You are on page 1of 12

Buletin AgroBio 4(1):13-23

3. Cara penyajian hidangan ubi


Usahatani Ubi Jalar sebagai Bahan jalar mudah, praktis dan sangat

Pangan Alternatif dan Diversifikasi beragam, serta serasi (compa-


tible) dengan makanan lain

Sumber Karbohidrat yang dihidangkan.


4. Harga per unit-hidang murah
dan bahan mudah diperoleh di
Nani Zuraida dan Yati Supriati pasar lokal.
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor
5. Dapat berfungsi dengan baik se-
ABSTRACT bagai substitusi dan suplemen-
Sweet Potato Farming as Sources for Food Alternative and Carbohydrate Diversification. tasi makanan sumber karbohi-
Nani Zuraida and Yati Supriati. Food diversification is an urgent issue and its successful drat tradisional nasi beras.
application is very much expected to support the government program to fulfill the increasing
national food due to the fast growth of people population. The lack of watershed supply due to
6. Bukan jenis makanan baru dan
the global climate and environmental changes had also called for the needs of food telah dikenal secara turun temu-
diversification. Sweet potato is an important crop, particularly as a carbohydrate source. The run oleh masyarakat Indonesia.
crop is easy to cultivate and its product is relatively cheap as an alternative food source beside
rice. It can be grown on both dry land and irrigated land during the dry season. Besides, the 7. Rasa dan teksturnya sangat be-
crop also contained higher vitamins (A and C), and mineral (Ca) than rice. Sweet potato ragam, sehingga dapat dipilih
consumption pattern by people is still limited to alternative food or supplement traditional food.
The sweet potato consumption per capita by the people is also relatively limited. This was due
yang paling sesuai dengan
to the fact that food diversity is lacking, since sweet potato utilization as raw materials in food selera konsumen.
processing industry is not developed yet. In the other hand, yield of sweet potato can be
8. Mengandung vitamin dan mine-
significantly increased, from 9 t/ha to 15-20 t/ha, by growing on irrigated land in the dry season.
The utilization of sweet potato as competitive carbohydrate source in food need to be promoted ral yang cukup tinggi sehingga
further. layak dinilai sebagai golongan
Key words: Sweet potato farming, food diversification, source of carbohydrate bahan pangan sehat.
Kelemahan yang sering dike-

D iversifikasi pangan sumber pro-


tein, mineral, dan vitamin telah
berhasil dilakukan dengan terkon-
perubahan terdorong oleh
pergeseran status sosial dan status
bahan pangan yang menuju
mukakan adalah rasa kurang nya-
man di perut bagi pemakan ubi ja-
lar yang belum terbiasa dan timbul-
sumsinya berbagai bahan pangan kepada pemilihan bahan pangan nya gas dalam perut. Namun bagi
yang mengandung zat-zat tersebut. beras. Ke-adaan yang demikian yang telah terbiasa mengkonsumsi
Namun diversifikasi pangan mengakibat-kan bertambahnya ubi jalar, rasa tersebut tidak
sumber karbohidrat, yang permintaan ter-hadap beras dan ditemu-kan. Pandangan
merupakan bagi-an terbesar menurunnya per-mintaan dan masyarakat bahwa ubi jalar identik
pangan yang dikonsum-si konsumsi bahan pa-ngan dengan makanan masyarakat
masyarakat Indonesia, masih su- karbohidrat alternatif seperti miskin juga mengaki-batkan ubi
kar dilaksanakan. Pola pangan se- jagung, ubi jalar, sagu, ubi kayu, jalar kurang populer pa-da
bagian masyarakat tergolong tradi- kentang, dan lain-lain. masyarakat golongan menengah ke
sional dan terkesan ortodoks, yaitu Di antara bahan pangan sum- atas. Namun anggapan ini tidak
melestarikan cara makan dan jenis ber karbohidrat, ubi jalar memiliki benar, karena di Jepang, Eropa,
makanan yang diwariskan oleh ne- keunggulan dan keuntungan yang dan Amerika Serikat, ubi jalar
nek moyang dan leluhurnya. sangat tinggi bagi masyarakat Indo- mempu-nyai status pangan yang
Masya-rakat yang biasa makan nasi nesia, berkaitan dengan hal-hal se- tinggi, di atas bahan pangan
tidak merasa kenyang sebelum bagai berikut: kentang.
makan nasi sebagai sumber 1. Ubi jalar mudah diproduksi Oleh karena sifat-sifat yang po-
karbohidrat. Masyarakat yang biasa pada berbagai lahan dengan sitif tersebut, ubi jalar dinilai sangat
makan ja-gung, ubi kayu, sagu, produkti-vitas antara 20-40 t/ha sesuai untuk mendukung program
atau ubi jalar, secara psikologis dan umbi segar. diversifikasi pangan menuju swa-
kultural sebe-narnya masih sembada pangan di abad XXI. Da-
menikmati dan ingin meneruskan 2. Kandungan kalori per 100 g cu-
kup tinggi, yaitu 123 kal dan da- lam jangka pendek, ubi jalar juga
mengkonsumsi jenis makanan sesuai untuk mengatasi
tersebut, namun meng-alami pat memberikan rasa kenyang
dalam jumlah yang relatif sedi- kekurangan beras melalui program
kit. jaring peng-aman sosial (JPS),
Hak Cipta  2001, Balitbio
14 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 1

karena komodi-tas ini dapat vitamin dan mineral, kadar karotin produktivitas tanaman yang me-
diproduksi dalam waktu 3-4 bulan. pada ubi jalar sebagai bahan utama nunjukkan adanya penyerapan tek-
pembentukan vitamin A setaraf de- nologi budi daya oleh petani ubi
ngan karotin pada wortel (Daucus jalar.
carota). Kandungan Vitamin A yang Di sentra produksi seperti Blitar,
STATUS DAN PERANAN UBI JALAR tinggi dicirikan oleh umbi yang ber- Mojokerto, dan Magetan (Jawa Ti-
warna kuning kemerah-merahan. mur), Karanganyar (Jawa Tengah),
Nilai Gizi dan Produktivitas Kadar vitamin C yang terdapat di dan Kuningan (Jawa Barat), pro-
Ubi jalar merupakan komoditas dalam umbinya memberikan peran duktivitas ubi jalar dapat mencapai
sumber karbohidrat utama, setelah yang tidak sedikit bagi penyediaan 25-30 t/ha, karena cara budidaya-
padi, jagung, dan ubi kayu, dan dan kecukupan gizi dan dapat di- nya sudah intensif. Penurunan luas
mempunyai peranan penting jangkau oleh masyarakat di panen ubi jalar antara lain disebab-
dalam penyediaan bahan pangan, pedesa-an (Tabel 1). kan adanya perbaikan irigasi dan
bahan baku industri maupun pakan Luas areal ubi jalar di Indonesia persaingan dengan komoditas lain
ter-nak. Ubi jalar dikonsumsi pada tahun 1997 adalah 195.436 ha yang mempunyai nilai ekonomi le-
sebagai makanan tambahan atau dengan produksi 1.847.492 t dan bih baik. Dengan tersedianya fasili-
samping-an, kecuali di Irian Jaya rata-rata hasil 9,5 t/ha (BPS, 1997). tas pengairan, pada musim kema-
dan Malu-ku, ubi jalar digunakan Penyebaran terluas terdapat di rau lahan sawah yang biasanya di-
sebagai ma-kanan pokok. Ubi jalar Pulau Jawa (35,5%); Sumatera tanami ubi jalar berubah ditanami
di kawasan dataran tinggi (23,7%); Maluku dan Irian Jaya padi. Klon-klon unggul seperti Daya
Jayawijaya merupa-kan sumber (15,2%); Bali, Nusa Tenggara dan (dilepas tahun 1977), Borobudur,
utama karbohidrat dan memenuhi Timor Timur (12,3%); Sulawesi dan Prambanan (dilepas tahun
hampir 90% kebutuhan kalori (8,9%); dan Kalimantan (4,4%) (Ta- 1982) yang dihasilkan oleh Balittan
penduduk (Wanamarta, 1981). bel 2). Adanya peningkatan Bogor tampaknya belum diadopsi
Menurut Lingga (1984), ubi jalar produk-si padi nasional melalui petani secara luas karena kandung-
dapat dimanfaatkan sebagai intensifikasi maupun ekstensifikasi, an air dari umbinya tinggi, sehingga
pengganti makanan pokok karena luas areal panen ubi jalar menjadi kualitas rebus kurang baik, meski-
merupakan sumber kalori yang efi- berkurang, terlihat dari pun daya hasil dan kandungan β-
sien. Selain itu, ubi jalar juga me- perkembangan ubi jalar pada karotennya tinggi. Klon tersebut di-
ngandung vitamin A dalam jumlah tahun 1993 sampai dengan tahun tanam sebagai bahan rujak atau in-
yang cukup, asam askorbat, tianin, 1997 yang memperlihatkan adanya
dustri saos. Klon unggul Mendut
riboflavin, niasin, fosfor, besi, dan penurunan luas areal ta-nam.
(di-lepas tahun 1989) yang
kalsium. Di samping sumbangan Namun terdapat kenaikan
mempunyai hasil tinggi kurang
disukai untuk konsumsi, tetapi
Tabel 1. Kandungan gizi dan kalori ubi jalar dibandingkan dengan beras, ubi kayu, dan jagung dibudidayakan un-tuk industri saus
per 100 g bahan
(Widodo dan Sumarno, 1991).
Kalori Karbohidrat Protein Lemak Vitamin A Vitamin C Ca Petani dan konsu-men pada
Bahan
(kal) (g) (g) (g) (SI) (mg) (mg) umumnya lebih menyu-kai varietas
Ubi jalar (merah) 123 27,9 1,8 0,7 7000 22 30 yang mempunyai teks-tur kering.
Beras 360 78,9 6,8 0,7 0 0 6
Ubi kayu 146 34,7 1,2 0,3 0 30 33 Preferensi Petani dan Konsumen
Jagung (kuning) 361 72,4 8,7 4,5 350 0 9
Sumber: Harnowo et al. (1994) Varietas yang ditanam oleh
petani berbeda bagi masing-
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi jalar di Indonesia tahun 1997 masing wilayah sentra produksi.
Varietas lokal yang sudah
Luas panen Produksi Produktivitas
Wilayah
(ha) (t) (t/ha) beradaptasi pada masing-masing
daerah produksi dan mempunyai
Sumatera 46.405 407.884 8,8
Jawa 69.461 757.829 10,9
karakteristik mutu spesifik lokasi
Bali, Nusa Tenggara, dan Timor Timur 23.977 200.062 8,3 sukar digantikan oleh varietas
Kalimantan 8.603 70.190 8,2 unggul anjuran, karena ada
Sulawesi 17.333 140.648 8,1 keterkaitan dengan permintaan pa-
Maluku dan Irian Jaya 29.657 270.879 9,1
Indonesia 195.436 1.847.492 9,5 sar terhadap mutu spesifik (Man-
Sumber: BPS (1997)
wan dan Dimyati, 1989). Di wilayah
2001 N. ZURAIDA DAN Y. SUPRIATI: Usahatani Ubi Jalar 15

sentra produksi ubi jalar di Jawa, Umbi yang mengandung amilosa dungan nutrisi yang lebih baik di-
petani menanam satu atau dua tinggi (>20%) relatif akan lebih bandingkan dengan umbinya. Da-
varietas populer dalam areal yang menyerap air dan mengembang lam 100 g daun ubi jalar mengan-
luas dan beberapa varietas lainnya membentuk sifat mempur. dung β-karoten, riboflavin, ascorbic
yang kurang populer tetapi daya Sebaliknya untuk ubi jalar dengan acid, Ca, Fe, Cu, dan oxalat masing-
ha-silnya tinggi. Hasil penelitian kadar amilosa rendah (<15%) masing sebesar 3,0; 1-7; 0,35; 55
Malian et al. (1992) di Pulau Jawa mempunyai sifat kurang menyerap (20-136); 183; 3,0; 0,5; dan 0,37 mg
menun-jukkan bahwa preferensi air, lebih kenyal dan tidak mempur. (Woolfe, 1989). Pengguna pucuk
konsumen terhadap ubi jalar Konsumen di Jawa Timur lebih ubi jalar sebagai sayuran, antara la-
ditentukan oleh warna kulit, warna menyukai umbi yang bertekstur in di Filipina, Indonesia, Muangthai,
umbi, dan ting-kat kemanisan. Ubi pulen, tidak lembek, dan agak dan Malaysia (Villareal et al., 1979).
jalar yang ba-nyak dipilih oleh manis. Varietas Sinyonya dan Penggunaan ubi jalar di Indone-
konsumen adalah yang memiliki Kamplong Putih yang banyak di- sia, masih terbatas untuk bahan pa-
kulit dan umbi ber-warna putih, tanam di Blitar memiliki sifat-sifat ngan tambahan. Dari survei AVRDC
serta rasa manis. Ber-bagai varietas tersebut.
(1983) dilaporkan bahwa 90% pro-
yang memiliki karak-teristik
Manfaat Ubi Jalar dalam duksi ubi jalar di Indonesia diguna-
demikian, di samping varie-tas
Diversifikasi Pangan kan untuk bahan pangan dan 10%
lokal Lampeneng dan Jitok asal
untuk bahan pakan. Di negara yang
Kabupaten Kuningan, adalah varie- Ubi jalar merupakan tanaman industrinya telah maju seperti
tas SQ asal Puerto Rico yang ba- pangan yang berpotensi sebagai Jepang, Taiwan, dan RRC, ubi jalar
nyak ditanam di Kabupaten Bogor pengganti beras dalam program di- diolah menjadi tepung dan pati.
(Jawa Barat), varietas lokal Bestak versifikasi pangan karena efisien Kadar pati dan gula pereduksi ubi
di Kabupaten Magetan (Jawa dalam menghasilkan energi, vita- jalar adalah 8-29% dan 0,5-2,5%. Ka-
Timur) dan di Kabupaten Karang- min, dan mineral, berdasarkan pro- rena kandungan pati dan gula pere-
anyar (Jawa Tengah), serta varietas duktivitas per hektar per hari diban- duksi cukup tinggi, maka ubi jalar
lokal Mangkokan (Kabupaten Ka- dingkan dengan tanaman pangan dapat digunakan sebagai bahan ba-
ranganyar). Menurut Dimyati et al. lainnya. Dari segi nutrisi, ubi jalar ku pembuatan sirup (Kay, 1973).
(1991) secara keseluruhan ubi jalar merupakan sumber energi yang Sedangkan menurut Winarno
yang bertekstur kering dengan war- baik, mengandung sedikit protein, (1982) kira-kira setengah dari pro-
na daging umbi putih kekuningan vitamin, dan mineral berkualitas duksi ubi jalar di Jepang digunakan
atau yang mengandung warna tinggi (Horton et al., 1989). Di sam-
ungu adalah paling disukai untuk pembuatan pati yang diman-
ping itu, ubi jalar rebus merupakan faatkan oleh industri tekstil, kosme-
konsumen dan petani. Umbi warna sumber gizi yang cukup baik, yaitu
jingga atau merah muda tetap tik, kertas, dan sirup glukosa. Di
thiamin (0,09 mg), riboflavin (0,06 Cina, ubi jalar diolah menjadi te-
memiliki pangsa pasar yang cukup
mg), niacin (0,6 mg), K (243 mg), P pung yang banyak dimanfaatkan
berarti, bahkan pada periode
(47 mg), Fe (0,7 mg), dan Ca (32 untuk industri makanan.
tertentu, misalnya pa-da bulan
mg) dibandingkan dengan gizi yang
puasa, umbi dengan warna jingga Sebagai sumber karbohidrat,
terkandung di dalam nasi (Tabel 3).
yang lebih manis dan lembek, lebih ubi jalar memiliki peluang sebagai
Selain umbinya, daun muda ubi ja-
disukai. Sedangkan Damardjati dan substitusi bahan pangan utama, se-
lar dapat dimakan sebagai sayuran.
Widowati et al. (1994) hingga bila diterapkan mempunyai
Menurut Onwueme (1978), daun
menyebutkan bahwa ubi ja-lar peran penting dalam upaya peng-
muda ubi jalar mempunyai kan-
yang dikehendaki konsumen di- anekaragaman pangan dan dapat
tentukan oleh warna kulit, warna
umbi, rasa, dan kemempuran umbi Tabel 3. Kandungan gizi mineral ubi jalar rebus dibandingkan
setelah direbus. Namun preferensi dengan nasi
konsumen ini bersifat spesifik, se- Mineral Ubi jalar (mg/100 g) Nasi (mg/100 g)
perti di daerah Jawa Tengah, kon-
Thiamin 0,09 0,02
sumen menyukai ubi jalar yang Riboflavin 0,06 0,01
ber-sifat masir (mempur), warna Niacin 0,60 0,04
da-ging kuning keungu-unguan dan K 243 28
P 47 28
ra-sa manis, sebaliknya konsumen Fe 0,70 0,20
di Sumatera Barat memilih umbi Ca 32 10
ber-warna kuning sampai jingga. Sumber: Horton et al. (1989)
16 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 1

mengurangi konsumsi beras. Pada jalar per kapita di Indonesia (tahun diproses menjadi aneka ragam
saat krisis pangan akibat kegagalan 1990-1995) disajikan pada Tabel 4. produk yang mampu mendorong
panen maupun krisis ekonomi, be- Provinsi yang penyediaan pengembangan agro-industri
ras menjadi barang langka dan ma- beras-nya masih kurang, seperti dalam diversifikasi pangan.
hal karena harganya melonjak ting- Riau, Sumatera Selatan, Nusa Alternatif produk yang dapat di-
gi, sehingga tidak terjangkau oleh Tenggara Timur, Kalimantan Barat, kembangkan dari ubi jalar (Damar-
masyarakat miskin. Sementara itu, Kaliman-tan Tengah, Kalimantan djati dan Widowati, 1994) ada
kebutuhan pangan tidak bisa ditun- Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi empat kelompok, yaitu (1) produk
da, maka masyarakat baik di pede- Tenggara, kecuali Maluku dan Irian olahan dari ubi jalar segar, contoh-
saan maupun di perkotaan memer- Jaya, pro-duksi ubi jalar juga nya ubi rebus, ubi goreng, obi,
lukan alternatif pangan nonberas. rendah. Apabila produksi ubi jalar timus, kolak, nogosari, getuk, dan
Ubi jalar sebagai makanan tambah- dapat ditingkat-kan, suplai ke pie, (2) produk ubi jalar siap
an maupun makanan selingan, se- provinsi yang memer-lukan santap, seperti keremes, saos,
lain cocok dengan selera masyara- memungkinkan untuk dilaku-kan. selai, hasil substitusi dengan
kat, harganya jauh lebih murah di- tepung seperti biskuit, kue dan roti,
Dalam pengembangan program
bandingkan dengan harga beras. bentuk olahan dengan buah-
diversifikasi pangan untuk mendu-
Meskipun konsumsi beras tidak se- buahan, seperti ma-nisan dan
kung pelestarian swasembada pa-
muanya dapat disubstitusi oleh ubi asinan. Bentuk manisan ubi jalar
ngan, ubi jalar merupakan salah sa-
jalar, namun dalam saat krisis pa- secara komersial berkem-bang di
tu komoditas pangan yang mempu-
ngan pemanfaatan ubi jalar sebagai Filipina disebut Delicous SP, (3)
nyai keunggulan sebagai
alternatif sumber karbohidrat untuk produk ubi jalar siap masak,
penunjang program tersebut
mengatasi kelangkaan pangan sa- umumnya berbentuk produk instan
(Damardjati dan Widowati, 1994).
ngat kompetitif dibandingkan de- Ubi jalar mempu-nyai potensi yang seperti sarapan chips, mie atau bi-
ngan bahan pangan lainnya. Rata- cukup besar un-tuk ditingkatkan hun. Produk ini belum cukup dike-
rata ketersediaan beras dan ubi produksinya dan umbinya dapat nal di Indonesia, tetapi cukup
popu-ler di Cina dan Korea, terbuat
Tabel 4. Rata-rata ketersediaan beras dan ubi jalar per kapita di dari pati ubi jalar, dan (4) produk
Indonesia tahun 1990-1995 ubi ja-lar bahan baku, bentuk
produk ini umumnya bersifat
Provinsi Rata-rata ketersediaan per kapita
kering, merupa-kan produk
Beras (kg/th) Ubi jalar (kg/th)
setengah jadi untuk ba-han baku,
Daerah Istimewa Aceh 216 8,63 awet dan tahan disimpan lama,
Sumatera Utara 158 13
Sumatera Barat 255 8
antara lain adalah irisan ubi kering
Riau 62 5 (gaplek), tepung, dan pati. Selain
Jambi 138 11 itu, ubi jalar juga menjadi
Sumatera Selatan 110 6
campuran utama pembuatan saos
Bengkulu 139 56
Lampung 127 7 tomat, jam, dan sambal.
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2 1
Jawa Barat 167 12 Penggunaan Tepung Ubi Jalar
Jawa Tengah 166 8 untuk Berbagai Industri Makanan
Daerah Istimewa Yogyakarta 115 3
Jawa Timur 143 7 Dalam penganekaragaman je-
Bali 181 34
Nusa Tenggara Barat 200 14 nis makanan, ubi jalar merupakan
Nusa Tenggara Timur 46 27 bahan yang baik karena mengan-
Timor Timur 39 17 dung karbohidrat tinggi dan sum-
Kalimantan Barat 99 5
Kalimantan Tengah 93 7 ber vitamin A terutama pada varie-
Kalimantan Selatan 232 6 tas yang mempunyai warna umbi
Kalimantan Timur 43 12 kuning kemerah-merahan (Brad-
Sulawesi Utara 83 15
Sulawesi Tengah 147 18 bury dan Holloway, 1988).
Sulawesi Selatan 284 10 Penggunaan ubi jalar yang ma-
Sulawesi Tenggara 79 13
Maluku 4 29
sih terbatas pada pengolahan ubi
Irian Jaya 10 90 segar menjadi penganan secara
Indonesia 124 16 tra-disional perlu diusahakan
Sumber: BPS (1994; 1997) menjadi suatu produk untuk bahan
2001 N. ZURAIDA DAN Y. SUPRIATI: Usahatani Ubi Jalar 17

baku da-lam industri makanan. yang lebih rendah dan kan-dungan lebih rendah daripada tepung
Tepung ubi jalar merupakan abu lebih tinggi daripada te-pung terigu, te-tapi mempunyai kadar
produk ubi jalar setengah jadi yang jagung (Tabel 5). Makin tinggi abu dan se-rat lebih tinggi serta
dapat digunakan sebagai bahan kandungan abu, warna tepung men- kandungan kar-bohidrat hampir
baku dalam industri makanan dan jadi gelap. Tepung dengan setara (Tabel 6). Kadar serat yang
juga mempunyai da-ya simpan kandung-an lemak tinggi lebih lebih tinggi pada tepung ubi jalar
yang lebih lama. Tepung ubi jalar cepat meng-alami kerusakan. menyebabkan war-na tepung tidak
dibuat dari sawut atau chip kering Pembuatan kue kering dan cake putih. Nilai kalori pada tepung ubi
dengan cara digiling dan di-ayak. dari campuran te-pung ubi jalar, jalar lebih rendah daripada tepung
Widowati et al. (1994) mela-porkan jagung, dan kacang tunggak terigu. Ternyata campuran 50%
bahwa tepung ubi jalar da-pat dengan perlakuan tujuh macam tepung ubi jalar dan 50% tepung
digunakan untuk mensubstitusi formula campuran dengan satu terigu dianjurkan untuk pembuatan
tepung beras sampai dengan 20% formula tepung terigu 100% se- cake karena lebih disu-kai, rasa
dalam pembuatan bihun. Bihun bagai pembanding, tepung enak, warna menarik, dan
yang terbuat dari berbagai formula campur-an dengan komposisi 50% mempunyai tingkat kemanisan se-
tepung ubi jalar, jagung, dan beras tepung ubi jalar + 30% tepung dang. Penggunaan tepung ubi jalar
mengandung protein (6,44-8,63%) jagung + 20% tepung kacang dalam pembuatan kue dapat me-
dan abu (0,6-1,97%) lebih tinggi tunggak terpilih menghasilkan nurunkan impor tepung terigu, me-
dan air (8,2-10,8%) lebih rendah olahan terbaik (Antar-lina, 1994). nurunkan penggunaan gula, dan
dari persyaratan SII bihun (5% Pada komposisi terse-but meningkatkan nilai ubi jalar.
protein, 0,5% abu, dan maksimal kandungan protein meningkat
13% air). Penambahan tepung ubi sebesar 6,76% basis kering (bk), TEKNIK BUDI DAYA PETANI
jalar da-lam pembuatan bihun yaitu dari 3,11% menjadi 9,87% bk. Sistem Budi Daya
sedikit me-nurunkan preferensi Rasa kue kering dari tepung cam-
konsumen ka-rena warna produk puran tersebut cukup enak dan ti- Di Jawa dan beberapa sentra
kurang cerah, walaupun tekstur dak berbeda dengan kue kering asal produksi, ubi jalar umumnya dita-
dan aroma tidak berubah secara terigu, sedangkan rasa cake dinilai nam di lahan sawah irigasi dan
nyata. sedikit di bawah cake dari terigu. nonirigasi pada musim kemarau
se-telah panen padi dan lahan
Pemanfaatan tepung ubi jalar Penelitian Antarlina (1998)
tegalan. Penanaman ubi jalar di
sebagai pensubstitusi tepung terigu memperlihatkan kandungan gizi te-
lahan tegal-an umumnya dilakukan
untuk bahan baku kue diharapkan pung ubi jalar dibandingkan
dapat mengurangi penggunaan te- pada awal atau pertengahan
dengan tepung terigu pada kadar
pung terigu, sehingga impor tepung musim hujan. Ubi jalar dipanen
air 7% menunjukkan bahwa kadar
terigu dapat dikurangi dan juga da- pada umur 4 bulan di dataran
protein dan lemak tepung ubi jalar
pat meningkatkan nilai tambah ubi
jalar. Tepung ubi jalar dapat Tabel 5. Kandungan gizi dan abu tepung ubi jalar, jagung, dan kacang tunggak
diguna-kan sebagai bahan
pembuatan kue, misalnya kue Kandungan Tepung ubi jalar Tepung jagung Tepung kacang tunggak
kering, kue lapis, dan cake Karbohidrat (%) 94,07 74,27 58,99
(Antarlina, 1998). Menurut pe- Protein (%) 3,11 16,04 27,35
Lemak (%) 0,58 4,28 1,45
nelitian Antarlina (1994) tepung ubi Abu (%) 3,22 1,32 4,14
jalar mempunyai kadar protein yang
Sumber: Antarlina (1994)
rendah (3,11%). Untuk meningkat-
kan kadar protein tepung ubi jalar Tabel 6. Kandungan gizi tepung ubi jalar dibandingkan dengan
dalam pembuatan kue, perlu sub- tepung terigu
stitusi dengan tepung yang
Tepung ubi jalar
mempu-nyai kadar protein lebih Kandungan gizi
(varietas Lapis 30)
Tepung terigu
tinggi, se-perti tepung kacang
tunggak dan te-pung jagung. Air (%) 7,00 7,00
Protein (%) 5,12 13,13
Tepung ubi jalar mempunyai Lemak (%) 0,50 1,29
kandungan karbohidrat paling Abu (%) 2,13 0,54
tinggi dibandingkan dengan tepung Karbohidrat (%) 85,26 85,04
Serat (%) 1,95 0,62
kacang tunggak dan jagung tetapi Kalori (cal/100 g) 366,89 375,79
mempunyai kandungan le-mak
Sumber: Antarlina (1998)
18 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 1

rendah dan 6 bulan di da-taran Sistem budi daya ubi jalar yang umumnya sering dilakukan petani.
tinggi. digunakan petani pada umumnya Hasil percobaan memperlihatkan
Di Irian Jaya, penanaman ubi belum menerapkan teknik budi da- bahwa pembalikan batang tanam-
jalar di dataran rendah dan dataran ya yang memadai, sehingga pro- an justru dapat menurunkan hasil
tinggi. Menurut Pospisil (1963), sis- duktivitas ubi jalar di tingkat petani 9-21% (Tabel 7). Pembalikan
tem budi daya ubi jalar yang masih sangat rendah, yaitu sebesar batang hanya dianjurkan untuk
banyak dilakukan di daerah 9,5 t/ha (BPS, 1997). Rendahnya ha- kondisi yang mendorong perakaran
pegunungan di wilayah kabupaten sil di tingkat petani, antara lain banyak saja.
Paniai (sebelah barat Kabupaten dise-babkan oleh penggunaan
varietas lokal, kualitas stek, Pemupukan
Jayawijaya) ada-lah (1)
perladangan berpindah se-cara pembalikan batang, pemupukan, Dalam budi daya ubi jalar, peta-
ekstensif, (2) perladangan ber- tumpangsari, dan hama. ni sering tidak memperhatikan pe-
pindah secara intensif, dan (3) mupukan, sedangkan tanaman ubi-
Penggunaan Varietas Lokal
pembuatan kebun menetap yang ubian mengambil unsur hara dari
intensif. Perladangan berpindah Petani biasanya menggunakan dalam tanah relatif besar. Pada
yang ekstensif banyak dilakukan di varietas lokal yang umumnya umumnya dosis pupuk lebih ren-
lereng gunung. Perladangan mem-punyai daya hasil rendah. dah dari yang dianjurkan, bahkan
berpin-dah yang intensif dan Apabila petani menggunakan pemupukan sering diberikan
pembuatan kebun menetap varietas hasil penelitian, maka secara tidak langsung (sisa
banyak dilakukan di dasar lembah. produktivitas dapat ditingkatkan pemupukan ta-naman
Sistem kebun me-netap ini disebut sebesar 57,3-168,9% (Zuraida dan sebelumnya). Hal ini menja-di
sistem berdamai (penanaman Dimyati, 1992). penyebab produktivitas rendah.
pada tanah yang telah diolah). Tanaman ubi jalar sangat tang-
Hasil umbi di wilayah pegu-nungan gap terhadap penambahan pupuk.
Jayawijaya mulai dapat di-panen Kualitas Stek Penambahan kalium sebesar 150
pada umur 8 bulan. Panen umbi kg KCl/ha pada varietas lokal dapat
secara bertahap menurut ke- Kualitas stek seperti bagian dan
panjang stek memegang peranan meningkatkan hasil sebesar 28,7%
butuhan setiap harinya. Umbi yang dan penambahan 150 kg KCl/ha pa-
telah besar dan kulit umbinya telah dalam produksi hasil umbi. Pada
umumnya sebagian petani mema- da sumber nitrogen urea 100 kg/ha
kusam saja yang dipetik. Umbi dan pada sumber nitrogen ZA 200
yang masih kecil dibiarkan menjadi kai stek yang kurang mempunyai
kualitas baik, sehingga produksinya kg/ha ternyata meningkatkan hasil
be-sar. Umbi yang telah besar secara nyata sebesar 67,7 dan
tetapi belum akan dipanen, rendah. Penanaman stek pucuk
menghasilkan produksi umbi 30% 23,8% (Basuki et al., 1987). Kalium
dipotong tangkai umbinya dan baru meningkatkan aktivitas fotosintesis
dipanen kalau umbi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
penanaman stek bagian tengah se- dan mempunyai pengaruh yang le-
bertunas. Pe-motongan tangkai bih besar terhadap proses pemben-
umbi dan mem-biarkannya tetap dangkan panjang stek 30 cm meng-
hasilkan produksi umbi 47% lebih tukan umbi daripada pertumbuhan
dalam tanah analog dengan batang dan daun. Pembentukan
memanen umbi dan tinggi dibandingkan dengan peng-
gunaan stek 20 cm (Basuki et al., umbi akan terhambat apabila tanah
menyimpannya dalam gudang kekurangan oksigen dan air tanah
(Soenarto, 1987). 1987).
terlalu tinggi (Soemarno, 1981), se-
Kebiasaan sebagian petani ubi Pembalikan Batang dangkan media tumbuh yang baik
jalar di Lembang, yaitu melakukan untuk ubi jalar adalah tanah ber-
pemangkasan tajuk tanaman seba- Pembalikan batang ubi jalar tekstur lempung atau lempung ber-
nyak 1-2 kali sebelum panen (pa-
nen umur lima bulan) ternyata ti- Tabel 7. Pengaruh interval pembalikan batang terhadap hasil ubi
dak menurunkan hasil (Dimyati jalar. KP Jambegede, MK 1985
dan Zuraida, 1992), hal ini memberi Interval pembalikan batang Hasil (t/ha) Indeks (%)
pe-tunjuk bahwa petani masih
dapat memperoleh hasil yang Tanpa pembalikan 23,02 100
Setiap 15 hari 18,36 79
cukup ting-gi di samping dapat Setiap 30 hari 20,23 87
memanfaatkan tajuk tanaman Setiap 45 hari 20,95 91
sebagai bahan pa-kan ternak sapi. Sumber: Basuki et al. (1987)
2001 N. ZURAIDA DAN Y. SUPRIATI: Usahatani Ubi Jalar 19

pasir dan drainase baik. dan 40,4% (Tabel 8). Hama dan Penyakit
Tumpangsari ubi jalar dengan Hama utama pada ubi jalar
Tumpangsari
tanaman pangan lain seperti ka- ada-lah lanas atau boleng yang
Petani sering melakukan tum- cang hijau, kedelai, kacang tanah, disebab-kan oleh Cylas formicarius.
pangsari ubi jalar dengan tanaman dan jagung, memperlihatkan ada- Hama ini dapat menyebabkan
lain yang lebih tinggi, biasanya tum- nya penurunan hasil ubi jalar, tetapi kerugian hasil secara kualitatif
pangsari dengan jagung. Hal ini di- kehilangan hasil ini tergantikan maupun kuantitatif. Dapat
duga merupakan salah satu penye- oleh hasil panen tanaman sela, menurunkan hasil 5-100% di
bab rendahnya produktivitas ubi ja- sehingga secara keseluruhan samping menurunkan kualitas
lar (Basuki et al., 1987). Tumpang- sistem tum-pangsari lebih umbi (bentuk dan rasa) se-hingga
sari ubi jalar dengan jagung dan ta- menguntungkan (Tabel 9). tidak diterima oleh konsu-men
naman lainnya seperti kacang Hasil penelitian Rahayuningsih (Bagyo et al., 1992). Serangan yang
hijau, kedelai, dan kacang tanah (1993) di Pakis (sebelah timur Ma- berat biasanya terjadi pada musim
dapat menurunkan produktivitas lang) memperlihatkan bahwa hasil kemarau apabila terjadi pe-
(Tabel 8 dan 9). ubi jalar (19 klon) yang ditumpang- nundaan panen. Penyakit utama
Ubi jalar umumnya ditanam se- sari dengan kacang tanah (varietas ubi jalar adalah kudis yang
cara monokultur, tetapi tidak jarang Gajah) menurun sebesar 45%, yaitu disebab-kan oleh Elsinoe batatas,
petani menerapkan sistem tum- 19,83 t/ha (monokultur) dan 10,90 yang me-nyebabkan keriting pada
pangsari ubi jalar, yaitu tumpangsa- t/ha (tumpangsari), sedangkan ka- daun, mengakibatkan tanaman
ri dengan jagung. Penanaman tum- cang tanah tidak menghasilkan biji. menjadi kerdil (Arene dan
pangsari ubi jalar dengan jagung Menurut Widodo (1992) dalam Nwankiti, 1978). Tanaman yang
banyak dilakukan oleh petani Jawa Rahayuningsih (1993) terserang, pertum-buhan vegetatif
Timur, khususnya daerah Malang, menyebutkan bahwa tumpangsari dan kegiatan asimi-lasinya sangat
Magetan, dan Kediri (Basuki et al., ubi jalar de-ngan kacang tanah di terganggu, dan pem-besaran umbi
1987). Hasil penelitian tumpangsari Blitar mem-perlihatkan klon Lapis terhambat, sehingga produksi umbi
ubi jalar dengan jagung yang 30 mengha-silkan 13,33 t/ha dan menjadi sangat ren-dah.
berbe-da kepadatannya kacang tanah 1,35 t/ha biji kering, Pengendalian melalui penggu-naan
memperlihatkan bahwa sedangkan pa-da penelitian varietas yang tahan terhadap
penanaman jagung pada gu-ludan Rahayuningsih (1993), klon Lapis penyakit ini adalah yang terbaik
ubi jalar dengan jarak 90, 60, dan 30 memberikan hasil 32,93 t/ha (AVRDC, 1983). Pengendalian Ha-
30 cm menurunkan hasil ubi jalar, (monokultur) dan 15,76 t/ha ma Terpadu (PHT) dan pengem-
masing-masing sebesar 23,6; 36; (tumpangsari). bangan dari PHT, yaitu Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman Ter-
Tabel 8. Hasil tiga varietas ubi jalar pada sistem monokultur dan tumpangsari dengan jagung padu (SL-PTT) merupakan
yang berbeda kepadatannya. KP Kendalpayak, MK 1987 kegiatan yang dinilai efektif dalam
Hasil (t/ha)
pengelo-laan perakitan teknologi
Jarak tanam jagung Rata-rata Penurunan
untuk ubi jalar.
TIS 1487 Ciceh Mentik hasil (t/ha) hasil (%)
Monokultur/ubi jalar (100 cm x 25 cm) 41,20 25,48 22,52 29,7 - Penggunaan, Harga, dan
100 cm x 120 cm 33,60 25,72 16,60 25,3 14,8 Pemasaran
100 cm x 90 cm 30,56 19,32 18,24 22,7 23,6
100 cm x 60 cm 27,36 15,60 14,20 19,0 36,0 Kebutuhan ubi jalar per tahun
100 cm x 30 cm 25,40 16,04 11,72 17,7 40,4
untuk konsumsi dalam negeri
Sumber: Basuki et al. (1987) relatif konstan dan peningkatannya
tidak terlalu tinggi. Jumlah
Tabel 9. Hasil dan nilai jual ubi jalar dalam sistem monokultur dan tumpangsari
dengan beberapa tanaman palawija. Blitar, MK 1990 konsumsi ubi jalar per kapita
masyarakat urban dan masyarakat
Hasil ubi jalar Hasil tanaman sela Total penerimaan pedesaan umum-nya relatif sama
Pola tanam
(t/ha) (kg/ha) (Rp/ha)
karena kebiasaan pola konsumsi
Ubi jalar monokultur 31,74 - 2.380.500 ubi jalar kedua ke-lompok
Ubi jalar + kacang hijau 29,57 349 2.531.850
Ubi jalar + kedelai 27,43 581 2.580.150 masyarakat tersebut ham-pir sama.
Ubi jalar + kacang tanah 19,78 2,06 3.336.600 Beberapa faktor penye-bab
Ubi jalar + jagung 21,47 2,13 2.036.050
Sumber: Balitkabi (1996)
20 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 1

rendahnya konsumsi ubi jalar utama ubi jalar, menyulitkan petani kembangnya industri yang
adalah dalam memasarkan hasilnya. menggu-nakan ubi jalar sebagai
1. Bentuk makanan dari bahan ubi Harga komoditas lain di pasar bahan baku menyebabkan
jalar masih sangat terbatas, ter- sangat mempengaruhi permintaan permintaan pasar komoditas ini
lihat dari kebiasaan di kalangan terhadap ubi jalar, sehingga petani sangat rendah. Hal ini dapat
masyarakat umumnya meng- sering menunda waktu panen ka- menyebabkan produksi yang
konsumsi dalam bentuk ubi re- rena menunggu harga yang lebih melimpah pada musim panen di
bus, ubi goreng, ketimus, dan baik. Penundaan waktu panen ini daerah sentra produksi ubi jalar,
kolak. akan mendorong timbulnya hama ku-rang termanfaatkan secara baik
lanas yang merusak kualitas umbi dan harganya menjadi sangat
2. Persepsi di kalangan
sehingga terjadi penurunan hasil murah (Harnowo et al., 1994).
masyarakat yang memandang
panen. Penentuan harga umbi saat Harga yang kurang memberikan
bahwa ubi jalar merupakan
panen lebih banyak ditentukan insentif ini me-nyebabkan gairah
makanan bagi masyarakat
oleh pedagang. Selain itu, varietas petani untuk membudidayakan ubi
golongan ekonomi lemah atau
yang ditanam ikut menentukan jalar secara intensif menjadi
makanan pedesaan.
laku tidaknya di pasaran dan berkurang.
3. Status pemanfaatan ubi jalar
tergantung dari keinginan Industri pengolahan yang
masih terbatas hanya sebagai
pedagang. Hal ini menyebabkan meng-gunakan ubi jalar sebagai
makanan selingan atau makan-
rendahnya penentu-an harga campur-an saus tomat tidak mau
an tambahan tradisional, belum
varietas unggul ubi jalar yang melaku-kan transaksi langsung
direkayasa menjadi makanan
belum dikenal konsumen, se- kepada petani produsen. Pabrik
yang populer.
hingga petani tidak mau menanam memilih memperoleh pasok bahan
Adanya sikap konservatif petani baku ubi jalar dari pedagang,
varietas unggul.
dan fanatisme mereka terhadap walaupun har-ga pembeliannya
varietas lama merupakan salah Tidak adanya kontrak harga an-
jauh lebih tinggi dibandingkan
satu hambatan bagi adopsi varietas tara produsen dengan pedagang,
dengan harga di la-dang petani. Hal
baru (Dimyati et al., 1991). menyebabkan fluktuasi harga se-
ini mungkin untuk menjaga agar
Pengenalan kelebihan varietas ring terjadi saat panen. Tingkat har-
penggunaan ubi jalar sebagai
baru dibanding-kan dengan ga sangat dipengaruhi oleh keterse-
campuran saus tomat tidak
varietas lama berha-dapan dengan diaan bahan pangan lain. Harga
diketahui oleh masyarakat luas.
kurangnya kesedia-an pedagang jual sangat tergantung pada
untuk membeli de-ngan harga yang pedagang penebas, yang telah Keuntungan Mengikutsertakan
pantas. Statisnya jumlah konsumsi memberikan uang panjar pada saat Ubi Jalar dalam Pola Rotasi
ubi jalar tersebut mengakibatkan tanaman be-lum panen. Tanaman di Lahan Sawah
produksi ubi jalar ti-dak dapat Kurangnya informasi mengenai Pola rotasi tanaman ubi jalar di
ditingkatkan, tanpa ber-pengaruh bentuk-bentuk olahan yang dapat lahan sawah setelah tanaman padi
negatif terhadap harga jual. Petani dibuat dari ubi jalar serta belum ber- sangat menguntungkan, antara
ubi jalar pada umum-nya
mengharapkan teknik sistem Tabel 10. Kontribusi pendapatan dari usahatani ubi jalar terhadap pendapatan ru-
usahatani dengan hasil sedang, de- mah tangga petani pada lahan sawah tadah hujan. Kabupaten Kuningan,
ngan harapan pasokan ubi jalar ke Jawa Barat, 1991
pasar tidak berlebihan dan harga Desa Sindangbarang Desa Sampora
jual tidak jatuh. Sumber pendapatan Nilai pendapatan Kontribusi Nilai pendapatan Kontribusi
Faktor kelayakan harga dan (Rp) (%) (Rp) (%)
mudahnya pemasaran sangat ber- Tanaman pangan 418.200 29,8 726.200 50,7
peran dalam peningkatan produksi Ubi jalar 155.100 11,1 337.200 23,5
ubi jalar. Tidak adanya harga patok- Padi 225.700 16,0 369.700 25,8
Tanaman pangan lain 37.400 2,7 19.300 1,4
an mengakibatkan kondisi yang Peternakan 136.900 9,8 134.500 9,4
merugikan petani ubi jalar dan se- Perkebunan 39.800 2,8 65.000 4,5
ring menghambat peningkatan pro- Perikanan 2.400 0,2 18.600 1,3
Buruh tani 61.700 4,4 37.200 2,6
duksinya. Di samping itu, kurang Nonpertanian 743.700 53,0 451.300 31,5
baiknya transportasi di daerah pe-
Jumlah 1.402.700 100,0 1.432.800 100,0
dalaman yang merupakan areal
Sumber: Malian et al. (1992)
2001 N. ZURAIDA DAN Y. SUPRIATI: Usahatani Ubi Jalar 21

lain: Kabupaten Kuningan (Desa Sin- Untuk pengembangan ubi jalar


1. Dapat menurunkan intensitas dangbarang, Kecamatan Jalaksana guna menunjang pencukupan pa-
serangan hama/penyakit utama dan Desa Sampora, Kecamatan ngan melalui diversifikasi pangan
tanaman yang bersangkutan de- Cili-mus) memperlihatkan bahwa diperlukan perbaikan teknologi
ngan mematahkan daur hidup sum-bangan usahatani ubi jalar budi daya yang bersifat lingkungan
dari sumber penyakit/hama baik sebesar 11,1% dari pendapatan spesifik.
pada ubi jalar maupun padi. rumah tang-ga petani di Desa Teknik pemupukan di sentra
Pengendalian hama/penyakit di Sindangbarang dan 23,5% di Desa produksi dengan dosis optimum
samping melalui rotasi Sampora sehing-ga ubi jalar se-suai tipe agroekologi perlu
tanaman, juga dengan memberikan kontribusi diterap-kan sehingga diperoleh
penggunaan varie-tas tahan pendapatan keluarga terbesar ke- hasil umbi yang tinggi. Faktor
yang ditanam. dua setelah padi (Tabel 10). kekurangan air yang biasa terjadi
2. Penanaman ubi jalar mudah da- Analisis Usahatani Ubi Jalar pada lahan sa-wah tadah hujan
lam pengelolaan, relatif lebih ta- Keuntungan usahatani ubi jalar perlu diatasi de-ngan penataan
han terhadap kekurangan air, yang diperoleh petani, di Kabupa- pola tanam dan pembuatan pompa
dapat disimpan selama bebera- ten Kuningan (Desa Sindangbarang air tanah.
pa waktu di dalam tanah, harga dan Sampora) dibandingkan de- Paket teknologi, termasuk
jual cukup tinggi.
ngan komoditas lain, menurut pe- penggunaan klon unggul seperti
3. Produksi ubi jalar dapat diguna- nelitian Malian et al. (1992) ternyata Da-ya, Prambanan, Mendut, dan
kan sebagai bahan makanan ubi jalar memberikan keuntungan Kalas-an serta budi daya tanaman
tambahan/sampingan atau alter- komparatif (Tabel 11). Keuntungan yang telah diperbaiki merupakan
natif pengganti beras saat usahatani padi pada tipe lahan tekno-logi yang dapat
paceklik. yang sama di Kabupaten Kuningan disebarluaskan ke-pada petani. Hal
4. Menambah pendapatan keluar- memberikan keuntungan sebesar ini dapat disampai-kan melalui on
ga petani. Rp 967.000/ha. farm research, se-hingga petani
Penelitian Malian et al. (1992) secara langsung dan cepat dapat
mengenai peranan ubi jalar terha- PERBAIKAN TEKNOLOGI mengadopsi beberapa teknologi
dap pendapatan keluarga petani di yang dapat meningkatkan
produktivitas (Guritno, 1991).
Tabel 11. Analisis usahatani ubi jalar pada lahan sawah tadah hujan. Cara budi daya yang diperbaiki
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, 1991 terutama dengan penggunaan mul-
Desa Sindangbarang Desa Sampora
sa, penyiangan serta meniadakan
Uraian
(Rp/ha) (Rp/ha) pembalikan batang memberikan
hasil ubi jalar yang lebih tinggi (Ta-
Biaya produksi 431.200 531.300
Sarana produksi 73.900 180.900 bel 12). Pemberian mulsa berpe-
Tenaga kerja 367.300 350.400 ngaruh terhadap pengawetan le-
Produksi ngas tanah, sehingga dapat meng-
Fisik (t/ha) 12,962 15,270
Nilai produksi 1.225.000 1.408.700
antisipasi kesulitan air irigasi dan
Keuntungan usahatani (Rp/ha) 793.800 877.400 mengurangi serangan hama boleng
Sumber: Malian et al. (1992) pada umbi (Balitkabi, 1996). Pem-
berian mulsa dapat menggantikan
Tabel 12. Perbandingan cara budi daya ubi jalar yang dilakukan oleh petani dan peran pembalikan batang dan juga
yang telah diperbaiki di Blitar pada tahun 1988-1990 berfungsi menekan pertumbuhan
Uraian Cara petani Cara diperbaiki
gulma (Basuki et al., 1987).
Van de Fliert et al. (1996) me-
Pengguludan ya ya
Macam stek dan varietas lokal seadanya varietas unggul dan stek pucuk nyusun metodologi penelitian parti-
Pemberian mulsa tidak 15 t/ha sipatif pada tanaman ubi jalar yang
Pemupukan dasar (0-7 hst) tidak 30 kg urea + 30 kg KCl/ha mereka sebut sebagai SL-PTT
Pecah gulud dan penyiangan ya tidak
Pemupukan II (45 hst) urea + TSP 70 kg urea + 70 kg KCl/ha (Field School Integrated Crop
Pembalikan batang (3 kali) ya tidak Manage-ment/FS-ICM). Metode ini
Kebutuhan biaya (Rp/ha) 387.500 305.000 merupa-kan pengembangan dari
Hasil umbi (t/ha) 15,60 35,17
Keuntungan (Rp/ha) 782.500 2.332.750 Pengen-dalian Hama Terpadu
Sumber: Balitkabi (1996)
(PHT) de-ngan menekankan pada
22 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 1

pengelola-an tanaman optimal ngan (makanan pokok atau natif yang bergizi untuk masya-
untuk menda-patkan tanaman makan-an tambahan) maupun rakat pedesaan.
subur, sehat, dan tumbuh optimal. sebagai ba-han baku industri akan 2. Ubi jalar berperan sebagai sub-
Percobaan di la-han petani yang membantu peningkatan nilai stitusi bahan pangan, sehingga
mereka lakukan menggabungkan tambah ubi jalar sekaligus mempunyai peranan penting
penggunaan varie-tas adaptif-bibit meningkatkan minat, pendapatan da-lam upaya
sehat, pemupukan, pengendalian dan kesejahteraan pe-tani penganekaragaman pangan dan
hama boleng meng-gunakan sex- (Harnowo et al., 1994). Peng- dapat mengurangi konsumsi
pheromon, pengairan secara olahan ubi jalar menjadi produk se- beras. Pada saat pa-ceklik, ubi
optimal dan penyiangan. Ke-giatan tengah jadi maupun produk jadi jalar dapat berperan sebagai
SL-PTT ini dinilai efektif un-tuk da-lam agroindustri ubi jalar alternatif sumber karbo-hidrat
menyediakan rakitan teknologi merupa-kan langkah penting guna dalam mengatasi kelang-kaan
yang bersifat lokasi spesifik, mening-katkan nilai tambah dan pangan.
bahkan petani spesifik, karena citra ubi jalar, dapat meningkatkan 3. Perbaikan untuk peningkatan
petani ber-partisipasi aktif dalam penda-patan petani ubi jalar serta produksi seperti adopsi varietas
kegiatan iden-tifikasi dan pengujian mendo-rong suksesnya unggul disertai oleh teknologi
teknologi. pelaksanaan prog-ram diversifikasi budi daya yang tepat berdasar-
Pengembangan dalam peman- pangan. Produk makanan jadi dari kan spesifik lokasi perlu dikem-
faatan ubi jalar merupakan langkah ubi jalar dapat dikembangkan baik bangkan.
penting dalam kebijaksanaan diver- pada skala ke-cil (industri rumah
4. Pengenalan keanekaragaman
sifikasi pangan, karena ubi jalar da- tangga) maupun pada skala
penggunaan ubi jalar sangat di-
pat ditanam di lahan kering dan la- menengah hingga besar.
perlukan demikian pula produk
han basah di musim hujan dan ke- Keberhasilan agroindustri peng-
ubi jalar siap olah atau siap
marau. Ketersediaan potensi lahan olahan ubi jalar sangat tergantung
santap perlu dikembangkan.
kering diikuti oleh penggunaan tek- pada partisipasi masyarakat (prefe-
rensi konsumen terhadap produk 5. Pola rotasi tanaman ubi jalar di
nologi maju, maka produksi masih
jadi), kesinambungan penyediaan lahan sawah selain dapat me-
dapat ditingkatkan guna memenuhi
bahan baku, dan keterlibatan pihak nurunkan intensitas serangan
kebutuhan penduduk di dalam ne-
industri pengolah ubi jalar. hama/penyakit tanaman, juga
geri atau memanfaatkan pengem-
Produksi ubi jalar dalam jumlah dapat memberikan sumbangan
bangan peluang ekspor di masa de-
besar dan berkesinambungan pendapatan bagi keluarga
pan. Persepsi masyarakat tentang
diperlukan dan merupakan petani.
status ubi jalar sebagai makanan
tradisional pedesaan, makanan prasyarat untuk masuk ke dalam 6. Peningkatan nilai tambah ubi ja-
yang tidak bergengsi, atau makan- agroindustri. Dengan de-mikian, lar melalui keragaman peman-
an orang miskin diubah menjadi diperlukan wilayah bukaan baru faatannya, baik sebagai bahan
makanan bergizi dan sehat melalui dalam pengembangan per-luasan pangan maupun bahan baku
penyuluhan gizi dan makanan se- areal ubi jalar (Dimyati dan industri, selain memberikan
hat, pengenalan budi daya dan pa- Manwan, 1992). nilai tambah ubi jalar, juga
nen bagi pelajar di perkotaan, dan mening-katkan pendapatan
Perbaikan-perbaikan dengan
lomba makanan dari ubi jalar. petani.
melihat masalah pascapanen ubi
Penyerapan teknologi oleh pe- jalar, baik di bidang pengolahan 7. Peranan tepung ubi jalar
tani dapat juga melalui penyuluhan maupun pemasaran dapat menum- sebagai substitusi tepung terigu
dan pelayanan kredit dan sarana buhkan pengembangan agroindus- dalam pembuatan kue dapat
produksi. Peningkatan tri yang memanfaatkan bahan baku mengu-rangi impor tepung
produktivitas harus diikuti oleh dari ubi jalar. terigu dan ju-ga dapat
tersedianya pasar yang meningkatkan nilai ubi jalar.
menampung produksi. Pe- KESIMPULAN
ngembangan industri yang PUSTAKA
menggu-nakan bahan baku ubi 1. Ubi jalar merupakan komoditas
Antarlina, S.S. 1994. Peningkatan kan-
jalar perlu ditingkatkan. sumber karbohidrat, kaya vita-
dungan protein tepung ubi jalar ser-
min, dan mineral sehingga co- ta pengaruhnya terhadap kue yang
Peningkatan nilai tambah ubi
cok sebagai bahan pangan alter- dihasilkan. Dalam Winarto, A., Y.
jalar melalui keragaman pemanfa-
Widodo, S.S. Antarlina, H. Pudjo-
atannya, baik sebagai bahan pa-
2001 N. ZURAIDA DAN Y. SUPRIATI: Usahatani Ubi Jalar 23

santosa, dan Sumarno (Eds.). Risa- agriculture in the Pasific. ACIAR. Horton, D., G. Prain, and P. Gregory.
lah Seminar Penerapan Teknologi Canberra. 1989. High level investment returns
Produksi dan Pascapanen Ubi Jalar for global sweet potato research
Damardjati, D.S. dan S. Widowati.
Mendukung Agroindustri. Balittan and development. Circular 17(3):1-
1994. Pemanfaatan ubi jalar dalam
Malang. hlm. 120-135. 11.
program diversifikasi guna mensuk-
Antarlina, S.S. 1998. Utilization of seskan swasembada pangan. Kay, D.E. 1973. Root crops the tropical
sweet potato flour for making Dalam Winarto, A., Y. Widodo, S.S. product institute. Foreign and
cookies and cakes. In Hendroatmo- Antarlina, H. Pudjosantosa, dan Commonwealth Office, London.
djo, K.H., Y. Widodo, Sumarno, and Sumarno (Eds.). Risalah Seminar
Lingga, P. 1984. Pertanaman Ubi-
B. Guritno (Eds.). Research Accom- Penerapan Teknologi Produksi dan
ubian. Penebar Swadaya, Jakarta.
plishment of Root Crops for Agri- Pascapanen Ubi Jalar Mendukung
cultural Development in Indonesia. Agroindustri. Balittan Malang. hlm. Malian, A.H., M. Djazuli, dan A. Dim-
Research Institute for Legume and 1-25. yati. 1992. Prospek pengembangan
Tuber Crops, Malang, Indonesia. p. ubi jalar pada lahan sawah tadah
Dimyati, A., M. Djazuli, dan D. Suardi.
127-132. hujan di Kabupaten Kuningan, Jawa
1991. Pengalaman, program, ke-
Barat. Dalam Hardjosumadi, S., M.
Arene, O.B. and Nwankiti. 1978. mampuan dan keterbatasan Puslit-
Machmud, S. Tjokrowinoto, D. Pa-
Sweet potato diseases in Nigeria. bang Tanaman Pangan dalam
saribu, Sutrisno, A. Kunia, dan N.
PANS 24(3):294-305. Penelitian dan Pengembangan Ubi-
Mulyono (Eds.). Hasil Penelitian Ta-
ubian. Dalam Dimyati, A. dan M.
Asian Vegetable Research and naman Pangan. Prosiding Seminar
Djazuli (Eds.). Prosiding Lokakarya
Development Center. 1983. Balittan Bogor, 29 Februari dan 2
Pengembangan Ubi-ubian di Wila-
Progress report. Asian Vegetable Maret 1992 I:48-57.
yah Indonesia Bagian Timur. Maros,
Research and Development Center.
9-12 Oktober 1991. hlm. 87-93. Manwan, I. and A. Dimyati. 1989.
Shanhua, Tainan, Republic of
Sweet potato production, utilization,
China. Dimyati, A. dan N. Zuraida. 1992.
and research in Indonesia. In
Pengaruh pemangkasan tajuk klon
Bagyo, A.S., A. Dimyati, dan Waluyo. Improvement of Sweet Potato
ubi jalar terhadap hasil. Dalam Har-
1992. Analisa ekonomi percobaan (Ipomoea batatas) in Asia. ICAR.
djosumadi, S., M. Machmud, S. Tjo-
pemberantasan hama lanas serta Trivandrum, India, October 24-28,
krowinoto, D. Pasaribu, Sutrisno, A.
respon petani ubi jalar di daerah 1988. CIP.
Kunia, dan N. Mulyono (Eds.). Hasil
Bogor, MT 1989/90. Dalam Hardjo-
Penelitian Tanaman Pangan. Prosi- Onwueme, I.C. 1978. The tropical
sumadi, S., M. Machmud, S. Tjokro-
ding Seminar Balittan Bogor. 29 tuber crop. John Wiley and Sons
winoto, D. Pasaribu, Sutrisno, A.
Februari dan 2 Maret 1992 I:9-12. Inc., New York.
Kunia, dan N. Mulyono (Eds.). Hasil
Penelitian Tanaman Pangan. Prosi- Dimyati, A. and I. Manwan. 1992. Pospisil, L. 1963. Kapauku Papuan
ding Seminar Balittan Bogor, 29 National coordinated research prog- economy. Part IV. Agriculture. Yale
Februari dan 2 Maret 1992 I:39-47. ram: Cassava and sweet potato. University Publications in Anthropo-
CRIFC. AARD. logy 67:78-123.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian. Guritno, B. 1991. Pengalaman dan Rahayuningsih, St. A. 1993. The
1996. Pranata Penelitian Balai kemampuan Fakultas Pertanian performance of sweet potato promi-
Penelitian Tanaman Kacang- Universitas Brawijaya dalam Pene- sing clones in intercropping with
kacangan dan Umbi-umbian. Bahan litian dan Pengembangan Ubi- groundnut. Research Accomplish-
Akreditasi Pranata Penelitian. ubian. Dalam Dimyati, A. dan M. ment of Root Crops for Agricultural
Bogor, 25-27 September 1996. Djazuli (Eds.). Prosiding Lokakarya Development in Indonesia.
Pe-ngembangan Ubi-ubian di Research Institute for Legume and
Basuki, N., Y. Widodo, Sudaryono,
Wilayah Indonesia Bagian Timur. Tuber Crops Malang, Indonesia.
dan S. Brotonegoro. 1987. Peneli-
Maros, 9-12 Oktober 1991. hlm. 95-
tian teknik tanaman ubi jalar. Soemarno. 1981. Pengkajian singkat
99.
Mimeograph. hlm. 1-23. kesuburan ubi jalar. Departemen
Harnowo, D., S.S. Antarlina, dan H. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Uni-
Biro Pusat Statistik. 1994. Statistik
Mahagyosuko. 1994. Pengolahan versitas Brawijaya, Malang.
Indonesia. Biro Pusat Statistik,
ubi jalar guna mendukung diversifi-
Jakarta. Soenarto. 1987. Wen Hipere suatu
kasi pangan dan agroindustri.
Dalam Winarto, A., Y. Widodo, S.S. sistem budi daya ubi jalar (Ipomoea
Biro Pusat Statistik. 1997. Statistik
Antarlina, H. Pudjosantosa, dan batatas (L.) Lam ) di lembah
Indonesia. Biro Pusat Statistik,
Sumarno (Eds.). Risalah Seminar Baliem Irian Jaya. Tesis Fakultas
Jakarta.
Bradbury, J.H. and W.D. Holloway. Penerapan Teknologi Produksi dan Pasca Sarjana. Institut Pertanian
1988. Chemistry of tropical root Pascapanen Ubi Jalar Mendukung Bogor.
crops: Significance for nutrition and Agroindustri. Balittan Malang. hlm.
145-157.
24 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 1

Wanamarta, G. 1981. Produksi dan ka- Kunia, dan N. Mulyono (Eds.). Hasil
dar protein umbi 5 varietas ubi jalar Penelitian Tanaman Pangan. Prosi-
pada tingkat pemupukan NPK. ding Seminar Balittan Bogor 29
Departemen Agronomi, Fakultas Februari dan 2 Maret 1992 I:13-17.
Pertanian Institute Atlanta. hlm.
11-21.
Widodo, J. dan Sumarno. 1991.
Kegiatan penelitian ubi-ubian di
Balittan Malang: Kemajuan dan per-
masalahannya. Dalam Dimyati, A.
dan M. Djazuli (Eds.). Prosiding
Lokakarya Pengembangan Ubi-
ubian di Wilayah Indonesia Bagian
Timur. Maros, 9-12 Oktober 1991.
hlm. 113-119.
Widowati, S., B.A.S. Santosa, dan D.S.
Damardjati. 1994. Pengguna-an
tepung ubi jalar sebagai salah satu
bahan baku dalam pembuatan
bihun. Dalam Winarto, A., Y. Wido-
do, S.S. Antarlina, H. Pudjosantosa,
dan Sumarno (Eds.). Risalah Semi-
nar Penerapan Teknologi Produksi
dan Pascapanen Ubi Jalar Mendu-
kung Agroindustri. Balittan Malang.
hlm. 115-119.
Winarno, F.G. 1982. Sweet potato
processing by product utilization in
the tropics. In Villareal, R.L. and
T.O. Griggs (Eds.). Sweet Potato.
Asian Vegetable Research and
Development Center. Shanhua,
Tainan, Republic of China.
Woolfe, J.A. 1989. Nutritional aspects
of sweet potato roots and sweet
potato (Ipomoea batatas) in Asia.
CIP. p. 167-182.
Van De Fliert, E., R. Asmunati,
Wiyanto, Y. Widodo, and A.R.
Braun. 1996. From basic approach
to tailored curriculum participatory
development of a farmer field
school for sweet potato. Into Action
Research. UPWARD, Los Banos,
Laguna, Philippines.
Villareal, R.L., S.K. Lin, L.S. Chang,
and S.H. Lai. 1979. Use of sweet
potato (Ipomoea batatas) leaf tips
as vegetables. I. Evaluation of
morphological traits. Expl. Agric.
15:113-116.
Zuraida, N. dan A. Dimyati. 1992.
Hasil klon harapan ubi jalar pada
dua takaran pupuk. Dalam Hardjo-
sumadi, S., M. Machmud, S. Tjokro-
winoto, D. Pasaribu, Sutrisno, A.

You might also like