Professional Documents
Culture Documents
ID Pengaruh Informasi Obat Kepada Dokter Terhadap Penurunan Kejadian Permasalahan y PDF
ID Pengaruh Informasi Obat Kepada Dokter Terhadap Penurunan Kejadian Permasalahan y PDF
0,05). Jumlah item obat berhubungan langsung dengan interaksi obat. Bila obat yang diberikan banyak, maka kemung- kinan untuk terjadinya interaksi obat juga meningkat. Hal ini terlihat pada jumlah item obat setelah dilakukan_ intervensi Pada kelompok kontrol obat__ yang, diberikan mengalami peningkatan dari 6,45 menjadi 7,07 perlembar resep dan interaksi obat yang terjadi_ juga mengalami peningkatan dari 4.41 menjadi 4,68 (kenaikan sebesar 6. 6) perlembar resep. Pada kelompok intervensi, jumlah obat yang diberikan mengalami penurunan dari 6,06 menjadi 4.47 perlembar resep dan interaksi obat yang terjadi juga mengalami penurunan dari 4.21 menjadi 0,88 (penurunan sebesar 79,10 %) perlembar resep. Ini sesuai dengan penelitian Blix, dkk yang menyata-kan jumlah obat yang digunakan merupa-kan faktor resiko yang, signifikan dan independen terhadap resiko terjadinya PTO. “ Hasil uji anova pada penelitian ini memperlihatkan bahwa, perbedaan diagnosa__penyakit tidak berpengaruh ter-hadap penurunan interaksi obat, pemberian obat non DPHO dan jumlah item obat per-lembar resep. Pengaruh Informasi Obat .......(Rahmi et al) Penelitian yang dilakukan_ mem- punyai keterbatasan yaitu peneliti sebagai apoteker tidak melakukan komunikasi langsung dengan dokter penulis resep untuk membahas PTO sehingya informasi obat yang dilakukan kurang_maksimal. Data penyakit pasien diambil dari resep di apotek X yang mungkin lebih akurat bila melihat data rekam medik pasien yang bersangkutan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis resep pasien penyakit jantung dan pembuluh darah yang, ditanggung PT. Askes di apotek X Jakarta. diambil kesimpulan sebagai berikut I. Persentase pasien laki-laki relatif sama dengan pasien perempuan, persentase terbesar kelompok lanjut usia (> 60 tahun), diagnosa penyakit terbanyak pada kelompok kontrol adalah mio- karditis akut dan kelompok informasi obat adalah hipertensi, jenis obat penyakit jantung dan pembuluh darah terbanyak adalah asctosal, bisoprolol dan lisinopril. 2. Jumlah obat perlembar resep pada kelompok kontrol rata-rata 6,45 item, modus 7 item, obat non DPHO 0,92 item, biaya perlembar resep rata-rata Rp. 229.471 dan biaya yang harus ditanggung pasien 13.42%. Pada kelompok informasi obat jumlah obat perlembar resep rata-rata 6,06 item, modus 6 item, obat non DPHO 0.67 item, biaya perlembar resep rata-rata Rp. 206.298 dan biaya yang harus ditanggung pasien 12,72%, 3. PTO yang ditemukan berupa interaksi obat, pemberian obat non DPHO dan polifarmasi, Tidak ditemukan PTO berupa dosis subterapi dan dosis supraterapi, Pengaruh informasi obat kepada dokter terhadap penurunanBul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No.3, 2010:147 - 158 kejadian interaksi obat dan jumlah obat perlembar resep bermakna (p 0,000), tetapi_penurunan kejadian pemberian obat non DPHO tidak bermakna (p 0,150). Penurunan jumlah obat —per- Jembar resep menurunkan biaya yang harus ditanggung pasien sebesar 65,64 % (dari 12.72% menjadi 4.37%). Disarankan kepada PT. Askes atau RSU "P* untuk lebih serius melakukan kor munikasi” kepada dokter agar dapat menurunkan biaya yang harus ditanggung pa: jen dengan menuliskan resep obat yang tercantum dalam DPHO PT diusulkan Askes. Juga untuk dilakukan _ penelitian serupa untuk pasien dengan penyakit lainnya, serta pembuatan sofiware PTO obat DAI 1 158 t jantung dan pembuluh darah. FTAR RUJUKAN Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Apotek. Keputusan Menteri_ Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Farmasi AbuRuz, Salah M., et al. Validation of a Comprehensive Classification Tool for Treatmeat-Related Problems : Pharmacy World and Science. Springer. Volume 28 Number 4. August 2006: 223 - 227. Blix, HS. et al. Characteristics of Drug- Related Problems Discussed by Hospital Pharmacists in Multidisciplinary Teams: Pharmacy Workl and Science. — Springer. Volume 28. Number 3. June 2006: 153 - 155. Pharmaceutical Care Network Europe. DRP- Classification v.5.01.2006. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKESISK/X/2002 tentang Pe- rubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/MENKES/PER/X/ 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) (Eisi XXVIII, periode Januari ~ Desember 2009), PT. Askes (Persero). 2009: ii vii Baxter, Karen. Stockley’s Drug Interactions 7" ed. Pharmaceutical Press. 2006 Allenet, Benoit, et al. Validation of an Instrument for the Documentation of Clinical Pharmacists. Interventions. Pharmacy World and Science. Springer, Volume 28. Number 4 Augut 2006 : 185-186 Pillans, P. What isPolypharmacy?. 3 Februari 2007. Lwanga, S.K. and 8. Lameshow., Sample Size Determination in Health Studies, A Practical Manual. World Health Organisation, Geneva. 1991: 36-37, Soetedjo dk, Survai Prevalensi Penyakit Jantung pada suatu Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Semarang, Fakullas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, 1985 Hipertensi Penyebab utama Penyakit Jantung, Komunitas Kesehatan 7 Juni 2007, Direktorat_ Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Pharma- ceutical Care untuk Penyakit Hipertensi Jakarta. 2006. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat_ Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI). 2000: 47 - 48, 75, 79. 83 ~ 89, 462. The Medical Letter’s Adverse Interactions Programs, versi_ 2.2 Rochelle, New York. August 2007. Drug New Utami, Hesti. Studi Interaksi Obat Jantung Koroner di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Jogjakarta. Skripsi FMIPA Ul, Jurusan Farmasi. 2003 Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Pharma- ceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Pokus Sindrom Koroner Akut Jakarta. 2006.