823 1556 1 PB PDF

You might also like

You are on page 1of 12

PERNIKAHAN DINI DI INDONESIA: FAKTOR DAN PERAN

PEMERINTAH (PERSPEKTIF PENEGAKAN DAN


PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK)

Ana Latifatul Muntamah1, Dian Latifiani2, Ridwan Arifin3

Abstract

Early marriage in Indonesia is one of the problems not only related to marital law (the age
limit of marriage), but also related to issues of child protection and human rights. Many factors
underlie early marriage, starting from the factors of customs, families, religious views, to the
economy. In fact, based on the facts and results of research, early marriage at least provides a
social impact, namely the occurrence of divorce, weak family stability, the occurrence of gender
discrimination, and parenting to children who are not optimal. This research discusses two
important things, namely, first, what is the role of the government in upholding and protecting
children’s rights in cases of early marriage in Indonesia, and second, what factors influence
the enforcement and protection of children’s rights in early marriage. This study uses
qualitative methods with socio-legal approach by comparing existed cases either through print
or online media with relevant laws and regulations. This study confirms that in the case of early
marriage, there are at least some children’s rights that are violated, namely: (1) the right to
education, (2) the right to protection, (3) the right to play and recreation, (4) the right to
equality. In the case of early marriage, children are often victims of violence and
discrimination. In some cases, early marriage also causes the release of parental responsibility
to children.

Kata kunci: Pernikahan Dini, Perlindungan Anak, Hak Asasi Manusia, Aspek Hukum

PENDAHULUAN Ethopia, India, dll. Ethiopia misalnya,


merupakan negara dengan jumlah pernikahan
Angka pernikahan dini di banyak dini tertinggi di dunia. Tradisi yang kuat,
Negara terus meningkat dari tahun ke tahun ekonomi, dan agama merupakan alasan yang
dan selalu berhubungan dengan berbagai paling dominan untuk praktik pernikahan di
upaya perlindungan hokum terhadap anak. negara ini. Karena membangun rumah tangga
Pada tahun 2015, ada sekitar 142 juta anak dari proses pernikahan dini tersebut, banyak
perempuan yang melakukan pernikahan terjadi beberapa permasalahan seperti
sebelum waktunya (CFR 2015).4 Angka penurunan kondisi anak perempuan dalam
tersebut terus meningkat terutama di beberapa segi psikologis dan emosional, kekerasan
Negara seperti Afrika, Asia Barat Daya,
1
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES), email: anaoppo0@gmail.com
2
Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES), email:
dianlatifiani@mail.unnes.ac.id
3
Pusat Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (UNNES), email:
ridwan.arifin@mail.unnes.ac.id
4
Dewi Candraningrum, “Pernikahan Anak: Status Anak Perempuan?”, Jurnal Perempuan, Vol. 21 No. 1,
Februari 2016, hlm. iii-v

Pernikahan Dini Di Indonesia . . . |1


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

dalam rumah tangga (KDRT), dan deklanasi mereka dapatkan, sehingga mengarah ke gaya
layanan sosial, masalah migrasi, dan hidup yang tidak berbudaya/bermoral,
kesehatan reproduksi. Kondisi yang hamper sehingga hal tersebut yang menyebabkan
serupa juga terjadi di Indonesia, dimana setiap seorang anak perempuan menjadi hamil
tahunnya, 1,5 juta anak perempuan telah sebelum terjadinya pernikahan.6
menikah dini, angka tersebut setara dengan
gadis yang menikah setiap dua detiknya. Sedangkan, kasus di Nepal India,
Meskipun undang-undang perkawinan yang dimana sensus yang dilakukan pada tahun
memberlakukan 18 tahun sebagai usia 2011 menujukkan bahwa masih 14,9% anak-
minimun pernikahan, namun dalam anak putus sekolah di Nepal dan 27,7% di
praktiknya pernikahan anak semakin meluas. distrik Danusha (seperti dikutip dalam MOE,
Secara universal, 720 juta wanita yang hidup 2013). Dengan cara yang sama, Laporan Flash
dan menikah sebelum usia 18 tahun, yakni I dari DOE (2012) menunjukkan bahwa angka
kisaran 15 tahun.5 putus sekolah dan tingkat retensi untuk anak-
Ada persepsi yang kuat dari orang tua anak menyelesaikan Pendidikan dasar (kelas
mengenai suatu konsep pernikahan dibawah 8). Selain itu, dijelaskan bahwa sekitar 27,1%
umur oleh anak perempuan. Beberapa hasil dari Pendidikan menengah lengkap siswa.7
penelitian dan survei Agege, dkk (2018) Sementara itu di Indonesia, pernikahan
tentang konsep pernikahan dini pun berbeda- dini sudah menjadi fenomena nasional,
beda, dimana pernikahan dini dianggap budaya menjadi faktor yang berpengaruh
sebagai pernikahan yang kurang dari usia 18 besar terhadap pola kehidupan dalam
tahun: Sangat setuju sebanyak 63% dan 30%, masyarakat, termasuk dalam pernikahan dini.
pernikahan dini disebut pernikahan remaja Pernikahan berbagai etnis, memperlihatkan
sebesar 53% sangat setuju dan 37%, sebagai bahwa masalah perkawinan dini perlu sangat
pelanggaran pada anak perempuan disebutkan diperhatikan. Indonesia menempati peringkat
bahwa sangat setuju sebesar 46% dan setuju ke-37 dengan jumlah pernikahan di bawah
33%. Jelaslah bahwa ada lebih banyak umur tertinggi di dunia, dan ke 2 di Asia
ketidaksepakatan oleh responden mengenai Tenggara. Tentu bukan hal yang
persepsi tentang penyebab pernikahan dini. membanggakan karena ini mempengaruhi
Secara khusus, mayoritas sederhana dari 60% kepadatan penduduk, karena berpotensi
belum mengakui diskriminasi gender dalam terhadap kelahiran yang tinggi pula.8 Konsep
praktik dasar pernikahan dini. Namun, 77% menikah, dianggap sebagai sebuah
mengakui bahwa ketidaktahuan terhadap akad/kesepakatan yang mengakibatkan
penyebabnya, sehingga dapat juga halalnya hubungan perempuan dengan
disimpulkan dari hal tersebut, bahwa seorang laki-laki yang sesuai dengan
ketidaktahuan telah secara tidak sengaja ketentuan syara’,9 namun dalam kasus
menyebabkan anak-anak perempuan sehingga pernikahan dini, seringkali kesepatan yang
tidak diberi perhatian yang seharusnya

5
Sophia Chae dan Thoai D. NGO. “The Global State 7
Mahato, Santosh K. “Causes and Consequences of
of Evidence on Interventions to Prevent Child Child Marriage: A Perspective”, International
Marriage”, Girl Center Research Brief, No. 1, Journal of Scientific & Engineering Research, Vol.
October 2017. 7 No. 7, Juli 2016, hlm. 698.
6 8
Emmanuel A. Agege, Ezekiel U. Nwose, dan Stella Nasution, Rosramadhana. Ketertindasan
Odjimogho. “Parental perception of girl-child early Perempuan Dalam Tradisi Kawin Anom: Subaltern
marriage amongst the Urhobos in Nigeria”, Perempuan pada Suku Banjar dalam Perspektif
International Journal of Community Medicine and Poskolonial, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor
Public Health, Vol. 5 No. 8, Agustus 2018, hlm. Indonesia, 2016, hlm. 1.
9
3189, DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2394- Muhammad Nabil Khazim, 2007, Buku Pintar
6040.ijcmph20183049 Nikah: Strategi Jitu Menuju Pernikahan Sukses,
Samudera, Solo, hlm. 25.

2|Pernikahan Dini Di Indonesia. . .


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

ada justru bukan terletak pada anak namun tidak bekerja, otomatis adalah faktor
pada orangtua si anak. ekonomi. Entah karena keinginan
Permasalahan pernikahan dini menjadi orangtuanya atau keinginan anak, mereka
sangat penting untuk diperhatikan, bahkan ada sama-sama tidak ingin direpotkan lagi, karena
suatu desa di Indonesia yang sangat merespon mereka sadar bahwa orangtuanya tidak
positif terhadap pernikahan dini ini. Karena mampu lagi untuk bisa menghidupi mereka.
mereka beranggapan bahwa pernikahan dini Namun, di sisi lain hal ini sangatlah
adalah suatu tradisi dari nenek moyang yang memprihatinkan. Si anak yang masih di
harus dilestarikan secara turun menurun. bawah umur, dan orang tua yang tidak bisa
Salah satu Kecamatan yang menjadikan lagi menanggung anak.10
pernikahan usia dini sebagai eksistensi yakni Badan Kependudukan dan Keluarga
di Kecamatan Seberang Ulu I Kota Berencana Nasional (BKKBN) menegaskan
Palembang. Disana sangat banyak terjadi bahwa Indonesia merupakan negara dengan
pernikahan di usia dini, bahkan sudah jumlah presentase pernikahan di usia dini
dijadikan sebagai kebiasaan masyarakat yang tinggi di dunia. Hal itu dibuktikan
disana. Seolah-olah Undang-Undang yang dengan data BKKBN yang mengatakan
telah mengaturnya diabaikan begitu saja tanpa bahwa, “Perempuan muda di Indonesia
menyentuh akal pikiran masyarakat. dengan usia 10-14 sebanyak 0,2% atau lebih
Kebanyakan yang melakukan pernikahan di dari 22.000 (dua puluh dua ribu) sudah
usia dini adalah anak yang berusia di bawah menikah (BKKBN). Kepala BKKBN, Surya
16 tahun, bisa di rata-rata mereka adalah yang Chandra Surapaty mengatakan bahwa julah
berusia 13-15 tahun. remaja di Indonesia yang sudah memiliki anak
Penelitian Handayani (2014) cukup sangat tinggi yaitu 48 dari 1000
mengungkapkan bahwa angka pernikahan (seribu) remaja.11
dini sangat tinggi, dikarenakan beberapa Hasil dari penelitian yang dilakukan
penyebab, yang pertama, remaja putri yang oleh Plan Indonesia yang bekerjasama dengan
berpengetahuan rendah lebih rentan dua 2,3 Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
kali melakukan pernikahan dini dibandingkan (PSKK) UGM tahun 2011 tentang “Praktik
dengan yang berpengetahuan tinggi. Yang Pernikahan Dini di Indonesia” di delapan
kedua, remaja putri dengan lingkungan yang lokasi di Indonesia yaitu Indramayu,
negative akan lebih beresiko 2,1 kali Grobogan, Rembang, Tabanan, Dompu,
melakukan pernikahan dini dibandingkan Sikka, Lembata, dan Timur Tengah Selatan
dengan yang berada pada lingkungan yang (TTS), memaparkan bahwa rata-rata usia
positif. Yang ketiga, remaja putri yang nikah di wilayah tersebut adalah usia 16
berpendidikan rendah akan lebih rentan 5,4 tahun. Dampaknya dari pernikahan di bawah
kali melakukan pernikahan dini dibandingkan umur tersebut beragam, diantaranya terkait
dengan yang berpendidikan tinggi. Yang dengan kesehatan reproduksi. Hamper di
keempat, remaja putri yang orang tuanya tidak semua wilayah itu, anak perempuan yang
bekerja akan beresiko 7.4 kali melakukan menikah dini itu beresiko mengalami
pernikahan dini dibandingkan dengan remaja kehamilan yang berisiko tinggi. Dampak
putri yang orangtuanya bekerja. Jadi dapat lainnya yakni pada kesehatan mental, dampak
disimpulkan bahwa faktor yang paling tersebut sangat dirasakan oleh anak
beresiko menyebabkan anak melakukan perempuan, hal tersebut sangat fatal
pernikahan dini yakni ketika orang tuanya disebabkan anak perempuan yang menikah di

10
Eka Yuli Handayani, “Faktor-Faktor Yang 11
Wisono Mulyadi, Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni,
Berhubungan Dengan Pernikahan Usia Dini Pada “Akibat Hukum Penetapan Dispensasi Perkawinan
Remaja Putri di Kecamatan Tambusai Utara Anak di Bawah Umur (Studi Kasus di Pengadilan
Kabupaten Rokan Hulu”, Jurnal Maternity and Agama Pacitan), Privat Law, Vol. V No 2 Juli
Neonatal, Volume 1 No. 5, 2014, hlm. 203 Desember 2017, hlm. 70.

Pernikahan Dini Di Indonesia. . . |3


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

usia dini belum bisa menanggung beban yang tingginya pernikahan pada usia kurang dari 16
sangat berat dan bahkan anak perempuan bisa tahun di Indonesia, yakni sampai 25% dari
mengalami stress karena memang belum banyaknya pernikahan yang dilakukan.
waktunya untuk menanggung beban yang Bahkan ada di beberapa wilayah yang
sangat berat tersebut. Hal tersebut sangat presentasinya lebih besar dari itu, yakni Jawa
terasa sesaat setelah anak perempuan berpisah Timur yang mencapai 39,43%, Jambi
dengan keluarganya dan bertanggungjawab mencapai 30,63%, Kalimantan Selatan
atas keluarganya sendiri. Hal lainnya yang sebanyak 35,48%, Jawa Barat sebanyak 36%,
menjadi dampak buruk pernikahan dini adalah dan di Jawa Tengah mencapai 27,84. Sama
rentannya kekerasan dalam rumah tangga seperti penemuan Komisi Perlindungan Anak
(KDRT). Menurut hasil temuan yang Indonesia (KPAI) di Kawasan pintura,
dilakukan oleh Plan, sejumlah 44% anak pernikahan anak sebanyak 35%, dan 20%
perempuan yang kawin dini, mengalami kasus dilakukan oleh anak berusia 9-11 tahun. Di
KDRT dalam frekuensi yang tinggi. Dan sisi lain, laporan dari Into A New World:
sisanya 56% yang tidak nikah dini mengalami Young Women’s Sexual and Reproductive
KDRT dalam frekuensi yang rendah. Selain Live yang didukung oleh The William H Gates
itu, nikah dini juga memiliki dampak pada Foundation pada 1998 telah mengungkapkan
kesehatan siem reproduksi anak perempuan. bahwa usia 13-18 tahun merupakan usia
Anak perempuan yang berumur 10-14 tahun pertama kali melahirkan di Indonesia, bahkan
berpotensi lima kali lebih berisiko pada masa mencapai 18% dan pada tahun 1998
kehamilan dan melahirkan, dibanding dengan pernikahan usia kurang dari 18 tahun
ibu hamil yang usianya 20-25 tahun. Dapat mencapai 49%. Kondisi yang hampir sama
disimpulkan, bahwa pernikahan dini yakni berdasarkan hasil penelitian yang
memposisikan anak perempuan sebagai dilakukan PKPA tahun 2008 di Kabupaten
kelompok yang rentan terkait dengan Nias, pernikahan pada usia 13-18 mencapai
kesehatan reproduksi dan seksualitasnya. 12 9,4% dari 218 responden jumlah perempuan
Hasil dari penelitian yang dilakukan yang akan dan sudah menikah. Angkah
oleh Millennium Development Goal’s pernikahan dini bagi anak perempuan 3 kali
(MDG’s) Indonesia pada tahun 2007 yang lebih besar dari jumlah anak laki-laki (Sofyan
dterbitkan oleh (Badan Pengawasan dkk, 2009). Menurut catatan kantor PA
Nasional/Bappenas). Menyebutkan bahwa (Pengeadilan Agama) di Kota Malang, angka
penelitian monitoring Pendidikan oleh pernikahan dini yakni pada usia 15 tahun
education network for justice di beberapa meningkat sebesar 50% disbanding 2007,
lokasi di Indonesia di enam kelurahan/desa di hingga bulan September 2008 tercatat 10
Kab. Serdang Badagai (Sumatera Utara), Kab. pernikahan dini yang usia perempuannya
Pasuruan (Jawa Timur), dan Kota Bogor kurang dari 15 tahun. Hasil dari Bada
(Jawa Barat) mendapatkan sekitar 28,10% Perencanaan Pembangunan Nasional
yang memberi informasi telah menikah pada (Bappenas) menunjukkan bahwa dari jumlah
usia kurang dari 18 tahun. Mayoritasnya adala 2 juta pernikahan, sebanyak 34,5% adalah
wanita yakni sejumlah 76,03% dan pernikahan dini. Jawa Timur merupakan
terkonsentrasi pada dua desa di Jawa Timur daerah yang pernikahan dini tertinggi.,
(58,31%). Sesuai dengan data yang didaptkan bahkan lebih dari angka rata-rata nasional
dari BKKBN yang memaparkan bahwa yakni 39%. 13

12
Djamilah, Reni Kartikawati. “Dampak Perkawinan 13
Sakdiyah, Halimatus dan Kustiawati Ningsih.
Anak di Indonesia”, Jurnal Studi Pemuda, Vol. 3, “Mencegah pernikahan dini untuk membentuk
No. 1, Mei 2014, hlm. 2, online pada generasi berkualitas (Preventing early-age marriage
https://journal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/article/view to establish qualified generation)”, Masyarakat,
File/32033/19357 Kebudayaan dan Politik, Vol. 26, No.1, 2013, hlm.

4|Pernikahan Dini Di Indonesia. . .


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

Data yang terdapat di KUA (Kantor 2010), Indonesia adalah negara dengan
Urusan Agama) pada suatu kecamatan, jumlah tertinggi pernikahan dini ke 37 pada
terdapat jumlah perkawinan pada 2013 tahun 2007. Untuk tingkat ASEAN,
sebanyak 535 pasang. Jumlah perempuan Indonesia adalah negara ke 2 tertinggi setelah
yang melakukan pernikahan pernikahan usia Kamboja.16 Dengan cara meningkatkan
kurang dari 20 tahun adalah sebanyak 188 kepekaan, dan mendidik anak perempuan
orang (35%), hampir sama pada tahun 2012 akan bisa mengurangi konsekuensi buruk
bahwa perempuan yang melakukan penikahan pernikahan dini di masa depan.17
dini yakni sebanyak 199 orang (38%). Survey
awal yang dilaksanakan oleh 30 perempuan METODE
yang menikah dini yakni kurang dari 20 tahun Penelitian ini menggunakan metode
di kecamatan tersebut, diperoleh informasi deskriptif kualitatif, dengan pendekatan
bahwa 1 diantaranya sudah bercerai, 5 orang yuridis normatif dimana penulis melakukan
mengalami persalinan lama, 2 orang analisa terhadap kasus-kasus yang pernah
melahirkan bayi BBLR, 1 orang mengalami terjadi di Indonesia berkaitan dengan
abortus, 1 orang mengalami pendarahan, dan pernikahan dini dengan berbagai peraturan
2 bayi meninggal saat dilahirkan.14 perundang-undangan terkait dalam perspektif
Kasus yang pernah mencuat terkait perlindungan hak anak. Data-data yang
pernikahan dini, kasus perkawinan Syech didapat oleh penulis berasal dari berbagai
Puji dan Luthfiana Ulfa seperti menampar sumber baik media cetak maupun online, dan
keberadaan pembuat hukum dan seluruh data-data hasil penelitian sebelumnya.
aparat hukum di Indonesia. Kasus ini Kualitifikasi penelitian ini digunakan hanya
bukanlah kasus yang pertama kalinya. Kasus sebatas mengecek pendapat pakar dan
ini merupakan cerminan dari ribuan kasus pendapat beberapa kelompok masyarakat
yang serupa. Dalam praktiknya, perkawinan berkaitan dengan pernikahan dini. Data-data
dini di Indonesia seperti layaknya hukum yang menunjukkan daerah dan lokasi tertentu,
yang “tidak bergigi” karena sebegitu penulis dapatkan dari hasil-hasil penelitian
banyaknya pelanggaran yang terjadi atas yang pernah ada sebelumnya.
hukum yang ada dan tanpa ditindak lanjuti HASIL DAN PEMBAHASAN
secara hukum. Pada jelas, pada Undang- 1. Perkawinan dalam Dimensi Aturan
Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Hukum
Perkawinan telah menyatakan mengenai Maraknya perkawinan usia dini atau
batas umur perkawinan, maka jika tidak perkawinan di bawah umur sangat sering
menaati sesuai dengan undang-undang terjadi di Indonesia, dan sebagai pedoman
tersebut maka itu merupakan pelanggaran bagi masyarakat untuk masalah perkawinan,
terhadap hak anak.15 Menurut data yang pemerintah telah secara jelas
tercatat di United Nations Development mencantumkannya dalam Undang-Undang
Economic dan Social Affairs (UNDESA, Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang

36, online pada http://journal.unair.ac.id/download- Indinesia”, Yudisia Jurnal Pemikiran Hukum dan
fullpapers-mkp9b9d8e2432full.pdf Hukum Islam, Vol. 7, No. 2, Desember 2016, hlm.
14 355-356, online pada
Eka Yuli Handayani, 2014, Op.Cit, 201
15
Ridha Ichwanty Sabir, Mustaring, “Perspektif http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/ar
Masyarakat Tentang Perkawinan di Bawah Umur di ticle/view/2160/1788.
17
Desa Ara Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Erwinsyah, Argyo Demartoto, Supriyadi Supriyadi.
Bulukumba”, Jurnal Tomalebbi, Vol. 1 No.2, “Early Marriage in Jebres Sub District of Surakarta
September 2014, hlm. 86, online pada City”, International Journal of Multicultural and
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/view/1656/6 Multireligious Understanding (IJMMU), Vol. 5 No.
98 2, April, 2018, hlm. 336, DOI:
16
Hasan Bastomi, “Tinjauan Batas Umur Perkawinan http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v5i2.396
Menurut Hukum Islam dan Hukum Perkawinan

Pernikahan Dini Di Indonesia. . . |5


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

Perkawinan. Isi dari undang-undang tersebut, Namun, sebagaimana yang tertera pada UU
telah jelas bahwa batas usia pernikahan bagi Perkawinan, UU tersebut dengan adanya
pria dan wanita yang pantas atau sudah sanksi pidana sehingga sepertia tiada artinya
memasuki usia perkawinan. Hal ini dalam melindungi anak dari ancaman
dinyatakan bahwa: “Perkawinan diizinkan pernikahan dini. Sehingga apa arti sebuah
jika pria sudah berusia 19 tahun dan wanita 16 undang-undang tanpa ada sebuah pidana di
tahun” (Adiputra dkk, 1989: 11). Apabila dalamnya. Terlalu lalainya pengawasan
syarat tidak terpenuhi, maka pernikahan penegakan hukum di Indonesia sehingga
tersebut dapat dicegah atau dibatalkan membuat siapa pun memilik celah, termasuk
pelaksanaannya.18 Secara logis, dapat orangtua kelompok/ komunitas tertentu untuk
dikatakan bahwa patokan usia menikah dalam memalsukan dokumen kependudukan,
undang-undang itu, tergolong sangat muda. apparat pemerintah, terutama menyangkut
Batas usia demikian sangat tidak menjamin usia, agar pernikahan bisa diberlangsungkan.
tujuan dari kebahagiaan lahir dan bathin. Tidak heran lagi jika kita sering menjumpai
Wanita muda sangat berpotensi mengalami anak perempuan yang menikah/dinikahkan
perpecahan dalam rumah tangga, dan dalam pada usia kurang dari 16 tahun. 21
dunia kedokteran dapat menyebabkan Di dalam Undang-Undang No. 35
penyakin kandungan yang berkaitan dengan Tahun 2004 menarasikan Perubahan atas
ginekologis.19 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 yakni
Secara resmi dunia menolak perilaku mengenai Perlindungan Anak, yang
kekerasan dan diskriminatif bagi anak, bahkan dimaksudkan atau merupakan anak yakni
tanpa disadari, tetap saja terjadi hal itu melalui seseorang yang belum 18 (delapan belas)
perkawinan anak. Realitas yang dapat dilihat tahun, termasuk anak yang masih berada di
yakni, anak perempuan yang berusia 16 tahun, dalam kandungan ibunya. Anak mempunyai
menikah dengan laki-laki dewasa, bahkan hak yang harus dilindungi, dijamin, dan
sampai ada laki-laki yang sudah lanjut usia, dipenuhi oleh orang tuanya, masyarakat,
sehingga tidak pantas disebut suami keluarga, pemerintah, dan negara. Pada
melainkan kakek.20 Konvensi Hak Anak PBB tahun 1989, hak
Secara hukum perkawinan, anak anak yakni: 1) hak untuk bermain; 2) hak
dilegitimasikan oleh Undang-Undang No. 1 untuk mendapatkan Pendidikan; 3) hak untuk
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di dalam mendapatkan perlindungan; 4) hak untuk
undang-undang tersebut dinyatakan bahwa mendapatkan nama (identitas); 5) hak untuk
anak perempuan boleh menikah saat berusia mendapatkan status kebangsaan; 6) hak untuk
16 tahyn, seperti yang tertera pada pasal 7 (1), mendapatkan makanan; 7) hak untuk
“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mendapatkan akses kesehatan; 8) hak untuk
sudah mencapai 19 (Sembilan belas) tahun, mendapatkan rekreasi; 9) hak untuk
dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam mendapatkan kesamaan; 10) hak untuk
belas) tahun.” Dan pada pasal 26 UU R.I No. memiliki peran dalam pembangunan.22
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Suatu hubungan pernikahan
menyatakan bahwa orang tua wajib dibutuhkan persiapan fisik, psikis, ekonomi,
melindungi anaknya dari pernikahan dini. social, kecerdasan (intelektual), budaya, dan

18
Anggreni Atmei Lubis, “Latar Belakang Wanita 20
Grijns, Mies Hoko Horii, Sulistyowati Irianto,
Melakukan Perkawinan Usia Dini”, Jurnal Ilmu Pinky Saptandari, Taufiqurrohim, Unsiyah Siti
Pemerintahan dan Sosial Politik, Vol. 4 No.2, 2016, Marhamah, Meike Lusye Karolus, Shinta Candra
hlm. 151-152, online pada Dwi, Partini, Sita Thamar Van Bemmelen. Menikah
http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/ Muda di Indonesia: Suara, Hukum, dan Praktik.
453/884. Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018,
19
Nommy Horas Thombang Siahaan, Hukum hlm. 75.
21
Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta, Djamilah, Reni Kartikawati, 2014, Op.Cit., hlm. 2
22
Erlangga, 2004, hlm. 43. Dewi Candraningrum, 2016, Op.Cit., hlm. v

6|Pernikahan Dini Di Indonesia. . .


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

spiritual. Suatu pernikahan di usia dini tidak yang kesekian. Berbeda dengan masyarakat
bisa memenuhi syarat-syarat yang diatu di yang pendidikannya masih rendah, mereka
dalam pasal 6 yaitu kemauan bebas dari pasti akan mengutamakan pernikahan karena
calon mempelai karena belum dewasa. Dan hanya dengan cara tersebut mereka dapat
melakukan perkawinan dini yakni sebelum mengisi kekosongan hari-hari anak-anak
berumur 18 tahun adalah suatu pelanggaran mereka dan untuk dapat memenuhi kebutuhan
terhadap Undang-Undang No. 35 Tahun hidup mereka. Tingkat Pendidikan
2014 tentang Perlindungan Anak, yang mempengaruhi tingkat kematangan
merupakan aturan yang lebih lanjut dari kepribadian seseorang, dengan Pendidikan
Pasal 28B (2) UUD 1945. Karenanya, umur mereka akan lebih menyaring dan menerima
16 tahun, dalam Pasal 7 (1) UU Perkawinan suatu perubahan yang baik, dan merespon
telah mengakibatkan ketidakpastian hukum lingkungan yang dapat mempengaruhi
dan melanggar hak-hak anak yang telah kemampuan berpikir mereka. Yang ketiga,
dijamin dalam Pasal 1 (3), Pasal 28B (2), dan Faktor Keinginan sendiri. Faktor ini yang
juga Pasal 28C (1) UUD 1945. Agar usia 16 sangat sulit untuk dihindari, karena pria dan
tahun tidak dimaknai usia menikah dalam wanita berpikiran bahwa mereka saling
Pasal 7 UU Perkawinan adalah secara mencintai bahkan tanpa memandang usia
konstitusional jika dimaknai usia 18 tahun mereka, tanpa memandang masalah apa yang
yang beralasan menurut hukum.23 nanti akan dihadapi dan apakah mereka
2. Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan mampu untuk memecahkan suatu masalah.
Dini Apabila suatu masalah tidak dapat
Banyak faktor yang menyebabkan dipecahkan, suatu pernikahan akan terancam
masyarakat menikahkan anaknya di bawah bercerai dengan alasan bahwa pikiran mereka
usia. Yang pertama, Faktor Ekonomi, dimana sudah tidak seirama lagi. Itulah seharusnya
orang tuanya yang sudah tidak mampu untuk yang menjadi permasalahan dan
membiayai anaknya tersebut karena mereka pertimbangan apabila ingin menikah di usia
memiliki lebih dari 5 anak misalnya, lalu muda. Yang keempat adalah faktor pergaulan
mereka berkeputusan untuk bisa menikahkan bebas. Kurangnya bimbingan dan perhatian
anaknya dengan orang yang dianggap lebih dari orang tua, anak akan mencari jalan
mampu. Hal ini juga yang menyebabkan supaya mereka bisa merasa bahagia, yaitu
tingkat Pendidikan wanita rendah, karena dengan bergaul dengan orang-orang yang
lebih memilih menikah daripada melanjutkan tidak dilihat terlebih dahulu kelakuannya
Pendidikan, karena kalaupun mereka ingin (bebas). Hal yang sangat sering terjadi yakni
bersekolah, orang tuanya tidak memiliki biaya hamil duluan di luar ikatan pernikahan.
yang cukup untuk menyekolahkannya. Yang Sehingga karena hal tersebut, mau tidak mau
kedua, Faktor pendidikan yang rendah adalah orang tua akan memberi izin kepada anaknya
yang sangat mempengaruhi pola pemikiran yang masih di bawah umur untuk menikah. 24
suatu masyarakat, baik dari pendidikan orang Yang kelima adalah dari Faktor Adat
tua maupun si anak sendiri. Suatu masyarakat istiadat Menurut adat-istiadat pernikahan
yang memiliki pendidikan yang tinggi pasti sering terjadi karena sejak kecil anak telah
akan berpikir dua kali untuk menikah dan dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Bahwa
menganggap bahwa pernikahan adalah hal pernikahan anakanak untuk segera merealisir
23
Mohd Din, Mujibussalim, dan Eli Dani Isma. 24
Munawwaroh, Siti. “Studi Terhadap Pernikahan
“Kebijakan Kriminal dalam Penanggulangan Usia Dini di Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Perkawinan di Bawah Umur”, Dusturiyah: Jurnal Palembang Ditinjau dari Hukum Islam’,
Hukum Islam, Perundang-undangan dan Pranata Intelektualita, Volume 5, Nomor 1, Juni 2016, hlm.
Sosial, Vol VII. No.1.Januari-Juni 2017, hlm. 1-19, 38, online pada
online di http://jurnal.ar- http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektuali
raniry.ac.id/index.php/dustur/article/view/2337/16 ta/article/view/723/648
93

Pernikahan Dini Di Indonesia. . . |7


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

ikatan hubungan kekeluargaan antara kerabat tanggungjawab yang besar bagi perempuan
mempelai laki-laki dan kerabat mempelai maupun laki-laki.28
perempuan yang memang telah lama mereka Akibat lainnya yakni, hilangnya hak seorang
inginkan bersama, semuanya supaya anak. Lalu, hilangnya hak kesehatan pada
hubungan kekeluargaan mereka tidak putus anak, persoalan psikologis seperti cemas
(Wigyodipuro, 1967: 133). Selain itu adanya bahkan depresi. Dan di dalam masyarakat,
kekhawatiran orang tua terhadap anak orang yang menikah dini akan berisiko
perempuannya yang sudah menginjak remaja, mengalami kemiskinan yang berkelanjutan.
sehingga orang tua segera mensarikan jodoh 3. Peran Pemerintah Daerah terhadap
untuk anaknya. Orang tua yang bertempat Pernikahan Dini
tinggal di pedesaan pada umumnya ingin Pemerintah Daerah/desa wajib berperan
cepat-cepat menikahkan anak gadisnya karena guna menangani maraknya fenomena
takut akan menjadi perawan tua. (BKKBN, pernikahan di bawah umur. Dan yang paling
1993: 9). 25 berpengaruh yakni peran pemerintah itu
Kemudian lebih jauh, yang merupakan sendiri, guna mengatur perikehidupan
penyebab dari pernikahan dini yakni karena masyarakatnya agar terarah dengan baik,
adanya Media Massa. Gencarnya ekspose yakni dengan berbagai macam tahap:
seks di media massa mengakibatkan remaja 1. Tahap Pendekatan Personal
modern kian permisif terhadap seks.26 Ada Tahap yang pertama bisa dilakukan oleh
banyak faktor yang mengakibatkan suatu pihak pemerintah untuk menangani
perkawinan dini menjadi marak, termasuk maraknya pernikahan dini yakni dengan
keterlibatan, keabsahan orang tua, dan pendekatan personal dengan cara
kekuatan sosial. Pernikahan dini rawan terjadi menasihati. Tahap ini dilakukan oleh
pada gadis-gadis miskin yang tidak bisa Pegawai Pencatat Pernikahan, pada saat
mengenyam pendidikan maupun yang putus ada masyarakat yang mendaftar
sekolah, dan kurangnya informasi mengenai pernikahan, tetapi dalam persyaratan
dampak suatu pernikahan dini dikarenakan tersebut yang tidak sesuai dengan UU
tinggal di suatu pedesaan. Itulah faktor yang Perkawinan di Indonesia.
sangat mempengaruhi suatu prakti pernikahan 2. Tahap Pendataan
dini.27 Pada tahap ini, pendataan tersebut
Perkawinan dini, bagi perempuan dilakukan pada pemerintahan kepala desa.
akan mengakibatkan banyak risiko, dari aspek Pemerintah banyak menemukan suatu
biologis seperti (kerusakan organ-organ pernikahan dini. Namun, pemerintah tidak
reproduksi, hamil muda, dan aspek psikologis bertanggungjawab dengan adanya
seperti ketidaksanggupan menjalankan peristiwa pernikahan tersebut.
fungsi-fungsi reproduksi dengan baik. 3. Tahap Sosialisasi
Kehidupan rumah tangga menuntuk
25
Beteq Sardi, “Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan 27
Simin Montazeri, Maryam Gharacheh, Nooredin
Dini dan Dampaknya di Desa Mahak Baru Mohammadi, Javad Alaghband Rad, and Hassan
Kecamatan Sungai Boh Kabupaten Malinau, Eftekhar Ardabili, “Determinants of Early Marriage
eJournal Sosiatri-Sosiologi, Volume 4, Nomor 3, from Married Girls’ Perspectives in Iranian Setting:
2016, online pada http://ejournal.sos.fisip- A Qualitative Study,” Journal of Environmental
unmul.ac.id/site/wp- and Public Health, Vol. 2016, ID 8615929, hlm 1-
content/uploads/2016/08/Jurnal%20Online%20%2 8. https://doi.org/10.1155/2016/8615929
28
808-29-16-07-11-46%29.pdf, hlm. 199 Sulistyowati Irianto, Perempuan dan Hukum:
26
Agustian, Hesti. “Gambaran Kehidupan Pasangan Menuju Hukum yang Berperspektif Kesetaraan dan
yang Menikah di Usia Muda di Kabupaten Keadilan: 22 Tahun Konvensi CEDAW di
Dharmasraya”, Spektrum PLS, Vol. I, No.1, April Indonesia, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2006,
2013, hlm. 207, online pada hlm. 57.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/vie
wFile/1516/pdf

8|Pernikahan Dini Di Indonesia. . .


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

Mengasi pernikahan dini yakni dengan Dibuktikan bahwa jumlah perceraian dan
cara sosialisasi ke masyarakat yakni kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
melalui suatu kegiatan kemasyarakatan yang meningkat. Anak perempuan adalah
misalnya peringatan maulid nabi, gotong yang paling dirugikan dalam pernikahan dini,
royong, posyandu dan lain-lain, pada saat karena mereka cenderung di nikahkan dengan
sambutan, kepala desa dengan memberi laki-laki yang sudah dewasa. Banyak hal yang
motivasi kepada orang tua untuk harus ditanggung oleh anak perempuan, itu
melanjutkan kepada para anak-anak agar mengakibatkan kondisi psikologisnya bahkan
melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang akan terganggu. Lalu, pernikahan dini,
lebih tinggi, minimal lulusan SMA/MA, mengakibatkan kenaikan jumlah kelahiran
dengan begitu anak-anak yang berniat penduduk di Indonesia. Dan meningkatnya
melakukan pernikahan sudah cukup umur jumlah pengangguran di Indonesia. Itu tentu
dan sesuai dengan ketentuan di dalam UU bukan hal yang mudah bagi pemerintah
Perkawinan, sehing terbebas dari tindak Indonesia, karena pengangguran sampai saat
pelanggaran atas undang-undang. ini pun belum juga terselesaikan. Peran
4. Ditanggungkan Surat Nikah pemerintah sangat diperlukan untuk lebih
Surat nikah yang dipersulit atau dengan mempertegas peraturan atau undang-undang
proses pembuatan yang sangat rumit, perkawinan di Indonesia. Bahkan, undang-
namun masi saja masyarakat tidak undang perkawinan di Indonesia seakan-akan
memperdulikan hal tersebut. Dengan cara tidak memiliki bobot, sehingga seakan-akan
agar masyarakat yang berniat melakukan diabaikan oleh masyarakat di Indonesia. Lalu,
pernikahan dini agar diberikan efek jera. undang-undang perkawinan seakan-akan
Karena, jika fenomena ini terus berlanjut, tidak memiliki makna lagi. Pengetahuan yang
maka tidak hanya memerlukan biasya kurang merupakan faktor penyebab maraknya
yang kecil. pernikahan dini, terutama di daerah pedesaan.
5. Perketat Undang-Undang Perkawinan Daerah pedesaan cenderung jauh dari akses
Masyarakat akan merasa takut pabila ingin informasi, sehingga sangatlah diperlukan
melangsungkan pernikahan di bawah umur, untuk sosialisasi untuk mencegah terjadinya
dikarenakan pemerintah daerah, pemerintah pernikahan dini.
desa maupun Kantor Urusan Agama (KUA)
sudah mulai memperketat aturan-aturan
mengenai pernikahan. Hal ini dilakukan agar -o0o-
dapat meminimalisir fenomena pernikahan
dini.29
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
Dapat disimpulkan bahwa tingkat Agege, Emmanuel A., Ezekiel U. Nwose, dan
pernikahan dini di Indonesia sangatlah tinggi, Stella Odjimogho. 2018. “Parental
itu karena didukung oleh keadaan lingkungan perception of girl-child early marriage
yang salah dan bimbingan atau pengetahuan amongst the Urhobos in Nigeria”,
dari orang orang tua juga salah. Oleh sebab itu International Journal of Community
perlulan suatu bimbingan yang memadai agar Medicine and Public Health, Vol. 5 No.
mencegah terjadinya suatu pernikahan dini. 8, Agustus, hlm. 3189-3190, DOI:
Karena banyak dampak negative dibanding http://dx.doi.org/10.18203/2394-
dampak positif dari pernikahan dini. 6040.ijcmph20183049

29
Martyan Mita Rumekti dan V. Indah Sri Pinasti, Jurnal Pendidikan Sosiologi, Vol. 5 No. 6, Oktober
“Peran Pemerintah Derah (Desa) dalam Menangani 2016, hlm. 11-12.
Maraknya Fenomena Pernikahan Dini di Desa
Plosokerep Kabupaten Indramayu, E-Societas:

Pernikahan Dini Di Indonesia. . . |9


Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

Agustian, Hesti. 2013. “Gambaran Kehidupan Grijns, Mies Hoko Horii, Sulistyowati
Pasangan yang Menikah di Usia Muda Irianto, Pinky Saptandari,
di Kabupaten Dharmasraya”, Spektrum Taufiqurrohim, Unsiyah Siti Marhamah,
PLS, Vol. I, No.1, April, hlm. 205-217, Meike Lusye Karolus, Shinta Candra
online pada Dwi, Partini, Sita Thamar Van
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pnfi/ Bemmelen. 2018. Menikah Muda di
article/viewFile/1516/pdf Indonesia: Suara, Hukum, dan Praktik.
Bastomi, Hasan. 2016. “Tinjauan Batas Umur Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Perkawinan Menurut Hukum Islam dan Indonesia.
Hukum Perkawinan Indinesia”, Yudisia Handayani, Eka Yuli. 2014. “Faktor-Faktor
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Yang Berhubungan Dengan Pernikahan
Islam, Vol. 7, No. 2, Desember, hlm. Usia Dini Pada Remaja Putri di
354-384, online pada Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten
http://journal.stainkudus.ac.id/index.ph Rokan Hulu”, Jurnal Maternity and
p/Yudisia/article/view/2160/1788. Neonatal, Volume 1 No. 5, hlm. 200-
Candraningrum, Dewi. 2016. “Pernikahan 206.
Anak: Status Anak Perempuan?”, Jurnal Irianto, Sulistyowati. 2006. Perempuan dan
Perempuan, Vol. 21 No. 1, Februari Hukum: Menuju Hukum yang
2016, hlm. iii-v. Berperspektif Kesetaraan dan
Chae, Sophia dan Thoai D. NGO. 2017. “The Keadilan: 22 Tahun Konvensi CEDAW
Global State of Evidence on di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Interventions to Prevent Child Indonesia.
Marriage”, Girl Center Research Brief, Khazim, Muhammad Nabil. 2007. Buku
No. 1, October 2017. Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju
Din, Mohd, Mujibussalim, dan Eli Dani Isma. Pernikahan Sukses. Solo: Samudera.
2017. “Kebijakan Kriminal dalam Lubis, Anggreni Atmei. 2016. “Latar
Penanggulangan Perkawinan di Bawah Belakang Wanita Melakukan
Umur”, Dusturiyah: Jurnal Hukum Perkawinan Usia Dini”, Jurnal
Islam, Perundang-undangan dan Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik,
Pranata Sosial, Vol VII. No.1, Januari- Vol. 4 No.2, hlm. 150-160, online pada
Juni, hlm. 1-19, online di http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/a
http://jurnal.ar- rticle/view/453/884.
raniry.ac.id/index.php/dustur/article/vie Mahato, Santosh K. 2016. “Causes and
w/2337/1693 Consequences of Child Marriage: A
Djamilah, Reni Kartikawati. 2014. “Dampak Perspective”, International Journal of
Perkawinan Anak di Indonesia”, Jurnal Scientific & Engineering Research, Vol.
Studi Pemuda, Vol. 3, No. 1, Mei, hlm. 7 No. 7, 2016, hlm. 698-702.
1-16, online pada Montazeri, Simin, Maryam Gharacheh,
https://journal.ugm.ac.id/jurnalpemuda/ Nooredin Mohammadi, Javad
article/viewFile/32033/19357 Alaghband Rad, and Hassan Eftekhar
Erwinsyah, Argyo Demartoto, Supriyadi Ardabili. 2016. “Determinants of Early
Supriyadi. 2018. “Early Marriage in Marriage from Married Girls’
Jebres Sub District of Surakarta City”, Perspectives in Iranian Setting: A
International Journal of Multicultural Qualitative Study,” Journal of
and Multireligious Understanding Environmental and Public Health, Vol.
(IJMMU), Vol. 5 No. 2, April, hlm. 336- 2016, ID 8615929, hlm 1-8.
344, DOI: https://doi.org/10.1155/2016/8615929
http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v5i2. Munawwaroh, Siti. 2016. “Studi Terhadap
396 Pernikahan Usia Dini di Kecamatan

10 | P e r n i k a h a n D i n i D i I n d o n e s i a . . .
Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

Seberang Ulu I Kota Palembang Siahaan, Nommy Horas Thombang. 2004.


Ditinjau dari Hukum Islam’, Hukum Lingkungan dan Ekologi
Intelektualita, Volume 5, Nomor 1, Juni, Pembangunan. Jakarta:Erlangga.
hlm. 35-44, online pada Wisono Mulyadi, Anjar Sri Ciptorukmi
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/ Nugraheni. 2017. “Akibat Hukum
intelektualita/article/view/723/648 Penetapan Dispensasi Perkawinan Anak
Nasution, Rosramadhana. 2016. di Bawah Umur (Studi Kasus di
Ketertindasan Perempuan Dalam Pengadilan Agama Pacitan), Privat
Tradisi Kawin Anom: Subaltern Law, Vol. V No. 2, Juli-Desember, hlm.
Perempuan pada Suku Banjar dalam 69-76.
Perspektif Poskolonial. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Peraturan Perundang-Undangan
Rumekti, Martyan Mita dan V. Indah Sri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Pinasti. 2016. “Peran Pemerintah Derah Tahun 1974 tentang Perkawinan.
(Desa) dalam Menangani Maraknya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Fenomena Pernikahan Dini di Desa 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Plosokerep Kabupaten Indramayu, E- Manusia.
Societas: Jurnal Pendidikan Sosiologi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Vol. 5 No. 6, Oktober, hlm. 1-16. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Sabir, Ridha Ichwanty, Mustaring. 2014.
“Perspektif Masyarakat Tentang
Perkawinan di Bawah Umur di Desa
Ara Kecamatan Bonto Bahari
Kabupaten Bulukumba”, Jurnal
Tomalebbi, Vol. 1 No.2, September hlm.
84-97, online pada
https://ojs.unm.ac.id/tomalebbi/article/v
iew/1656/698
Sakdiyah, Halimatus dan Kustiawati Ningsih.
2013. “Mencegah pernikahan dini untuk
membentuk generasi berkualitas
(Preventing early-age marriage to
establish qualified generation)”,
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,
Vol. 26, No.1, hlm. 35-54, online pada
http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-mkp9b9d8e2432full.pdf
Sardi, Beteq. 2016. “Faktor-Faktor Pendorong
Pernikahan Dini dan Dampaknya di
Desa Mahak Baru Kecamatan Sungai
Boh Kabupaten Malinau, eJournal
Sosiatri-Sosiologi, Volume 4, Nomor 3,
hlm 194-207, online pada
http://ejournal.sos.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/08/Jurnal%20Onl
ine%20%2808-29-16-07-11-46%29.pdf

P e r n i k a h a n D i n i D i I n d o n e s i a . . . | 11
Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 / Nomor 1 / Juni 2019

12 | P e r n i k a h a n D i n i D i I n d o n e s i a . . .

You might also like