Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Weberian bureaucracy theory is a bureaucratic theory that is very influential on all
countries both those who embrace democracy and authoritarianism. Weber sees that
bureaucratic performance can be approached from social behavior theory. To know and
explain human behavior, it must first know the intent and purpose of the behavior. Weber
distinguishes the motives behind human behavior, namely affective, traditional, value rational
and instrumentally rational. Instrumentally rational is the guideline in the behavior of
Weber's bureaucracy. Weber further stated, authority is not formed and implemented by
itself. In order to create a legal authority there are five creeds that must be used as guidelines.
The five creeds are as follows: Legitimate rules, law is an abstract, impersonal system of rules,
which obeys the law only as members of the bureaucracy, obedience not to the person holding
authority but to the impersonal rule of law. Based on the five conceptions, Weber formulated
eight propositions regarding the formulation of legal authority namely: official duty
regulation, task specialization, hierarchical, technical-legal, impersonal, written,
administrative-bureaucratic staff. This theory is considered by many political experts and
governments to have a number of weaknesses. These weaknesses are a hierarchical
bureaucratic structure, a military-like organizational system, excessive emphasis on the legal-
formal aspect, unit specialization, bureaucratic employees who are not neutral and
bureaucratic employees who are less representative. Besides these weaknesses, Weber's
bureaucratic theory has made a positive contribution in the process of implementing
governance today, namely the impersonal system, the contract system for employees, the
career system and the focus on one position.
86 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
87 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 88
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
89 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 90
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
91 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 92
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
93 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 94
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
yang relatif lama. Problem yang dihadapi masyarakat tetapi menjadi institusi yang
belum terjawab, sudah timbul masalah- paling dibenci oleh rakyat.
maslah baru lagi. Konsekuensinya Birokrasi menghindar dari tanggung
birokrasi menjadi “sampah“ masalah. jawab.
Pelayanan terhadap masyarakat Menurut Bendix dalam Setiyono
terhambat. Model ini tentunya (2004; 45) sistem hirarkhi melahirkan
bertentangan dengan prinsip pelayanan aparat birokrasi mengelak dari
prima dan modern dan menekannkan tanggungjawab apa yang dikerjakan,
kecepatan dalam menghadapi persoalan. meskipun yang dikerjakan itu jelas-jelas
Panjangnya terhadap masyarakat. bertentangan dengan dengan nilai-nilai
Struktur hirarkhis melahirkan kemenusiaan. Alasannya mereka semata-
kepatuhan yang berlebihan kepada mata menjalankan perintah dari atasan,
pejabat atasannya, sehingga seharusnya mereka menganggap diperintah
pegawai berorientasi pada pelayanan atasannya bukan oleh rakyat. Mereka
rakyat berpindah kepada atasan yang tidak pernah mau dipersalahkan karena
memimpinnya. Dalam benak mereka itu merupakan perintah normatif yang
yang terpenting baik di mata atasannya, jelas. Mereka baru merasa bersalah tidak
persoalan apakah rakyat tersinggung apa mendengarkan perintah dan petunjuk
puas tidak akan menjadi beban. atasanya. Soal mendengarkan aspirasi
Persoalannya adalah bukankah lahirnya rakyat tidak pernah terbesit dalam
birokrasi adalah sebagai abdi negara hatinya apalagi dijalankan. Lebih-lebih
untuk melayani kebutuhan-kebutuhan jika dikaitkan dengan penilaian hasil
masyarakat. kerja, secara legal formal mereka dinilai
Solidaritas kelompok antar pegawai. atasanya bukan oleh rakyat. Fenomena
Seperti yang disampakan oleh inilah birokrasi menjadi “makhluk aneh”
Merton dalam Setiyono (2004; 54) dihadapan rakyat.
struktur yang hirarkhis akan Kedua, bentuk birokrasi yang
menimbulkan solidaritas kelompok di mirip militer. Bentuk birokrasi weberian
antara pegawai untuk mengamankan dinilai oleh banyak ahli politik,
posisinya masing-masing sehingga administrasi dan pemerintahan sebagai
menjadikan institusi birokrasi bukan organisasi yang mengadobsi militer.
sebagai pelayan dan pengayom Konsekuensi dari bentuk militer ini
disamping rigid (kaku), karena
95 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 96
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
97 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII 98
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
99 IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
kebijakan akan dinilai benar ketika dan tecnical knowled. Dilihat dari
kebijakan itu berfihak dan persepektif efektifitas dan efesiensi
menguntungkan semua rakyat. Semakin adalah sebuah keniscayaan. Tetapi jika
banyak rakyat yang diuntungkan dengan dilihat dari aspek representative
lahirnya kebijakan tersebut maka suatu bureucray yang merupakan tuntutan
kebijakan akan semakain benar, tetapi negara yang menganut faham demokrasi
jika kebijakan banyak merugikan rakyat adalah sebuah penyelewengan. Menurut
maka bisa dinilai kebijakan itu tidak Mill dalam Setiyono (2004 ; 43-44)
benar. Kebijakan birokrasi yang hanya pemerintahan yang baik selain memiliki
menguntungkan golongan tertentu pegawai yang kompeten juga harus
adalah kebijakan yang diilhami dari mampu mengkoordinir partisipasi.
faham marxsisme (Thoha, 1991; 54 – Partisipasi akan berjalan maksimal
55). Tentunya kebijakan ini bertentangan apabila komposisi birokrasi dapat
dengan nilai-nilai demokrasi. mempresentasikan seluruh kelompok
Diskriminasi pelayanan publik. masyarakat. Maka dari itu, komposisi
Birokrasi diciptakan untuk birokrasi yang terdiri dari berbagai
melayani masyarakat secara adil dan lapisan masyarakat sama pentingnya
tidak pilih kasih. Birokrasi adalah dengan kemampuan manajemen.
institusi milik rakyat bukan golongan Komposisi birokrasi yang hanya dikuasai
tertentu. Kalau birokrasi tidak netral oleh kelompok-kelompok tertentu yang
mungkinkah pelayanan publik akan biasanya berjenis laki-laki, ada di
berjalan adil? pelayanan yang wilayah perkotaan, latar belakang
diskriminatif hanya cocok bagi negara keluarga yang menengah atas, dan
yang menganut faham komunisme, kelompo yang mendukung penguasa
dimana penguasa hanya bertugas untuk akan berakibat hanya memperhatikan
melayani golongan yang mendukungnya. kelompok-kelompok tersebut dalam
Bagi negara yang menganut faham bidang kebijakan dan pelayanan-
demokrasi diskriminasi pelayanan pelayanan. Selain itu birokrasi akan gagal
adalah praktek yang harus dieleminasi. memahami permasalahan yang dihadapi
Keenam, representasi pegawai rakyat diluar kelompoknya seperti
pegawai birokrasi weberian adalah rakyat pingiran, pedesaan, orang-orang
semata-mata diseleksi berdasar miskin dan kelompok minoritas.
intelektualitas, education, personal skill
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 100
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
101 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 102
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
103 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan
Vol 11 No 2 (2019) : Agustus 2019
I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 104