Professional Documents
Culture Documents
Evaluasi Pekerjaan Erection Girder Pada Jembatan Kenteng Salatiga Menggunakan Crane
Evaluasi Pekerjaan Erection Girder Pada Jembatan Kenteng Salatiga Menggunakan Crane
Abstract
Abstrak
Jembatan Kenteng pada pembangunan jalan tol Semarang-Solo segmen 4 dan 5 yang
berada pada ruas Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375 mempunyai bentang 495 m dengan 2
abutmen dan 11 pilar dengan jarak antar pilar yaitu 40 m dan diameter bore pile 1,5 m
dengan kedalaman bore pile 30 m s.d 40 m. Pembangunan jalan tol Semarang-Solo segmen
4 dan 5 ini berada pada ruas Salatiga-Kartosuro Sta. 40.409 s.d 71.785 sepanjang 31.466
Km merupakan program nasional untuk mendukung pemerataan pembangunan guna
meningkatkan perekonomian masyarakat. Pada pelaksanaan pekerjaan erection girder
jembatan Kenteng digunakan 2 metode yaitu dengan menggunakan alat crane dan launcher.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengevaluasi pelaksanaan erection
girder menggunakan alat crane oleh tim Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
(KKJTJ) di lapangan. Evaluasi meliputi pendataan jembatan melalui gambar rencana, gambar
pelaksanaan, menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan metode kerja yang benar,
jadwal ketat progres pekerjaan dan percepatan pekerjaan melalui penambahan tenaga
kerja, peralatan dan jam lembur.
Dari kajian yang dilakukan pada pelaksanaan erection girder Jembatan Kenteng dapat
diambil kesimpulan yaitu penempatan stockyard girder untuk stressing di sebelah selatan
Abutment 2 dan selatan Box Pamotan kapasitas 3 batang girder bentang 40,80 meter
dengan jarak antar girder untuk proses stressing 0.8 meter, pelaksanaan erection girder
menggunakan alat Crawler Crane kapasitas 180 ton sebanyak 2 unit dan pemilihan metode
erection girder menggunakan alat crane dengan pertimbangan lebih mudah, cepat dan
murah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Jembatan merupakan komponen infrastruktur yang sangat penting karena berfungsi sebagai
penghubung dua tempat yang terpisah akibat beberapa kondisi seperti sungai atau topografi
daerah yang terpisah. Komponen-komponen yang membentuk jembatan diantaranya adalah
sebagai berikut:
2
- Railing atau tiang sandaran pada jembatan berfungsi sebagai pembatas dan keperluan
keamanan untuk pengguna jembatan.
- Plat lantai jembatan merupakan bagian dari struktur atas jembatan sebagai tempat
kendaraan untuk lewat. Secara fungsi, plat lantai jembatan merupakan struktur pertama
yang menerima beban dan meneruskannya ke gelagar utama.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan sebagai obyek penelitian ini berada di Jembatan Kenteng
pada pembangunan jalan tol Semarang-Solo segmen 4 dan 5 yang berada pada ruas
Salatiga-Kartosuro Sta. 48.375, Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 disajikan pada Gambar
3.1, sedangkan tampak atas jembatan disajikan pada Gambar 3.2.
3
Gambar 3.1. Tampak atas Jembatan Kenteng
3.2. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengevaluasi pelaksanaan erection
girder menggunakan alat crane oleh tim Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
(KKJTJ) di lapangan. Evaluasi meliputi pendataan jembatan melalui gambar rencana, gambar
pelaksanaan, menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan metode kerja yang benar,
jadwal ketat progres pekerjaan dan percepatan pekerjaan melalui penambahan tenaga kerja,
peralatan dan jam lembur.
4
A. Metode Erection Jembatan Kenteng
Dalam proses erection pada Jembatan Kenteng digunakan dua metode yaitu
menggunakan Crane dan Launcher. Terdapat 12 buah span pada jembatan Kenteng.
5
Penempatan stockyard girder untuk stressing di sebelah selatan Abutment 2
dan selatan Box Pamotan (kapasitas 3 batang girder bentang 40,80 meter) dengan
jarak antar girder untuk proses stressing 0.8 meter. Proses stressing (penarikan
tendon, grouting hingga end block) di stressing bed.
Berikut lokasi stressing bed crane untuk keperluan erection P2-P3-P4:
6
Proses pengangkatan PCI Girder untuk tipe H=210 cm bentang 40.8 m
dapat ditentukan dengan rumus di atas. Diambil contoh perhitungan dengan span
H=210 m bentang 40.8 m.
Safety factor yang digunakan 1,25 menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No: PER.05/MEN/1985 Tentang Pesawat Angkat dan Angkut Bab
VIII Pemeriksaan dan Pengujian Pasal 138 Ayat 2, ‘Untuk pengujian beban lebih,
harus dilaksanakan sebesar 125% dari jumlah beban maksimum yang diujikan.”
Dari perhitungan diatas didapatkan untuk erection girder H=210 cm bentang
40.8 m minimal menggunakan 2 crawler crane kapasitas (114 ton x 1,25) = 142
ton. Untuk girder H=170 cm bentang 30.8 m kapasitanya (77 ton x 1,25) = 96.25
ton untuk 2 unit crane dan sling girder 2,5” x 9 m. Sedangkan yang digunakan 2
unit crawler crane kapasitas 180 ton untuk A2-P11, P2-P3, P3-P4. Kabel sling telah
terpasang sempurna sebelum proses pengangkatan. Proses lifting dengan dua crane
dengan kapasitas 180 ton. Radius kerja pengangkatan 12 meter. Panjang boom
masing-masing crane 36.6. SWL (Safe Working Load) pada saat posisi angkat crane
kapasitas 180 ton dengan boom 12 meter adalah 58.2 ton
7
2. Setelah Girder terangkat kedua Boom Crane diputar searah jarum jam menuju
span A2-P11
3. Kemudian Girder dipasang pada A2-P1 ,cara tersebut dilakukan sampai girder ke 3
4. Setelah Girder sudah berada diatas mortar pad kemudian angkur yang terdapat
pada LRB dipasang, pada pear head dipasang pedestal untuk membantu
penempatan girder dan untuk pengamanan sementara menggunakan bracing.
5. Untuk Girder 4-12 pada area stock yard diangkat ke bogie menggunakan crane
service, kemudian diantar ke sebelah timur P11-A2
8
6. Kemudian Girder diangkat dari Boogie dan diputar ke arah A2-P11
SARAN
Dari kajian yang dilakukan, rekomendasi yang diberikan sebagai berikut:
Pelaksanaan erection girder harus menggunakan metode yang benar dan memperhatikan
keamananan dengan cek list kesehatan dan pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan.
9
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim, 2018, Proyek Pembangunan Tol Salatiga-Kartosuro, PT. Waskita, Jakarta
[2] Ayu Saputri, 2016, Jembatan Beton Prategang, Makalah Teknik Sipil Universitas
Brawijaya, Malang
10
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN
PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
MAKALAH
Oleh:
11