oe BL
208-/ 000584 Sua
PERKEMBANGAN OBAT PRODUK BIOTEKNOLOGI:
Peran Teknologi DNA Rekombinan dalam
Pengembangan Biopharmaceuticals
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada
Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 15 Agustus 2004
di Yogyakarta
Oleh:
Prof. Dr. Sudjadi, MS., Apt.Assalamu’‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Yang terhormat
Ketua, Sekretaris dan para Anggota Majelis Wali Amanat Universitas
Gadjah Mada,
Ketua, Sekretaris dan para Anggota Majetis Guru Besar Universitas
Gadjak Mada,
Ketua, Sekretaris dan para Anggota Senat Akademik Universitas
Gadjak Mada,
Rektor, para Wakil Rektor Senior dan Wakil Rektor Universitas
Gadjah Mada,
Segenap Sivitas Akademika Universitas Gadjah Mada,
tou dan Bapak para tamu undangan serta keluarga yang saya
hormati.
Segala puja puji syukur saya panjatkan ke hadirat Rob yang
menguasai alam semesta, yang telah mefimpahkan rahmat dan inayah
Nya kepada kita semiua. Berkat izin Nya kita dapat berkumpul di sini
dan karena izin Nya juga saya mendapatkan kesempatan untuk
menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar di dalam
Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada,
Selanjuinya perkenankan saya menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ketua Majelis Guru Besar Universitas Gudjah Mada
yang telah mengizinkan saya menyampaikan pidato pengukuhan
sebagai Guru Beser dalam bidang Kimia Farmasi di Fakultas Farmasi,
Universitas Gadjah Mada, dengan judul:
PERKEMBANGAN OBAT PRODUK BIOTEKNOLOGI:
Peran Teknologi DNA Rekombinan dalam
Pengembangan Biopharmaceuticals
Obat produk bioleknologi yang dibshas disini dibatasi pada
biopharmaceuticals (biofarmasetikal) yang merupakan biomolekul
yang berguna sebagai obat dan dibuat dengan bioteknologi modern.
Pada awalnya, semua obat dalam katagori ini berupa protein. Baru
pada awal tahun 1990 asam nukleat sebagai obat muncul digunakan
pada terapi gena dan tcknologi antisen.Hadirin yang saya hormati,
Pada awalnya bioteknologi disrtikan sebagai teknologi yang
menggunakan sel hidup (mikroorganisme) untuk menghasilkan swat
produk. Bioteknologi tradisional ini sudah ada sejak lama seperti pada
pembuatan keju, minuman anggur, tempe, dan tape. Bioteknologi
modem merupakan teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau
komponen-komponennya yang telah mengalami rekayasa genetik
melalui Teknologi DNA Rekombinan untuk menghasilkan barang dan
atau jase untuk memenuhi kebutuhan manusia dan lingkungan.
Kekayaan keanckuragaman hayati di Indonesia sebagai sumber
daya genelik samgat menunjang pengembangan bioteknologi dun
pemanfaatan hayati untuk kepentingan nasional. Bioteknologi telah
terbukti menjadi Kegiatan industri di negara maju, dan mulai
dikembangkan hampir di selurh negara berkembang. Pemerintah
Indonesia melalui Kebijakan riset menyatakan bahwa bioteknologi
termasuk dalam salah satu bidang prioritas yang dikembangkan, untuk
‘menginisiasi Kegiatan tidak hanya dalam bidang pangan, kesehatan
dan Tingkungan tetapi juga untuk melindungi keanekaragaman hayati
Indonesia. Buhkan saat ini sedang dikaji oleh Tim Pengembangan
Bioisland dari Kementrian Riset dan Teknologi untuk dibangun suatu
kawasan yang terdiri dari fasilitas fisik dan infrastruktur yung
terintegrasi untuk kegiatan penelitian, pengembangan dan komer-
sialisasi bioteknologi, berlokasi di wilayah Barelang dekat Batam
(Anonim®). Di China, bioteknologi dipandang sebagai salah satu dari
enam teknologi industri utama yang menggerskken pertumbuhan
ekonomi China (Hill, 2004).
Bioteknologi Kedokteran dan Farmasi merupakan bidang yang
‘menonjol perkembangannya karena mempunysi nilai komersial tinggi.
Sebagai conto, asetosal, berat molekul 180, dibuat dengan simtesis,
dosis satu hari 3g, bemiai 1 sen dolar. Sedangkan leukine, protein
berukuran 17 kDa, yang dibuat dengan Teknologi DNA Rekombinan
dan diekspresikan dalam Escherichia coli, dosis pemakaian 250 Hg,
betharga 1.000 $ (Anonim*, 2005).
Lingkup Bioteknologi Farmusi meliputi penggunaan sel hidup
(mikroorganisme), kultur jaringan atau enzim untuk menghasilkan
swat obat, pengobatan atau alat diagnostik. Mengapa sarjang farmasi3
perlu pengetzhuan tentang Bioteknologi Farmasi? Hal ini disebabkan
oleh: 1. Penemuan obat baru dan pengembangan obst, serta produksi
bat produk bioteknologi berkembang sangat cepat. 2. Industri farmas
yang besar telah membuka devisi produk bioteknologi. 3. Produk bi
teknologi diperkirakan dalam kurun 20 tahun lagi akan menguasai
hampir separo pasar obat (Anonim", 2005).
Hadirin yang saya hormati,
Produk biofarmasetikal meliputi:
1. Protein farmasetik rekombinan
2. Antibodi monoklonal rekombinan
3. Vaksin subunit rekombinan
4. Asam nukleat terapetik
Protein farmasetik rekombinan
Pada tahun 1971 - 1973 penelitian genetika kembali bergairah
dengan dikembangkan metodologi baru oteh Herbert Boyer dan Stanly
Cohen, suatu revolusi dalam percobaan biologi. Metode ini dinamakan
Teknologi DNA Rekombinan dengan pokok proses adalah kloning
gena, Boyer dan Cohen berhasil mengekspresikan gena deri swat
bukteri dalam Escherichia coli, Fragmen DNA disisipkan pada vektor,
ditransformasiken ke dalam sel dan dilakukan penapisan terhadap
koloni bakteri yang tumbub. Ada kekhawatiran pada waktu itu,
bagaimana jika secara tidak sengaja menghasilkan organisme baru
dengan sifat yang tidak diinginkan dan berbahaya.
Derikian sirategi kloning gena dipublikasi, maka banyak
peneliti mefakukan kloning gena. Para ahli kemudian membuat
protokol sehingga Teknologi DNA Rekombinan dapat dikerjakan
lebih mudah dalam idenfikasi, isolasi, karakterisasi dan penggunaan
gena. Berbagai metode juga berkembang seperti pengurutan DNA
(DNA sequencing), amplifikasi fragmen DNA (Polymerase Chain
Reaction, PCR) dan teknologi hibridoma. Pengembangan teknologi ini
santgat berpengaruh dalam pemahaman bidang biologi molekular. Hal
ini sangat mempengaruhi perubahan dalam bidang bioteknologi (Glick
and Pasternak, 1998),Insulin adalah protein farmasetik pertama yang. diproduksi
dalam Escherichia coli dengan Teknologi DNA Rekombinan, Pada
awalnya insulin diisolasi dari pankreas sapi dan babi yang dipotong.
Metode ini tidak efisien dan pada beberapa pasien, insulin tersebut
menyebabkan reaksi alergi. Insulin babi berbeda dengan insulin
‘manusia hanya pada satu asam amino (residu nomor 30 pada rantai B,
pada manusia treonin, sedangkan pada babi alanin) schingga insulin
babi tidak besifat imunogenik pada manusia. Akan tetapi adanya
pengotor, termasuk proinsulin babi, bersifat imunogenik. Insulin sapi
berbeda tiga asam amino dengan insulin manusia (pada rantai A residu
nomor 8 dan 10 dan juga pada rantai B resid nomor 30) akan meng-
hasilkan respon imunogenik pada manusia. Keadaan ini akan memacu
Komplikasi jika diberikan pada waktu Jama, termasuk akan terjadi
resistensi terhadap insulin Karena timbul antibodi anti-insulin yang
ikan_menetralkannya, Adanya antibodi ini juga akan berpengaruh
pada profil farmakokinetik obat itu karena molekul insulin berikatan
dengan antibodi yang biasanya resisten terhadap proses degradasi
‘Teknologi DNA Rekombinan tidak hanya untuk memproduksi insulin
manusia dalam sistem mikroongenisme, tetapi juga dapat meng-
hasilkan insulin yang lebih baik dengan melakukan modifikasi urutan
asam amino. Inieraksi asam amino insulin dengan reseptor insulin
telah diketahui, maka dengan substitusi histidin menjadi glutarmat
peda B10 menaikkan aktivitasnya lima kali. Untuk menghasilkan
insulin beraktivitas cepat dapat dilakukan substitusi beberapa asam
amino pada rantai B sehingga tidak terjadi dimerisasi ataupun
polimerisasi insulin (Glick and Pasternak, 1998; Walsh, 1999),
Pada tanggal 15 Oktober 1980, dalam wektu 20 menit, haga
saham perusahaan bioteknologi Genentech melonjak dari $35 menjadi
$89, yang kemudian ditutup pada $71.25. Perusahaan ini melaporkan
dapat menaproduksi insulin manusia dengan menyisipkan gena insulin
manusia (CDNA) pada vektor, kemudian diekspresikan dalam
Escherichia coli, dan kadar insulin mencapai 20% dari protein total.
Tahun 1982 Genentech memasarkan insulin manusia dengan nama
Humulin, Sel inang ini bekerja sebagai pabrik biologi untuk produksi
dua rantai peptida insulin manusia (Glick and Pastemak, 1998).
Pada waktu yang hampir bersamaan dengan insulin rekombinan,
hormon pertumbuhan somatostatin dan somatotrofin juga diproduksiKedua hormon ini mengatur proses pertumbuhan pada_manusia.
‘Somatostatin merupakan protein pendek, hanya tersusun oleh 14 zsam
amino. Somatotrofin tersusun oleh 191 asam amino. mRNA total
dijsolasi_ dari kelenjur pituitari yang menghasilkan somatotrofin.
mRNA diubah menjadi cDNA dan dibuat pustaka CDNA. Fragmen ini
disisipkan pada vektor ekspresi yang membawa promoter fac dan
ditransformasikan ke dalam Escherichia coli. Sebagsi_gamberan,
untuk memperoleh 5 mg hormon pertumbuhan dapat diperoleh dengan
jalan membiakkan dalam satu galon media cair biakan sel Escherichia
coli yang membawa gena itu yang diinkubasikan selama 15 jam.
Kadar hormon ini dalam Escherichia coli mencapat 5% dari protein
total. Sebelumnya hormon pertumbuhan ini diperoleh dengan cara
isolasi otak kambing. Dari 500.000 otek kambing hanya menghasilkan
5 mg. Hormon hasil isolasi dari otak kambing ini juga tidak begitu
aktif pada manusia. (Anonim*, 2005) Kegiatan bioieknologi modern
telah membuktikan bahwa pengadaan barang dan jasa tersebut dapat
dicapai dalam waktu jah lebih singkat. Disamping itr terhadap
hormon pertumbuhan ini juga dapat ditskukan modifikasi. Mutasi
terarah tethadap cDNA “hormoa_pertumbuhan dilakukan untuk
mengubuh beberapa asam amino (Ffis-i18, His-21 dan Glu-174) yang,
bekerja sebagai ligan untuk Zn’’. fon ini diperlukan untuk pengikatan
yang kuat antara hormon pertumbuhan dengan reseptor protsktin,
Modifikasi pada asam amino tersebut menghasitkan hormon
pertumbuhan yang tidak dapat berikatan dengan reseptor prolaktin
(Glick and Pasternak, 1998).
Salah satu protein obat yang sangat terkenal adalah interferon
ditemukan sebagai antiviral oleh A. Isaacs dan J. Lindenmann pada
tahun 1957 di UK Medical Research Council. Isaacs dan Lindenmann
mempublikesikan penemuannya sebelum mendaftarkan paten, maka
diperlukan usaha keras dan waktw yang tama untuk mendapatkan
paten dan akhimya diperoleh pada tahun 1972. Paten ini kemudian
ieli oleh industri farmasi Schering Ptough, Hoffmann-La Rocke dan
Wellcome (Anonim?; Pestka, 2005).
Interferon terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat
kecit sehingga sangat sutit untuk mengisotasi: mRNAnya. Human
interferon cDNA berhasil diisolasi pada tahun 1980an dan
diekspresikan pada Escherichia coli, Penjualan pertama interferonterjadi sebelum waktu kedaluwarsa paten dan menghasilkan lebih da
3,8 juta pound sterling hanya pada beberapa negara (Anonitn?,)
‘Ada berbagai macam interferon yang dengan aktivitas yang
berbeda, Misalnya, interferon-a (IFN-a), interferon-® dan mungkin
interferon mempunyai aktivitas antiviral tebih kuat daripada
interferon-y. Beberapa kelompok peneliti melakukan rekayasa
interferon agar diperoleh interferon baru dengan sifat Icbih unggul
daripada interferon aslinya. Secara teoritis hal ini dapat diperoleh
dengan menyambung sebagian gena interferon-a dengan bagian dari
gena interferon-at yang berbeda sehingga dihasitkan hibrid.
Dalam sual penelitian gena hibrid dibuat dari interferon-a2 dan
interferon-o3 dalam usaha menghasitkan protein dengan aktivitas
baru, Hibrid ini diekspresikan dalam Escherichia coli dan protein
yang dihasilkan dimumikan dan diyji fungsi biologinya. Beberapa
interferon hibrid menginduksi sel uji untuk mensintesis (2'-5")
sintetase oligoisoudenilat, Enzim ini menghasilkan ikatan 2'-5
oligonukleotida yang akibamya mengaktifkan endoribonuklease
selular taten yang kemudian memotong RNA virus. Interferon hibrid
lainnya menunjukkan aktivitas antiproliferasi teshadap berbagai
kanker manusia yang lebih kuat daripada motekul awalnya,
Pembuatan interferon hibrid menunjukkan bahwa molekul protein
baru dengan aktivitas lebih kuat dapat dibuat dengan menggabungkan
domain fungsional dari gena yang serupa (Walsh, 1999: Pestka, 2005).
Sampai suat ini telah banyak gena (CDNA) yang menyandi
berbagai macam protein manusia yang berpotensi sebagai agen terapi
telah diklon, Lebih dari 117 produk biofarmasetikal termasuk vaksin
telah disetujui oleh Food Drug Administration (FDA) telah digunakan
oleh lebih dari 250 juta penduduk dunia, Lebih dari 350 produk
biofarmasetikal untuk 200 penyakit masih menunggu beberapa tahun
lagi untuk terdapat dipasar bebas, sekarang pada tahap uji Klinis
(Scott, 2003),7
Antibodi Monoklonal Rekombinan
Hadirin yang saya muliakan,
Perkembangan pengobatan, prosedur pencegahan dan cara
pengobatan suatu penyakit telah mempengartuhi ilmu keschatan dan
proses ini terus berkelanjutan. Penyakit Jama, seperti tuberkulosis,
dapat muncul kembali jika sistem pencegahannya kurang diperhatikan
atau muncut organisme yang resisten, bahkan muncul bakteri yang
resisten terhadap hampir semua obat (Multidrug Resistance). Adanya
mutasi dapat menyebubkan semua obat yang masuk ke dalam sel
bakteri dipompa keluar sel sehingga kadar obat dalam set tetap rendah
(Sajduda et al., 2004). Pemikiran untuk menggunakan antibodi
sebagai agen terapi telah ada dan kemungkinan bahwa antibodi
spesifik dapat digunakan terhadap toksin, bakteri, virus atau bahkan
sel kanker. Suatu antibodi dapat difihat sebagai peluru kendali yang
mencari target yang dapat menetralkan agen yang mask kedalam
tubuh manusia dan jika antibodi itu dikonjugasikan dengan racun atau
obat maka dapat membutuh sel target tertentu. Sayangaya, disamping
angan-ngan itu, penggunaan antibodi untuk mencegah atau meng-
obati penyakit masih sangat terbatas. Akan tetapi, perkembangan
Teknologi DNA Rekombinan dan cara menghasilkan antibodi
monoklonal, serta pemahaman struktur dan fungsi imunogiobin (clah
menarik peneliti untuk penggunaan antibodi tertentu dalam.
pengobatan penyakit (Walsh, 1999).
ada tahun 1988 Dennis Slamon menemukan keganasan kenker
payudara sebanding dengan jumlah protein human epidermal growth
factor receptor 2 (HER2) pada sel tumomya. Sekitar 30% kanker
payudara mengekspresikan HER? sangat tinggi. Slamon kemudian
mengembangkan antibodi spesifik untuk protein HER2 dengan dana
dari Genentech. Sepuluh tahun kemudian FDA menyetujui antibodi
monoklonal pertama, Herceptin (nama generik Trastuzumab) untuk
pengobatan kanker payudara pada keadaan metastase. Herceptin ini
menghambat pertumbuhan sel tumor dengan berikatan dengan protein
HER2 pada permukaan se! tumor dan menyebabkan reseptor tersebut
ditarik kembali ke dalam sel. Hal ini mencegah terjadinys transmisi
signal untuk pertumbuhan sel. Seperti antibod lainnya, Herceptin juga
menarik set sistem imun yang membunuh set tumor. Herceptin jugamenghalangi perbaikan kerusakan DNA. Oleh karenanya, akhir-akhir
ini Herceptin diberikan bersama-sama dengan obat yang merusak
DNA seperti Taxol atau Adriamisin sehingga efek antitumornya
‘menjadi lebih kuat. Beberapa antibodi sebagai obat yang telah beredar
seperti Rituxan untuk non-Hodkin’s lymphoma, dan RioPro sebagai
amti-plateles aggregation. Antibodi dapat juga dikonjugasikan dengan
obat sehingga obat itu dibawa ke sel target. (Anonim’, 2004)
Vaksin subunit rekombinan
Hadirin yang saya hormati,
Biasanya, vaksin adalah bakteri atau virus yang telah dilemah-
kan atau dimatikan, yang kemudian diinjeksikan ke dalam tubuh dan
menghasilkan kekebalan. Teknologi DNA Rekombinan dapat diguna-
kan untuk menghasilkan vaksin yang lebih baik. Misalnya dengan
melakukan delesi gena penyebab virulensi. Dengan cara dclesi ini,
maka vaksin ini tidak akan berubah menjadi bentuk yang infeksius.
Pendekatan lain, gena atau bagiannya yang menyandi determinan
antigenik utama dari suatu organisme patogen tersebut diklon pada
vektor ekspresi dan produknya dipanen dan dimumikan, kemudian
digunakan sebagai vaksin, Vaksin seperti ini dinamakan_ vaksin
subunit, Sebagai contoh adalah vaksin subunit untuk virus Hepatitis B
(HBV), Virus Hepatitis B menginfcksi lebih 350 juta penduduk dunia
dun menyebabkan penyakit tiver kronik, sirosis dan kanker hati. Virus
ini merupakan virus DNA untai ganda parsial dengan panjang untai
‘minus ~ 3200 nukleotida dan untai plus antara 1700-2600 nukleotida.
Amplop virus ini terditi dari lipid (~30%) dan protein (-70%), dalam
bentuk HBV surface antigen (HbsAg). HbsAg ini terdiri dari tiga
protein: antigen permukaan besar, sedang dan kecil, semuanya disandi
oleh DNA yang sama, Antigen besar tersusun oleh 400 asam amino,
terdiri dari preSL, preS2. dan HbsAg. Letak penempelan pada sel hati
terletak pada preS1. Antigen sedang dengan panjang 281 asam amino
yang terdiri dari preS2 dan HbsAg. Sedangkan HbsAg sendiri terdiri
dari 226 asam amino. Sekarang ini ada dua bentuk vaksin. subunit
rekombinan HBV yekni HbsAg terdici dari 226 asam amino atau
antigen sedang yang terditi dari preS2 dan HBsAg. Pemakaian vaksin9
ini menghasilkan respon antibodi dan sangat protektif (Anonim*,
2005),
Penggunsan Teknologi DNA Rekombinan memungkinkan
pengembangan pripsip baru untuk merancang dan_memproduksi
vaksin subunit. Sifat imunogen terhadap protein target dapat diting-
ketkan dengan teknologi fusi-gena atau dengan mutasi terarah untuk
menghasilkan vaksin generasi baru. Sifat yang dapat dimodifikasi
meliputi kelarutan, stabilitas dan aktivitasnye (Hansson, er al., 2000),
Hadirin yang saya hormati,
Teknologi DNA Rekombinan juga memungkinkan penggunzan
tanaman sebagai pabrik untuk memproduksi protein farmasetik
dengan menyisipkan cDNA yang menyandi suatu protein. Ada dua
metode transformasi yang biasa digunakan untuk membuat tanaman
transgenik, yaitu sistem transformasi dengan bantuan Agrobacterium
mumifaciens dan biolistik atau particle bombardment (Glick and
Pasternak, 1999)
Beberapa keuntungan produksi protein farmasetik dalam tanam-
an adalah kemampuannya melakukan modifikasi setelah translasi
seperti pada mamatia, misainya glikosilasi yang menyebabkan protein
itu membentuk struktur kuartener yang spesifik dan aktif. Sedangkan
set baktert tidak mampu melakukan glikosilasi. Selain itu tanaman
transgenik int dapat ditanam pada area yang luas schingga ongkos
produksi protein farmasetik tersebut jauh lebih murah jika dibanding-
kan dengan sistem biakan se! mamalia,
Penelitian protein farmasetik yang dibuat pada tanaman meliputi
antibodi, vaksin, hormon, enzim, interleukin, interferon dan human
serum albumin, Lembaga Iimu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada
Maret 2005 melakukun kerjasama dengan Fraunhoper Jerman dan PT
Kalbe Farma untuk melakukan perelitian molecular farming untuk
interferon a-2, inhibitor helicase, human serum albumin dan antibodi
M-12.
Penggunaan tanaman transgenik yang sangat menarik adalah
produksi vaksin subunit pada tanaman. Pemaksian vaksin subunit
dikatakan sangat aman karena tidak menggunakan virus atau bakteri
hhidup. Saat int produksi vaksin subunit masih sangat mahal dan juga10
penyimpanannya perlu mendapat perhatian karena tidak tahan panas.
Protein farmasetik dapat juga ditargetkan terdupat dalam biji
Pembuatan vaksin pada biji atau buah tanaman merupakan cara untuk,
‘mengatasi masalah tersebut Karena bagian ieu dapat dimakan dalam,
keadaan memah, matang atau Kering. Pemilihan wanaman_perlu
diperhatikan sehingga vaksin itu tidak rusk Karena pengolahan
(Shama and Peterson, 2004)
Pada tahun 992 untuk pertama kalinya tanaman tembakau
igunakan untuk membuat vaksin HBV. Dengan adanya penemuan
ini, kemudian ada pemikiran bahwa vaksinasi dapat dilakukan secara
‘oral dengan memakan buah, sayuran dan biji yang mengandung
vaksin, maka kemudian vaksin subunit HBV dickspresi di kentang dan
selada, Dua kandidat vaksin telah mencapai tahap uji Klinik adalah
heat-labile toxin B Subunit (LT-B) Enerotoxigenic Escherichia coli
(ETEC) dan protein kapsid virus Norwalk (NVPC) yang keduanya
diekspresikan di kentang. Sebenarnya, pisang, merupakan inang yang,
bbaik untuk membuat vaksin rekombinan karena pisang dapat dimakan
tanpa diolah dan dikonsumsi oleh anak dan orang dewasa (Mu et all,
2003).
Cara lain untuk memproduksi protein farmasetik yang harus
mengalami modifikasi dengan animal pharming. Protein farmasetik
tetsebut diantaranya adalah tissue Plasminogen Activator («PA) untuk
penyakit kardiovaskular, eritropoitin untuk anemia, faktor VIII dan TX
untuk hemofilia, eystic fibrosis transmembrane conductance regulator
(CFTR) untuk cystic fibrasis. Penggunaan biakan sel mamalia sangat
mahal dan hanya menghasilkan produk dalam jumlah sedikit.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam animal pharming adalah
dengan menyisipkan gena penyandi protein farmasetik pada gena
kasein schingga protein furmasetik yang dihasilkan diekspresikan
disusu, Sebagai hewan biasanya digunakan domba, kambing atau sapi.
Produksi protein farmasetik dengan animal pharming ini dikatakan 2
~ 3 kali lebih murah daripada biakan sel mamalia. Perlu disampaikan
di sini bahwa pembuatan hewan transgenik yang menghasilkan protein
farmasetik memerlukan waktu yang lama dengan biaya sangat mahal
dan tingkat keberhasilan rendah. Akan tetapi demikian diperoleh
hewan trungenik yang diinginkan, hewan itu dapat diperbanyak
dengan kloning seperti pembuatan domba Dotty (Anonim’, 2005).‘Asam nukleat terapetik
Hadirin yang saya hormati,
‘Asam nukleat terapetik dapat dikelompokkan menjadi dua
penggunaan yaitu terapi gena dan teknologi antisen, Terapi gena
biasanya untuk pengobatan penyakit genetik karena adanya mutasi
pada sustu gena, Sedangkan teknologi antisen untuk pengendalian
ekspresi suatu genta misalnya represi ekspresi gena penyebab tumor.
Terapi gena
‘Zamecnik dan Stephenson (1978) adalah pengusul pertama
penggunaan oligonukleotida sintetik untuk tujuan pengobatan, yang
dinamakan terapi gena, Baru pada tahun 2000 Necker Hospital, Paris
melakukan terapi gena pertama, untuk terapi X-linked severe combine
immunodeficiency, X-SCID. Gena IL2RG ini terdapat pada kromosom
Xq13 dan menyandi reseptor sitokin untuk interleukin-2 yang berguna
untuk kekebalan, Apabila terjadi kerusakan pada gena itu
menyebubkan penderita tidak mempunyai kekebalan terhadap infeksi
dan akan meningeal jike tidak diobatz, Pada tahun 2002, Great
Ormand Street Hospital, London, juga melakukan terapi gena untuk
penyakit yang sama. Jumlah pasien yang telah menerima terapi ini, 11
di Paris dan 4 di London, Salah satu anak setelah dua tahun menenima
pengoban ini terkena cucar air. Seperti diharapkan sebagai respon
infeksi jurnlah sel darah putihnya naik, akan tetupi temyata produksi
sel durah putihny menjadi tidak terkendali. Hal ini disebabken vektor
virus fekombinan itu tersisipkan disebelah promoter proto-onkogen,
1MO2, dan terjadi proliferasi tidak terkendali sel T schingga memacu
Jeukemia. Vektor ini tidak dapat ditargetkan untuk berintegrasi pada
tempat tertentu dari kromosom tertentu.
Anak dengan X-SCID dapat juga diterapi dengan transplantasi
sumsum tulung belakang, akan tetapi tergantung pada kondisi pasien,
Gikataken bahwa tanpa terapi gena mereka jelas akan mati, Sampai
seat ini telah tiga anak penderita X-SCID yang menerima terapi gena
meninggal. Ketiga anak itu berumur kurang dari 6 butan. Oleh karena
itu terapi gena X-SCID dengan cara ini sekarang diperbolchkan untuk
penderita dengan umur diatas 6 bulan. Hal imi menunjukkan bahwaR
pengembangan pengobatan dengan cara baru sangat sulit (Felinek,
2005). Untuk mengatasi masalsh ini maka dikembangkan suatu vektor
yang dinamakan Auman artificial chromosome sehingga tidak akan
terjadi penyisipan gena pada kromosom. Kendala utama vektor jenis
ini efisiensi masuknya ke dalam inti sel sangat rendah.
Oligonukleotida antisen
‘Obat antisen bekerja pada ras gena dengan menggangu atau
memodulasi proses translasi suatu mRNA target untuk menjadi
protein. Obat antisen dibuat berdasarkan informasi urutan gena target
dengan aturan komplementasi nukleotida, Terapi amtisen dimaksudkan
mencegah atau paling tidak menekan ekspresi gena tertentu.
Penelitian pads bidang antisen Kembali bergairah setelah
ditemukan RNA interference (RNAi). Fenomena ini terjadi secara
lami sebagai mekanisme untuk menghalangi ekspresi_setelah
transkripsi. Pada 1998 sekelompok peneliti menemukan mekanisme
tersebut pada cacing Caenorhabditis elegans. Small interference RNA
(siRNA) menempel pada mRNA schingga terjadi mekanisme gene-
silencing. Pendckatan ini kemudian divji cobakan pads percobaan
yang ternyata berhasil mengurangi aktivitss protein yang berhubungan
dengan Kolestero! tinggi. Pendekatan ini dapat digunakan juga pada
penyakit jantung dan kanker
Philip A Sharp, pemenang Hadiah Nobel untuk Kedokteran
1993, menyetakan bahwa penemuan ini mempunyai potensi kuat
untuk ditemukan obat baru. Keberhasilan penggunaan siRNA
membuka cara baru pengobatan, dengan target suatu gena yang
menyebabkan penyakit. Penemuan sepenting ini hanya terjadi setiap
sepuluh tahunan (Mundel, 2004).
Para peneliti ternyata menemui masalah, walaupun siRNA dapat
bekerja baik pada biakan sel di laboratorium tetapi tidak bekerja pada
jaringan hidup. Hal ini disebabkan sel_ mempunyai
menghacurkan siRNA dan selain itu molekul ini juga s
membran sel. Dua pendekatan dapat dilakukan untuk mengatasi
masatah ini yaitu dengan mengadakan modifikasi struktur nukleotida
penyusun siRNA schingga stabil terhadap enzim atau membungkus
SIRNA sehingga terhindar dari enzim degradasi dan lebih selektit13
‘menuju jaringan target.
Oiigonukleotida fosforotioat merupakan salah satu analog DNA
‘generasi pertama, Akhit-akhir ini berbagai nukleotida modifikasi telah
dikembangkan untuk meningkatkan sifatnya seperti afinitasnya
tethadap target, resisten terhadap nuklease dan farmakokinetiknya,
Generasi ketiga analog DNA adalah peptide nucleic acids (PNAS),
N3” PS" phosphoroamidates (NPs), 2-deoxy-2'-fluoro-f-d-arabino
nucleic acids (FANAs) , dan Locked Nucleic Acid (LNA). Modifikasi
ini menaikkan afinitesnya terhadap mRNA target, tahan terhadap
nuklease, dan tidak toksik (Jarald er af., 2004),
‘Terapi dengan siRNA menghadapi masalah terutama uptake
intraselular yang rendah, Untuk mengatasi masalah itu, siRNA dibuat
sebagai nanopartikel dengan polietilenimin, suatu polietiten glikol
‘yang ujungnya disambung dengan ligan peptida, misalnya Arg-Gly-
Asp, dengan target tumor neovaskulatur yang mengekspresi integrin
SIRNA ini akan menghambat ekspresi vascular endothelial growth
factor receptor-2 (VEGF R2). Pemberian siRNA ini secara intravenus
pada mencit penderita tumor menunjukkan uptake yang selektif dan
siRNA menghambat ekspresi protein dalam tumor dan menghambat
pertumbuhan tumor dan angiogenesis (Schiffolers et al., 2004).
Walaupun terapi dengan menggunakan asam nukleat sangat
menjanjikan untuk pengobatan penyakit, tetapi belum digunakan
secara luas, Para peneliti masih harus mengatasi_masalah pada
stabilitas polinukleotida dalam sistem biologi, optimasi afinitas dan
efikasi obat tanpa mengurangi selektivitas, pencapaian target dan
penghantaran menembus membran sel.
Jbu-ibu dan Bapak-bapak yang saya muliakan,
‘Semua sediaan farmasi harus melewati uji kontrol kualitas yang
ketat, Uji potensi jelas sangat penting, adanya beberapa Kontaminan
potensial_merupakan aspek Keamanan yang harus diperhatikan,
Produk biofarmasetikal mempunyai persyaratan seperti sediaan
parenteral umumnya dengan tambahan uji kontaminasi DNA dan
protein lain (Walsh, 1999). Kontaminasi DNA dapat dideteksi dengan
metode hibridisasi dengan pelacak DNA (Southern blotting) atau
amplifikast fragmen DNA (Polymerase Chain Reaction), Sedangkan“4
kontaminasi protein dapat diuji dengan hibridisasi antibodi metode
Enzime-linked bmmonosorbent Assay (ELISA).
Adanya uap air pada protein rekombinan kering dapat menye-
babkan perubshan tiol-disulfida secara intermolekul yang kemudian
membentuk agregat yang lebih besar dan tidak larut dalam air.
Beberapa eksipien yang ditambahkan pada saat pengeringan dapat
menghambat agregasi tersebut. Kemampuan menstabilkan ini berhu-
bungan langsung dengan kemampuan menyerap air, mungkin Karena
kenaikan tingkat kelembaban dalam protein rekombinan. Sebagai
eksipien dapat digunakan gula, asam organik seperti asam amino, dan
senyawa anorganik sederhana natrium Klorida. Sediaan protein serbuk
perlu waktu 20 menit untuk melarutkan sebelum diberikan secara
parenteral pada pasien. Kemudahan penggunaan protein farmasetik
‘merupakan daya tarik bagi industri farmast (Constantino et al., 1995).
Saat ini ada kecenderungen pembuatan protein farmasetik dalam
sediaan cair, Hal ini akan mempermudah dokter dan juga menekan
biaya produksi karena tidak melalui liofilasi. Obat dalam sedisan cair
sebaiknya menunjukkan Kestabilan paling tidak selama dua tahun.
Tantangan utama adalah membuat protein terlarut tersebut stabil,
dengan cara memaksimalkan stabilitas fisik dan mengurangi
kemungkinan terdegradasi. Hal ini terutama untuk penggunaan
subkutan sebab sedisan cair ini memerlukan konsentrasi protein yang
tinggi karena volume injeksi terbatas yaitu 1,5 ml (Ollila, 2005).
Hadirin yang saya hormati,
Demikianlah, Teknologi DNA Rekombinan dapat digunakan
untuk memproduksi dengan Tebih mudah biofarmasetikal, atau untuk
memodifikasinya schingge diperoleh obat yang lebih poten, selektif
dan stabil, Dengan menggunakan teknologi, manusia mampu
‘membuat sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, seperti
Kloning domba Dolly.
Kita masih ingat domba Dolly yang Iahir pada tahun 1996
sangat menarik perhatian. Teknologi transfer inti ini merupakan hasil
penelitian yang dipimpin olch K.Cambel dari Rostin Institute,
Edinburg, Scotland. Teknologi ini dan binatang yang dihasifkan
dipatenkan oleh perusahaan Geron Bio-med sebagai pemegang hak15
selama 17 tahun, Kemudian muncul kekhawatiran penggunaan teknil
serupa untuk membuat manusia yang sama. Para ahli mendesak bahwa
teknologi transfer inti hanya digunakan untuk pengembangan peng-
obatan sel (Anonim, 2000).
Dalam mengembangkan penelitiannya, para ahli harus berlan-
daskan pada moral yang terkandung pada agama. Banyak ment
lupa bahwa ilmu yang dikuasai hanyalah setitik jika dibandingkan
dengan ilmu Ailah yang Maha Menguasai Banysk Ilmu. "Kalaw
sekiranya lautan menjadi tina untuk menudis kalimat-kalimat Allah,
akan habislah lautan ite sebelum habis katimat-kalimat Allah ditulis
semua, neskipun didatangkan tanbahan tinta sebanyak itu pula”.
Oleh Karena itu janganlah ria karena telah dupat mengubah kodrat
makluk hidup dengan pendekatan Teknologi DNA Rekombinan,
Menurut saya penggunaan Teknologi DNA Rekombinan untuk meng-
hasilkan organisme rekombinan (Geneticaly Modified Organism)
hanya merupakan suatu evolusi yang dipercepat. Kebethasilan tadi
sudah menjadi Kehendak Allah Karena sejalan dengan hukum Allah
yang universal, Alam ini berjalan sesuai dengan survatullah,
Perkembangan Bioteknologi Farmasi yang sedemikian pesat
telah dilihat oleh Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada seperti
terpapar pada kurikulum 2002. Pada kurikuluin ini bidung bio-
teknologi dalam dunia farmasi diberikan tempat yang sangat_baik
dengan mengalokasikan 11 SKS matakuliah pendukung seperti
Biokimia, Mikrobiologi, Biologi Molekular dan Imunologi, dan 9
SKS matakuliah Bioteknologi, seperti Rekayasa Genetik, Teknologi
Gena Farmasetik, Fermentast, Kultur Jaringan Tanaman dan Protein
Farmasetik. Pada aras Pascasarjana, §-2 Hmu Farmasi juga diberikan
matekuliah Bioteknologi Farmasi. Saya kira perlu ada matakuliah baru
yang menjelaskan tentang pemumian, penentuan struktur dan
Konformasi suatu protein pertu diberikan pada aras pascasarjana bagi
mahasiswa yang mempelajari protein farmasetik. Sejalan dengan itu
sejak tahun 1994 Pusat Studi (PAU) Bioteknologi Universitas Gadjah
Mada membuka Program Studi S-2 Bioteknologi yang sampai saat ini
telah metuluskan lebih dari 100 orang yang bekerja pada berbagai
instansi, Pada tahun ini Schoo! of Pharmacy and Medical Sciences,
University of South Austratia membuka program baru “Medical and
Pharmaceutical Biotechnology” untuk undergraduate (Anonim®,16
2004), Hal ini menunjukkan bahwa Bioteknologi Farmasi merupakan
bidang kajian yang perlu dikembangksn.
Pada kesempatan ini perkenankan saya mengusulkan peru ada-
nya Laboratorium Bioteknologi Farmasi di Fakultas Farmast Univer
sitas Gadjah Mada, Yang secara struktural setara dengan Laboratorium
Kimia Farmasi dan yang lain, Laboratorium ini dikelola secara antar-
tanpa mengubah struktur yang ada. Hal ini sesuai dengan imu
Bioteknologi yang besifat multidisiplin. Dengan cara ini saya berharap
terbentuk suatu Kelompok yang terbuka, yang dapat memajukan Bio-
teknologi Farmasi. Seperti hatnya di School of Pharmacy University of
Colorado mempunyai Center of Pharmaceutical Biotechnology yang
dibagi dalam tiga kelompok yaitu fermasetik, biologi molekular dan
kimia analitik (Anonim, 2001).
Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang saya muliakan,
Pada akhir pidato pengukuhan saya ini, perkenankan saya seKali
lagi memanjatkan Alhamdulillah, karena banyak sekali limpahan
kenikmatan kepada diri saya dalam meniti Karier pekerjaan dan
kehidupan berkeluarga, sehingga saya sampai pada kedudukan seperti
sekarang ini.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan tetima kasih kepada
Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Menteri Pendidikan
Nasional, atas Kepercayaannya yang diberikan kepada saya untuk
menjabat Guru Besar dalam bidang Kimia Farmasi.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor, Ketua
dan Sekretaris, serta anggota Majelis Guru Besar Universitas Gadjah
Mada: Dekan, Ketua dan anggota Senat Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Meda; Ketua, Sekretaris dan anggota Bagian Kimia Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, atas persetujuannya dan
telah mengusulkan saya menjadi Guru Besar.
‘Ucapan terima kasih atas bimbingannya, saya sempaikan kepada
guru-guru saya di SR Muhammadiyah Bodon, Kotagede: SMP
Muhammadiyah I Purwadiningratan Yogyakarta; SMA Negeri IV
Yogyakarta; Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Teknologi Bandung: Department of Genetics dan Department of7
Biochemistry, University of Leicester. Inggris.
Di samping iru rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan
yang tinggi saya sampaikan kepada:
1. Prof. Drs, Sardjoko, Apt. (almarhum) yang telah mendorong saya
untuk menempuh pendidikan lanjut dan selalu menasehati supaya
tidak terlena mencari credit coin tetapi perlu juga mencari credit
point untuk mencapai Guru Besar.
2. Dr. Ronald A Cooper yang membimbing saya mencapai derajat
doktor, yang dengan sabar dan penuh pengertian bahwa muridnya
ini tidak mempunyai daser tentang biologi molekular sama sekali;
serta teman-teman Laboratorium 108, terima kasih atas kerjasama
‘yang sangat baik; dan teman-teman Indonesia di Leicester, terima
kasih atas kebersarnaannya.
3. Para rekan sejawat dan karyawan di Fakultas Parmoasi Universitas
Gadjah Mada yang teluh bekerjasama dalam Tri Darma Perguruan
‘Tinggi yang mendorong diri saya untuk mencapai derajat jabatan
ini.
4, Keluarga besar Pusat Studi (PAU) Bioteknologi Universitas Gadjah
‘Mada yang telah memberikan kesempatan berkarya dalam bidang
bioteknologi
Kepada’ Bapak Mangunwiyarjo (atmarhum) dan Simbok
Bandiyah (almarhumah), saya sampaikan terima kash dan rasa
hormat yang tidak terhingga, yang telah mengasuh, mendidik serta
membesarkan diri saya dengan kasih dan sayang sehingga meng-
antarkan saya pada jenjang karier seperti suat ini. Semoga semuanya
ini merupakan amal jariah Bapak dan Simbok. Ucapan yang sama
saya sampaikan kepada: 1. Kakak H. Rahmat Prawirohartono
Glmarhum); 2. Mbakyw Mangundiwamo (atmarhurnah) dan keluarge:
3. Kakak Praptowidaroso (almarhum) dan keluarga: 4, Mbakyu
Sasirosudirjo dan keluarga; 5. Mbakyu Sumilah Hadiwarjono
(almarhumah) dan keluarga; 6. Mbakyu Sumarni dan keluarga; 7.
Kakak Ir. Sumumo dun keluarga; 8. Mbakyu Sumarmi dan keluarga:
9. Kekak dr. H. Riyanto dan keluarga.
Kepada bulik Hj. Murtijah dan keluarga Karangsari, saya
mengucapkan terima Kasih atas doa resttr dan pemberiannya pada
‘waktu saya masih kecil selalu saya ingat.
Kepada Ibu mertua almarhumah dan Bapak Brotosiswoyo18
(almarhum) saya mengucapkan terima kasih atas suri tauladannya.
Kepada mbakyu dr. Hj. Siswatingsih Suparto, S.U. sekeluarga,
mbakyu Dra, Hj. Sismiyarti, M.Si, sekeluarga dan adik Ir. Sugeng
Reharjo (almarhum) sekeluarga, saya sampaikan terima kasih utas
hubungan kekeluargaannya,
Pada kesempaten ini saya sampaikan terima kasih dan peng~
hargaan kepada Prof. Dr. Hj. Sismindari, Apt, S.U., isteri tercinta,
teman diskusi, yang penuh kesabaran mendampingi dan selalu
mendorong saya sehingga saya mencapai derajat seperti ini. Kepada
anak-anak saya Lina Widiastuti, S.T. dan suaminya Muhammad Zaim
Nur Hidayat, S.T., Putut Dewanto, S.T.P. dan Amalia Perwitasan,
serta cucu Afifaliya Putri, kalian adalah buah hatiku, terima kasih atas
kehangatan di keluarga. Pesunku “If you believe in yourself. if you
really stick to things, and if you always pray, there is very litle that is
really impossible”. Kepada mereka semua ini saya persembahkan.
Pada akhimya perkenankan saya mengakhiri pidato pengukuhan
dengan mengucapkan Alhumdulillak, Saya mengucapkan terima
kasih ates perhatian dan kesabaran hadirin sekalian dalam mengikuti
upacara ini, Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
cara ini, saya ucapkan terima Kasih. Saya menyadari ada berbagai
kekurangan, untuk itu saya mohon maaf setulus hati.
Assatamu alaikun wa rahmatullaahi wa barakaatuh19
DAFTAR PUSTAKA
Anonitn*, Bioisland: Kawasan Terpadu untuk Penelitian, Pengem-
bangan dan Komersialisasi Bioteknologi, Tim Pengembang
Bioisland, Kementrian Riset dan Teknologi
Anonim®, Interferons: Forging a major weapon to fight cancer, viruses
and other illnesses, BTG-Interferon, www,bigplc.com/abouy
Interferons.html , 6 Mei 2005,
Anonim, 2000, Dolly cloning method patented: BBC news, hitpu/
.co.uk/Uihi/sci/teclv611253.stm, 20 Februari 2005
Anonim, 2001, Center for Pharmaceutical Biotechnology, www.
uchse.edu/sop/bjotectvepbmain, html , 9 Juni 2005.
Anonim’, 2004, Herceptin, The Wellcome Trust, www.welcome,
‘aC.uk.en/genome/tacklingdisease/g12f003.html, 31 Mei 2005.
Anonim®, 2004, Medical and Pharmaceutical Biotechnology-New
Degree, Schvol of Pharmacy and Medical Sciences, University
of South Australia, new biotech degree.pdf , | Juni 2005.
Anonim’, 2005, Introduction to Pharmaceutical Biotechnology,
www pharmacy. ohio-siate.edu/programs/centcourses/ph894/
Lecture % 201 Sélntro,ppt,1 Februari 2005,
Anonim®, 2005, Pharmaceutical production from transgenic animals,
Biotechnology Information Series www, hiotech iastate/biotech
info_s 10.htmnl,L1 Maret 2005.
Anonim', 2003, Vaccines, _hitp://webmed. unipy ivfimmunology!
vaccines.huml, 9 Mei 2005.
Constatino, H_R., Langer, R. and Klibanov, A. M., 1995, Aggregation
of lyophilized pharmaceutical protein, recombinant human
albumin: effect of moisture and stabilization of exipients,
Biotechology, 13(5). 493-496.
Glick, B. R. and Pastemak J. J., 1998, Molecular biotechnology,
Principles & applications of recombinant DNA, Second Edition,
ASM Press, Washington, D.C.
Hansson, M., Nygren, P. and Stahl, S., 2000, Design and production
of rekombinant subunit vaccines, Biotechnol.Appl.Biockem., 3
95-107.
Hill, E., 2004, Biotechnology in China, www chinabusinesssolutions20
com/dbimg/biotechnologyinchina_copy.pdf , 2 Juni 2005
Jarald, E, Edwin, S, Dubey, P.. Tiwari, A and Thakre, V., 2004,
Nucleic acid drugs: a novel approach, Afr. J. Biotechnol., (12):
662-666, www.academicjournals.org/AJB , 13 Mei 2005.
Jelinek, P., 2005, Officials recommend limiting gene therapy,
www, sl ws ws ?imp!=s id=624ncjd=62
4&e=1 &u=/ap/20050304, 6 Maret 2005.
Ma, J. K-C.,Drake, P.M. W. and Christou, P., 2003, The production
of recombinant pharmaceutical proteins in plants, Reviews, 4:
794-803, www.pharma-plants,org/NRG%202004,PDF, 20 Juni
2005,
Mundel, E. J., 2004, Scientists find key to gene therapy, www health,
-yaltoo.com/news/45396, 9 Mei 2005.
Ollila, Application of deffcrential scanning colorimetry (DSC) in
the development of liquid formulations for protein phar-
maceuticals, Biotechnology Development, Novartis Pharma AG,
Basel, Switzerland, www.microcalorimetry.com/olillzappnote,
pdf 5 Maret 2005.
Pestka. S., 2005, Interferons, www_.umdnj.cdu/mimmweb/Insiructic
week 39/2005 interferon pdf , 8 Mei 2005.
Sajduda, A., Bezostek, A., Poplawska, M., Augustynowic7-Kopec, E.,
Zwolska, Z., Niemann, S., Dziadek, J. and Hillemann, D., 2004,
Molecular Characterization of Rimfapin and Isoniazid-Resistant
Mycobacterium tuberculosis Strains Isolated in Poland,
J-Clinic Microbiol, 42(6): 2425-2431
Schiffelers, R.M., AnsatiA., Xu, J, Zhou, Q., Tang, Q., Strom, G.,
Molema, G., Lu, P, Y., Scaria, P. V. and Woodle, M. C., 2004,
Cancer siRNA therapy by tumor selective delivery with ligand-
targeted sterically stabilized nanoparticle, Nucleic Acids
Research, 32, 19, Published online, 9 Mei 2005.
Scott, R. M, 2003, Biotechnology: What’s All the Fuss About?,
Washingion Biotechnology & Biomedical Assosiation, www,
wen.org/pdf/artseminar_200302hiotechinpuigetsound pdf, 9 Ju-
ni 2008,
Shama, L. M. and Peterson, R. K. D., 2004, The benefits andl risks of
producing pharmaceutical proteins in plants, www.risgroupplle,
com, 28 Maret 2005.2
Walsh, G., 1998, Biopharmaceuticals, Biochemistry and Biotech-
nology,John Wiley & Sons, Chichester.
Wilson, J. M., 2003, Human gene therapy: present and future,
www.or wisci/techresour lu Genome/pyblical/hgn!y
L0n1/1Swilson.shm|, 27 Maret 2005,2
BIODATA
Nama 2 Sudjadi
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta,
30 Oktober 1947
NIP 130 S17 253
Pangkat/golongan : Guru Besar/lVb-
Data keluarga
Nama Isteri + Prof . Dr. Sismindari, $.U., Apt.
Anak : 1 Lina Widiastuti, S-T.
Moh Zaim Nur Hidayat, S.T.
2. Putut Dewanto, STP.
3°) Amalia Perwitasari
Cucu 1. Afifaliya Putri
Riwayat Pendidikan
1. SR Muhammadiyah Bodon, Kotagede
2. SMP Muhammadiyah T, Yogyakarta
3. SMA Negeri IV. Yogyakarta
4. Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi UGM
5. Apoteker, Fakulias Farmasi UGM
6. Magister Sains, Departmen Kimia, FMJPA, ITB
7. Doktor, Department of Biochemistry, University of Leicester, UK.
Riwayat Pekerjaan:
‘Staf Pengajar Fakultas Farmasi UGM
‘Staf Pengajar $-2/S-3
Program Studi imu Farmasi
Program Studi Kedokteran Tropis2B
Program Studi Bioteknologi
Program Studi Virologi.
Pengajar Fakullas Farmasi UMS.
Penggjar Fakultas Kedokteran UMY.
Riwayat jabatan:
Kepala Bagian Kimia Farmasi, 197 — 1999.
Pengelola Program Studi S-2 Ilmu Farmasi, 1998 - 2000.
Pengelota Program Studi 5-2/S-3 Bioteknologi, 2001 ~ 2003.
Ketua Pusat Studi Bioteknologi UGM, 2004 - sekarang.
Sekretaris Senat Fakultas Farmasi UGM, 2005 ~ sekarang,
Anggota Badan Pertimbangan Penelitian UGM, 2005 — sekarang.
DPP Konsorsium Bioteknologi Indonesia, 2004 - sekarang
Sone
Publikasi
Buku
1, Sudjadi, 1985. Elusidasi Struktur Senyawa Organik, Ghalia
Indonesia, Jakarta,
Sudjadi, 1988, Metode Pemisuhan, Kanisius, Yosyakurt
Sudjudi dan Abdul Rohman, 2004. Analisis Obar dan
Makanan, Yayasan Farmasi Indonesia den Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
1. Sudjadi, 1992, Transformasi Gen pada Tanaman, PAU
Bioteknologi UGM.
2. Sudjadi, 2002, Rekayasa Genetika, QUE Fakultas Farmasi
UGM.
3. Sudjadi, 2004, Teknologi Gena Farmasetik, Fakultas Farmasi
UGM.24
Jumal
1. Rumiyati, Sismindari, dan Sudjadi, 2000, Aktivitas N-glikosidase
fraksi protein daun Carica papaya L pada tRNA yeast,
Majalah Farmasi Indonesia, 11,1: 25—30
2, Sismindari, Mubarika S, Sudjadi, 2001, Selective cytotoxic effects
on cancer cell-lines of protein fraction isolated from Annona
Squamosa and containing ribosome-inactivating proteins,
Indon.J Biotech, 459 - 462.
3. Fujiwati, Sofro, A. $, Sudjadi, 2002, Diagnosis molekularr
ovalositosis dan kaitannya dengan haplotipe globin-B,
Technoscience 15, 351 - 364
4, Sudjadi, tkawati Z., Sismindari, Arini, K.F., 2002, Efek fraksi
protein biji Mirabilis jalapa L pada proses kematian kultur
sel HeLa, Biologi, 2, 743 - 753
Z.. Sudjadi, Sismindari, Sari R. P., Maulani N., 2002, Efek
fraksi_ protein sejenis RIP (Ribosome-inactivating Proteins)
yang diisolasi dari ukar Mirabilis jalapa terhadap proses
kematian kultur sel HeLa dan Raji, Biologi, 2, 769 - 783,
6. Sulistyani, N., Sismindari, Sudjadi, 2002, Aktivitas pemotongan
DNA superkoil oleh fraksi-fraksi protein daun Morinda
citrifolia, Majalah Farmasi Indonesia V4), 174-179.
7. Munawati, A., Sismindari, Sudjadi, Sumardiyono, 2002, Analisis
testriksi plasmid tekombinan yang membawa gena cp SMV,
J. Natural, 6: 42 -45.
8. Parhardian, H. R., Sudjadi, and Mubarika. S., 2002, Purification
and Its Cytotoxic Activity of Ribosome-inactivating Protein
Like protein ftom Momordica charantia L. Seeds of Raji
Cell Line, Indon. J. Biotech., December: 565-570.
9, Rumiysti, Sismindari, Sudjadi, 2003, Efek sitotoksik fraksi protein
daun Carica papaya terhadap sel Hela, Majalah Farmasi
Indonesia,14, 270 - 273
10, Sudjadi, Sismindari, Herawati, T., Prasetyowati, A. T., 2003,
Pemurnian Ribosome-lInactivating Protetn (RIP) dari_daun
Mirabilis jalapa 1. dengan kolom CM-Sepharose CL-6B dan
Sephactyl $-300HR, Majalah Farmasi Indonesia, 14 (2),
316-32625
11. Tkawati, Z., Sudjadi, Elly, W., Puspitasari. D., and Sismindari,
2003, induction of apoptosis by protein fraction isolated from
the leaves of Mirabilis jalapa L on HeLa and Raji cell-line,
OPEM, 3: 151-156.
12. Sudjadi, Ikawati.Z., Sismindari dan Rahayu, P. R. S, 2004, Uji
stabilitas protein MJ-30 dari daun Mirabilis jalapa 1.
tethadap pH, suhu dan penyimpanan, Majalah Farmasi
Indonesia, 15: 44-49.
13, Sudjadi, 2004, Pemurnian Ribosome Inactivating Protein (RIP)
dari biji Annona squamosa L dengan kolom CM-Sepharose
CL-6B, Biologi. 303); 181-190.