You are on page 1of 40
vas & Konsep Dasar . The approach to standards should be by way of the broad function of accounting so that the standards formulated may be relevant thereto, dnd by way of the basic concepts, or assumptions underlying accounting #0 that the standards formulated may be well grounded. (@aton and Littleton, 1970) Karena penalaran dalam perekayasaan pelaporan keuangan bersifat deduktif dan normatif, penyimpulan harus dimulai dari suatu premis atau asumsi yang disepa- kati dan dianggap valid tanpa harus diuji kebenarannya. Akan tetapi, ada keyakin- an bahwa premis tersebut bermanfaat untuk landasan pengembangan rerangka ‘konseptual. Premis tersebut biasanya berbentuk konsep dan dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Dalam rerangka konseptualnya, misalnya, FASB menyebut beberapa konsep seperti conservatism, substance over form, dan accrual basis. Konsep semacam itu sering disebut dengan berbagai nama yaitu postulat (pos- tulates), asumsi dasar (basic assumptions), basic features, prinsip umum (broad principles), aksioma (axioms), doktrin (doctrines), konvensi (conventions), funda- mental (fundamentals), premis dasar, dan kendala (constraints). Konsep tersebut secara umum disebut dalam buku ini sebagai konsep dasar (basic concepts). Dise- but konsep dasar karena kalau konsep tersebut dianut akan terdapat implikasi atau konsekuensi akuntansi tertentu. . Sumber Konsep Dasar Konsep dasar pada umumnya merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakter- istik lingkungan tempat atau wilayah diterapkannya pelaporan keuangan. Ber- bagai sumber atau penulis mengajukan sehimpunan atau seperangkat konsep dasar yang isinya berbeda-beda. Berikut adalah daftar seperangkat konsep dasar dari beberapa sumber. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) IAI mengadopsi rerangka konseptual IASC sehingga konsep dasar yang dipilih juga mengikuti IASC. Ada dua konsep dasar (dinamakan astimai pelandas atau un- derlying assumptions) yang disebut secara spesifik dalam rerangka konseptual IASC. Konsep dasar tersebut adalah: ‘Wolk, Tearney, dan Dodd (2001) membedakan pengertian antara postulates, principles, dan con- cepts (hin. 129-182). . Dipindai dengan CamScanner 212 Babs 1. Basis akrual (Accrual basis) 2. Usaha berlanjut (Going concern) Paul Grady Grady (1965) melakukan studi untuk menginventarisasi praktik akuntansi di Amerika untuk mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan, kebiasaan, konsep, prinsip, praktik, metoda, dan teknik yang membentuk prinsip akuntansi berteri- ma umum Amerika.? Grady mengidentifikasi sepuluh konsep dasar yang dianggap mélandasi praktik bisnis dan akuntansi di Amerika, Grady mendeskripsi konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan (limitations) yang melekat pada statemen keuangan. Kesepuluh konsep dasar tersebut adalah: 1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi (A society and government structure honoring private property right) 2. Entitas bisnis spesifik (Specific business entities) 3. ‘Usaha berlanjut (Going concern) 4. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (Monetary expres- sion in accounts) 5. Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama (Consistency between periods for the same entity) 6. Keanekaragaman perlakuan akuntansi di antara entitas independen. (Diversity in accounting among independent entities) 7. Konservatisma (Conservatism) 8. Keterandalan data melalui pengendalian internal (Dependability of data through internal control) 9. Materialitas (Materiality) 10. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran (Time- liness in financial reporting requires estimates) Accounting Principles Board Accounting Principles Board (APB) menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar (basic features) dan memuatnya dalam APB Statement No. 4.1 APB mengidenti- fikasi tiga belas konsep dasar yang merupakan karakteristik Hingkungen diterap- kanriya akuntansi yaitu: 2Paul Grady, “Inventory of-Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises.” Accounting Research Study No. 7 (New York: AICPA, 1965), him..24, Accounting Principles Board, “Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financia! Statements of Business Enterprises,” Statement No, 4 (New York: AICPA, 1970), him. 10-11. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 213 1, Entitas akuntansi (Accounting Entity) sgnel: 2. Usaha berlanjut (Going concern) ‘ . Pengukuran sumber ekonomik dan kewajiban (Measurement of economic resources and obligations) f . Perioda-perioda waktu (Time periods) Pengukuran dalam unit uang (Measurement in terms of money),. Akrual (Accrual) : Harga pertukaran (Exchange price) . Angka pendekatan (Approximation) . Pertimbangan (Judgment) 10. Informasi keuangan umum (General-purpose financial information) 11. Statemen kewangan berkaitan secara mendasar (Fundamentally related financial statements) 12. Substansi daripada bentuk (Substance over form) 13: Materialitas (Materiality) » va per pare Wolk, Tearney, dan Dodd ~ Wolk dan Tearney mendaftar empat konsep yang dianggap sebagai postulat dan beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi-masukan (input-oriented princi- ples) yaitu recognition, matching, conservatism, disclosure, materiality, dan objec- tivity dan prinsip berorientasi-keluaran (output-oriented principles) yaitu comparability, consistency, dan uniformity.’ Keempat konsep yang dikategori se- bagai postulat adalah: 1. Usaha berlanjut (Going concern) 2, Perioda waktu (Time period) : 3 3. Entitas akuntansi (Accounting entily) 4. Unit moneter (Monetary unit) - Anthony, Hawkins, dan Merchant Penulis ini mendaftar sebelas konsep berikut ini yang dijadikan basis dalam mem- bahas isi, bentuk, susunan, dan arti penting statemen keuangan. Konsep dasar 1 sampai 5 dikategori sebagai pelandas statemen posisi keuangan (neraca) sedang- kan konsep dasar 6 sampai 11 dikategori sebagai pelandas statemen laba-rugi.> “Wolk, Tearney, dan Dodd (2001), him. 139. “Robert N. Anthony, David F. Hawki lan Kenneth A. Merchant, Accounting: Text and Cases (Boston: McGraw-Hill, 1999), him, 26, 7 Dipindai dengan CamScanner 1. Pengukuran dengan unit uang (Money measurement) 2. Entitas (Entity) 3. Usaha berlanjut (Going concern) 4. Kos (Cost) 5. Aspek ganda (Dual aspect) 6. Perioda akuntansi (Accounting period) 7. Konservatisma (Conservatism) : 8. Realisasi (Realization) 9. Penandingan (Matching) 10. Konsistensi (Consistency) 11. Materialitas (Materiality) Paton dan Littleton Seperangkat konsep dasar yang dikemukakan Paton dan Littleton (1970) merupa- kan konsep-konsep dasar yang dikenalkan sebelum sumber-sumber yang disebut sebelumnya. Buku Paton dan Littleton (P&L) yang diterbitkan pertama kali pada- tahun 1940 tersebut merupakan salah satu karya klasik yang mempengaruhi pemikiran akuntansi sesudah itu. Berikut adalah konsep-konsep dasar yang dike- mukakan P&L. - 1, Entitas bisnis‘atau kesatuan usaha (The business entity) 2. Kontinuitas kegiatan/usaha (Continuity of activity) 3. Penghargaan sepakatan (Measured consideration) 4. Kos melekat (Costs attach) 5. Upaya dan capaian/hasil (Effort and accomplishment) 6. Bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence) - 7. Asumsi (Assumptions) Beberapa daftar di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tentang 8P2 yang dimasukkan sebagai konsep dasar oleh berbagai sumber di ates. Perbedaan dapat terjadi karena perbedaan persepsi berbagai sumber tentang faktor lingkung- an atau karena perbedaan pendefinisian makna atau status suatu konsep sebog® konsep dasar. Sebagai contoh, Grady menganggap bahwa hak milik pribadi meru- pakan suatu’ konsep dasar sedangkan penulis lain menganggap hak milik pribadi adalah suatu faktor lingkungan. P&L tidak memasukkan materialitas sebag®! konsep dasar mungkin karena mereka menganggap bahwa materialitas Jebih "WA Paton dai A. C, Li i ‘i ks AAA, 1970), dan A. C, Littleton, An Introduction to Corporate Accounting Standards.(New Yo" Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar . “ee 215 merupakan kriteria pemilihan informasi dan karenanya kurang validitasnya se- bagai konsep dasar. Demikian juga, konsep taksiran sering tidak dimasukkan dalam konsep dasar karena konsep taksiran lebih merupakan keterbatasan infor- masi keuangan daripada sebagai konsep itu sendiri. Suatu konsep dasar acapkali merupakan turunan atau konsekuensi logis dari konsep dasar yang lain sehingga terjadi perbedaan tentang banyaknya konsep- konsep yang masuk dalam seperangkat konsep dasar. Konsep sistem berpasangan, misalnya, scbenarnya adalah konsekuensi atau turunan dari konsep entitas bisnis. ~ Demikian juga, konsep perioda waktu dan konsep akrual, keduanya sebenarnya adalah turunan konsep dasar penandingan upaya dan hasil. Untuk menunjuk kon- sep yang maknanya sama sering kali juga digunakan beberapa istilah yang berbe- da. Misalnya: kesatuan akuntansi, kesatuan usaha, kesatuan, entitas; continuity, going concern, kesinambungan, berlangsung terus, dan kontinuitas usaha. Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L sebenarnya sudah cukup lengkap karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan praktik akun- tansi yang berjalan pada jamannya. P&L juga menunjukkan kaitan antara konsep dasar yang satu dengan yang lain secara koheren. Depat dikatakan demikian kare- na konsep dasar yang satu berkaitan dengan konsep dasar yang lain secara logis sehingga membentuk satu kesatuan. Oleh karena itu, konsep dasar P&L dijadikan. bahan bahasan utama kemudian disusul pembahasan konsep dasar lain dengan menunjukkan hubungannya dengan konsep dasar P&L. Pembahasan konsep dasar berikut diarahkan untuk menunjukkan pengertian, veliditas, implikasi kon- - sep dasar terhadap stander atau praktik akuntansi, dan hal-nal penting lain yang berkaitan dengan konsep dasar bersangkutan. Kesatuan Usaha Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau bedan usaha ekono:nik yang berdi kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri berarti bahwa suatu ke- satuan atau badan usaha diperlakukan sebagai orang (person). Dengan demikian, konsep ini mempersonifikasi badan usaha sehingga badan usaha dapat melekukan perbuatan hukum dan ekonomik (misalnya membuat kontrak atau memi asct) atas nama badan tersebut dan hukan atas nama pemilik. Jadi, hubungan entara kesatuan usaha dan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis (hak dan kewa- jiban atau utang dan piutang). Femisahan kedudukan kesatuan usaha dan pemilik berarti bahwa fungsi manajemen terpisah dengan fungsi investasi. Kesatuan usa- ha menjadi sudut pandang akuntansi berarti baiwa akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangen kesatuan usaha bukan pemili. Dengan kata lain, ke- satuan usaha menjadi kesatuan pelapor (reporting entity) yang bertanggung jelas kepada pemilik. Kesatuan-usaha merupakan pusat pertanggungjelasan. Statemen keuangan merupakan medium pertanggungjelasan. Dipindai dengan CamScanner sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan “ ¥ 216 Babs Konsep dasar ini didukung legitimasinya dari segi administrasi yang baik. Se- cara administratif, pemisahan antara pemilikan dan manajemen (khususnya peru- sahaan tidak berbadan hukum) merupakan praktik sehat yang sangat penting. Dari segi yuridis, konsep ini sangat didukung legitimasinya dengan diakuinya ben- tuk badan usaha perseroan terbatas (PT) secara hukum. Gambar 5.1 menyajikan konsep kesatuan usaha secara diagramatik. Gambar 5.1 Pengertian Konsep Kesatuan Usaha Kesatuan Usaha Se dee Manajemen . Pemilik * Berbuat dan bertindsk ‘atas namanya sendiri ‘Akuntan Dengan pengertian di atas, bila konsep kesatuan usaha dianut, konsep ini mempunyai beberapa implikasi di bawah ini. Kesatuan usaha hanya merupakan salah satu konsep kesatuan. Konsep kesatuan yang lain (misalnya kesatuan pemi- lik) akan dibahas dalam topik laba di bab lain buku ini. Batas Kesatuan Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas kesatu- an usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik.:Artinya, akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali-(control).oleh satu manajemen. Oleh karena itu, untuk menentu- kan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjelasan keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Beberapa buah perseroan yang se- cara yuridis terpisah tetapi:mempunyai saling-hubungan ekonomik sebagai satu kegiatan di bawah satu kendali (manajemen) diperlakukan akuntansi sebagai satu kesatuan usaha. Sebagai contoh adalah suatu perusahaan induk (holding compa- ny) yang memiliki sebagian besar saham beberapa perseroan terbatas schingga 8¢- cara ekonomik menguasai kebijakan perseroan tersebut. Karena dikuasai satu Perusahaan, secara ekonomik seluruh perusahaan (induk dan beberapa anak) di- Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 217 pandang sebagai satu kesatuan usaha. Itulah sebabnya standar akuntansi mewa- jibkan agar statemen keuangan konsolidasian disusun untuk perusahaan induk yang mempunyai beberapa perusahaan anak yang ada di bawah kendalinya. Pengertian Ekuitas Karena hubungan antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai implixasi terhadap pendefinisian ekuitas. Dengan sudut pandang kesatuan usaha, secare konseptual ekuitas atau modal merupakan utang atau kewajiban perusa- haan kepada pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefinisian secara struktural bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap aset bersih sebagaimana didefinisi dalam rerangka konseptual FASB. Dalam hal ini, sudut pandang FASB adalah pemilik. Hubungan konsep.kesatuan usaha dan definisi ekuitas dinyatakan’ secara simbolik dalam Gambar 5.2 berikut. Gambar 5.2 Konsep Kesatuan Usaha dan Pengertian Ekuitas Kesatuan Usaha - Hubungan bisnis Kea/aumber ekonomi caf Pam Kewajben + Erutas— Ung | Investor) Pengertian Pendapatan Konsep kesatuan usahe dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan untung) didefinisi sebagai kenaikan atau aliran masuk aset, Dengan konsep kesatuan usa- ba, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan merupa- Kan aset perusahaan bukan aset pemilik. Kalau ada aliran aset masuk (misalnya kas) yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa maka aset perusahaan akan bertambah. Kas masuk itulah yang disebut pendapatan. Tambahan aset ini pada akhirnya nanti akan dikembalikan kepada pemilik kalau perusahaan tidak diteruskan atau dilikuidasi. Ini berarti bahwa pada saat kas ma- ‘suk sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya telah mempunyai utang kepada pemilik yang pada saatnya nanti harus dikembalikan. Teleh disebut di atas, utang kesatuan usaha kepada pemilik disebut ekuitas, Pada saat terjadi pendapatan (kenaikan aset), pada saat yang sama utang unit usaha kepada pemilik bertambah yang berarti ekuitas bertambah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendapatan menambah ekuitas (utang kesatuan usaha kepada pemilik): Dipindai dengan CamScanner 218 . Babs dJadi, pendapatan menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan (aliran masuk) kas menimbulkan kenaikan utang kesatuan usaha kepada pemilik (ekuitas). Dengan demikian, definisi pendapatan menurut FASB konsisten dengan konsep kesatuan usaha. Dengan cara berpikir yang sama dapat dijelaskan pula mengapa pendapatan (untung) juga didefinisi sebagai penurunan kewajiban. Kewajiban suatu saat akan mengakibatkan aliran aset keluar. Kalau kewajiban turun tanpa dibarengi dengan keluarnya aset berarti jumlah rupiah aset yang tidak jadi keluar akhirnya akan kembali ke pemilik sehingga utang kesatuan usaha kepada pemilik bertambah. Ini berarti aset yang tidak jadi keluar menjadi pendapatan. Contoh penurunan kewa- jiban yang merupakan pendapatan adalah bagian dari pendapatan diterima di muka (unearned revenues) yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan dalam penyesuaian akhir tahun. Pendapatan -diterima di muka merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk menyerahkan barang dan jasa. Kalau kewajiban tersebut telah dipenuhi, kewajiban (pendapatan diterima di muka) tersebut berkurang dan menjadi pendapatan. Pengertian Biaya Sejalan dengan penalaran dalam pengertian pendapatan sebagai kenaikan aset, definisi biaya sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha. Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan, menyebabkan aset (sediaan barang) berkurang. Berkurangnya aset (sebesar kos barang terjual) inilah yang disebut biaya. Bila pendapatan yang diper- oleh diabaikan atau dipisahkan dengan berkurangnya aset, maka berkurangnya aset: sebesar kos barang terjual ini akhirnya harus ditanggung oleh pemilik. Jadi, seandainya semua aset (setelah dikurangi utang) harus dikembalikan kepada pe- milik, jumlah rupiah yang kembali ke pemilik akan berkurang sebesar biaya terse- but. Ini berarti bahwa, pada saat terjadi biaya utang kepada pemilik berkurang dan pemilik harus bersedia menanggung biaya tersebut karena kesatuan usaha dapat dikatakan bertindak untuk kepentingan pemilik.” Jadi, dapat dikatakan bahwa biaya mengurangl elsultas. Penalaran yang sama dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa biaya dapat didefinisi sebagai timbulnya kewajiban. Penyerahan barang atau produk tidak selalu berasal dari aset tetapi dapat berasal dari kewajiban schingga biaya dapat didefinisi sebagai timbulnya kewajiban dalam rangka menciptakan pendapatan yang akhirnya mengakibatkan turunnya aset. Jadi, definisi biaya oleh FASB konsisten dengan konsep kesatuan usaha. oe “Sesuai dengan gagasan P&L di atas, pendapatan dan biaya merupakan penda- patan dan biaya kesatuan usaha buken pemilik. Oleh karena itu, pondapatan dan 7Apakah pemilik bersedia menanggung turunnya aset akibat biaya bergantung pada apakah yang dikeluarkan oleh kesatuan ussha bener-benar untuk biaya. Hal ini harus diyji nantinya oleh aditor. Akan tetapi, pengurangan utang kepada pemilik (ckuitas) akibat biaya tidak harus menunggu sampoi biaya tersebut diaudit. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 219 biaya tidak didefinisi atas dasar perubahan ekuitas tetapi atas dasar perubahan aset. Bahwa pendapatan dan biaya mempengaruhi ekuitas merupakan akibat di- anutkan konsep kesatuan usaha. Dengan kata lain, pendapatan, biaya, untung, dan rugi merupakan penyebab perubahan ekuitas. Hal ini sejalan dengan kedu- dukan keempat elemen tersebut terhadap ekuitas yang ditunjukkan dalam Gam- bar 4.13. Implikasi pendefinisian pendapatan dan biaya dilukiskan dalam Gambar 5.3 berikut ini. oe Gambar 5.3 Implikasi Konsep Kesatuan Terhadap Pengertian Pendapatan dan Biaya Kesatuan Usaha Kas/sumber ekonomik lain Pelanggan | pengertian pendepatan sebagai kenalkan eset Utang Rp1.000.000 pe cime Sidtnonye wtedap Exuitas bertambah akibat ciate, Pendapetan (pen) Sediaan barang Pelanggan | Pengerian biaya : ‘sebagai penurunan aset Utang Rp700.000 _: Pemilik dan akibatnya terhadap ruitas berkurang ekibat are ‘biaya berupa kos barang tert Konsep di atas bermanfaat untuk menalarkan kepada pelajar akuntansi pe- mula mengapa jurnal transaksi penjualan dicatat sebagai debit kas/piutang dan kredit penjualan. Dengan pengertian pendapatan dan biaya di atas, pengertian laba juga mengikuti konsep di atas. Laba (atau rugi) merupakan elemen yang harus didefinisi sebagai perubahan aset perusahaan dan baru kemudian ditunjuk- --kan-pengaruhnya terhadap ekuitas. Dari sudut pandang kesatuan usaha, laba di- .etahan (retained earnings) merupakan utang perusahaan kepada pemilik. Sistem Berpasangan Sistem berpasangan (double-entry) atau aspek ganda (dual aspect) yang dikemuka- kan Anthony, Hawkins, dan Merchant sebenarnya merupakan konsekuensi logis atau turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik mengakibatkan manajemen harus selalu mempertanggungjelaskan aset yang dikelolanya dan sumber aset tersebut. Ini berarti bahwa pengaruh tran- saksi terhadap hubungan bisnis dan posisi keuangan (termasuk utang-piutang dengan pemilik serta pihak lainnya) harus selalu ditunjukkan. Untuk melaksana- kan hal ini dengan mudah dan nyaman, digunakanlah sistem berpasangan. Dipindai dengan CamScanner 220 . Bab 5 Persamaan Akuntansi Konsep kesatuan usaha memisahkan manajemen dengan penyedia dana (investor dan kreditor) dan manajemen bertanggungjawab kepada mereka. Pertang- gungjelasan menuntut agar aset yang dipercayakan kepada manajemen selalu di- tunjukkan sumber atau asalnya. Pelaporan keuangan harus menunjukkan hubungen ini, Hubungan fungsional inilah yang disebut persamaan akuntansi. Persamaan akuntansi merupakan cara merepresentasi sistem berpasangan. Agar penyusunan statemen keuangan dapat dilakukan dengan cepat, sistem akuntansi (buku besar) harus diorgenisasi ates dasar persamaan akuntansi. Oleh karena itu, persamaan akuntansi dapat dikatakan sebagai hubungan fungsional buku besar yang merepresentasi elemen statemen keuangan. Dengan konsep ke- satuan usaha, elemen pendapatan (serta untung) dan biaya (serta rugi) merupa- kan penyebab perubahan ekuitas. Hubungan fungsional antarbuku besar ini dapat dinyatakan sebagai berikut:* A=K+E+P-B+1-D Karena I dan D dipandang jarang terjadi, persamean akuntansi sering hanya dinyatakan sebagai A = K + E + P - B. Dengan konsep-kesatuan usaha, persa- maan akuntansi merupakan persamaan spesifik atau khusus dan bukan persa- maan aljabar. Oleh karena itu, susunan persamasn akuntansi tidak dapat dibolak-balik secara sembarang. Misalnya, suku B dan D dipindah ke ruas kiri se- perti persamaan aljabar sehingga persamaan menjadi A+B+D=K+E +1. Artikulasi Sebagai konsep dasar yang dikemukakan APB yaitu bahwa statemen keuengan pberkaitan secara mendaser (fundamentally related financial statements), artikulasi sebenarnya merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan"bahwa laba dalam statemen Jaba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan jumlah rupieh ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama-dengan jum- tah rupiah ekuitas dalam neraca, Dengan konsep kesatuan usaha, pendapatan (P), biaya (B), dan laba (P = B) didefinisi sebagai perubahan aset yang akhirnya mem- pengaruhi ekuitas. Dengan demikian, posisi keuangan ewal digabung dengan pe- rubahan akan menghasilkan ~posisi. keuangan akhir, Hubungan ini dapat dilukiskan sebagai berikut: Postal akhir; A* = K* + E* Posisiawa; A = K + E Posisi awal: A= K + E atau Perubahan: AA = AK + AE Porubahan: AA = AK + AE Posisl akhi: A+ AA= K+ OK +E + OE "A = Aset, K = Kewajiban, E = Ekuitas, P = Pendapatan, B = Biaya, I = Investasi oleh pemilik, dan D = Distribusi ke pemilik. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar : 201 Dari hubungan‘di atas dapat dinyatakan bahwa' A* = A + AA‘dan K* = K + 4K. dan E* = E + AE. Akibat konsep kesatuan usaha, AE = P -B + | -D. Oleh karena itu, artikulasi statemen keuangan dapat dijelaskan dalam konteks persa- maan skuntansi pada Gambar 5.4 berikut ini. « : Gambar 5.4 Artikulasi Statemen Keuangan Posis| awa: (A= +E Je Norcal TT ean ia en hop ened Dyes a Selama poroda: At = Ke +e +(e 5) + 8 1 | 1 ' 1 E* = [E+ Laba/(Fug) + Transaks! modal bersin + Peta Neraca akhir " Statemen pérubahan ekuitas Bila dikaitkan dengan fokus pengukuran, pendefinisian pendapatan dan biaya (dengan sendirinya laba) sebagai perubahan aset atau kewajiban sering disebtt dengan pendekatan aset-kewajiban (asset-liability approach). Akibat artikula- si, laporan laba-rugi semata-mata merupakan sarana untuk melaporkan perubah- an bersih aset dan kewajiban (aset bersih). Dengan demikian, laba merupakan konsekuensi pengukuran aset dan kewajiban sebagai fokus. Demikian juga, ekui- tas semata-mata merupakan akibat atau produk samping (by-product) pengukuran perubahan aset bersih sehingga tidak didefinisi secara semantik seperti aset atau kewajiban. RK FASB dibangun atas dasar pendekatan aset-kewajiban sehingga ekuitas didefinisi sebagai aset dikurangi kewajiban kemudian laba komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas. Pendefinisian ekuitas dan laba komprehensif tersebut masih bersifat struktural belum sepenuhnya semantik. Pasangan atau lawan pendefinisian elemen statemen dengan pendekatan aset-kewajiban adalah pendekatan pendapatan-biaya (revenue-expense ap- proach). Pendekatan ini menekankan pendefinisian, pengakuai, dan pengukuran Pendapatan dan biaya (dengan sendirinya laba) sehingga perubahan aset dan ke- : *Lihat contoh seperangkat statemen keuangan yang berartikulasi dalam Suwardjono (2002), him. 69 dan 98. Karena transaksi modal yang berkaitan dengan investasi dan distribusi dapat dikatakan jarang terjadi, statemen perubahan ekuitas untuk perseroan sering hanya berisi perubahan laba ditahan sehingga statemen tersebut sering disajikan sebagai statemen perubahan laba ditahan. Dipindai dengan CamScanner 222. . BabS wojiban dianggap sebagai akibat atau produk samping pengukuran pendapatan dan biaya. Sebagai konsekuensi, neraca akan dipenuhi dengan pos-pos beban tangguhan (deferred charges) dan kredit tangguhan (deferred credits) yang tidak memenuhi definisi aset atau kewajiban. Selisih kurs kapitalisasian atau kos organisasi adalah contoh pos yang sebenarnya tidak memenuhi definisi aset (tidak mengandung manfaat masa datang yang cukup pasti). Demikian juga, pendapatan bunga diterima di muka sebenarnya bukan merupakan kewajiban nyata karena tidak mengandung pengorbanan sumber ekonomik di masa datang. Pendekatan aset-kewajiban dan pendapatan-biaya mengakibatkan pendefini- sian, pengukuran, dan pengakuan elemen yang satu merupakan produk samping pendefinisian, pengukuran, dan pengakuan elemen lainnya. Hal ini terjadi karena akuntansi menganut pendekatan artikulasian (articulated approach) yaitu bahwa statemen keuangan harus berartikulasi. Dengan pendekatan ini, semua perubahan .aset bersih akibat transaksi dengan nonpemilik dilaporkan melalui statemen laba-rugi dan laba komprehensif (penyajian all-inclusive) sehingga in- tegritas statemen laba-rugi dapat dipertahankan. Dengan demikian, labe atau rugi penahanan aset (holding gains and losses) harus dilaporkan lewat statemen laba- rugi tidak langsung ke ekuitas sebagai penyesuai laba ditahan. Pendekatan seperti ini menghalangi pengukuran elemen-elemen statemen laba-rugi terpisah atau in- dependen terhadap pengukuran elemen-elemen neraca. Oleh karena itu, timbullah gagasan tentang pendekatan nonartikulasian (nonarticulated approach) yang memisahkan pengukuran elemen-elemen kedua statemen tersebut. Basis pengukuran-elemen dalam kedua statemen dapat berbe- da sehingga dihasilkan neraca berbasis pengukuran aset-kewajiban (asset-liability- based balance sheet) dan statemen laba-rugi berbasis pengukuran pendapatan- biaya (revenue-expense-based income statement) yang independen. Misalnya, kos pengganti (replacement cost) sediaan digunakan untuk pengukuran dalam state- men laba-rugi sementara nilai pasar (market value) digunaken untuk pengukuran dalam neraca. Untuk kepentingan pelaporan, keduanya dapat direkonsiliasi (omacam diartikulasi) melalui statemen perubahan. ekuitas yang berfungsi é2- bagai pengungkapan pelengkap (supplemental disclosure). Kontinuitas Usaha Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa kalau tidak ~ ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa ke- satuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tiddk terbatas. Konsep ini akan menjadi pertimbangan pada saat penyusunan statemen keuangan ‘atau pada saat akuntansi menghadapi: berbagai pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan di masa datang tidak pasti. “Lihat pembahasan rinci tentang pendekatan asot-kewajiban dan pendapatan-biaya dan kaitan- nya dengan artikulasian dan nonartikulasian dalam Wolk, Tearney, dan Doda (2001), him, 981-395. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar . 223 Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum (normal expec- fation) pendirian perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang bukan untuk mati atau dilikuidasi. Validitas harapan normal ini juga didukung se- cara empiris dengan banyaknya perusahaan yang hidup cukup lama. Perusahaan tidak didirikan untuk usaha-usaha yang sporadik dan berjangka pendek dan begitu basil yang diinginkan tercapai kemudian perusahaan dilikuida- . si. Karena likuidasi bukan merupakan harapan yang umum dalam pendirian peru- sahaan, harapan yang logis dan masuk akal adalah justru kontinuitas usaha. Semata-mata ada kemungkinan bahwa perusahaan akan bankrut atau bubar se- tiap saat tidak dapat dijadikan pegangan dalam perekayasaan pelaporan keuangan atau penyusunan standar. Walaupun demikian, dalam kasus atau kondisi tertentu yang memberi gejala atau kepastian bahwa perusahaan akan mengalami masalah dengan kelangsungan hidupnya, perlakuan akuntansi khusus atas dasar likuidasi dapat diterapkan." Konsep ini mémpunyai implikasi terhadap makna laporan periodik, fungsi statemen laba-rugi dalam menentukan daya melaba (earning power) jangka pan- jang, dan fungsi neraca dalam hubungennya dengan penilaian techadap aset atau sumber ekonomik perusahaan. Arti Penting Laporan Periodik Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan berkembang dengan jalan menciptakan laba terus-menerus dalam jangka panjang. Laba diperoleh melalui kegiatan menyerahkan barang atau jasa yang menimbul- kan biaya sebagai aliran keluar aset (sumber ekonomik) dan kegiatan mendatang- kan pendapatan yang merupakan aliran aset-masuk akibat penyerahan barang atau jasa tersebut. Dengan demikian, kesatuan usaha dapat dipandang sebagai pu- sat aliran pendapatan dan biaya yang berlangsung terus. Kesatuan usaha juga akan mengubah sumber ekonomik yang satu menjadi yang lain secara terus-me- nerus untuk menyediakan barang atau jasa. Dengan penalaran di atas, kinerja akhir dapat diketahui secara tuntas dan ob- jektif kalau perusahaan benar-benar dinyatakan berhenti, dinilai pada saat itu, dan kemudian dilikuidasi. Akan tetapi, akuntansi tidak harus menuinggu sampai kesatuan usaha dilikuidasi hanya untuk mengukur kinerja akhir secara objektif karena memang bukan likuidasi yang menjadi tujuan perusahaan. Pelaporan keuangan Icbih berkepentingan dengan daya melaba (earning power) perusahaan. Untuk suatu perioda, tingkat mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu disebul dengan tingkat imbalan investasi (rave of return on invest- ment). Tingkat imbalan tersebut dapat divkur secara periodik. Daya melaba adalah rate-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan periodik tersebut. Tentu . Lihat SA Scksi 341 dalam Sfandar Profesional Akuntan Publik (2001) untuk penjelasan tentang gejala-gojala yang harus dievaluasi auditor untuk menentukan kesangsian akan kelangsungan hidup suntu perusaiaun, Dipindai dengan CamScanner 224 Bab 5 saja, perusahaan diharapkan berkembang terus sehingga laba dan tingkat investa- si periodik terus meningkat dalam jangka panjang. Gambar 5.5 melukiskan makna daya melaba dalam bentuk laba nominal dan tingkat imbalan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa daya melaba dapat dipandang sebagai kecenderungan (trend) laba atau sebagai rata-rata tingkat imbalan investasi dalam jangka panjang. Gambar 5.5 Makna Daya Melaba Laba (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 -B Perloda waktu Tingkat Imbalan Investasi (%) 1 2 3 4 § 6 7 8 Porlodawaktu Kedudukan Statemen Laba-Rugi Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik masuk dan keluar kesatuan usaha (pendapatan dan biaya) harus dipenggal-peng- gal dengan peroda waktu sebagai wadah atau penakar. Jadi, konsep perioda waktu yang dikemukakan Anthony, Hawkins, dan Merchant atau perioda akuntansi oleh APB sebenarnya merupakan turunan dari konsep dasar kontinuitas usaha. Peng- galan pendapatan dan biaya untuk suatu perioda dituangkan dalam statemen laba-rugi periodik sehingga statemen laba-rugi dipandang sebagai stateraen yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba dalarn rangka me- nilai daya melaba. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar . 225 Pemenggalan aliran data yang terus-menerus dalam penggalan waktu sebagai penakar cenderung memutus keterkaitan antara kejadian-kejadian antarperioda yang berkaitan. Akibatnya, kalau tidak hati-hati, orang cenderung mengartikan bahwa laba besar suatu perioda merupakan ‘indikator kesuksesan manajemen pada perioda tersebut padahal laba yang besar itu sebenarnya hasil dari penjualan yang besar akibat kampanye produk secara besar-besaran pada beberapa perioda sebelumnya. Selanjutnya, apa yang ditunjukkan oleh laporan periodik tersebut harus diuji dengan kejadian-kejadian atau fakta-fakta yang akan terjadi pada peri- oda-perioda berikutnya. Evaluasi kinerja perusahaan yang hanya mendasarkan pada satu laporan periodik akan sangat menyesatkan. Oleh karena itu, informasi keuangan yang dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersifat tentatif (provisional in character) dan bukannya tuntas (final). Informasi keuangan jangka panjang yang terdiri atas se- rangkaian penggalan-penggalan statemen kronologis akan lebih menggambarkan kinerja secara objektif dan terandalkan dibandingkan dengan statemen untuk satu penggalan waktu saja. Implikasi konsep ini terhadap standar adalah adanya ketentuan penyajian statemen komparatif paling tidak untuk dua perioda bertu- rut-turut, Karena daya melaba jangka panjang menjadi perhatian, fluktuasi laba antarperioda yang disebabkan kejadian atau kondisi istimewa suatu perioda (mi- salnya untung atau rugi luar biasa) harus dilaporkan seperti apa adanya pada pe- rioda tersebut bukan langsung dilaporkan dalam perubahan ekuitas (laba ditahan). Jadi, penyusunan statemen laba-rugi all-inclusive dan laba komprehen- sif sebenarnya dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha ini. Fungsi Neraca dan Penilaian Elemennya Konsep kontinuitas usaha sangat besar peranannye dalam mendasari penilaian elemen atau pos neraca dan interpretasi jumlah rupiah yang dimuat di dalamnya. Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi-potensi jasa (service potentials) atau sumber-sumber ekonomik yang belum ‘dikonsumsi (menjadi biaya) dalam tahun yang berakhir pada tanggal neraca. Dengan kata lain, neraca berfungsi untuk menunjukkan po- tensi jasa yang masih dimiliki/dikuasai kesatuan usaha untuk .menghasilkan pendapatan dalam perioda-perioda berikutnya. Oleh karena itu, proses penentuan jumleh rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos neraca-bukanlah merupakan proses penilaian harga jual tetapi merupa- kan pengukuran sisa potensi jasa yang direpresentasi oleh kos yang melekat padanya sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya berdasarkan kos historis (historical cost principle concept). Jadi, konsep prinsip kos yang dike- mukakan Anthony, Hawkins, dan Merchant merupakan turunan konsep dasar ini. Gambar 5.6 di halaman berikut ini meringkas secara diagramatik konsep kontinu- itas usaha dan implikasinya. i Dipindai dengan CamScanner 226 . Babs Gambar 5.6 Konsep Kontinuitas Usaha dan Implikasinya Kesatuan Usaha Neraca Noraca Neraca Neraca ‘Sumber ekonomik Perioda f Perioda 2 Pertoda 2 Waktu Dalam gamber di atas, anak panah mewakili objek atau pos pendapatan atau biaya. Untuk dapat menyediakan barang dan jasa, kesatuan usaba melakukan kegiatan terus-menerus yang melibatkan pengubahan sumber ekonomik (potensi jasa) yang satu menjadi potensi jasa lainnya. Misalnya kesatuan usaha membeli ‘barang secara tunai yang berarti mengubah potensi jasa kas menjadi potensi jasa sediaan untuk dapat diserahkan ke pelanggan (menjadi kos barang terjual) dalam rangka mendatangkan pendapatan. Penghargaan Sepakatan “Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau penghargaan sepakatan (measured consideration) yang terlibat dalam tiap tran- saksi atau kegiatan pertukaran (exchange activities) merupakan bahan olah dasar akuntansi (the basic subject matter of accounting) yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk (pendapatan) dan sumber ekonomik yang keluar (biaya).'* Sebagai konsekuensi, elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diukur atas dasar penghargaan sepakatan tersebut. Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan informasi yang berpaut dengan kegiatan perusahean yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain. Objek yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan merupakan fenomena atau realitas perusahaan. Lihat kembali pengertian ini dalam Gambar 3.2 dan 4.10. Akuntansi berfungsi untuk menyimbolkan secara tepat (faithfully represent) bermacam-macam kegidtan atau ‘pahami hal ini dalam konteks Gambar 6.6. Consideration berarti nilai atau penukar yang diper- timbangkan seseorang terhadap suatu barang atau objek sehingga dapat diterjemahkan menjadi peng- hhargaan, Measured bermakna bahwa penghsrgaan tersebut harus diukur dalam satuan: moneter (ang) yong jumlahnya dizepakati antara pial: yong bertransaksi schingga measured (sepakatan) dapat diartikan behwa jumlah rupiah penghargasn merupakan hasil pengukuran bersama bukan sepi- hak. Kata yang paling objektif (sebagai lawan subjektif) menjadi kata kunci dalam konsep tersebut. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 227 transaksi Perusahaan tersebut secara kuantitatif dan bermakna sehingga informa- si semantik (objek-ukuran-hubungan/object-size-relationship) dapat disampaikan dengan baik dan efektif. Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi objek-objek homogenus yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antarobjek yang bermakna. Penghargaan sepakatan terse- but akan dicatat dan diolah lebih Janjut dalam sistem akuntansi perusahaan un-. tuk dijadikan data kuantitatif dasar (basic quantitative data) dalam penyusunan berbagai laporan mangjerial dan statemen keuangan. Istilah yang Tepat P&L tidak menyebut bahan olah dasar akuntansi sebagai nilai (value) karena nilai bagi orang yang satu mungkin sekali berbeda dengan nilai bagi orang yang lain se- hingga nilai akan menimbulkan berbagai interpretasi. Istilah nilai akan memberi kesan bahwa akuntansi mengolah bahan yang tidak homogenus. Nilai bersifat subjektif dan interpretatif sedangkan penghargaan sepakatan adalah apa yang melekat pada objek sehingga bersifat objektif dan inheren. Penghargaan sepakatan dalam suatu pertukaran merupakan istilah yang mengandung makna adanya penilaian bersama antara pembeli dan penjual. Pada saat transaksi terjadi, pencatatan penghargaan sepakatan atau agregat-harga me- mang dapat dikatakan sebagai pencatatan nilai. Tetapi beberapa saat setelah-tran- saksi, nilai dapat berubah tetapi jumlah rupiah yang tercatat tidak. Jumlah rupiah yang tercatat itulah yang akan tetap menjadi bahan olah akuntansi. Tentu saja, dengan berjalannya waktu jumlah yang tercatat tersebut tidak dapat disebut nilai lagi. Jadi, akuntansi tidak mengolah nilai tetapi penghargaan sepakatan. P&L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk penghargaan sepakat- an karena cost telanjur mempunyai makna umum sebagai acquisition cost dari sudut pandang pihak yang memperoleh sumber ekonomik. Perusahaan memper- oleh (membeli) barang atau jasa dan mencatat cost. Pada saat bersamaan, perusa- haan juga menyerahkan (menjual) barang atau jasa dan mencatat harga kesepakatan penjualan. Kalau dikatakan bahwa perusahaan mencatat cost penju- alan alih-alih penghargaan sepakatan penjualan, orang akan mengartikan perusa- . haan mencatat penjualan sebesar cost of production padahal maksudnya adalah pada harga jualnya. Inilah keterbatasan cost sebagai satu istilah untuk menyata- kan hal yang sama baik dari segi pembeli ataupun penjual. Istilah penghargaan sepakatan atau agregat-harga cukup memadai untuk mencakupi pandangan dari kedua pihak tersebut. Dengan istilah ini, komunikasi akuntansi akan dipermudah tanpa kesalahan interpretasi dengan ungkapan-ungkapan berikut: Berapakah penghargaan sepakatan tenaga kerja langsung? Berapakah penghargaan sepakatan sediaan yang ada di gudang? Berapakah penghargaan sepakatan bangunan dan perlengkapan? Berapakah penghargaan sepakatan penjualan (sales)?" Berapakah penghargaan sepakatan barang terjual (goods sold)? Berapakah penghargaan sepakatan rugi? Dipindai dengan CamScanner 228 Babs Berapakah penghargaan sepakatan laba? Berapakah penghargaan sepakatan utang obligasi? Berapakah penghargaan sepakatan ekuitas pemegang saham? Berapakah penghargaan sepakatan laba ditahan? Kalau dalam tiap ungkapan di atas istilah penghargaan sepakatan diganti dengan cost atau nilai, boleh jadi akan terjadi salah interpretasi. Misalnya nilai se- diaan kemungkinan besar akan diinterpretasi lain dari penghargaan sepakatan se- diaan; cost penjualan kemungkinan besar akan diartikan sebagai production cost padahal maksudnya adalah jumlah rupiah penjualan. Jadi, istilah cost tidak cukup luas untuk mengganti penghargaan sepakatan atau agregat-harga sebagai bahan olah dasar akuntansi. Walaupun cost tidak pas benar untuk mengganti penghargaan sepakatan, P&L akhirnya juga memaknai cost sebagai penghargaan sepakatan asalkan cost didefinisi dalam arti paling luas. Berikut adalah pernyataan P&L (him. 25-26):'° “Costs are the fundamental data of accounting, and thz term should therefore be used in its broadest sense. The word “cost” is substantially the equivalent of “price-aggregate” (unit price time quantity) or “bargained price.” Consequently, - .it is possible to apply the term “cost” equally well to an asset acquired, a service received, and liability incurred. As pointed out in the preceding chapter the term “cost” can be used to designate price-aggregates throughout accounting except in the case of revenue (product furnished). Menurut pendapat penulis, istilah cost sebenarnya cukup tepat untuk menya- takan price-aggregate atau measured consideration karena alasan-alasan berikut: (1) Dari segi penjual, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk penghargaan sepakatan penjualan/pendapatan yang dicatat (berupa kas atau piutang) akhirnya akan menjadi cost juga kalau sudah digunakan untuk memperoleh barang atau jasa. Cost akan tetap menjadi pengukur berbagai pos aset dan kewajiban. (2) Dari segi pembeli, kalau istilah cost mempunyai keterbatasan karena tidak dapat menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak (pembeli dan penjual) dalam suatu pertukaran, keterbatasan ini sebenarnya tidak menimbulkan masalah karena akuntansi menganut konsep kesatuan usa- ha. Kalau ingin konsisten dengan konsep kesatuan usaha, pandangan dari pihak penjual (sebagai pihak luar) dianggap tidak relevan.lagi. Cos? dalam arti luas sebagaimana dinyatakan P&L itulah yang penulis serap menjadi istilah kos sebagai bahan olah akuntansi. Kos di sini adalah istilah serap- an bukan terjemahan istilah cost itu sendiri karena cost dapat diterjemahkan men- jadi berbagai istilah Indonesia yang mempunyai banyak arti.'* Kos merupakan 'Kalimat torakhir dalam kutipan tersebut sebenarnya adalah cataton kaki untuk kalimat kedua. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 229 istilah baru dengan pengertian sebagai bahan olah akuntansi yang akan menjadi data dasar dalam penyusunan statemen keuangan. Secara konseptual, kos dapat juga digunakan untuk menyebut penghargaan sepakatan dalam penjualan produk atau jasa. Misalnya untuk menyebut jumlah rupiah hasil penjualan digunakan ungkapan kos penjualan. Walaupun demikian, dalam praktiknya penggunaan semacam itu jarang dijumpai karena orang terlanjur mempunyai fiksasi fungsi- onal terhadap istilah kos yang arahnya keluar dari kesatuan usaha. Arah aliran penghargaan sepakatan atau kos pendapatan (penjualan) dan arah kos biaya ber- lawanan sebagaimana dilukiskan dalam Gambar 5.6. Area. yang diarsir dalam gambar tersebut dapat dipandang sebagai kos yang merepresentasi besar-kecilnya aliran. Dengan istilah kos sebagai bahan olah akuntansi ini, beberapa ungkapan yang sebelumnya dicontohkan dapat dinyatakan kembali tanpa harus menimbul- kan salah arti sebagai berikut: Berapakah kos tenaga kerja langsung? Berapakah kos bangunan dan perlengkapan? Berapakah kos penjualan (sales)? Berapakah kos barang terjual (goods sold)? Berapakah kos rugi? Berapakah kos laba? Berapakah kos utang obligasi? Berapakah kos ekuitas pemegang saham? Berapakah kos laba ditahan? Dengan konsep kos ini, akuntansi kemudian akan tampak mengolah satu macam bahan olah yang berasal dari berbagai macam transaksi atau kejadian bu- kannya mengolah bermacam-macam bahan olah yang berbeda seperti kalau di- gunakan istilah nilai, harga pokok, harga perolehan, atau biaya. Jadi, kos sebenarnya adalah pengukur dan bukan elemen. Dengan demikian, akuntansi bukan mengoleh biaya melainkan kos walaupun kos tersebut akhirnya akan mele- kat pada elemen biaya. Gamber 5.7 berikut ini menunjukkan makna kos sebagai pengukur-elemen dan pos statemen keuangan, khususnya hubungannya dengan elemen biaya. . 'Cost dalam arti Iuas tidak dapat diterjemahkan menjadi biaya, beban, harga pokok, sta harga perolehan (yang benar pemerolehan) eebagaimana sekerang digunakan IAT atau umum. Isti- lab-istilah tersebut sangat rancu dan menyimpang dari makna asliaya. Sebenarnya, istilah kos sudah dikenalkan IAI sejak 1989 dalam Daftar Istilah buku Norma Pemeriksaan Akunton (Jakarta: Rineka ~ Cipte, 1989), him. 128, Istilah kos juga mulai digunakan IAI dalam Standar Profesional Akunten Pub- ik (2001), seksi 722.3 dan 722.6. Penulis sering mendapat ejekan karena menggunakan istilah terse- but, Orang mengejek penulis dengan membantah secara sinis (bukan akademik): “Apa bedanya dengan ‘kos-kosan (tempat mondok)?” Sayang orang tersebut tidak mengenal apa yang disebut homonim dalam bahasa Indonesia. Juga sayang, orang tersebut tidak tahu dan tidak mau tabu behwa istileh ost, analyst, test, compost, dan specialist diserap sesual keidah bahasa Indonesia menjadi pos, analis, tes, kompos, dan spesialis, Setelah diajak diskusi mengenai hel ini, orang tersebut masih menyangkal dengen mengatakan: “Wah, tapi tidak ensk di telinga.” Sayang kalau istiloh ilmiah atau akademik dinilai atas dasar telinga bukan atas dasar apa yang ada di balik telinga. Dipindai dengan CamScanner 230 Bab 5 Gambar 5.7 Makna Kos Sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi if ‘Transakel dan kejadian ekonomik {pembelian, penjuelan, dan sebagainya) Peron ‘sepakatan dari pemilk —_ke pemilik Pos atau objek staterien keuangan umum (eksternal) |+—Diolah atau direklasifixasi kemball Departemend Kegatard Totap (Objek kos lain untuk taporan manajerial (intemal) ~.Dengan pemabaman séperti digambarkan di atas, tujuan akuntansi untuk menyediakan jasa berupa data kuantitatif-dasar (basic quantitative data) akan mencapai tingkat manfaat yang tinggi karena adanya kesatuan pengertian ten- tang bahan olah dasarnya. Kalau sudah ada kesepakatan tentang bahan olah dasar, persoalan kemudian adalah bagaimana mengukur besarnya kos yang! harus dicatat pertama kali untuk tiap barang atau jasa yang diperoleh, Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada waktu pembahasan aset di bab setelah ini, Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 231 Jasa di Balik Kos Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan.yang homogenus dan juga karena harga dalam satuan uang adalah tara yang sudah umum untuk me- nyatakan kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau harga itu sendiri yang mempunyai arti penting melainkan justru poten- si jasa yang ada di balik angka koslah yang mempunyai arti penting: Perlu diingat bahwa kos merupakan salah satu atribut untuk merepresentasi secara tepat reali- tas kegiatan perusahaan. Di balik deretan angka-angka akuntansi terkandung po- tensi jasa yang berwujud fisis maupun nonfisis.,Potensi jasa tersebut adalah daya, kemampuan, atau kapasitas yang kalau ditukarkan dapat menimbulkan daya, ke- mampuan, atau kapasitas lain yang kekuatannya (besarnya) paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpresentasi dalam bentuk kos. Misalnya, kas Rp5.000.000 ditukarkan-dengan mesin, ini berarti bahwa daya beli (kos Rp5.000.000) ditukarkan dengan daya produksi (kos Rp5.000.000). Keterbatasan Informasi Akuntansi Dengan memahami arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya da- . Pat dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepen- tingan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian * dari informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan oleh pi- hak eksternal dan manajemen. Lebih dari itu, walaupun segala pertimbangan dan kebijakan didasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam, pada akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatif dan subjektif seperti: tu- juan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, selera pribadi, kepentingan umum, peraturan pemerintah, alasan politik, dan sebagainya. Kos Melekat Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasinya se- hingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung- gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Berbagai kos mempunyai daya saling mengikat antara yang satu dengan lainnya mengikuti ikatan objek-ob- jek yang disimbolkannya. Bila berbagai komponen digabung menjadi suatu objek ‘atau barang baru, gabungan kos yang baru semata-mata merupakan penggabung- an berbagai kos yang melekat pada tiap komponen tanpa memperhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang baru. Daser pikiran konsep ini adalah bahwa tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya (effort) dalam menye- diakan produk atau jasa, Produk biasanya mempunyai manfaat atau utilitas (wtili- ty) baru yang lebih besar daripada manfaat masing-masing komponen secara terpisah, Dalam mengikuti aliran tersobut, berbagai jenis kos sekadar dikelompok- Dipindai dengan CamScanner 232 . Babs kan kembali untuk menentukan kos yang melekat pada produk akhir, Nilai tam- bahan baru (additional utility) yang dikandung produk tidak dicatat. Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung (em- bodied cost) yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos penggantian (displacement cost) yaitu kos sean- dainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan kos kesempatan (opportunity cost). Jadi, untuk barang sebagai hasil akhir kegiatan produksi, kos terkandung adalah kos komponen yang melekat pada barang tersebut sedangkan kos penggantian adalah price-aggregate yang tidak jadi diperoleh kalau barang tersebut tidak ada (nilai keluaran/harga jual) atau price- aggregate yang harus dikorbankan kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut (nilai masukan). Jadi, kos melekat merupakan konsep dasar untuk men- dulcung bahwa bahan olah akuntansi adalah kos yang sesungguhnye telah terjadi. Sast Pengakuan Nilai Tambah’ Secara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai faktor produksi untuk menghasilkan produk baru yang manfaatnya lebih tinggi. Kalau kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam-macam. faktor produksi, kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemrosesan faktor produksi tersebut. Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara te- pat pengubahan tersebut dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhtisar- kan kos bahan baku, kos tenaga kerja, kos jasa mesin (depresiasi), dan kos.faktor produksi lainnya sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan mem- bentuk kos produk (product-cost). Jadi, konsep dasar kos melekat diperlukan kare- na dalam mengikuti aliran fisis tersebut harus ada anggapan bahwa tiap kos mempunyai daya saling mengikat bila digabungkan dengan kos lain secara tepat. Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan tam- bahan manfaat produk fisis yang dihasilkan. Kalau kos produk harus menunjuk- kan nilai, maka ke dalam kos produk tersebut harus dimasukkan jumlah rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai aki- bat proses produksi itu. Akan tetapi, tidak diketahui secara objektif dan meyakin- kan berapa besarnya nilai tambahan tersebut. Nilai tambahan ini akan terealisasi kalau produk telah terjual dan aset (kos) baru masuk ke dalam kesatuan usaha. Kalau penjualan sudah terjadi dan penghargaen sepekatan lebih tinggi dari- pada gabungan kos (kos produk) maka nilai tambahan tersebut telah dapat diten- fukan secara objektif jumlah rupiahnya. Penjelasan ini mendasari :prinsip akuntansi yang menentukan bahwa pendapatan hendaknya diakui setelah penda- patan tersebut terrealisasi (realized). : Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya menandai dan mengu- kur dua macam kos baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya yaitu: 1, Kos baru sebagai penggantian kos yang melekat dan dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) yang merepresentasi ‘upaya penyediaan produk atau jasa yang diserahkan kepada pembeli produk. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar oss 2. Kos baru sebagai tambaban aset (laba) yang menunjukkan imbalan untuk jase modal yang ditanamkan dan risiko yang ditanggung dalam menjalan- Kos yang melekat pada barang atau jase yang telah dikorbankan (keluar dari kesatuan usaha) untuk menimbulkan pendapalan akan menjadi pengukur besar- nya biaya (expenses) sedangkan kos yang helum dianggap keluax merupakan him- punan kos yang meleckat pada aset dan menupggu pengalokasian dan penggabungan lebih lanjut. Oleh karena itu, kos aset tidak dapat disebut sebagai nilai atau biaya tetapi sckadar kos yang menunggu pengolahan lebih lanjut. Wadah Penggabungen Dalam mengikuti aliran tisis produksi, kos dipecah, dikeiompokkan, dan kemudi an digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos diga- bungkan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepada pelangganan (telah terjadi penjualan) maka kos yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual (cost of goods sold)."* Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, seperti misalnya kos tenaga kerja langsung, biasanya wadah penggabungannya adalah produk. Kos yang tidak erat kaitannya dengan produk atan sukar dirunut secara praktis ke produk, seperti misalnya kos administrasi, wadah penggabungannya adalah perioda (waktu) dan akan membentuk kos perioda (period cost), Kos perio- da yang telah dinyatakan keluar dalam rangka penyerahan produk akan menjadi pengukur biaya, misalnya biaya administrasi, Secara diagramatik, konsep kos me- lekat dan implikasinya dilukiskan dalam Gambar 5.8 berikut. \Jetilah yang sudah telanjur salah kaprah untuk ini adalah harga pokok penjualan dan bahkan IAI menyimpangkan maknanya menjadi beban pokok penjualan. Secara historis, kata pokok digunakan para pedagang jaman dulu untuk mengacu barang dagangan. Pedagang soring mengatakan “Pokoknya saja belum kembali” dengan maksud barga beli barang-saja (tidak termasuk kos adminis- trasi dan penjuatan) belum tertutup oleh jumlah rupiah pendapatan ponjualan. Jadi, pokok sebagai subjek sedangkan penjualan menjolaskan pokok. Dengan demikian, makna harga pokok penjualan adalah herga dati pokok penjualan yang bermakna barang yang terjual, Namun, pokok tiba-tiba berubah fungsinya menjadi penjelas harga sehingga timbul harga pokok. Kalau demikian, apa makna harga pokok mesin? Harga-pokok mesiti atau harga pokok-mesin? Jadi, harga pokok merupakan istilah yang songat rane karena diturimkan dav stitch yang rancu ynita harga pokok penjualan. Istilah beban pokok penjuclan makin raneu lagi. Beban pekok penjualan berarti pengurong pokok penjualan, Ini berarti biaya administrasi don penjualan dipandang tidak pokols daw: ini berten- tangan dengan praktik bisnis modern saat ini - Mungkin soja harga pokok penjualn dipakai sebagai padan itata cost of sales. Aken tetapi, cost of sales memberi kesan sebagai semua kos dalam rangka mendatangkan penjualan. {tulah sebabnya ‘buku-buku teks dewasa ini jarang atau tidak pernah menggunakan istilah cost of sales untuk menyata- kan cost of goods sold karena maknanya memang berbeda. Untuk perusahaan jasa, istilah kos penju- alan (cost of sales) mungkin masih dapat digunakan untuk menunjuk semua biaya (semua kos yang telah dinyatakan dikorbankan) dalam rangka memperoleh pendapatan. Dipindai dengan CamScanner 234 Bab 5 Gambar 5.8 Konsep Kos Melekat dan Implikasinya A. Allran upaya (effort) dan capatan (accomplishment) Produk Material i—> (fer ke Pembell 300 util 1000 util capaian dari Pembeli Catatan: Batas kesatuan dan Delam ekonomika, satuan pengukur utlitas disebut uti ‘saat pengakuan ailal Dalam contoh ini, dimisalkan satu util bernilai Rp5. ‘tambahan Upaya dan Hasil Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan). tanpa upaya (biaya)."* Secara konseptua, pendapatan timbul karena biaya bukan seba- liknya pendapatan menanggung biaya."” Artinya, begitu kesatuan usaha melaku- kan kegiatan produktif (yang direpresentasi dengan terhimpunnya kos) maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk pula walaupun belum terrealisasi. Secara teknis, kesatuan usaha harus menghasilkan atau menyediakan barang “ial ini sejalan dengan pepatah Jawa: Jer baruki mawa bea, Orang harus melakukan upaya untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan. . Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 235 atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara menyerahkan atau menukarkan barang/jasa tersebut. Konsep ini mempunyai beberapa implikasi. Perlunya Basis Asosiasi Kalau dihubungkan dengan Gambar 5.6, aliran kos keluar (disposition price-ag- gregates) merupakan pengukur upaya (effort) dan aliran kos masuk (acquisition price-aggregates) merupakan pengukur hasil atau capaian (accomplishment). Selisih antara kedua komponen tersebut akan membentuk laba. Laba mencermin- kan keefektifan manajemen dalam mengelola sumber ekonomik dan merupakan informasi penting bagi pihak yang berkepentingan khususnya bagi mereka yang menyediakan sumber ekonomik dan menanggung risiko akhir. Ukuran keefektifan ini akan tepat apabila hasil ditandingkan dengan upaya yang menimbulkan hasil tersebut. Dengan demikian, diperlukanlah dasar. asosiasi (basis of association) yang tepat dan rasional antara kedua komponen tersebut agar laba mempunyai makna atau nilai sebagai pengukur kinerja yang terandalkan. Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis Konsep ini merupakan konsekuensi lebih lanjut dari konsep kontinuitas usaha bahwa untuk menentukan kemajuan perusahaan tidak perlu ditunggu nasib akhir- perusahaan itu terjadi. Oleh karena itu, pihak yang berkepentingan dengan peru- sahaan memerlukan wadah atau penakar kemajuan dari waktu ke waktu. Yang di- takar adalah biaya sebagai upaya dan pendapatan sebagai hasil upaya tersebut. Penakar yang dimaksud di sini tidak lain adalah dasar atau wadah penanding- an antara biaya dan pendapatan. Penakar yang paling cocok adalah penakar yang dapat menunjukkan secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakar adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk dalam penakar tersebut. Kalau penakar sudah ditentukan, masalah berikutnya adalah menentukan berapakah kos yang harus masuk ke dalam penakar sehingga dapat dibaca (dihitung) kos yang dapat diperhitungkan sebagai upaya dan “kos” pendapatan yang dapat diperhitungkan sebagai hasil. Tdealnya semua kos dilekatkan pada produk sehingga asosiasi antara biaya dan pendapatan yang ditimbulkan oleh biaya tersebut sangat jelasi’Kalau hal ini dimungkinkan (secara teknis dan ekonomik), Jaba yang diperoleh perusahaan di- ukur atas dasar unit barang yang terjual bukan atas dasar perioda akuntansi. ‘Akan tetapi, kondisi yang ideal ini hanya dapat dijumpai untuk jenis perusahaan tertentu seperti perusahaan kontraktor bangunan, perusahaan yang melayani pe- kerjaan khusus atas dasar kontrak, dan sejenisnya. Keadaan yang umum (typical, "Dengan konsep ini berarti bahwa istilah bebarr untuk expense sangat tidak tepat karena penda- patan tidak menanggung beben tetapi justru ditimbullan oleh biaya. Walaupun demikian, secara tek nis pelaporan, pendapatan dilaporkan dahulu baru dikurengi bieya. Karena biaya mengurangi pendapatan setnentara pendapatan dicatat di sebelah kredit, biaya sering dikatakan sebagai debit atau beban pendapatan (charges lo revenues), Istiloh beban mempunyai makna teknis sebagai debit den sama sekali tidak mempunyai makna ekonomik apalagi kalau berdiri sendiri. Dipindai dengan CamScanner 236 Bab 5 dalam dunia usaha adalah bahwa perusahaan menjalankan kegiatan usaha yang terus-menerus. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mencari dasar: pelekatan kos ke produk yang memungkinkan semua kos yang terjadi dapat dialokasi secara _ cukup teliti ke dalam divisi produksi, administrasi, dan pemasaran atau departe- men, atau pusat kos tertentu yang akhirnya seluruh kos membentuk kos produk. Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi beralih kepada perioda waktu sebagai penakar untuk dijadikan dasar dalam menanding- kan (matching) kos yang telah dikorbankan (biaya) dan pendapatan. Perioda akuntansi merupakan penaker pengganti yang memang mudah dilaksanakan tetapi konsep dasarnya tetap yaitu bahwa untuk mengukur laba yang tepat dalam suatu perioda maka pendapatan dari hasil penjualan sejumlch produk (atau jase) harus ditandingkan dengan biaya (diukur dengan kos) yang keluar dari kesatuan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut. Jadi, akuntansi mengklasifikasi kos yang merepresentasi upaya menjadi kos produk dan kos perioda. Dalam state- men laba-rugi, kos produk mengukur kos barang terjual dan kos perioda meng- ukur biaya administrasi dan biaya penjualan. ‘Laba Akuntansi versus Ekonomik Konsep ini mempunyai implikasi terhadap interpretasi Jaba akuntansi. Dengan konsep ini, laba dipandang sebagai residual atau selisih pengukuran dua elemen yang berkaitan yaitu pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara se- perti ini disebut dengan laba struktural atau formal. Disebut laba formal karéna laba diperoleh sebagai hasi] penerapan ketentuan-ketentuan formal (dalam hal ini adalah prinsip atau stander akuntansi). Karena perbedaan konsep dasar, penger- tian dan tujuan, laba akuntansi dapat berbeda maknanya (bahkan memang demikian) dengan laba ekonomik atau laba material yang sering digunakan dalam ekonomika atau perpajakan. Namun demikian akuntansi juga mengupayakan agar laba akuntansi sedapat-dapatnya merupakan representasi atau proksi laba ekonomik. . Kos Aktual Dalam menandingkan upaya dengan hasil, akuntansi hanyalah menandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan oleh suatu kesatuan usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan pendapatan yang diukur dengan kos yang sesungguhnya terjadi. Artinya, kos tersebut timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk mengakui kos harus ada transaksi masa lalu (past transactions). Dengan kata lain, biaya sesungguhnya adalah biaya yang terjadi akibat suatu kegiatan yang nyata (real) sehingga kos hipotetis atau” asumsian (hypothetical atau imputed cost) tidak diakui. Contoh kos hipotetis ada- lah penghematan kos yang terjadi akibat perusahaan membangun sendiri gedung dan bukan menyerahkan ke kontraktor. Harga dari kontraktor lebih mahai karena memperhitungkan bunga dan laba. Akan tetapi, karena tidak ada transaksi yang melandasi, selisih tersebut semata-mata hanya asumsi bukan kos nyata. Dipindai dengan CamScanner Konsen oe ‘237. Asas Akrual atau Himpun Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam menen- tukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau pendapat- an pada biaya yang telah dibayar atau pendapatan yang telah diterima. Akuntansi menekarikan substansi suatu kegiatan: atau transaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan. Artinya, akibat suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events), berjalannya waktu sudah dapat menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses penandingan (matching), akuntansi men- dasarkan diri pada asas akrual bukannya asas tunai. Konsep dasar akrual yang di- ajukan APB sebenarnya merupakan turunan konsep dasar ini. Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang menya- takan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntansi mengakui pos-pos akruan (accrued) dan tangguhan (deferred). Penghimpunan atau peng- akruan (accruing) dan penangguhan (deferring) adalah tahap-tahap yang sangat erat hubungannya dengan proses penandingan (matching). Kalau dalam suatu pos aset terdapat bagian kos yang tidak dapat dibebankan (didebit) ke pendapatan pada perioda berjalan maka kos: tersebut berstatus se- bagai beban tangguhan (deferred charges). Secara konseptual, hampir semua kos aset sebenarnya merupakan pengukur biaya yang ditangguhkan pembebanannya ke pendapatan untuk menentukan laba perioda tersebut. ' Pengertian Depresiasi Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotetis. Depresiasi untuk suatu perioda harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset tersebut. Seluruh potensi jasa aset tetap (depresiasi total yang direpresentasi oleh kos aset) jelas akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara tertentu sampai jasa yang terkandung di dalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah diperhitungkan sebagai biaya. . Sebagai upaya, penentuan besarnya depresiasi tidak bergantung pada besar- nya laba perusahaan walaupun besarnya biaya depresiasi akan mempengaruhi be- sarnya laba periodik. Dengan kata lain, besarnya laba perusahaan tidak boleh mempengaruhi besarnya depresiasi oleh karena laba merupakan hasil akhir aki- bat penyerahan barang yang didalamnya melekat berbagai macam jasa termasuk jasa aset tetap. Laba ditentukan dengan mengurangkan semua biaya termasuk depresiasi terhadap jumlah rupiah pendapatan. Dengan konsep upaya dan hasil, biaya akan terhimpun seluruhnya lebih dahulu dan barulah kemudian pendapa- tan timbul dan akhirnya laba atau rugi akan muncul. Metoda depresiasi sendiri bukan merupakan masalah penting sepanjang tidak berteatangan dengan konsep-konsep: jasa di bulik kos, daya ikat kos serta upaya Dipindai dengan CamScanner 238 Bab 5 dan hasil. Juga tidak menjadi masalah yang prinsip bagi akuntansi bahwa metoda depresiasi yang digunakan tidak sejalan dengan proses keausan fisis aset tetap tersebut atau tidak menunjukkan adanya Muktuasi nilai aset yang serupa. Dalam hubungan ini P&L menekankan bahwa dengan asas akrual, depresiasi bukan merupakan proses penilaian dan juga bukan sarana untuk menutup harga peng- ganti aset tetap dari konsumen melainkan suatu langkah (prosedur) dalam proses penandingan yang tepat antara biaya dan pendapatan. Kapasitas Menganggur Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metoda tertentu harus tetap merupa- kan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut me- nimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi. Misalnya, suatu perusahaan membeli alat pengangkutan (truk) dengan kapasitas angkut lima ton.dan menen: tukan bahwa depresiasi didasarkan atas metoda garis lurus. Masalahnya adalah -kalau truk tersebut tidak selalu dipakai atau mengangkut barang kurang dari lima ton, apakah biaya depresiasi harus dikurangi? Depresiasi total truk tersebut dapat«disamakan dengan kos sewa truk terse- but dengan tarif sewa atas dasar waktu (misalnya tahun) dan seluruh kos sewa telah dibayar di muka. Walaupun truk tersebut tidak dipakai atau dipakai di bawah kapasitas, biaya sewa tiap tahun tetap terjadi sebesar tarif (kos per tahun) yang telah disepakati dan berapapun besarnya biaya ini akan tetap merupakan pengurang pendapatan. Meskipun demikian, tidak tertutup-kemungkinan untuk memisahkan dalam laporan laba-rugi bagian depresiasi tahun berjalan yang merepresentasi kapasitas menganggur. Pos-pos Luar Biasa Sebagai konsekuensi konsep dasar kontinuitas usaha, konsep upaya dan hasil harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena perhatian diletakkan pada daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak sekadar mengakibatkan peng- akruan dan penangguhan (accruing and deferring) untuk perioda berjalan tetapi juga untuk jangka panjang. Untuk menentukan laba periodik, konsep menanding- ° kan (matching) yang berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga: (a) Untung luar’biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan direncanakan. (b). Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berku rangnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah sipgbungioan dengan upaya untuk mem- peroleh hasil. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 239 Tidak menjadi masalah bagi konsep penandingan apakah untung nonoperasi (luar biasa) hanya ditandingkan dengan rugi nonperasi dan baru kemudian selisihnya ditambahkan atau dikurangkan terhadap laba operasi atau apakah un- tung nonoperasi ditambahkan dulu ke laba operdsi baru kemudian rugi nonopera- si dikurangkan. Yang penting bagi konsep penandingan adalah bahwa untung dan rugi nonoperasi luar biasa tersebut berkaitan dengan biaya dan pendapatan dan bukan berkaitan dengan transaksi dengan pemilik. Di lain pihak, rugi nonoperasi * mengurangi aset total baik itu akibat pendapatan tidak dapat menutup biaya ataupun akibat kejadian-kejadian yang tidak terduga yang sama sekali tidak ber- kaitan dengan upaya untuk memperoleh hasil. Perbedaan penyebab terjadinya laba atau rugi hanya mengisyaratkan bahwa pemisahan dan penjelasan yang cukup diperlukan. Perbedaan tersebut tidak mengisyaratkan bahwa pengaruh untung nonoperasi berbeda dengan pengaruh pos-pos pendapatan lainnya terhadap kenaikan aset atau sebaliknya bahwa pe- ngaruh rugi nonoperasi berbeda dengan pengaruh pos-pos biaya lainnya terhadap penurunan aset. Pendefinisian laba komprehensif dilandasi oleh konsep dasar ini. Bukti Terverifikasi dan Objektif Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat ke- bermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya/keautentikannya). Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau peng- akuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedia- nya informasi pada waktu tersebut. Setiap transaksi keuangan harus didukung éleh bukti transaksi yang kuat dan sah. Bukti transaksi dapat timbul karena adanya transaksi pertukaran antara kesatuan usaha dengan pihak luar (pihak independen) atau karena diciptakan oleh pihak internal perusahaan atas dasar kebijakan. Bukti transaksi internal ini adalah bukti transaksi yang biasanya dalam penentuan jumlah rupiah tidak ber- dasarkan hasil tawar-menawar dengan pihak independen. Arti Penting Untuk Pengauditan Di samping penting karena membantu pencapaian karakteristik kualitatif infor- masi yang tinggi, konsep bukti yang dapat diuji kebenarannya dan objektif itu menjadi penting dalam kaitannya dengan pengauditan untuk menentukan kewa- jaran statemen keuangan. Salah satu kriteria kewajaran adalah bahwa pos-pos statemen keuangan didefinisi, diukur, dinilai, diakui, dan disajikan sesuai dengan PABU. Untuk menentukan kesesuaian tersebut diperlukan adanya bukti yang da- pat diverifikasi dan dapat diandalkan. Dipindai dengan CamScanner 240 ; e Babs Objektivitas Bukti Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantif tidak sekadar bukti for- mal dan material. Itulah sebabnya Sudibyo (2001) membedakan makna antara bukti audit (audit evidence) dan bahan kebuktian (evidential matter).'* Bukti menjadi basis rasional dalam melakukan pertimbangan (judgment). Mautz dan Sharaf (1964, him. 110) menjelaskan pengertian dan lingkup bukti audit sebagai berikut:". He Audit evidence includes all influences on the mind of auditor which affect his judgment about the truthfulness of the financial statement propositions, submit- ted to him for review. Memverifikasi berarti membuktikan kebenaran, menguji ketelitian suatu fak- ta, atau menguatkan/menyangkal suatu pernyataan, Bukti adalah sarana untuk memastikan kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti yang-kuat adalah bukti yang dapat memberikan keyakinan tinggi akan kebenaran suatu- per- -nyataan. Bukti “terverifikasi” (yang dapat diverifikasi) adalah bukti yang mempu- nyai sifat tertentu sehingga memungkinkan untuk. menjadi bahan pembuktian kebenaran pernyataan. “Objektif” berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi (personal bias). Istilah ini merupaken lawan kata “subjektif” yang mengisyaratkan adanya unsur personal seperti mentalitas atau hasrat untuk mengelabuhi yang mungkin mempengaruhi kekuatan bukti. : Objektivitas Relatif Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi bersifat relatif. Kegiatan usaha tidak memungkinkan untuk dijadikan bahan analisis labo- ratorium dan tidak pula mengikuti rumus-rumus matematik. Begitu pula, masa depan dunia usaha tidak dapat diramalkan dengan tepat secara keseluruhan dan hal yang sama berlaku untuk perusahaan secara indiyidual. Dengan demikian fak- ta akuntansi tidak akan selalu bersifat objektif penuh (conclusively objective) dan dapat diverifikasi secara tuntas (completely verifiable). : Oleh karena itu, konsep objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fak- ta bukan objektivitas mutlak. Pengertian “ditentukan secara objektif” adalah bu- kan alat pengukur yang hanya mempunyai dua angka penunjuk yaitu positif atau negatif, tidak ada interval di antaranya. Bukti yang mendukung perlakuan akun- "Bambang Sudibyo, “Telazh Epistemologis Standar Evidential Matter Serta Implikasinya Pada Kualites Audit dan Integritas Pelaporan Keuangan di Indonesia,” Pidato Pengukysn Jabatan Guru Besar pada Fakutlas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarts, 24 Februari’2001, Pengindone- sian istilah evidential matter menjadi bahan kebuktian adelah oleh penulis. ” "Mautz dan Sharaf (1964) juga mendeskripsi karokteristik penting bukti dalam enam disiplin pengetahuan yaitu ilmu past, fisika, hukum, sejarah, dan pengauditan (him. 76). Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 241 tansi tertentu dapat bersifat sepenuhnya objektif, secara meyakinkan objektif, se- cara meragukan objektif, atau sama sekali tidak objektif, Dengan konsep relativitas bukti, fakta yang paling objektif akan mendapat bobot paling tinggi un- tuk dipilih. Relativitas yang sama juga berlaku untuk keterverifikasian bukti. Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya ob- jektif. Akan tetapi, bila persyaratan objektivitas semacam ini harus diikuti secara mutlak dalam segala hal maka akuntansi akan menjadi berpandangan jangka pendek dan bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Misalnya, penentuan depresiasi yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila suatu aset tetap diberhentikan dari penggunaan untuk seterusnya. Demikian juga, penentuan kerugian piutang yang sepenuhnya objektif hanya dimungkinkan apabila pelang- gan (customers) dinyatakan pailit oleh pengadilan. Pada perioda berjalan, yaitu jangka pendek, depresiasi seakan-akan tidak ter- jadi oleh karena suatu mesin baru bekerja lancar tanpa gangguan dan para pelang- gan tidak ada yang mengalami kesulitan keuangan karena tidak ada berita tentang perkara kepailitan yang diajukan ke pengadilan. Kalau perlakuan akun- tansi didasarkan atas dasar pikiran jangka pendek semacam ini, pada periode-peri- oda berikutnya dalam jangka panjang akan terbukti bahwa tidak mendepresiasi atau mencadangkan piutang ternyata tidak objektif. ‘Bukti akuntansi juga tidak harus mendasarkan pada bukti yuridis. Itulah sebabnya, untuk dapat dinyatakan sebagui aset yang arus dilaporkan oleh kesatu- an usaha, suatu aset tidak hacus dimiliki kesatuan usaha tetapi cukup dikuasai. Dalam jangka panjang, ada risiko dari konsep objektivitas relatif yaitu bahwa perlakuan akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak sesuai dengan keadaan dan fakta pada perioda masa datang. Akan tetapi, kalau fakta (bukti) yang digunakan adalah yang terbaik diperoleh (best obtainable) maka tidak ada lagi yang dapat diperbuat pada waktu itu. Terbaik diperoleh dapat mengecoh karena, “terbaik diperoleh” kadang-kadang digunakan dengan pengertian tidak lebih dari “yang tergampang atau termurah diperoleh” (cheapest obtainable). Akuntansi hendaknya berusaha untuk mendapatkan bukti yang terbaik tanpa mengorbankan reliabilitas. Namun, memperoleh bukti yang secara meyakinkan objektif juga memerlukan kos yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektivitas. Tingkat objektivilas bukti yang paling tinggi pada saat dan keadaan tertentu adalah yang terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkat objektivitas yang tinggi tersebut tidak bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Informasi akuntansi yang disajikan dalam statemen periodik diciptakan dan disediakan atas dasar objektivitas jangka panjang. Dengan konsep dasar ini, akuntansi dapat menggunakan taksiran-taksiran dan aproksimasi sebagaimana Konsep yang diajukan dalam APB No. 4. Dipindai dengan CamScanner 242 Bab § Asumsi ‘Asumsi dalam daflar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keter- batasannya. Berikut ini adalah beberapa contoh asumsi yang menjadi landasan pe- nalaran dalam memilih konsep yang relevan. Kontinuitas Usaha Konsep kontinuitas usaha hanya dapat dibenarkan atas dasar pengalaman perusa- haan pada umumnya. Oleh karena itu, penerapan konsep ini dalam perusahaan tertentu adalah semata-mata asumsi dan kenyataan ini harus tetap dipertimbang- kan dalam proses pelaporan. Tingkat kegagalan usaha adalah tinggi terutama un- tuk perusahaan perseorangan yang kecil.’Gejala kebankrutan dalam masa berikutnya kadang-kadang lebih menonjol daripada pertumbuhan yang berlang- sung terus. Beberapa perusahaan yang baru didirikan tidak pernah menikmati ke- suksesan usaha dalam perioda selanjutnya sehingga dibubarkan segera. Perioda Satu Tahun Pelaporan periodik dengan waktu sebagai wadah pengukuran adalah salah satu kebiasaan penting dalam akuntansi. Untuk tujuan "penakaran" terhadap pendapa- tan dan biaya yang menghasilkan pendapatan tersebut, interval waktu yang bi- asanya digunakan adalah satu tahun, baik tahun kalender ataupun tahun buku/ fiskal. Akuntansi menganggap (walaupun tidak dapat diuji validitasnya) bahwa waktu satu tahun adalah periode waktu yang tepat untuk pelaporan. Waktu satu tahun dianggap tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang. Penakar alter- natif adalah unit produksi, pekerjaan-order (job), atau projek. Untuk perusahaan dagang dan perusahaan pemanufakturan pada umumnya, penggunaan perioda se- bagai penakar pengukuran adalah lebih unggul ditinjau dari segi kepraktisan dibandingkan dengan penakar yang Jain. Namun demikian, perlu diingat bahwa terdapat keterbatasan statemen laba-rugi tahunan sebagai indikator kemajuan pe- rusahaan yang hidup terus. Sampai -tingkat tertentu, indikator tahunan semacam itu bagaimanapun baiknya sclalu bersifat sementara (tentatif). Kos Sebagai Bahan Olah Penghargaan sepakatan yang menjadi bahan ‘éleh’ akuntansi’ didasarkan atas asumsi bahwa kos faktor produksi yang diperoleh perusahaan: meriunjukkan nilai wajar pada saat terjadinya. Asumsi di balik penalaran tersebut adalah baliwa para pelaku ekonomi bertindak rasional, suatu asumsi yang tidak selalu benar dalam tiap keadaan. Acapkali terjadi bahwa pihak-pihak yang melakukan transaksi tidak bertindak sepenuhnya mengikuti mekanisme pasar yang berlaku. Para pelaku transaksi mungkin tidak mempunyai informasi yang sama atau tidak mempunyai Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar 243 kehendak yang sama untuk melakukan transaksi. Sering jt ae aksi di i os |. Sering juga terjadi bahwa tran- saksi dilakukan dengan tidak bijaksana alau serampangan. Kalau para pihak tersebut samasekali tidak bebas mclakukan keputusan, maka pertimbangan-per- timbangan nonekonomik mungkin akan mempunyai h t besar Lerhadap objektivitas kos. Senet ate ete Fete _ Daya Beli Uang Stabil Konsep bahwa jumlah rupiah yang tercatal akan tetap menunjukkan nila dilan- dasi asumsi bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang masa, Dalam perioda- perioda yang mengalami inflasi cukup tinggi asumsi tersebut jelas tidak berlaku (valid) lagi untuk tujuan-tujuan terlentu. Kebermanfaatan informasi akuntansi menghadapi tantangain pada masalah ini. Namun, tidak berarti bahwa akuntansi sebagai penyedia data dasar (basic quantitative data) berupa kos historis menjadi berkurang fungsi dan kekuatannya. Tujuan Mencari Laba Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan se- benarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju oleh upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan aba, Asumsi ini tidak dira- gukan kelayakannya. Keinginan untuk menghasilkan laba adalah karakteristik nyata yang melekat pada perusahaan-perusahaan komersial pada umumnya. Me- mang benar bahwa kalau perusahaan dikelola oleh pemerintah tujuan mencari laba ditekan sampai minimal, namun demikian cukup beralasanlah dalam hal ini untuk menganggap bahwa biaya harus terjadi atau dikeluarkan untuk menghasil- kan pendapatan guna menutup (mengkompensasi) biaya tersebut dan bahwa prestasi dan kelangsungan hidup perusahaan harus dievaluasi paling tidak atas dasar kemampuan pendapatan menutup biaya. Konsep Dasar Lain Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L di atas merupakan konsep-konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa pelaporan keuangan. Telah dibahas pula kaitan antara konsep-konsep dasar terse~ but dengan konsep dasar dari sumber lain yang berpaut. Berikut ini adalah bebe- rapa konsep yang belum dicakupi konsep dasar P&L dan cukup penting untuk dibahas. Substansi Daripada Bentuk Konsep ini menyatakan babwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat pereka- yosaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi ckonomik suatu objek atau kejadian Dipindai dengan CamScanner 244 Babs daripada makna yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda. Sebagai contoh, suatu perusa- haan perseorangan walaupun secara yuridis bukan merupakan suatu badan usa- ha, akuntansi tetap dapat memperlakukannya sebagai badan usaha. Sewaguna (lease) yang secara.yuridis merupakan sewa-menyewa biasa, kalau kontrak terse- but memenuhi kriteria tertentu, kontrak tersebut harus dianggap sebagai pembe- lian sehingga nilai kontrak harus dikapitalisasi. Pengakuan Hak Milik Pribadi Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau aset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk mem- peroleh penguasaan. Struktur akuntansi yang berjalan sekarang ini (paling tidak di AS) dilandasi oleh struktur masyarakat dan pemerintahan yang mengakui hak milik pribadi. Dengan pengakuan hak milik pribadi ini, suatu perlindungan harus diberikan ke- pada mereka yang memiliki hak atas suatu kekayaan (property rights). Berdaser- kan Undang-Undang Dasar, beberapa kekayaan di Indonesia tidak dapat. dimiliki secara pribadi yaitu kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak. Salah satu bentuk perlindungan adalah adanya kewajiban untuk memper- tanggungjawabkan kekayaan yang dipercayakan pengelolaannya kepada pihak lain. Statemen keuangan yang memuat aset dan kewajiban kesatuan usaha meru- pakan salah satu bentuk pertanggungjelasan tersebut. Konsep ini sebenarnya le- bih merupakan suatu faktor lingkungan daripada konsep dasar. Struktur masyarakat dan pemerintahan yang berbeda (misalnya tidak mengijinkan hak mi- lik pribadi sepenuhnya) menghendaki konsep pelaporan dan struktur akuntansi yang berbeda pula. Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan (metoda) akuntansi antarke- satuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar in- formasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya. .Tentu saja, akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan dapat sa- ling diperbandingkan antarperusahaan dalam batas-batas yang layak. Oleh kare- na- itu, akuntansi’tidak’ berusaha untuk menekankan keseragaman- mutlak (melalui akuntansi standardisasian atau standardized accounting) tetapi lebih me- nekankan pada penentuan pedoman-pedoman umum yang memberikan kelelua- saan untuk memilih perlakuan yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing kesatuan usaha dalam batas-batas yang realistik sehingga pembandingan antarke- satuan usaha masih tetap memberikan makna yang cukup bererti. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar . 245 Konservatisma Konservatisma adalah sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpas- tian untuk mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang terjelek dari ketidakpastian tersebut.” Sikap konservatif juga mengandung makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia mengor- bankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.” Tlustrasi berikut memberi gambaran apa yang disebut sikap konservatif, Seae- orang yang akan pergi ke kantor harus memutuskan untuk membawa payung atau tidak sementara cuaca mendung sokali dan kemungkinan akan turun hujan. Ketidakpastian di sini adalah hujan atau tidak hujan yang merupaken munculan ketidakpastian tersebut. Membawa payung dianggap terlalu repot sementara hu- jan tidak disukai orang tersebut (mungkin karena mudah masuk angin). Kalau dia membawa payung dan ternyata tidak jadi hujan, dia merasa repot; kalau dia tidak membawa payung dan ternyata hujan, dia menghadapi risiko sakit. Kalau dia me- moutuskan untuk-membawa payung karena munculan hujan yang dia pilih sebagai dasar keputusannya, dia bersikap konservatif. Sebaliknya, kalau dia tidak memba- wa payung (dengan risiko kehujanan tapi mengharapken tidak hujan), dia ber- sikap optimistik. : Kalau akuntansi menganut konsep dasar konservatisma, dalam menyikapi ketidakpastian, akuntansi (penyusun standar) akan menentukan pilihan per- lakuan atau prinsip akuntansi yang didasarkan pada munculan (keadaan, harapan kejadian, atau -hasil) yang dianggap kurang menguntiingkan. Seandainye pada, saat sekarang penyusun standar harus memutuskan ketentuan untuk mengakui rugi piutang tak tertagih pada akhir tahun atau tidak (walaupun belum pasti ter- jadi), akuntansi akan memutuskan untuk mengakui rugi tersebut. Implikasi kon- sep ini terhadap pelaporan keuangan adalah bahwa pada umumnya akuntansi akan segera mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan besar akan terjadi teta- pi tidak mengantisipasi (mengakui lebih dehulu) untung atau pendapatan yang akan dateng walaupun kemungkinan terjadinya besar. Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data «Konsep iai menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai meru- » paken sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi yang tinggi. Konsep yang digjukan Grady ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas dalam akuntansi pukan merupakan objektivitas mutlak dan akuntansi mengakui adanya taksiran- taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu, pengen- dalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung keter- andalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai bukti, auditor harus menilai (to assess) struktur pengendalian internal kesatuan usaha yang diauditnya. Dalam bahasa Jawa, sikap konservatif ditunjukkan dengan ungkapsn “diambil pabitnya.” Dipindai dengan CamScanner 246 Babs Manfaat Konsep Dasar Walaupun telah disinggung sebelumnya bahwa konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi, konsep dasar lebih banyak man- faatnya bagi penyusun standar dalam berargumen untuk menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan standar. Dalam tiap. standar yang diterbitkan (Statement of Financial Accounting Standards), misalnya, FASB menyertakan bagian yang disebut Basis Penyimpulan (Basis for Conclusions) atau Background Information) yang di dalamnya terrefleksi konsep dasar yang di- anut baik secara eksplisit maupun implisit. P&L menegaskan bahwa penyusunan standar harus dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih (hall- marks of clear thinking). Hal ini dinyatakannya sebagai berikut (lm. 6):”! The standards of accounting, like those of any other field of human endeavor, should be in accord with the accepted hallmarks of clear thinking. Thus accounting standards should be orderly, systematic, coherent; they should be in harmony with observable, objective conditions; they should be impersonal and impartial. At the same time it should be noted that @ formulated standard may not always conform with generally accepted practice. The latter is like statistical mean in the midst of surrounding data; the former may often be a guide to the gradual improvement of corporation accounting practices and a gauge against which to measure variations. Gagasan di atas sejalan dengan apa yang dikatakan Kam (1990) yang menya- takan bahwa praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula (good practice is based on good theory). Bahwa standar harus objektif dan tak memihak (impersonal and impartial) berarti bahwa standar harus bebas dari selera dan ke- pentingan pribadi atau kelompok. Pemilihan istilah, misalnya, harus didasarkan atas pikiran yang jernih dan kaidah kebahasaan yang baik bukannya atas selera ceseorang yang berkuasa. Demikian juga, standar akuntansi tidak harus tunduk pada apa yang nyatanya dipraktikkan tetapi harus lebih berorientasi ke masa depan demi perbaikan secara bertahap (gradual improvement). Rangkuman . Konsep dasar secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam merekayasa akuntansi. Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak sela- lu dapat diuji tetapi bermanfaat sebagai basis penalaran. “Berbagai sumber menyajikan daftar konsep dasar. yang bebeda-besa karena , perbedaan persepsi terhadap arti penting suatu konsep untuk disebut sebagai kon- sep dasar. Konsep dasar yang satu dalam banyak hal merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep dasar yang lain. Konsep dasar yang dikemukakan P&L cukup lengkap dan terpadu dan dijadikan basis pembahasan dalam buku ini. *Ponebalan oleh penulis, ns : Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar a / 247 Keeatuan usaha harus dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. ‘Bates kesatuan usaha adalah ekonomik bukan yuridis. Hubungan antara pemilik dan kesatuan usaha. merupakan hubungan bisnis (utang-piutang). Fungsi manajemen terpisah dengan fungsi pemiliken sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan. Pendapatan dan biaya dipandang sebagai perubahan aset ke- satuan usaha bukannya perubahan kekayaan pemilik. Karena hubungan bisnis harus dipertahankan, seperangkat statemen keuangan berartikulasi. Kesatuan usaha dianggap akan berlangsung dan beroperasi terus dan tidak ada makstid untuk membubarkan. Data keuangan akan terjadi dan mengalir terus setiap waktu akibat kegiatan yang berlangsung terus tersebut. Kemajuan kesatu- anusaha tidak dievaluasi pada saat likuidasi karena memang buken likuidasi yang menjadi tujudn perusahaan. Aliran data harus dipenggal menjadi beberapa seri aliran dengan satuan waktu sebagai wadah penggalan. Statemen laba-rugi menja- di statemen yang sangat penting untuk menilai kemampuan melaba sementara neraca merupakan sarana untuk menunjukkan sisa potensi jasa. Informasi keu- angan yang dituangkan dalam statemen keuangan periodik harus dianggap bersi- fat sementara (tentatif) dan bukannya tuntas (final). Informasi keuangan jengke panjang yang terdiri atas serangkaian statemen kronologis akan lebih objektif dan dapat diandalkan dibandingkan dengan laporan untuk satu penggalan waktu saja. Kos atau penghargaen sepakatan merupekan bahan oleh akuntansi yang pa- ling objektif. Setiap objek yang terlibat dalam transaksi atau kejadian harus dinya- takan dalam bahan olah ini agar dapat diproses lebih lanjut. Kos merupakan pengukur atau pengkuantifikasi untuk menyatakan berbagai macam objek. Kos merepresentasi realitas kegiatan ekonomik kesatuan usaha untuk menghasilkan informasi semantik tentang realitas tersebut. Kos adalah pengukur sedangkan bi- aya adalah elemen atau objek yang diukur. Kos melekat pada objek kegiatan yang kontinus dalam upaya menghasilkan pendapatan, Untuk merepresentasi kegiatan tersebut, akuntansi menggunakan kos untuk merunut kegiatan produktif kesatuan usaha. Akuntansi menggabung- kan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen kegiatan tanpa memperhati- kan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang yang dihasilkan. Tambahan utilitas barang atau produk diakui sételah terjadinya transaksi penjualan dan kos baru sebagai penghargaan masuk ke kesatuan usaha, Biaya merupakan upaya untuk mendatangkan hasil berupa'pendapatan, ‘Tidak ada pendapatan tanpa biaya. Kos yang melekat pada barang atau jasa yang diserahkan kepada pembeli merupakan pengukur upaya (effort) sedangkan kos yang masuk ke kesatuan usaha dari pembeli atas penyerahan barang atau jasa tersebut merupakan pengukur hasil (accomplishment) yang dicapai. Laba yang te- pat dapat diukur kalau kos yang keluar (sebagai pengukur upaya) ditandingkan atau diasosiasi dengan “kos” yang masuk (sebagai pengukur hasil) dengan penakar yang tepat. Penakar penandingan dapat berupa unit produk (alasan ideal) atau perioda waktu (alasan kepraktisan). Informasi keuangan akan dapat diandalkan dan tidak menyesatkan kalau in- formasi tersebut didukung dengan bukti yang objektif dan dapat diuji kebenaran- Dipindai dengan CamScanner 248 : Bab 5 nya (terverifikasi). Tidak seperti ilmu pasti, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas dan verifiabilitas mutlak melainkan pada objektivitas dan verifi- abilitas relatif atas dasar pertimbangan keadaan dan fakta yang melingkupi suatu transaksi atau kejadian. ‘Akuntansi memerlukan asumsi-asumai sebagai landasan penalaran. Konsep dasar dalam banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh asum- si-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara objektif tetapi bermanfaat untuk ba- sis pemilihan konsep atau prinsip, Validitas konsep dasex hanya dapat dievaluasl atas dasar intuisi, harapan normal, atau realitas empiris, Akuntansi yang dikenal sekarang ini sebenarnya dilandasi oleh suatu lingkungan yang melindungi atau mengakui hak milik pribadi sehingga pertang- gungjawaban bisnis menjadi sangat penting. Hak milik pribadi merupakan Ten- dasan untuk penguasaan suatu sumber ekonomik yang membentuk aset. Keseragaman dalam pelaporan merupakan syafat untuk membantu pem- bandingan. Akan tetapi, keseragaman yang kaku. justru akan menyembunyikan karaktersitik penting yang harus diungkapkan secara unik. Oleh karena itu, stan- dar akuntansi harus memberi keleluasaan kepada kesatuan usaha secara individu- al dalam batas-batas yang realistik dan bermakna (meaningful) untuk menyajikan informasi yang paling sesuai dengan karakteristik kegiatan usahanya. Dalam kaitan ini, Paton dan Littleton (1970, him. 5-6) menyatakan: It should be possible to state accounting standards in. such a way that they will be useful guides to procedures over a wide area of application. Whereas rules would be made to afford a basis for conformity, standards are conceived as gaug- es by which to measure departures, when and if departure is necessary and clearly justifiable. Standards, therefore, should not prescribe or rig- idly confine practices; rather standards should serve as guideposts to the best in accounting reports. Konservatisma merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentuan perlakuan .akuntansi dalam, kondisi ketidak-pastian. Secara umum, akuntansi menghadapi pilihan untuk mengakui pendapatan (laba) atau rugi yang kepastian- nya bergantung pada keadaan di masa datang. Karena menganut konservatisma, akuntansi pada umumnya segera mengakui rugi tetapi menunda pengakuan pendapatan (laba). s Pengendalian internal yang baik merupakan prasyarat tercapainya keteran- dalan data akuntansi. Pengendalian internal yang memadai memungkinkan dica- painya keterverifikasian dan keobjektifan bukti yang paling tinggi. Struktur pengendalian internal menjadi sasaran bagi auditor untuk dievaluasi untuk me- nentukan luasnya pengumpulan bukti audit. Diskus! 1, Apakeh yang dimaksud konsep dasar dan apa perannya dalam perekayasaan dan penyusunan standar akuntansi? ee 2. Sebutkan beberapa sumber dan doftar konsep dasar yang diajukannya. Dipindai dengan CamScanner Konsep Dasar . 249 e pea 10. i 12. 13. 4. 15. 16. vw. 18. 19. 21, 22.. 25. 26. 28, 29, 80. ‘Mengepa konsep dasar Paton dan Littleton dapat dianggap lengkap dan terpadu? Sebutkan beberapa konsep dasar dari sumber selain P&L yang dapat dianggap merups- kan turunan atau konsekuensi dari konsep dasar P&L. Sebut beberapa konsep dasar selain yang dikemukakan oleh P&L yang sebenarnya merupakan karakteristik kualitatif rerangka konseptual FASB. Apakah posioda satu.tahun sebagai perioda pengukuran Jaba dapat dianggap cukup ‘Apa batas kesatuan usaba dalam ekuntansi? Mengapa demikian? : Apa implikasi konsep kesatuan usaha terhadap pendefinisian pendapatan dan biaya? Dapatkah departemen, ‘biro, atau bagian dalam perusahaan diperlakukan sebagai kesatuan usahe? : Selain dua konsep dasar yang tersurat dalam rerangka konseptual versi IASC, adakah konsep-konsep dasar yang tersirat (implisit) dalam rerangka konseptual tersebut? Apa argumen yang diajukan para pendukung pendekatan aset-kewajiban dan pende- katan pendapatan-biaya? Dalam kondisi begaimana suatu perusahaan disangsikan kelangsungen hidupnya? Apakah alokasi overhead dari kantor pusat merupakan kos nyata? Apakah kos kapasitas menganggur suatu fasilitas fisis dapat ditunda pembebanannya ke pendapatan? Adakah bukti objektif dalam estimasi kerugian piutang? Beri contoh prinsip akuntansi yang dilandasi konsep substance over form. Apa konsekuensinya bila akuntansi menggunaken konsep dasar likuidasi alih-alih kon- tinuitas usahe? f Apa yang dimaksud dengan penandingan jangka panjang? ‘Ambillah salah satu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan jelaskanlah pasal- pasal mana saja yang dipengaruhi oleh konsep dasar berikut. a.Kesatuanusaha b. Konservatiama —_¢. Kontinuitas usaha Mengapa beberapa penulis mengajukan konsep dasar yang berbeds-beda baik isinya maupun Jelaskan pengertian konsep kesatuan ussha dan scbutkan berbagai implilasinya ter- ‘Apa yang dimaksud dengan persamaan akuntansi? Samakeh persamaan akuntansi dengan persamaan aljabar? Jelaskan! . Mengapa akuntansi menggunakan asas akrual bukannya asas tunai dalam penentuan laba periodik? . Apakah yang dimaksud dengan penakar penandingan? Penakar penandingan yang manakah yang paling ideal dalam penentuan laba dan sebutican alasannya? Dengan konsep dasar kos sebagai behan olah akuntansi, jelaskan hubungan antara aset, kos, dan biaye! . Jelaskan perbedaan makna antara kos dan biaya. } ‘Apakeh cukup beralasan bila kos disamakan dengan measured consideration? Mengapa measured consideration dianggap objektif untuk menentukan besar-kecilnya potensi jasa yang dikuasai perusahaan? : . Berilah komentar mengenai penggunaan istilah “harga pokok penjualan,” “biaya,” dan “peban” yang digunakan dalam buku Standar Akuntonsi Keuangan. Apakeh ada perbedaan makna “pokok” dalam istilah harga pokok penjualan dan harga pokok mesin? . Dipindai dengan CamScanner 250 Bab 5 31. Jelaskan pengertian earning power dan apakah hubungannya dengan laba periodik! 32, Apakeh yang dimaksud bahwa walaupun akuntansi mendasarkan diri pada objektivitas tetapi akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak? 33. ‘Apakah yang dimaksud bahwa statemen laba-rugi bersifat tentatif? Konsep dasar apa yang melandasi hal ini? 34. Apakah bukti yang objektif dengan sendirinya merupakan bukti yang dapat diverifika- si? Atau sebaliknya, apakah bukti yang dapat diverifikasi dengan sendirinya merupa- kan bukti yang objektif? 35. Apa implikasi penting dari konsep dasar kos melekat? 36. Apa pengertian kos terkandung dan kos penggantian? 37. Apa yang dimaksud bahwa kos merepresentasi potensi jasa? 88. Sebut dan jelaskan beberapa implikasi konsep upaya dan hasil? 39. Tepatkah dikatakan bahiwa biaya disebut schagai heban pendapatan? 40. Jelaskan pengertian sikap konservatif? 41. Apa implikasi dianutnya konsep konservatisma dalam akuntansi? 42, Apakah yang disebut dengan artikulasi statemen keuangan? Apakah konsekuensi artikulasi terhadap pengertian pendapatan, laba, dan biaya? 43. Apakah yang dimaksud pendekatan nonartikulasi dan apa implikasinya terhadap penilaian pos-pos neraca? 44, Jelaskan pengertian asas akrual dan berilah contoh penerapan asas tersebut. 45, Jelaskan makna atau pengertian depresiasi dengan digunakannya konsep dasar konti- nuitas usaha! 46. Apakah depresiasi merupakan biaya yang nyata bukan hipotetis? 47. Apakah penentuan besarnya dopresiasi depat didukung bukti yang objektif? 48. Apa perbedaan keobjektifan bukti dalam akuntansi dan dalam ilmu alam? 49. Apa yang dimaksud bahwa objeKtivitas dalam akuntansi harus dilihat dalam perspektif jangka panjang? 50. Benarkah depresiasi merupakan sarana_pengumpulan dana penggantian aset tetap? 51. Cukup realistikkah apabila dikatakan bahwa di dalam akuntansi, tujuan perusahaan adalah mencari laba? 52. Akuntansi tidak mengakui adanya kos hipotetis. Jelaskan mengapa kos servis gratis (after sales service) yang diberikan oleh suatu toko sepeda motor dapat diakui sebagai biaya dalam tahun terjadinya penjualan? Apakah hal tersebut bukan merupakan biaya hipotetis? 53. Jelaskan pengertian potensi jasa (service potentials) suatu sumber ekonomi dan apa hubungannya dengan kos sebagai bahan olah akuntansi? 54. Menurut rasa bahasa dan menurut pengertian anda, apakah pengertian atau kesan yang anda tangkap dengan penggunaan jstilah berikut: harga pokok bangunan, biaya bangunan, kos bangunan, dan harga perolchan bangunan sebagai padan kata cost of building? 56.°Buka atau cari salah satu Statement of Financial Accounting Standards dari FASB dan bacalah seksi basis for conclusion. Sebut konsep dasar yang secara implisit maupun eksplisit digunakan dalam penalaran di dalam seksi tersebut. 56. Apakah untuk mencapai keterbandingan yang tinge antarperusahaan akuntansi harus diseragamkan atau distandardisasi? 57. Bacalah artikel What Does Cost Really Mean? di Lampiran 1 dan buatlah kritik dan komentar terhadap artikel tersebut!O) Dipindai dengan CamScanner

You might also like