You are on page 1of 8

e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN PENERAPAN METODE TIM DENGAN KINERJA


PERAWAT PELAKSANA DI IRINA C RSUP PROF.
DR. R. D. KANDOU MANADO

Cindy Putriyani Mogopa


Linnie Pondaag
Rivelino S. Hamel

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Sam Ratulangi
Email : cindymogopa@gmail.com

Abstract: Performance nurse is a nurse acts committed within an organization in accordance


with the powers and responsibilities of each, where a good performance can give satisfaction
to the users of services and also improve the quality of nursing care. To improve and realize
the quality of nursing service, hospitals should implement nursing care system process in the
ward using the Professional Nursing Practice Model (PNPM). The team's method is a
method in which the nursing care professional nurse led a group of nursing staff in providing
nursing care to a group of clients through cooperative and collaborative efforts. The purpose
of this study was to determine the relationship between the application of the method
performing team nurse in the department of Irina C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
The study design used is observational analytic with cross sectional approach. The sampling
technique is by using Simple Random Sampling in accordance with the inclusion criteria with
a total sample of 38 people. The results using chi-square statistic test obtained value ρ =
0,020 <α = 0,05. Conclusion the results of this study has shown there is a relationship
between the application of the method performing team nurse of Irina C RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado.
Keywords : Method Implementation Team, Implementing Nurse Performance.

Abstrak: Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan seorang perawat dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, dimana kinerja
yang baik dapat memberikan kepuasan pada pengguna jasa dan juga meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan. Untuk meningkatkan dan mewujudkan mutu pelayanan keperawatan,
rumah sakit harus menerapkan proses sistem asuhan keperawatan pada ruang rawat dengan
menggunakan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Metode tim merupakan
metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di Irina C RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Desain Penelitian yang digunakan yaitu observasional
analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu
dengan menggunakan Simple Random Sampling sesuai dengan kriteria inklusi dengan jumlah
sampel 38 orang. Hasil Penelitin menggunakan uji statistik chi-square didapatkan nilai ρ =
0,020 < α = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
penerapan metode tim dengan kinerja perawat pelaksana di Irina C RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado.
Kata Kunci : Penerapan Metode Tim, Kinerja Perawat Pelaksana.
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan bagian integral satunya yaitu kepuasan dan kinerja perawat.
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat
dengan fungsi menyediakan pelayanan ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat.
paripurna (komprehensif), penyembuhan Model yang dipilih harus dapat
penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit meningkatkan kinerja perawat, bukan justru
(preventif) pada masyarakat. Berdasarkan menambah beban kerja dan frustasi dalam
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang pelaksanaanya (Nursalam, 2012).
Rumah sakit adalah institusi pelayanan Pelayanan keperawatan profesional
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan diberikan dengan berbagai bentuk metode
kesehatan bagi perorangan secara penugasan yang sudah ada dan akan
menyeluruh dan paripurna dengan dikembangkan di masa depan dalam
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat menghadapi tren pelayanan keperawatan.
jalan, dan gawat darurat (World Health Salah satu metode pemberian asuhan
Organization (WHO)) dalam Laksito, 2014). keperawatan yaitu metode tim. Metode tim
Keperawatan merupakan suatu bentuk merupakan metode pemberian asuhan
layanan kesehatan profesional yang keperawatan dimana seorang perawat
merupakan bagian integral dari layanan profesional memimpin sekelompok tenaga
kesehatan berbasis ilmu dan kiat perawat, keperawatan dalam memberikan asuhan
yang berbentuk layanan bio-spiko-sosial- keperawatan pada sekelompok klien melalui
spiritual secara komprehensif, ditujukan upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus,
kepada individu, keluarga dan masyarakat 2006).
sehat maupun sakit mencakup seluruh proses Penelitian yang pernah dilakukan oleh
hidup manusia (Lokakarya Keperawatan Hardianti Anthon (2012) tentang hubungan
Nasional dalam Kuntoro 2010). Perawat penerapan metode tim dengan kinerja
merupakan sumber daya manusia terpenting perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
di rumah sakit karena selain jumlahnya yang Kabupaten Majene menunjukan bahwa
dominan juga merupakan profesi yang terdapat hubungan yang signifikan antara
memberikan pelayanan asuhan keperawatan penerapan metode tim dengan kinerja
selama 24 jam kepada pasien, oleh karena itu perawat pelaksana. Survey awal peneliti
rumah sakit harus memiliki perawat yang tanggal 25 Oktober 2016 melalui teknik
berkinerja baik yang menunjang kinerja observasi dan wawancara dengan kepala
rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan ruangan dan perawat pelaksana di RSUP
pasien (Kardianti dalam Widodo 2016). Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ruangan
Kinerja perawat merupakan tindakan Irina C didapatkan fenomena bahwa model
yang dilakukan seorang perawat dalam suatu asuhan keperawatan yang digunakan saat ini
organisasi sesuai dengan wewenang dan adalah metode tim. Komposisi tenaga
tanggung jawabnya masing-masing, dimana keperawatan di Irina C yaitu Ns 13 orang
kinerja yang baik dapat memberikan (21,6 %), S1 Keperawatan 2 orang (3,3 %),
kepuasan pada pengguna jasa dan juga DIII Keperawatan 41 orang (68,3%). Jumlah
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perawat pelaksana di ruangan Irina C1
(Simorangkir dalam Widodo, 2016). Untuk sebanyak 16 orang , C2 sebanyak 16 orang,
meningkatkan dan mewujudkan mutu C3 sebanyak 16 dan C4 sebanyak 12 orang.
pelayanan keperawatan, rumah sakit harus Ruangan C1, C2, C3 dan C4 terdiri dari 2
menerapkan proses sistem asuhan tim, dimana 1 tim terdiri atas 6-7 orang
keperawatan pada ruang rawat dengan perawat pelaksana dan setiap tim
menggunakan Model Praktik Keperawatan bertanggung jawab hingga 15 orang pasien.
Profesional (MPKP) (Sitorus 2006). Hasil observasi peneliti, pelaksanaan
Adapun dasar pertimbangan pemilihan metode tim sudah terlaksana dengan baik
model asuhan keperawatan profesional salah akan tetapi masih ada beberapa hal yang
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

belum sesuai dengan penerapan metode tim METODE PENELITIAN


yang sebenarnya, seperti ketua tim belum Desain penelitian ini adalah
semuanya diketuai oleh perawat profesional, observasional analitik dimana peneliti
pembagian pertanggung jawaban pasien mencoba mencari hubungan variabel dengan
pertim belum seimbang satu tim hingga 15 menggunakan pendekatan “cross sectional”,
orang pasien dikarenakan masih kurangnya dimana variabel sebab atau resiko dan akibat
tenaga perawat sedangkan jumlah pasien atau kasus yang terjadi pada objek penelitian
masuk semakin meningkat. Dari hasil diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang
wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim bersamaan (Setiadi, 2013). Penelitian ini
dan perawat pelaksana, pelaksanaan ronde telah dilaksanakan pada bulan Oktober-
keperawatan di ruangan belum optimal. Hal Desember 2016. Instrumen pengumpulan
ini dikarenakan jumlah pasien yang lebih yaitu kuesioner karakteristik individu,
banyak dari jumlah perawat . Hanya 64,7% kuesioner penerapan metode tim dan
perawat yang tahu tentang ronde kuesioner kinerja perawat pelaksana.
keperawatan. Berdasarkan tugas dan Populasi penelitian ini adalah seluruh
tanggung jawab ketua tim, pengkajian awal tenaga perawat pelaksana di Irina C1, C2, C3
kepada pasien sering dilakukan oleh perawat dan C4 yang ada di RSUP Prof. Dr. R. D.
pelaksana, sementara pengkajian awal Kandou Manado sebanyak 60 orang. Teknik
merupakan tugas dari ketua tim. Sebagian pengambilan sampel menggunakan teknik
perawat masih belum mengerti atau probability sampling yaitu Simple Random
memahami model asuhan keperawatan yang Sampling. Simple Random Sampling dengan
digunakan. Hasil wawancara sebanyak 10 38 sampel yang memenuhi kriteria inklusi
dari 60 perawat mengatakan bahwa pernah dan eksklusi. Kriteria inklusi: perawat yang
mendapat teguran dari ketua tim tentang bekerja di irina C1, C2, C3, dan C4 RSUP
kinerja yang telah dilakukan khususnya Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, bersedia
dalam hal pencatatan dan pelaporan menjadi responden dan mendatangani lembar
dokumentasi keperawatan kurang lengkap persetujuan, tidak sedang cuti. Kriteria
diantaranya sering tidak ada tanda tangan eksklusi: perawat kepala instalasi, perawat
yang dilakukan. 5 dari 10 perawat tersebut kepala ruangan dan perawat ketua tim.
mengatakan kepemimpinan dari ketua tim
terlalu otoriter atau kepemimpinan otokratis. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil observasi peneliti dengan gaya Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
kepemimpinan tersebut membuat perawat Responden Berdasarkan Umur
kurang semangat dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan, komunikasi dan Umur n %
koordinasi dari ketua tim dan antar tim belum
cukup baik sehingga masih ada saja pasien 19-40 Tahun 33 86,8
yang lambat terlayani obat-obatan yang
41-60 Tahun 5 13,2
dibutuhkan.
Penelitian tentang hubungan penerapan > 60 Tahun 0 0,0
metode tim dengan kinerja perawat pelaksana
Total 38 100,0
belum pernah dilakukan sebelumnya di Irina
C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
perlu untuk melakukan penelitian tentang Sebagian besar responden berumur
“hubungan penerapan metode tim dengan rentang 19-40 tahun sebanyak 33 orang
kinerja perawat pelaksana di Irina C RSUP (86,8%). Ma’wah (2015) mengatakan bahwa
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. Seorang lebih dewasa cenderung memiliki
keterampilan dan kemampuan serta prestasi
kerja dibanding usia dibawahnya.
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Meningkatnya usia seseorang seringkali promosi yang lebih baik akan semakin
berbanding lurus dengan pengalaman dan meningkat pula. Dengan demikian semakin
membaiknya kinerja individu. tinggi tingkat pendidikan semakin
meningkatkan motivasi dan kinerja dalam
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik pekerjaan.
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Jenis Kelamin n % Responden Berdasarkan Masa Kerja.
Laki-Laki 2 5,3 Masa Kerja n %
Perempuan 36 94,7 < 5 Tahun 14 36,8
Total 38 100,0 > 5 Tahun 24 63,2
Sumber: Data Primer 2016
Total 38 100,0
Sebagian besar perawat pelaksana Sumber: Data Primer 2016
berjenis kelamin perempuan sebanyak 36
orang (94,7%). Morrow dalam Ma’wah, 2015 Rata-rata masa kerja perawat adalah > 5
mengatakan bahwa salah satu faktor yang tahun yaitu 24 orang (63,2%). Menurut
mempengaruhi kinerja adalah karakteristik Nursalam (2012), semakin banyak masa kerja
individu dimana profesi keperawatan 90% perawat maka semakin banyak pengalaman
dipegang oleh kaum wanita lebih dapat perawat tersebut dalam memberikan asuhan
berpengaruh kepada pasien, individu, keperawatan yang sesuai dengan standar atau
kelompok dan masyarakat yang disebabkan prosedur tetap yang berlaku.
wanita memiliki rasa sosial yang tinggi.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Tim.
Responden Berdasarkan Pendidikan. Penerapan Metode n %
Tim
Pendidikan N % Penerapan Metode 23 60,5
D3 25 65,8 Tim Optimal
Penerapan Metode 15 39,5
S1 2 5,3 Tim Kurang Optimal
Ners 11 28,9
Total 38 100,0
Total 38 100,0 Sumber: Data Primer 2016
Sumber: Data Primer 2016
Sebagian besar perawat pelaksana ada
pada penerapan metode tim optimal sebanyak
Sebagian besar perawat pelaksana
23 orang (60,5%). Hasil penelitian ini sejalan
berpendidikan D3 keperawatan yaitu 25 orang
dengan penelitian Rusmianingsih (2012)
(65,8%). Menurut Rusmianingsih (2012),
mengenai penerapan metode tim dimana
perawat dengan tingkat pendidikan yang
penerapan metode tim perawat pelaksana
berbeda mempunyai peluang untuk
paling banyak ada dalam kategori baik yaitu
mempunyai kepuasan kerja yang berbeda pula
sebanyak 71,3% (57 perawat).
karena semakin tinggi tingkat pendidikan
maka kemampuan kognitif dan keterampilan
akan semakin meningkat sesuai dengan
kompetensinya sehingga peluang dan
kesempatan untuk mendapatkan posisi dan
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan sampai C4 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou


Kinerja Perawat Pelaksana. Manado.

Kinerja Perawat n % PEMBAHASAN


Perawat yang paling banyak ada pada
Pelaksana rentang umur antara 19-40 Tahun sebanyak 33
Kinerja Perawat Baik 22 57,9 orang (86,8%). Robbins (2003) dikutip dalam
Andina (2016) mengatakan bahwa umur
Kinerja Perawat Buruk 16 42,1 berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan.
Total 38 100,0 Ma’wah (2015) mengatakan bahwa Seorang
lebih dewasa cenderung memiliki
Sumber: Data Primer 2016 keterampilan dan kemampuan serta prestasi
kerja dibanding usia dibawahnya.
Sebagian besar perawat pelaksana ada Meningkatnya usia seseorang seringkali
pada kinerja perawat baik sebanyak 22 orang berbanding lurus dengan pengalaman dan
(57,9%). Secara umum dapat dikatakan membaiknya kinerja individu.
kinerja merupakan ukuran keberhasilan suatu Sebagian besar perawat pelaksana berjenis
organisasi dalam mencapai tujuan. Namun kelamin perempuan sebanyak 36 orang
keberhasilan suatu organisasi tidak terlepas (94,7%). Morrow dalam Ma’wah, 2015
dari pengaruh struktural organisasi yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang
tepat, pembagian wewenang dan tanggung mempengaruhi kinerja adalah karakteristik
jawab yang jelas dari para pelaku atau faktor individu dimana profesi keperawatan 90%
yang berkecimpung dalam organisasi dipegang oleh kaum wanita lebih dapat
tersebut. berpengaruh kepada pasien, individu,
Tabel 7.Tabulasi silang hubungan penerapan kelompok dan masyarakat yang disebabkan
metode Tim dengan perawat pelaksana. wanita memiliki rasa sosial yang tinggi. Dalam
Musta’an (2012) juga dikatakan bahwa pada
Kinerja Perawat dasarnya ilmu keperawatan adalah mother
Pelaksana instinc atau dunia keperawatan identik dengan
Total
Bur
Baik
uk wanita atau ibu.
n % n % n % Sebagian besar perawat pelaksana
Metode Penerapan berpendidikan D3 keperawatan yaitu 25 orang
Pemberia Metode
17 44,7 6 15,8 23 60,5
(65,8%). Menurut Sari Madonni (2015) sesuai
n Asuhan Tim dengan hasil penelitiannya bahwa mayoritas
Keperaw Optimal
atan Tim Penerapan perawat rawat inap berpendidikan D3
Metode keperawatan. Perawat yang pendidikannya
Tim 5 13,2 10 26,3 15 39,5 berbeda-beda memilki tingkat kemampuan dan
Kurang
Optimal pengetahuan yang berbeda. Latar belakang
22 57,9 16 42,1 38
100, pendidikan seseorang akan mempengaruhi
0 pengetahuan, cara pandang dan sikapnya
Signifikan (ρ) = 0,020 dalam bekerja. Menurut Rusmianingsih
Sumber : Data Primer, 2016 (2012), perawat dengan tingkat pendidikan
yang berbeda mempunyai peluang untuk
Hasil uji statistik chi-square diperoleh
mempunyai kepuasan kerja yang berbeda pula
nilai ρ = 0,020. Hal ini berarti bahwa nilai ρ
karena semakin tinggi tingkat pendidikan
lebih kecil dari α (ρ = 0,020 < α = 0,05), maka
maka kemampuan kognitif dan keterampilan
dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0
akan semakin meningkat sesuai dengan
ditolak dan Ha diterima atau terdapat
kompetensinya sehingga peluang dan
hubungan yang antara penerapan metode tim
kesempatan untuk mendapatkan posisi dan
dengan kinerja perawat pelaksana di Irina C1
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

promosi yang lebih baik akan semakin memiliki kinerja yang baik yaitu 22 perawat
meningkat pula. (57,9%) dan sebanyak 16 perawat (42,1%)
Rata-rata masa kerja perawat adalah > 5 dengan kategori kinerja yang buruk. Dari
tahun yaitu 24 orang (63,2%). Menurut gambaran persentase kinerja tersebut dapat
Nursalam (2012), semakin banyak masa kerja disimpulkan bahwa sebagian besar perawat
perawat maka semakin banyak pengalaman rawat inap mempunyai kinerja yang baik.
perawat tersebut dalam memberikan asuhan Akan tetapi dari sekian banyak yang memiliki
keperawatan yang sesuai dengan standar atau kinerja yang baik, masih ada perawat dengan
prosedur tetap yang berlaku. Menurut asumsi kinerja yang buruk. Kondisi demikian perlu
peneliti, lama kerja > 5 tahun yang dimiliki ditelusuri faktor-faktor yang berhubungan
oleh lebih dari setengah jumlah seluruh dengan kinerja sehingga yang diharapkan dari
perawat dapat menjadi modal dasar bagi hasil penilaian kinerja perawat adalah adanya
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas perbaikan atau peningkatan motivasi kerja dari
pelayanan keperawatan. seluruh tenaga perawat, khususnya perawat
Sebagian besar perawat pelaksana pelaksana di Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R.
memiliki penerapan metode tim yang optimal D. Kandou Manado. Hal tersebut didukung
yaitu sebanyak 23 perawat (60,5%) dan dengan data yang diperoleh melalui
penerapan metode tim yang kurang optimal wawancara dengan salah satu kepala ruangan
sebanyak 15 perawat (39,5%). Hasil penelitian Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
ini sejalan dengan penelitian Rusmianingsih Manado berkinerja buruk disebabkan oleh
(2012) mengenai penerapan metode tim rendahnya tingkat efektivitas dan efesiensi
dimana penerapan metode tim perawat atau tingkat keberhasilan perawat dalam
pelaksana paling banyak ada dalam kategori melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
baik yaitu sebanyak 71,3% (57 perawat). Ada jawabnya. Hal ini karena tingkat kepatuhan
beberapa elemen yang penting yang dapat perawat secara prosedural masih dibawah
mempengaruhi penerapan metode tim menjadi standar dan renndahnya kepuasan kerja
optimal bahkan kurang optimal yaitu perawat. Tingkat kepatuhan perawat di ruang
kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
penugasan dan supervisi. Hasil yang Manado dipengaruhi oleh masa kerja, latar
didapatkan jika dilihat dari frekuensi tiap belakang pendidikan, fasilitas atau sarana dan
elemen berdasarkan kuesioner, didapatkan kejelasan prosedur. Dan rendahnya kepuasan
untuk elemen kepemiminan, koordinasi, dan kerja perawat di ruang Irina C1-C4 RSUP
komunikasi sebagian besar pada kategori Prof. Dr. R. D. Kandou Manado disebabkan
belum optimal. Ketiga elemen inilah yang oleh ketidaksesuaian antara harapan dan
mempengaruhi masih adanya penerapan kenyataan terhadap penghargaan yang
metode tim yang belum optimal. Hasil diterima. Hal ini terbukti dengan banyaknya
penelitian ini juga didukung oleh pendapat keluhan perawat yang diterima oleh
Sitorus (2006) yang mengatakan bahwa manajemen terutama dalam hal penghargaan.
anggota tim harus menghargai kepemimpinan Selama ini penghargaan yang diterima oleh
ketua tim karena ketua tim membantu perawat di Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. R. D.
anggotanya untuk memahami dan melakukan Kandou Manado hanya sebatas penghargaan
tugas sesuai dengan kemampuan mereka. materi berupa gaji dan insentif. Secara umum
Menurut asumsi peneliti penerapan metode tim dapat dikatakan kinerja merupakan ukuran
yang optimal akan tercapai apabila semua keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
anggota tim saling bekerjasama, menghargai, tujuan. Namun keberhasilan suatu organisasi
menghormati setiap pemimpin dan melakukan tidak terlepas dari pengaruh struktural
komunikasi serta koordinasi yang baik antar organisasi yang tepat, pembagian wewenang
sesama anggota tim. dan tanggung jawab yang jelas dari para
Berdasarkan analisis univariat pelaku atau faktor yang berkecimpung dalam
menunjukan bahwa perawat pelaksana yang organisasi tersebut. Tanggung jawab akan
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

tugas berkaitan dengan disiplin dan inisiatif DAFTAR PUSTAKA


para pekerja, hal ini akan mencerminkan Agus Kuntoro. (2010). Buku Ajar Manajemen
kreativitas yang bernuansa daya dorong Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
(motivasi) dalam mencapai tujuan organisasi
yang lebih baik. Andina Primitasari. (2016). Faktor-Faktor
Kinerja buruk dapat disebabkan karena Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat
adanya unsur dari dalam dan luar diri tenaga Dalam Pelayanan Keperawatan Di
perawat yang mempengaruhi psikologis Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
sehingga menurunkan semangat kerja dalam Tahun 2015. Diunduh tanggal 6 Desember
rangka pemenuhan pelayanan keperawatan di 2106.
rumah sakit. Unsur dalam diri individu ini
mencakup pengetahuan, kepercayaan dan Boedhi, L. (2014). Metode Perencanaan dan
kenyamanan. Sedangkan unsur di luar diri Perancangan Arsitektur. Jakarta : Griya
individu mencakup hubungan interpersonal Kreasi.
dengan rekan kerja, adanya konflik internal
organisasi dan kurangnya dukungan dari Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan
rumah sakit untuk perawat dapat Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba
dengan baik. Unsur dalam diri individu Medika.
ditambah dengan adanya hasil penerapan
keterampilan dan pertimbangan yang efektif Sari Madoni. (2015). Hubungan Penerapan
dalam memberikan pelayanan keperawatan Metode Tim Dengan Rencana Asuhan
dapat meningkatkan kompetensi perawat Keperawatan Pasien Diruang Rawat
sehingga dapat mempengaruhi kinerja Inap. Di unduh tanggal 7 Desember 2016.
perawat. Menurut Soeprihanto dalam Ma’wah
(2015) bahwa kinerja perawat merupakan Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik
serangkaian kegiatan perawat yang memiliki Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.
kompetensi yang dapat digunakan dan Yogyakarta : Graha Ilmu.
ditunjukkan dari hasil penerapan pengetahuan,
keterampilan dan pertimbangan yang efektif Sitorus, R. (2006). Model Praktik
dalam memberikan pelayanan keperawatan. Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:
Menurut asumsi peneliti, dengan kinerja yang Penataan Struktur & Proses (Sistem)
baik, perawat di Irina C1-C4 RSUP Prof. Dr. Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
R. D. Kandou Manado dapat mengerjakan Rawat. Jakarta : EGC.
tugas dan kewajibannya dengan baik sehingga
sesuai dengan harapan pasien/klien maupun Miftakhul Ma’wah. (2010). Faktor-Faktor
institusi. yang Berhubungan dengan Kinerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
SIMPULAN Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan hasil penelitian yang Tahun 2015. Skripsi Mahasiswa
dilakukan peneliti di Irina C1 sampai C4 Universitas Islam Negeri Syarif
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado maka Hidayahtullah Jakarta. Di unduh tanggal
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, 26 September 2016.
Penerapan metode tim ada pada kategori Musta’an Nuning. (2012). Faktor-Faktor
penerapan metode tim yang optimal, Kinerja Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
perawat pelaksana ada pada kategori kinerja Perawat Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
perawat pelaksana baik. Terdapat hubungan Surakarta. Di unduh tanggal 6 Desember
antara penerapan metode tim dengan kinerja 2106.
perawat pelaksana di Irina C1 sampai C4
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
e-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

Nining Rusmianingsih. (2012). Hubungan


Penerapan Metoda Pemberian Asuhan
Keperawatan Tim dengan Kepuasan
Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang. Tesis Mahasiswa Universitas
Indonesia. Di unduh tanggal 26 September
2016.

Widya N Widodo. (2016). Hubungan Peran


Ketua Tim dengan Kinerja Perawat
Pelaksana dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan di Irina F RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Di
unduh tanggal 26 September 2016.

You might also like