Professional Documents
Culture Documents
21762-Article Text-66862-1-10-20180606 PDF
21762-Article Text-66862-1-10-20180606 PDF
ABSTRACT
Coastal and small islands are faced with various significant challenges. The trend shows that
the region suffered largely from habitat destruction, changes on natural processes of ecosystems and
pollution. Coastal and small islands regions became increasingly complex as conflicts of interest
occur, both within the community and at the government level. Thus, activities to be placed within
this region should consider the compatibility between needs and the region’s ability in providing
resources. This study aims to develop a management strategy for unpopulated islands in utilization
of natural resources. The research was conducted through descriptive evaluative method, using
spatial analysis to obtain suitability between the waters and the carrying capacity of the area using
ArcGIS 10.3. On the other hand, management strategies were formulated using Analytic Hierarchy
Process (AHP) model. The ecological potentials of Nusa Manu and Nusa Leun Islands covers diving,
snorkeling tours, mangrove tracking and beach tourism, grouper fish aquaculture within floating net
cages and fishing grounds. The potentials are suitable and can be utilized for various activities with
priority on conservation-based marine ecotourism. This management strategy sides with the people,
opens employment opportunities and able to encourage economic growth while maintaining the
sustainability aspects of natural resources.
Keywords: suitability and carrying capacity, sustainability management, small islands.
ABSTRAK
Pesisir dan pulau-pulau kecil (PPK) dihadapkan pada berbagai tantangan yang signifikan.
Wilayah ini memiliki kecenderungan sangat besar untuk mengalami kerusakan habitat, perubahan
pada proses alami ekosistem, dan pencemaran. Wilayah pesisir dan PPK semakin kompleks seiring
terjadinya konflik kepentingan secara internal dalam masyarakat dan pada tingkatan pemerintahan.
Oleh karena itu, aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang dalam wilayah ini harus
memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan dan kemampuan kawasan dalam menyediakan sumber
daya. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengelolaan pulau kecil yang tidak
berpenduduk dalam pemanfaatan sumber daya alam. Penelitian dilakukan melalui metode survei
secara deskriptif evaluatif, menggunakan analisis spasial untuk mendapatkan kesesuaian perairan
dan daya dukung kawasan dengan aplikasi ArcGIS 10.3, sedangkan strategi pengelolaan
menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP). Potensi ekologis yang terdapat pada
1
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2018, 2 (1): 1-22
Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun adalah, wisata diving, snorkelling, tracking mangrove dan
wisata pantai, budidaya ikan kerapu dalam Keramba Jaring Apung (KJA) dan fishing ground.
Potensi yang dimiliki pada kawasan kedua pulau ini sesuai dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan dengan prioritas adalah ekowisata bahari berbasis konservasi. Strategi pengelolaan ini,
dapat benar-benar berpihak kepada rakyat, membuka kesempatan kerja serta mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutan sumber daya alam.
Kata kunci: kesesuaian dan daya dukung, pengelolaan keberlanjutan, pulau kecil.
Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Utara, bagian Selatan dengan Negeri Sawai,
Tengah. Secara geografis kedua pulau ini bagian Barat dengan Desa Saleman dan bagian
berbatasan; bagian Utara dengan Laut Seram Timur dengan Desa Opin [Gambar 1].
Jenis data yang digunakan dalam DO meter dan camera underwater. Alat untuk
penelitian ini meliputi data primer dan data pengamatan terumbu karang: snorkel dan satu
sekunder. Data primer diperoleh dengan set scuba diving, long boat untuk pengamatan
melakukan pengukuran langsung secara in situ selama pengambilan data dan alat penunjang
meliputi data oseanografi seperti; pasang surut, lainnya.
batimetri, arus, salinitas, suhu dan kecerahan,
data pengamatan ekosistem mangrove (bakau), Analisis Data
ekosistem terumbu karang dan ekosistem pantai Data potensi sumber daya alam
untuk ekowisata bahari, data untuk lokasi disesuaikan dengan kondisi biofisik, oseanografi
budidaya KJA dan fishing ground. Data seperti; suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat
sekunder meliputi data Rencana Tata Ruang keasaman, kedalaman, kecerahan perairan,
Wilayah (RTRW), potensi dan pemanfaatan kecepatan arus dan karakteristik fisik setiap
sumber daya alam (SDA) secara eksisting, ekosistem yang secara alami telah ada dan
didapatkan dari beberapa instansi terkait seperti; dimanfaatkan oleh masyarakat.
kantor Badan Perencanaan Pembangunan Kemudian melakukan analisis kesesuaian
Daerah (BAPPEDA), Badan Pusat Statistik ekowisata bahari dan budidaya. KJA:
(BPS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas
Pekerjaan Umum (PU), Dinas Kelautan dan i
Ni
IKW= ቀ ቁ x 100%
Perikanan Kabupaten Maluku Tengah dan ni=1 Nmaks
Provinsi Maluku serta kantor terkait lainnya di
Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon. Keterangan:
Untuk data peta yang dipakai adalah peta IK = Indeks kesesuaian (%)
citra satelit yang diperoleh dari citra Landsat 8 Ni = Nilai parameter ke-i
dan Acrgis Imagery 2016, serta peta dasar yang Nmaks = Nilai maksimum kelas
diperoleh dari Badan Informasi dan Geospasial Analisis daya dukung kawasan ekowisata bahari:
(BIG). Alat yang digunakan antara lain: meteran, Lp Wt
layangan arus, palem pasut, refraktormeter, DDK =K+ +
Lt Wp
sechi disc, GPS, digital thermometer, pH meter,
mengetahui kondisi ekologis, ekonomi, sosial Untuk lebih jelas prosedur analisis dapat dilihat
dan masyarakat yang ada pada kawasan tersebut. pada Gambar 2.
Beberapa kriteria yang berkaitan dengan pembentukan plasma usaha rakyat (jejaring
dinamika pengelolaan sumber daya alam di usaha) yang saling terkoneksi antar pulau-pulau
kawasan Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun kecil dan Pulau Seram sebagai pulau induk
antara lain: (maindland).
Politik Sosial budaya (Sosbud)
Pemerintah Provinsi Maluku sebagai Alkulturasi kebudayaan dari luar dan
penyelenggara kebijakan Pemerintah Pusat, dalam kawasan PPK, akan turut mempengaruhi
administrasi, perijinan, legalitas, meliputi karakter sosial dan budaya masyarakat lokal.
kondisi lingkungan, pemanfaatan/tata ruang, Sistem Pemerintahan Negeri yang masih
integritas ekosistem, potensi dan kualitas sumber memegang aturan dan norma berdasarkan
daya yang dimiliki dan tingkat pemanfaatannya. hukum adat “Petuanan Negeri” memberikan ciri
Ekonomi tersendiri dalam pengelolaan sumber daya alam
Demografis, aksesibilitas, aktivitas pesisir dan laut di sekitar kawasan Pulau Nusa
ekonomi, peluang usaha/minat investasi di PPK, Manu dan Pulau Nusa Leun.
Gambar 3. Kesesuaian ekowisata bahari di Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun
Secara teoritis, perspektif ketahanan 2010; Budhiawan et al., 2013). Wisata bahari
ekologis, semua ekosistem rentan dan mudah melalui pendekatan ekosistem mampu
terganggu (Lauer et al., 2013). Daya dukung meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
sebagai suatu konsep yang di dasarkan pada melindungi lingkungan laut terutama pada
pendekatan lingkungan, merupakan bagian kawasan yang masih alami (Abecasis et al.,
penting dalam kajian pengelolaan sumber daya 2013). Hasil dari analisis daya dukung kawasan
alam (Syahputra et al., 2015). Daya dukung pada Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun
didefinisikan sebagai kemampuan alam dalam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
mentoleransi aktivitas manusia (Yulianda et al.,
Aktivitas wisata yang dilakukan oleh Manusela) dan wisata budaya, yang secara
pengunjung di Negeri Sawai merupakan wisata geografis lokasi wisata tersebut berada di
yang terintegrasi secara alami antara wisata darat maindland.
dan wisata bahari (laut dan pulau-pulau kecil) Sektor pariwisata di Seram Utara
yang berada di sekitarnya. Wisatawan yang khususnya di Negeri Sawai pada Pulau Nusa
berkunjung tidak hanya melakukan aktivitas Manu dan Pulau Nusa Leun dalam lima tahun
wisata pada kedua pulau, melainkan dapat terakhir mengalami peningkatan wisatawan
melakukan aktivitas wisata lain seperti, wisata [Gambar 4].
alam pegunungan (Taman Nasional Gunung
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara Begitu juga untuk lokasi di bagian Selatan
meningkat dari tahun 2012 hingga 2016 dari 178 kedua pulau diperoleh dua kelas kesuaian yaitu
orang menjadi 359 orang, wisatawan nusanatara sangat sesuai sebesar 96.00% dan 86.00%,
potensial sebanyak 40 orang menjadi 120 orang sedangkan sesuai bersyarat dengan IKW sebesar
dan wisatawan mancanegara sebanyak 47 orang 48.00%.
menjadi 114 orang. Namun demikian jumlah Pengaruh karakteristik perairan dan
wisatawan yang berkunjung masih berada dalam topografi dasar laut kedua pulau yang cenderung
batasan ideal (tidak melebihi daya dukung). bervariasi, dimana kedalaman merupakan faktor
Analisis kesesuaian budidaya KJA, pembatasnya. Terdapat beberapa kontur dasar
menunjukkan bahwa pada lokasi di bagian Utara laut seperti; flate, crest, slope dan lagoon di
kedua pulau mempunyai nilai indeks kesesuaian lokasi tersebut [Gambar 5].
yang berbeda dan masuk dalam dua kategori
yaitu sangat sesuai, memiliki IKW sebesar
96.00% dan sesuai bersyarat dengan IKW
sebesar 56.00%.
Pada lokasi pertama yakni di bagian Utara kedalaman yaitu 7 hingga 20 meter, >20 hingga
Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun terbagi <25 meter dan >25 meter. Luas kesesuaian
dalam dua kelas kedalaman yaitu 7 hingga 20 kawasan untuk budidaya KJA dapat dilihat
meter dan kelas kedalaman >25 meter. Lokasi dalam Tabel 3.
dua, di bagian Selatan Pulau Nusa Manu dan
Pulau Nusa Leun dibagi dalam tiga kelas
Tabel 4. Daya dukung fisik untuk budidaya KJA pada bagian Utara Pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun
No Daya Dukung Jumlah Satuan
1 KJA 24 KJA
2 Rakit KJA 145 Unit
3 Lubang KJA 583 Kotak
4 Jumlah Ikan 140,088 Ekor
Nelayan Budidaya 24 Kelompok
6 Tenaga Kerja 145 Orang
Sumber: Hasil analisis, (2017)
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2018, 2 (1): 1-22
Tabel 5. Daya dukung fisik untuk budidaya KJA pada bagian Selatan Pulau Nusa Manu dan
Pulau Nusa Leun
No Daya Dukung Jumlah Satuan
1 KJA 12 KJA
2 Rakit KJA 71 Unit
3 Lubang KJA 286 Kotak
4 Jumlah Ikan 68, 657 Ekor
5 Nelayan Budidaya 12 Kelompok
6 Tenaga Kerja 71 Orang
Sumber: Hasil analisis, (2017)
Topografi Teluk Sawai yang unik dan al., 2013). Berdasarkan proses tracking fishing
keanekaragaman hayati yang tinggi memberikan ground dengan nelayan yang melakukan
karakteristik yang berbeda seperti pada wilayah kegiatan penangkapan ikan, maka dapat
teluk secara umum (Coll et al., diketahui bahwa lokasi penangkapan ikan berada
2010). Keberagaman ekosistem di sekitar di sekitar pulau Nusa Manu dan Pulau Nusa
kawasan ini berpengaruh terhadap aktivitas yang Leun hingga ke arah utara laut seram sekitar 3
berlangsung dalam upaya mengambil sumber km atau setara dengan 1.61987 mil laut (1 km =
daya bagi manusia termasuk kegiatan 0.53995 mil laut) (Marasabessy et al., 2018)
penangkapan ikan (Coll et al., 2012; Micheli et
sebagian besar ikan karang menjadikan terumbu berpenduduk dilakukan berdasarkan prioritas
karang sebagai tempat mencari makanan peruntukan ruang aktivitas pada kedua pulau
(feeding ground), daerah perkembang-biakan tersebut. Kedua pulau ini meskipun masuk
(spawning ground), tempat berlindung dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah
(protection ground) dan daerah asuhan (nursery namun dalam pengelolaannya sesuai otonomi
ground). daerah dengan mengacu pada UU Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta
Pengelolaan Pulau Nusa Manu isu Nasional tentang Indonesia sebagai poros
dan Pulau Nusa Leun maritim dunia, membuat hal ini tidak dapat
Penyusunan AHP, dibuat berdasarkan terlepas dari adanya dukungan (good political
pembagian peran dari masing-masing will) dari Pemerintah Pusat dengan kewenangan
stakeholder seperti; aktor kunci, membuat pengelolaan yang diberikan kepada Pemerintah
kriteria dan menetapkan alternatif pengelolaan Provinsi Maluku untuk melakukan
yang tepat [Gambar 7]. pemberdayaan Pulau Nusa Manu dan Pulau
Pendekatan AHP, menunjukkan bahwa Nusa Leun sebagai pulau kecil tidak
alternatif pengelolaan Pulau Nusa Manu dan berpenduduk.
Pulau Nusa Leun sebagai pulau kecil yang tidak
Pengelolaan Pulau Nusa Manu dan Pulau memberikan jawaban secara konsisten dengan
Nusa Leun untuk berbagai kegiatan berdasarkan nilai rasio konsistensi (CR) 0 hingga 0.08,
kesesuaian perairan dan daya dukung kawasan sehingga secara sistematis dapat dipercaya. Hal
dapat ditetapkan dengan skala prioritas dan ini sesuai dengan pernyataan (Marimin dan
dilaksanakan berdasarkan aspek kepentingan Maghfiroh, 2010) bahwa bila nilai (CR) di atas
pengelolaan. Hasil pembobotan dalam 10% maka expert tidak memberikan jawaban
penentuan skala prioritas dapat dilihat pada secara konsisten.
Tabel 6, menunjukkan 1 dari 6 expert
Tabel 6. Nilai indeks konsistensi (CI), indeks random (IR) dan rasio konsistensi (CR)
Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Rasio Konsistensi
Matriks
Konsistensi (CI) Random (IR) (CR)
Hubungan antar kriteria untuk
0.06 0.9 0.07
mencapai tujuan
Hubungan antar alternatif terhadap
0.07 0.9 0.08
kriteria politik
Hubungan antar alternatif terhadap
0.07 0.9 0.08
kriteria ekonomi
Hubungan antar alternatif terhadap
0.02 0.9 0.03
kriteria sosbud
Hubungan antar alternatif terhadap
0.07 0.9 0.08
kriteria lingkungan
Sumber: Hasil analisis, (2017)
pulau memiliki prioritas paling tinggi dibanding masyarakat terutama yang hidup di wilayah
ekonomi, sosial dan politik. pulau-pulau kecil dan terpencil. Secara umum,
Lokasi kedua pulau yang merupakan terdapat tiga wilayah atau zona yang harus ada
pulau kecil dengan jarak yang paling dekat di kawasan pulau-pulau kecil, yaitu:1). Kawasan
dengan maindland Negeri Sawai dan menjadi preservasi yang hanya diperuntukkan bagi
lokasi mata pencaharian sebagian besar kegiatan pendidikan dan penelitian; 2). Kawasan
penduduk Negeri Sawai dan dusun-dusun yang konservasi yang dapat dimanfaatkan untuk
ada di sekitarnya, sehingga memberi pengaruh kegiatan pembangunan secara terbatas; dan 3).
yang besar dalam penetapan prioritas Kawasan pembangunan secara intensif.
pengelolaan kedua pulau. Secara umum dari Keterkaitan ketiga wilayah tersebut harus
seluruh stakeholder berkeinginan agar kondisi disusun dalam rencana tata ruang wilayah pulau-
kedua pulau tersebut dapat tetap terjaga dalam pulau kecil sebagai infrastruktur pendukung
keadaan alami baik lingkungan pesisir maupun dalam kebijakan pengelolaan kawasan pulau-
di sekitar perairan pulau tersebut. Isu global pulau kecil. Bengen dan Retraubun (2006)
warming dan climagte change yang sedang menjelaskan prinsip pembangunan yang
berkembang dewasa ini menjadi isu menggabungkan kepentingan kualitas
internasional yang diharapkan dapat membantu lingkungan alami dan kualitas pembangunan
merehabilitasi lingkungan kedua pulau yang sosial budaya dan ekonomi, akan berjalan baik
telah mengalami kerusakan. dengan mengutamakan keterpaduan socio-
ecologycal system secara terintegrasi dalam
kawasan pulau-pulau kecil.
Level Alternatif
Penetapan prioritas pada level ini, di
dasarkan pada alternatif terbaik yang ingin
dicapai dalam pengelolaan Pulau Nusa Manu
dan Pulau Nusa Leun secara berkelanjutan.
Gambar 9. Hasil perhitungan Analytical Hierarchy
Process (AHP) untuk level kriteria Berdasarkan penilaian, urutan utama prioritas
Sumber: Hasil analisis, (2017) kegiatan wisata bahari di Pulau Nusa Manu dan
Pulau Nusa Leun dikembangkan berbasis
Menurut Retraubun (2003), kawasan konservasi; prioritas kedua, kegiatan wisata
pulau-pulau kecil merupakan bagian dari bahari dikembangkan bersama perikanan
lingkungan wilayah pesisir dan laut, sehingga budidaya laut (KJA) dan perikanan tangkap
aktivitas yang berlangsung di wilayah pesisir (fishing ground); prioritas ketiga adalah,
dan laut mau tidak mau berdampak pada kegiatan wisata bahari dikembangkan bersama
ekosistem dan mempengaruhi keberadaan kegiatan budidaya laut (KJA); dan prioritas
sumber daya alam yang ada di pulau-pulau kecil. terakhir yakni, kegiatan wisata bahari
Sementara itu, wilayah pulau-pulau kecil dikembangkan bersama kegiatan perikanan
memiliki fungsi selain sebagai penyedia tangkap (fishing ground). Penentuan rangking
berbagai sumber penghidupan masyarakat, juga alternatif dilakukan dengan cara menentukan
berfungsi sebagai penyedia jasa ekosistem eigenvalue (eigenvector) masing-masing
(ecosystem services), fungsi lingkungan alternatif [Tabel 7].
(ecological value) yang sangat dibutuhkan oleh
Penarikan kesimpulan untuk menentukan karena dapat menjadi aktivitas yang memiliki
skala prioritas diperoleh dengan perkalian efek pengganda (multiplier effect) bagi
matriks nilai eigen alternatif dengan nilai bobot peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
kriteria. Prioritas pengelolaan wisata bahari pelestarian lingkungan, karena merupakan
dengan pendekatan konservasi merupakan aktivitas yang memenuhi segenap kriteria
prioritas dilakukan untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan baik pada aspek
pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal sekitar ekonomi, sosial budaya maupun ekologi.
kawasan, dengan membuka peluang usaha Retraubun (2003) menyatakan pembangunan
alternatif wisata bahari, tetapi tetap menjaga pulau-pulau kecil berkelanjutan adalah
keberlanjutan ekosistem dalam kawasan Pulau pengelolaan pulau-pulau kecil yang harus
Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun [Gambar 10]. memenuhi segenap kriteria secara ekonomi
efisien dan optimal (economically sound), secara
sosial-budaya berkeadilan dan dapat diterima
(socio-culturally acepted and just), dan secara
ekologis tidak melampaui daya dukung
lingkungan (environmentally friendly).
Kegiatan eksisting masyarakat dalam penangkapan ikan tetap dapat dilakukan secara
memanfaatkan kawasan kedua pulau telah bersamaan dengan membagi zonasi pemanfaatan
berlangsung lama, sehingga turut mempengaruhi berdasarkan kesesuaian perairan dan daya
ekosistem di dalamnya. Kegiatan penangkapan dukung masing-masing aktivitas. Menurut
ikan, budidaya laut (KJA) dan kegiatan wisata Rustiadi et al., (2009) uregensi penataan ruang
bahari, dalam beberapa tahun terakhir ini mulai (darat/laut) timbul sebagai akibat tumbuhnya
mengalami peningkatan. Perubahan terhadap kesadaran akan pentingnya intervensi publik
ekosistem alami seperti; kerusakan terumbu atau collective action terhadap kegagalan sistem
karang, penebangan pohon mangrove, dalam menciptakan pola dan struktur ruang yang
pengambilan pasir untuk bahan bangunan dan sesuai dengan tujuan bersama. Lebih lanjut
penangkapan ikan dengan cara merusak (Chung, 1994; Harmes, 2017) zonasi
(destructive fishing). Keberadaan masyarakat penggunaan lahan memiliki fungsi; untuk
(nelayan) yang menjadikan kawasan kedua memisahkan penggunaan lahan yang
pulau sebagai sumber kebutuhan hidup incompatible (negative externalization) dapat
kesehariannya, karena secara ekonomi kawasan mengganggu beberapa lahan yang terdapat
kedua pulau ini menyediakan sumber daya alam dalam satu kawasan; mengintegrasikan
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di penggunaan lahan yang compatible (positive
kawasan tersebut. externalization) sehingga saling
Dinamika sosial dan budaya masyarakat menguntungkan; dan untuk menempatkan
yang majemuk di kawasan ini turut memberi barang publik di lokasi yang sesuai.
dampak dalam bentuk pemanfaatan kawasan Adanya prioritas kegiatan dimaksud,
kedua pulau. Berdasarkan kondisi eksisting ini, maka diharapkan kebutuhan masyarakat secara
maka perlu adanya upaya peningkatan kualitas ekonomi bisa terpenuhi dan dapat dilakukan
SDA dengan perbaikan ekosistem melalui bersamaan dengan kegiatan pemanfaatan ruang
kegiatan mitigasi seperti; rehabilitasi dan laut yang lain tanpa menimbulkan konflik dan
restorasi terhadap lingkungan (ekosistem) yang merusak ekosistem di sekitar kawasan kedua
telah mengalami kerusakan. Kemudian pulau; dan (4). Aspek management, yaitu bahwa
meningkatkan kualiatas sumber daya manusia penempatan ruang pemanfaatan sumber daya
(SDM) di sekitar kawasan dengan melakukan alam pada kedua pulau dilakukan sesuai zonasi
pembinaan, penyuluhan, edukasi sosial dan berdasarkan kesesuaian dan kemampuan
ekonomi terkait manfaat ekosistem secara kawasan untuk menampung aktivitas yang
langsung (direct use value) maupun tidak dilakukan. Strategi pengelolaan kawasan Pulau
langsung (indirect use value) dari suatu sumber Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun dilakukan
daya alam yang ada pada kawasan kedua pulau dengan menggunakan pendekatan keberlanjutan
tersebut; (3). Aspek prioritas, yaitu bahwa ekosistem. Masing-masing aktivitas dibagi
aktivitas di sekitar kawasan Pulau Nusa Manu sesuai peruntukan ruang pemanfaatan dan
dan Pulau Nusa Leun yang makin tinggi kemampuan optimum kawasan untuk
menyebabkan tekanan yang semakin besar menampung masing-masing kegiatan dimaksud.
terhadap pemanfaatan ruang laut dan SDA Pembangunan infrastruktur dasar yang tersedia
dalam kawasan tersebut, untuk itu perlu dalam mendukung kehidupan dan penghidupan
dilakukan pembagian zonasi berdasarkan masyarakat di sekitar Pulau Nusa Manu dan
kesesuaian dan daya dukung kawasan kedua Pulau Nusa Leun perlu ditingkatkan baik dari
pulau. sisi ketersediaan, kelengkapan, hingga
Pengaturan aktivitas dalam fungsinya, sehingga menjadi tanggung jawab
memanfaatkan ruang pesisir dan laut pada pemerintah (baik pusat maupun daerah) dalam
kawasan ini lebih diprioritaskan pada kegiatan penyediaannya. Konsep pengelolaan
ekowisata bahari berbasis konservasi. Walaupun berdasarkan pendekatan ekosistem dilakukan
kegiatan lain seperti budidaya KJA dan pada masing-masing aktivitas antara lain:
dan budaya untuk meningkatkan pertumbuhan tertentu dilakukan pengaturan letak dan posisi
ekonomi masyarakat lokal di sekitar kawasan. unit KJA agar tidak mengalami penumpukan.
Proses ini dilakukan dengan Kedalaman perairan merupakan faktor pembatas
mengintegrasikan prinsip pengelolaan pada yang paling berpengaruh pada budidaya KJA di
beberapa dimensi seperti; 1). Lingkungan, kawasan ini, hal tersebut dikarenakan kondisi
bahwa ekowisata sangat berkaitan erat dengan topografi dasar laut yang bervariasi (slope, flate,
lingkungan, bentang alam, topografi, kehidupan crest dan lagoon), sehingga mempengaruhi
satwa flora dan fauna Pulau Nusa Manu dan letak/tempat pemasangan KJA. Upaya untuk
Pulau Nusa Leun yang relatif masih murni (pure) mengefektifkan kegiatan budidaya pada
dan belum tercemar; 2). Masyarakat, bahwa kawasan ini, dilakukan dengan pembagian zona
ekowisata pada kedua pulau harus memberikan berdasarkan kesesuaian fisik perairan dan daya
manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung dukung kawasan dalam menampung aktivitas
kepada masyarakat lokal setempat; 3). tersebut. Pada lokasi perairan yang lebih dalam
Pendidikan dan pengalaman, bahwa kegiatan hanya dijadikan zona buffering (penyangga),
ekowisata pada kedua pulau mampu dengan tujuan agar meminimalisasi kematian
meningkatkan pemahaman akan ekosistem dan ikan akibat adanya pencemaran dari satu unit
interaksi organisme di dalamnya (fungsi KJA ke unit KJA yang lain.
edukasi) dan mengembangkan budaya lokal Budidaya ikan kerapu memerlukan
berdasarkan pengalaman yang dimiliki; 4). kualitas air dan kondisi oseanografi yang
Keberlanjutan, bahwa ekowisata dapat optimal. Pencemaran yang disebabkan pada
memberikan kontribusi positif bagi lokasi unit KJA terjadi karena pengaturan
keberlanjutan sumber daya alam di kedua pulau, pemberian pakan dan perawatan jaring keramba
baik jangka pendek maupun jangka panjang; dan yang tidak sesuai. Penempatan posisi rumah jaga
5). Manajemen, bahwa potensi SDA pada Pulau pada dasarnya berfungsi sebagai tempat
Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun perlu dikelola pemantauan (control) aktivitas ikan dan kondisi
secara baik dan menjamin sustainable perairan. Selain itu fungsi rumah jaga turut
development untuk ekosistem, sosial dan budaya berperan dalam kegiatan perawatan budidaya.
lokal yang bertujuan untuk meningkatkan Posisi dan letak yang salah dapat mempengaruhi
kesejahteraan sekarang maupun generasi kesehatan dan kualitas air dari ikan yang di
mendatang (Low dan Heillbronn, 1996). budidayakan. Fungsi rumah jaga lainnya adalah
2. Pengelolaan Budidaya Keramba Jaring sebagai tempat menjemur jaring KJA yang telah
Apung (KJA) berlumut dan setelah itu dilakukan pencucian
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan compressor dengan cara
pengusaha KJA lokal diketahui usaha budidaya penyemprotan hingga permukaan jaring menjadi
KJA belum dapat berjalan dengan baik, karena bersih. Aktivitas ini jika terus-menerus
masih rendahnya pengetahuan secara teknik dilakukan di sekitar unit KJA dengan jarak yang
budidaya laut sistem KJA, kurangnya sosialisasi dekat maka akan menyebabkan pencemaran
kegiatan KJA yang efektif dan konstruktif akibat limbah/kotoran sisa pencucian jaring
berdasarkan kesesuaian perairan dan daya dapat kembali masuk ke dalam unit KJA yang
dukung kawasan oleh pemerintah daerah. Hal lain. Oleh karena itu perlu diatur posisi letak
lain adalah, adanya kesulitan mendapatkan bibit KJA yang efektif antar unit dalam suatu
ikan yang berkualitas, sulitnya penanganan kawasan.
pasca panen dan sulitnya pemasaran bagi Menurut Dahuri et al., (2008) kemampuan
produksi yang dihasilkan. Walaupun secara teknologi budidaya (mencakup pemilihan induk,
fisika dan kimia oseanografi perairan kedua pemijahan, penetasan, pembuahan,
pulau ini sangat sesuai untuk kegiatan budidaya pemeliharaan larva, pendederan, pembesaran,
sistem KJA. Pendekatan keberlanjutan manajemen kualitas air, manajemen pemberian
ekosistem pada kegiatan ini ialah; pada kawasan pakan dan manajemen kesehatan ikan) pada
sebagian besar masyarakat pesisir dan pulau- semua lapisan masyarakat khususnya
pulau kecil masih rendah. Keadaan ini diduga masyarakat nelayan (Marasabessy et al., 2018).
terjadi karena kegiatan budidaya tidak dapat Ada dua bentuk pengaturan musim penangkapan
terlepas dari perubahan budaya masyarakat lokal ikan. Pertama, menutup musim penangkapan
Negeri Sawai yang pada awalnya sebagai ikan pada waktu tertentu untuk memungkinkan
nelayan tangkap, kemudian menjadi petani ikan ikan dapat memijah dan berkembang. Kedua,
di kegiatan budidaya. Untuk itu salah satu upaya penutupan kegiatan penangkapan ikan karena
untuk mendukung kegiatan budidaya di kawasan sumber daya ikan telah mengalami degradasi,
ini adalah dengan melakukan pendampingan dan dan ikan yang ditangkap semakin sedikit
pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber (Beddington dan Retting, 1983; Nikijuluw,
daya manusia mencakup pola hidup, 2002); 2). Secara umum alat tangkap yang
keterampilan terapan untuk mendukung usaha dipakai oleh nelayan sekitar kedua pulau adalah
seperti budidaya, penangkapan dan pengolahan, alat tangkap yang ramah lingkungan yaitu
keterampilan manajerial dan pemasaran, serta pancing ulur dan pancing tegak. Walaupun
peningkatan pemahaman atas pelestarian demikian jumlah armada penangkapan ikan yang
lingkungan. banyak dan berasal dari Desa dan Dusun di
3. Pengelolaan Perikanan Demersal sekitar kedua pulau dapat menimbulkan
Alasan paling mendasar dalam kerentanan terhadap daya dukung penangkapan
pengelolaan sumber daya ikan di kawasan Pulau ikan.
Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun adalah dengan Pengaturan dalam membatasi armada
memanfaatkan sumber daya di sekitarnya penangkapan perlu dilakukan pada kawasan
sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang perairan kedua pulau, khususnya pada fishing
tinggi bagi masyarakat Negeri Sawai dan ground yang berbatasan langsung dengan
sekitarnya, namun kelestariannya tetap terjaga. aktivitas lain, seperti kegiatan ekowisata bahari
Hal ini sesuai dengan pendapat (Nikijuluw, (diving dan snorkeling) dan kegiatan budidaya
2002; Retraubun, 2005; Simbolon, 2010) KJA. Pelarangan jenis alat tangkap yang
pemanfaatan sumber daya ikan pada suatu destruktif dapat dilakukan secara permanen, hal
kawasan tertentu harus dapat dilakukan dengan ini dilakukan untuk melindungi sumber daya
mengintergrasikan masyarakat sebagai pelaku ikan dengan tujuan dapat menjamin
usaha dan keberadaan sumber daya alam dalam kelangsungan usaha nelayan kecil/tradisional
kawasan tersebut, agar dapat meningkatkan yang ada di sekitar kawasan kedua pulau; 3).
perekonomian masyarakat dan secara Pengendalian upaya penangkapan ikan
berkelanjutan menjamin ketersediaan sumber dilakukan untuk meningkatkan hasil tangkapan,
daya alam tetap aman. Secara implisit hal ini kinerja ekonomi nelayan penangkap ikan
mengandung dua makna, yaitu makna sosio- melalui pengurangan biaya dan penyesuaian
ekonomi dan makna konservasi atau eko- kapasitas penangkapan ikan yang berlebihan,
biologi. Untuk itu, pemanfaatan optimal sumber selain itu dapat juga dilakukan melalui
daya ikan mau tidak mau harus mengakomodasi pengaturan perijinan.
hubungan antar kegiatan tersebut. Pengelolaan perikanan demersal perlu
Beberapa pendekakatan yang dapat disesuaikan berdasarkan kegiatan penangkapan
dilakukan dalam melakukan pengelolaan ikan dari sebelumnya setiap hari selama satu
perikanan secara berkelanjutan di kawasan Pulau bulan ke sistem kuota kapal atau Vessel Quota
Nusa Manu dan Pulau Nusa Leun adalah: 1). Share (VQS), yaitu sebuah bentuk kegiatan
Pengelolaan perikanan tangkap melalui penangkapan ikan yang dapat berganti oleh
pendekatan pengaturan musim penangkapan setiap nelayan dengan melakukan registrasi
ikan pada waktu-waktu ikan memijah dan terkait dengan armada penangkapan ikan. Hal ini
berkembang dengan melakukan sasi laut dilakukan agar dapat mengatur jumlah hasil
(kearifan lokal). Hal ini memerlukan dukungan tangkapan ikan dengan harga pembelian yang
Chung, L.L.W. (1994). The economic of land- Kurniawan, F., Adrianto, L., Bengen, D.G.,&
use zoning. A literatur review and analysis Prasetyo L.B. (2016). Vulnerability
of the work coase. Town Planing Review, assessment of small islands to tourism:
65 (1), 77-78. The case of the Marine Tourism Park of
Coll, M., Piroddi, C., Steenbeek, J., Kaschner, the Gili Matra Islands, Indonesia. Global
K., Lasram, F.B.R., Aguzzi, J., Vafidis, Ecology and Conservation. Journal
D., Villanueva, R., &Voultsiadou, E. Elsevier, (6), 308-326
(2010). The Biodiversity of The Lauer, M., Albert, S., Asmawi, B.S., Halpern, L.,
Mediterranean Sea: Forecasts, Patterns, Campanella, D.L., &Rose. (2013).
and Threats. Journal PLoS One, 5 (8), Globalization, Pacific Island, and The
e11842. Paradox of Resilience. Global Environ.
Coll, M,. Piroddi, C., Albouy, C., Ben, R., Change, 23 (2), 40–50.
Lasram, F., Trujillo, P., Watson, R., Lipton, M. (2009). Land Reform in Development
&Pauly, D. (2012). The mediterranean sea Countries: Property Rights and Property
is under siege: Overlapping spatial Wrongs. Routledge. (USA): Oxford.
planning between marine biodiversity. Low, D.C.,& Heillbronn, K. (1996). Ecotourism:
Cumulative threats and marine reserves An Annotated Bibliography. Research
glob. Journal Ecol. Biogeogr., 21 (4), Report South ROC and Commonwealth
465-480. Department of Tourism.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., &Sitepu, M.J. Marasabessy, I., Fahrudin, A., Imran, Z.,&
(2008). Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Syamsul, B.A. (2018). Pengelolaan
dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Berkelanjutan Perikanan Demersal di
Paramitha Press. Kawasan Pulau Nusa Manu dan Nusa
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Leun Maluku Tengah. Jurnal Albacore, 2
Maluku Tengah. (2016). Maluku Tengah (1), 13-27.
Dalam Angka. Dinas Kelautan dan Martha, H.N., Tuwo, A., & Farid, S. (2014).
Perikanan Kabupaten Maluku Tengah. Kesesuaian Ekowisata Selam dan
Gladstone, W., Curley, B., & Shorki, M.R. Snorkeling di Pulau Nusa’ra dan Nusa
(2013). Enviromental Impacts of Tourism Deket Berdasarkan Potensi Biofisik
in the Gulf and the Red Sea. Marine Perairan. Universitas Hasanuddin. Jurnal.
Pollution Bulletin, 9 (17), 375-388. Sains & Teknologi, 14 (3), 259 - 268.
Hermes. (2017). Model Pengelolaan Marimin, & Maghfiroh, N. (2010). Aplikasi
Pembangunan Wilayah Berbasis Teknik Pengambilan Keputusan Dalam
Penanggulangan Kemiskinan di Kota Manajemen Rantai Pasok. IPB Press.
Bengkulu. Disertasi. Institut Pertanian MEA. (2005). Millennium Ecosystem
Bogor. Assessment (MEA). Ecosystems and
Kafyri, A., Hovardas, T.,& Poirazidis, K. (2012). Human Well-Being: Synthesis.
Determinants of Visitors Pro- Washington: Island Press.
environmental Intentions on Two Small Minggawati, I., & Lukas. (2012). Water Quality
Greek Islands; is Ecotourism Possible at Research for Fish Farming Keramba in
Coastal Protected Areas. Journal Envir The Kahayan River. Media Sains, 4 (1),
Manag., 50 (1), 64-76. 87-91.
Micheli, F., Halpern, B.S., Walbridge, S., Retraubun, A.S.W. (2008). Implementasi
Ciriaco, S., Ferretti, F., Fraschetti, S., Kewaspadaan Nasional Melalui
Lewison, R., Nykjaer, L., &Rosenberg, Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil
A.A. (2013). Cumulative Human Impact Terluar Guna Mencegah Disintegrasi
on Mediterranean and Black Sea Nasional dalam Rangka
Ecosystems: Assess Current Pressures and Penyelenggaraan Negara. Taskap
Opportunities. Journal Plos One, 8 (12), Program Pendidikan Reguler Angkatan
233 -240. XIII Lembaga Ketahanan Nasional RI.
Mortensen, O.L., Ulrich, C., Hansen, J., & Hald, Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D.R.
R. (2018). Identifying Choke Species (2009). Perencanaan Pengembangan
Challenges for An Individual Demersal Wilayah. Crespent Press dan Yayasan
Trawler in the North Sea, Lessons from Obor.
Conversations and Data Analysis. Journal Samudra, K. (2010). Pola Pengelolaan Gugusan
Mar. Resour.Econ., 87 (25), 11-22. Pulau-Pulau Kecil di Kawasan
Najamuddin, Samar, I., & Adityawan, A. (2012). Kapoposan yang Berkelanjutan.
Keragaman Ikan Karang di Perairan Pulau Disertasi. Institut Pertanian Bogor.
Makian Provinsi Maluku Utara. Jurnal Saaty, T.L. (1993). Pengambilan Keputusan
Depik, 1 (2), 114-120. Bagi Para Pemimpin. Proses Hirarki
Nikijuluw, V.P.H. (2002). Rezim Pengeloaan Analitik untuk Pengambilan Keputusan
Sumberdaya Perikanan. Pustaka dalam Situasi yang Kompleks. Pustaka
Cidesindo Press. Binaman Pressindo Press. Terjemahan
PPLKPL-KLH/FPIK IPB. (2002). dari: Decision Making for Leaders. The
Pengembangan Konsep Daya Dukung Analytical Hierarchy Proses for Decision
dalam Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil. in Complex World.
Pusat Penelitian Lingkungan. Institut Syahputra A.A, Yunasfi, Suryanti A. 2015.
Pertanian Bogor. Analisis kesesuaian dan daya dukung
Premius, H., Button, K., & Nijkamp, P. (2007). ekowisata pantai, selam dan snorkeling di
Classic in Planning and Land Use Pulau Berhala Kabupaten Serdang
Planning. England. (UK): Edward Elgar Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Publishing. Aquacostmarine, 12 (2), 016-031
Retraubun, A.S.W. (2003). Kebijakan dan Simbolon, D. (2011). Daerah Penangkapan Ikan
Strategi Pemberdayaan Pulau-Pulau Sebagai Salah Satu Faktor Penentu
Kecil. Makalah Disampaikan pada Rapat Keberhasilan Operasi Penangkapan Ikan.
Koordinasi Penanganan Terpadu Program IPB Press.
Pembangunan. Jakarta. 17-18 Desember Yulianda, F., Fachrudin, A., Hutabarat, A.A.,
2003.31 hlm. Hartati, S., Kusharjani, & Ho, S.K.
Retraubun, A.S.W. (2005). Pengelolaan Pulau- (2010). Pengelolaan Pesisir dan Laut
Pulau Kecil di Indonesia. Makalah Secara Terpadu (Integrated Coastal and
Disampaikan pada Pelatihan Pelatih untuk Marine Managemant). School of
Pelatih Pengelolaan Wilayah Pesisir Inviromental Conservation and
Terpadu. Bogor. 8-9 Maret 2005. 29 hlm. Ecotourism Managemant (SECEM).
Ministry of Forestry Republic of
Indonesia. KONICA. Korea International
Cooperation Agency.