You are on page 1of 10

INVENTARISASI BATUBARA BERSISTEM DI DAERAH LONG LEES DAN

SEKITARNYA
KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :
Dahlan Ibrahim
SUBDIT BATU BARA

ABSTRACT

Long Lees area lie on Kecamatan Busang and Kecamatan Baturedi, Kabupaten Kutai
Timur,PprovinsiKalimantan Timur. As geographic bounded by coordinate116°30’00’’ - 116°45’00’’
East Longitude and 00°45’00’’ - 01°00’00’’ North Latitude. Long Lees area is a part of KutaiBasin
that consist of Tertiary sediment of Marah Formation, Batuayau Formation, Wahau Formation and
Balikpapan Formation of Eocene until Mio-Pliocene Age. The uncormity between Batuayau, Wahau
and Balikpapan Formations were caused by tectonic activity in Oligocene, Miocene and Pliocene.
Coal bearing formation in this area are Batuayau Formation, Wahau Formation and
Balikpapan Formation. Dissemination of coal in that formations were deformed to form a synclinal
fold,with the direction of fold axis is Northeast – Southwest. There are two to four main coal layers
with thickness ranges 6.10 – 22.80 m.
There is no difference in quality among the coal in the three formations. Coal of Batuayau
Formation characteristized by ash content 3.18-9.39% (adb) or average 0.23%, Sulphur content 0.17-
0.35% (adb) or average 0.23% and Calorific Value 5100 – 5225 cal/gr or 5195 cal/gr. Coal of
Wahau Formation characteristized by ash content 2.58-6.11% (adb) or average 4.56%, Sulphur
content 0.11-0.15% (adb) or average 0.13% and Calorific Value 5405 – 5510 cal/gr or 5460 cal/gr.
Coal of Balikpapan Formation characteristized by ash content 3.28-3.78% (adb) or average 3.43%,
Sulphur content 0.11-0.18% (adb) or average 0.13% and Calorific Value 5245 – 5590 cal/gr or 5440
cal/gr.
Coal resources until 100m depth and minimum thickness 1,0 m are 1,403 million tonnes, that
consist of 881,2 million tonnes as hypothetical resources and 521,9 million tonnes as inferred
resoureces. Coal deposits of Long Lees area have a great resources and clean quality but probably
has problem in transportation.

I. PENDAHULUAN Long Lees (lembar peta Bakosurtanal 1816-


63), Kabupaten Kutai Timur , Provinsi
1.1. Latar Belakang Kalimantan Timur.
Cekungan Kutai yang sebagian besar
menempati wilayah Provinsi Kalimantan 1.2. Maksud dan Tujuan
Timur diketahui merupakan suatu cekungan Inventarisasi batubara bersistem
yang potensial mengandung endapan batubara. dimaksudkan untuk mempelajari keadaan
Selama ini penyelidikan batubara yang telah geologi batubara di dalam Cekungan Kutai,
dilakukan pihak pemerintah maupun suasta Provinsi Kaltim, secara bersistem.
pada cekungan tersebut belum menghasilkan Kegiatannya terutama diarahkan untuk
informasi batubara yang memadai dan mengetahui kecenderungan akumulasi dan
terpadu. Untuk mengantisipasi hal tersebut penyebaran endapan batubara baik dari segi
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya jumlah maupun kualitas. Tujuannya adalah
Mineral telah menyusun program inventarisasi untuk mengetahui potensi sumberdaya
batubara bersistem pada Cekungan Kutai, batubara di daerah tersebut sehingga nantinya
Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan diharapkan dapat menunjang kebijakan
lembar peta rupa bumi yang diterbitkan oleh pemerintah dalam pengembangan sektor
Bakosurtanal. Program ini dilaksanakan oleh batubara.
Subdit. Batubara, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral, Bandung. 1.3. Hasil Yang Diharapkan
Dalam tahun anggaran 2004 ini salah Dari kegiatan inventarisasi ini
satu daerah yang diinventarisir adalah daerah diharapkan dapat diketahui bentuk sebaran

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-1


lapisan batubara baik ke arah lateral maupun sekitar 2,5 m – 6,0 m, kemiringan sekitar 5o –
vertikal, potensi sumberdaya dan kualitas dari 15o. Lapisan batubara terbentuk pada suatu
batubara. Disamping itu juga untuk struktur sinklin dengan arah sumbu lebih
mengetahui akses jalan, sarana dan prasarana kurang Baratlaut – Tenggara. Kemudian di
yang tersedia, tata guna lahan, demografi, sebelah Timurlaut dari daerah inventarisasi,
iklim dan faktor-faktor lainnya yang dapat yaitu di daerah Muara Wahau, berdasarkan
menunjang informasi sehingga potensi hasil inventarisasi Direktorat Inventarisasi
sumberdaya batubara di daerah ini dapat Sumber Daya Mineral (Syufra Ilyas, 2003)
dikembangkan lebih lanjut. ditemukan 6 lapisan batubara dengan
ketebalannya berkisar antara 1,5 m-15 m,
1.4. Lokasi Daerah Inventarisasi bahkan dari hasil pemboran mencapai 45 m.
Daerah Long Lees secara administratif Lapisan-lapisan batubara tersebut terkandung
termasuk kedalam Kecamatan Busang dan dalam Formasi Wahau yang juga tersebar
Kecamatan Baturedi, Kabupaten Kutai Timur, cukup luas di daerah Long Lees. Berdasarkan
Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis hal tersebut diharapkan Formasi Wahau di
dibatasi oleh koordinat 00o45’- 01o00’ daerah Long Lees pun akan mengandung
LU dan 116 30’- 116o45’ BT. Lokasi daerah
o
endapan batubara yang cukup potensial.
inventarisasi tercakup pada lembar peta rupa
bumi 1816-63 terbitan Badan Koordinasi
Survai dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Daerah ini bisa dicapai dari Kota II. KEAADAN GEOLOGI
Samarinda melalui jalan darat selama lebih
kurang 7 jam melewati jalur Samarinda – 2.1. Geologi Regional
Sebulu – Long Lees. Jalur Samarinda – Daerah Long Lees tercakup dalam
Sebulu sepanjang ± 70 km merupakan jalan Peta Geologi Lembar Muaraancalong,
aspal dengan kondisi yang cukup baik, Kalimantan, skala 1 : 250.000 (Atmawinata S,
sedangkan jalur Sebulu – Long Lees Ratman, N., 1995). Secara geologi regional
sepanjang ± 150 km merupakan jalan tanah daerah ini merupakan bagian dari Cekungan
yang dibangun oleh perusahaan kayu. Kutai. Pengendapan pada cekungan ini
berlangsung sejak Eosen hingga Pliosen dan
dipisahkan oleh tiga fase tektonik. Seri batuan
1.5. Penyelidikan Terdahulu sedimen pengisi cekungan terdiri atas
Beberapa penyelidik terdahulu telah beberapa formasi yaitu Formasi Marah,
melakukan penyelidikan di daerah ini, baik Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan
yang bersifat penyelidikan geologi secara Formasi Balikpapan.
umum maupun khusus menyelidiki endapan
batubara. Penyelidikan tersebut diantaranya 2.1.1 Tatanan Tektonik
adalah Robertson Research (1978), Mengacu kepada konsep tektonik
Atmawinata dkk. (1995) dan Syufra Ilyas lempeng (Katili, 1978, dan Situmorang, 1982)
(1997 dan 2003). Cekungan Kutai di Kalimantan merupakan
Robertson Research dalam Coal cekungan busur belakang atau back arch di
Resources of Indonesia khususnya mengenai bagian barat yang terbentuk akibat tumbukan
Cekungan Kutai di Kalimantan menyinggung antara lempeng benua dan lempeng samudera.
keterdapatan endapan batubara pada Peregangan di Selat Makassar sangat
Balikpapan Beds berumur Miosen mempengaruhi pola pengendapan terutama
Atmawinata dkk, 1995, dalam Peta pada bagian timur cekungan.
Geologi Lembar Muaraancalong, Kalimantan,
menerangkan keterdapatan endapan batubara 2.1.2. Stratigrafi Regional
pada Formasi Batuayau berumur Eosen, Informasi mengenai stratigrafi
Formasi Wahau berumur Oligo-Miosen dan regional daerah inventarisasi termasuk
Formasi Balikpapan berumur Mio-Pliosen di penamaan dan uraian dari formasi mengacu
daerah tersebut. kepada Peta Geologi Lembar Muaraancalong,
Syufra Ilyas, dkk, 1997, telah Kalimantan (Atmawinata S, Ratman, N.,
menyelidiki bagian barat dari daerah 1995).
inventarisasi. Dari hasil penyelidikan Daerah ini secara regional
diketahui terdapat beberapa lapisan batubara merupakan bagian dari Cekungan Kutai.
pada Formasi Batu Ayau dan Formasi Cekungan Kutai terletak di bagian timur dari
Balikpapan dengan ketebalan bervariasi Pulau Kalimantan. Cekungan ini terbentuk

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-2


mulai Tersier Awal dengan batuan sedimen Daerah inventarisasi sebagian besar
pengisi cekungan diperkirakan mencapai tebal atau sekitar 95% tertutup oleh batuan sedimen
sekitar 7500 m yang diendapkan mulai dari berumur Tersier dari Formasi Batuayau,
lingkungan delta , laut dangkal hingga laut Formasi Wahau dan Formasi Balikpapan.
dalam. Endapan Aluvium berumur Kuarter yang
Sedimentasi yang terjadi mulai Eosen merupakan endapan permukaan terhampar
hingga Pliosen menghasilkan seri batuan sedikit di bagian barat di sekitar aliran S.
sedimen yang antara lain terdiri atas Formasi Kelinjau.
Marah, Formasi Batuayau, Formasi Wahau
dan Formasi Balikpapan (Tabel 1). 2.2. Geologi Daerah Inventarisasi
Terjadinya tiga proses tektonik berupa 2.2.1. Morfologi
pengangkatan pada Oligosen, Miosen dan Morfologi daerah inventarisasi secara
Pliosen menyebabkan ketidakselarasan antara umum dapat dibedakan atas tiga satuan
pengendapan Formasi Batuayau, Formasi morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan
Wahau dan Formasi Balikpapan. bergelombang sedang, morfologi perbukitan
Formasi Marah merupakan formasi terjal dan dataran.
tertua pengisi cekungan pada Lembar Satuan morfologi perbukitan
Muaraancalong. Formasi Marah tersusun oleh bergelombang sedang menempati sebagian
perselingan napal dan batulempung bersisipan besar atau sekitar 80% daerah inventarisasi.
batugamping. Formasi ini berumur Eosen Ketinggiannya sekitar 50 – 150 meter di atas
Akhir dan diendapkan di lingkungan sublitoral muka laut. Satuan ini tersusun terutama oleh
dalam. perselingan batulempung, batupasir dan
Formasi Batuayau terletak selaras di batulanau, termasuk endapan batubara. Satuan
atas Formasi Marah. Formasi ini umumnya morfologi perbikitan terjal menempati daerah
tersusun oleh batupasir, batulumpur, batulanau bagian Timur.. Ketinggiannya lebih kurang
dan sedikit batugamping. Setempat terdapat 150 – 290 meter di atas muka laut. Umumnya
sisipan batubara, lempung karbonan dan tersusun oleh satuan batugamping, batupasir,
gampingan. Formasi ini berumur Eosen Akhir serpih dan konglomerat dari Formasi Wahau.
dan diendapkan di lingkungan laut dangkal – Satuan ini menempati sekitar 15% daerah
terbuka. inventarisasi. Satuan dataran ditempati oleh
Formasi Wahau menindih tak selaras endapan aluvium yang melampar di sekitar
Formasi Batuayau. Formasi ini tersusun oleh aliran sungai utama terutama S. Kelinjau di
perselingan batulempung, batupasir kuarsa, bagian barat. Satuan ini hanya menempati
batupasir lempungan dan batulempung sekitar 5% daerah daerah inventarisasi.
pasiran, setempat terdapat sisipan batubara. Pola aliran sungai di daerah ini
Pada bagian bawah dari formasi ini disisipi umunya memperlihatkan pola trellis,
oleh batugamping. Formasi ini diperkirakan mencerminkan sungai yang mengalir pada
berumur Miosen Tengah dan diendapkan di batuan yang terlipat. Sungai-sungai utama
lingkungan laut dangkal – darat. cenderung mengalir mengikuti jurus dari
Formasi Balikpapan diendapkan tak perlapisan batuan lunak. Sungai utama yang
selaras di atas Formasi Wahau. Batuan mengalir di derah ini adalah S. Kelinjau dan S.
penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa, Marah. Kedua sungai ini relatif mengalir ke
batulempung bersisipan batulanau, serpih, arah Selatan dan akhirnya bermuara ke S.
batugamping dan batubara. Formasi ini Mahakam.
berumur Miosen Tengah dan diendapkan di
lingkungan delta – litoral hingga laut dangkal. 2.2.2. Stratigrafi
Stratigrafi daerah inventarisasi tersusun
2.1.2. Struktur Regional oleh formasi batuan dengan urutan tua ke
Struktur geologi yang berkembang muda yaitu Formasi Marah, Formasi
pada Lembar Muaraancalong adalah struktur Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi
sesar dan lipatan. Struktur sesar umumnya Balikpapan.
berarah Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Formasi Marah tersingkap di bagian
Baratdaya, sedangkan lipatan berupa sinklin Baratlaut daerah inventarisasi dengan luas
dan antiklin yang umumnya berarah hampir pelamparan sekitar 5%. Formasi ini tersusun
Utara – Selatan. oleh perselingan napal dan batulempung
bersisipan batugamping. Napal dan
2.2. Geologi Daerah Inventarisasi batulempung kelabu tua – kecoklatan,
gampingan. Batugamping, putih kotor –

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-3


kekuningan, tebal lapisan 5 – 10 cm. Bagian Lapisan-lapisan batubara pada Formasi
bawah ditempati oleh konglomerat alas. Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi
Formasi Batu Ayau terletak selaras di atas Balikpapan umumnya mengikuti pola struktur
Formasi Marah. Tersingkap di bagian sinklin tersebut.
baratdaya dengan luas pelamparan sekitar
10% daerah inventarisasi. Formasi ini tersusun
oleh dominan batupasir dan sedikit
batulumpur, batulanau dan batugamping,
setempat terdapat sisipan batubara. Batupasir, III. HASIL PENYELIDIKAN
kelabu muda – coklat muda, berbutir halus – 3.1. Geologi Endapan Batubara
sedang, terpilah baik, menyudut –menyudut Dari keempat formasi yang
tanggung, struktur sedimen perarian sejajar tersingkap di daerah inventarisasi, endapan
dan konvulut. Batulumpur dan batulanau, batubara
kelabu tua –hitam, gampingan, karbonan, ditemukan pada tiga formasi yaitu Formasi
sisipan batubara.. Batugamping, coklat muda Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi
– kecoklatan, klastika, didukung pasir, Balikpapan.
pecahan fosil, matriks lumpur karbonat. Sebagaimana dijelaskan terdahulu
Formasi Wahau tersingkap paling luas di sedimentasi Tersier pada Cekungan Kutai
daerah inventarisasi dengan luas pelamparan mengalami tiga peristiwa tektonik yang terjadi
sekitar 70% daerah ini. Formasi Wahau pada Oligosen, Miosen dan Pliosen. Ketiga
terletak tak selaras di atas Formasi Batuayau. peristiwa tektonik ini menyebabkan
Formasi ini tersusun oleh perselingan terbentuknya ketidakselarasan antara
batulempung, batupasir kuarsa, batupasir pengendapan Formasi Batuayau, Formasi
lempungan, batulempung pasiran dan Wahau dan Formasi Balikpapan yang
setempat konglomerat. Batulempung, kelabu tercermin dari posisi stratigrafi ke tiga formasi
tua, setempat sisipan batubara. Batupasir tersebut di daerah ini. Di bagian Baratdaya
kuarsa, kelabu – kuning, halus – sedang, dan Barat Formasi Batuayau, Formasi Wahau
terpilah baik, tufaan dan karbonan. Batupasir dan Formasi Balikpapan masing-masing
lempungan dan batulempung pasiran, kelabu – membentuk pola sinklin. Hubungan antara
kecoklatan, setempat karbonan. Di bagian Formasi Batuayau dengan Formasi
bawah formasi ini terdapat batugamping dan Balikpapan diperkirakan merupakan kontak
serpih. sesar naik, sedangkan dengan Formasi Wahau
Formasi Balikpapan tersingkap di bagian adalah kontak sesar turun sehingga Formasi
baratdaya dan selatan dengan luas pelamparan Batuayau diperkirakan tersingkap akibat
sekitar 10%. Formasi ini terdiri atas batupasir adanya sesar naik. Kontak antara Formasi
kuarsa, batulempung ,batulanau dan sisipan Wahau dan Formasi Balikpapan adalah
batubara. Batupasir kuarsa, halus –sedang, ketidakselarasan bersudut.
terpilah baik, bersisipan batubara..
Batulempung, masif - berlapis,setempat 3.2. Endapan Batubara
karbonan. Batulanau berlapis baik. Dari pemetaan geologi dan endapan
Batuhgamping, melensa, pejal. Formasi batubara telah diperoleh sekitar 90 lokasi
Balikpapan berumur Miosen Tengah, singkapan batubara dengan ketebalan
diendapkan di lingkungan delta – litoral bervariasi mulai < 1m hingga lebih dari 20 m.
sampai laut dangkal. Singkapan-singkapan batubara tersebut
ditemukan pada tiga formasi yaitu Formasi
2.2.3. Struktur Batuayau, Formasi Wahau dan Formasi
Struktur geologi yang berkembang di Balikpapan. Dari hasil konstruksi data
daerah inventarisasi adalah struktur lipatan singkapan, bor, litologi maupun aspek geologi
dan sesar. Struktur lipatan berupa antiklin dan lainnya dilakukan korelasi untuk mengetahui
sinklin yang sumbunya berarah relatif Utara – jumlah lapisan dan penyebaran batubara.
Selatan hingga Baratlaut – Tenggara Lapisan-lapisan batubara pada Formasi
sedangkan struktur sesar berarah relatif Batuayau terdapat pada struktur sinklin di
Timurlaut - Baratdaya. bagian Baratdaya di sekitar aliran S. Kelinjau
Salah satu unsur struktur yang dominan di sehingga sinklin ini dinamakan sinklin
daerah ini adalah struktur sinklin. Sinklin- Kelinjau. Sinklin ini memiliki kemiringan
sinklin tersebut umumnya terlipat lemah relatif landai pada kedua sayap dengan
dengan kemiringan kedua sayap yang cukup kemiringan sekitar 5° - 13°. Terdapat minimal
landai yaitu bervariasi dari 5° hingga 20°. tiga lapisan batubara yang dinamakan lapisan

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-4


Low (L), Kelinjau-1 (K-1) dan Kelinjau-2 (K- Selatan. Lapisan GB-2 memiliki ketebalan 7,6
2). m, kemiringan sekitar 7° dan panjang
Lapisan Low memiliki ketebalan lapisan pelamparan sejauh 6 km dan diperkirakan
batubara bervariasi 7.0 – 14,7 meter pada masih menerus ke sebelah Selatan.
sayap Timur sedangkan pada sayap Barat Lapisan batubara Formasi
lapisan batubara diperkirakan menipis hingga Balikpapan pada sinklin Ngen mengandung
<1m, kemiringan rata-rata sekitar 9° dengan empat lapisan batubara yang masing-masing
pelamparan lateral diperkirakan sejauh sekitar dinamakan lapisan Ngen-1 (N-1), gen-2(N-2),
11 km. Lapisan K-1 memiliki ketebalan Ngen-3 (N-3) dan Ngen-4 (N-4). Lapisan N-1,
batubara relatif konsisten pada ke dua sayap ketebalan rata-rata sekitar 9,9 m, kemiringan
yaitu sekitar 6,6 – 12,4 meter, kemiringan antara 12° - 20° dan panjang ke arah lateral
rata-rata 9° dan pelamparan lateral sejauh 21 km. Lapisan N-2, ketebalan rata-
diperkirakan sejauh sekitar 23,5 km. Lapisan rata sekitar 13,2 m, kemiringan sekitar 14° -
K-2 hanya ditemukan pada sayap, 15° dan panjang ke arah lateral sejauh 18,5
ketebalannya santara 1 - 6,4 meter, km. Lapisan N-3 memiliki ketebalan rata-rata
kemiringan rata-rata 6° dan pelamparan lateral sekitar 10,4 m, kemiringan rata-rata 12° dan
diperkirakan sejauh 2,4 km, pada sayap Barat panjang ke arah lateral sejauh 15,5 km.
lapisan ini diperkirakan menipis atau Lapisan N-4, ketebalan lapisan batubara rata-
menghilang. rata sekitar 14,6 km, kemiringan antara 10° -
Pada sinklin Gungsuang terdapat minimal 12° dan panjang ke arah lateral sejauh 12 km.
tiga lapisan batubara yaitu lapisan Gungsuang-
1 (GS-1), Gungsuang-2 (GS-2) dan 3.3. Kualitas Batubara
Gungsuang-3 (GS-3). Lapisan GS-1 ketebalan 3.3.1. Megaskopis
lapisan bervariasi dari 5 – 9,7 meter, Pengamatan secara megaskopis dari
kemiringan rata-rata 7° dan pelamparan sejauh batubara di daerah ini baik dari singkapan
26 km. Lapisan G-2 ketebalan lapisan berkisar maupun dari conto inti bor memperlihatkan
1,0 – 3,0 meter, kemiringan rata-rata 9° dan ciri fisik yang hampir sama antara endapan
melampar sejauh 8,5 km. Lapisan GS-3 batubara pada Formasi Batuayau, Formasi
ketebalannya antara 5,0 – 18,8 meter, Wahau dan Formasi Balikpapan. Secara
kemiringan rata-rata sekiart 15° dan umum batubara pada daerah ini berwarna
pelamparan lateral diperkirakan sejauh 20 km. hitam kecoklatan – hitam, kusam – kusam
Di daerah Marahbibitan terdapat tiga berlapis, struktur kayu kadang-kadang masih
lapisan batubara yaitu masing-masing tampak jelas, resin biasanya terdapat dalam
dinamakan Lapisan B-1 dengan ketebalan bentuk butiran yang menyebar atau
sekitar 1,0 m ; Lapisan B-2 dengan ketebalan terkonsentrasi, lapisan pengotor jarang
rata-rata sekitar 3,1 meter dan Lapisan B-3 ditemukan. Kenampakan fisik batubara
dengan ketebalan 4,4 – 10,9 meter. Ketiga memperlihatkan ciri-ciri lignitik.
lapisan batubara ini memiliki kemiringan
sekitar 12° - 15°. Pelamparan lateral ketiga 3.3.2. Hasil Analisis Laboratorium
lapisan di daerah Marahbibitan ini Dari hasil analisis kimia dan
diperkirakan cukup jauh. dan masih menerus fisika conto batubara di laboratorium, tidak
keluar daerah inventarisasi namun data tercermin suatu perbedaan kualitas yang
singkapan yang diperoleh sangat minim cukup signifikan antara endapan batubara
karena tebalnya soil penutup dan tanah pada Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan
pelapukan. Formasi Balikpapan. Namun dari analisis
Lapisan batubara pada Formasi petrografi ada sedikit kenaikan nilai
Balikpapan terkonsentrasi pada dua daerah Reflektansi Vitrinit terhadap lapisan batubara
yaitu yang berumur lebih tua. Hasil analisis kimia
di bagian Baratdaya yang menempati struktur dan fisika untuk tiap formasi disarikan pada
sinklin Gebleo dan di bagian tengah yang tabel 2.
menempati struktur sinklin Ngen. Hasil analisis petrografi
Pada Sinklin Gebleo terdapat dua menunjukkan komposisi maseral batubara
lapisan batubara yaitu Lapisan GB-1 dan didominasi oleh Vitrinit dengan persentase
lapisan GB-2. lapisan GB-1 memiliki antara 88% - 98,5%, Reflektansi Vitrinit
ketebalan antara 5,1 – 17, 3 m, kemiringan antara 0,22 -0,40. Hasil analisis petrografi
rata-rata sekitar 8° dan di daerah ini memiliki disarikan pada tabel 3.
pelamparan lateral sejauh 9,5 km.
Diperkirakan lapisan masih menerus ke arah

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-5


Tabel 2. Perbandingan Kualitas Batubara Tiap Formasi

FORMASI FM TM IM VM FC Ash St SG CV HGI


% % % % % % % Gr/cm3 Kal/gr

Batuayau 34,85 44,50 14,79 44,18 35,02 6,50 0,20 1,39 5195 60
Wahau 32,03 40,40 12,22 43,37 37,13 4,56 0,13 1,38 5460 49
Balikpapan 39,90 47,49 15,04 46,20 37,72 3,43 0,13 1,40 5440 61

Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisis Petrografi

FORMASI REFLEKTAN VITRINIT (%) KOMPOSISI MASERAL (%)


MEAN KISARAN VITRINIT INERTINIT LIPTINIT
BATUAYAU 0,30 0,25-0,35 98,5 0,6 0,3
WAHAU 0,28 0,20-0,40 93,5 1,1 1,6
BALIKPAPAN 0,27 0,20-0,35 96,8 1,0 0,5

3.3.3. Interpretasi
Dari kedua hasil analisis di atas ke arah dieksploitasi. Sumberdayanya tergolong
tampak bahwa kualitas batubara ketiga cukup besar sedangkan kualitasnyanya
formasi tidak memperlihatkan perbedaan khususnya dari kandungan abu dan belerang
yang signifikan sesuai umur formasi. Hal ini dapat diklasifikasikan sebagai batubara bersih
kemungkinan karena tingkat pembebanan dan ramah lingkungan, namun salah satu
atau ketebalan sedimen yang menutupi kendala untuk pemanfaatannya adalah lokasi
lapisan batubara tidak berlangsung kontinu yang jauh dari pantai sehingga menimbulkan
sehingga mempengaruhi proses mahalnya biaya transportasi.
pembatubaraan. Kondisi tersebut IV. KESIMPULAN
diperkirakan dipengaruhi proses tektonik Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian
yang terjadi pada Oligosen, Miosen dan terdahulu adalah sebagai berikut :
Pliosen menyebabkan adanya pengakatan 1. Daerah inventarisasi secara geologi
dan erosi selama pembentukan formasi termasuk ke dalam Cekungan Kutai
batuan. yang tersusun oleh seri batuan sedimen
Dari hasil analisis kimia, fisika dan Tersier dari Formasi Marah, Formasi
petrografi dapat disimpulkan endapan Batuiayau, Formasi Wahau dan Formai
batubara di daerah ini berdasarkan Balikpapan yang berumur mulai Eosen
klasifikasi dari ASTM (USA) dan DIN hingga Pliosen. Tektonik pada
(Jerman) dapat digolongkan ke dalam lignit. Oligosen, Miosen dan Oliosen
menyebabkan ketidakselarsan antara
3.4. Sumberdaya Batubara Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan
Sumberdaya batubara di daerah ini Formasi Balikpapan.
dihitung dengan beberapa kriteria antara 2. Formasi pembawa batubara adalah
lain : Kedalaman lapisan hingga 100 m dan Formasi Batuayau, Formasi Wahau dan
ketebalan lapisan batubara minimal 1,0 m. Formasi Balikpapan.
Dari perhitungan ini dengan pedoman 3. Formasi Batuayau mengandung tiga
Standar Nasional Indonesia (SNI) diperoleh lapisan batubara utama yaitu lapisan
sumberdaya batubara total sebesar 1,403 Low, Kelinjau-1 dan Kelinjau-2.
milyar ton yang terdiri atas sumberdaya Formasi Wahau di blok III
hipotetik sebesar 881,26 juta ton dan mengandung tiga lapisan batubara
sumberdaya tereka 521,93 juta ton. yaitu Gungsuang-1, Gungsuang-2 dan
Gungsuang-3, Formasi Wahau di Blok
3.5. Prospek dan Kendala Pemanfaatan IV mengandung tiga lapisan batubara
Dari segi kuantitas dan kualitas yaitu Bibitan-1, Bibitan-2 dan Bibitan-
batubara di daerah Long Lees memiliki 3. Formasi Balikpapan di Blok I
prospek yang menarik untuk di tindaklanjuti mengandung dua lapisan batubara
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-6
yaitu Gebleo-1 dan Gebleo-2, lokasinya yang jauh dari pantai
Formasi Balikpapan di Blok II menimbulkan kendala dalam mahalnya
mengandung empat lapisan biaya transportasi.
batubara yaitu Ngen-1, Ngen-2,
Ngen-3 dan Ngen-4.
4. Kualitas batubara dicerminkan
dengan kisaran kandungan abu DAFTAR PUSTAKA
(Ash, adb), kandungan belerang(St,
adb) dan nilai kalori (CV,adb), Atmawinata, S., Ratman, N., 1995, Peta
untuk masing-masing formasi Geologi Lembar Muaraancalong,
adalah Formasi Batuayau : Ash Kalimantan,
3,18-9,39%, St 0,17-0,35%, CV skala 1 : 250.000, Puslitbang Geologi,
5100-5255 kal/gr. Formasi Wahau : Bandung.
Ash 2,58-6,11%, St 0,11-0,15%, Ilyas, S., 1997, Eksplorasi Endapan Batubara di
CV 5405-5510 kal/gr. Formasi Daerah Muarawahau dan Sekitarnya,
Balikpapan : Ash 3,28-3,78 %, St Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan
0,11-0,18%, CV 5245-5500 kal/gr. Timur, DIM, Bandung.
Berdasarkan klasifikasi ASTM Ilyas, S., 2003, Inventarisasi Endapan Batubara
batubara di daerah ini digolongkan
ke dalam Lignit. Bersistem di Daerah Muarawahau dan
5. Sumberdaya batubara dengan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Timur,
batasan kedalaman 100 m dan Provinsi Kalimantan Timur, DIM,
ketealan minimal 1,0 m adalah Bandung.
sebesar 1,403 milyar ton yang Luki Samuel, Muchsin, S., 1975, Stratigraphy
terdiri atas sumberdaya hipotetik and Sedimentation in the Kutai Basin,
881,263 juta ton dan sumberdaya Kalimantan, Proceeding Indonesian
tereka sebesar 521,927 juta ton. Petroleum Association, 4th Annual
6. Sumberdaya batubara di daerah ini Convention, Jakarta, page 27-39.
tergolong cukup besar dengan Robertson Research, 1978, Coal Resources of
kualitas termasuk batubara bersih Indonesia.
dan ramah lingkungan namun

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-7


Sepinang
Muara Wahau
R
U
KALIMANTAN M
ITanah Sangkulirang 1° LU

T Merah

N Tanjung Bengalun
A
T Sangkinah
N
A
IM BONTANG

L Muara Kaman

Adas
A
K Tenggarong Muara Badak
SAMARINDA

R
Pulung

SA
A
K
A
M
Muara Payang
BALIK PAPAN 1° LS

T
Penajam

LA
Belimbing

Longikis SE

115° BT 116° BT TANAH GROGOT 117° BT 118° BT

Lokasi daerah penyelidikan

Gambar 1. Lokasi dan kesampaian daerah inventarisasi

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-8


Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-9
T abel 1. Stratigrafi daerah Long Lees dan sekitarnya, Kalim antan Tim ur

UM UR FO RM A SI PEM ER IA N IN TR USI
KUARTER

A LU V IA L, Berupa hasil pelapukan


H O LO SEN Qa batuan yang lebih tua dan endapan
sungai, terdiri dari kerakal, kerikil,
pasir, lum pur dan sisa tum buhan.

PLIO SEN
Fm . BA LIK PA PA N , terdiri dari
batupasir kuarsa berselingan
Tm b dengan lanau karbonan, sisipan
tipis lignit dan batubara,
MIOSEN

A tas m engandung, batuan lim onit,


setem pat tufa m engandung sisa
tum buhan.
T engah
Baw ah
Fm . W A H A U , terdiri dari
OLIGOSEN

Tom w perselingan batulem pung dan


T E R S I E R

A tas
batupasir kuarsa.
T engah
Baw ah

Fm . BA TU A YA U , bagian atas
terdiri dari batupasir halus, bagian

INTRUSI ATAN
baw ah terdiri dari batupasir kasar
Tea sam pai konglom eratan berselingan
dengan batulum pur karbonan,
E O S E N

setem pat lignit dan batubara tebal


A tas
kurang dari 3 m .

Fm . M A R A H , terdiri dari
Tem perselingan napal, batulem pung
dan gam ping.

Baw ah
PALEO SEN

Batuan Bancuh Telen- Kilinjau ,


KAPUR terdiri dari batusabak,
JK m
batugam ping, rijang, batupasir
m alih dan batuan ultram afik.
YURA

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 22-10

You might also like