You are on page 1of 19

MADANI

Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan


Vol 11 No 2 (2019): Agustus 2019
(P-ISSN 2085 - 143X) (E-ISSN 2620 - 8857)

Birokrasi Weberian: “Proportional Approach”


Midkholus Surur

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
midkholussurur@gmail.com

Abstract
Weberian bureaucracy theory is a bureaucratic theory that is very influential on all
countries both those who embrace democracy and authoritarianism. Weber sees that
bureaucratic performance can be approached from social behavior theory. To know and
explain human behavior, it must first know the intent and purpose of the behavior. Weber
distinguishes the motives behind human behavior, namely affective, traditional, value rational
and instrumentally rational. Instrumentally rational is the guideline in the behavior of
Weber's bureaucracy. Weber further stated, authority is not formed and implemented by
itself. In order to create a legal authority there are five creeds that must be used as guidelines.
The five creeds are as follows: Legitimate rules, law is an abstract, impersonal system of rules,
which obeys the law only as members of the bureaucracy, obedience not to the person holding
authority but to the impersonal rule of law. Based on the five conceptions, Weber formulated
eight propositions regarding the formulation of legal authority namely: official duty
regulation, task specialization, hierarchical, technical-legal, impersonal, written,
administrative-bureaucratic staff. This theory is considered by many political experts and
governments to have a number of weaknesses. These weaknesses are a hierarchical
bureaucratic structure, a military-like organizational system, excessive emphasis on the legal-
formal aspect, unit specialization, bureaucratic employees who are not neutral and
bureaucratic employees who are less representative. Besides these weaknesses, Weber's
bureaucratic theory has made a positive contribution in the process of implementing
governance today, namely the impersonal system, the contract system for employees, the
career system and the focus on one position.

Keywords: Bureaucracy, Weberian, Political Science and Government

86 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

Pendahuluan tidak berdaya mengontrol apalagi


Diskursus tentang birokrasi mengecamnya. Mereka menjadi budak-
merupakan tema yang cukup menarik, budak yang tidak mungkin ada
disamping perannya yang sangat besar perbaikan. Mereka tidak pernah “pecus”
dalam pemerintahan, birokrasi juga menyelesaikan pekerjaan secara
merupakan institusi yang paling maksimal. Dalam teori kontinental
dibutuhkan oleh masyarakat. Anehnya, seperti yang dikemukakan oleh Heinzen
meski memiliki posisi yang strategis birokrasi merupakan pemerintahan
birokrasi juga mendapat predikat pejabat dengan watak budak, angkuh
sebagai institusi yang paling dibenci oleh yang kekuasaannya cenderung tidak
masyarakat. Kalau kita bertanya kepada terbatas (Albrow, 1996: 1-16).
setiap orang, mereka pasti menjawab Kemunculan birokrasi dalam
enggan berhubungan dengan birokrasi. praktisnya ternyata bertentangan
Kelahiran birokrasi sejak awal dengan nilai-nilai demokrasi. Budaya
abad XIX lebih banyak mendapat sentralisme, sewenang-wenang,
kecaman dari sejumlah ahli politik dan diskriminatif, vested interest, penuh
pemerintahan daripada pujian kerahasiaan, eksploitatif, nepotisme
terhadapnya. Seperti yang disampaikan selalu mewarnai kegiatan birokrasi.
oleh Gournay birokrasi merupakan Birokrasi menjadi mesin yang jauh dari
penyakit yang merusak kehidupan semangat kemanusiaan dan keadilan.
masyarakat, mereka bukannya Pada kondisi tahun 1922 Weber
menguntungkan kepentingan umum menawarkan gagasan birokrasi yang
tetapi justru melahirkan permasalahan kemudian dikenal dengan birokrasi
umum (Albrow, 1996: 1-6). Dalam rasional. Yaitu konsepsi birokrasi yang
perspektif teori-teori Inggris kehadiran berdasar pada otoritas hukum bukan
birokrasi juga mendapat kritik yang pada otoritas tradisional dan otoritas
tajam dari ahli politik dan pemerintahan. karismatis. Otoritas hukum inilah
Mereka mengatakan birokrasi menjadi dasar operasinya birokrasi
merupakan institusi yang sangat weberian. Pejabat menjalankan tugas
berbahaya karena intervensi yang besar, berdasar otoritas hukum ini dan ketaatan
sehingga makin monopoli bakat bangsa. pegawai bukan kepada pemimpinnya
Birokrasi merupakan puncak ambisi, tetapi pada aturan yang ditetapkan.
sedang yang berada di luar (masyarakat)

87 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

Birokasi weberian inilah yang Persoalannya sekarang adalah


kemudian dianut oleh hampir seluruh benarkah teori Weber justru
negara modern baik yang menganut menghasilkan sistem administrasi dan
faham demokrasi maupun otokrasi. pemerintahan yang semakin tidak efektif
Fenomena adanya spesialisasi kerja, dan efisien atau dengan kata lain
sistem hirarkhi, pegawai yang digaji, benarkah gagasan-gagasan Weber
uang pensiun dan lain-lain adalah bertentangan dengan nilai-nilai
bentuk-bentuk konsep birokrasi demokrasi. Terhadap persoalan ini
weberian. penulis berkepentingan menawarkan
Konsep birokrasi Weber ini oleh teori birokrasi Weber secara
banyak ahli politik, pemerintahan dan proporsional. Meski birokrasi Weber
administrasi dalam implementasinya banyak mendapat kecaman penulis
justru memunculkan problem baru, meyakini teori birokrasi Weber memiliki
dianggap kurang efisien dan efektif, sejumlah kelebihan-kelebihan dan itu
lebih-lebih bagi negara-negara yang jarang sekali disampaikan oleh para
menjalankan sistem negara demokratis. pengkritiknya.
Teori birokrasi Weber dianggap gagal Teori Birokrasi Weber
menciptakan sistem administrasi yang Secara eksplisit Weber tidak
berpihak kepada rakyat. Birokrasi Weber pernah mendefisikan birokrasi, tetapi
ternyata melahirkan oligarkhi pejabat kalau ditelusuri dari pemikiran-
yang sulit dikontrol oleh rakyat (Albrow, pemikirannya sebenarnya Weber melihat
1996: 41-46). Lebih pedas lagi kritik birokrasi sebagai badan administratif
disampaikan oleh Andreski (1996: 1-12) tentang pejabat yang diangkat. Birokrasi
teori birokrasi Weber tidaklah penting adalah hubungan kolektif bagi golongan
dan berguna, tidak memiliki kontribusi pejabat, suatu kelompok yang terbentuk
yang substansial bagi efektifitas dan yang pekerjaan dan pengaruhnya dalam
efisiensi bagi pemerintahan, yang semua jenis organisasi (Albrow, 1996:
berguna dari teori birokrasi Weber 31). Ini berarti birokrasi adalah
adalah gagasannya telah menimbulkan sekelompok orang yang melaksanakan
diskusi karena analisisnya yang selalu pekerjaan dan tindakan yang berdasar
menjadi kajian semua orang dari pada prosedur dan aturan-aturan yang
pertama teori diciptakan sampai saat ini. ditetapkan.

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 88
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

Weber melihat bahwa kinerja dijalankan secara rutin oleh masyarakat.


birokrasi bisa didekati dari teori social Kebiasaan-kebiasaan itu mungkin
action (perilaku sosial). Menurut teori berguna tetapi yang banyak adalah
perilaku sosial semua aktifitas manusia manusia melakukan itu bukan
digerakan oleh meanings (maksud- didasarkan kepada nalar akal sehat.
maksud dan tujuan-tujuan tertentu). Value rational action adalah
Untuk mengetahui dan menjelaskan tindakan yang timbul akibat ada nilai-
perilaku manusia maka harus terlebih nilai yang dituju dan diharapkan dari
dulu mengetahui maksud dan tujuan dari tindakannya. Belajar dengan giat supaya
perilaku tersebut. Weber membedakan pandai, bekerja keras untuk
motif dibalik perilaku manusia yaitu mendapatkan uang banyak, olahraga
affective, traditional, value rational and yang rajin supaya terjaga tindakannya
instrumentally rational. (Setiyono, 2004: adalah contoh tindakan value rational
47-49) action. Tetapi tindakan ini dalam
Affective merupakan perilaku atau pengertian logika bukanlah tindakan
tindakan yang dilatarbelakangi karena rasional tetapi tindakan yang reasonable
emosi. Tindakan ini dibawah kontrol yaitu tindakan yang didasarkan pada
nalar akal sehat dan logika. Maka jika akal sehat tetapi kecenderungannya
manusia berperilaku karena emosi dan pragmatis.
menjadi motif maka kemungkinan besar Instrumentally rational action
tindakannya adalah sesat. Manusia sering adalah aktifitas yang latarbelakang
dihadapkan pada problem, maka luapan didasarkan untuk mencapai tujuan-
kemarahan, emosi, kesedihan seringkali tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan-
menjadi pilihan tindakannya. tujuan itu tersedia instrumen yang
Traditional action adalah tindakan terukur sebagai alat untuk mencapai
yang dilakukan karena mengikuti tradisi tujuan itu. Dalam konteks ini tindakan
atau kebiasaan-kebiasaan yang benar-benar didasarkan hasil analisa
dilakukan oleh orang-orang terdahulu. logika dan kenyataan yang terjadi.
Kebiasaan dalam kehidupan masyarakat Perhitungan rasional itu dari aturan-
secara tidak langsung seringkali menjadi aturan, metode-metode, tujuan,
pedoman yang kurang disadari. Apalagi instrumen-instrumen dan konsekuensi
kebiasaan-kebiasaan itu sudah yang ditimbulkan dari tindakan itu.
melembaga, sudah diyakini dan

89 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

Instrumentally rational action yang ditetapkan bukan hanya pada


inilah yang menjadi pedoman dalam seorang pemimpin. Ini jelas berbeda
perilaku birokrasi Weber. Berarti dengan model kepemimpinan tradisional
perilaku birokrasi Weber tidak dan kharismatis. Kedua model ini
didasarkan pada value rational action, biasanya menempatkan pemimpin di
traditional action apalagi berdasar pada atas segala-galanya termasuk diatas
affective action. Menurut Weber birokrasi hukum yang dibuat.
rasional merupakan fenomena yang tidak Lebih lanjut dinyatakan Weber,
terelakkan dalam masyarakat modern. otoritas tidak terbentuk dan terlaksana
Masyarakat modern bercirikan dengan sendirinya. Agar tercipta otoritas
industrialisasi dan rasionalisasi dalam yang legal ada lima kredo yang harus
industrialisasi adalah keniscayaan dijadikan pedoman (Albrow 1996 :32-
Lebih spesifik lagi, weber 34). Lima kredo itu adalah sebagai
menyatakan bahwa birokrasi rasional berikut :
adalah birokrasi yang berdasar pada 1. Peraturan yang legitimate akan
aturan-aturan formal, legalistik dan melahirkan ketaatan organisasi
bukan didasarkan pada otoritas birokrasi.
tradisional dan kharismatis (setiyono, 2. Hukum merupakan sistem aturan-
2004 : 49-50). Konsekuensi dari konsep aturan yang abstrak, dalam
ini adalah pejabat bekerja bukan karena pelaksanaanya dibutuhkan
seorang pimpinan tetapi pada aturan- administrasi yang mengurus aturan-
aturan main (hukum) yang ditetapkan. aturan itu dalam batas-batas hukum
Hukumlah yang menjadi panutan abstrak.
pegawai, loyalitas pegawai hanya pada 3. Impersonal artinya seseorang yang
hukum bukan pada siapapun. Dengan menjalankan otoritas harus
begitu seorang pemimpin birokrasi akan membedakan kepentingan birokrasi
memiliki otoritas hanya sesuai amanat dan kepentingan individu.
hukum, dan ketaatan pegawai juga Kepentingan dan sarana birokrasi
didasarkan pada hukum.ketika tidak diperkenankan untuk kegiatan-
pemimpin berganti, maka tidak ada kegiatan pribadi. Kepentingan
masalah dalam birokrasi, karena pribadi juga harus dipisah dengan
prinsipnya siapapun tidak dipersoalkan kepentingan birokrasi. Maka urusan
karena ketaatan hanyalah pada hukum

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 90
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

birokrasi tidak etis di bawah sumber-sumber daya pribadi


kerumah juga sebaliknya. (impersonal).
4. Yang mematuhi hukum hanyalah 6. Pemegang jabatan tidak bisa
anggota birokrasi. mengambil jabatan sebagai milik
5. Ketaatan bukan pada person yang prbadi, sehingga otoritas pegawai
memegang otoritas melainkan hanya berkaitan dengan urusan-
kepada aturan hukum yang urusan birokrasi.
impersonal yang menjamin dan 7. Tertulis, segala bentuk kegiatan
memberikan otoritas kepada orang dinyatakan dalam bentuk dokumen
itu. tertulis bukan didasarkan pada
Berdasarkan kepada lima retorika dan kesepakatan lisan saja.
konsepsi tersebut, weber merumuskan 8. Staf administratif-birokratis artinya
delapan proposisi tentang penyusunan sistem-sistem otoritas legal banyak
otoritas legal yakni: mengambil bentuk seperti bentuk
1. Tugas-tugas pejabat diorganisir kolegial atau bentuk honorer tetapi
berdasarkan aturan (regulasi tugas yang paling asli adalah berupa staf
pejabat) administratis-birokratis yakni
2. Spesialisasi tugas/job diskription/ kekuasaan birokrasi
devision of work (pembagian tugas dimanifestasikan melalui staf
pegawai yang didasarkan pada fungsi administrasi.
yang masung masing disertai otoritas Proposisi yang nomor delapan
dan sanksi). inilah yang menjadi pijakan teori
3. Hirarchis, jabatan-jabatan pegawai birokrasi weberian yang menurutnya
disusun hirarkhi yang masing-masing sebuah birokrasi yang paling rasional.
disertai sistem pengawasan dan Staff admnistratif-birokratis
teknis komplain antar mereka mensyaratkan proposisi-proposisi
4. Teknis-legal, aturan yang terkait menurut legitimasi dan otoritas serta
pekerjaan bersifat teknis dan sah memiliki karakter sebagai berikut :
sehingga dibutuhkan pegawai yang Pertama, para staf administratif
memiliki skill dan terlatih adalah insan yang bebas artinya pegawai
5. Sumber-sumber daya organisasi birokrasi bebas melakukan pekerjaan
birokrasi yang berupa otoritas dan sesuai dengan ketentuan yang digariskan
fasilitas dipisah secatra tegas dengan organisasi birokrasi. Di luar peraturan

91 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

birokrasi tidak dibebankan tanggung Keempat, para pejabat diangkat


jawab, kepatuhan hanya pada aturan berdasarkan sistem kontrak. Pejabat
birokrasi bukan pada pimpinan atau birokrasi tidak serta merta selalu dan
yang lain. Dengan begitu, pegawai seterusnya menjadi pegawai birokrasi
tampak sebagai unit mesin yang bekerja tetapi didasarkan pada sistem kontrak
sesuai dengan fungsi unit masing- yang ditetapkan. Mungkin saja kontrak
masing, akan kurang efektif bila unit akan diperpanjang dengan kontrak baru
yang satu berfungsi sebagai fungsi yang lagi apabila dinilai pegawai tersebut
lain. telah berprestasi dan berhasil, tetapi
Kedua, hirarki jabatan yang jelas, mungkin kontrak pegawai akan berakhir
setiap hirarkhi melekat tugas-tugas dan kalau dinilai pegawai tersebut kurang
tanggung jawab sesuai dengan produktif apalagi melanggar aturan yang
tingkatannya. Hirarkhi yang paling atas telah ditentukan.
memiliki otoritas tertinggi untuk Kelima, rekruitmen pegawai
mengambil kebijakan. Memiliki otoritas didasarkan kualifikasi profesional dan
untuk memberi intruksi pada hirarkhi kualifikasi akademik. Pegawai diangkat
bawahannya, tanpa harus mendiskusikan karena semata-mata memiliki
pada hirarkhi bawahnya apalagi kemampuan untuk melaksanakan tugas-
pegawai dalam birokrasi. Hirarkhi yang tugas birokrasi bukan pengangkatan atas
paling bawah harus selalu siap dasar nepotisme dan representasi dari
menjalankan perintah dari atasannya suatu wilayah dan golongan. Pegawai-
lebih-lebih para staf pegawai. pegawai inilah yang diyakini weber akan
Ketiga, fungsi-fungsi jabatan mampu menghantarkan tujuan-tujuan
dinyatakan secara tegas. Menghindari birokrasi karena dianggap mampu
tumpang tindih otoritas dan pekerjaan memecahkan masalah-masalah bukan
maka ditentukan job discription atau menjadi masalah itu sendiri.
division of work yang menjadi tugas Keenam, para pejabat digaji dan
utama masing-masing jabatan dalam mendapatkan uang pensiun. Gaji dan
birokrasi. Ini sebuah instrumen yang uang pensiun itu sesuai dengan tingkatan
mutlak dilakukan demi efektifitas, hirarki dalam birokrasi. Pejabat birokrasi
efisiensi dan tegaknya aturan yang telah agar bekerja secara profesional mereka
ditetapkan. bekerja bukan didasarkan pada
pengabdian belaka atau gaji yang tidak

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 92
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

proporsional tetapi mereka digaji yang peningkatan kualitas kerja dan


lebih dari yang layak, gaji diatas rata-rata penghargaan terhadap pegawai.
pegawai privat, karena tugas dan Kesembilan, pegawai harus
tanggung jawab mereka yang amat berat. bersikap impersonal. Pegawai birokrasi
Menurut weber gaji yang tidak tidak diperkenankan kedudukan sebagai
proporsional merupakan akar dari milik pribadi. Sumber-sumber yang
inefektifitas dan inefisiensi birokrasi melekat pada jabatan seperti fasilitas dan
serta menjadi penyebab timbulnya otoritas tidak bisa digunakan untuk
penyelewengan pegawai. kepentingan pribadi. Inpersonalitas ini
Ketujuh, pekerjaan pegawai sebagai bentuk profesionalisme kerja
adalah satu-satunya dan utama. Pegawai dan tanggungjawab pegawai untuk tidak
dilarang merangkap jabatan baik bertindak dan berperilaku sebagai
dibirokrasi maupun disektor privat. pegawai negara.
Ketentuan ini untuk memfokuskan Kesepuluh, pegawai tunduk pada
pegawai terhadap tugas yang diemban aturan yang disipliner dan taat pada
sebagai pegawai negara. suatu pengendalian. Ada instrumen-
Konsekuensinya, tugas yang instrumen yang terukur untuk menilai
diamanatkan dapat diselesaikan secara pegawai yang kurang disiplin dan
benar dan tepat. Berbeda dengan melanggar aturan yang berlaku, sehingga
pegawai yang memiliki jabatan rangkap, terjadi penyelewengan yang dilakukan
bekerja kemumgkinan besar tidak fokus pegawai birokrasi maka konsekuensinya
dan pasti hanya sebatas memenuhi tugas. jelas dapat dibaca oleh semua tingkatan
Tentu saja akibat dilarangnya jabatan ini pegawai. Sikap sinis, marah, benci
gaji pegawai harus lebih dari culup ntuk kepada atasan jelas bisa diminimalisir
memenuhi keebutuhan sehari-hari karena keputusan bukan didasarkan
pegawai tersebut. pada keputusan pribadi pimpina tetapi
Kedelapan, ada struktur karir berdasar pada konsekuensi logis dari
pegawai akan mengalami kenaikan peraturan yang ada.
pangkat berdasarkan pada lamanya Untuk mengeliminasi
bekerja (senioritas), prestasi dan kecendrungan birokrasi yang akan
menurut pertimbangan dan keputusan mengakumulasikan dan inkonsistensi
atasan. Ini sebagai langkah motivasi, terhadap tugas yang diembannya Weber
menekankan mekanisme-mekanisme

93 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

yang dapat dikelompokkan dalam lima dikehendaki Weber ternyata adalah


katagori utama yaitu kolegialitas, sebuah organisasi yang terorganisir,
sparation of power, administrasi amatir, formal dan besar. Dalam istilah lain
demokrasi langung dan representation. sebagai organisasi yang maju, lengkap,
Telaah Kritis Terhadap Teori formal dan luas (Andreski, 1996 : 9). Dari
Birokrasi Weber sinilah kemudian struktur birokrasi
Konsep-konsep birokrasi rasional weberian tanpak luas dan besar, karena
diyakini Weber yang paling tepat untuk besar dan luas strukturnya menjadi
menghantarkan tujuan-tujuan birokrasi hirarkis. Organisasi yang besar dan
pada khususnya dan tujuan negara pada struktur yang hirarkis ini mempunyai
umumnya. Tetapi setelah konsep ini implikasi minimal lima hal : 1). Birokrasi
ditawarkan Weber banyak mendapatkan akan sangat lambat mengambil
kritikan tajam dari ahli politik, sosial dan keputusan-keputusan. 2). Panjangnya
pemerintahan, mereka menilai konsep pelayanan birokrasi terhadap rakyat. 3).
birokrasi Weber tidak akan mampu Memungkinkan disorientasi pegawai. 4).
mewujudkan birokrasi yang efektif dan Timbulnya solidaritas antar pegawai 5).
efisien. Justru konsep birokrasi weber ini Birokrat akan menghindar dari
sebagai akar masalah birokrasi yang tanggungjawab dari apa yang dilakukan.
Rigid (kaku) manipulatif, sewenag- Kelambatan dalam mengambil
wenang dan lain-lain. Birokrasi weberian keputusan.
dinilai meninggalkan humanisme pada Kelambatan dalam memutuskan
pegawai dan bertentangan dengan nilai- masalah adalah karakter implisit dan
nilai demokrasi. melekat ketika truktur birokrasi itu
Adapun kelemahan–kelemahan hirarkhis. Pejabat tingkat bawah hanya
birokrasi Weber adalah berpangkal pada memiliki kewenangan yntk menjalanan
masalah sebagai berikut; struktur yang perintah atasan. Keputusan merupakan
hirarkhis, birokrasi mirip bentuk militer, hak penuh dari pejabat pada tingkat atas
spesialisasi unit, penekanan aspek legal ketika pegawai ditingkat bawah memiliki
formal (Albrow, 1996: 44-52, Setiyono, problem-problem yang dihadapi
2004: 54-57), problem netralitas masyarakat, secara otomatis keputusan
birokrasi dan representatif pegawai. tidak serta merta dapat dibuat. Harus
Pertama, struktur yang hirarkhis. menunggu keputusan dari pegawai
Makna birokrasi rasional yang tingkat atas dan itu membutuhkan waktu

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 94
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

yang relatif lama. Problem yang dihadapi masyarakat tetapi menjadi institusi yang
belum terjawab, sudah timbul masalah- paling dibenci oleh rakyat.
maslah baru lagi. Konsekuensinya Birokrasi menghindar dari tanggung
birokrasi menjadi “sampah“ masalah. jawab.
Pelayanan terhadap masyarakat Menurut Bendix dalam Setiyono
terhambat. Model ini tentunya (2004; 45) sistem hirarkhi melahirkan
bertentangan dengan prinsip pelayanan aparat birokrasi mengelak dari
prima dan modern dan menekannkan tanggungjawab apa yang dikerjakan,
kecepatan dalam menghadapi persoalan. meskipun yang dikerjakan itu jelas-jelas
Panjangnya terhadap masyarakat. bertentangan dengan dengan nilai-nilai
Struktur hirarkhis melahirkan kemenusiaan. Alasannya mereka semata-
kepatuhan yang berlebihan kepada mata menjalankan perintah dari atasan,
pejabat atasannya, sehingga seharusnya mereka menganggap diperintah
pegawai berorientasi pada pelayanan atasannya bukan oleh rakyat. Mereka
rakyat berpindah kepada atasan yang tidak pernah mau dipersalahkan karena
memimpinnya. Dalam benak mereka itu merupakan perintah normatif yang
yang terpenting baik di mata atasannya, jelas. Mereka baru merasa bersalah tidak
persoalan apakah rakyat tersinggung apa mendengarkan perintah dan petunjuk
puas tidak akan menjadi beban. atasanya. Soal mendengarkan aspirasi
Persoalannya adalah bukankah lahirnya rakyat tidak pernah terbesit dalam
birokrasi adalah sebagai abdi negara hatinya apalagi dijalankan. Lebih-lebih
untuk melayani kebutuhan-kebutuhan jika dikaitkan dengan penilaian hasil
masyarakat. kerja, secara legal formal mereka dinilai
Solidaritas kelompok antar pegawai. atasanya bukan oleh rakyat. Fenomena
Seperti yang disampakan oleh inilah birokrasi menjadi “makhluk aneh”
Merton dalam Setiyono (2004; 54) dihadapan rakyat.
struktur yang hirarkhis akan Kedua, bentuk birokrasi yang
menimbulkan solidaritas kelompok di mirip militer. Bentuk birokrasi weberian
antara pegawai untuk mengamankan dinilai oleh banyak ahli politik,
posisinya masing-masing sehingga administrasi dan pemerintahan sebagai
menjadikan institusi birokrasi bukan organisasi yang mengadobsi militer.
sebagai pelayan dan pengayom Konsekuensi dari bentuk militer ini
disamping rigid (kaku), karena

95 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

menggunakan sistem komando, juga Logikanya kalau pagawai


menghasilkan sistem yang tertutup. Pada birokrasi diposisikan sebagai obyek yang
sisi lain hilangnya kreativitas pegawai. harus melaksanakan seluruh perintah
Sistem yang kaku. atasannya tanpa ada ruang untuk
Kaku adalah sikap yang tegas mendiskusikannya, mungkinkah ada
melaksanakan tugas sesuai dengan transparansi sistem? Jangankan
petunjuk formal yang tertera dalam “mengobok-mengobok” isi dapur atasan,
aturan. Selain yang dimuat dalam aturan menolak perintah yang jelas-jelas tidak
formal itu pegawai tidak memiliki masuk akal, bertentangan dengan nilai-
keberanian dan tidak mau melaksanakan. nilai kemanusiaan dan menyesatkan saja
Persoaalannya sekarang adalah apakah tidak ada keberanian. Kasus-kasus
peraturan-peraturan formal yang dibuat penggusuran pedagang kaki lima oleh
oleh elit birokrasi mampu merespons petugas Satpol polisi pamong praja
dan menjawab semua permasalahan diperbagai kota adalah contoh yang tidak
yang dihadapi oleh masyarakat yang terbantahkan.
cenderung berkembang?. Akhirnya Menurut Caiden dalam Hariandja
pegawai birokrasi mirip seperti “robot- (1999; 35-37) sebuah institusi apapun
robot” yang siap digerakkan dan lebih-lebih birokrasi menjadi tidak akan
dihentikan kapan saja sesuai dengan memiliki makna dan daya guna ketika
intruksi atasannya (Sholikin, 2018b). Ini institusi (birokrasi) itu berjalan dengan
jelas-jelas sangat bertentangan dengan penuh kerahasiaan dan tetutup. Ketika
nilai-nilai dasar manusia, karena ciri birokrasi berjalan dengan penuh
permanen yang membedakan manusia kerahasiaan maka konsekuensinya di
dengan makhluk lain adalah bekerja samping menyuburkan praktek korupsi,
berdasar pikiran. Kalau manusia bekerja juga manjadikan pegawai birokrasi
semata-mata komando atasannya, lalu menjadi sewenang-sewenang.
apa bedanya dengan hewan? Pada sisi Ketiga, spesialisasi unit. Menurut
lain menurut Kuntowijoyo (1994; 176- Merton dan Selznick birokrasi yang
182) model ini sangat bertetangan memiliki struktur yang berjenjang akan
dengan karakter negara moderen yang memiliki unit-unit yang sangat banyak.
mengedepankan inisiasi pegawai, sikap Unit-unit yang sangat banyak itu
kritis dan perilaku demokratis. menyebabkan pertentangan unit dalam
Sistem yang tertutup.

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 96
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

birokrasi dan pelencengan tujuan tidak pernah pada tujuan yang


birokrasi. diinginkan. Signifikansi peraturan itu
Pertentangan antar unit. lebih-lebih peraturan formal.
Ini disebabkan oleh setiap unit Tetapi perlu dicatat, ketika
birokrasi memiliki ego sendiri-sendiri birokrasi lebih menekankan pada aspek
sehingga kemungkinan mementingkan peraturan yang legal formal, maka
unitnya masing-masing. Demi mendapat implikasi yang ditimbulkan birokrasi
penghargaan dan pujian formal pegawai akan rigid, kehilangan esensi dari apa
akan melakukan apapun demi yang dikerjakan, pegawai birokrasi akan
mendapatkan nilai yang unggul dan seperti robot, hilangnya inovasi pegawai
berprestasi di mata atasannya dan peraturan itu sendiri yang akan
mengesampingkan kerjasama dengan menjadi tujuan organisasi.
unit-unit yang lain. Maka dari sinilah Sikap rigid.
benih-benih konflik lahir. Dalam hal ini pegawai hanya akan
Pelencengan tujuan birokrasi. mau melaksanakan tugas sesuai dengan
Ini disebabkan unit-unit birokrasi aturan formal yang ada. Berbuat di luar
lebih terfokus pada masing-masing aturan formal yang ditetapkan dinilai
sehingga tujuan umum birokrasi menjadi bukan otoritas dan tanggungjawab
kurang diperhatikan. Kalau hanya tujuan mereka, bahkan dianggap melampaui
unit birokrasi yang menjadi konsentrasi batas-batas kewenangan dan itu
agenda maka model birokrasi seperti ini merupakan sebuah pelanggaran. Kalau
justru menghambat tujuan negara secara sikap rigid ini berlanjut lahirnya
umum. birokrasi justru menambah masalah
Keempat, penekanan pada aspek bukan menyelesaikan masalah. Karena
legal-formal. Peraturan dalam organisasi sesunggunya tidak semua masalah rakyat
merupakan sebuah keniscayaan. itu terwadahi dalam peraturan legal-
Peraturan di samping landasan operasi formal birokrasi. Maka dari itu bukan
organisasi juga merupakan penentu arah sikap rigid yang dibutuhkan tetapi sikap
organisasi. Kalau ditelusuri mendalam diskresi yang diperlukan, yaitu sikap
peraturan merupakan pimpinan sebuah pegawai untuk mengambil tindakan yang
organisasi karena pemimpin juga tunduk dibutuhkan masyarakat yang tidak
pada peraturan. Tanpa peraturan tercantum dalam aturan-aturan formal
organisasi akan kehilangan arah dan (Dwiyanto, 2006; 144). Sikap rigid

97 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

sebenarnya sikap yang bertentangan birokrasi akan menjadi tujuan itu


dengan prinsip-prinsip rasionalitas itu sendiri. Birokrasi yang digerakkan oleh
sendiri. peraturan akan terkuras waktunya untuk
Kehilangan esensi dari apa yang mengurusi apakah peraturan-peraturan
dikerjakan. itu sudah dijalankan secara konsisten
Kalau legal-formal yang semata- atau birokrasi disibukkan apakah ada
mata menjadi ukuran maka pegawai pelanggaran terhadap peraturan-
birokrasi akan menjalankan tugas secara peraturan yang ada. Padahal peraturan
formal terpenuhi. Apakah pekerjaan hanyalah alat bukan tujuan.Kalau seperti
mereka telah sesuai dengan misi dan ini kemudian bagaimana dengan
tujuan birokrasi secara umum tidak akan orientasi pelayanan masyarakat tidak
pernah menjadikan pertimbangan. terabaikan? Legal-formal memang
Apakah hasil kerja mereke telah sesuai penting, sepanjang sesuai dengan misi
dengan kebutuhan riil masyarakat tentu dan tujuan birokrasi, tetapi peraturan
bukan menjadi urusannya. Fenomena bisa diabaikan sepanjang tidak
inilah yang merupakan benih-benih melanggar tujuan birokrasi dan itu harus
masalah-masalah baru karena esensi dinilai sebagi tindakan yang rasional.
masalah dan kebutuhan masyarakat Kelima, problem netralitas
belum terjawab secara tuntas. birokrasi. Struktur birokrasi yang
Sikap seperti robot dan hilangnya hirarchis menuntut pegawai akan tunduk
inovasi. dan patuh pada atasaanyadalam segala
Siapapun yang masuk dalam hal. Inilah akar masalah munculnya
kubangan sistem birokrasi yang legal- birokrasi tidak akan pernah bersikap
formal itu maka akan menjadi makhluk netral. Pejabat birokrasi pada level atas
yang taat pada aturan itu sehingga nalar adalah dipilih oleh penguasa yang
dan inovasi tidak dibutuhkan. Ini artinya memenangkan pertarungan dalam
pegawai akan kehilangan karakter dasar pemilihan umum atau pemilihan kepala
sebagai insan yang berbudaya. daerah. Pejabat birokrasi ini memiliki
Peraturan akan menjadi tujuan. kohesi yang kuat dengan penguasa,
Ketika peraturan menjadi karena dalam benaknya nasibnya
prioritas utama dalam birokrasi maka ditangannya. Tidak pilihan lain kecuali
semula peraturan yang diciptakan taat pada intruksi dan kemauan
sebagai alat untuk mencapai tujuan penguasa. Maka disinilah politisasi

IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 98
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

birokrasi sulit dihindarkan. Ada bekerjasama maka pelayanan publik


beberapa dampak negatif ketika yang merupakan tugas utama menjadi
birokrasi tidak bersikap netral yaitu lamban. Rakyat jadi bola pingpong
sistem rekuitmen pegawai yang tertutup, pegawai, akhirnya bingung karena tidak
keengganan pegawai untuk bekerjasama ada kejelasan untuk menyelesaikan
dengan bukan golongannya, masalahnya.
anmeritokrasi, kebijakan yang berpihak Anmeritokrasi. Meritokrasi adalah
pada golongan (Adham Putro, 2000), dan prinsip yang menemptkan pegawai
diskriminasi pelayanan publik. sesuai bidang keahliaannya dalam
Sistem rekruitmen yang tertutup. bidang intelegence (intelektual),
Sistem ini hanya akan education (pendidikan), personal skill
menghasilkan pejabat birokrasi yang (ketrampilan personil) dan tehnical
tidak kompeten, tidak berkualitas dan knowledge (pengetahuan teknis).
tidak profesional. Pegawai birokrasi Mungkinkah pegawai birokrasi diisi
hanya loyal pada atasan tapi tidak cakap dengan prinsip meritokrasi ketika yang
menjalankan tugas apalagi menempati jabatan-jabatan adalah
menyelesaikan masalah. Di samping itu orang-orang yang telah mendukungnya?
sistem rekruitmen yang tertutup akan Bukankah orang-orang yang mendukung
menghasilkan sistem promosi jabatan adalah aktivis partai politik yang
yang tida sehat dan sistem karir pegawai kebanyakan kemampuan intelektual dan
yang diskrminatif. Adalah seperti di kemampuan teknisnya diragukan?
neraka bagi pegawai yang tidak Akhirnya birokrasi akan menjadi sarang
mendukung partai politik penguasa, orang-oarang yang buta akan tugasnya.
tetapi seperti di surga bagi pegawai yang Konsekuensinya kinerja birokrasi
loyal kepadanya. Pada sisi lain sistem menjadi lamban, bebal, boros, acuh tak
rekruitmen ini juga menyuburkan acuh, sok berkuasa, anti kritik dan
praktik kolusi, money politic dan menyebalkan.
kesewenang-wenangan. Diskriminasi kebijakan.
Faktor keengganan bekerjasama Lahirnya demokrasi adalah untuk
dengan pegawai di luar golongannya. membuat, menafsirkan dan
Kerjasama adalah salah satu kata melaksanakan kebijakan untuk
kunci pegawai dalam setiap organisasi. kepentingan semua rakyat, bukan untuk
Jika pegawai birokrasi enggan golongan tertentu. Maka dari itu suatu

99 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

kebijakan akan dinilai benar ketika dan tecnical knowled. Dilihat dari
kebijakan itu berfihak dan persepektif efektifitas dan efesiensi
menguntungkan semua rakyat. Semakin adalah sebuah keniscayaan. Tetapi jika
banyak rakyat yang diuntungkan dengan dilihat dari aspek representative
lahirnya kebijakan tersebut maka suatu bureucray yang merupakan tuntutan
kebijakan akan semakain benar, tetapi negara yang menganut faham demokrasi
jika kebijakan banyak merugikan rakyat adalah sebuah penyelewengan. Menurut
maka bisa dinilai kebijakan itu tidak Mill dalam Setiyono (2004 ; 43-44)
benar. Kebijakan birokrasi yang hanya pemerintahan yang baik selain memiliki
menguntungkan golongan tertentu pegawai yang kompeten juga harus
adalah kebijakan yang diilhami dari mampu mengkoordinir partisipasi.
faham marxsisme (Thoha, 1991; 54 – Partisipasi akan berjalan maksimal
55). Tentunya kebijakan ini bertentangan apabila komposisi birokrasi dapat
dengan nilai-nilai demokrasi. mempresentasikan seluruh kelompok
Diskriminasi pelayanan publik. masyarakat. Maka dari itu, komposisi
Birokrasi diciptakan untuk birokrasi yang terdiri dari berbagai
melayani masyarakat secara adil dan lapisan masyarakat sama pentingnya
tidak pilih kasih. Birokrasi adalah dengan kemampuan manajemen.
institusi milik rakyat bukan golongan Komposisi birokrasi yang hanya dikuasai
tertentu. Kalau birokrasi tidak netral oleh kelompok-kelompok tertentu yang
mungkinkah pelayanan publik akan biasanya berjenis laki-laki, ada di
berjalan adil? pelayanan yang wilayah perkotaan, latar belakang
diskriminatif hanya cocok bagi negara keluarga yang menengah atas, dan
yang menganut faham komunisme, kelompo yang mendukung penguasa
dimana penguasa hanya bertugas untuk akan berakibat hanya memperhatikan
melayani golongan yang mendukungnya. kelompok-kelompok tersebut dalam
Bagi negara yang menganut faham bidang kebijakan dan pelayanan-
demokrasi diskriminasi pelayanan pelayanan. Selain itu birokrasi akan gagal
adalah praktek yang harus dieleminasi. memahami permasalahan yang dihadapi
Keenam, representasi pegawai rakyat diluar kelompoknya seperti
pegawai birokrasi weberian adalah rakyat pingiran, pedesaan, orang-orang
semata-mata diseleksi berdasar miskin dan kelompok minoritas.
intelektualitas, education, personal skill

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 100
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

Menirut Mill dalam Setiyono pelayanan birokrasi akan semakin efektif


(2004 ; 45) birokrasi yang baik tidak karena yang dilayani sama-sama dari
hanya bisa dilihat dari aspek kelompoknya. (10) kelompok birokrasi
administrasi (seperti transparansi yang variatif dari semua golongan dapat
anggaran, tepatnya laporan keuangan, menjadi alat pemersatu bangsa dan (11)
pegawai dan kegiatan), kinerja pegawai sesuai dengan semangat demokrasi,
(kopentensi pegawai, kerjasama, bukankah demokrasi adalah
soliditas, kinerja dan lain-lain) dan pemerintahan yang bukan hanya untuk
moralitas pegawai (seperti kejujuran rakyat tetapi dari dan oleh rakyat. Oleh
pegawai, bersihnya pegawai dan lain-lain rakyat inilah dasar kuat mengapa
tetapi harus dilihat bagaimana mereka birokrasi harus memperesentasikan
memperlakukan secara adil terhadap seluruh lapisan rakyat.
semua lapisan masyarakat, Keunggulan-keunggulan Teori
maningkatkan kesejahteraan seluruh Birokrasi Weberian
rakayat terutama yang miskin dan Sebagian besar para ahli politik
mengikut sertakana rakyat (miskin, dan pemerintahan menilai teori birokrasi
pedesaan, pingiran dan kelompok weberian dari sisi negatifnya tanpa
minoritas) dalam proses penyelengaraan melihat sisi-sisi yang lain. Jika diamati
birokrasi. Minimal ada sebelas sisi positif sebenarnya teori birokrasi weberian
ketika rakyat diberi kesempatan untuk mengandung sejumlah keuanggulan-
terlibat dalam proses penyelengaraan keunggulan. Keunggulan-keunggulan
birokrasi. (1) rakyat tidak akan lagi antara lain adalah tatanan impersonal,
curiga terhadap apa yang dilakukan sistem kontrak, sistem karier dan fokus
birokrasi selama ini. (2) rakyat akan satu jabatan.
belajar mengelola negara. (3) rakyat Pertama, tatanan impersonal.
akan memiliki rasa tangung jawab. (4) Weber meyakini birokrasi yang
rakyat akan memilik sense of belonging profesional harus menempatkan
(rasa memiliki). (5) rakyat akan memiliki pegawainya dalam bidang otoritas,
self esteem (kepuasan) (6) melatih rakyat anggaran dan fasilitas sebagai suatu yang
untuk disiplin (7) rakyat akan mengerti terpisah dengan pegawai sebagai
proses pengambilan, implementasi dan individu. Otoritas, anggaran dan fasilitas
evaluasi kebijakan. (8) menghilangkan hanya milik instansi birokrasi bukan
kecemburuan antar golongan. (9) kinerja sesuatu yang dimiliki sebagai milik

101 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

pribadi. Tatanan impersonal ini memiliki Kedua, sistem kontrak. Pegawai


konsekuensi-konsekuensi positif birokrasi dalam teori weberian adalah
diantaranya adalah menghindari pegawai yang diangkat untuk waktu
kesewenang-wenangan pegawai, tertentu, bukan untuk selamanya.
menghindari arogansi dan efisiensi Kontrak akan diperpanjang kalau dinilai
anggaran. kinerja pegawai tersebut memenuhi
Birokrasi dalam tatanan standar yang telah ditetapkan. Tetapi jika
impersonal, pegawai menggunakan kinerja pegawai itu dinilai kurang baik
otoritasnya sesuai dengan aturan dan maka pegawai bekerja sesuai dengan
kepentingan dan institusi birokrasi itu kesepakatan awal kontrak.
sendiri. Selain itu sebenarnya pegawai Sistem ini mengandung sejumlah
birokrasi tidak memiliki kewenangan, kelebihan, disamping menghindari
oleh karena itu pegawai birokrasi akan kesewenang-wenangan dalam melayani
terbatas kewenangannya, itu paling tidak rakyat juga membuat kinerja pegawai
secara konseptual. Pada praktiknya menjadi profesional. Seorang yang tetap
harus disertai dengan mekanisme yang ingin menjadi pegawai, harus bekerja
detail dan terukur agar otoritas itu tidak secara maksimal. Implikasinya efektifitas
sesukanya dipakai untuk kepentingan birokrasi memungkinkan dapat
pribadi (Sholikin, 2018a). terlaksana. Pegawai yang kurang
Pada sisi lain, tatanan impersonal maksimal dalam bekerja, secara legal
menyebabkan pegawai tidak sesukanya akan diganti dengan pegawai baru
memakai anggaran dan fasilitas institusi sehingga kemacetan birokrasi bisa
birokrasi demi kepentingan golongan tertolong. Berbeda dengan sistem
dan pribadi. Anggaran dan fasilitas hanya rekruitmen yang permanen, sistem ini
mungkin digunakan dalam waktu banyak memiliki kelemahan disamping
menjalankan tugas, selain itu bisa menghasilkan kinerja yang lamban, asal-
dianggap sebagai penyimpangan. Kalau asalan, sewenang-wenang, tidak
fasilitas institusi birokrasi digunakan bersemangat karena dalam hatinya tidak
hanya untuk kepentingan publik, mungkin dipecat. Implikasinya birokrasi
birokrasi akan terhindar dari dipenuhi segerombolan orang-orang
pemborosan anggaran karena mungkin pemalas dan tidak ada dasar hukum yang
fasilitas akan relatif tidak mudah rusak. legal untuk mengeluarkan mereka, paling
“banter” dipindah.

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 102
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

Ketiga, struktur karier. Pegawai merupakan kebanggaan sendiri bagi


birokrasi tidaklah sama kedudukannya pegawai. (3) proporsionalitas tugas
tetapi kedudukan itu tidaklah suatu yang pegawai. Penghargaan hanya diberikan
permanen. Ada struktur karier yang kepada pegawai yang memiliki
harus dilewati semua pegawai. Pegawai kompetensi bukan hanya yang sekedar
yang berkeinginan untuk meningkatkan loyal tetapi kurang “pecus”
karier, sangat dimungkinkan tetapi menyelesaikan pekerjaan.
dengan persyaratan yang sudah diatur Keempat, fokus jabatan. Aturan
secara terukur. Aturan persyaratan itu birokrasi weberian mengharuskan
meliputi kualitas (pendidikan, pegawai yang bekerja dalam birokrasi
pengetahuan teknis) pegawai. Mengenai tidak diperkenankan memiliki pekerjaan
lama kerja pegawai bukan merupakan lain selain di birokrasi itu sendiri. Kalau
satu-satunya dasar untuk meningkatkan terbukti pegawai memiliki jabatan
karier karena pegawai yang bekerja lama rangkap maka secara otomatis pegawai
belum tentu memiliki kompetensi. tersebut dikeluarkan. Keunggulan sistem
Ada beberapa kelebihan sistem ini memungkinkan pegawai tidak
karier weberian antara lain (1) struktur terpecah pikiran dan tenaganya dalam
birokrasi akan diisi oleh orang-orang bekerja sehingga produktifitas bisa
yang tepat, efektifitas organisasi maksimal. Bukankah salahsatu
birokrasi memungkinkan dapat kesuksesan bekerja itu ditentukan
dilaksanakan sehingga tujuan birokrasi terfokusnya pikiran dan tenaga? Ketika
dapat secepatnya diwujudkan. Orang- pegawai terpecah pikiran dan tenaga,
orang cakap yang mengisi sesuai jabatan konsekuensinya hasil pekerjaan akan
dengan sigap, cepat dan benar dalam setengah-setengah dan tidak maksimal.
menyelesaikan masalah. Berbeda dengan Inilah sebenarnya salahsatu sumber
struktur birokrasi yang diisi oleh masalah.
pegawai yang menggunakan sistem Simpulan
permanen, yang terjadi justru menjadi Birokrasi weberian dirasakan dan
bagian masalah itu sendiri. (2) motivasi diyakini oleh ahli politik, pemerintahan
kerja pegawai akan selalu tinggi, karena dan praktisi pemerintahan memiliki
mereka berkepentingan terhadap pengaruh yang sangat kuat terhadap
tambahan penghasilan yang lebih besar, pelaksanaan hampir di dalam negara-
disamping itu penghargaan etos prestasi negara modern, demokratis ataupun

103 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019

otoriter. Tetapi birokrasi weberian Baru. Kanisius. Yogyakarta.


secara teoritis dan praktisnya dinilai Kuntowijoyo. 1994. Demokrasi dan
memiliki sejumlah kelemahan- Budaya Birokrasi. Yayasan Bintang
kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu Jaya. Yogyakarta.
adalah struktur birokrasi yang hirarkhis, Sholikin, A. (2018a). Islamic Political
sistem organisasi yang mirip militer, Movement in Indonesia After “Aksi
penekanan yang berlebihan pada aspek Bela Islam Jilid I, II and III. Madani
legal-formal, spesialisasi unit, pegawai Jurnal Politik Dan Sosial
birokrasi yang tidak netral dan pegawai Kemasyarakatan, 10(1), 12–33.
birokrasi yang kurang representatif. Sholikin, A. (2018b). The Future Of
Disamping sisi kelemahan- Decentralization Politics In
kelemahan tersebut teori birokrasi Indonesia. Madani Jurnal Politik Dan
Weber telah memberikan konstribusi Sosial Kemasyarakatan, 10(3), 1–13.
yang positif dalam proses pelaksanaan Thoha, Miftah. 1991. Beberapa Kebijakan
tata pemerintahan dewasa ini yaitu Birokrasi. Media Widya Mandala.
sistem impersonal, sistem kontrak Yogyakarta.
terhadap pegawai, sistem karier dan
fokus pada satu jabatan.
Daftar Pustaka

Albrow, Martin. 1996. Birokrasi. Tiara


Wacana. Jakarta.
Andreski, Stanilav. 1996. Max Weber:
Kapitalisme, Birokrasi dan Agama.
PT Tiara Wacana. Yogyakarta.
Adham Putro, Aur. 2000. Bahaya
Politisasi Birokrasi. Bernas Tunggal
24 Maret 2000.
Budi, Setiyono. 2004. Birokrasi dalam
Prespektif Politik dan Administrasi.
Puskodak Undip. Semarang.
Hariandja, Denni BC. 1999. Birokrasi Nan
Pongah, Belajar dari Kegagalan Orde

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 104

You might also like