Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Mount Rinjani National Park (MNRP) in the West Nusa Tenggara Province, popular as one of ectourism
destinations for both international and domestic tourist. The number of tourist increases every year. However,
MRNP was facing various problems including forest destruction which then becomes critical degraded lands,
watersheds damaged, decreased of river water, garbage found at every ecotourism area due to lack of awareness
and concern on the ecotourism resources value. This study aimed to analyze the Willingness to Pay (WTP) for
MRNP ecotourism and determine the factors that affect it. The method was using Contingent Valuation Method
(CVM) to determine the value of WTP and regression to determine the influenced factors to the value of WTP. The
results showed that the mean of WTP was US $54.13 for international tourist, with MRNP ecotourism economic
value and estimated revenue from entrance ticket of US $1,208,790/ year or Rp14,50 billion/ year. While the mean
of WTP for domestic tourist was Rp40.650 with MRNP ecotourism economic value and estimated revenue from
entrance fee were Rp883.202.550. Factors that influenced the WTP both international and domestic tourists were
education, income, family members, active in environmental organizations and knowledge on ecotourism.
ABSTRAK
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah tujuan ekowisata yang
populer bagi wisatawan mancanegara dan nusantara. Jumlah pengunjung tercatat meningkat setiap tahunnya.
Namun, TNGR menghadapi berbagai permasalahan hutan yang rusak dan menjadi lahan kritis, serta sumberdaya air
yang menurun akibat kurangnya kesadaran dan kepedulian akan nilai lingkungan dan sumber daya alam ekowisata
TNGR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesediaan wisatawan untuk membayar atau Willingness to Pay
(WTP) bagi ekowisata dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan
metode Contingent Valuation Method (CVM) untuk menentukan nilai WTP, serta regresi untuk menentukan faktor
apa saja yang memengaruhi nilai WTP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan WTP responden wisatawan
mancanegara US $54.13, dengan nilai ekonomi lingkungan ekowisata dan perkiraan pendapatan dari tiket masuk
US $1,208,790/ tahun atau Rp14,50 milyar/tahun. Sementara itu rataan WTP responden wisatawan nusantara
Rp40.650, dan nilai ekonomi lingkungan ekowisata serta perkiraan pendapatan dari tiket masuk Rp883.202.550.
©2017 JAKK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jakk.2017.14.1.31-46 31
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
Faktor-faktor yang memengaruhi nilai WTP, adalah pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
keaktifan dalam organisasi lingkungan dan pengetahuan tentang ekowisata
32
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
sampah, dan longsor di jalur trekking (Rai, ekonomi kawasan TNGR (WWF-NT, 2001)
2010). Di samping itu, ada bagian zona inti dengan metode Total Cost Method.
yang digunakan sebagai area ekowisata pada Beberapa penelitian menggunakan metode
jalur pendakian menuju puncak Rinjani dan CVM atau WTP untuk mengungkapkan
Danau Segara Anak (Balai TNGR, 2011). nilai ekonomi lingkungan ekowisata untuk
Survey Komunitas Sapu Gunung Indonesia kebijakan dan pengelolaan sumber daya alam
mengungkapkan rata-rata sampah yang di kawasan lindung/konservasi di negara
dibawa oleh wisatawan ke TNGR sebanyak berkembang, dan perbaikan lingkungan
160,24 ton/tahun atau tiga kilogram/ orang (Hizami, Rusli, & Alias, 2014; Kamri, 2013;
(Purnomo, 2016). Nuva, Shamsudin, Radam, & Shuib, 2009),
Uraian tersebut mengungkapkan bahwa menentukan harga tiket masuk ekowisata
kegiatan ekowisata belum optimal sebagai (Cheung & Jim, 2014; Nuva et al., 2009;
mata pencaharian masyarakat lokal sehingga Samdin, 2008), peningkatan kualitas taman
belum dapat melindungi lingkungan dari dan layanan (Cheung & Jim, 2014; Kolahi,
gangguan. Interaksi yang dikhawatirkan Sakai, Moriya & Aminpour, 2013), diferensiasi
mengancam keberadaan TNGR adalah produk ekowisata (Cheung & Jim, 2014),
mengambil atau memanfaatkan hasil hutan, pemanfaatan jasa lingkungan berkelanjutan
sedangkan pendakian biasanya dilakukan (air minum/pembangkit listrik, pemeliharaan
bukan karena motif ekonomi (Sukardi, 2009). keanekaragaman hayati, pariwisata) dan
Metode Contingent Valuation Method mekanisme pembiayaan konservasi (Bernard,
(CVM) untuk menentukan Willingness to Pay Groot & Joaquín, 2009), mengembangkan
(WTP) adalah metode untuk memperkirakan model pariwisata yang sadar ekonomi,
nilai ekonomi lingkungan berupa non-market lingkungan, dan budaya ekowisata (Sekar,
benefit suatu ekosistem sebagai komoditas Weiss, & Dobson, 2013).
lingkungan yang tidak dipasarkan, berupa nilai Kebaruan penelitian ini adalah penggunaan
penggunaan tidak langsung atau penggunaan metode CVM untuk menentukan WTP yang
pasif (passive use) dari sumber daya alam, bersedia dibayarkan oleh wisatawan untuk
termasuk keindahan dan keberadaannya. ekowisata, dengan mewawancarai wisatawan
Penelitian ini menggunakan metode dan melakukan bidding game dari nilai dasar
CVM yang bertujuan untuk (1) menganalisis yang ditentukan, disertai analisis faktor yang
kesediaan untuk membayar (Willingness to memengaruhi nilai WTP yaitu pendidikan,
Pay/WTP) wisatawan bagi ekowisata TNGR, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
dan (2) mengetahui faktor-faktor yang keaktifan dalam organisasi lingkungan,
memengaruhi nilai WTP, sebagai dasar untuk pengetahuan ekowisata.
menentukan kebijakan, mengoptimalkan
pengelolaan ekowisata, peluang kontribusi II. METODE PENELITIAN
konservasi dan reboisasi, perbaikan
Penelitian dilakukan di TNGR dengan luas
kualitas lingkungan dan layanan ekowisata,
41.330 ha, pada dua resort pengelolaan yaitu
perlindungan/pemeliharaan jasa lingkungan,
1) Senaru di Desa Senaru, Kabupaten Lombok
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Utara, dan 2) Sembalun di Desa Sembalun
dan insentif bagi pihak yang berpartisipasi
Lawang, Kabupaten Lombok Timur. Kedua
memelihara ekowisata.
resort ini merupakan pintu masuk resmi
Penelitian terdahulu menganalisis nilai
menuju ekowisata TNGR yang populer dan
ekonomi ekowisata TNGR di Otak Kokok
ramai dikunjungi, serta mewakili ekowisata
Gading dan Desa Perian (Ramdhani, 2011)
TNGR. Penelitian dilaksanakan pada bulan
dengan metode WTP dan pendekatan
September 2014–Januari 2016.
pemanfaatan sumber daya air, serta valuasi
33
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
34
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
TNGR. Nilai dasar merupakan batas bidding wisatawan, lalu dikonversi, maka nilai dasar
game, karena komoditas sumber daya WTP wisatawan nusantara Rp27.000 dan
alam seperti lingkungan ekowisata yang wisatawan mancanegara Rp787.640 atau US
menawarkan keindahan, pembelajaran atau $67.
pengalaman yang unik tidak diperdagangkan,
sehingga sulit diketahui nilainya karena III. HASIL DAN PEMBAHASAN
wisatawan tidak membayarnya secara langsung
A. Karakteristik Responden Wisatawan
(Fauzi, 2010).Walaupun demikian, yang
diperlukan dalam pengukuran nilai sumber Responden wisatawan mancanegara datang
daya alam adalah pengukuran seberapa besar dari 17 negara, yaitu Jepang, Singapore,
kemampuan membayar (purchasing power) Hongkong, Spanyol, Belgia, Belanda, Italia,
wisatawan untuk memperoleh barang dan jasa German, Perancis, Cekoslovakia, Czechya,
lingkungan ekowisata tersebut (Fauzi, 2010). Polandia, Slovakia, Brazil, Kanada, USA dan
Tiket masuk TNGR perhari Rp5.000 untuk Australia. Responden wisatawan nusantara
wisatawan nusantara, dan Rp150.000 untuk dari tujuh kota/wilayah, yaitu Bali, Bekasi,
wisatawan mancanegara sesuai Peraturan Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta dan
Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.36/ Lombok. Umumnya, responden berusia
Menhut-II/2014 (Kementerian Kehutanan 20-29 tahun, pendidikan dari perguruan
Republik Indonesia, 2014). Penentuan nilai tinggi, dan memiliki tanggungan keluarga
dasar WTP dihitung berdasarkan jumlah 1-2 orang. Mereka aktif dalam organisasi
wisatawan nusantara tahun 2012 yaitu 8.826 lingkungan dan mengetahui tentang
orang dan wisatawan mancanegara 10.956 ekowisata. Pekerjaan responden wisatawan
orang, serta total anggaran TNGR tahun 2012 nusantara adalah mahasiswa dan pendapatan
untuk biaya pemeliharaan, pengelolaan dan Rp50.000-Rp1.999.999/bulan,dan wisatawan
konservasi yaitu Rp8.861.103.000 (Balai mancanegara adalah wirausaha dan
TNGR, 2012).Total anggaran dibagi jumlah pendapatan di bawah US $29,999/tahun
(Tabel 1).
Tabel 1 Karakteristik responden wisatawan
Table 1. Characteristics of tourist respondents
35
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
Akumulasi Akumulasi
Nilai WTP Nilai WTP
Jumlah responden Akumulasi populasi Jumlah responden Akumulasi populasi
(WTP value) (WTP value)
(total respondents) (accumulation) (population (total respondents) (accumulation) (population
(US $) (Rp)
accumulation) accumulation)
36
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
37
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
nilai kegunaan (use value) atau harga dari jumlah kunjungan terhadap variabel bebas
sumber daya alam melalui pendekatan biaya perjalanan, pendapatan, umur dan jarak
proxy pola pengeluaran/belanja (ekspenditur) pada tahun penelitian dilakukan (Banapon,
konsumen berupa biaya yang dikeluarkan 2008; Darusman, 1990; Nuva et al., 2009;
untuk mengkonsumsi jasa sumber daya alam WWF-NT, 2001).
ekowisata tersebut yang terletak dalam radius Hasil rataan nilai WTP responden
Tabel 4 Keinginan berkunjung kembali
Table 4. Willingness to revisit
38
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
Gambar 1. Hubungan nilai WTP dan jumlah responden wisatawan yang bersedia membayar WTP.
Figure 1. Relation between WTP value and total number of respondents tourist who willing to pay the WTP
39
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
hayati dan potensi rekreasi/pariwisata, dengan taman, serta membantu memberikan informasi
mengeksplorasi mekanisme pajak, retribusi, mengenai adanya kegiatan illegal kepada
individu dandonasi perusahaan, skema petugas resmi taman nasional (Asmamaw &
kemitraan, dan pengaturan kontrak sukarela Verma, 2013).
(Bernard et al., 2009).
Selain itu, konsep WTP dapat C. Faktor yang Memengaruhi Nilai WTP
mengembangkan model pariwisata yang Tahap ini menggunakan analisis regresi
sadar akan ekonomi, lingkungan, dan budaya logistik untuk mengkaji pengaruh peubah
ekowisata yang ideal di taman nasional penjelas (X) terhadap peubah respon (Y)
(Sekar et al., 2013). Asmamaw & Verma melalui model persamaan matematis tertentu.
(2013) mengungkapkan bahwa ekowisata Analisis regresi logistik biner digunakan
merupakan alat konservasi dan dapat karena peubah respon dari analisis regresi ini
meningkatkan kesejahteraan masyarakat berupa peubah kategorik dan hanya memiliki
melalui keterlibatan masyarakat dalam dua peluang kejadian, yaitu pilihan ya/
kegiatan pengelolaan dan pengembangan bersedia atau tidak. Dalam analisis peluang
taman nasional, pembagian pendapatan, kejadian tertentu dari kategori peubah respon
pendidikan tentang konservasi, dan program- tersebut dilakukan melalui transformasi logit
program peningkatan kepekaan terhadap (Sugiyono, 2009).
Standar
No Variabel (Variable) Koefisien (Coefficient) (B) Significant Odds ratio
error
1 Konstanta (Constant) -1,721 3,725 0,644 0,179
2 Pendidikan (Education) (X1) 0,062 0,237 0,792 1,064
3 Pendapatan (Earnings) (X2), 0,234 0,132 0,077** 1,264
4 Jumlah Keluarga (Family ember)
-0,085 0,212 0,689 0,919
(X3),
5 Aktif di organisasi lingkungan
(Active in environmental organization -1,152 0,817 0,159* 0,316
(X4)
6 Pengetahuan (Knowledge) (X5) 0,605 0,869 0,486 1,831
R² = 14,3%
*) α = 20% **) α =10%
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)
40
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
lingkungan dengan nilai Sig 0,159. Variabel lingkungan tidak dimasukkan karena tidak
pendidikan, jumlah keluarga dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kesediaan
tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Sig membayar WTP dengan nilai signifikan
> 0,25, sehingga tidak dimasukkan. >0,25.
Nilai odds ratio variabel pendapatan Nilai odds ratio variabel pendidikan
bertanda positif berarti kenaikan pendapatan bertanda positif berarti semakin tinggi
sebesar US $10,000 akan meningkatkan pendidikan wisatawan akan meningkatkan
peluang kesediaan membayar WTP sebesar peluang kesediaan membayar WTP sebesar
1,264 kalinya, karena semakin besar 2,217 kalinya. Dengan demikian, kepedulian
pendapatan maka wisatawan memiliki untuk konservasi dan perbaikan lingkungan
keleluasaan membayar WTP. Koefisien semakin baik. Koefisien regresi variabel
regresi variabel aktif di organisasi lingkungan pendapatan bertanda positif berarti kenaikan
bertanda positif, maka jika seorang wisatawan pendapatan sebesar Rp100.000, akan
aktif di organisasi lingkungan, maka akan meningkatkan peluang kesediaan membayar
meningkatkan peluang kesediaan membayar WTP sebesar 1,221 kalinya, karena semakin
WTP sebesar 0,316 kalinya, karena besar pendapatan maka wisatawan memiliki
pengetahuan mengenai ekowisata lebih tinggi keleluasaan membayar WTP. Koefisien
berarti preferensi wisatawan kurang baik. regresi odds ratio variabel pengetahuan
Analisis regresi logit wisatawan nusantara bertanda positif berarti kenaikan pengetahuan
menunjukkan nilai alpha atau signifikansi atau wawasan tentang ekowisata, akan
chi square 0,133 (13%), lebih besar dari α = meningkatkan peluang kesediaan wisatawan
5%, maka hasil output regresi logistik telah nusantara membayar WTP 18,817 kalinya.
memenuhi asumsi kelayakan model sehingga Analisis regresi linier wisatawan
41
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
terhadap besaran nilai WTP pada α = 20% Sementara variabel pendapatan bertanda
adalah variabel pengetahuan, dan pada α = positif berarti semakin tinggi pendapatan
25% adalah variabel pendapatan. Nilai Sig wisatawan, maka besaran nilai WTP
variabel pengetahuan 0,169 dan nilai Sig semakin meningkat. Jika pendapatan seorang
variabel pendapatan 0,242. Sementara itu, wisatawan naik US $10,000 maka besaran
variabel pendidikan, jumlah keluarga dan aktif nilai WTP juga naik US $2,099, karena
di organisasi lingkungan tidak berpengaruh semakin besar pendapatan, maka wisatawan
Signifikan dengan nilai Sig> 0,25 sehingga memiliki keleluasaan membayar WTP lebih
tidak dimasukkan (Tabel 7). tinggi (Tabel 8).
Koefisien regresi linier variabel Analisis regresi linier wisatawan
42
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
20% adalah variabel jumlah anggota keluarga jumlah anggota keluarga, status pernikahan,
dan variabel pengetahuan. Nilai Sig variabel usia dan jumlah penawaran (Cheung &
pendapatan 0,036, jumlah keluarga 0,149, Jim, 2014; Kolahi et al., 2013), pendapatan,
pengetahuan 0,133. Variabel pendidikan biaya perjalanan, serta kualitas taman
dan aktif di organisasi lingkungan tidak (Cheung & Jim, 2014; Khan, 2006). Untuk
berpengaruh Signifikan dengan nilai Sig> mengembangkan model ekowisata yang
0,20 (Tabel 9). Koefisien regresi linier sadar akan ekonomi lingkungan dan budaya
variabel pendapatan bertanda positif berarti ekowisata ideal, dievaluasi jumlah hari yang
bahwa semakin tinggi pendapatan wisatawan, dihabiskan, jenis akomodasi, transportasi,
maka besaran nilai WTP semakin meningkat. kualitas budaya (Sekar et al., 2013).
Jika pendapatan seorang wisatawan naik
Rp100.000 maka besaran nilai WTP juga naik IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Rp394,62, karena wisatawan memiliki dana
lebih untuk membayar WTP lebih tinggi. A. Kesimpulan
Variabel jumlah anggota keluarga bertanda Rataan nilai WTP wisatawan mancanegara
positif berarti bahwa dengan bertambah adalahUS $54.13 atau Rp649.560 per
besarnya jumlah anggota yang ditanggung kunjungan dengan kurs Rp12.000 yang
seorang wisatawan, maka besaran nilai WTP berlaku pada saat penelitian, dan rataan
semakin meningkat. Jika jumlah anggota nilai WTP wisatawan nusantara adalah
keluarga yang ditanggung naik 1 orang, Rp40.650 per kunjungan. Artinya, responden
maka akan meningkatkan nilai WTP sebesar wisatawan bersedia membayar sebesar nilai
Rp3.012,553 karena budaya wisatawan itu untuk perbaikan kualitas, perlindungan
nusantara yang senang bepergian bersama jasa lingkungan, dan pencegahan kerusakan
keluarga. Sementara variabel pengetahuan lingkungan ekowisata. Perbedaan nilai antara
bertanda positif berarti bahwa dengan wisatawan mancanegara dan nusantara
bertambahnya wawasan atau pengetahuan disebabkan oleh preferensi, kepedulian dan
wisatawan mengenai ekowisata, maka kepuasan wisatawan terhadap ekowisata
besaran nilai WTP semakin meningkat sebesar TNGR dan pengalaman ekowisata yang sudah
12.077,840 kalinya, yang berarti kesadaran dialami responden berbeda.
dan kepeduliannya terhadap lingkungan dan Nilai ekonomi lingkungan ekowisata
sumber daya alam untuk ekowisata juga lebih atau perkiraan pendapatan dari penjualan
tinggi. tiket berdasarkan nilai WTP ekowisata
Perbedaan atau persamaan variabel yang TNGR adalah US $1,208,790 atau Rp14,50
memengaruhi nilai WTP bergantung kepada milyar dari wisatawan mancanegara dan
tujuan penelitian. Beberapa penelitian Rp883.202.550 dari wisatawan nusantara,
bertujuan menentukan kebijakan pengelolaan dengan total Rp14,88 milyar. Nilai tersebut
sumber daya alam berkelanjutan di kawasan adalah dugaan nilai ekonomi lingkungan
lindung di negara berkembang mengevaluasi ekowisata TNGR, serta merupakan dugaan
karakteristik sosial ekonomi wisatawan yang nilai kerusakan lingkungan ekowisata TNGR
terdiri dari gender, pendidikan dan pendapatan atau nilai kegunaan tidak langsung (passive
(Kamri, 2013). Untuk menentukan harga use) TNGR yang hilang.
tiket masuk, yang dievaluasi adalah gender, Berdasarkan hasil regresi logit, koefisien
pendapatan dan tempat tinggal di daerah urban odds ratio variabel yang signifikan untuk
(Nuva et al., 2009), serta pendidikan (Hizami wisatawan mancanegara adalah pendapatan
et al., 2014). Untuk meningkatkan kualitas dan aktif di organisasi lingkungan; untuk
taman nasional atau kawasan ekowisata, wisatawan nusantara adalah pendidikan,
yang dievaluasi faktor gender, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan tentang
43
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
44
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)
Dipokusumo, B. (2011). Model partisipatif Mustafa, H. (2000). Teknik sampling. Retrieved from
perhutanan sosial menuju pengelolaan Http://home.unpar.ac.id
hutan berkelanjutan: kasus pembangunan Nuva, R., Shamsudin, M.N., Radam, A., & Shuib,
hutan kemasyarakatan pada kawasan Hutan A. (2009). Willingness to pay towards the
Lindung di Pulau Lombok. (Disertasi). Bogor: conservation of ecotourism resources at
Institut Pertanian Bogor. Gunung Gede Pangrango National Park,
Fauzi, A. (2010). Ekonomi sumber daya alam dan West Java, Indonesia. Journal of Sustainable
lingkungan: Teori dan aplikasi. Jakarta: PT Development. 2(2)., 2(2), 173–182.
Gramedia Pustaka Utama. Pickering, C. M., & Hill, W. (2007). Impacts of
Hizami, N., Rusli, M., & Alias, R. (2014). Valuing recreation and tourism on plant biodiversity
natural resources of ecotourism destination and vegetation in protected areas in Australia.
in Taman Negara Sungai Relau, Pahang, Journal of Environmental Management, 85,
Malaysia. Journal of Basic and Applied 791–800.
Sciences, 8(3), 416–425. Plummer, R., & Fennel, A. D. (2009). Managing
Iasha, A., Yacob, M.R., Kabir, I., & Radam, A. (2015). protected areas for sustainable tourism:
Estimating economic value for potential Prospects for adaptive co-management.
ecotourism resources in Puncak Lawang Park, Journal of Sustainable Tourism, 17(2), 149–
Agam District, West Sumatera, Indonesia. 168.
Procedia Environmental Sciences, 30(2015), Purnomo, A. (2016). Ada 160 ton sampah di Rinjani,
326–331. ulah siapa? Retrieved from Tempo.co
Kamri, T. (2013). Willingness to pay for conservation https://m.tempo.co/read/news/2016/04/30/
of natural resources in the Gunung Gading 061767255/ ada-160-ton-sampah-di-rinjani-
National Park, Sarawak. Procedia - Social ulah-siapa.
and Behavioral Sciences, 101, 506–515. Rai, T. (2010). Pengelolaan ekowisata di kawasan
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.224 Gunung Rinjani. Mataram: Rinjani Trek
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. (2014). Management Board.
Peraturan Kementerian Kehutanan Republik Ramdhani, N. (2011). Nilai ekonomi Taman Nasional
Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata Gunung Rinjani: Studi kasus di Obyek
Cara Penetapan Rayon di Taman Nasional, Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian,
Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara
Taman Buru Bidang Pariwisata Alam. Barat. (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Khan, H. (2006). Willingness to pay for Margalla Hills Bogor.
National Park: Evidence from the travel cost Samdin, Z. (2008). Willingness to pay in Taman
method. The Lahore Journal of Economics, Negara : A contingent valuation method.
11(2), 43–70. International Journal of Economics and
Kiper, T. (2013). Role of ecotourism in sustainable Management, 2(1), 81–94.
development. Turki: InTech. ISBN 978-953- Scheyvens, R. (2007). Ecotourism and gender issues. In
51-1167-2, J. Higham (Ed.). Critical issues in ecotourism
Kolahi, M., Sakai, T., Moriya, K., & Aminpour, M. understanding a complex to tourism
(2013). Ecotourism potentials for financing phenomenon (pp 185-214). Oxford:Elsevier
parks and protected areas: A perspective from Ltd.
Iran’s Parks. Journal of Modern Accounting Sekar, N. Weiss, JM. Dobson, A. (2013). Willingness-
and Auditing, 9(1), 144–152. to-pay and the perfect safari: Valuation and
Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. (2002). Pemasaran cultural evaluation of safari package attributes
perhotelan dan kepariwisataan. Jakarta: in the Serengeti and Tanzanian Northern
Pearson Education Asia Pte. Ltd dan PT Circuit. Ecological Economics, 97(2014),
Prenhallindo. 34–41.
Markum, Sutedjo, E.B., & Hakim, M.R. (2004). Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk
Dinamika hubungan kemiskinan dan bisnis. Jakarta: PT Salemba Empat.
pengelolaan sumber daya alam pulau kecil: Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif
Kasus Pulau Lombok. Mataram: WWF- kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Indonesia Program Nusa Tenggara.
Sukardi, L. (2009). Desain model pemberdayaan
masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan
45
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46
berkelanjutan: Kasus masyarakat sekitar WWF-NT. (2008). Laporan studi analisis hidrologis
kawasan hutan Taman Nasional Gunung dan perubahan tutupan lahan (Land use land
Rinjani Pulau Lombok. (Disertasi). Bogor: cover change) Kawasan Rinjani, Lombok.
Institut Pertanian Bogor. Mataram: WWF Nusa Tenggara.
TIES. (2015). TIES announces ecotourism principles
revision. Retrieved from https://www.
ecotourism.org/ news/ties-announces-
ecotourism-principles-revision
WWF-NT. (2001). Laporan valuasi ekonomi jasa
lingkungan di Pulau Lombok. Mataram:
WWF Nusa Tenggara.
46