Professional Documents
Culture Documents
POlnaya Feby
POlnaya Feby
POlnaya Feby
net/publication/298071896
CITATIONS READS
0 522
2 authors, including:
Febby J Polnaya
Pattimura University
33 PUBLICATIONS 72 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PENGEMBANGAN KINERJA WIRAUSAHA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK PANGAN LOKAL SAGU DAN UBI KAYU UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEBERLANJUTAN
AGROINDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI PROVINSI MALUKU View project
IbM Kelompok Tani Budidaya Tanaman Sayuran Organik Mendukung Biosecurity di Dusun Telaga Kodok View project
All content following this page was uploaded by Febby J Polnaya on 14 March 2016.
ABSTRACT
A cetylating of the starch (100 g) was conducted at 40oC at alkaline condition for 60 min used 0, 7.5 and 10.0 %
(v/w) acetic anhydride. Acetylated sago starch (ASS) was analyzed its characteristics for acetyl group, degree of
substitution (DS), swelling power, solubility, and paste clarity. Research results showed that increased of acetic
anhydride resulted increased of DS ASS (0.049 to 0.056). ASS resulted increased in swelling power, solubility, and
clarity compared to native sago starch.
Key words : native sago starch, acetyl group, degree of substitution, swelling power, solubility, paste clarity.
10
Preparasi Dan Karakterisasi Pati Sagu Asetil ................................ Polnaya dan Puturuhu
225 mL akuades dan homogenkan dengan magnetic menggelembung pada kondisi alkalin selama
stirrer selama 60 menit (25oC) untuk memperoleh asetilasi, sehingga gugus asetil lebih mudah
suspensi yang homogen. Kemudian pH suspensi pati tersubtitusi pada gugus hidroksil granula pati sagu.
ditentukan menjadi 8,0 dengan penambahan NaOH Tetapi, menurut Said (2005) semakin tingginya
3,0%. Perlakuan asetat anhidrida ditambahkan sesuai konsentrasi reagen modifikasi asetat anhidrida
dengan konsentrasi yang dicobakan pada suspensi menunjukkan kenaikkan yang semakin menurun dan
pati dengan kisaran pH diatur 8,0-8,4. memperlihatkan kecenderungan yang mendatar,
Untuk mempertahankan pH pada kisaran 8,0- dikarenakan terbatasnya gugus hidroksil pada
8,4, dapat dilakukan dengan penambahan asetat granula pati sehingga tidak semua gugus asetil yang
anhidrida secara bergantian dengan larutan NaOH dapat tersubtitusi.
3%, hingga penambahan asetat anhidrida selesai. Tabel 1. Gugus Asetil (%) dan DS pati sagu
Penambahan secara bergantian ditujukan untuk Asetat Gugus Asetil Derajat
mencegah kelebihannya NaOH dalam suspensi pati. anhidrida (%) (%) Subtitusi (DS)
Kelebihan NaOH dapat berperan sebagai katalisator 0,0 0,000 c 0,000 c
sehingga menyebabkan reaksi antara asetat 7,5 1,301 b 0,049 b
anhidrida dengan NaOH. Reaksi dibiarkan selama 10 10,0 1,456 a 0,056 a
menit setelah penambahan asetat anhidrida selesai Keterangan : Kolom yang diikuti dengan huruf yang sama
dan pH suspensi pati diatur menjadi 4,5 dengan tidak berbeda nyata pada taraf = 0,05,
penambahan 0,5 N HCl untuk menghentikan reaksi. untuk uji BNJ
Gugus Asetil dan Derajat Subtitusi (DS) DS pati asetil pada penelitian ini tergolong
Gugus asetil ditentukan dengan menggunakan rendah jika dibandingkan dengan pati asetat
metode yang dikemukakan oleh Wurzburg (1978). komersial yang umumnya 0,2. Rendahnya DS
Derajat subtitusi (DS) PSAS ditentukan berdasarkan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: cara asetilasi,
metode yang dikemukakan oleh Whistler & Daniel perbedaan bentuk pati, jumlah dan kerapuhan
(1995). granula pati. Namun demikian PSAS yang dihasilkan
FT-IR (Fourier Transform Infrared) spectroscopy dengan gugus asetil 1,701% masih tergolong aman
Spektra FT-IR PSA dan PSAS ditentukan untuk dikonsumsi sebagai produk makanan sesuai
dengan instrumen Shimadzu FT-IR 8201 dengan batas yang diizinkan oleh peratutan Food and Drug
menggunakan metode yang dikemukakan oleh Singh Administration (FDA) yaitu sebesar 2,5%.
et al. (2004).
FT-IR
Sifat-sifat pasta
Spektra FT-IR (Gambar 1) dapat digunakan
Kemampuan menggelembung dan daya larut
untuk memperkuat bukti tersubtitusinya gugus asetil
ditentukan berdasarkan metode seperti dikemukakan
pada granula pati sagu. Serapan pada 1735,8 cm-1
oleh Adebowale et al. (2002).
adalah serapan khas dari gugus karbonil, yang
Kejernihan pasta ditentukan berdasarkan
mengindikasikan tersubtitusinya gugus asetil pada
metode seperti yang dikemukakan oleh Craig et al.
granula pati sagu (Gambar 1b). Jika dibandingkan
(1989) dalam Singh et al. (2004).
dengan spektra FT-IR pati alami (Gambar 1a), tidak
Analisis Statistika
terdapat serapan khas gugus karbonil. Hal tersebut
Data dianalisis menggunakan analisis ragam
sesuai dengan pendapat Nieto (1993) dalam Singh et
pada tingkat kepercayaan 95% dan perlakuan diulang
al., (2004) bahwa modifikasi pati Xanthosoma
lima kali. Untuk mengetahui perbedaan antara rataan
violaceum pada tingkat pemberian asetat anhidrida
perlakuan dilakukan uji beda dengan Uji Beda Nyata
7,2% pH 8,0-8,4, menunjukan terjadi pengaruh
Jujur (BNJ) ( = 0,05). Program SAS 9.0 digunakan
serapan molekul asetat pada 1733,25 cm-1-1652,59
untuk menganalisis data.
cm-1. Intensitas pada bilangan gelombang tersebut
merupakan kelompok karbonil dari gugus asetit.
HASIL DAN PEMBAHASAN a)
Pati Sagu Asetil
PSA menunjukkan peningkatan terhadap
gugus asetil sebesar 0,000-1,456% dan DS 0,000-
0,056 seiring dengan meningkatnya konsentrasi
reagen modifikasi asetat anhidrida (Tabel 1).
Meningkatnya gugus asetil dan DS disebabkan
karena semakin mudahnya granula pati untuk
11
Buletin Penelitian BIAM, Vol. VI, No. 56, Juni 2010 : 10 – 13 .....................................................
12
Preparasi Dan Karakterisasi Pati Sagu Asetil ................................ Polnaya dan Puturuhu
menguatkan tersubtitusinya gugus hidroksil, Polnaya, F.J. & J. Talahatu. 2007. Karakterisitik Pati
ditunjukkan dengan serapan khas dari gugus karbonil Sagu Hidroksipropil. Eugenia 13: 335-345.
pada PSAS. Polnaya, F.J. & M. Rumapar. 2006. Perlakuan
PSAS menunjukkan perubahan sifat-sifat pati kimiawi untuk meningkatkan kejernihan pasta
meliputi kemampuan menggelembung, daya larut dan pati sagu. Buletin Penelitian Biam 2: 19-24.
kejernihan pasta, yang cenderung lebih tinggi
dibandingkan PSA. Rutenberg, M.W. & D. Solarek. 1984. Starch
Derivatives: Production and Uses. p:311-388.
In: Whistler, R.L., J.N. BeMiller, & E.F.
DAFTAR PUSTAKA Paschall, 1984. Starch Chemistry and
Technology, 2nd ed. Academic Press, Inc.:
Orlando, Florida.
Adebowale, K.O., T.A. Afolabi, & O.S. Lawal, 2002.
Isolation, Chemical Modification and Said, M. 2005. Pembuatan dan karakterisasi pati
Physicohemical Characterisation of Bambarra sagu asetil serta edible film yang dihasilkan.
Groundnut (Voandzeia subterranean) Starch Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas
and Flour. Food Chemistry 78:305-311. Gadjah Mada.
Craig, S.A.S., C.C. Maningat, P.A. Seib, & R.C. Singh, N., D. Chawla & J. Singh. 2004. Influence of
Hoseney. 1989. Starch Paste Clarity. Cereal Acetic Anhydride on Physicochemical,
Chemistry 66:173-182. Morphological and Thermal Properties of Corn
and Potato Starch. Food Chemistry 86:601-
Fleche, G. 1985. Chemical Modification and 608.
Degradation of Starch. In: Van Beynum, G.M
A., & J.A. Roels, 1985. Starch Conversion Wattanachant, S., S.K.S. Muhammad, D.M. Hashim,
Technology. (eds). Marcel Dekker, Inc. New & R.Abd. Rahman, 2002a. Characterisation of
York. Hydroxypropylated Crosslinked Sago Starch
as Compared to Commercial Modified
Haryadi & K.R. Kuswanto. 1996. Some Starches. Songklanakarin Journal of Science
Characteristics of cross-linked hydroxypropyl and Technology 24:439-450.
sago starch. Agritech 16(4):14-18.
Wattanachant, S., S.K.S. Muhammad, D.M. Hashim,
Haryadi & K.R. Kuswanto. 1997. Some characteristics & R.Abd. Rahman, 2002b. Suitability of Sago
of oil palm and sago starch acetates. Agritech Starch as a Base for Dual-Modification.
17(2):11-14. Songklanakarin Journal of Science and
Jacobson, M.R., M. Obanni, & J.N. BeMiller. 1997. Technology 24:431-438.
Retrogradation of Starches from Different Wattanachant, S., S.K.S. Muhammad, D.M. Hashim &
Botanical Sources. Cereal Chemistry R.Abd. Rahman, 2003. Effect of crosslingking
74(5):511-518. reagent and hydroxypropylation levels on dua-
Leach, E.T. 1965. Gelatinization of Starch. In : modified sago starch properties. Food
Whistler, R.L. dan Paschall, E.F. (eds). Starch Chemistry 80:463-471.
: Chemistry and Technology, Vol I. Industrial Whistler, R.L. & J.R. Daniel. 1995. Carbohydrates. In:
Aspects. Academic Press. New York and Food Chemistry (Fennema O.R. ed.) Marcel
London. Decker (New York) 69-137.
Liu, H., L. Ramsden, & H. Corke. 1997. Physical Wu, Y. & P.A. Seib, 1990. Acetylated and
Properties and Enzymatic Digestibility of Hydroxypropylated Distarch Phosphates from
Acetylated ae, wx, and Normal Maize Starch. Waxy Barley: Paste Properties and Freeze-
Carbohydrate Polymers 34:283-289. Thaw Stability. Cereal Chemistry 67:202-208.
Phillips, D.L., H.L. Liu, D. Pan, & H. Corke. 1999. Wurzburg, O.B. 1978. Starch, modified starch and
Generap application of raman spectroscopy for dextrin. In: Products of the corn refining
the determination of level of acetylation in industry. Seminar proceedings. Corn Refiners
modified starches. Cereal Chemistry 76: 439- Association, Inc. (Washington, DC) 23-32.
443.
Yeh, A.I. & J.Y. Li. 1996. Kinetics of Phase Transition
Polnaya, F.J., Haryadi & D.W. Marseno. 2008. of Native, Cross-Linked, and Hydroxypro
Characteristics of hydroxypropylated and pylated Rice Starch. Starch/Stärke 48:17-21.
acetylated sago starches. Sago Palm 16: 85-
94.
13