You are on page 1of 6

‫‪Khutbah Pertama‬‬

‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُ ْوبُ إِلَ ْي ِه‪َ ،‬ونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا‬
‫ي لَهُ‪،‬‬
‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد َ‬ ‫ت أَ ْع َمالِنَا‪َ 1،‬م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم ِ‬ ‫َو َسيِّئَا ِ‬
‫ْك لَهُ‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُمح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ‬
‫َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري َ‬
‫قال تعالى‪:‬‬
‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوبَ َّ‬
‫ث ِم ْنهُ َما‬ ‫اح َد ٍة َو َخلَ َ‬
‫س َو ِ‬ ‫يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍ‬
‫ون بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم إِ َّن هَّللا َ َك َ‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ ‫ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءلُ َ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم َ‬
‫ون‬ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح َّ‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم‬‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ َ‬
‫َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَ َ‬
‫از فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
‫وقال رسول هللا‪:‬‬
‫ق َح َس ٍن‬‫اس بِ ُخلُ ٍ‬
‫ق النَّ َ‬ ‫ت‪َ ،‬وأَ ْتبِ ِع ال َّسيِّئَةَ َ‬
‫الح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا‪َ ،‬و َخالِ ِ‬ ‫هللا َح ْيثُ َما ُك ْن َ‬
‫ق ِ‬ ‫اتَّ ِ‬
‫ُ‬
‫ور ُمحْ َدثَاتُهَا‪،‬‬ ‫ي ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬و َشرُّ اأْل ُم ِ‬ ‫ث ِكتَابُ هَّللا ِ‪َ ،‬وأَحْ َس َن ْالهَ ْد ِ‬
‫ي هَ ْد ُ‬ ‫ق ْال َح ِدي ِ‬ ‫إِ َّن أَصْ َد َ‬
‫ضاَل لَ ٍة فِي النَّ ِ‬
‫ار‪.‬‬ ‫ضاَل لَةٌ‪َ ،‬و ُكلُّ َ‬ ‫َو ُكلُّ ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌ َو ُكلُّ بِ ْد َع ٍة َ‬
‫اش َر ال ُم ْؤ ِمنِي َْن‪ :‬اِتَّقُ ْوا هللاَ تَ َعالَى َو َراقِب ُْوهُ ُم َراقَبَةً َم ْن يَ ْعلَ ُم أَ َّن َربَّهُ يَ ْس َم ُعهُ َو‬
‫أَ َّما بَ ْع ُد َم َع ِ‬
‫يَ َراهُ‬
‫ثُ َّم أَ َّما بَ ْع ُد‬
‫‪Sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah‬‬

‫‪Setiap muslim tentunya menginginkan Islam meraih kemenangan. Gambaran yang sempurna‬‬
‫‪tentang kemenangan Islam digambarkan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya:‬‬

‫ق لِي ْ‬
‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَ ْو َك ِرهَ‬ ‫ين ْال َح ِّ‬
‫هُ َو الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُ َد ٰى َو ِد ِ‬
‫ْال ُم ْش ِر ُك َ‬
‫ون‬
‫‪Artinya, “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang‬‬
‫‪benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik‬‬
‫)‪membenci. “ (QS Ash-Shaf : 8‬‬
Gambaran ini kita dapati pada dakwah dan jihad Rasulullah SAW. Sebelum beliau wafat
Islam sudah menyebar ke seantero Arab, berhala-berhala disingkirkan dari kota Makkah,
syariat Allah hadir dalam kehidupan nyata. Sebuah potret kemenangan ideal yang sangat
didambakan umat Islam hari ini.

Akan tetapi potret di atas bukan satu-satunya bentuk kemenangan yang disebutkan di dalam
Al-Quran, banyak potret-potret kemenangan yang digambarkan di dalam Al-Quran, apabila
kita salah memahaminya akan berakibat kepada rusaknya dakwah dan perjuangan Islam.

Salah dalam memahami hakikat kemenangan akan berakibat pada lahirnya sikap isti’jal atau
terburu-terburu untuk melihat hasil dakwah dan perjuangan, berdampak pada bergesernya
seseorang dari prinsip-prinsip Islam dengan harapan dapat melihat buah dakwah dan
perjuangan.

Sebuah ilustrasi sederhana, ketika seorang da’i berdakwah, memahamkan kepada umat
hakikat Islam, menjelaskan kepada umat tauhid, menerangkan halal haram di tengah
masyarakat, mengajak umat untuk berjuang dan berjihad menegakkan Islam. Namun seiring
berjalannya waktu, dakwahnya tidak kunjung diterima, masyarakat tidak ada yang
mengikutinya, pengikutnya juga tidak banyak sehingga tanpa sadar dia berpikir bahwa
dakwahnya gagal, dia tidak diberi kemenangan. Kemudian dia berpikir untuk merubah haluan
dakwahnya, yang pada awalnya sudah berada di atas manhaj yang benar, dirubah ke arah
yang salah.

Oleh karena itu, perlu bagi kita semua umat Islam untuk memahami hakikat kemenangan
sebagaimana digambarkan Al-Quran kepada kita.

Sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Suatu hal yang harus kita yakini adalah Allah SWT pasti akan memenangkan orang-orang
beriman, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah SWT berfirman:

‫ين آ َمنُوا فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َويَ ْو َم يَقُو ُم اأْل َ ْشهَا ُد‬
َ ‫ص ُر ُر ُسلَنَا َوالَّ ِذ‬
ُ ‫إِنَّا لَنَ ْن‬
Artinya, “Sesungguhnya Kami memenangkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang
beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS
Ghafir : 51)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita, bahwa Allah akan menolong dan memenangkan orang-
orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat. Akan tetapi jika kita melihat perjalanan
dakah para Nabi dan orang-orang yang diceritakan di dalam Al-Quran, kita mendapati bahwa
ada di antara mereka yang dikejar dan dibunuh oleh kaumnya seperti nabi Yahya. Lantas
seperti apa kita memahami kemenangan dan bantuan di dunia  yang Allah janjikan kepada
Nabi Yahya? Bukankah ayat di atas bersifat umum kepada seluruh Nabi?

Ada pula Nabi Ibrahim yang harus terusir dari kaumnya karena beliau mendakwahkan tauhid
dan menentang kesyirikan yang dilakukan oleh kaumnya. Ada Nabi Nuh yang berdakwah 950
tahun namun hanya sedikit yang beriman kepadanya.
Bisakah bisa kita katakan bahwa dakwah para Nabi di atas tidak mendapatkan kemenangan
dalam dakwah dan perjuangannya? Apakah para nabi tersebut kurang paham tentang kondisi
mad’u sehingga tidak bisa menarik kaumnya untuk beriman? Tentunya tidak karena mereka
adalah manusia-manusia yang dibimbing oleh wahyu, manusia-manusia yang dituntun oleh
Allah SWT.

Maka di hadapan kita hanya tinggal satu jawaban yang tersisa, yaitu mereka adalah para Nabi
yang dimenangkan oleh Allah di dunia dan akhirat. Pertanyaannya, kenapa mereka dikatakan
menang, sedangkan nasib mereka seperti itu? Inilah yang perlu kita pahami, bahwa potret
kemenangan dakwah dan perjuangan itu tidak hanya terbatas pada surat Ash-Shaf di atas.
Islam menjadi agama yang unggul dan memimpin dunia, akan tetapi ada potret lain tentangan
kemenangan dakwah yang Allah gambarkan di dalam Al-Quran kepada kita.

Sidang Jamaah jumat yang dirahmati Allah

Terkadang kemenangan dakwah itu tidak hanya diukur dengan banyaknya pengikut,
seringnya seorang diundang ke tabligh-tabligh, diundang dari satu majlis taklim ke majlis
taklim yang lain.

Kita mungkin ingat kisah Ashhabul Kahfi. Jumlah mereka tidak sampai sepuluh orang,
mereka mengasingkan diri ke gua dan akhirnya mereka ditidurkan oleh Allah SWT 309 tahun.
Di dalam Al-Quran Allah SWT menyifati Ashahabul Kahfi dengan sebutan “Fityatun amanu
birabbihim” sekelompok pemuda yang beriman kepada Rabbnya. Allah SWT berfirman:

ِّ ‫ك نَبَأَهُ ْم ِب ْال َح‬


‫ق ۚ إِنَّهُ ْم فِ ْتيَةٌ آ َمنُوا ِب َربِّ ِه ْم َو ِز ْدنَاهُ ْم هُدًى‬ َ ‫نَحْ ُن نَقُصُّ َعلَ ْي‬
Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula
untuk mereka petunjuk.”  (QS Al-Kahfi : 13)

Ketika dakwah mereka tidak disukai penguasa, mereka tidak mundur dan mengatur siasat atau
bermanuver agar mereka tetap bisa berdakwah dengan aman an dan tidak dimusuhi penguasa,
tidak, mereka tidak melakukan itu. Mereka tidak bergeser dari mendakwahkan iman, yang
berakibat nyawa mereka menjadi taruhannya. Yang kemudian perjalanan iman mereka
berakhir di gua.

Jika kita melihat dalam kacamata yang sempit kita mungkin akan mengatakan bahwa
perjuangan ashhabul kahfi gagal, karena tidak ada yang mengikuti mereka. Secara jumlah pun
mereka kalah jauh.

Akan tetapi kisah mereka diceritakan di dalam Al-Quran, mereka bukan Nabi, mereka
hanyalah segelintir orang yang berusaha memperjuangkan iman ketika kesyirikan merajalela.
Maka inilah kemenangan mereka, kemenangan mempertahankan keimanan, kemenangan
untuk tetap bertahan di jalan Allah meskipun tidak ada yang mengikuti, kemenangan untuk
teguh di atas prinsip. Inilah kemenangan mereka.

Dan atas kemenangan itu mereka mendapat sebuah keutamaan dari Allah, yaitu kisah mereka
diabadikan di dalam Al-Quran. Kisah mereka Allah kisahkan dalam Kalam-Nya.

Sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah


Syaikh Nashir Al-Umar menjelaskan bahwa di dalam Al-Quran ada berbagai macam bentuk
kemenangan.  Di antaranya:

Pertama: Berkuasa dan Mampu Mengalahkan Musuh Islam

Ini adalah potret pertama, kemenangan seperti ini Allah anugerahkan kepada Nabi Daud dan
Sulaiman. Allah SWT berfirman:

َ‫ك َو ْال ِح ْك َمة‬


َ ‫وت َوآتَاهُ هَّللا ُ ْال ُم ْل‬
َ ُ‫َوقَتَ َل َدا ُوو ُد َجال‬
Artinya, “Dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan
kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah..” (QS Al-Baqoroh : 251)

Begitu pula Nabi Musa, Allah berikan kemenangan jenis ini. Kemenangan risalah dan
kemenangan pengusung risalah. Allah SWT berfirman :

َ ‫َوإِ ْذ فَ َر ْقنَا بِ ُك ُم ْالبَحْ َر فَأ َ ْن َج ْينَا ُك ْم َوأَ ْغ َر ْقنَا آ َل فِرْ َع ْو َن َوأَ ْنتُ ْم تَ ْنظُر‬
‫ُون‬
Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan
Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
(QS Al-Baqoroh : 50)

Kedua: Allah Binasakan Musuh-musuh Dakwah

Tidak seperti kondisi di atas yang Allah berikan kekuasaan dan kemenangan nyata atas
musuh-musuh Islam, kemenangan jenis ini Allah berikan kepada beberapa Nabi yaitu dengan
Allah azab kaumnya. Sebagaimana Nabi Nuh yang Allah timpakan banjir bah kepada
kaumnya.

Ada Nabi Luth yang Allah hujani kaumnya dengan batu panas lantaran prilaku homoseks
yang mereka lakukan. Sedangkan Nabi Luth diselematkan oleh Allah SWT dari Azab
tersebut.

Ada kaum Tsamud yang Allah binasakan karena ingkar kepada Nabi Sholih. Mereka kufur
dan menyemblih unta terlarang. Maka Allah turunkan kepada mereka Guntur keras yang
membinasakan mereka.

Ketiga: Kemenangan yang Terlihat Seperti Kekalahan

Terbunuh, terusir, terzalimi dan terus mendapat intimidasi nampak seperti sebuah kekalahan.
Akan tetapi bisa jadi hal-hal tersebut adalah kemenangan. Allah SWT berfirman:

َ ُ‫يل هَّللا ِ أَ ْم َواتًا ۚ بَلْ أَحْ يَا ٌء ِع ْن َد َربِّ ِه ْم يُرْ َزق‬


‫ون‬ َ ‫َواَل تَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ‬
ِ ِ‫ين قُتِلُوا فِي َسب‬
Artinya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS Ali Imran : 169)

Dan di dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa para mujahid itu menunggu salah satu dari
dua kebaikan. Baik itu kemenangan ataupun mati syahid di jalan Allah.

Adalah ghulam, seorang pemuda yang mendakwahkan tauhid kepada raja dan kaumnya. Dia
terbunuh dan orang-orang yang beriman kepadanya juga dimasukkan ke dalam parit-parit api.
Tapi terbunuhnya dia membuat orang-orang yang beriman, meninggalkan ketegasan tauhid.

Sidang jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Dengan beberapa potret kemenangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemenangan
Islam itu tidak diukur dari capaian-capaian fisik, akan tetapi kemenangan itu diukur dengan
kesabaran dalam menapaki manhaj rabbani, tidak terpengaruh oleh godaan-godaan syahat dan
tidak terkotori oleh syubhat yang dapat mengeluarkan kita dari manhaj rabbani.

‫ إِنَّهُ هُ َو‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬.‫أَقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬
ِ ‫ْال َغفُ ْو ُر الر‬
‫َّح ْي ُم‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ك لَهُ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ‪ ,‬اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َح ْمدًا َكثِ ْيرًا َك َما أَ َم َر‪ .‬أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي َ‬
‫ان إِلَى يَ ْو ِم‬ ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح ِّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن‬‫َّاي بِتَ ْق َوى هللاِ‪ ،‬فَاتَّقُوا هللاَ َح َّ‬ ‫ال ِّدي ِْن‪ ،‬أَ َّما بَ ْع ُد؛ ِعبَا َد هللاِ‪ ،‬أُ ْو ِ‬
‫ص ْي ُك ْم َوإِي َ‬
‫إِالَّ َوأَنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬

‫ص َحابَ ِة َرس ُْو ِل هللاِ‬‫ض َي هللاُ تَ َعالَى َع ْن ُكلِّ َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َو َر ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ان َو َعلِي َو َع ْن التَّابِ ِعيْن‬ ‫ض َعن ال ُخلَفَا ِ‪1‬ء األرْ بَ َعة أبُو بَ ْكر َو ُع َمر َو ُعث َم َ‬ ‫أَجْ َم ِعي َْن‪َ  .‬وارْ َ‬
‫ان إلَى يَ ْو ِم ال َّدي ِْن َو ارْ َح ْمنَا َم َعهُ ْم يَا أرْ َح َم الرَّا ِح ِمي َْن‪.‬‬‫َوتاَبِ ِع التَّابِ ِعيْن َو َم ْن تَبِ َعهُم بِإحْ َس ٍ‬
‫ت اَألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫ت اِنَّ َ‬
‫ك‬ ‫ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َوات‬
‫إلخ َوانِنا َ الَّ ِذي َْن َسبَقُ ْونا َ بِاإليْما َ ِن َوالَ تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنا َ ِغال لِلَّ ِذي َْن آ َمنُوا‬ ‫َربَّنا َ ا ْغفِرْ لَنا َ َو ْ‬
‫َّح ْي ٌم‪.‬‬
‫فر ِ‬ ‫ك َر ُؤ ْو ٌ‬ ‫َربَّنا َ إِنَّ َ‬
‫نت ۡٱل َوهَّابُ‬ ‫ك أَ َ‬ ‫ك َر ۡح َم ۚ‌ةً إِنَّ َ‬
‫َربَّنَا اَل تُ ِز ۡغ قُلُوبَنَا بَ ۡع َد إِ ۡذ هَ َد ۡيتَنَا َوهَ ۡب لَنَا ِمن لَّ ُدن َ‬
‫‪َ  ‬ربنَّا َ ظَلَ ْمنا َ أ ْنفُ َسنا َ َو ْ‬
‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنا َ َوتَرْ َح ْمنا َ لَنَ ُك ْونَ َّن ِم ْن ال َخ ِ‬
‫اس ِري َْن‪.‬‬
‫‪ ‬اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنا َ الَّ ِذى هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا َوأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَ َ‬
‫ان الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا‬
‫آخ َرتَنَا الَّتِى فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا َواجْ َع ِل ْال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لَنَا فِى ُكلِّ َخي ٍْر َواجْ َع ِل‬‫َوأَصْ لِحْ لَنَا ِ‬
‫ت َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُكلِّ شرٍّ‬ ‫ْال َم ْو َ‬
‫ِّت أَ ْق َدا َمنَا َوا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَ ْو ِم ْال َكافِ ِري َْن‪.‬‬ ‫ص ْبرًا َوثَب ْ‬ ‫َربَّنَا أَ ْف ِر ْغ َعلَ ْينَا َ‬
‫ار‬ ‫َّ‬ ‫ن‬ ‫ٱل‬ ‫اب‬ ‫َ‬
‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ً‬ ‫ربَّنَٓا ءاتنَا فى ٱل ُّد ۡنيا حسنَ ۬ةً وفى ٱأۡل َخرة حسنَ ۬‬
‫ة‬
‫ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ِ َِ َ َ‬ ‫َ َ َ َِ‬ ‫َ َ ِ ِ‬
‫ٓإى ِذى ۡٱلقُ ۡربَ ٰى َويَ ۡنهَ ٰى َع ِن ۡٱلفَ ۡح َشٓا ِء‬ ‫‪ِ  ‬عبا َ َد هللاِ‪ ،‬إِ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡأ ُم ُر بِ ۡٱل َع ۡد ِل َوٱإۡل ِ ۡح َس ٰـ ِن َوإِيتَ ِِٕ‪1‬‬
‫ى يَ ِعظُ ُكمۡ لَ َعلَّڪُمۡ تَ َذ َّكر َ‬
‫ُون‬ ‫َو ۡٱل ُمنڪ َِر َو ۡٱلبَ ۡغ ِۚ‌‬

‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪َ ،‬واسْألُ ْوهُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُع ِ‬


‫ْط ُك ْم‪َ ،‬ولِ ِذ ْكر‬ ‫‪ ‬اُ ْذ ُكر ُْوا هللاَ يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوهُ َع َ‬
‫م ْوا ال َّ‬
‫صالَة‬ ‫هللاِ أ ْكبَر‪َ ،‬وهللا ُيَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَع ُْو َن‪ ،‬أقِ ْي ُ‬

You might also like