Professional Documents
Culture Documents
Short Birth Length as One of The Determinant Factors of Child Growth and
Development Delays on Children Aged 6-23 Months in Jaticempaka, Pondok Gede
District, Bekasi
ABSTRACT
Malnutrition early in life will have an impact on the quality of human resources. Malnourished children
will experience a failure to achieve optimal growth and development. This study aims to determine factors
associated with growth and development of children aged 6-23 months. This study used cross sectional
design conducted in the village Jaticempaka, PondokGede, Bekasi. The population is children aged 6-23
months with a total samples of 95. Growth was defined by nutritional status using length for age index.
Child development was measured by using Denver Developmental Screening Test II. Dataof gender, age,
morbidity, birth weight and length and parents characteristics were collected using questionnaire. The data
analysis was performed using univariate, bivariate and multivariate. The results showed that gender, age,
birth length, and father’s education were significantly associated with child growth and development. Birth
length is one of the determinant factors of growth and development of children. Children who shorter in
birth length has the opportunity to experience three times more likely to experience stunting and
developmental delay (OR adj=3.08 ; CI 95% 1.03-9.15) after being controlled by age, gender and level of
father’s education. The consumption pattern of balanced nutrition both during pregnancy and early life of
the child and father support knowledge about nutrition and health are needed so that children can grow and
develop optimally.
ABSTRAK
Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Anak
yang kurang gizi akan mengalami kegagalan mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan keterlambatan tumbuh kembang anak umur 6-23 bulan.
Penelitian ini menggunakan disain crossectional yang dilakukan di Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan
Pondok Gede, Kota Bekasi. Populasi adalah anak umur 6-23 bulan dengan total sampel diperoleh 95 umur
6-23 bulan. Status gizi dihitung berdasarkan indeks TB/U. Perkembangan diukur berdasarkan alat ukur
Denver Developmental Screening Test II. Data jenis kelamin, umur, morbiditas, berat badan dan panjang
badan lahir dan karakteristik keluarga dikumpulkan menggunakan kuesioner. Analisis data yang dilakukan
adalah multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin, umur
dan panjang badan lahir berhubungan bermakna dengan tumbuh kembang anak. Panjang badan lahir
merupakan salah satu determinan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang panjang badan
lahirnya pendek memiliki peluang 3 kali lebih besar mengalami mengalami stunting dan keterlambatan
perkembangan (OR adj=3,08 ; CI 95% 1,03-9,15) setelah dikontrol oleh variabel umur anak, jenis kelamin
anak dan tingkat pendidikan ayah. Pola konsumsi gizi seimbang baik pada saat kehamilan dan awal
kehidupan anak serta dukungan pengetahuan ayah tentang gizi dan kesehatan diperlukan agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.
43
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 1, Juni 2016 : 43 - 55
44
Panjang badan lahir pendek...(Nurillah A, Kencana S, Indri YS)
mempunyai ibu yang tingkat pengetahuan (52 responden) dan 45,3 persen (43
gizi kesehatannya rendah, responden).
yaitu masing- masing sebesar 54,7 persen
47
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 1, Juni 2016 : 43 - 55
48
Panjang badan lahir pendek...(Nurillah A, Kencana S, Indri YS)
50
Panjang badan lahir pendek...(Nurillah A, Kencana S, Indri YS)
Tabel 4. Faktor Determinan yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Umur 6-23
Bulan
OR
Status tumbuh kembang adj 95% CI For
B P value
(Exp Exp (B)
Variabel B)
Normal Suspect
n % n % Lower Upper
Umur Anak
6-11 bulan (0) 26 76,5 8 23,5
12-23 bulan 29 47,5 32 52,5 1,38 3,96 1,38 11,32 0,01
Jenis Kelamin
Perempuan (0) 33 68,7 15 31,3
Laki-laki 22 46,8 25 53,2 1,36 3,88 1,45 10,36 0,007
Panjang badan lahir
Normal (0) 47 66,2 24 33,8
Pendek 8 33,3 16 66,7 1,12 3,08 1,03 9,15 0,043
51
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 1, Juni 2016 : 43 - 55
(Candra, A., Puruhita, N., dan Susanto, berlanjut terus di masa dewasa, dengan
2011). mengurangi produktivitas kerja. Pada
wanita, terjadi peningkatan risiko kematian
Stunting pada anak merupakan
saat melahirkan dan hasil kelahiran yang
indikator status gizi yang dapat memberikan
merugikan dimana di seluruh dunia sekitar
gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi
sepertiga anak-anak prasekolah adalah
secara keseluruhan di masa lampau. Stunting
stunting.
yang terjadi pada masa anak merupakan
faktor risiko meningkatnya angka kematian, Berbagai penelitian telah dilakukan
kemampuan kognitif dan perkembangan untuk mempelajari faktor yang berhubungan
motorik yang rendah dan fungsi tubuh yang dengan stunting. Berdasarkan penelitian
tidak seimbang. Kejadian stunting case control pada anak umur 1-2 tahun yang
berhubungan dengan berbagai macam faktor dilakukan di Kota Semarang menyatakan
antara lain lingkungan keluarga (pendidikan, bahwa tidak terdapat hubungan jenis
pekerjaan, pendapatan, pola asuh, pola kelamin, tinggi badan ibu, riwayat MP ASI,
makan dan jumlah anggota rumah tangga), ASI eksklusif, infeksi dan imunisasi
faktor gizi (ASI eksklusif dan lama terhadap kejadian stunting. Pada penelitian
pemberian ASI), faktor genetik, penyakit tersebut yang dianggap sebagai faktor risiko
infeksi dan kejadian BBLR (Wahdah, 2012). stunting adalah tinggi badan ayah, riwayat
BBLR dan riwayat underweight (Candra, A.,
Anak yang stunting akan berdampak
Puruhita, N., dan Susanto, 2011).
pada pertumbuhan dan perkembangannya
kelak dan perkembangan tidak normal. Berbeda dengan hasil penelitian di
Menurut Unicef bila anak mengalami atas, pada penelitian ini ternyata ditemukan
kegagalan pertumbuhan (growth faltering) hubungan yang bermakna antara jenis
maka tidak saja berdampak terhadap kelamin dengan pertumbuhan dan
pertumbuhan fisik anak, melainkan juga perkembangan anak yang tidak normal
perkembangan kognitif dan kecerdasan (stunting dan suspect) dimana proporsi laki-
lainnya. Meski gangguan pertumbuhan fisik laki yang mengalami pertumbuhan dan
anak masih dapat diperbaiki di kemudian perkembangan yang tidak normal lebih
hari dengan peningkatan asupan gizi yang besar dibandingkan perempuan. Berdasarkan
baik misalnya, namun tidak dengan hasil penelitian ini sebagian besar anak laki-
perkembangan kecerdasannya. Hal inilah laki cenderung lebih berkembang pada
yang membuat periode emas awal kemampuan motorik kasarnya sehingga
kehidupan anak merupakan masa kritis dimungkinkan anak laki-laki terlambat pada
untuk investasi gizi ke masa depan, terutama aspek lainnya misalnya motorik halusnya.
dalam mencapai pertumbuhan dan
Bila dilihat proporsinya anak laki-
perkembangan anak yang optimal (Unicef,
laki mempunyai persentase pertumbuhan
2012).
dan perkembangan tidak normal yang lebih
Grantham-McGregor (Grantham- besar (53,2%) dibandingkan perempuan
McGregor S., Cheung Y.B., Cueto S., (31,3%). Hal ini sejalan dengan hasil
Glewwe P., Richter L., 2007) menyatakan penelitian Mahgoup (2006) yang
bahwa stunting merupakan kegagalan menunjukkan bahwa kejadian wasting,
pertumbuhan linier karena kekurangan gizi stunting dan undernutrition secara signifikan
dan infeksi baik sebelum dan sesudah lebih umum terjadi pada anak laki-laki
kelahiran. Semba (Semba, RD., de Pee, S., daripada anak perempuan. Berkaitan dengan
Sun, K., Sari, K., Akhter, N., Bloem, 2008) perkembangan anak, penelitian Suryaputri di
juga menyatakan bahwa stunting pada anak Bogor pada tahun 2013 bahwa jenis kelamin
umur dini dikaitkan dengan kognitif, anak laki-laki juga lebih banyak yang
motorik, dan perkembangan sosioemosional memiliki kemampuan motorik suspect
yang rendah dan meningkatkan mortalitas. (diduga adanya keterlambatan) sebanyak 38
Anak pendek juga tidak dapat mencapai persen dibandingkan dengan anak
potensial pertumbuhan secara penuh dan perempuan sebanyak 36 persen. Penelitian
akan menjadi remaja dan dewasa yang yang sejalan ialah hasil penelitian Shinto
terhambat. Konsekuensi dari stunting akan bahwa angka gangguan perkembangan pada
52
Panjang badan lahir pendek...(Nurillah A, Kencana S, Indri YS)
53
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 15 No 1, Juni 2016 : 43 - 55
Dijelaskan pula oleh Paiva et al (2012) tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal
dalam Solihin ( 2013) bahwa anak stunting penting lainnya yang perlu dilakukan adalah
mengalami hambatan proses kematangan adanya peranan tenaga kesehatan dan
otot-ototnya sehingga kemampuan mekanik masyarakat untuk meningkatkan dan
otot berkurang. Hal ini berdampak pada mengaktifkan kembali berbagai kegiatan
kemampuan motorik yang rendah. dalam rangka perbaikan konsumsi dan
peningkatan pengetahuan pada ibu hamil.
Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan hasil penelitian Ernawati (2014)
pada anak umur 12 bulan di Bogor.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian tersebut menyatakan bahwa
terdapat korelasi antara nilai z-skor panjang Terima kasih yang tak terhingga
badan menurut umur pada bayi baru lahir kepada seluruh pihak yang telah mendukung
dengan perkembangan motorik dan sosial kegiatan penelitian Risbinkes ini yaitu
emosi sejak bayi berumur nol bulan. Pada kepada Kepala Badan Litbangkes, Tim
anak lahir stunting nilai median Pembina Risbinkes Badan Litbangkes
perkembangan bahasa lebih rendah terutama Dr. Anies Irawati dan Dr. Astuti
dibandingkan kelompok yang normal. Lamid MCN, Kepala Pusat Teknologi
Intervensi Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk
KESIMPULAN DAN SARAN melakukan penelitian ini. Kepada tim
peneliti dan enumerator serta responden
Kesimpulan
yang telah membantu dengan kerja keras
Umur, jenis kelamin, dan panjang dan semangatnya sehingga penelitian
badan lahir merupakan faktor-faktor yang Risbinkes ini bisa berjalan dengan lancar
menentukan status tumbuh kembang anak sampai dengan selesai.
usia 6-23 bulan. Anak umur 12-23 bulan
mempunyai peluang hingga 4 kali, anak
laki-laki juga mempunyai peluang hingga 4 DAFTAR PUSTAKA
kali, atau anak dengan panjang badan lahir American Academy of Pediatrics, 2001.
pendek mempunyai peluang 3,08 kali lebih Developmental surveillance and screening of
besar untuk mengalami stunting dan infants and young children [WWW Document].
keterlambatan perkembangan. 108(1).
Anugraheni, H., 2012. Faktor risiko kejadian stunting
Asupan gizi yang mencukupi untuk pada anak umur 12-36 bulan di Kecamatan Pati,
ibu hamil, pola asuh dan pemenuhan gizi Kabupaten Pati. Universitas Diponegoro.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008.
yang cukup sampai anak berusia 23 bulan Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007.
harus dipastikan terpenuhi sehingga anak Jakarta.
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009.
Penelitian ini membuktikan pentingnya Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
pemenuhan gizi pada masa 1000 hari (RISKESDAS) Provinsi Jawa Barat Tahun
2007. Jakarta.
pertama kehidupan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2011.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010.
Jakarta.
Saran Berkman, D.S., Lescano, A.G., Gilman, R.H., Lopez,
S.L., and Black, M.M., 2002. Effects of
Bagi pemerintah perlu upaya untuk stunting, diarrhoeal disease, and parasitic
lebih memasyarakatkan program 1000 hari infection during infancy on cognition in late
childhood: a follow up study. [WWW
pertama kehidupan karena pertumbuhan dan
Document]. URL
perkembangan anak dimulai saat masih http://www.sciencedirect.com/science/article/pii
dalam kandungan. Memasyarakatkan pola /S0140673602077449 (accessed 7.24.13).
konsumsi dengan gizi seimbang baik pada Candra, A., Puruhita, N., dan Susanto, J., 2011. Risk
saat sebelum hamil, masa kehamilan dan factors of stunting among 1-2 years old children
in Semarang City. Media Med. Indones. 45,
awal kehidupan anak serta dukungan 206–212.
pengetahuan ayah tentang gizi dan Ernawati, F., Muljati, S., Dewi S.M., Safitri, A., 2014.
kesehatan diperlukan agar anak dapat Hubungan panjang badan lahir terhadap
54
Panjang badan lahir pendek...(Nurillah A, Kencana S, Indri YS)
perkembangan anak umur 12 bulan. Penelit. Semba, RD., de Pee, S., Sun, K., Sari, K., Akhter, N.,
Gizi Makanan 37, 109–118. Bloem, M., 2008. Effect of parental formal
First LR, JS, P., 1994. The infant or young child with education on risk of child stunting in Indonesia
developmental delay [WWW Document]. N. and Bangladesh: a cross-sectional study. Lancet
Engl. J. Med. URL 371, 322–328.
www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM1994021 Sintho, R., Oktaria, S., Astuti, SL., Mirdhatillah, S.,
7330078 (accessed 2.28.16). Sekartini, R., Wawolumaya, C., 2008.
Grantham-McGregor S., Cheung Y.B., Cueto S., Penapisan perkembangan anak umur 6 bulan –
Glewwe P., Richter L., S.B., 2007. 3 tahun dengan uji tapis perkembangan Denver
Developmental potential in the first 5 years for II. Sari Pediatr. 9, 348–353.
children in developing countries. Lancet 369, Soetjiningsih, 2012. Tumbuh Kembang Anak. EGC,
60–70. Jakarta.
Hastono, S.P., 2007. Analisis data kesehatan. Fakultas Solihin, RDM., Anwar, F., dan Sukandar, D., 2013.
Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Kaitan antara status gizi, perkembangan
Kartika, V., Prihatini, S., Syafrudin, Jahari, B.A., kognitif dan perkembangan motorik pada anak
2000. Pola pemberian makan anak (6-18 bulan) umur prasekolah. Penelit. Gizi dan Makanan
dan hubungannya dengan pertumbuhan dan 36, 62–72.
perkembangan anak pada keluarga miskin dan Suryaputri, IY., Rosha, BC., Puspitasari, D., 2013.
tidak miskin. Penelit. Gizi dan Makanan 23, Hubungan parenting style dengan status gizi
37–47. dan kemampuan motorik anak usia 2-5 tahun di
Kementerian Kesehatan, 2012. 1000 Hari Kota Bogor, Jawa Barat. Jakarta.
pertumbuhan yang menentukan [WWW Tandry, N., 2010. Bad behaviours, tantrums, and
Document]. URL temper. Elex Media Komputindo, Jakarta.
http://www.depkes.go.id/downloads/advertorial Tjandrajani, A, Dewanti A, Burhany AA, & W.J.,
-dewi/7 Adv1000hari.pdf (accessed 7.22.13). 2012. Keluhan utama pada keterlambatan
Kusharisupeni, 2002. Peran status kelahiran terhadap perkembangan umum di klinik khusus tumbuh
stunting pada bayi : seguah studi prospektif. J. kembang RSAB Harapan Kita [WWW
Kedokt. Trisakti 23, 73–80. Document]. Sari Pediatr. URL
Madanijah, S., 2004. Lingkungan pengasuhan dan saripediatri.idai.or.id/pdfile/13-6-1.pdf
tumbuh kembang anak. (accessed 2.27.16).
Mahgoup, Salah EO, et al., 2006. Factor Affecting Unicef, 2012. Ringkasan kajian gizi ibu dan anak
Prevalence of Malnutrition Among Children [WWW Document]. URL
Under Three Years Og Age In Botswana. http://www.unicef.org/ indonesia/id/A6_-
AJFAND Online 6. _B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf\ (accessed
Rahmaulina , N.D., Hastuti, D., 2008. Hubungan 7.18.13).
pengetahuan ibu tentang gizi dan tumbuh Wahdah, S., 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting
kembang anak serta stimulasi psikososial pada Anak Umur 6-36 Bulan di Wilayah
dengan perkembangan kognitif anak umur 2-5 Pedalaman Kecamatan Silat Hulu Kabupaten
tahun. J. Ilmu Kel. Konsum. 1. Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat.
Rosenberg, SA., Zhang, D and Robinson, C., 2008. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Prevalence of developmental delays and WHO, 2009. Early child development [WWW
participation in early intervention. Pediatric Document].
121, 1503–1509.
55