Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Background: Low birth weight has the highest contribution to neonatal mortality rate.
One of its complications is body temperature instability, and to maintain it, the infants
are exposed to the Kangaroo Mother Care (KMC) method. The objective of this
research is to investigate the one-hour KMC implementation on the body temperature of
low birth weight infants at the Perinatology Room of Pandan Arang Local General
Hospital of Boyolali. Method: This research used the quasi experimental method. It was
conducted from October to November 2016. Its samples consisted of 22 infants and
were determined through the accidental sampling technique. Its data were analyzed by
using the Wilcoxon signed ranks test. Result: The result of the research shows that the
average body temperatures prior to and following the implementation of one-hour KMC
in Days 1, 2, and 3 were 36.660C and 37.070C. There was an effect of the
implementation of one-hour KMC on the body temperature of low birth weight infants
as indicated by the p-value which was less than 0.05. Conclusion: Thus, the future
research is expected to develop the research by adding the research variables that may
influence the body temperature stability of low birth weight infants in addition to the
one-hour KMC.
35
36 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73
lebih dari 2500 gram (Proverawati dan keseimbangan panas (hipertermi dan
Ismawati, 2010). hipotermi), bayi baru lahir akan berusaha
Hasil Riset Kesehatan Dasar menstabilkan suhu tubuhnya terhadap
(Riskesdas) tahun 2013, prevalensi bayi faktor-faktor penyebab.
BBLR di Indonesia diperkirakan Joanna Bridge Institute (2001)
mencapai 2.103 bayi dari 18.948 bayi dikutip Hartini (2011) mengemukakan
(11,1%) yang ditimbang dalam kurun bahwa data statistik suatu rumah sakit
waktu 6-48 jam setelah melahirkan. khusus bayi mengindikasikan bahwa
Berdasarkan profil kesehatan provinsi lebih dari 30% kunjungan ke ruang gawat
Jawa Tengah jumlah bayi BBLR di Jawa darurat sebagai manifestasi utama
Tengah pada tahun 2013 sebanyak 16.303 disebabkan oleh demam/ hipertermi.
(2,81%) meningkat bila dibandingan Jannah (2015) menyatakan Angka
tahun 2012 sebesar 11.865 (2.08,%). kejadian demam di Indonesia sekitar
Menurut profil kesehatan kabupaten 80%-90% dari keseluruhan hipertermi
Boyolali (2013), di kabupaten Boyolali yang dilaporkan. Hipertermi dapat
ditemukan angka kejadian BBLR disebabkan oleh suhu lingkungan yang
sebanyak 139 (0,84%) kasus dari 17.296 berlebihan, infeksi, dehidrasi atau
bayi lahir hidup dan jumlah ini meningkat perubahan mekanisme pengaturan panas
dibandingkan tahun 2007 yaitu 94 sentral yang berhubungan dengan trauma
(0,65%) kasus dari 16.981 bayi lahir lahir pada otak, malformasi dan obat-
hidup. Di ruang perinatologi RSU Pandan obatan (Kosim, 2008).
Arang Boyolali, data bayi BBLR tahun Selain hipertermi, bayi BBLR
2015 sebanyak 97 (18,51%), kasus dari dapat mengalami hipotermi sangat cepat
524 bayi lahir hidup. dan menormalkan suhunya dapat
Bayi Berat Badan Lahir Rendah membutuhkan waktu yang lama. Lunze
(BBLR) adalah bayi dengan berat badan (2014) menyatakan bahwa pada sebuah
lahir kurang dari 2500 gram tanpa study berbasis masyarakat yang dilakukan
memandang masa kehamilan di Sarlahi, Nepal, angka kematian
(Proverawati dan Ismawati, 2010). Bayi neonatal meningkat 80% untuk setiap 1
berat badan lahir rendah secara umum derajad Celcius penurunan suhu tubuh.
belum mempunyai kematangan dalam Hipotermia dapat mengakibatkan
sistem pertahanan tubuh untuk komplikasi jangka pendek berupa
beradaptasi dengan lingkungan asidosis, hipoglikemia, serta peningkatan
ekstrauterin, sehingga berisiko risiko untuk distres pernapasan. Risiko
menimbulkan komplikasi terutama komplikasi dan kematian meningkat
ketidak stabilan suhu. Ketidakstabilan secara signifikan jika lingkungan termal
suhu pada BBLR terjadi karena cadangan tidak optimal (Karyuni dan Meiliya,
lemak di bawah kulit tipis, pusat pengatur 2008). Di rumah sakit, perawatan BBLR
panas di otak belum matang, rasio luas dengan inkubator selain jumlahnya yang
permukaan terhadap berat badan yang terbatas, perawatan dengan inkubator
besar dan produksi panas berkurang memerlukan biaya.
akibat lemak coklat yang tidak memadai Anderson (1991) dikutip
serta ketidakmampuan untuk menggigil Rahmayanti (2011), menyatakan cara lain
(Surasmi, 2003). Adanya ketidak untuk mempertahankan suhu tubuh
Setiyawan, Pengaruh Pelaksanaan Kangaroo Mother Care 37
normal pada bayi BBLR adalah metode perinatologi, hanya ibu bayi yang
Kangaroo Mother Care (KMC) yaitu diperbolehkan masuk sehingga peran ibu
bayi selalu didekap ibu atau orang lain dalam perawatan bayi berat badan lahir
dengan kontak langsung kulit bayi. rendah dengan menggunakan metode
Pernyataan Perinasia (2008) yang dikutip KMC sangat penting. KMC di RSUD
oleh Syamsu (2013), bahwa perawatan Pandan Arang Boyolali dimulai sejak
metode kanguru bermanfaat dalam tahun 2015 tetapi belum
menstabilkan suhu tubuh bayi, stabilitas terdokumentasikan. Pada bulan Januari
denyut jantung dan pernafasan, 2016, pelaksanaan KMC mulai
penggunaan kalori berkurang, kenaikan terdokumentasi, namun pelaksanaannya
berat badan bayi lebih baik,waktu tidur belum maksimal. KMC dilaksanakan di
bayi lebih lama, hubungan lekat bayi- ibu ruangan dimana bayi dirawat, belum ada
lebih baik (bounding) dan akan ruangan khusus untuk ibu-ibu yang
mengurangi terjadinya infeksi pada bayi. melakukan KMC.
Rubin dikutip Bahiyatun (2009) Hasil studi pendahuluan yang
menyatakan bahwa adaptasi psikologi ibu telah dilakukan, data rekam medik RSUD
post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu: Pandan Arang Boyolali pada bulan Mei
fase taking in, fase taking hold, dan fase sampai bulan Juli 2016 didapatkan data
letting go. Hari pertama sampai hari ke bayi BBLR di ruang Perinatologi
sepuluh ibu bayi masih tergantung sebanyak 69 bayi dengan rincian
dengan keluarga, maka ibu bayi diberikan hipertermi sebanyak 9 bayi (13%),
kesempatan untuk melakukan KMC pada hipotermi sebanyak 38 bayi (55,1%) dan
bayinya dengan metode intermitten. suhu normal sebanyak 22 bayi (31,9%).
Nyqvist (2010) dikutip Arifah Hasil observasi yang dilakukan peneliti
(2015) menyatakan bahwa KMC dapat dari data kelahiran bayi BBLR sebanyak
dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara 69 bayi, baru 19 bayi (27,5%) yang
terus-menerus dalam 24 jam atau yang dilakukan KMC. Sepuluh ibu bayi
disebut juga dengan secara kontinyu dan (14,5%) melakukan perawatan bayi
yang kedua secara intermitten atau dengan metode KMC kurang dari satu
dengan cara selang-seling, dimana waktu jam dan sembilan ibu bayi (13%)
dan durasi KMC tergantung dari respon melakukan KMC pada bayinya sekitar
tingkah laku bayi dan fisiologis ibu satu jam.
dengan durasi minimal selama 1 jam. Berdasarkan adaptasi psikologi
BBLR di Rumah Sakit Pandan ibu post partum dimana hari pertama
Arang Boyolali memerlukan perawatan hingga hari ke sepuluh ibu bayi masih
khusus di ruang Perinatologi. Perinatologi tergantung dengan keluarga maka diambil
di RS Pandan Arang Boyolali adalah durasi minimal KMC selama 1 jam, serta
salah satu ruang rawat inap khusus yang ketidak stabilan suhu tubuh pada bayi
memberikan pelayanan kesehatan bagi BBLR dimana angka normotermi lebih
bayi baru lahir (usia 0-28 hari) dengan kecil dibanding hipotermi dan adanya
risiko tinggi, selain itu bayi dengan usia hipertermi pada BBLR di Ruang
diatas 28 hari juga bisa dirawat di ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang
ini dengan catatan berat badannya kurang Boyolali, maka dapat dirumuskan
dari 2500 gram. Selama bayi dirawat di masalah : “Apakah ada pengaruh
38 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73
pada wanita fluktuasi suhu lebih Jeffrey (2003) dikutip Hartini (2011)
bervariasi dari pria. Pada penelitian menyatakan bahwa bayi berumur kurang
sebelumnya yang diteliti oleh Permatasari dari 2 bulan lebih sering menunjukkan
(2012), mengemukakan bahwa responden demam sebagai respon terhadap infeksi
dengan jenis kelamin laki-laki lebih yang bersifat self limited dan berlangsung
banyak mengalami kenaikan suhu tubuh tidak lebih dari 3 hari. Jadi penelitian
dibanding responden perempuan. tersebut mempunyai asumsi bahwa usia
Penelitian tersebut mempunyai asumsi mempengaruhi perubahan suhu.
bahwa jenis kelamin dimungkinkan dapat
mempengaruhi suhu tubuh bayi BBLR. Analisa Bivariat
Berat badan bayi antara 1500- Penelitian ini terdapat pengaruh
2500 gram merupakan yang terbanyak pelaksanaan Kangaroo Mother Care
yaitu 17 orang (77,3%). Suhermi (2009) (KMC) selama satu jam terhadap suhu
menyatakan bahwa perubahan kondisi tubuh bayi BBLR di Ruang Perinatologi
suhu terjadi pada neonatus yang baru RSUD Pandan Arang Boyolali. Dimana
lahir, di dalam tubuh ibunya, begitu lahir hari pertama, kedua dan ketiga semua
maka hubungan dengan ibunya sudah suhu badan BBLR mengalami
terputus dan neonatus harus peningkatan, baik terhadap bayi yang
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri mengalami hipotermi maupun hipertermi.
melalui aktifitas metabolismenya. Pada bayi BBLR terjadi hipotermi
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin karena jaringan lemak subkutan rendah
tinggi rasio permukaan tubuh dengan dan luas permukaan tubuh relatif besar
massanya, dan semakin sedikit cadangan dibandingkan bayi BBLC (Sudarti &
lemaknya, sehingga meningkatkan Fauziah, 2013). Arifah dan Kartinah
kehilangan panas. Semakin meningkat (2008) menyatakan bahwa neonatus full
berat badan bayi, semakin meningkat pula term mempunyai kemampuan menggigil
metabolisme basalnya, dimana dengan terbatas untuk menghasilkan
metabolisme basal berperan penting panas, sedangkan bayi preterm tidak sama
untuk mempertahankan suhu tubuh, jadi sekali. Bayi BBLR mempunyai respon
berat badan dapat mempengaruhi suhu vasomotor tidak stabil sehingga tidak
tubuh bayi. dapat berkonstriksi secara adekuat untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan memperlambat kehilangan panas, serta
bahwa usia responden terbesar antara 0 - mempunyai simpanan lemak coklat
28 hari, yaitu 21 orang (95,5%). Tamsuri terbatas, sehingga tidak dapat
(2006) mengemukakan bahwa usia menghasilkan panas dengan adekuat.
mempengaruhi metabolisme tubuh akibat Jaringan lemak coklat termasuk dalam
mekanisme hormonal sehingga memberi homeoterm nonshivering thermogenesis,
efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. dimana metabolisme panas dihasilkan
Pada neonatus dan bayi terdapat tanpa tanpa adanya kontraksi cepat otot-
mekanisme pembentukan panas melalui otot. Jaringan lemak coklat terutama
metabolisme lemak coklat sehingga terdistribusi pada bayi baru lahir untuk
terjadi proses thermogenesis taanpa menghasilkan produksi panas yang paling
menggigil (non-shiverring). Berdasarkan efisien untuk kebutuhan bayi.
hasil penelitian yang dilakukan oleh Metabolisme produksi panas ini pada
Setiyawan, Pengaruh Pelaksanaan Kangaroo Mother Care 41
neonatus dimulai pada saat lahir dan meningkatkan suhu tubuh, sehingga
puncaknya sekitar satu jam setelah itu. membe-rikan kontribusi terhadap
Jaringan lemak coklat mengelilingi organ perbaikan kontrol termal, peningkatan
vital berfungsi untuk menghasilkan saturasi oksigen perifer, peningkatan
kebutuhan panas, yang bekerja secara oksigenasi jaringan dan menstabilkan
optimal dan mengelilingi arteri yang pernapasan, yang membawa kenyamanan
berfungsi untuk kehangatan darah pernapasan yang lebih besar untuk
sebelum disirkulasi melalui tubuh. Jadi BBLR.
untuk menghasilkan metabolisme panas Bayi BBLR yang mengalami
pada neonatus diperlukan waktu sekitar hipotermi di penelitian ini mengalami
satu jam. peningkatan suhu setelah dilakukan KMC
KMC merupakan alternatif selama 1 jam, hal ini sejalan dengan
pengganti incubator dalam perawatan penelitian Ibe (2004) dalam Hartini
BBLR, dengan beberapa kelebihan antara (2011) yang menyatakan bahwa terdapat
lain: merupakan cara yang efektif untuk perbedaan yang bermakna terhadap suhu
memenuhi kebutuhan bayi yang paling tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah
mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi dilakukan perawatan metode kanguru.
ke kulit ibu, dimana tubuh ibu akan Hasil penelitian menunjukkan semua
menjadi thermoregulator bagi bayinya suhu tubuh bayi yang dilakukan
(Endyarni, 2013). KMC pada penelitian Perawatan metode Kanguru mengalami
ini dilaksanakan secara intermitten yaitu kenaikan yang bermakna dibanding bayi
selama satu jam mengingat adaptasi yang tidak dilakukan.
psikologi ibu post partum ibu bayi masih Meletakkan dan mendekapkan
tergantung dengan keluarga untuk bayi di dada ibu merupakan salah satu
merawat bayinya. Manfaat dan cara mentransfer panas agar menjaga
keuntungan KMC antara lain dapat tubuh bayi tetap hangat, karena bayi berat
menstabilkan suhu tubuh, pernapasan dan badan lahir rendah mudah sekali
denyut jantung bayi, perlindungan bayi kedinginan, dan serangan dingin dapat
dari infeksi, mening-katkan pertumbuhan menyebabkan kematian pada BBLR.
dan perkembangan bayi, berat badan bayi Kontak langsung kulit bayi dan ibu
cepat naik, meningkatkan keberhasilan menyebabkan panas tubuh ibu
pemberian ASI, stimulasi dini, kasih menghangatkan tubuh bayi. Pada KMC,
sayang/bounding (bayi merasa dicintai metode peningkatan suhu tubuh bayi
dan diperhatikan) menurunkan angka BBLR dilakukan secara konduksi yakni
kematian neonatal (AKN), mengurangi perpindahan panas antara benda-benda
biaya rumah sakit karena waktu yang berbeda suhunya berkontak lansung
perawatan yang pendek,tidak satu sama lain. Panas berpindah
memerlukan inkubator dan efisiensi mengikuti penurunan gradient normal
tenaga kesehatan (Proverawati dan dari benda yang lebih panas ke yang lebih
Ismawati, 2010). dingin. Dalam hal ini, bayi BBLR
Hal ini sejalan dengan penelitian mengambil suhu tubuh ibunya secara
Almeida, dkk (2007) yang menyatakan langsung melalui kontak dari kulit ke
bahwa KMC berpengaruh pada fungsi kulit mengingat suhu tubuh ibunya lebih
fisiologis BBLR, antara lain tinggi dari suhu tubuh bayi (Suradi, dkk,
42 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73
2008). Jadi pada tubuh bayi BBLR yang tubuh yang terlalu panas, tubuh akan
mengalami hipotermi ketika dilakukan melakukan mekanisme umpan
KMC selama satu jam selain balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
menghasilkan metabolisme panas, terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati batas
juga perpindahan panas tubuh ibu ke toleransi tubuh untuk mempertahankan
bayinya secara konduksi. suhu, yang disebut titik tetap (set
Bayi BBLR di penelitian ini yang point). Titik tetap tubuh dipertahankan
mengalami hipertermi juga mengalami agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C,
kenaikan suhu. Suhu tubuh hampir apabila suhu tubuh meningkat lebih dari
semuanya diatur oleh mekanisme titik tetap, hipotalamus akan terangsang
persyarafan, dan hampir semua untuk melakukan serangkaian mekanisme
mekanisme ini terjadi melalui pusat untuk mempertahankan suhu dengan cara
pengaturan suhu yang terletak pada menurunkan produksi panas dan
hipotalamus. Pada bayi baru lahir pusat meningkatkan pengeluaran panas
pengaturan suhu tubuhnya belum sehingga suhu kembali pada titik tetap
berfungsi sempurna, sehingga mudah (Tamsuri, 2006). Hal ini dapat dilihat dari
mengalami hipertermi oleh karena hasil suhu setelah dilakukan KMC selama
paparan suhu lingkungan yang satu jam meskipun mengalami kenaikan,
berlebihan, infeksi, maupun dehidrasi, kenaikannya haya 10C-20C. Dengan
(Kosim, 2008). Pengaturan suhu penerapan KMC selama satu jam, proses
dikendalikan oleh keseimbangan antara kehilangan suhu tubuh dengan cara
pembentukan panas dan kehilangan konveksi tidak terjadi. Pengeluaran panas
panas. Bila laju pembentukan panas di tubuh melalui mekanisme vasodilatasi
dalam tubuh lebih besar daripada laju sehingga memungkinkan perpindahan
hilangnya panas, panas akan timbul di panas dari tubuh ke kulit. Panas pada
dalam tubuh dan suhu tubuh akan kulit bayi BBLR yang dilakukan KMC,
meningkat, sebaliknya bila kehilangan tidak menghilang dikarenakan tidak
panas lebih besar, panas tubuh dan suhu terjadi perpindahan panas secara konveksi
tubuh akan menurun (Silverthon, 2004). dengan udara yang lebih dingin, justru
Penelitian ini tidak sejalan dengan kulit bayi mengalami perpindahan panas
penelitian Hartini (2011) yang secara konduksi yaitu kontak dengan kulit
menyatakan bahwa penerapan metode ibunya yang suhunya lebih lebih tinggi
kanguru dapat menurunkan suhu tubuh dari suhu BBLR.
bayi yang mengalami demam. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian tersebut KESIMPULAN DAN SARAN
adalah penelitian ini tidak menggunakan Kesimpulan:
pemberian antipiretik sebelum melakukan Berdasarkan penelitian ini
KMC, dan responden yang mengalami didapatkan rata-rata suhu tubuh pada Bayi
hipertermi di RS Pandan arang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
mempunyai riwayat infeksi, sepsis ruang Perinatologi RSUD Pandan Arang
neonatorum dan ibu bayi juga ada Boyolali sebelum dan setelah
sebagian yang mengalami mastitis. pelaksanaan KMC selama satu jam hari
Saat bayi BBLR mengalami pertama, kedua, ketiga adalah 36,660c dan
hipertermi, hipotalamus mendeteksi suhu 37,070c. Terdapat pengaruh pelaksanaan
Setiyawan, Pengaruh Pelaksanaan Kangaroo Mother Care 43
Kangaroo Mother Care (KMC) selama Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan
satu jam terhadap suhu tubuh Bayi Berat Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
Badan Lahir Rendah (BBLR) di ruang EGC
Perinatologi RSUD Pandan Arang Dahlan, S. (2010). Metode Penelitian
Boyolali (p < 0,05). untuk Kesehatan. Jakarta: Arkans.
Saran: Departemen Kesehatan Republik
Perlunya penerapan pelaksanaan Indonesia. (2013). Profil
Kangaroo Mother Care (KMC) selama Kesehatan Indonesia.
satu jam pada bayi berat badan lahir http://www.depkes.go.id/resource
rendah di ruang Perinatologi khususnya s/download/pusdatin/profil-
RSUD Pandan Arang Boyolali untuk kesehatan-indonesia-2013.pdf
mengurangi ketidakstabilan suhu tubuh Diunduh pada tanggal 28 Juni
serta perlu adanya ruangan khusus untuk 2016 (17.15)
ibu bayi yang melakukan perawatan Endyarni, Bernie. (2013).
metode KMC dengan segala fasilitasnya http://www.idai.or.id/artikel/klinik
dibeberapa rumah sakit di Indonesia. /asi/perawatan-metode-kanguru-
pmk-meningkatkan-pemberian-
DAFTAR RUJUKAN asi. Diunduh 20 Januari 2017
Almeida, dkk. (2007). Efects of kangaroo Hartini, Sri. (2011). Pengaruh perawatan
mother care on the vital signs of metode kanguru terhadap suhu
low-weight preterm newborns. tubuh bayi yang mengalami
Brazilian journal of physical demam di RS Telogorejo dan RB
therapy Vol.11, No.1, ISSN Mardi Rahayu Semarang. Depok:
1413-3555 Tesis Universitas Indonesia
Arifah S dan Wahyuni S. (2015). Jannah, AR. (2015). Pengelolaan
Pengaruh kangaroo mother care hipertermi pada an. F dengan
(kmc) dua jam dan empat jam per kejang demam di ruang anggrek
hari terhadap kenaikan berat rsud ambarawa. Ungaran:
badan lahir rendah bayi preterm di Akademi Keperawatan Ngudi
rs pku muhammadiyah surakarta. Waluyo
Jurnal Prosiding Seminar Ilmiah Karyuni, Eko dan Meilya, Eni. (2007).
Nasional. ISSN: 2338-2694. Buku Saku Manajemen Masalah
Arifah S dan Kartinah. (2008). Peran Bayi Baru Lahir Panduan untuk
lemak coklat dalam mekanisme Dokter, Perwat dan Bidan.
produksi panas pada bayi. Jakarta: EGC.
Surakarta: Berita Ilmu Kemenkes RI. (2013). Hasil Riskesdas
Keperawatan vol.1 No.4 ISSN 2013. Jakarta: Departemen
1979-2697 Kesehatan RI.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Kosim, MS. (2008). Buku Ajar
Suatu Pendekatan Praktik. Neonatologi. Edisi pertama.
Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: Penerbit IDAI.
Lunze, Karsten. (2014). Prevention and
management of neonatal
44 Jurnal Keperawatan Global, Volume 4, No 1, Juni 2019, hlm 1-73