You are on page 1of 16

Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.

1, Mei 2017 : 31-46


p-ISSN 0216-0897
e-ISSN 2502-6267
Terakreditasi No. 755/AU3/P2MI-LIPI/08/2016

ANALISIS WILLINGNESS-TO-PAY PADA EKOWISATA TAMAN


NASIONAL GUNUNG RINJANI
(Analysis of Willingness to Pay on Ecotourism in Mount Rinjani National Park)
Pipin Noviati Sadikin1, Sri Mulatsih2, Bambang Pramudya3 dan Hadi Susilo Arifin4
1
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Mahasiswa Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor, Kampus Dramaga, Bogor, Indonesia;
E-mail: pn.sadikin@gmail.com
2
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Dramaga, Bogor, Indonesia;
E-mail: mulatsupardi@gmail.com
3
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Dramaga, Bogor, Indonesia;
E-mail: bpramudya@yahoo.com
4
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Dramaga, Bogor, Indonesia;
E-mail: hadisusiloarifin@gmail.com

Diterima 24 Juli 2016, direvisi 4 Mei 2017, disetujui 5 Mei 2017

ABSTRACT

Mount Rinjani National Park (MNRP) in the West Nusa Tenggara Province, popular as one of ectourism
destinations for both international and domestic tourist. The number of tourist increases every year. However,
MRNP was facing various problems including forest destruction which then becomes critical degraded lands,
watersheds damaged, decreased of river water, garbage found at every ecotourism area due to lack of awareness
and concern on the ecotourism resources value. This study aimed to analyze the Willingness to Pay (WTP) for
MRNP ecotourism and determine the factors that affect it. The method was using Contingent Valuation Method
(CVM) to determine the value of WTP and regression to determine the influenced factors to the value of WTP. The
results showed that the mean of WTP was US $54.13 for international tourist, with MRNP ecotourism economic
value and estimated revenue from entrance ticket of US $1,208,790/ year or Rp14,50 billion/ year. While the mean
of WTP for domestic tourist was Rp40.650 with MRNP ecotourism economic value and estimated revenue from
entrance fee were Rp883.202.550. Factors that influenced the WTP both international and domestic tourists were
education, income, family members, active in environmental organizations and knowledge on ecotourism.

Keyword: Willingness to Pay; Contingent Valuation Method; ecotourism

ABSTRAK

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah tujuan ekowisata yang
populer bagi wisatawan mancanegara dan nusantara. Jumlah pengunjung tercatat meningkat setiap tahunnya.
Namun, TNGR menghadapi berbagai permasalahan hutan yang rusak dan menjadi lahan kritis, serta sumberdaya air
yang menurun akibat kurangnya kesadaran dan kepedulian akan nilai lingkungan dan sumber daya alam ekowisata
TNGR. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesediaan wisatawan untuk membayar atau Willingness to Pay
(WTP) bagi ekowisata dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan
metode Contingent Valuation Method (CVM) untuk menentukan nilai WTP, serta regresi untuk menentukan faktor
apa saja yang memengaruhi nilai WTP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan WTP responden wisatawan
mancanegara US $54.13, dengan nilai ekonomi lingkungan ekowisata dan perkiraan pendapatan dari tiket masuk
US $1,208,790/ tahun atau Rp14,50 milyar/tahun. Sementara itu rataan WTP responden wisatawan nusantara
Rp40.650, dan nilai ekonomi lingkungan ekowisata serta perkiraan pendapatan dari tiket masuk Rp883.202.550.

©2017 JAKK All rights reserved. Open access under CC BY-NC-SA license. doi: http://dx.doi.org/10.20886/jakk.2017.14.1.31-46 31
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

Faktor-faktor yang memengaruhi nilai WTP, adalah pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
keaktifan dalam organisasi lingkungan dan pengetahuan tentang ekowisata

Kata kunci: Willingness to Pay; Contingent Valuation Method; ekowisata

I. PENDAHULUAN bahwa selama periode tahun 1997-2006 terjadi


penurunan luas tutupan hutan primer kawasan
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Gunung Rinjani 4,57% per tahun. Daerah
seluas 41.330 ha adalah kawasan konservasi Aliran Sungai (DAS) di kawasan ini rusak
yang menjadi tujuan wisata yang populer dan menunjukkan penurunan debit rata-rata
bagi wisatawan mancanegara dan nusantara. sebesar 3,8% per tahun (Balai TNGR, 2011;
Pada tahun 2014 di TNGR jumlah wisatawan Sukardi, 2009; WWF-NT, 2008). Kerusakan
mancanegara mencapai 22.385 orang dan biofisik ini disebabkan oleh perambahan
wisatawan nusantara mencapai 21.727 orang hutan, penebangan liar (Balai TNGR, 2011;
(Balai TNGR, 2015). Kegiatan wisata di Dipokusumo, 2011), pembuatan arang,
kawasan konservasi meningkat karena ada pengambilan kayu bakar dan perburuan
peningkatan kesadaran tentang konservasi satwa (Balai TNGR, 2011), pelanggaran
alam (Pickering & Hill, 2007).Selain itu, awig-awig (aturan main yang dibangun
ekowisata memungkinkan masyarakat hidup bersama oleh para pihak yang terlibat
berdampingan dengan kawasan konservasi pengelolaan sumber daya alam), kurangnya
(Plummer & Fennel, 2009). Ekowisata TNGR kapasitas kelembagaan dan lembaga
memberikan manfaat langsung dan tidak adat, kurangnya kebijakan yang memadai
langsung, serta memberikan dampak positif (Dipokusumo, 2011). Participatory
bagi masyarakat lokal (WWF-NT, 2001). Action Research (PAR) Rinjani tahun
Ekowisata diyakini sebagai alat yang efektif, 2002 secara multipihak mengungkapkan
serta selalu terkait dengan pengembangan bahwa permasalahan sosial ekonomi dan
ekonomi dan strategi konservasi untuk kerusakan lingkungan kawasan TNGR
pembangunan berkelanjutan (Kiper, 2013). berakar pada kurangnya perhatian kebijakan
Menurut The International Ecotourism pada persoalan sosial-ekonomi-budaya,
Society atau TIES, ekowisata adalah mengenai rendahnya pemahaman dan kesadaran tentang
upaya memadukan konservasi, masyarakat pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
dan perjalanan yang berkelanjutan, yaitu dan ekowisata, lemahnya kelembagaan sosial,
suatu perjalanan ke kawasan yang masih memudarnya tata nilai lokal dan permasalahan
alami, yang dilakukan oleh wisatawan kelembagaan lainnya (Rai, 2010).Tingkat
secara bertanggung jawab untuk melakukan kesejahteraan ekonomi masyarakat kawasan
upaya konservasi lingkungan, mendukung TNGR relatif rendah, sekitar 70% dari
keberlanjutan kesejahteraan masyarakat 600 ribu jiwa penduduk termasuk kategori
lokal, dan merupakan proses interpretasi miskin (Markum, Sutedjo, & Hakim, 2004;
dan pendidikan atau pembelajaran bagi para Scheyvens, 2007; Sukardi, 2009). Bahkan,
pihak yang terlibat dalam kegiatan ekowisata, kawasan TNGR rawan konflik lahan dan
seperti para pengelola, masyarakat dan pembukaan hutan (Baharuddin, 2009; Sukardi,
wisatawan (TIES, 2015). 2009). Di sisi lain, kegiatan wisata di jalur
Namun, sejumlah persoalan lingkungan di trekking menghasilkan dampak negatif bagi
kawasan TNGR belum dapat diatasi. Kajian flora dan fauna (Bonita, 2010), penebangan
ekologi WWF-NT (2008) mengungkapkan kayu untuk memasak bagi wisatawan,

32
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

sampah, dan longsor di jalur trekking (Rai, ekonomi kawasan TNGR (WWF-NT, 2001)
2010). Di samping itu, ada bagian zona inti dengan metode Total Cost Method.
yang digunakan sebagai area ekowisata pada Beberapa penelitian menggunakan metode
jalur pendakian menuju puncak Rinjani dan CVM atau WTP untuk mengungkapkan
Danau Segara Anak (Balai TNGR, 2011). nilai ekonomi lingkungan ekowisata untuk
Survey Komunitas Sapu Gunung Indonesia kebijakan dan pengelolaan sumber daya alam
mengungkapkan rata-rata sampah yang di kawasan lindung/konservasi di negara
dibawa oleh wisatawan ke TNGR sebanyak berkembang, dan perbaikan lingkungan
160,24 ton/tahun atau tiga kilogram/ orang (Hizami, Rusli, & Alias, 2014; Kamri, 2013;
(Purnomo, 2016). Nuva, Shamsudin, Radam, & Shuib, 2009),
Uraian tersebut mengungkapkan bahwa menentukan harga tiket masuk ekowisata
kegiatan ekowisata belum optimal sebagai (Cheung & Jim, 2014; Nuva et al., 2009;
mata pencaharian masyarakat lokal sehingga Samdin, 2008), peningkatan kualitas taman
belum dapat melindungi lingkungan dari dan layanan (Cheung & Jim, 2014; Kolahi,
gangguan. Interaksi yang dikhawatirkan Sakai, Moriya & Aminpour, 2013), diferensiasi
mengancam keberadaan TNGR adalah produk ekowisata (Cheung & Jim, 2014),
mengambil atau memanfaatkan hasil hutan, pemanfaatan jasa lingkungan berkelanjutan
sedangkan pendakian biasanya dilakukan (air minum/pembangkit listrik, pemeliharaan
bukan karena motif ekonomi (Sukardi, 2009). keanekaragaman hayati, pariwisata) dan
Metode Contingent Valuation Method mekanisme pembiayaan konservasi (Bernard,
(CVM) untuk menentukan Willingness to Pay Groot & Joaquín, 2009), mengembangkan
(WTP) adalah metode untuk memperkirakan model pariwisata yang sadar ekonomi,
nilai ekonomi lingkungan berupa non-market lingkungan, dan budaya ekowisata (Sekar,
benefit suatu ekosistem sebagai komoditas Weiss, & Dobson, 2013).
lingkungan yang tidak dipasarkan, berupa nilai Kebaruan penelitian ini adalah penggunaan
penggunaan tidak langsung atau penggunaan metode CVM untuk menentukan WTP yang
pasif (passive use) dari sumber daya alam, bersedia dibayarkan oleh wisatawan untuk
termasuk keindahan dan keberadaannya. ekowisata, dengan mewawancarai wisatawan
Penelitian ini menggunakan metode dan melakukan bidding game dari nilai dasar
CVM yang bertujuan untuk (1) menganalisis yang ditentukan, disertai analisis faktor yang
kesediaan untuk membayar (Willingness to memengaruhi nilai WTP yaitu pendidikan,
Pay/WTP) wisatawan bagi ekowisata TNGR, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga,
dan (2) mengetahui faktor-faktor yang keaktifan dalam organisasi lingkungan,
memengaruhi nilai WTP, sebagai dasar untuk pengetahuan ekowisata.
menentukan kebijakan, mengoptimalkan
pengelolaan ekowisata, peluang kontribusi II. METODE PENELITIAN
konservasi dan reboisasi, perbaikan
Penelitian dilakukan di TNGR dengan luas
kualitas lingkungan dan layanan ekowisata,
41.330 ha, pada dua resort pengelolaan yaitu
perlindungan/pemeliharaan jasa lingkungan,
1) Senaru di Desa Senaru, Kabupaten Lombok
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
Utara, dan 2) Sembalun di Desa Sembalun
dan insentif bagi pihak yang berpartisipasi
Lawang, Kabupaten Lombok Timur. Kedua
memelihara ekowisata.
resort ini merupakan pintu masuk resmi
Penelitian terdahulu menganalisis nilai
menuju ekowisata TNGR yang populer dan
ekonomi ekowisata TNGR di Otak Kokok
ramai dikunjungi, serta mewakili ekowisata
Gading dan Desa Perian (Ramdhani, 2011)
TNGR. Penelitian dilaksanakan pada bulan
dengan metode WTP dan pendekatan
September 2014–Januari 2016.
pemanfaatan sumber daya air, serta valuasi

33
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

Penentuan responden dilakukan secara


sengaja (purposive sampling), yaitu wisatawan
yang sudah turun dan mengalami pengalaman
ekowisata TNGR pada saat penelitian. Dari Dimana:
wisatawan tersebut, responden dipilih secara EWTP adalah dugaan rataan WTP; Wi adalah nilai
acak (random), jumlah responden wisatawan WTP ke-i; Pfi adalah frekuensi relatif; n adalah jumlah
responden; dan i adalah responden ke-i yang bersedia
mancanegara 50 orang, dan nusantara 50 membayar WTP jasa lingkungan.
orang, dengan jumlah keseluruhan 100 orang.
Berdasarkan Sekaran (2006) jumlah sample Penjumlahan data adalah proses nilai
sebaiknya diantara 30 sampai 500 elemen. tengah atau rataan WTP yang dikonversikan
Lebih lanjut Mustafa (2000) uji statistik terhadap total populasi yang dimaksud, maka
sangat efektif bila diterapkan pada sample perhitungan nilai WTP secara total dengan
yang jumlahnya 30 sampai 60 atau 120 sampai rumus:
250 elemen.
Pendekatan Willingness to Pay (WTP)
adalah keinginan membayar seseorang
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan Dimana:
oleh sumber daya alam dan lingkungan atau TWTP adalah total WTP; WTPi adalah WTP individu
pengukuran nilai moneter barang dan jasa ke-i; ni adalah jumlah contoh ke-i yang bersedia
untuk nilai ekologis ekosistem atau lingkungan membayar sebesar WTP; N adalah jumlah contoh; P
(Fauzi, 2010), yang bertujuan membayar adalah jumlah populasi; i adalah responden ke-i yang
perbaikan kualitas atau perlindungan jasa bersedia membayar jasa lingkungan.
lingkungan, berdasarkan suatu skenario
pasar hipotetis bahwa ada potensi kerusakan. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk kesediaan responden untuk membayar (WTP)
mewawancarai para responden mengenai dengan regresi:
karakteristik sosial ekonomi masing-masing,
nilai WTP yang bersedia dibayarkannya Dimana:
dan caranya. Tahapan untuk mengetahui WTP adalah nilai WTP responden (Rp/orang);
WTP (Fauzi, 2010), yaitu:(1) Menjelaskan adalah intersep; adalah koefisien regresi; dengan
pernyataan permasalahan dan kebijakankepada peubah kuantitatif, =pendidikan; =pendapatan;
responden, (2) Membuat pasar hipotesis = jumlah anggota keluarga; = aktif dalam organisasi
terhadap ekowisata yang dievaluasi, bahwa lingkungan; =pengetahuan ekowisata.
ada potensi kerusakan lingkungan ekowisata,
(3) Menentukan/mendapatkan nilai lelang bid Faktor-faktor yang memengaruhi WTP
price atau tawar menawar melalui bidding yang digunakan berdasarkan penelitian
game, (4) Melakukan pre-survey dan analisis terdahulu, yaitu karakteristik sosial ekonomi,
data yang diperoleh, (5) Melakukan survey serta faktor yang dapat dikendalikan seperti
melalui random split sampling berdasarkan pengetahuan ekowisata, danaktif di organisasi
bid price, (6) Menghitung rataan (mean) WTP, lingkungan (Banapon, 2008; Bernard et al.,
(7) Menghitung nilai total dari ekosistem/ 2009; Cheung & Jim, 2014; Hizami et al.,
lingkungan dengan mengalikannya dengan 2014; Kamri, 2013; Khan, 2006; Kolahi et al.,
total populasi/responden, (8) Melakukan 2013; Nuva et al., 2009; Samdin, 2008; Sekar,
pendekatan parametrik melalui regresi logit et al., 2013).
dan linier. Rumus dugaan rataan WTP (Fauzi, Sebelum mewawancarai wisatawan untuk
2010) yaitu: mengidentifikasi nilai WTP, ditentukan nilai
dasar WTP dari anggaran biaya konservasi

34
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

TNGR. Nilai dasar merupakan batas bidding wisatawan, lalu dikonversi, maka nilai dasar
game, karena komoditas sumber daya WTP wisatawan nusantara Rp27.000 dan
alam seperti lingkungan ekowisata yang wisatawan mancanegara Rp787.640 atau US
menawarkan keindahan, pembelajaran atau $67.
pengalaman yang unik tidak diperdagangkan,
sehingga sulit diketahui nilainya karena III. HASIL DAN PEMBAHASAN
wisatawan tidak membayarnya secara langsung
A. Karakteristik Responden Wisatawan
(Fauzi, 2010).Walaupun demikian, yang
diperlukan dalam pengukuran nilai sumber Responden wisatawan mancanegara datang
daya alam adalah pengukuran seberapa besar dari 17 negara, yaitu Jepang, Singapore,
kemampuan membayar (purchasing power) Hongkong, Spanyol, Belgia, Belanda, Italia,
wisatawan untuk memperoleh barang dan jasa German, Perancis, Cekoslovakia, Czechya,
lingkungan ekowisata tersebut (Fauzi, 2010). Polandia, Slovakia, Brazil, Kanada, USA dan
Tiket masuk TNGR perhari Rp5.000 untuk Australia. Responden wisatawan nusantara
wisatawan nusantara, dan Rp150.000 untuk dari tujuh kota/wilayah, yaitu Bali, Bekasi,
wisatawan mancanegara sesuai Peraturan Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta dan
Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.36/ Lombok. Umumnya, responden berusia
Menhut-II/2014 (Kementerian Kehutanan 20-29 tahun, pendidikan dari perguruan
Republik Indonesia, 2014). Penentuan nilai tinggi, dan memiliki tanggungan keluarga
dasar WTP dihitung berdasarkan jumlah 1-2 orang. Mereka aktif dalam organisasi
wisatawan nusantara tahun 2012 yaitu 8.826 lingkungan dan mengetahui tentang
orang dan wisatawan mancanegara 10.956 ekowisata. Pekerjaan responden wisatawan
orang, serta total anggaran TNGR tahun 2012 nusantara adalah mahasiswa dan pendapatan
untuk biaya pemeliharaan, pengelolaan dan Rp50.000-Rp1.999.999/bulan,dan wisatawan
konservasi yaitu Rp8.861.103.000 (Balai mancanegara adalah wirausaha dan
TNGR, 2012).Total anggaran dibagi jumlah pendapatan di bawah US $29,999/tahun
(Tabel 1).
Tabel 1 Karakteristik responden wisatawan
Table 1. Characteristics of tourist respondents

Karakteristik Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara


(Characteristics) (International tourists) (National tourists)
Kategori (Category) Persentase (%) Kategori (Category) Persentase (%)
Umur (age) 13-19 0 13-19 12
20-29 50 20-29 62
30-39 30 30-39 24
40-49 12 40-49 2
>50 8 >50 0
Pendidikan (education) SD 0 SD 0
SMP 0 SMP 8
SMA 12 SMA 26
Akademi 86 Akademi 64
tidak menjawab tidak menjawab
(none) 2 (none) 2
Pekerjaan (occupation) Wirausaha 32 Wirausaha 24
PNS 12 PNS 4
TNI/Polisi 2 TNI/Polisi 0
Karyawan swasta 26 Karyawan swasta 24
Mahasiswa 16 Mahasiswa 32
Pensiun 2 Pensiun 0
Ibu Rumah Tangga 2 Ibu Rumah Tangga 0

35
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

Karakteristik Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara


(Characteristics) (International tourists) (National tourists)
Kategori (Category) Persentase (%) Kategori (Category) Persentase (%)
Lainnya (others) 8 Lainnya (others) 16
Pendapatan (Earnings)
(US $ / tahun (year) or
(Rp / bulan (month) <29,999 24 <500.000 12
30,000-49,999 14 500.000-1.999.999 36
50,000-79,999 16 2.000.000-3.999.999 10
80,000-99,999 14 4.000.000-5.999.999 16
>100,000 16 >6.000.000 16
Tidak menjawab(None) 16 Tidak menjawab (None) 10
Jumlah tanggungan
(Member of family) 1-2 62 1-2 46
3-4 18 3-4 18
5-6 12 5-6 4
>6 2 >6 6
Tidak menjawab (None) 6 Tidak menjawab (None) 26
Aktif di organisasi Tidak (No) 76 Tidak (No) 58
Lingkungan (Active
participation in
environmental organization) Ya (Yes) 24 Ya (Yes) 42
Tahu tentang ekowisata
(Knowledge on ecotourism) Tidak (o) 16 Tidak (No) 22
Ya (Yes) 84 Ya (Yes) 78
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (processed data)

B. Perhitungan WTP bersedia membayar ada 66% atau 31 orang,


Hasil wawancara mengungkapkan bahwa dengan rataan WTP adalah US$54.13
responden wisatawan mancanegara yang atau Rp649.560 per kunjungan (Tabel 2).

Tabel 2 Nilai WTP responden wisatawan mancanegara dan nusantara


Table 2. WTP value of international and national tourist respondents

Wisatawan mancanegara (International tourists) Wisatawan nusantara (National tourists)

Akumulasi Akumulasi
Nilai WTP Nilai WTP
Jumlah responden Akumulasi populasi Jumlah responden Akumulasi populasi
(WTP value) (WTP value)
(total respondents) (accumulation) (population (total respondents) (accumulation) (population
(US $) (Rp)
accumulation) accumulation)

100 4 4 2.888 100.000 4 4 1.811


75 1 5 3.610 60.000 2 6 2.716
70 1 6 4.333 50.000 9 15 6.790
67 9 15 10.831 45.000 3 18 8.148
50 5 20 14.442 40.000 4 22 9.958
35 1 21 15.164 35.000 7 29 13.127
30 2 23 16.608 30.000 7 36 16.295
25 5 28 20.219 27.000 3 39 17.653
20 3 31 22.385 25.000 1 40 18.106
20.000 3 43 19.464
15.000 3 46 20.822
10.000 2 48 21.727
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

36
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

Nilai lingkungan ekowisata dan perkiraan wisatawan mempertimbangan untung rugi


pendapatan dari penjualan tiket dengan (trade-offs) dan sanggup membayar harga
harga berdasarkan nilai WTP responden komoditas lingkungan berupa aspek sumber
mancanegara pada tahun 2015 dan jumlah daya alam, termasuk keindahan, keberadaan,
wisatawan mancanegara pada tahun 2014 serta upaya konservasi dan pemeliharaannya.
sebanyak 22.385 oranga dalah US $1,208,790 Metode WTP juga memberikan pertimbangan
atau sekitar Rp14,50 milyar (Tabel 3). menentukan kebijakan dan tujuannya untuk
Tabel 3 Nilai rataan WTP per kunjungan
Table 3. WTP mean value of international and national tourist respondents

Wisatawan mancanegara Wisatawan nusantara


Responden (Respondents)
(International tourists) (National tourists)
Nilai dasar (Basic WTP value) US$ 67 Rp 27.000
Bersedia membayar WTP (Willing to pay) (%) 66 96
Rataan WTP / kunjungan
US$54.13(Rp 649.560) Rp 40.650
(WTP mean value / visit)
US$ 1,208,790atau
Nilai lingkungan ekowisata & perkiraan pendapatan berdasarkan WTP Rp 883.202.550
Sekitar Rp 14,5milyar
(Ecotourism economic value or earnings estimation based on WTP)

Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

Responden wisatawan nusantara yang pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan


bersedia membayar ada 96% atau 48 orang, di kawasan lindung, misalnya di negara
dengan rataan WTP adalah Rp40.650 berkembang (Banapon, 2008; Bernard et al.,
(dibulatkan) per kunjungan. Nilai lingkungan 2009; Cheung & Jim, 2014; Hizami et al.,
ekowisata dan perkiraan pendapatan dari 2014; Kamri, 2013; Khan, 2006; Kolahi et
penjualan tiket dengan harga berdasarkan al., 2013; Nuva, et al., 2009; Samdin, 2008;
nilai WTP responden nusantara pada tahun Sekar et al., 2013).
2015 dan jumlah wisatawan nusantara pada Sementara itu, WWF-NT (2001)
tahun 2014 adalah 21.727 orang adalah melakukan penilaian ekonomi sumber daya
Rp883.202.550. alam pariwisata kawasan Gunung Rinjani
Valuasi atau penilaian ekonomi suatu tahun 2001 dengan metode TCM sebesar
komoditas sumber daya alam mengungkapkan Rp286 milyar per tahun. Perbedaan kedua
dugaan nilai ekonomi lingkungan atau nilai tersebut disebabkan karena metode TCM
kawasan ekowisata, serta merupakan dugaan mengungkapkan nilai ekonomi ekowisata
nilai kerusakan lingkungan ekowisata atau berdasarkan harga pasar yang berlaku
nilai kegunaan tidak langsung (passive use) ketika penelitian dilakukan, seperti yang
ekowisata yang hilang (Fauzi, 2010). dilakukan WWF-NT (2001) pada tahun 2001.
Konsep WTP mengungkapkan nilai Metode TCM umumnya digunakan untuk
preferensi responden yang berbasis kepada menganalisis permintaan terhadap wisata alam
perilaku atau preferensi responden, serta dengan menganalisis biaya yang dikeluarkan
kepentingannya, apakah bersedia membayar oleh wisatawan ketika mengunjungi
sejumlah uang untuk biaya ganti rugi, daerah tujuan wisata alam tersebut (Fauzi,
menghindari kerusakan atau hilangnya 2010), yang artinya wisatawan sebagai
lingkungan ekowisata, berkontribusi terhadap konsumen bersedia mengeluarkan sejumlah
konservasi dan perbaikan kualitas lingkungan, pengorbanan berupa uang dan waktu untuk
serta perlindungan jasa lingkungan ekowisata. datang ke tempat wisata tersebut. Tujuan
Nilai ini ditentukan oleh bersedia atau tidaknya dasar metode TCM adalah ingin mengetahui

37
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

nilai kegunaan (use value) atau harga dari jumlah kunjungan terhadap variabel bebas
sumber daya alam melalui pendekatan biaya perjalanan, pendapatan, umur dan jarak
proxy pola pengeluaran/belanja (ekspenditur) pada tahun penelitian dilakukan (Banapon,
konsumen berupa biaya yang dikeluarkan 2008; Darusman, 1990; Nuva et al., 2009;
untuk mengkonsumsi jasa sumber daya alam WWF-NT, 2001).
ekowisata tersebut yang terletak dalam radius Hasil rataan nilai WTP responden
Tabel 4 Keinginan berkunjung kembali
Table 4. Willingness to revisit

Ingin berkunjung kembali Wisatawan nusantara Wisatawan mancanegara


(Willing to revisit) (International tourists) (%) (National tourists) (%)
Tidak 6 61
Ya 94 39
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

tertentu. Asumsi dasar pendekatan TCM wisatawan mancanegara per kunjungan


adalah bahwa manfaat atau utilitas setiap adalah US $54.13 atau Rp649.560, lebih
konsumen terhadap aktivitas, bersifat dapat kecil dari nilai dasar WTP (US $67), karena
dipisahkan (separable). Komponen yang preferensi wisatawan mancanegara terhadap
digunakan oleh WWF-NT (2001) terdiri dari ekowisata TNGR masih kurang baik
biaya akomodasi, konsumsi, guide dan porter, disebabkan permasalahan lingkungan yang
serta penyewaan peralatan pendakian (WWF- ditemui wisatawan pada ekowisata, seperti
NT, 2001). Namun demikian, wisatawan sampah, area kurang memadai atau kurangnya
mancanegara yang berkunjung ke ekowisata layanan. Nilai ini juga menunjukkan kepuasan
TNGR datang dari berbagai benua dan tidak maksimal wisatawan mancanegara yang
menjadikan TNGR sebagai tujuan utamanya. memanfaatkan sumber daya alam ekowisata
Perjalanan ke ekowisata TNGR wisatawan (Iasha, Yacob, Kabir & Radam, 2015) dan
mancanegara umumnya memanfaatkan paket kurangnya kepedulian terhadap lingkungan
yang ditawarkan oleh trekking organizer, ekowisata. Hasil nilai rataan WTP responden
sehingga sulit membedakan biaya perjalanan wisatawan nusantara per kunjungan yaitu
yang khusus untuk perjalanan ke ekowisata Rp40.640 yang lebih besar dari nilai dasar
TNGR. WTP yaitu sebesarRp27.000. Nilai ini
Pada penelitian ini, nilai ekonomi memperlihatkan preferensi wisatawan
lingkungan ekowisata TNGR dengan metode nusantara terhadap ekowisata TNGR lebih
WTP lebih kecil dibandingkan dengan baik dan kepuasan maksimal wisatawan
nilai yang diperoleh dengan metode TCM nusantara yang memanfaatkan sumber daya
hasil penelitian (WWF-NT, 2001). Hal ini alam ekowisata (Iasha et al., 2015), serta
disebabkan karena nilai WTP bergantung kepedulian terhadap lingkungan ekowisata
kepada jumlah wisatawan, preferensi, yang lebih baik.
keinginan berkontribusi dan kepuasan Kepuasan berasal dari tingkat perasaan
wisatawan setelah mendapatkan pengalaman seseorang dengan membandingkan antara
ekowisata TNGR sehingga bersedia kesannya terhadap kinerja suatu produk dan
mengeluarkan sejumlah uang. Sementara harapannya terhadap produk tersebut (Kotler,
jumlah kunjungan yang dikaji oleh metode Bowen & Makens, 2002). Dalam ekowisata,
TCM bergantung kepada fungsi permintaan produk yang dimaksud adalah potensi sumber
yang meregresikan variabel dependen/terikat daya alam, atraksi ekowisata dan layanannya.

38
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

Gambar 1. Hubungan nilai WTP dan jumlah responden wisatawan yang bersedia membayar WTP.
Figure 1. Relation between WTP value and total number of respondents tourist who willing to pay the WTP

Setelah berkunjung dan berkegiatan ekowisata preferensi wisatawan terhadap ekowisata


di TNGR, 94% wisatawan nusantara dan 39% TNGR, juga merepresentasikan nilai WTP
wisatawan mancanegara menyatakan ingin yang bersedia dibayarkan oleh wisatawan
berkunjung kembali (Tabel 4). Jika konsumen memengaruhi penambahan atau pengurangan
atau wisatawan merasa puas, maka akan jumlah wisatawan yang berkunjung ke TNGR
loyal dalam jangka panjang (Kotler et al., untuk pengelolaan ekowisata dan wisatawan.
2002), sehingga timbul keinginan berkunjung Sebagai perbandingan tingkat preferensi
kembali (Nuva et al., 2009). wisatawan terhadap ekowisata yang
Selain mengetahui preferensi wisatawan memengaruhi wisatawan agar bersedia
terhadap ekowisata TNGR, terungkap pula membayar lebih tinggi untuk kegiatan
kepedulian wisatawan terhadap ekowisata ekowisata di kawasan lindung adalah
TNGR. Metode ini diharapkan menginspirasi kualitas taman nasional (Khan, 2006),
pemerintah dan pihak yang terlibat dalam layanan ekowisata yang baik dan potensial
pengelolaan ekowisata, termasuk wisatawan untuk ekowisata berkualitas tinggi, produk
untuk lebih memerhatikan atau peduli kegiatan ekowisata dan pendapatan dari
mengenai sumber daya alam yang terbatas ekowisata untuk memperbaiki pengelolaan
dan ancaman kehilangan keanekaragaman kawasan lindung dan konservasi (Cheung
hayati (Chen & Li, 2008). Di Taman & Jim, 2014; Iasha et al., 2015; Kolahi et
Nasional Serengati dan Sirkuit Safari Utara, al., 2013). Di Taman Negara National Park
Tanzania, konsep WTP digunakan untuk (Samdin, 2008) dan Taman Negara Sungai
mengembangkan model pariwisata yang sadar Relau, Pahang, Malaysia (Hizami et al.,
akan aspek ekonomi, lingkungan dan budaya 2014), terungkap bahwa wisatawan bersedia
ekowisata yang ideal (Sekar et al., 2013). membayar tiket masuk lebih tinggi dari yang
Persamaan nilai WTP dan jumlah wisatawan berlaku saat itu, dan memungkinkan uang dari
mancanegara yang bersedia membayar WTP tiket masuk dialokasikan untuk pemeliharaan
dalam US $ X = 25,597-0,254Y dengan R² = dan konservasi sumber daya ekowisata, dan
0,896. Sementara persamaan nilai WTP dan membantu manajemen untuk menentukan
jumlah wisatawan nusantara yang bersedia harga tiket masuk agar efisien dan ekowisata
membayar WTP dalam rupiah adalah X = berkelanjutan. Mekanisme pembiayaan
23,087–0,263Y dengan R² = 0,839 (Gambar konservasi taman nasional atau taman tujuan
1). Persamaan nilai WTP dan jumlah ekowisata dan pemanfaatan berkelanjutan,
wisatawan ini selain menggambarkan tingkat misalnya pemeliharaan keanekaragaman

39
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

hayati dan potensi rekreasi/pariwisata, dengan taman, serta membantu memberikan informasi
mengeksplorasi mekanisme pajak, retribusi, mengenai adanya kegiatan illegal kepada
individu dandonasi perusahaan, skema petugas resmi taman nasional (Asmamaw &
kemitraan, dan pengaturan kontrak sukarela Verma, 2013).
(Bernard et al., 2009).
Selain itu, konsep WTP dapat C. Faktor yang Memengaruhi Nilai WTP
mengembangkan model pariwisata yang Tahap ini menggunakan analisis regresi
sadar akan ekonomi, lingkungan, dan budaya logistik untuk mengkaji pengaruh peubah
ekowisata yang ideal di taman nasional penjelas (X) terhadap peubah respon (Y)
(Sekar et al., 2013). Asmamaw & Verma melalui model persamaan matematis tertentu.
(2013) mengungkapkan bahwa ekowisata Analisis regresi logistik biner digunakan
merupakan alat konservasi dan dapat karena peubah respon dari analisis regresi ini
meningkatkan kesejahteraan masyarakat berupa peubah kategorik dan hanya memiliki
melalui keterlibatan masyarakat dalam dua peluang kejadian, yaitu pilihan ya/
kegiatan pengelolaan dan pengembangan bersedia atau tidak. Dalam analisis peluang
taman nasional, pembagian pendapatan, kejadian tertentu dari kategori peubah respon
pendidikan tentang konservasi, dan program- tersebut dilakukan melalui transformasi logit
program peningkatan kepekaan terhadap (Sugiyono, 2009).

Tabel 5 Estimasi koefisien regresi logit WTP ekowisata wisatawan mancanegara


Table 5. Logit regression coefficient estimation of international tourist respondents WTP value

Standar
No Variabel (Variable) Koefisien (Coefficient) (B) Significant Odds ratio
error
1 Konstanta (Constant) -1,721 3,725 0,644 0,179
2 Pendidikan (Education) (X1) 0,062 0,237 0,792 1,064
3 Pendapatan (Earnings) (X2), 0,234 0,132 0,077** 1,264
4 Jumlah Keluarga (Family ember)
-0,085 0,212 0,689 0,919
(X3),
5 Aktif di organisasi lingkungan
(Active in environmental organization -1,152 0,817 0,159* 0,316
(X4)
6 Pengetahuan (Knowledge) (X5) 0,605 0,869 0,486 1,831
R² = 14,3%
*) α = 20% **) α =10%
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

ekowisata, dan pengembangan infrastruktur Analisis regresi logit wisatawan


bagi masyarakat di Bale Mountains National mancanegara menunjukkan nilai alpha atau
Park. Masyarakat lokal tersebut memiliki signifikansi chi square 0,357 (35%), lebih
perilaku positif memelihara sumber daya besar dari α = 5%, maka hasil output regresi
alam di taman nasional sebagai aset penting logistik telah memenuhi asumsi kelayakan
untuk peluang pekerjaan, sumber pendapatan model sehingga dapat digunakan untuk
langsung, membantu mempertahankan curah memprediksi nilai peristiwa yang diharapkan
hujan, sebagai penangkap air atau habitat (Sugiyono, 2009). Berdasarkan fungsi WTP
lebah yang diternakkan. Mereka berpartisipasi (Tabel 5), variabel yang berpengaruh signifikan
dalam berbagai kegiatan konservasi seperti terhadap kesediaan membayar WTP dengan
perlindungan kebakaran, hutan, kehidupan α=20% adalah pendapatan dengan nilai Sig
alam liar, perbaikan tanaman dan pembatasan 0,77, dan α = 10% adalah aktif di organisasi

40
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

lingkungan dengan nilai Sig 0,159. Variabel lingkungan tidak dimasukkan karena tidak
pendidikan, jumlah keluarga dan pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kesediaan
tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Sig membayar WTP dengan nilai signifikan
> 0,25, sehingga tidak dimasukkan. >0,25.
Nilai odds ratio variabel pendapatan Nilai odds ratio variabel pendidikan
bertanda positif berarti kenaikan pendapatan bertanda positif berarti semakin tinggi
sebesar US $10,000 akan meningkatkan pendidikan wisatawan akan meningkatkan
peluang kesediaan membayar WTP sebesar peluang kesediaan membayar WTP sebesar
1,264 kalinya, karena semakin besar 2,217 kalinya. Dengan demikian, kepedulian
pendapatan maka wisatawan memiliki untuk konservasi dan perbaikan lingkungan
keleluasaan membayar WTP. Koefisien semakin baik. Koefisien regresi variabel
regresi variabel aktif di organisasi lingkungan pendapatan bertanda positif berarti kenaikan
bertanda positif, maka jika seorang wisatawan pendapatan sebesar Rp100.000, akan
aktif di organisasi lingkungan, maka akan meningkatkan peluang kesediaan membayar
meningkatkan peluang kesediaan membayar WTP sebesar 1,221 kalinya, karena semakin
WTP sebesar 0,316 kalinya, karena besar pendapatan maka wisatawan memiliki
pengetahuan mengenai ekowisata lebih tinggi keleluasaan membayar WTP. Koefisien
berarti preferensi wisatawan kurang baik. regresi odds ratio variabel pengetahuan
Analisis regresi logit wisatawan nusantara bertanda positif berarti kenaikan pengetahuan
menunjukkan nilai alpha atau signifikansi atau wawasan tentang ekowisata, akan
chi square 0,133 (13%), lebih besar dari α = meningkatkan peluang kesediaan wisatawan
5%, maka hasil output regresi logistik telah nusantara membayar WTP 18,817 kalinya.
memenuhi asumsi kelayakan model sehingga Analisis regresi linier wisatawan

Tabel 6 Estimasi koefisien regresi logit WTP ekowisata wisatawan nusantara


Table 6. Logit regression coefficient estimation of national tourist respondents WTP value
Koefisien (Coefficient)
No Variabel (Variable) Standar error Significant Odds ratio
(B)
1 Konstanta (Constant) -12,626 9,544 0,186 0,000
2 Pendidikan (Education)
0,796 0,554 0,150** 2,217
(X1)
3 Pendapatan (Earnings)
0,199 0,137 0,146** 1,221
(X2),
4 Pengetahuan (Knowledge)
2,935 2,075 0,157* 18,817
(X5)
R² = 37.1%
*) α = 20% **) α =15%
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

dapat digunakan untuk memprediksi nilai mancanegara menunjukkan bahwa tidak


peristiwa yang diharapkan (Sugiyono, 2009). terdapat multikolinearitas antar variabel-
Berdasarkan fungsi WTP (Tabel 6), variabel variabel penduga fungsi WTP yang
yang berpengaruh signifikan terhadap ditunjukkan dari nilai Variance Inflation
kesediaan membayar WTP pada α = 20% Factor (VIF) yang kurang dari 5 (Sugiyono,
adalah variabel pengetahuan dengan nilai 2009). Nilai VIF variabel pendidikan 1,296,
Sig 0,157, pada α = 15% adalah variabel jumlah anggota keluarga 1,294, aktif di
pendidikan dengan nilai Sig 0,150 dan organisasi lingkungan 1,156, pengetahuan
pendapatan dengan nilai Sig 0,146. Variabel 1,149, pendapatan 1,187.
jumlah keluarga dan aktif di organisasi Variabel yang berpengaruh signifikan

41
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

terhadap besaran nilai WTP pada α = 20% Sementara variabel pendapatan bertanda
adalah variabel pengetahuan, dan pada α = positif berarti semakin tinggi pendapatan
25% adalah variabel pendapatan. Nilai Sig wisatawan, maka besaran nilai WTP
variabel pengetahuan 0,169 dan nilai Sig semakin meningkat. Jika pendapatan seorang
variabel pendapatan 0,242. Sementara itu, wisatawan naik US $10,000 maka besaran
variabel pendidikan, jumlah keluarga dan aktif nilai WTP juga naik US $2,099, karena
di organisasi lingkungan tidak berpengaruh semakin besar pendapatan, maka wisatawan
Signifikan dengan nilai Sig> 0,25 sehingga memiliki keleluasaan membayar WTP lebih
tidak dimasukkan (Tabel 7). tinggi (Tabel 8).
Koefisien regresi linier variabel Analisis regresi linier wisatawan

Tabel 7 Estimasi koefisien regresi linier WTP ekowisata wisatawan mancanegara


Table 7. Linier regression coefficient estimation of international tourist respondents WTP value

No Variabel (Variable) Koefisien (Coefficient) (B) Standar error Significant


1 Konstanta (Constant) -0,0810 28,487 0,998
2 Pendapatan (Earnings) (X2), 2,099 1,770 0,242*
3 Aktif di organisasi lingkungan (Active in
-9,060 11,644 0,441
environmental organization) (X4)
4 Pengetahuan (Knowledge)(X5) 17,943 12,835 0,169**
R² = 0.069
*) α = 25% **) α =20%
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Data processed)

pengetahuan bertanda positif berarti nusantara menunjukkan bahwa tidak terdapat


bertambahnya wawasan/pengetahuan seorang multikolinearitas antar variabel-variabel
wisatawan mancanegara mengenai ekowisata, penduga fungsi WTP yang ditunjukkan dari
maka besaran nilai WTP semakin meningkat. nilai VIF yang kurang dari 5 (Sugiyono,
Jika seorang wisatawan mengetahui atau 2009). Nilai VIF variabel pendidikan 1,010,
mempunyai wawasan tentang ekowisata, jumlah anggota keluarga 1,170, aktif di
maka besaran nilai WTP akan meningkat organisasi lingkungan 1,286, pengetahuan
US $17,943, karena pengetahuan yang lebih 1,153, pendapatan 1,271.
tinggi mengenai ekowisata berarti kesadaran Variabel yang berpengaruh signifikan
dan kepeduliannya terhadap lingkungan dan terhadap besaran nilai WTP pada α = 5%
sumberdaya alam ekowisata lebih tinggi. adalah variabel pendapatan, dan pada α =

Tabel 8 Estimasi koefisien regresi linier WTP ekowisata wisatawan nusantara


Table 8. Linier regression coefficient estimation of national tourist respondents WTP value

No Variabel (Variable) Koefisien (Coefficient) (B) Standar error Significant


1 Konstanta (Constant) -13.632,496 20.425,000 0,508
2 Pendidikan (Education) (X1) 974,573 990,757 0,331
3 Pendapatan (Earnings) (X2), 394,622 182,325 0,036**
4 Jumlah Keluarga (Family member)
3.012,553 2.049,716 0,149*
(X3),
5 Aktif di organisasi lingkungan (Active
-3.048,007 6.985,882 0,665
in environmental organization) (X4)
6 Pengetahuan (Knowledge) (X5) 12.077,840 7.879,968 0,133*
R² = 0,242
*) α = 15% **) α =5%
Sumber (Source): Hasil pengolahan data (Processed data)

42
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

20% adalah variabel jumlah anggota keluarga jumlah anggota keluarga, status pernikahan,
dan variabel pengetahuan. Nilai Sig variabel usia dan jumlah penawaran (Cheung &
pendapatan 0,036, jumlah keluarga 0,149, Jim, 2014; Kolahi et al., 2013), pendapatan,
pengetahuan 0,133. Variabel pendidikan biaya perjalanan, serta kualitas taman
dan aktif di organisasi lingkungan tidak (Cheung & Jim, 2014; Khan, 2006). Untuk
berpengaruh Signifikan dengan nilai Sig> mengembangkan model ekowisata yang
0,20 (Tabel 9). Koefisien regresi linier sadar akan ekonomi lingkungan dan budaya
variabel pendapatan bertanda positif berarti ekowisata ideal, dievaluasi jumlah hari yang
bahwa semakin tinggi pendapatan wisatawan, dihabiskan, jenis akomodasi, transportasi,
maka besaran nilai WTP semakin meningkat. kualitas budaya (Sekar et al., 2013).
Jika pendapatan seorang wisatawan naik
Rp100.000 maka besaran nilai WTP juga naik IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Rp394,62, karena wisatawan memiliki dana
lebih untuk membayar WTP lebih tinggi. A. Kesimpulan
Variabel jumlah anggota keluarga bertanda Rataan nilai WTP wisatawan mancanegara
positif berarti bahwa dengan bertambah adalahUS $54.13 atau Rp649.560 per
besarnya jumlah anggota yang ditanggung kunjungan dengan kurs Rp12.000 yang
seorang wisatawan, maka besaran nilai WTP berlaku pada saat penelitian, dan rataan
semakin meningkat. Jika jumlah anggota nilai WTP wisatawan nusantara adalah
keluarga yang ditanggung naik 1 orang, Rp40.650 per kunjungan. Artinya, responden
maka akan meningkatkan nilai WTP sebesar wisatawan bersedia membayar sebesar nilai
Rp3.012,553 karena budaya wisatawan itu untuk perbaikan kualitas, perlindungan
nusantara yang senang bepergian bersama jasa lingkungan, dan pencegahan kerusakan
keluarga. Sementara variabel pengetahuan lingkungan ekowisata. Perbedaan nilai antara
bertanda positif berarti bahwa dengan wisatawan mancanegara dan nusantara
bertambahnya wawasan atau pengetahuan disebabkan oleh preferensi, kepedulian dan
wisatawan mengenai ekowisata, maka kepuasan wisatawan terhadap ekowisata
besaran nilai WTP semakin meningkat sebesar TNGR dan pengalaman ekowisata yang sudah
12.077,840 kalinya, yang berarti kesadaran dialami responden berbeda.
dan kepeduliannya terhadap lingkungan dan Nilai ekonomi lingkungan ekowisata
sumber daya alam untuk ekowisata juga lebih atau perkiraan pendapatan dari penjualan
tinggi. tiket berdasarkan nilai WTP ekowisata
Perbedaan atau persamaan variabel yang TNGR adalah US $1,208,790 atau Rp14,50
memengaruhi nilai WTP bergantung kepada milyar dari wisatawan mancanegara dan
tujuan penelitian. Beberapa penelitian Rp883.202.550 dari wisatawan nusantara,
bertujuan menentukan kebijakan pengelolaan dengan total Rp14,88 milyar. Nilai tersebut
sumber daya alam berkelanjutan di kawasan adalah dugaan nilai ekonomi lingkungan
lindung di negara berkembang mengevaluasi ekowisata TNGR, serta merupakan dugaan
karakteristik sosial ekonomi wisatawan yang nilai kerusakan lingkungan ekowisata TNGR
terdiri dari gender, pendidikan dan pendapatan atau nilai kegunaan tidak langsung (passive
(Kamri, 2013). Untuk menentukan harga use) TNGR yang hilang.
tiket masuk, yang dievaluasi adalah gender, Berdasarkan hasil regresi logit, koefisien
pendapatan dan tempat tinggal di daerah urban odds ratio variabel yang signifikan untuk
(Nuva et al., 2009), serta pendidikan (Hizami wisatawan mancanegara adalah pendapatan
et al., 2014). Untuk meningkatkan kualitas dan aktif di organisasi lingkungan; untuk
taman nasional atau kawasan ekowisata, wisatawan nusantara adalah pendidikan,
yang dievaluasi faktor gender, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan tentang

43
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

ekowisata. Berdasarkan regresi linier untuk DAFTAR PUSTAKA


wisatawan mancanegara, variabel yang
signifikan memengaruhi besaran nilai WTP Asmamaw, D. & Verma, A. (2013). Ecotourism for
environmental conservation and community
adalah pengetahuan dan pendapatan; untuk
livelihoods, the case of the Bale Mountain
wisatawan nusantara adalah pengetahuan, National Park, Ethiopia. Journal of
pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Environmental Science and Water Resources,
Perbedaan faktor-faktor yang memengaruhi 2(8), 250–259.
bersedia atau tidaknya responden membayar Baharuddin. (2009). Kajian interaksi masyarakat
WTP, serta besaran nilai WTP adalah karena desa sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani
perbedaan karakteristik sosial ekonomi antara Provinsi Nusa Tenggara Barat: Studi kasus di
Desa Pengadangan, Desa Loloan dan Desa
wisatawan mancanegara dan nusantara. Sembalun Lawang. (Tesis). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
B. Saran
Balai TNGR. (2011). Rencana pengelolaan Taman
Secara ekonomi pelestarian kawasan Nasional Gunung Rinjani 1998-2023. (Buku
TNGR perlu menjadi perhatian dan II). Mataram: Balai TNGR.
kepedulian berbagai pihak yang terlibat Balai TNGR. (2012). Statistika Balai Taman Nasional
dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Gunung Rinjani tahun 2011. Mataram: Balai
ekowisata TNGR dengan cara bekerja sama TNGR.
secara kolaboratif. Selain itu, perlu ada Balai TNGR. (2015). Statistika Balai Taman Nasional
Gunung Rinjani tahun 2015. Mataram: Balai
pertimbangan dan kebijakan memanfaatkan
TNGR.
peluang tersebut untuk upaya konservasi
Banapon, M. (2008). Penilaian ekonomi wisata bahari
dan perlindungan sumber daya ekowisata, di Pulau Morotai, Kabupaten Halmahera
perbaikan kualitas dan layanan ekowisata Utara, Provinsi Maluku Utara.(Tesis). Bogor:
TNGR yang meningkatkan nilai ekonomi Institut Pertanian Bogor.
lingkungan ekowisata. Upaya lain adalah Bernard, F., Groot, R. S. De, & Joaquín, J. (2009).
mengembangkan peluang ini agar ekowisata Forest policy and economics valuation of
memberikan manfaat secara langsung dan tropical forest services and mechanisms to
finance their conservation and sustainable
tidak langsung, berdampak positif dan use: A case study of Tapantí National Park,
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Costa Rica. Forest Policy and Economics,
lokal di sekitarnya, melakukan sosialisasi ke 11(3), 174–183. http://doi.org/10.1016/j.
berbagai pihak, mengembangkan program forpol.2009.02.005
interpretasi untuk wisatawan dan pihak Bonita, M. K. (2010). Analisis fasilitas ekowisata di
yang terlibat dalam ekowisata dalam bentuk zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung
Rinjani. Media Bina Ilmiah, 9–15.
pelatihan, pengembangan paket ekowisata dan
Chen, N., & Li, H. W. (2008). A GIS-based approach
produk, serta media komunikasi lingkungan.
for mapping direct use value of ecosystem
Penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan services at a county scale. Ecological
dengan memasukkan faktor-faktor kualitas Economics, 2009, 2768–2776.
lingkungan taman nasional atau kawasan Cheung, L.T.O & Jim, C.Y. (2014). Expectations
ekowisata untuk mengetahui pengaruhnya and Willingness-to-Pay for ecotourism
terhadap nilai WTP. services in Hong Kong’s Conservation
Areas. International Journal of Sustainable
Development, 21(2), 149–159. http://dx.doi.
UCAPAN TERIMA KASIH org/10.1080/13504509.2013.859183
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Darusman, D. dan Bahruni. (1990). Studi permintaan
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, terhadap manfaat intangible (rekreasi) dari
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Pembenahan Kehutanan Indonesia, 45-51

44
Analisis Willingness-to-Pay pada Ekowisata.............................(Pipin Noviati Sadikin, Sri Mulatsih, Bambang Pramudya dan
Hadi Susilo Arifin Situmorang)

Dipokusumo, B. (2011). Model partisipatif Mustafa, H. (2000). Teknik sampling. Retrieved from
perhutanan sosial menuju pengelolaan Http://home.unpar.ac.id
hutan berkelanjutan: kasus pembangunan Nuva, R., Shamsudin, M.N., Radam, A., & Shuib,
hutan kemasyarakatan pada kawasan Hutan A. (2009). Willingness to pay towards the
Lindung di Pulau Lombok. (Disertasi). Bogor: conservation of ecotourism resources at
Institut Pertanian Bogor. Gunung Gede Pangrango National Park,
Fauzi, A. (2010). Ekonomi sumber daya alam dan West Java, Indonesia. Journal of Sustainable
lingkungan: Teori dan aplikasi. Jakarta: PT Development. 2(2)., 2(2), 173–182.
Gramedia Pustaka Utama. Pickering, C. M., & Hill, W. (2007). Impacts of
Hizami, N., Rusli, M., & Alias, R. (2014). Valuing recreation and tourism on plant biodiversity
natural resources of ecotourism destination and vegetation in protected areas in Australia.
in Taman Negara Sungai Relau, Pahang, Journal of Environmental Management, 85,
Malaysia. Journal of Basic and Applied 791–800.
Sciences, 8(3), 416–425. Plummer, R., & Fennel, A. D. (2009). Managing
Iasha, A., Yacob, M.R., Kabir, I., & Radam, A. (2015). protected areas for sustainable tourism:
Estimating economic value for potential Prospects for adaptive co-management.
ecotourism resources in Puncak Lawang Park, Journal of Sustainable Tourism, 17(2), 149–
Agam District, West Sumatera, Indonesia. 168.
Procedia Environmental Sciences, 30(2015), Purnomo, A. (2016). Ada 160 ton sampah di Rinjani,
326–331. ulah siapa? Retrieved from Tempo.co
Kamri, T. (2013). Willingness to pay for conservation https://m.tempo.co/read/news/2016/04/30/
of natural resources in the Gunung Gading 061767255/ ada-160-ton-sampah-di-rinjani-
National Park, Sarawak. Procedia - Social ulah-siapa.
and Behavioral Sciences, 101, 506–515. Rai, T. (2010). Pengelolaan ekowisata di kawasan
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.224 Gunung Rinjani. Mataram: Rinjani Trek
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. (2014). Management Board.
Peraturan Kementerian Kehutanan Republik Ramdhani, N. (2011). Nilai ekonomi Taman Nasional
Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tata Gunung Rinjani: Studi kasus di Obyek
Cara Penetapan Rayon di Taman Nasional, Wisata Otak Kokok Gading dan Desa Perian,
Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Kecamatan Montong Gading, Nusa Tenggara
Taman Buru Bidang Pariwisata Alam. Barat. (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
Khan, H. (2006). Willingness to pay for Margalla Hills Bogor.
National Park: Evidence from the travel cost Samdin, Z. (2008). Willingness to pay in Taman
method. The Lahore Journal of Economics, Negara  : A contingent valuation method.
11(2), 43–70. International Journal of Economics and
Kiper, T. (2013). Role of ecotourism in sustainable Management, 2(1), 81–94.
development. Turki: InTech. ISBN 978-953- Scheyvens, R. (2007). Ecotourism and gender issues. In
51-1167-2, J. Higham (Ed.). Critical issues in ecotourism
Kolahi, M., Sakai, T., Moriya, K., & Aminpour, M. understanding a complex to tourism
(2013). Ecotourism potentials for financing phenomenon (pp 185-214). Oxford:Elsevier
parks and protected areas: A perspective from Ltd.
Iran’s Parks. Journal of Modern Accounting Sekar, N. Weiss, JM. Dobson, A. (2013). Willingness-
and Auditing, 9(1), 144–152. to-pay and the perfect safari: Valuation and
Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. (2002). Pemasaran cultural evaluation of safari package attributes
perhotelan dan kepariwisataan. Jakarta: in the Serengeti and Tanzanian Northern
Pearson Education Asia Pte. Ltd dan PT Circuit. Ecological Economics, 97(2014),
Prenhallindo. 34–41.
Markum, Sutedjo, E.B., & Hakim, M.R. (2004). Sekaran, U. (2006). Metodologi penelitian untuk
Dinamika hubungan kemiskinan dan bisnis. Jakarta: PT Salemba Empat.
pengelolaan sumber daya alam pulau kecil: Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif
Kasus Pulau Lombok. Mataram: WWF- kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Indonesia Program Nusa Tenggara.
Sukardi, L. (2009). Desain model pemberdayaan
masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan

45
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No.1, Mei 2017 : 31-46

berkelanjutan: Kasus masyarakat sekitar WWF-NT. (2008). Laporan studi analisis hidrologis
kawasan hutan Taman Nasional Gunung dan perubahan tutupan lahan (Land use land
Rinjani Pulau Lombok. (Disertasi). Bogor: cover change) Kawasan Rinjani, Lombok.
Institut Pertanian Bogor. Mataram: WWF Nusa Tenggara.
TIES. (2015). TIES announces ecotourism principles
revision. Retrieved from https://www.
ecotourism.org/ news/ties-announces-
ecotourism-principles-revision
WWF-NT. (2001). Laporan valuasi ekonomi jasa
lingkungan di Pulau Lombok. Mataram:
WWF Nusa Tenggara.

46

You might also like