Professional Documents
Culture Documents
1 SM PDF
1 SM PDF
Abstrak: Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan seorang perawat dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, dimana kinerja
yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa dan juga meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan. Untuk meningkatkan dan mewujudkan mutu pelayanan keperawatan,
rumah sakit harus menerapkan proses sistem asuhan keperawatan pada ruang rawat dengan
menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Metode tim merupakan
metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di Irina C RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Desain Penelitian yang digunakan yaitu observasional
analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu
dengan menggunakan Simple Random Sampling sesuai dengan kriteria inklusi dengan jumlah
sampel 38 orang. Hasil Penelitin menggunakan uji statistik chi-square didapatkan nilai ρ =
0,020 < α = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado.
Kata Kunci : Penerapan Metode Tim, Kinerja Perawat Pelaksana.
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan bagian integral satunya yaitu kepuasan dan kinerja perawat.
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat
dengan fungsi menyediakan pelayanan ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat.
paripurna (komprehensif), penyembuhan Model yang dipilih harus dapat
penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit meningkatkan kinerja perawat, bukan justru
(preventif) pada masyarakat. Berdasarkan menambah beban kerja dan frustasi dalam
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang pelaksanaanya (Nursalam, 2012).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan Pelayanan keperawatan profesional
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan diberikan dengan berbagai bentuk metode
kesehatan bagi perorangan secara penugasan yang sudah ada dan akan
menyeluruh dan paripurna dengan dikembangkan di masa depan dalam
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat menghadapi tren pelayanan keperawatan.
jalan, dan gawat darurat (World Health Salah satu metode pemberian asuhan
Organization (WHO)) dalam Laksito, 2014). keperawatan yaitu metode tim. Metode tim
Keperawatan merupakan suatu bentuk merupakan metode pemberian asuhan
layanan kesehatan profesional yang keperawatan dimana seorang perawat
merupakan bagian integral dari layanan profesional memimpin sekelompok tenaga
kesehatan berbasis ilmu dan kiat perawat, keperawatan dalam memberikan asuhan
yang berbentuk layanan bio-spiko-sosial- keperawatan pada sekelompok klien melalui
spiritual secara komprehensif, ditujukan upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus,
kepada individu, keluarga dan masyarakat 2006).
sehat maupun sakit mencakup seluruh proses Penelitian yang pernah dilakukan oleh
hidup manusia (Lokakarya Keperawatan Hardianti Anthon (2012) tentang hubungan
Nasional dalam Kuntoro 2010). Perawat penerapan metode tim dengan kinerja
merupakan sumber daya manusia terpenting perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
di rumah sakit karena selain jumlahnya yang Kabupaten Majene menunjukan bahwa
dominan juga merupakan profesi yang terdapat hubungan yang signifikan antara
memberikan pelayanan asuhan keperawatan penerapan metode tim dengan kinerja
selama 24 jam kepada pasien, oleh karena itu perawat pelaksana. Survey awal peneliti
rumah sakit harus memiliki perawat yang tanggal 25 Oktober 2016 melalui teknik
berkinerja baik yang menunjang kinerja observasi dan wawancara dengan kepala
rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan ruangan dan perawat pelaksana di RSUP
pasien (Kardianti dalam Widodo 2016). Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ruangan
Kinerja perawat merupakan tindakan Irina C didapatkan fenomena bahwa model
yang dilakukan seorang perawat dalam suatu asuhan keperawatan yang digunakan saat ini
organisasi sesuai dengan wewenang dan adalah metode tim. Komposisi tenaga
tanggung jawabnya masing-masing, dimana keperawatan di Irina C yaitu Ns 13 orang
kinerja yang baik dapat memberikan (21,6 %), S1 Keperawatan 2 orang (3,3 %),
kepuasan pada pengguna jasa dan juga DIII Keperawatan 41 orang (68,3%). Jumlah
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perawat pelaksana di ruangan Irina C1
(Simorangkir dalam Widodo, 2016). Untuk sebanyak 16 orang , C2 sebanyak 16 orang,
meningkatkan dan mewujudkan mutu C3 sebanyak 16 dan C4 sebanyak 12 orang.
pelayanan keperawatan, rumah sakit harus Ruangan C1, C2, C3 dan C4 terdiri dari 2
menerapkan proses sistem asuhan tim, dimana 1 tim terdiri atas 6-7 orang
keperawatan pada ruang rawat dengan perawat pelaksana dan setiap tim
menggunakan Model Praktik Keperawatan bertanggung jawab hingga 15 orang pasien.
Profesional (MPKP) (Sitorus 2006). Hasil observasi peneliti, pelaksanaan
Adapun dasar pertimbangan pemilihan metode tim sudah terlaksana dengan baik
model asuhan keperawatan profesional salah akan tetapi masih ada beberapa hal yang
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
Meningkatnya usia seseorang seringkali promosi yang lebih baik akan semakin
berbanding lurus dengan pengalaman dan meningkat pula. Dengan demikian semakin
membaiknya kinerja individu. tinggi tingkat pendidikan semakin
meningkatkan motivasi dan kinerja dalam
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik pekerjaan.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Jenis Kelamin n % Responden Berdasarkan Masa Kerja.
Laki-Laki 2 5,3 Masa Kerja n %
Perempuan 36 94,7 < 5 Tahun 14 36,8
Total 38 100,0 > 5 Tahun 24 63,2
Sumber: Data Primer 2016
Total 38 100,0
Sebagian besar perawat pelaksana Sumber: Data Primer 2016
berjenis kelamin perempuan sebanyak 36
orang (94,7%). Morrow dalam Ma’wah, 2015 Rata-rata masa kerja perawat adalah > 5
mengatakan bahwa salah satu faktor yang tahun yaitu 24 orang (63,2%). Menurut
mempengaruhi kinerja adalah karakteristik Nursalam (2012), semakin banyak masa kerja
individu dimana profesi keperawatan 90% perawat maka semakin banyak pengalaman
dipegang oleh kaum wanita lebih dapat perawat tersebut dalam memberikan asuhan
berpengaruh kepada pasien, individu, keperawatan yang sesuai dengan standar atau
kelompok dan masyarakat yang disebabkan prosedur tetap yang berlaku.
wanita memiliki rasa sosial yang tinggi.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Tim.
Responden Berdasarkan Pendidikan. Penerapan Metode n %
Tim
Pendidikan N % Penerapan Metode 23 60,5
D3 25 65,8 Tim Optimal
Penerapan Metode 15 39,5
S1 2 5,3 Tim Kurang Optimal
Ners 11 28,9
Total 38 100,0
Total 38 100,0 Sumber: Data Primer 2016
Sumber: Data Primer 2016
Sebagian besar perawat pelaksana ada
pada penerapan metode tim optimal sebanyak
Sebagian besar perawat pelaksana
23 orang (60,5%). Hasil penelitian ini sejalan
berpendidikan D3 keperawatan yaitu 25 orang
dengan penelitian Rusmianingsih (2012)
(65,8%). Menurut Rusmianingsih (2012),
mengenai penerapan metode tim dimana
perawat dengan tingkat pendidikan yang
penerapan metode tim perawat pelaksana
berbeda mempunyai peluang untuk
paling banyak ada dalam kategori baik yaitu
mempunyai kepuasan kerja yang berbeda pula
sebanyak 71,3% (57 perawat).
karena semakin tinggi tingkat pendidikan
maka kemampuan kognitif dan keterampilan
akan semakin meningkat sesuai dengan
kompetensinya sehingga peluang dan
kesempatan untuk mendapatkan posisi dan
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
promosi yang lebih baik akan semakin memiliki kinerja yang baik yaitu 22 perawat
meningkat pula. (57,9%) dan sebanyak 16 perawat (42,1%)
Rata-rata masa kerja perawat adalah > 5 dengan kategori kinerja yang buruk. Dari
tahun yaitu 24 orang (63,2%). Menurut gambaran persentase kinerja tersebut dapat
Nursalam (2012), semakin banyak masa kerja disimpulkan bahwa sebagian besar perawat
perawat maka semakin banyak pengalaman rawat inap mempunyai kinerja yang baik.
perawat tersebut dalam memberikan asuhan Akan tetapi dari sekian banyak yang memiliki
keperawatan yang sesuai dengan standar atau kinerja yang baik, masih ada perawat dengan
prosedur tetap yang berlaku. Menurut asumsi kinerja yang buruk. Kondisi demikian perlu
peneliti, lama kerja > 5 tahun yang dimiliki ditelusuri faktor-faktor yang berhubungan
oleh lebih dari setengah jumlah seluruh dengan kinerja sehingga yang diharapkan dari
perawat dapat menjadi modal dasar bagi hasil penilaian kinerja perawat adalah adanya
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas perbaikan atau peningkatan motivasi kerja dari
pelayanan keperawatan. seluruh tenaga perawat, khususnya perawat
Sebagian besar perawat pelaksana pelaksana di Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R.
memiliki penerapan metode tim yang optimal D. Kandou Manado. Hal tersebut didukung
yaitu sebanyak 23 perawat (60,5%) dan dengan data yang diperoleh melalui
penerapan metode tim yang kurang optimal wawancara dengan salah satu kepala ruangan
sebanyak 15 perawat (39,5%). Hasil penelitian Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
ini sejalan dengan penelitian Rusmianingsih Manado berkinerja buruk disebabkan oleh
(2012) mengenai penerapan metode tim rendahnya tingkat efektivitas dan efesiensi
dimana penerapan metode tim perawat atau tingkat keberhasilan perawat dalam
pelaksana paling banyak ada dalam kategori melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
baik yaitu sebanyak 71,3% (57 perawat). Ada jawabnya. Hal ini karena tingkat kepatuhan
beberapa elemen yang penting yang dapat perawat secara prosedural masih dibawah
mempengaruhi penerapan metode tim menjadi standar dan renndahnya kepuasan kerja
optimal bahkan kurang optimal yaitu perawat. Tingkat kepatuhan perawat di ruang
kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
penugasan dan supervisi. Hasil yang Manado dipengaruhi oleh masa kerja, latar
didapatkan jika dilihat dari frekuensi tiap belakang pendidikan, fasilitas atau sarana dan
elemen berdasarkan kuesioner, didapatkan kejelasan prosedur. Dan rendahnya kepuasan
untuk elemen kepemiminan, koordinasi, dan kerja perawat di ruang Irina C1-C4 RSUP
komunikasi sebagian besar pada kategori Prof. Dr. R. D. Kandou Manado disebabkan
belum optimal. Ketiga elemen inilah yang oleh ketidaksesuaian antara harapan dan
mempengaruhi masih adanya penerapan kenyataan terhadap penghargaan yang
metode tim yang belum optimal. Hasil diterima. Hal ini terbukti dengan banyaknya
penelitian ini juga didukung oleh pendapat keluhan perawat yang diterima oleh
Sitorus (2006) yang mengatakan bahwa manajemen terutama dalam hal penghargaan.
anggota tim harus menghargai kepemimpinan Selama ini penghargaan yang diterima oleh
ketua tim karena ketua tim membantu perawat di Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D.
anggotanya untuk memahami dan melakukan Kandou Manado hanya sebatas penghargaan
tugas sesuai dengan kemampuan mereka. materi berupa gaji dan insentif. Secara umum
Menurut asumsi peneliti penerapan metode tim dapat dikatakan kinerja merupakan ukuran
yang optimal akan tercapai apabila semua keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
anggota tim saling bekerjasama, menghargai, tujuan. Namun keberhasilan suatu organisasi
menghormati setiap pemimpin dan melakukan tidak terlepas dari pengaruh struktural
komunikasi serta koordinasi yang baik antar organisasi yang tepat, pembagian wewenang
sesama anggota tim. dan tanggung jawab yang jelas dari para
Berdasarkan analisis univariat pelaku atau faktor yang berkecimpung dalam
menunjukan bahwa perawat pelaksana yang organisasi tersebut. Tanggung jawab akan
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017