuk tidak mengikuti atau akibat dari perubahan struktur fisik dan
berreaksi dengan pengalamannya fungsi yang terjadi pada otak ketika
(Rodriguez, 2015). individu dalam kondisi mindful mampu
Selanjutnya, hasil penelitian ini memengaruhi peningkatan kemampuan
menunjukkan bahwa trait mindfulness untuk bertindak secara sadar saat itu juga
berperan secara signifikan terhadap dimensi (Davis & Hayes, 2011).
positive relation. Positive relation adalah Dimensi trait mindfulness yang
ketika individu memiliki hubungan yang berperan signifikan terhadap dimensi
hangat, memuaskan, dan saling percaya positive relation with others pada
satu sama lain, memperhatikan psychological well-being adalah dimensi
kesejahteraan orang sekitarnya, mampu observing. Ketika seseorang telah terbiasa
berempati dan mengasihi serta terlibat untuk mengenali apa yang terjadi pada
dalam hubungan timbal balik (Ryff, 1989). dirinya sendiri, hal ini mampu
Menurut Davis dan Hayes (2011), trait meningkatkan kepekaan pada diri individu
mindfulness mampu memprediksi kepuasan tersebut. Sehingga, dengan memanfaatkan
dalam hubungan, memiliki kemampuan kemampuannya tersebut, seseorang akan
untuk merespon secara konstruktif terhadap dengan mudah untuk memengaruhi dan
relationship stress, dan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
mengidentifikasi dan komunikasi emosi (Robert & Cooper, dalam Agustian, 2001).
terhadap partner termasuk mengenai Kemudian, dimensi pada trait mindfulness
konflik dalam hubungan, perasaan negatif, yang signifikan berperan terhadap dimensi
dan empati (Barnes, Brown, Krusemark, positive relation with others pada
Campbell, & Rogge; Wachs & Cordova, psychological well-being adalah dimensi
dalam Davis & Hayes, 2011). Barnes dkk. acting with awareness. Menurut Grotli
(Davis & Hayes, 2011) menemukan bahwa (dalam Totlund, 2014), apabila individu
individu dengan trait mindfulness yang memiliki kemampuan untuk melihat diri
tinggi memiliki emotional stress yang sendiri dan menyadari perilaku (acting)
rendah dalam merespon konflik dalam sendiri, maka hal ini akan meningkatkan
hubungan dan mendiskusikan konflik kesadaran seseorang dalam hubungannya
tersebut dengan kemarahan dan kecemasan dengan orang lain.
yang rendah. Fakta-fakta menunjukkan Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa mindfulness memiliki hubungan bahwa trait mindfulness berperan secara
dengan kemampuan untuk bertindak signifikan terhadap dimensi autonomy.
dengan kesadaran (act with awareness) Autonomy adalah ketika individu memiliki

74
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

determinasi diri dan bebas, mampu keputusan dan menerangkan proses


mengatasi tekanan sosial dengan tetap informasi mengenai kemungkinan satu dan
berpikir dan bertindak sesuai dengan lainnya seperti sensasi pada tubuh, perasaan
keyakinan, mengatur perilaku dari dalam dan perilaku. Mindfulness juga dapat
diri, serta mengevaluasi diri berdasarkan memperbaiki pembuatan keputusan
standar pribadi (Ryff, 1989). Ketika individu dengan berbagai cara selama
individu lebih atentif pada aktivitas yang proses membuat keputusan (Huang, 2015).
menurutnya menarik, individu cenderung Sehingga, semakin baik trait mindfulness
untuk merasakan pengalaman itu sebagai yang dimiliki oleh individu, maka semakin
perasaan autonomy, dan mencapai level baik pula kualitas individu dalam membuat
yang tinggi pada emosi yang suatu keputusan (environmental mastery).
menyenangkan dan level yang rendah pada Dimensi pada trait mindfulness yang
emosi yang tidak menyenangkan. berperan signifikan terhadap dimensi
Autonomy adalah ketika individu environmental mastery pada psychological
berperilaku dan perilakunya tersebut secara well-being adalah dimensi observing.
penuh dikuasai oleh diri sendiri. Hasil Ketika individu mengembangkan
penelitian yang dilakukan oleh Brown dan kemampuan untuk mengetahui secara jelas
Ryan (2003) ini mengindikasikan bahwa apa yang ia rasakan, ini adalah kontribusi
ketika individu bertindak dengan mindful, yang penting untuk membuat individu
individu akan bertindak sesuai dengan nilai menjadi nyaman untuk membuat pilihannya
dan minat yang dimiliki, hal ini seperti sendiri (NCCA, 2009). Kemudian, dimensi
perasaan untuk memilih dengan perasaan trait mindfulness yang berperan signifikan
yang senang atau nyaman dan dapat terhadap dimensi environmental mastery
meningkatkan atensi mindful pada suatu pada psychological well-being adalah
tindakan (Langer, dalam Brown & Ryan, dimensi acting with awareness. Hal ini
2003). sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Selanjutnya, hasil penelitian ini oleh Diekman dan Preisendoerfer (dalam
menunjukkan bahwa trait mindfulness Kollmuss & Agyeman, 2002) yang
berperan secara signifikan terhadap dimensi menunjukkan bahwa individu yang
environmental mastery. Environmental memiliki kesadaran dalam berperilaku akan
mastery adalah ketika individu mampu dengan mudah menerima perubahan dan
menguasai dan mengatur lingkungan, memperkuat perilakunya di lingkungan.
mengontrol aktivitas eksternal yang Selanjutnya, hasil penelitian ini
kompleks, menggunakan kesempatan menunjukkan bahwa trait mindfulness
secara efektif, memiliki kemampuan untuk berperan secara signifikan terhadap dimensi
memilih dan menciptakan konteks yang purpose in life. Purpose in life adalah
sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi ketika individu memiliki tujuan dalam
(Ryff, 1989). Menurut Huang (2015), hidup dan perasaan terarah, merasakan
mindfulness seperti meningkatkan kualitas makna dan tujuan dari kehidupan yang
dari informasi yang digunakan untuk sedang dan telah dilaluinya serta
membuat pilihan karena memiliki mempunyai tujuan hidup (Ryff, 1989).
kesadaran dengan pemikiran yang terbuka Mindfulness mendorong individu untuk
dan mampu melakukan observasi, sehingga mengaitkan aktivitas yang lebih relevan
mindfulness mengurangi bias negatif seperti dengan nilai yang dimilikinya, yang mana
kecenderungan untuk lebih berat dalam mendorong individu untuk mendapatkan
mempertimbangkan informasi negatif bahwa hidupnya memiliki perasaan akan
daripada informasi positif. Jadi, sebuah tujuan. Selain itu, dengan bersikap
mindfulness memberikan pilihan nyata mindful, individu akan lebih baik untuk
untuk menyelesaikan dalam pembuatan meregulasi dan mengontrol perilaku

75
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

sehingga lebih baik untuk mendapatkan mindful akan merasakan sensasi apapun
tujuannya (Semple, Lee, Rosa, & Miller, yang menarik baginya, mampu untuk
2010). Dari hasil penelitian Young (2014) mengobservasi pola dari respon dan
mengungkapkan bahwa sesuatu dari bereaksi terhadap apa yang terjadi, yang
mindfulness yang memengaruhi sebuah kemudian reaksi dan respon untuk
tujuan adalah aktivitas yang relevan dengan merasakan suatu objek secara terus-
aktivitas yang cenderung menuju pada menerus akan menjadi lebih lemah.
sebuah tujuan. Begitu juga menurut Hill, Sehingga, individu akan lebih integratif,
Sumner, dan Burrow (dalam Young, 2014), dan lebih bijaksana yang berkontribusi agar
bahwa individu yang mengidentifikasi dan individu lebih memiliki respon yang
sadar akan aktivitasnya, akan bertindak efektif. Individu yang telah melakukan
sesuai dengan tujuannya untuk meditasi mindfulness melaporkan bahwa
mendapatkan perasaan akan suatu tujuan. individu mampu mengobservasi alternatif
Dimensi pada trait mindfulness yang pilihannya dengan baik, dan pada saat yang
berperan signifikan terhadap dimensi sama, individu tidak menyangka bahwa hal
purpose in life pada psychological well- itu muncul oleh kapabilitas atau
being adalah dimensi observing. Ketika kemampuannya sendiri, sehingga ia merasa
individu belajar untuk mengobservasi bahwa pengalamannya ini adalah
kejadian yang berhubungan dengan bagian pertumbuhan perasaan mengenai insight
tubuh dan mengesksplorasinya menjadi dan kebijaksanaan (Lehrer, Woolfolk, &
sebuah insight baru ini memperlihatkan Sime, 2007).
bahwa seseorang itu sebenarnya Dimensi pada trait mindfulness yang
menunjukkan sebuah evaluasi akan respon berperan signifikan terhadap dimensi
yang mungkin akan mengembangkan personal growth pada psychological well-
sebuah tujuan (Mcknight & Kashdan, being adalah dimensi acting with
2009). Serta, dimensi pada trait awareness. Ketika individu bertindak
mindfulness yang berperan signifikan dengan kesadaran, maka ia akan
terhadap dimensi purpose in life pada meningkatkan perilaku empati dalam
psychological well-being adalah dimensi berinteraksi, sehingga kesadaran ini adalah
acting with awareness. Ketika seseorang hal yang terpenting untuk mendapatkan
memiliki kesadaran untuk bertindak, maka perubahan dan pertumbuhan (Corey &
ia akan melakukan refleksi dengan menjadi Corey, dalam Myers, 2003).
seseorang yang sadar dan mampu untuk Namun, trait mindfulness dimensi non-
mengungkapkan tujuan. Tujuan ini dapat judging of inner experience tidak memiliki
dimunculkan dengan motivasi dari perilaku peran yang signifikan terhadap setiap
yang muncul berdasarkan kesadaran (Gray dimensi psychological well-being. Non-
& Jackendoff, dalam McKnight & judging of inner experience adalah ketika
Kashdan, 2009). individu mengambil suatu makna yang
Selain itu hasil penelitian ini juga bukan merupakan evaluasi atas pemikiran
menunjukkan bahwa trait mindfulness dan perasaan (Baer dkk., 2008). Pada
berperan secara signifikan terhadap dimensi penelitian-penelitian sebelumnya, seperti
personal growth. Personal growth adalah pada penelitian Cash dan Washington
ketika individu merasakan perkembangan (dalam Soysa & Wilcomb, 2013) yang
yang berkelanjutan, melihat dirinya tumbuh menyatakan bahwa non-judging
dan berkembang, terbuka pada pengalaman memprediksi psychological well-being,
baru, menyadari potensi dalam dirinya serta serta penelitian Baer dkk. (dalam Soysa &
melihat peningkatan dalam diri serta Wilcomb, 2013) yang juga menyatakan
simpati dan pengertian (Ryff, 1989). bahwa describing, non-judging, dan non-
Individu yang berada dalam kondisi reacting (dimensi trait mindfulness)

76
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

berkontribusi untuk memprediksi psychological well-being pada dewasa awal


psychological well-being. Perbedaan hasil yang telah bekerja dan menikah.
penelitian ini diakibatkan oleh budaya Pada hasil penelitian ini menunjukkan
Indonesia (kolektivistik) dengan budaya bahwa trait mindfulness berperan paling
Barat (individualistik), seperti pada besar terhadap dimensi environmental
penelitian yang dilakukan oleh Masuda, mastery sebesar 35,3%, dan paling kecil
Mesquita, Tanida, Ellsworth, Leu, dan terhadap dimensi self-acceptance sebesar
Veerdonk (2008) dengan menggunakan 17,6%. Hal ini bertolak belakang dengan
sampel orang Asia (Jepang) dan Kaukasia penelitian yang dilakukan oleh
(Amerika) yang menunjukkan bahwa orang Mahmoudzadeh dkk. (2015), yaitu trait
Asia lebih fokus untuk melakukan judging mindfulness berkorelasi paling besar
terhadap perasaan dan informasi mengenai terhadap dimensi self-acceptance dan
perasaan yang dirasakan oleh orang lain paling kecil pada dimensi environmental
dibandingkan dengan orang Kaukasia. mastery.
Selain itu, ketika orang Asia melihat emosi Menurut penelitian yang dilakukan
seseorang, ia juga akan melihat ke oleh Langer (dalam Carson & Langer,
sekitarnya atau keseluruhan dari suatu 2006) pada individu berusia 18-52 tahun
kelompok, sedangkan orang Kaukasia menunjukkan bahwa individu sering
menganggap bahwa emosi seseorang melakukan perbandingan antara dirinya
adalah milik tiap individu (Masuda dkk., sendiri dengan orang lain. Hal ini
2008). Begitu juga pada penelitian yang menyebabkan individu lebih fokus akan
dilakukan pada orang China dan Amerika hasil daripada proses. Apabila individu
yang menunjukkan bahwa orang China lebih mengutamakan hasil, maka ia akan
memiliki pemikiran perspektif yang lebih sering merasa tidak puas karena individu
tinggi atau lebih sering untuk dilakukan cenderung untuk berusaha lebih atraktif,
dibandingkan dengan orang Amerika. pintar, ataupun atletik. Dengan demikian,
Namun, yang membedakan bukanlah individu tidak dapat menerima dirinya
kemampuan dari pemikiran perspektifnya, sendiri secara apa adanya karena tidak
melainkan level penggunaannya (Wu & authentic (Carson & Langer, 2006).
Keysar, 2007). Dapat disimpulkan bahwa Dampak dari kebiasaan melakukan
pola budaya dapat memengaruhi masalah perbandingan yang sering dilakukan oleh
attention kepada orang lain, dan budaya individu yang berusia 18-52 tahun inilah
kolektivistik lebih sering melakukan yang mungkin dapat menyebabkan trait
judging baik mengenai perasaannya sendiri mindfulness memiliki peran yang paling
maupun kepada orang lain, sehingga rendah terhadap dimensi self-acceptance.
dimensi non-judging tidak berperan Sedangkan, trait mindfulness sering
terhadap psychological well-being di diasosiasikan dengan kesadaran akan
Indonesia. dimana individu berada pada suatu tempat
Pada hasil penelitian ini mendukung atau lingkungan. Dalam kesadaran ini
beberapa penelitian sebelumnya bahwa terdapat unsur menerima kualitas diri dan
trait mindfulness berperan terhadap tidak menghakimi diri sendiri (Kabat-Zinn
psychological well-being. Namun, peranan dalam Ruedy & Schweitzer, 2010) yang
ini tidak berlaku pada trait mindfulness membuat individu memiliki atensi akan ide
dimensi non-judging. Hal ini merupakan yang mungkin dapat muncul secara
hal baru yang telah ditemukan, yang mana potensial pada diri individu. Menerima
budaya memengaruhi trait seseorang, kualitas dan tidak melakukan penghakiman
sehingga dimensi ini adalah satu-satunya pada diri inilah yang menyebabkan trait
yang tidak memiliki peran terhadap mindfulness dapat mendorong untuk
mempertimbangkan informasi yang relevan

77
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

dalam membuat suatu keputusan. Sehingga, mindfulness berperan signifikan terhadap


trait mindfulness dapat berperan besar psychological well-being pada dimensi
terhadap environmental mastery karena terakhir yaitu personal growth.
mungkin dapat membantu individu secara
signifikan untuk lebih sadar dalam Saran
mempertimbang-kan pembuatan keputusan Penelitian selanjutnya dapat
(Ruedy & Schweitzer, 2010). menambahkan variabel mediator antara
Hasil penelitian ini telah memberikan trait mindfulness dan psychological well-
pengetahuan baru mengenai trait being untuk lebih mengetahui secara
mindfulness dan psychological well-being mendalam bagaimana mekanisme trait
pada dewasa awal yang bekerja dan mindfulness dapat berperan terhadap
menikah. Sehingga dapat menjadi referensi psychological well-being. Selain itu bagi
untuk penelitian lain atau instansi tertentu para terapis diharapkan agar dapat
dalam pemberian atau penerapan memberikan pelatihan mindfulness bagi
mindfulness untuk membantu dewasa awal yang bekerja dan menikah
meningkatkan psychological well-being untuk meningkatkan kesejahteraan
pada dewasa awal. Meskipun penelitian ini psikologis, menurunkan stres, dan
telah dibuat sedemikian rupa, masih meningkatkan perilaku yang lebih adaptif
terdapat kekurangan dalam penelitian ini, dengan bersikap mindful.
seperti jumlah subjek yang tidak sebanding
dengan jumlah populasi serta pengambilan Daftar Pustaka
subjek secara accidental. Hal ini
memungkinkan hasil penelitian yang Agustian, A. G. (2001). Rahasia sukses
kurang baik. Sehingga, perlu membangun kecerdasan emosi dan
dikembangkan kembali pada penelitian spiritual, ESQ (emotional spiritual
selanjutnya. quotient): The ESQ way 165 (1
ihsan 6 rukun iman dan 5 rukun
Simpulan dan Saran Islam. Jakarta: Penerbit Arga.
Anoraga, P. (1988). Psikologi kerja.
Simpulan Jakarta: Rineka Cipta.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh Ariyanti, E. S. (2009). Gambaran konflik
simpulan bahwa empat dari lima dimensi peran pada ibu bekerja yang baru
yang terdapat pada trait mindfulness pertama kali memiliki anak
berperan signifikan terhadap setiap dimensi (Skripsi). Universitas Indonesia,
pada keenam dimensi psychological well- Depok.
being. Pertama, dimensi observing, Badan Pusat Statistik (BPS). (2018).
describing, dan non-reactivity to inner Tenaga kerja. Diakses pada 19
experience dari trait mindfulness berperan Pebruari 2018 dari
signifikan terhadap psychological well- https://www.bps.go.id/subject/6/ten
being pada dimensi self-acceptance. Kedua, aga-kerja.html
dimensi observing dan acting with Baer, R. A., Smith, G. T., Hopkins, J.,
awareness dari trait mindfulness Krietemeyer, J., & Toney, L.
menunjukkan peran yang signifikan (2006). Using self-report assessment
terhadap empat dimensi lainnya dari methods to explore facets of
psychological well-being yaitu dimensi mindfulness. Assessment, 13(1), 27-
positive relation with others, dimensi 45. DOI:
autonomy, dimensi environmental mastery, 10.1177/1073191105283504.
serta dimensi purpose in life. Ketiga, Baer, R. A., Smith, G. T., Lykins, E.,
dimensi acting with awareness dari trait Button, D., Krietemeyer, J., Sauer,

78
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

S., Walsh, E., Duggan, D., & Confirmatory factor analysis of


Williams, J. M. G. (2008). mindful attention awareness scale
Construct validity of the five facet (MAAS) Indonesian version.
mindfulness questionnaire in Dipresentasikan pada Seminar
meditating and nonmeditating Nasional Pascasarjana UGM 2018,
samples. Assessment, 15(3), 329- Yogyakarta.
342. DOI: Glenn, N. D. (1975). The contribution of
10.1177/1073191107313003. marriage to the psychological well-
Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). The being of males dan females. Journal
benefit of being present: of Marriage and The Family, 37(3),
Mindfulness and its role in 594-601.
psychological well-being. Journal Handayani, A. (2013). Keseimbangan kerja
of Personality & Social Psychology, keluarga pada perempuan bekerja:
84(4), 822-848. Tinjauan teori Border. Buletin
Brown, K. W., Ryan, R. M., & Creswell, J. Psikologi (Universitas Gadjah
D. (2007). Mindfulness: Theoretical Mada), 21(2), 90-101.
foundations and evidence for its Huang, P. H. (2015). Empowering people
salutary effects. Psychological to choose wisely by democratizing
Inquiry, 18(4), 211-237. mindfulness and thinking tools.
Carson, S. H., & Langer, E. J. (2006). Diunduh dari
Mindfulness and self-acceptance. https://ssrn.com/abstract=2639953
Journal of Rational-Emotive & Kollmuss, A., & Agyeman, J. (2002). Mind
Cognitive-Behavior Therapy, 24(1), the gap: Why do people act
29-43. environmentally and what are the
Christine, W. S., Oktorina, M., & Mula, I. barriers to pro-environmental
(2010). Pengaruh konflik pekerjaan behavior. USA: Tufts University.
dan konflik keluarga terhadap Lehrer, P. M., Woolfolk, R.L., & Sime,
kinerja dengan konflik pekerjaan W.E. (2007). Principles and
keluarga sebagai intervening practice of stress management, 3rd
variabel (studi pada dual career Edition. New York: Guilford Press.
couple di Jabodetabek). Jurnal Mahmoudzadeh, S., Mohammadkhani, P.,
Manajemen dan Kewirausahaan, Dolatshahi, B., & Moradi, S.
12(2), 121-132. (2015). Prediction of psychological
Davis, D. M., & Hayes, J. A. (2011). What well-being based on dispositional
are the benefits of mindfulness? A mindfulness and cognitive emotion
practice review of psychotherapy- regulation strategies in students.
related research. American PCP, 3(3), 195-202.
Psychological Association, 48(2), Masuda, T., Mesquita, B., Tanida, S.,
198-208. Ellsworth, P. C., Leu, J., &
Didonna, F. (Ed.). (2008). Clinical Veerdonk, E. V. D. (2008). Placing
handbook of mindfulness. New the face in context: Cultural
York: Springer. The National differences in the perception facial
Institute for the Clinical Application emotion. Journal of Personality and
of Behavioral Medicine. Diunduh Social Psychology, 94(3), 365-381.
dari McKnight, P. E., & Kashdan, T. B. (2009).
www.bpd.go.id/subjek/view/id/6.co Purpose in life as a system that
m creates and sustains health and well-
Fourianalistyawati, E., Grasiaswaty, N., & being: An integrative, testable
Uswatunnisa, A. (2018).

79
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

theory. American Psychological Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). The


Association, 13(3), 242-251. structure of psychological well-
Myers, S. (2003). Reflections on reflecting: being revisited. Journal of
How self-awareness promotes Personality and Social Psychology,
personal growth. Person-Centered 69(4), 719-727.
Journal, 10(1-2), 3-22. Ryff, C. D. (1989). Happiness is
NCCA (National Council for Curriculum everything, or is it? Explorations on
and Assesment). (2009). the meaning of psychological well-
Creatchuraclam na luath-oitge (the being. Journal of Personality and
early childhood curriculum Social Psychology, 57(6), 1069-
framework). Ireland: 24 Merrion 1081.
Square Dublin 2. Sanoveriana, A. S. N., &
Neelarambam, K. (2015). Trait mindfulness Fourianalistyawati, E. (2017).
as a mediator of resilience, Work-family balance, trait
depressive symptom, and trauma mindfulness and psychological
symptoms. Dissertation, Georgia well-being in middle-aged working
State University: Department of parents. Universitas Indonesia
Counseling and Psychological Psychology Symposium for
Service. Undergraduate Research, 2016.
Newman, B. M., & Newman, P. R. (2006). Depok: Universitas Indonesia.
Development through life: A Semple, R. J., Lee, J., Rosa, D., & Miller,
psychosocial approach, ninth L. F. (2010). A randomized trial of
edition. USA: Thomson mindfulness-based cognitive
Wadsworth. therapy for children: Promoting
Papalia, D. E, Feldman, R. D., & Martorel, mindful attention to enhance social-
G. (2012). Experience human emotional resiliency in children.
development, 12th Ed. New York: Journal of Child and Family
McGraw-Hill Companies. Studies, 19(2), 218-229. DOI:
Papalia, D. E., & Old, S. W. (1998). 10.1007/s10826-009-9301-y.
Human development. New York: Soysa, C. K., & Wilcomb, C. J. (2013).
McGraw Hill. Mindfulness, self-compasion, self-
Parto, M., & Besharat, M. A. (2011). efficacy, and gender as predictors of
Mindfulness, psychological well- depression, anxiety, stress, and
being and psychological distress in well-being. Mindfulness, 6(2), 217-
adolescents: Assesing the mediating 226.
variables and mechanisms of Sugiyono. (2011). Metode penelitian
autonomy and self-regulation. kuantitatif, kualitatif, dan R & D.
Procedia-Social and Behavioral Bandung: Alfabeta.
Sciences, 30(2011), 578-582. Totlund, M. (2014). Leadership
Rodriguez, M. A. (2015). Self-acceptance development program useful?
mediates the relationship between Which influence/ impact have
mindfulness and perceived stress. leadership development programs
Psychol Rep., 116(2), 513-522. had to your development as a
DOI: 10.2466/07.PR0.116k19w4. leader? (Thesis). Department of
Ruedy, N. F., & Schweitzer, M. F. (2010). Adult Learning and Counselling,
The effect of mindfulness on ethical Norwegian University of Science
decision making. Journal of and Technology.
Business Ethics, 95(1), 73-87. Weare, K. (2014). Evidence for
mindfulness: Impacts on the well-

80
Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological Well-Being pada Dewasa Awal (Anna Erpiana, Endang Fourianalistyawati)

being and performance of school Wulandari, D. A. (2009). Kajian tentang


staff. UK: Mindfulness in Schools faktor-faktor komitmen dalam
Project, in Association with perkawinan. Psycho Idea, 7(1), 1-
University of Exeter. 10.
Weinsten, N., Brown, K. W., & Ryan, R. Young, R. K. (2014). Mind your purpose:
M. (2009). A multi-method Intervening on mindfulness to
examination of the effect of promote daily levels of purpose
mindfulness on stress attribution, (Thesis). Carleton University
coping, and emotional well-being. Ottawa, Ontario.
Journal of Research, 43(3), 374-
385. DOI:
10.1016/j.jrp.2008.12.008.
Wu, S., & Keysar, B. (2007). The effect of
culture on perspective taking.
Psychological Science, 18(7), 600-
606. DOI: 10.1111/j.1467-
9280.2007.01946.x.

81
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2018, Vol. 5, No. 1, Hal: 67-82

82

View publication stats

You might also like