You are on page 1of 23
PERAN FARMAKOLOGI MOLEKULER DALAM PERKEMBANGAN PENELITIAN KEFARMASIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada tanggal 28 Februari 2013 di Yogyakarta Oleh: Prof. Dr. Agung Endro Nugroho, 8.Si., M.Si., Apt. Assalamu’alaikumn wa rahmatulaahi wa barakaatich Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Gadjah Mada Yang terhormat Rektor, dan Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitas Gadjah Mada Yang terhormat Segenap Sivitas Akademika Universitas Gadjak Mada, Rekan Sejawat, Tamu Para Undangan, Para Sanak Keluarga dan Para Hadirin semuanya. Salam sejahtera bagi kita semua, Pertama-tama kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia dan rahmat- Nya sehingga kita semua dapat hadir di Balai Senat Universitas Gadjah Mada pada hari ini. Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai Guru Besar di Bidang Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinik sebagai bentuk tanggung jawab ilmiah dan moral sebagai seorang Guru Besar di Universitas Gadjah Mada. Pidato pengukuhan ini juga merupakan wujud rasa terima kasih dan dedikasi saya kepada almamater tercinta Universitas Gadjah Mada. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Ketua Majelis Guru Besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul: PERAN FARMAKOLOGI MOLEKULER DALAM PERKEMBANGAN PENELITIAN KEFARMASIAN Hadirin yang saya hormati, Saya memilih judul tersebut di atas mempertimbangkan ilmu yang saya tekuni dan dalami selama saya bekerja di Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi UGM meliputi 2 kegiatan perkuliahan, penelitian maupun pengabdian masyarakat. Farmakologi, ilmu yang mempelajari hubungan obat dengan makhluk hidup, merupakan roh dalam dunia kefarmasian. Farmakologi mencakup nasib obat, dan aksi serta efek obat dalam tubuh, Ilmu tersebut memegang peran penting mulai dari penemuan sebuah obat hingga pelayanan kefarmasian. Aspek dalam ilmu tersebut mencakup tingkatan molekuler hingga tingkatan organisme utuh. Kajian pada tingkatan molekuler tersebut kemudian berkembang menjadi cabang ilmu farmakologi yang dinamakan Farmakologi Molekuler. Dalam pidato pengukuhan ini, saya akan banyak menyampaikan kompilasi hasil-hasil penelitian di Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam bidang farmakologi molekuler, digabungkan dengan hasil penelitian oleh para peneliti luar UGM. SEJARAH FARMAKOLOGI Hadirin yang saya hormati, Periode perkembangan ilmu farmakologi dibagi menjadi dua yaitu periode kuno dan periode modern. Pada periode kuno (sebelum 1700 M), penggunaan atau pengetahuan obat didasarkan atas pengalaman empirik (materia medika) maupun observasi ilmiah yang sederhana (Rubin, 2001). Sedangkan pada periode modern, hal tersebut didasarkan atas penelitian mengenai mekanisme aksi, nasib obat dalam tubuh, dan target obat pada sel dan jaringan. Pada periode kuno, penggunaan obat tereatat pertama kali dilakukan oleh orang Mesir pada 3000 SM, Penggunaan obat juga sudah dilakukan di Cina pada 200 SM dan Yunani pada 400 SM. Claudius Galen (129-200 M), merupakan tokoh pertama kali yang mempertimbangkan background teori farmakologi dalam penggunaan obat dan memperkenalkan praktik polifarmasi. Galen berpendapat bahwa antara teori dan pengalaman empirik mempunyai kontribusi yang seimbang dalam penggunaan obat. Theophrastus von Hohenheim (1493-1541 M) menggunakan dasar pengetahuan bahan aktif dalam suatu pengobatan. Johann Jakob Wepfer (1620-1695 M) merupakan ilmuwan pertama yang melakukan verifikasi ilmiah penegasan aksi farmakologi dan toksikologi obat pada binatang percobaan. 2) Konsep fundamental farmakologi yaitu hubungan struktur- aktivitas obat, reseptor obat (target aksi obat) dan percobaan toksisitas selektif berkembang dari hasil penelitian dari beberapa ilmuan: Thomas Frazer (1841-1921) di Skotlandia, John Newport Langley (1852-1925) di Inggris, dan Paul Ehrlich (1854-1915) di Jerman. Pada tahun 1920, Aleksander J. Clark (1885-1941) melaporkan teori reseptor dengan menerapkan hukum aksi masa pada konsep interaksi obat dengan reseptor. Setelah itu, perkembangan farmakologi semakin pesat hingga mengkaji aspek molekuler dan scluler. Pada abad ke-20, perkembangan farmakologi juga diarahkan ke pelayanan kefarmasian sehingga muncul cabang ilmu farmakologi antara lain farmakoterapi, farmasi klinik, farmakoekonomi, farmakoepidemiologi, farmako- genetik, farmakogenomik (Rubin, 2001; Rang er al, 2003). FARMAKOLOGI MOLEKULER Hadirin yang saya hormati, Hampir semua obat merupakan senyawa kimia yang berukuran sangat kecil. Mekanisme terbentuknya efek suatu obat tidaklah sederhana melainkan melibatkan interaksi obat dengan targetnya dalam sel pada tingkat molekuler. Suatu pertanyaan “bagaimana suatu efek bisa timbul?”, dapat dijelaskan dengan melibatkan aspek biologi seluler dan molekuler interaksi tersebut (Kenakin, 2004; Rang et al., 2003). Cabang ilmu farmakologi yang berkaitan dengan hal itu adalah Farmakologi Molekuler. Imu tersebut menjadi penting karena interaksi obat dengan targetnya bersifat kompleks, melibatkan sistem seluler yang dinamis, terjadi pada tingat molekuler dan melibatkan serangkaian proses biokimiawi dalam sel untuk menimbulkan efek. Ilmu tersebut sudah berkembang pesat di Eropa pada pertengahan abad ke-19, dengan pioner seorang ilmuwan Jerman bernama Paul Ehrlich (1854-1915). Dia menyatakan bahwa “Corpora non agunt nist Jfixata”, artinya obat tidak akan bekerja jika tidak berikatan dengan target aksinya dalam tubuh (Rubin, 2007). Sejak itu, perkembangan farmakologi molekuler sangat pesat sekali. Beberapa penemuan saat itu yang dianggap fenomenal antara lain; Thomas Renton Elliot (1877-1961) dan Sir Henry Dale (1875-1968) menjelaskan konsep transmisi senyawa kimia pada sel syaraf yang melibatkan neuro- transmitter, suatu senyawa yang memediasi transfer informasi dari satu sel syaraf menuju ke sel lainnya; Daniel Bovet (1907-1992) mendapatkan Nobel pada 1957 atas penemuan obat-obat yang dapat mengeblok aksi beberapa neurotransmitter; Arvid Carlsson (ilmuwan Swedia} mendapatkan hadiah Nobel tahun 2000 atas penelitiannya tentang dopamin dan mekanisme tansduksi sinyalnya pada penyakit Parkinson (Oliverio, 2008; Rubin, 2007; Burnstock, 2009). Perkem- bangan penelitian farmakologi molekuler selanjutnya meliputi penelitian kloning gen pengkode beberapa reseptor, kanal ion, protein regulator, enzim pemetabolisme. Dari penelitian tersebut dapat diketahui mekanisme nasib obat dan/atau aksi obat dalam tubuh secara molekuler (Conn, 2007). Hadirin yang saya hormati, Aspek farmakologi molekuler meliputi nasib obat dan aksi obat dalam tubuh, Pada kesempatan ini, saya akan fokus pada tinjauan molekuler aksi obat dalam tubuh. Obat dapat bekerja dalam tubuh apabila berinteraksi dengan. Komponen tubuh untuk menghasilkan suatu efek. Aksi obat sendiri dibedakan menjadi dua yaitu (1) aksi non-spesifik, aksi obat berdasarkan sifat fisika kimiawi obat yang sederhana; dan (2) aksi spesifik, aksi obat yang melibatkan target aksi obat yang spesifik antara lain kanal ion, enzim, komponen genetik, transporter, reseptor (Bowman and Rand, 1980; Rang et al., 2003). Kanal ion merupakan protein pori pada membran sel, terdapat pada lapisan lipid yang berfungsi membantu ransport ion-ion pada membran tersebut. Di samping itu, kanal ion juga berperan penting dalam pengaturan potensial listrik dan proses signaling dalam sel Salah satu contoh obat yang bekerja pada kanal ion adalah anestesi lokal (prokain, lidokain, benzokain, kokain). Anestesi lokal beraksi dengan cara mengeblok voltage-gated Na” cheumets sehingga menyebabkan transport ion natrium ke dalam sel terhambat. Hal ini menyebabkan terhambatnya proses depolarisasi sehingga menurunkan potensial aksi sel (Rang ef al., 2003). Padahal potensial aksi tersebut dibutuhkan dalam penghantaran impuls rasa sakit. Enzim merupakan molekul biologi biasanya protein yang berfungsi mengkatalisis reaksi kimia atau biokimiawi dalam tubuh. Contoh obat yang beraksi pada enzim adalah simvastatin dan aspirin. Simvastatin merupakan obat penurun kadar lipid. Obat ini beraksi menghambat enzim HMG-CoA reduktase, suatu rate-limiting enzyme pada sintesis kolesteral. HMG-CoA reduktase merupakan enzim yang mengubah HMG-CoA menjadi asam mevalonat, selanjutnya diubah menjadi kolesterol (Brunton er ai., 2008) Transporter merupakan protein pembawa yang berfungsi membantu transport molekul organik kecil dan ion untuk menembus membran sel. Hal ini karena molekul tersebut terlalu polar untuk menembus membran sel. Protein pembawa mempunyai sisi aktif terhadap senyawa yang akan dibawa dan bersifat spesifik. Contoh obat yang bekerja pada transporter adalah obat baru dapagliflozin, dengan target aksi pada protein pembawa yaitu Sodium-glucose cotransporter-2 (SGLT2). SGLT2 tersebut memindahkan glukosa dari lumen nefron menembus membran apical melalui trasport aktif, kemudian dengan glucose transporter (GLUT-2) dipindahkan ke dalam darah melalui permukaan basolateral. Penghambatan_ pada SGLT2 oleh dapagliflozin tersebut mengakibatkan reabsorpsi glukosa menuju ke darah berkurang schingga mengakibatkan kadar glukosa darah menurun (Rang et al., 2003) RESEPTOR SEBAGAI TARGET OBAT Hadirin yang saya hormati, Reseptor merupakan target kebanyakan suatu senyawa atau obat. Reseptor sendiri merupakan makromolekul berupa lipoprotein, glikoprotein, lipid, protein atau asam nukleat, secara spesifik ber- interaksi dengan suatu senyawa sehingga menimbulkan serangkaian peristiwa biokimia (transduksi sinyal) yang pada akhimya menimbulkan efek, Senyawa yang dimaksud dinamakan agonis, contohnya adalah histamin, adrenalin dan salbutamol. Aktivasi Teseptor oleh suatu agonis atau hormon disertai dengan respon biokimia atau fisiologi oleh mekanisme transduksi yang sering melibatkan molekul-molekul yang dinamakan pembawa pesan kedua (Second Messengers"), contohnya inositol 1,4,5-triphosphate (IP3), diacylglycerol (DAG), protein kinase C (PKC), cGMP. Fungsi dari reseptor adalah 1), merangsang perubahan permeabilitas membran sel. 2). pembentukan pembawa kedua dan 3), mempengaruhi transkripst gen atau DNA, Dari fungsi tersebut, reseptor terlibat di dalam komu- nikasi antarsel. Selain itu, senyawa yang dapat berinteraksi dengan reseptor namun tidak menghasilkan efek dinamakan antagonis, contohnya simetidin (antihistamin-2), ipratropium (antikolinergik) Sedangkan senyawa yang mempunyai aktivitas di antara dua kelompok tersebut dinamakun agonis parsial, misalnya pentazoksin, butrenorfin, labetalol. Berdasarkan perbedaan struktur molekul dari reseptor dan proses transduksi sinyal yang dihasilkan, reseptor dapat diklasifikasi menjadi 4 yaitu reseptor kanal ion, reseptor terhubung protein G, reseptor protein kinase dan reseptor intraseluler (Kenakin, 2004, Rang ef al., 2003; Brunton et al., 2008). Reseptor kanal ion merupakan suatu reseptor membran yang langsung terhubung oleh suatu kanal ion. Reseptor ini merupakan reseptor salu. senyawa atau neurotransmitter dengan aksi cepat Contoh reseptor kanal ion adalah reseptor asetilkolin nikotinik, reseptor GABA, dan reseptor glutamat (Rang et al., 2003). Reseptor terhubung protein G merupakan suatu reseptor yang terhubung dengan protein G, yang berfungsi untuk mengaktivasi efektornya yaitu adenilat siklase, fosfolipase C atau kanal ion. Proses signaling pada reseptor ini melibatkan peran senyawa pembawa pesan kedua. Pembawa pesan kedua pada sistem adenilat siklase adalah siklik adenosin mono fosfat (CAMP). Pembawa pesan kedua pada sistem fosfolipase C/inositol fosfat adalah inositoltrifosfat (IP3), diasilgliserol (DAG) dan ion kalsium intraseluler. Contoh reseptor tipe ini adalah reseptor asetilkolin muskarinik, reseptor adrenergik, reseptor dopaminergik, reseptor serotonin, reseptor purin (Kenakin, 2004; Brunton er al., 2008). Reseptor dengan aktivitas kinase merupakan reseptor membran yang mempunyai domain protein kinase intraseluler (biasanya tirosin kinase) dalam struktur reseptor. Reseptor tipe ini setelah teraktivasi membangkitkan jalur kinase (kinase cascade). Conteh reseptor tipe ini adalah reseptor insulin, reseptor leptin, beberapa reseptor sitokin dan faktor pertumbuhan (EGF, VEGF) (Kenakin, 2004; Katzenellenbogen er al., 2000; Rang ef al., 2003). 7 Reseptor intraseluler juga disebut reseptor pengatur transkripsi gen. Pada reseptor ini, agonis berinteraksi dengan reseptomya kemudian merangsang transkripsi gen secara selektif, dan meng- hasilkan protein tertentu dan produksi respons seluler. Conteh reseptor ini adalah reseptor hormon steroid, hormon tiroid, asam retinoat dan vitamin D-(Rang ef al., 2003). PERAN PADA UPAYA PENEMUAN OBAT Hadirin yang saya hormati, Selanjutnya akan saya sampaikan peran farmakologi molekuler dalam upaya penemuan obat. Kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati terbesar di dunia setelah Brazil, termasuk keanckaragaman hayati sumber obat. Eksplorasi obat dapat dilakukan dari beberapa sumber yaitu tumbuhan dan sintesis (terutama), serta hewan, mineral, mikroorganisme, bio- teknologi. : Penemuan obat dari cksplorasi tanamman lebih dominan dibandingkan dengan yang lain, Dalam kaitannya dengan hal ini, pakar biologi melakukan screening tanaman berpotensi obat atau isolasi senyawa aktif tanaman obat, sedangkan pakar farmakologi yang melakukan uji aktivitas biologis. Dari tinjauan tadi, farmakologi mempunyai peran sentral dalam penemuan obat. Tugas utama seorang pakar farmakologi dalam penemuan dan perkembangan obat baru adalah screening aktivitas biologi obat yang diharapkan serta penetapan potensinya, dan penentuan mekanisme aksi dan target molekul obat. Hadirin yang saya hormati, Kurkumin, digitalis, kinin, atropin, reserpin, nikotin dan kafein merupakan senyawa obat yang berasal dari tamaman. Kurkumin merupakan agen antiinflamasi, yang dapat diisolasi dari tanaman Curcuma longa, sedangkan digoksin atau dikenal dengan nama digitalis merupakan senyawa agen pemacu kontraksi otot jantung yang diisolasi dari Digitalis purpurea. Kinin merupakan alkaloid yang diisolasi dari batang cinchona, digunakan sebagai obat anti-malaria, 8 Atropin, reserpin, nikotin dan kafein merupakan obat yang berturut- turut dihasilkan dari tanaman Atropa belladona, Raenwolfi aserpentina, tembakau dan kopi (Nugroho, 2012a; Rang er af., 2003; Brunton ef al., 2008). Parasetamol merupakan contoh Klasik obat yang berasal dari proses sintesis. Parasetamol ditemukan pertama kali pada tahun 1893, dulunya merupakan metabolit aktif femasetin, suatu obat analgesik dan antipiretik. Karena lebih aman, maka dilakukan sintesis parasetamol melibatkan beberapa tahapan dengan menggunakan starting material berupa feno! (Nugroho, 2012a; Rang ef al., 2003; Brunton et al., 2008), Interferon, hormon, growth factors merupakan contoh obat yang berasal dari proses bioteknologi. Interferon pertama kali dipublikasi pada tahun 1954 oleh ilmuwan Jepang sebagai "viral inhibitory factor” pada jaringan yang diinokulasi dengan UV-inactivated virus. Setelah tahun 1980, produksi interferon dilakukan dengan menggunakan teknik recombinant DNA, dengan memasukkan gen interferon pada bakteri yang kemudian dikultivasi dan diisolasi: dari kultur bakteri tersebut (Nugroho, 201 2a: Rang et al., 2003). PERAN PADA PENEMUAN OBAT DARI TANAMAN Hadirin yang saya hormati, Salah satu eksplorasi senyawa obat dari tanaman di Indonesia adalah isolasi senyawa-senyawa aktif dari Aegle marmelos Correa yaitu aegelin, skimmianin dan marmin (Riyanto, 2003). Ketiga senyawa tersebut menunjukkan aktivitas yang poten dalam meng- hambat pelepasan histamin dari sel mast (Nugroho er al., 2010; Nugroho e al, 201 1a; Nugroho er al., 2011b). Lebih lanjut, marmin menunjukkan potensi yang paling tinggi dibandingkan kedua senyawa lainnya. Marmin menghambat pelepasan histamin dari kultur sel mast melalui penghambatan signaling ion kalsium akibat penurunan influks ion kalsium ke dalam sel (Nugroho er al., 2011b). Penelitian selanjutnya, marmin juga dapat menghambat sintesis histamin pada kultur sel mast RBL-2H3 yang diinduksi antigen (Nugroho e# al., 201 1c), namun tidak mempengaruhi ckspresi mRNA enzim L-histidine decarboxylase (HDC), enzim pengkatalisis pemben- a tukan histamin dari histidin melalui teaksi dekarboksilasi. Ini menunjukkan bahwa marmin dalam menghambat sintesis histamin tidak berkaitan dengan transkripsi MRNA enzim HDC, dan kemung- kinan besar menghambat aktivitas dari enzim tersebut. Selanjutnya, marmin diuji efeknya tethadap beberapa reseptor fisiologis yaitu reseptor histamin, reseptor asetilkolin muskarinik, reseptor adrenergik, reseptor serotonin, dan reseptor GABA (Nugroho etal., 2011d). Marmin menunjukkan potensi antagonisme paling besar terhadap reseptor histamin-1. Marmin menghambat kontraksi otot polos trakea marmut akibat aktivasi pada reseptor histamin-1 dan pelepasan histamin, serta menghambat pelepasan Ca” intraseluler dari intracellular store dan influks Ca” melalui voltage- dependent Ca channels (Nugroho et al., 2011d; Nugroho ef al., 2012b). Di samping itu, marmin menunjukkan efek relaksasi pada otot polos trakea marmut melalui pelepasan PGE, tanpa melibatkan peran nitrit oksida, cGMP dan aktivasi reseptor 2 adrenergik (Husori ef al., 2012) Hadirin yang saya hormati, Upaya penemuan obat herbal di Indonesia juga dilakukan dengan pengembangan ekstrak tanaman, salah satunya adalah herba sambiloto (Andrographis paniculata). Tanaman tersebut dikembang- kan sebagai ekstrak herba terpurifikasi dan terstandarisasi. Upaya purifikasi tersebut ditujukan untuk meningkatkan kadar senyawa aktif di dalam ekstrak yaitu andrografolid hingga 10 kali lipat (Nugroho er al., 2012c). Senyawa tersebut dilaporkan menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang poten pada tikus diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2 melalui aksi molekuler meningkatkan ekspresi protein GLUT-4 (Yu et al, 2005), suatu protein membran yang berfungsi dalam transpor glukosa dari ekstraseluler menuju intraseluler. Ekstrak sambiloto terpurifikasi (dosis 434,6 mg/kg BB) menunjukkan aktivitas hipoglikemik yang cukup besar, sebanding dengan metformin (dosis 45 mg/kg BB). Ekstrak tersebut juga dapat meningkatkan ekspresi protein GLUT-4 membran sel otot pada tikus DM tipe 2 resisten insulin. Di samping itu, ekstrak tersebut juga menurunkan kadar LDL dan trigliserida pada tikus tersebut (Nugroho et al., 2012c). Subramanian er al. (2008) melaporkan bahwa ekstrak etanol sambiloto 10 dapat menghambat enzim a-amilase dan a-glukosidase secara in vitro, enzim yang berperan dalam proses absorpsi glukosa ke dalam tubuh. Serangkaian hasil-hasil penelitian di atas mengisyaratkan bahwa ekstrak sambiloto terpurifikasi potensial dikembangkan sebagai produk anti-diabetes melitus tipe 2 resisten insulin dengan mekanisme aksi utama peningkatan ekspresi protein GLUT-4 pada membran sel otat. Hadirin yang saya hormati, Strategi penemuan obat herbal berbasis farmakologi molekuler di Indonesia juga dilakukan melalui penelusuran fraksi aktif tanaman obat, salah satunya adalah awar-awar (Ficus septica Burm.f). Ekstrak etanolik tanaman tersebut menunjukkan efek sitotoksik yang poten terhadap sel kanker payudara T47D dengan nilai ICsq sebesar 13 pg/mL (Pratama er al., 2011), Ekstrak tersebut menginduksi apoptosis pada sel kanker payudara dan menyebabkan downregulasi pada ekspresi protein Bel-2 (Sekti er al, 2010). Penelitian in vivo, ekstrak dosis 750 mg/kg BB menginduksi apoptosis melalui jalur p53 pada tikus kanker diinduksi DMBA (Septhea er al., 2010). Selanjutnya, ekstrak etanol tersebut difraksinasi menghi beberapa fraksi yang kemudian diuji aktivitas sitotoksik pada sel T47D. Fraksi tidak larut heksan dan fraksi larut etil asetat menunjukkan aktivitas yang paling poten dengan nilai ICs berturut- turut sebesar 9,3 g/mL dan 13,7 pg/mL (Nugroho ef al., 201 1e). Kemudian, keduanya dipelajari mekanisme molekulernya (Nugroho et al., 20124). Perlakuan kombinasi dengan agen kemoterapi doksorubisin, fraksi aktif tersebut menunjukkan efek sinergisme yang sangat poten. Secara molekuler, fraksi aktif terscbut meningkatkan efek sitotoksik doksorubisin melalui perubahan penghambatan siklus sel Gx/M menjadi G1. Kombinasi tersebut dapat meningkatkan efek apoptosis dibandingkan dengan pemberian doksorubisin tunggal. Efek apoptosis dari kombinasi tersebut melalui peningkatan ekspresi cleaved-paly ADP-ribose polymerase (CPARP). PARP merupakan enzim signaling dalam sel, terlibat dalam perbaikan kerusakan DNA (Do dan Chen, 2012). Penghambatan PARP dapat mencegah proses perbaikan dan at kontribusi dalam proses apoptosis (Nugroho er a/.. 2012d). Penelitian in vivo, fraksi tidak larut’ heksan dapat menurunkan efek imunosupresan doksorubisin. Temuan ini menarik mengingat penggunaan doksorubisin dapat menyebabkan penekanan sistem imun tubuh. Penggunaan fraksi aktif tersebut selain dapat meningkatkan efek antikanker doksorubisin, juga dapat mengurangi efek samping penggunaan doksorubisin. Fraksi tersebut_ meningkatkan kapasitas limfosit, aktivitas fagositosis, kapasitas makrofag, peningkatan kadar ‘CD8+, serta menghambat ckspresi [L-10 pada hewan percobaan yang diberi perlakuan doksorubisin (Nugroho et al., 2012e). PERAN PADA PENEMUAN OBAT DARI SINTESIS Hadirin yang saya hormati, Fakultas Farmasi UGM telah berhasil menemukan_ seratus molekul baru (Supardjan, 2012) melalui upaya sintesis obat, dan bahkan delapan diantaranya dipatenkan di US Patent dengan nomer US 6.541.672 B1 tahun 2003 dan US 6.777.447 B2 tahun 2004. Hal ini merupakan prestasi membanggakan mengingat UGM merupakan universitas yang terdepan dalam perelehan US Patent di Indonesia. Senyawa-senyawa tersebut merupakan turunan kurkumin, senyawa aktif Kunyit (Curcuma longa). Hingga sekarang penelitian dan pengembangan senyawa-senyawa tersebut terus berjalan di bawah koordinasi group riset Curcumin Research Cemter (CRC) Fakultas Farmasi UGM. Salah satu analog kurkumin yang telah banyak dipelajari adalah pentagamavunon-0 (PGV-0). Senyawa tersebut dilaporkan menunjuk- kan aktivitas antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker (Sardjiman et al., 1997; Da’i et al., 2007). Penelitian efek PGV-0 sebagai agen antikanker beserta mekanisme molekulnya sudah banyak dilakukan olch Fakultas Farmasi UGM terutama melalui group riset Cancer Chemoprevention Researh Center (CCRC). Senyawa tersebut terbukti sitotoksik terhadap beberapa jenis sel kanker melalui cell cycle arrest dan pemacuan apoptosis. Efek induksi apoptosis tersebut dilaporkan melalui mekanisme peningkatan ekspresi protein cPARP, cleavage caspase-3, p53 dan Bax, serta penurunan ekspresi Bel-2. PGV-0 juga 12 menghambat ekspresi COX-2, dan diduga melibatkan penghambatan pada jalur NF«B (Da’i ef al., 2007; Nurulita dan Meiyanto, 2006). Selain PGV-0, Fakultas Farmasi juga sudah banyak meneliti senyawa analog kurkumin yang lain yaitu gamavuton (GVT-0). Selain proses sintesisnya mudah, bahan baku utama yang digunakan adalah aseton dan vanilin. Senyawa tersebut juga telah banyak diteliti aspek molekulerya. GVT-0 menunjukkan aktivitas antiinflamasi pada percobaan in vitro maupun in vive. GVT-0 juga dilaporkan lebih selektif menghambat enzim COX-2 dibandingkan COX-1 (Yuniarti er ai., 2012), Di samping itu, GVT-O juga mampu menghambat reaksi anafilaksis kutaneus aktif pada tikus yang diinduksi ovalbumin. Pada penelitian ix vitro, efek tersebut melibatkan penghambatan 1) proses aktivasi reseptor FceRI oleh antigen, dan/atau 2) Ca’* signalling dalam sel mast (Nugroho ey al., 2009). Pada tikus artritis yang diinduksi Complete Freund’s Adjuvant, GVT-0 mampu menghambat kerusakan kartilago dan menekan kadar Cytokine Il-1B dan TNF-a pada jaringan persendiaan (Ikawati, 2009). PERAN PADA MEKANISME MOLEKULER PENYAKIT Hadirin yang saya hormati, Selanjutnya akan saya sampaikan peran farmakologi molekuler dalam kaitannya dengan mekanisme molekuler suatu penyakit atau peristiwa homeostatis tubuh. Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa aksi obat bukan suatu aksi yang sederhana melainkan melibatkan aksi-aksi yang kompleks pada level molekuler. Fenomena homeostatis tubuh dan perkembangan suatu penyakit juga melibatkan serangkaian peristiwa tingkat molekuler. Dalam kesempatan ini saya akan member! contoh fenomena pelepasan insulin dari sel insulai Langerhans pankreas. Sederhananya, insulin akan dilepaskan oleh sel tersebut apabila kadar glukosa darah pada tubuh orang sehat meningkat. Namun, peristiwa tersebut membutuh- kan peristiwa yang sangat kompleks pada tingkat molekuler. Berikut ini saya sampaikan peristiwa molekuler pelepasan insulin dari sel B insulai Langerhans pankreas. Makanan (nasi, karbohidrat) setelah dikonsumsi akan mengalami degradasi menjadi senyawa yang lebih sederhana terutama glukosa, kemudian diabsorpsi dari saluran pencernaan menuju ke sirkulasi sistemik (peredaran darah). Glukosa merupakan senyawa polar sehingga untuk melintasi membran biologis memerlukan bantuan protein transporter. Soditan-glucose transport protein 1 (SGLT-1) dan Glucose transporter 2 (GLUT-2) berturut-turut membantu fransport glukosa dari lumen usus menuju mukosa usus, dan dari mukosa usus menuju ke sirkulasi sistemik (Rang er al., 2003). Ketika konsentrasi glukosa darah meningkat, giukosa akan masuk ke dalam sel B insulai Langerhans pankreas melalui GLUT-2. dan mengalami glikolisis dan siklus Krebs akan diubah menjadi ATP. Peningkatan ATP (rasio ATP: ADP) akan menutup kanal kalium pada membran sel (ATP-sensitive potassium channel), sehingga meng- hambat efluks ion kalium ke Luar sel dan kadar ion tersebut dalam sel meningkat. Kondisi ini menyebabkan kadar ion positif dalam sel lebih besar dibandingkan ekstraseluler, sehingga menyebabkan depolarisasi pada membran sel, dan menyebabkan terbukanya kanal kalsium membran sel (voltage-gated catcium ion channels). Hal ini akan menyebabkan influks ion kalsium ke dalam sel dan terjadi peningkatan kadar ion tersebut dalam sel, schingga menyebabkan enzim fosfolipase C menjadi aktif. Enzim tersebut berfungsi mendegradasi phosphatidyl inositol 4,5-bisphosphate (PIP) menjadi inositol 1,4,5-triphosphate (IP3) dan diacylglycerol (DAG). Molekul IP3 berinteraksi dengan reseptornya (reseptor Kanal ion) pada membran retikulum endoplasma (RE), menyebabkan kanal ion kalsium pada membran (ligand-gated calcium ion channels) RE terbuka dan ion kalisum keluar dari RE. Hal ini menyebabkan kadar ion kalsium dalam sel meningkat secara signifikan, dan merangsang pelepasan insulin (tersimpan dalam vesikel) dari sel B insulai Langerhans pankreas (Rang er al., 2003; Henquin, 2004; Olson, 2012). Obat yang mempunyai aksi atau target aksi pada serangkaian proses di atas pada sel B insulai Langerhans pankreas dinamakan obat dengan aksi pankreatik. Obat dengan aksi bukan pada B insulai Langerhans pankreas dinamakan obat dengan aksi eksrapankreatik. Insulin mempunyai target aksi reseptor insulin suatu reseptor protein kinase. Aktivasi pada reseptor insulin akan menghasilkan serangkaian proses biokimia di dalam sel yang salah satunya menyebabkan proses translokasi GLUT-4 dari sitoplasma menuju ke membran sel misalnya sel otot, adiposa, hati. Dalam hal ini, insulin merupakan regulator Kunci proses translokasi_ GLUT-4_ tersebut. Keberadaan protein transporter GLUT-4 tersebut pada membran sel menyebabkan glukosa berpindah dari darah menuju ke dalam sel sebagai substrat dalam metabolisme energi dan menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun (Henquin, 2004; Olson, 2012). FARMAKOLOGI MOLEKULER DALAM ERA POSTGENO- MIK: Hadirin yang saya hormati, Tidak bisa dipungkiri bahwa era sekarang peran farmakologi molekuler sangatlah penting. Penelitian farmakologi molekuler dan biomedik mengarah kepada identifikasi protein-protein regulator dan sistem signaling kompleks yang berperan dalam proses fisiologi normal atau kondisi patologis di beberapa sistem dalam tubuh. Era sekarang, penelitian farmakologi molekuler dapat menjelaskan urutan genom manusia, dan dapat menjadi dasar implementasi farmakologi molekuler dalam pengobatan. Seiring dengan peningkatan ilmu dan teknologi di bidang biomedik, farmakologi molekuler akan dapat menjelaskan: 1). identifikasi molekul target obat dalam sistem biologi, 2). interaksi obat dengan target molekul, dan 3). perbedaan nasib dan aksi obat pada beberapa individu akan menjadi lebih jelas. Penelitian farmakologi molekuler dan biomedik ditujukan untuk menetapkan informasi genetik, yang digunakan sebagai pedoman dalam penggunaan obat atau terapi pada subjek. Berkaitan dengan itu, respons obat atau terapi pada pasien bersifat individual, artinya respons klinik suatu pengobatan pada seorang pasien mungkin berbeda dengan pasien yang lain. Hal itu disebabkan karena adanya variasi pada urutan DNA protein-protein tubuh misalnya enzim metabolisme, reseptor, transporter obat sehingga menyebabkan perbedaan nasib obat dan/atau aksi obat antar individu. Di dalam klinik dan komunitas, farmakologi molekuler dalam kaitannya dengan faktor genetik tersebut akan sangat membantu scorang apoteker. Berdasarkan genetic make-up (profil genetik) nantinya dapat diperkirakan respons individu terhadap suatu penggunaan obat. Dalam hal ini, berdasarkan profil genetik seseorang 15 dapat dipilihkan suatu obat yang “tepat” pada proses terapi suatu penyakit schingga dapat menurunkan risiko efek samping obat, meningkatkan patient outcomes, dan menurunkan biaya pengobatan (Conn, 2007; Rang et ai., 2003). PENUTUP Hadirin yang saya hormati, Era sekarang, penelitian di Farmasi khususnya bidang Farma- kologi akan sangat berarti apabila mampu menelusuri mekanisme aksi molekuler suatu obat yang berasal dari berbagai sumber. Namun demikian, semakin molekuler sifat suatu penelitian maka semakin kompleks dan mahal penelitian tersebut. Untuk itu, skema penelitian dengan dana yang mencukupi, sarana dan prasarana yang memadai diperlukan dalam pelaksanaan penelitian molekuler, Hal ini sangatlah terasa ketika kita akan mempublikasikan hasil penelitian ke sebuah jurnal internasional ber-impact factor. Kalau kita lihat naskah-naskah di jurnal-jumal imtemasional ber-impacr factor tinggi, penelitian- penelitian di bidang farmakologi kebanyakan sudah sampai ke level molekuler. Oleh Karena itu, di Indonesia penelitian-penelitian di bidang farmakologi sudah saatnya dikembangkan ke arah molekuler untuk menentukan mekanisme aksi obat dan target obat spesifik daldm sel schingea menghasilkan hasil penelitian yang bisa dipublikasikan di level internasional. UCAPAN TERIMA KASIH Hadirin yang saya hormati, Sebagai akhir dari pidato pengukuhan ini perkenankanlah saya pada kesempatan ini menyampaikan rasa syukur dan terima Kasih kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan bimbingan-Nya Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional yang telah menetapkan saya sebagai Guru Besar sejak tanggal | Oktober 2012 pada usia 36 tahun 9 bulan. Rasa terima kasih yang mendalam juga saya sampaikan kepada yang terhormat Rektor UGM beserta para 16 Wakil Rektor, Pimpinan dan Anggota MWA, Senat Akademik dan juga Majelis Guru Besar, Saya juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Dekan beserta jajarannya, Ketua dan Anggota Senat Fakultas Farmasi UGM, Kepala Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik atas persetujuannya dalam pengusulan promosi jabatan Guru Besar. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada seluruh dosen Fakultas Farmasi UGM dan sivitas akademika atas bantuan dan kerjasamanya schingga proses pengusulan promosi jabatan Guru Besar bisa berjalan dengan lancar. Rasa terima kasih dan penghargaan juga saya haturkan kepada para guru saya di TK dan SD Kanisius Serengan Surakarta, SMP Negeri 3 Surakarta dan SMA Negeri | Surakarta atas bekal ilmunya sehingga saya bisa melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Terima kasih saya haturkan kepada Prof. Dr. Samhoedi Reksohadiprodjo (Alm) dan Dr. Sardjiman sebagai pembimbing skripsi S-1, yang mengenalkan dunia penelitian di Perguruan Tinggi kepada saya. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada yang terhormat Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar, Dekan pada saat itu dan sekaligus yang mendorong saya untuk menjadi dosen di Fakultas Farmasi ketika lulus pada tahun 1998, Secara tulus, saya haturkan terima kasih kepada Prof. Dr. Marchaban dan Prof. Dr. Subagus ‘Wahyuono selaku dekan-dekan Fakultas Farmasi UGM yang telah banyak memberikan waktu, kesempatan, dorongan dan motivasi untuk selalu berkembang dan berkarya setinggi-tingginya Rasa terima kasih senantiasa saya haturkan secara tulus kepada Prof. Dr. Lukman Hakim dan Drs. Djoko Suhardjono M.Sc. (Alm) selaku pembimbing thesis S-2. Rasa terima kasih juga saya haturkan secara tulus kepada Prof. Dr, Kazutaka Macyama, MD di School of Medicine Ehime University Japan, yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan program doktor (Ph.D.) di bidang farmakologi molekuler. Ucapan terima kasih saya haturkan kepada yang terhormat para senior saya Drs. Mulyono (Alm), Dr. Imono Argo Donatus (Alm), Prof. Dr. Lukman Hakim, Prof. Dr. Djoko Wahyono, Prof. Dr. Sugiyanto, Prof. Dr. Zullies Tkawati, Dra. Nurlaila M.Si. yang tidak hanya telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuan bagi 1 saya namun juga sudah banyak memberikan ruang, waktu, tata cara dan filosofi bagi saya untuk berkarya dan berprestasi. Kepada Ayahanda Moedjijono (alm) dan Ibunda Ninick Soedarni, ananda sampaikan rasa hormat dan terima Kasih yang tidak tethingga yang telah mengasuh, membimbing dan membesarkan saya. Semoga Allah SWT membalas amal baik Ayahanda dan Ibunda. Kepada Bapak Mertua (alm) dan Ibu Mertua, Soedijono, rasa terima kasih yang tulus saya haturkan. Selanjutnya rasa terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada istri saya Dr. Puji Astuti atas doa, dorongan, motivasi dan pengorbanannya selama ini. Kepada anak-anakku Mutiara Ramadhani Nugroho dan Aji Suryo Nugroho, semoga Allah SWT memberikan lindungan dan bimbingan selalu. Terima kasih juga saya sampaikan kepada kakak-kakak saya : Ir. Dolok Endro Marto, Drh. Wisnu Dwi Endro Utomo, dr. Tri Djoko Endro Susilo SpPK, Nesti Wibawawati SE beserta suami/istri atas kasih sayang dan perhatiannya selama ini. Kepada kakak-kakak ipar dari istri, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini. Hadirin yang saya hormati, Sebenamya masih banyak pihak yang ingin saya sampaikan ucapan terima kasih, namun karena keterbatasan ruang dan waktu saya mohon maaf tidak bisa menyebutkannya satu per satu, Sebagai akhir dari pidato pengukuhan ini, saya sampaikan terima kasih kepada para hadirin sekalian yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan sabar mendengarkan pidato di Balai Senat ini. Wassalamu'alaiktun wa rakmatulaahi wa barakaatuh 18 DAFTAR PUSTAKA Bowman WC, Rand MJ, 1980, Textbook of Pharmacology, 2" Ed.. Blackwell Scientific Publications, Melbourne. Brunton L, Parker K, Blumenthal, Buxton L, 2008, Goodman and Gliman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics, The McGraw-Hill Companies Inc, New York USA. Burnstock G, 2009, Autonomic neurotransmission: 60 years since sir Henry Dale, Annu Rev Pharmacol Toxicol, 49: 1-30. Conn PJ, 2007, Molecular Pharmacology in the Postgenomic Era, Mof Pharmacol, 71: 1-2 Da’i M, Supardjan AM, Meiyanto E, Jenie UA, 2007, Geometric Isomers and Cytotoxic Effect On T47D Cells of Curcumin Analogues PGV-0 and PGV-I, Indonesian J Pharm, 18 (1), 40 — 47. Do K, Chen A, 2012, Molecular Pathways: Targeting PARP in Cancer Treatment, Clin Cancer Res, Epub ahead of print. Henquin JC, 2004, Pathways in B-Cell Stimulus-Secretion Coupling as Targets for Therapeutic Insulin Secretagogues. Diabetes, 53 (supp 3): $48-S58. Husori DH, Riyanto S, Nugroho AE, 2012, Relaxation effect of marmin on guinea pig tracheal smooth muscle via NO- independent mechanisms, Asian Pac J Trop Disease, 2: $154- $158. Ikawati Z, 2009, Effect of GVT-0 on Cartilage Destruction of Rheumatoid Arthritis Induced by Complete Freund’s Adjuvant, Proceeding. The 1* International Seminar on Science and Technology, Indonesia. Katzenellenbogen BS, Montano MM, Ediger TR, Sun J, Ekena K. ef al., 2000, Estrogen receptors: selective ligands. partners, and distinctive pharmacology, Recent Prog Horm Res, 55: 163-193 Kenakin T, 2004, Principles: receptor theory in pharmacology, Trends Pharmacol Sci, 25 (4): 186-192 Nugroho AE, Ikawati Z, Sardjiman, Maeyama K, 2009, Effects of benzylidenecyclopentanone analogues of curcumin on histamine release from mast ceils, Biol Pharm Bull, 32 (5): 842-849. Nugroho AE, Riyanto S, Sukari MA, Maeyama K, 2010, Effects of 19 skimmianine on the histamine release from mast cells, J Basic Appl Sci, 6 (2): 141-148. Nugreho AE, Riyanto S, Sukari MA, Maeyama K, 201 1a, Affects of aegeline, a main alkaloid of Aegle Marmetos Correa leaves, on the histamine release from mast cells, Pak J Pharm Sci, 24 (3): 359-367. Nugroho AE, Riyanto $, Sukari MA, Maeyama K, 2011b, Anti- allergic effects of marmin, a coumarine isolated from Aegle Marmelos Correa : In vitro study, Int J Phytomed., 3: 84-97. Nugroho AE, Sahid NA, Riyanto S, Macyama K, Ikawati Z, 201 1c, Effects of marmin on L-histidine decarboxylase enzyme in RBL- 2H3 ceils, Thai J Pharm Sci, 35: 1-7. Nugreho AE, Anas Y, Arsito PN, Wibowo JT, Riyanto S, Sukari MA, 201 1d, Effects of marmin, a compound isolated from Aegle marmelos Correa, on contraction of the guinea pig-isolated trachea, Pak J Pharm Sci, 24 (4): 427-33, Nugroho AE, Ikawati M, Hermawan A, Putri DDP, Meiyanto E, 2011e, Cytotoxic Effect of Ethanolic Extract Fractions of Indonesia Plant Ficus septica on Human Breast Cancer T47D cell lines, Int J Phytomedicine, 3 : 216-226. Nugroho AE, 2012a, Prinsip Aksi dan Nasib Obat dalam Tubuh, PT Pustaka Pelajar Indonesia. Nugreho AE, Wibowo JT, Riyanto S, 2012b, Marmin, a compound from Aegle marmelos Correa., relaxes the ovalbumin-induced contraction of trachea, Int J Pharm Pharm Sci, 4 (Suppl 1): 479- 484, Nugroho AE, Andrie M, Warditiani NK, Siswanto E, Pramono S, Lukitaningsih E, 2012c, Antidiabetic and antihiperlipidemic effect of Andrographis paniculata and ardrographolide in high- fructose-fat-fed rats, Indian J Pharmacol, 44 (3): 377-381. Nugroho AE, Hermawan A, Putri DDP, Meiyanto E, Hakim L, 2012d. Synergistic effects of ethyl acetate fraction of Ficus septica and doxorubicin chemotherapy on T47D Inunan breast cancer cell line, J Chin Integr Med, 10 (10); 1162-1170, Nugroho AE, Hermawan A, Nastiti K, Suven, Elisa P, Hadibarata T, Meiyanto E, 2012e, Imimunomodulatory effect of hexane insoluble fraction of Ficus septica Burm. F. on doxorubicin- 20 treated rats, Asian Pacific J Cancer Prev, 13 (11): 5785-5790 Nurulita NA, Meiyanto E, 2006, The anticancer effects of PGV-0 to TA7D cell induced by 17-f-Estadiol through apoptosis induction and angiogenesis suppression, Sains Kesehatan, 19 (1): 109-125. Oliverio A, 2008, Daniel Bovet and his role in the development of psychobiology, Med Secoli., 20.(3): 891-905. Olson AL, 2012, Regulation of GLUT4 and Insulin-Dependent Glucose Flux, ISRN Mol Biol, 2012: I-12. Pratama RH, Ikhtiarsyah YG, Fitriasari A, Anindyajati, er ar., 2011, Awar-awar Ehanolic Extract’ Enhances Cytotoxic of Doxorubicin on F47D Cells, Indo J Pharm Sci, 9 (1): 67-71 Rang HP, Dale MM, Ritte JM, 2003, Pharmacology, 4" Ed., Churchill Livingstone, Melbourne. Riyanto §, 2003, Phytochemical studies and bioactivity tests of Murraya paniculata, Aegle marmelos, and Zingiber amaricans, Dissertation, Universiti Putra Malaysia. Rubin RP, 2001, Pharmacological A Brief History of Great Discoveries in Pharmacology, Reviews, 59 (4) : 289-259. Sardjiman MS, Reksohadiprodjo S. Hakim L. van der Goot, Timmerman H, 1997, 1.5-Diphenyl-i,4-pentadiene-3-ones asd analogues as antioxidative agent, Eur J Med Chem, 32: 625- 630. Sekti DA, Mubarok MF, Armandani 1, Junedy S, Meiyanto E, 2010, Ficus Septica leaves ethanolic extract-induced apeptasis of MCF-7 cells by downreg of Bcl-2, J Trad Med, 15 (3): 100-104. Septhea DB, Anindyajati, Darma A, Nurzijah I, Nugroho AE, 2010, Ficus septica Ethanolic Extract Induces Apoptosis in DMBA- induced Rat Liver Cancer, Indo J Cancer Chemoprev, 2 (2): 242-248 ‘ Subramanian R, Asmawi MZ, Sadikun A, 2008, in vitro enzyme inhibitory effects of Andrographis paniculata extract and andrographolide, Acta Biochim Pol, 55 (2): 391-398. Supardjan AM, 2012, Kinyér (curcuma longa), Tinjauan Filosofis dan Jhniah, Seminar Nasional, Fakultas Farmasi UGM. Yuniarti N, Nugroho PA, Asyhar A, Sardjiman et al., 2012, In vitro and In Silico on Curcumin and its Analogues as Dual Inhibitors for COX-1 and COX-2, ITB J Sci, 44A (1): 51-66. 21 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Agung Endro Nugroho Tempatitgl lahir —_; Surakarta, 15 Januari 1976 Pangkat/Gol/Jabatan: Pembina/TVa/Guru Besar (tmt 1 Okt 2012) Alamat Kantor Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM Alamat Rumah —— : Perum Kavling UII J. Kaliurang KM 13,8, Ngaglik, Sleman Nama Istri : Dr. Puji Astuti, M.Sc., Apt. Nama Anak : Mutiara Ramadhani Nugroho (9 thn) dan Aji Suryo Nugroho (2 thn) Riwayat Pendidikan - SD Kanisius Serengan Surakarta, lulus tahun 1987. — SMP Negeri 3 Surakarta, lulus tahun 1990, — SMA Negeri | Surakarta, lulus tahun 1993, = Sarjana Farmasi (S-1) Fakultas Farmasi UGM, lulus tahun 1998. — Magister Sain (S-2) Fakultas Farmasi UGM, lulus tahun 2001 — Apoteker Fakultas Farmasi UGM, lulus tahun 2002. — Doctor of Philosophy (S-3), School of Medicine, Ehime University Japan, lulus 2009. Riwayat Jabatan/Pekerjaan — Dosen Fakultas Farmasi UGM, 1999 —sekarang — Staf Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, 2004-2005. — Reviewer Pakistan Journal of Pharmaceutical Science (IF=1.1), 2009-sekarang. — Reviewer Tumor Biology (Springer, IF=2,143), 201 1-sekarang, — Editorial Board of Indonesian Journal of Pharmacy, 2010-sekarang. — Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerja- sama dan Alumni Fakultas Farmasi UGM, 2012-sekarang. 2 Publikasi Ilmiah (2010-2013, terseleksi dan sebagian sudah tersaji dalam dafiar pustak) © Nugroho, AE, Wahyono, Wahyuono, $.. Maeyama, K., 2010, Effects of Dihydrocubebin, a lignan from Indonesian Plant Piper cubeba, on the histamine release from rat mast cells, Oriental Pharm Exp Med, 10 (3): 200-207. e Liu, S., Nugroho, AE., Shudou, M. Maeyama, K., 2011, Regulation of mucosal mast cell activation by short Interfering RNAs targeting syntaxin 4, Immunology and Cell Biology, 89 (8), 1-9 (www.nature.com/icb) © Nugroho, AE, Malik, A., Pramono, S., 2013, Total phenolic and flavonoid contents, and in vitro antihypertension activity of purified extract of Indonesian cashew leaves (Anacardium occidentale L.), Int Food Res J., 20 (1): 299-305. * Nugroho AE, Hermawan A, Putri DDP, Novika A, Mciyanto E, 2013, Combinational Effects of Hexane Insoluble Fraction of Ficus septica Burm. F. and Doxorubicin Chemotherapy on T47D Breast Cancer Cells, Asian Pac J Trop Biomed. In Press. Kegiatan Penelitian (Tahun 2012, sebagai penanggungjawab) © Uji Aktivitas Imunomodulator Fraksi Aktif Ekstrak Etanolik Awar-Awar (Ficus septica Burm.f) sebagai Agen kemoterapi secara In vivo, Proyek Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2012. * Kombinasi Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Pegagan (Centella asiatica L.) sebagai Obat Herbal Terstandarisasi Anti Diabetes Mellitus Tipe 2 Resisten Insulin, Program Insentif Riset Inkubasi UGM Tahun Anggaran 2012. * Uji Efek Pankreatik Andrografolid Dan Ekstrak Sambiloto Terpurifikasi Pada Tikus Diabetes Mellitus Tipe 2 Defisiensi Insulin, IM-HERE RESEARCH GRANT Tahun 2012. Penulisan Buku © Prinsip aksi obat & Nasib obat dalam tubuh, 2012, PT Pustaka Pelajar Yogyakarta. * Farmakologi : Obat-obat penting dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Kesehatan, 2012, PT Pustaka Pelajar Yogyakarta.

You might also like