You are on page 1of 21
Sas permainan yang layak (fair play-beginsel) 27 Menurut Indoharto, asas-asas yang bersifat formal, yaitu asas-asas yang Penting artinya dalam rangka mempersiapkan susunan dan motivasi dari suatu beschikking. Jadi menyangkut segi lahiriah dari beschikking itu, yang Meliputi asas-asas yang berkaitan dengan proses persiapan day Proses pembentukan keputusan, dan asas-asas yang, berkaitan dengan pertimbangan (motivering) serta susunan keputusan, Asas-asas yang bersifat material tampak pada isi dari kep pemerintah.” Termasuk kelompok asas yang bersifat material a substansial ini adalah asas kepastian hukum, asas persamaan, asa larangan sewenang-wenang (willekeur), larangan penyalahgunaan kewenangan (detournement de pouvoir) 2° 2. Macam-macam AAUPB Telah disebutkan bahwa AAUPB merupakan konsep terbuka dan lahir dari proses sejarah, oleh karena itu, terdapat rumusan yang beragam mengenai asas-asas tersebut. Meskipun demikian, dalam buku ini tidak dibicarakan mengenai rumusan yang beragam i namun hanya memuat AAUPB yang telah dirumuskan oleh para penulis Indonesia, khususnya Koentjoro Purbopranoto dan SF. Marbun. Macam-macam AAUPB tersebut, adalah sebagai berikut. a. Asas kepastian hukum (principle of legal security); b. Asas keseimbangan (principle of proportionality); c. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality); d. Asas bertindak cermat (principle of carefulness); 7D. de Haan, etal., op.c *Indroharto, Asas-asas Lotulu: it lung, Op.cit., him, 154, » etal,, op.cit., hm. 70, y/Willem "Ateng Syafrudin, 4 i iar’ Wi Konijnenbele, op.cit., him, 342 op.cit., hlm. 40, lihat juga H.D. van . him. 66. tus E- Umum Pemerintahan yang Baik, vide P™" 245 ~ Hukum administrast WeBe"~ inciple of motiva- | untuk setiap keputusan (principle of otivasl asm ven a mencampuradukan kewenangan (principle of non f A ase feompetence)s sas permainan yang : i" sas keadilan dan kewajaran of arbitrariness); ; i Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar : (principle of meeting raised expectation); j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the concequences of an annuled decision); ‘Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi (principle of protecting the personal may of life); 1. Asas kebijaksanaan (sapientia); Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public layak (principle of fair play); (principle of reasonable or prohibition service) . Berikut ini akan ditampilkan rincian dari masing-masing asas- asas umum pemerintahan yang baik tersebut.*! a. Asas Kepastian Hukum Asas kepastian hukum memiliki dua aspek, yang satu lebih bessfat hukum material, yang lain bersifat formal. Aspek hukum teen terkait erat dengan asas kepercayaan. Dalam banyak ae Le kepastian hukum menghalangi badan pemerintahan Tn [ee Kembali suatu keputusan atau mengubahny? erugian yang berkepentingan.” Dengan kata lain, as9 ini y Sebagi . joro Purbopra ian an far Koentjoro 70t0, op eit ian besar rincian asas-asas ini merujuk pada } hormatinya hak yang telah diperoleh seseorang n pemerintah, meskipun keputusan hukum, setiap keputusan yang telah dak untuk dicabut kembali, sampaj dilan. Adapun aspek yang bawa serta bahwa terkait pada menghendaki di berdasarkan suatu keputusa itu salah. Jadi demi kepastian dikeluarkan oleh pemerintah ti dibuktikan sebaliknya dalam proses pera bersifat formal dari asas kepastian hukum mem keputusan yang memberatkan dan ketentuan yang keputusan-keputusan yang menguntungkan, harus disusun dengan kata-kata yang jelas. Asas kepastian hukum memberikan hak kepada yang berkepentingan untuk mengetahui dengan tepat apa yang dikehendaki daripadanya. Unsur ini memegang peran misalnya pada pemberian kuasa surat-surat perintah secara tepat dan dengan tidak mungkin adanya berbagai tafsiran yang dituju harus dapat terlihar, kewajiban-kewajiban apa yang dibebankan kepadanya.** Asas inj berkaitan dengan prinsip dalam Hukum Administrasi Negara, yaitu asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yang berarti setiap keputusan badan atau pejabat tata usaha negara yang dikeluarkan dianggap benar menurut hukum, selama belum dibuktikan sebaliknya atau dinyatakan sebagai keputusan yang bertentangan dengan hukum oleh hakim administrasi. b. Asas Keseimbangan Asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara hukuma: jabatan dan kelalaian atau kealpaan seorang pegawai. Asas ir menghendaki pula adanya kriteria yang jelas mengenai janis-jet atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan yang dilakukan seseor@'t sehingga memudahkan penerapannya dalam setiap kasus yang ace dan seiring dengan persamaan perlakuan serta sejalan de" epastian hukum. Artinya terhadap pelanggaran atau kelp serupa yang dilakukan orang yang berbeda akan dikenakan sak *Ybid., him. 45, sesuai dengan kriteria yanB ada dalam peraturan per- gan yang berlaku. eimbangan ini terdapat contoh dalam ositif yang berisi kriteria pelanggaran dan penerapan ksiny yaitu sebagaimana terdapat dalam Pasal 7 PP No. 53 a 7010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai. Di dalam pasal tersebut ditentukan sebagai berikut. 1) Hukum disiplin ringan berupa; ama, undan, indonesia asas kes yan yndang- Dik pukum P a) Teguran lisan. b) Teguran tertulis; dan c) Pernyataan tidak puas secara tertulis. 2) Hukuman disiplin sedang berupa; a) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk selama 1 (satu) tahun. b) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. 3) Hukuman disiplin berat berupa; a) Penurunan pangkat yang setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c) Pembebasan dari jabatan; d) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan e) Pemberhentian tidak deng m Mengambil Keputusan ar badan pemerintahan mengambil i tidak bertentangan) atas kasus- j an hormat sebagai PNS. © Asas Kesamaan dala! . Asas ini menghendaki ag UNdakan yang sama (dalam ane =~ ki demikian, agaknya dalam ees ere EE esa youn adanya kesamaan mutlak Kenyataan ae ee oleh Karena itu, menurut Philipus M. Fladjon. asas ini memaksa pemerintah ae eae kebijakan. Bila pemerintah dibadapkan pada tugas a Vane ae rangka itu harus mengambil banyak sekali keputusan tata a negara, maka pemerintah memerlukan aturan-aturan atau pedo. m in-pedoman. Bila pemerintah sendiri menyusun aturan-aturan (pedoman-pedoman) itu untuk memberi arah pada pelaksanaan wewenang bebasnya, maka itu disebut aturan-aturan kebijakan. Jadi tujuan aturan-aturan kebijakan ialah menunjukkan perwujudan asas perlakuan yang sama atau asas persarmaan yang berlaku bagi setiap orang. Karena tidak ada kasus yang mutlak sama dengan kasus lain kendatipun tampak serupa, maka ketika pemerintah menghadapi berbagai-kasus yang tampaknya sama itu, ia harus bertindak cermat untuk mempertimbangkan titik-titik persamaan. Pemerintah dapat pula menerapkan KTUN yang pernah dikeluarkan pada kasus yang faktanya sama. Akan tetapi, bukan berarti dapat menerapkan KTUN yang salah atau keliru, yang pernah dikeluarkan untuk kasus- kasus sebelumnya. Asas ini terkesan kabur bila dikaitkan dengan pendapat van Vollenhoven, yang menyatakan bahwa sifat tindakan pemerintahan itu kasuistis, artinya suatu peristiwa tertentu tidak berlaku tindakan yang sama terhadap peristiwa lainnya. d. Asas Bertindak Cermat atau Asas Kecermatan a oe agar pemerintah atau administ™ pea alam melakukan berbagai aktivitas penyele® kerugan tg ea Pemerintahan, sehingga tidak menimbulk 8a negara. Apabila berkaitan dengan tind bertii *Phili ilipus M, Hadjon, et.al, op.cit., him. 271. 249 ~ Hukum Administrasi Negara rkan keputusan, maka pemerintah nbangkan secara cermat dan teliti semua faktor dan daan yang berkaitan dengan materi keputusan, mendengar dan keadaan y+ ertimbangkan alasan-alasan yang diajukan oleh pihak-pihak ae juga harus mempertimbangkan akibat-akibat ha negara tersebut. perintahan untuk mengelua: pet parus memperun me! : yang berkepentingan, hukum yang muncul dari keputusan tata usa) ‘Asas kecermatan mensyaratkan agar badan pemerintahan sebelum mengambil keputusan, meneliti semua fakta yang relevan dan memasukkan pula semua kepentingan yang relevan dalam pertimbangannya. Bila fakta-fakta penting kurang diteliti, itu berarti tidak cermat. Asas kecermatan membawa serta, bahwa badan pemerintah tidak boleh dengan mudah menyimpangi nasihat yang diberikan apalagi bila dalam panitia penasihat itu duduk ahli-ahli dalam bidang tertentu. Penyimpangan memang dibolehkan, tetapi mengharuskan pemberian alasan yang tepat dan kecermatan yang tinggi Di bawah ini ada beberapa putusan PTUN yang berkaitan dengan asas kecermatan. 1) Putusan PTUN Medan No. 70/G/1992/PTUN-Medan menge- nai gugatan para penggugat terhadap surat pembebasan tugas oleh Kepala Kantor Urusan Agama. Dalam fundamentum petendinya discbutkan: “bahwa tergugat tidak mencliti dengan scksama tentang rekayasa pengaduan jemaah Masjid B dan tidak meneliti tentang hasil pengaduan tersebut”. PTUN menyimpulkan bahwa dihubungkan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, khususnya asas kecermatan, maka Last Surat keputusan tergugat telah menyimpang dari asas ters but Bab 4: Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik 250~ Bab 4: 2) Putusan PTUN Medan No. 65/G/1 eee Menge. nai gugatan seorang purnawirawan ABRI oe ‘apan dengan Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten. Penggugat men- dalilkan bahwa tanpa sepengetahuan penggugat, tergugat telah mengeluarkan sertifikat atas nama AWN, padahal tanah: itumilik penggugat. Dalam kasus ini, hakim PTUN mempertimbangkan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan asas kecermatan dan kurang hati-hati.3” 3) Putusan PTUN Palembang No. 16/PTUN/G/PLG/1991 menge- nai gugatan seorang pegawai Universitas Bengkulu terhadap Rektor yang telah memutasikan dirinya dari jabatan tanpa dibuktikan kesalahannya dulu. Tindakan Rektor dipersalahkan karena dalam keputusannya melanggar asas kecermatan formal. e. Asas Motivasi untuk Setiap Keputusan Asas ini menghendaki agar setiap keputusan badan-badan pemerintahan harus mempunyai motivasi atau alasan yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan keputusan dan sedapat mungkin alasan atau motivasi itu tercantum dalam keputusan. Motivasi memperoleh pengertian ditujukan kepadanya.39 Menurut SE, Marbun,* setiap keputusan badan atay Pejabat tat are a usaha negara yang dikeluarkan harus oi yang uarkan danetn on dan alasannya harus jelas, terang, benar, objektif, mans meng Perlu dimasukkan agar setiap orang dapat dengan setahuj alasan atay Pertimbangan dikeluarkannya i at Meng- srsebut, sehingga mereka yang tidak puas dapa' ng epost : u banding dengan menggunakan alasan/ : ya keputusan itu sebagai eperatan ata atau motivasi dikeluarkann asan Aotivasi atau alasan ini juga penting nilai keputusan yang iembang™ bahasannya. M ck ae stra utamanya untuk me bagi Pea itu dengan membaca motivasinya. Asas pemberian oe ini dapat dibedakan dalam tiga subvarian berikut ini.” 1) Syarat bahwa suatu keputusan harus diberi alasan Pemerintah harus dapat memberikan alasan mengapa ia mengambil suatu keputusan tertentu. Yang berkepentingan berhak mengetahui alasan-alasannya. Bila suatu keputusan merugikan satu orang atau lebih yang berkepentingan, pe- merintah yang baik mensyaratkan bahwa pemberian alasan sedapat mungkin segera diberitahukan bersama-sama dengan keputusan. Agar perlindungan Hukum Administrasi dapat berfungsi dengan baik, hak memperoleh alasan-alasan dari suatu keputusan ini penting sekali. Sebab yang berkepen- tingan tidak dapat menyusun argumentasi yang baik dalam permohonan banding atau surat keberatannya, bila ia tidak mengetahui dasar-dasar apa yang dipakai untuk keputusan yang merugikan dirinya. Juga bagi hakim tersedianya dasar- dasar ini merupakan keharusan, karena sukar untuk menilai isi dari keputusan yang diambil, tanpa memiliki argumentasi penguasa. 2) Keputusan harus memiliki dasar fakta yang teguh Fakta Yang menjadi titik tolak dari keputusan harus benar- Bila ternyata bahwa fakta-fakta pokok berbeda dari ap# yang dikemukakan atau diterima oleh badan pemerintah, maka oni fkta yang teguh dari alasan-alasan tidak ada. Dalam hi Piasanya ter dapat cacat dalam kecermatan. Im. 275-217. 4D) caps : \ Disarikan dari natimne M Hadion. et. al., op-cit. hi 252 ~ Bab 4: Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik 3) Pemberian alasan harus cukup day Pemberian alasan harus masuk akal juga secara keseluruhan harus sesuai dan memiliki kekuatan yang meyakinkan, Karena Pada umumnya hampir semua cacat dalam keputusan dapat eccmbalikan pada cacat dalam pemberian alasan. Begitu pula eadaan-keadaan interpretasi - i ssa ie pac es ra Ei daripada bertentangan dengan peraturan yang keliru atay Suatu aturan kebijakan, mengarah pada kesimpulan adanya Pemberian alasan yang cacat. pat mendukung f. Asas Tidak Mencampuradukkan Kewenangan Setiap pejabat pemerintah memiliki wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku atau berdasar- kan pada asas legalitas. Dengan wewenang yang diberikan itulah pemerintah melakukan tindakan-tindakan hukum dalam rangka melayani atau mengatur warga negara. Kewenangan pemerintah secara umum mencakup tiga hal; kewenangan dari segi material (bevoegheid ratione materiale), kewenangan dari segi wilayah (bevoeg- heid ratione loci), dan kewenangan dari segi waktu (bevoegheid ratione temporis). Seorang pejabat pemerintahan memiliki wewenang yang sudah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan baik dari segi materi, wilayah, maupun waktu. Aspek-aspek wewenang ini tidak dapat dijalankan melebihi apa yang sudah ditentukan dalat peraturan yang berlaku. Artinya asas tidak mencampuradukkat kewenangan ini menghendaki agar pejabat tata usaha negara tidak menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain selain yang telah entukan dalam peraturan yang berlaku atau mengguak" \wewenang yang melampaui batas. j Di alam UU No. § Tahun 1986 terdapat dua jenis PeO”™ ; ‘ an penggunaan wewenang, yaitu penyalahgunaan wewe! anf (detournement de pouvoir) dan sewenang-wenang (willekew”> yi pang berbunyi dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b dan c yang yi ‘kan ees ; perikut.”? ; ne eat u Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluar. o ce a sebagaimana dimaksud dalam ayat Q) telah ke venakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud ngs : viperikannya wewenang tersebut; nge- Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada wala mer "8 ” luarkan atau tidak mengeluarkan bene, ee dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertim! ang an semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan itu seharus- nya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut. © Untuk memperjelas bentuk penyalahgunaan Wwewenang dan tindakan sewenang-wenang dari administrasi negara dapat dilihat pada dua kasus berikut ini. 1) Kepala Biro Ketertiban DKI Jakarta pernah mengeluarkan instruksi pada tahun 1987 mengenai pembongkaran bangunan milik AW, tetapi instruksi itu ditangguhkan pelaksanaannya oleh Wakil Gubernur DKI tahun 1988 dan 1989. Kemudian pada tahun 1990 Wakil Gubernur DKI menerbitkan instruksi kepada Walikota, sehingga pada 23 April 1990 terbit surat perintah bongkar (I) dari Walikota dan 30 April 1990 terbit Surat perintah bongkar (II). Setahun kemudian 9 April 1991 terbit surat Perintah bongkar (II). Surat perintah bongkar dari Walikota itu merupakan rekayasa dari Kepala Biro alam UU No, 9 Tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 5 Tahun lah dint UN ketentuan Pasal 53 ayat (2) UU No. 5 Tahun 15 tu yan Fi ‘an dan digant, dengan rumusan yang lebih simpel, yakni: ya bere eet itu bertentangan dengan peraturan perundang-undang out Perrin yang digugat itu bertentangan dengan asas Merintahan yang b ng ig' SE Marh © oaik. aan + him. 370-371: * Marbun, Peradilan Administrasi.., op-it., him. 2) 254~ Bab 4: Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik rintah Pembongkaran itu semata-mata untuk memenuhi kepentingan AS yang memfitnah bahwa bangunan AS yang ada di Pinangsia Raya No. 32 Jakarta Barat tanpa IMB. Padahal bangunan itu memiliki IMB yang sah dan tidak menyimpang dari Peraturan Tata Ruang Pemda DKI. Penggunaan dan peruntukan bangunan itu telah memperoleh izin sesuai dengan SIUP 6 Mei 1983 dan terakhir 7 Januari 1989. Karena itu dalam perkara ini terlihat adanya penyalahgunaan wewenang, yakni pembongkaran dimaksudkan untuk mengakhiri sengketa AW lawan AS dan bukan untuk kepentingan umum, sesuai dengan dasar, maksud, dan tujuan diberikannya wewenang tersebut. Putusan PTUN Medan dalam perkara Sugatan terhadap Kepala Perusahaan Umum Listrik Negara karena telah memutuskan listrik di pabrik penggugat, namun setelah diperiksa polisi ternyata meteran penggugat itu baik. PLN mau memasangnya kembali apabila penggugat membayar sewa listrik yang tertinggal sebanyak Rp73 juta. Ketika penggugat menanyakan hal itu kepada PLN, pihak PLN menganjurkan agar penggugat menemui Tim Opal. Setelah Penggugat menghubungi Tim Opal tersebut, diminta supaya penggugat menghubungi saja tergugat sendiri. PTUN mempertimbangkan bahwa dalam kasus ini tergugat telah melakukan perbuatan sewenang-enang (willekeur), Oleh karenanya PTUN membatalkan surat perintah membayar Rp73 juta tersebut sambil memerintahkan tergugat A, 255 ~ Hukum Administrasi Negara x mengeluarkan surat perintah baru untuk menyambung cu 5 Lamb ii listrik kepada pabrik penggugat. cembi ‘sas Permainan yang Layak (fair play) Asas ini menghendaki agar warga negara diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari kebenaran dan keadilan serta diberi kesempatan untuk membela diri dengan memberikan argumentasi- argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan administrasi. Asas ini juga menckankan pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam proses penyelesaian sengketa tata usaha negara. Adanya instansi banding akan memungkinkan terealisasinya asas ini, karena warga negara yang tidak puas terhadap putusan pengadilan tingkat per- tama masih diberi kemungkinan untuk mencari kebenaran dan keadilan, baik melalui instansi pemerintah yang lebih tinggi atau instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan administrasi (melalui sistem administratief beroep) maupun melalui badan peradilan tata usaha negara yang lebih tinggi. Asas ini penting dalam peradilan administrasi negara karena terdapat perbedaan kedudukan antara pihak penggugat dengan tergugat. Pejabat selaku Pihak tergugat secara politis memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan kedudukan penggugat. Sclaku pihak yang memiliki kedudukan lebih tinggi, tergugat akan lebih sukar untuk ®engakui kekeliruan atau kesalahan yang dilakukannya karena hal ini berkaitan dengan kredibilitas dan harga diri dari pejabat negara yang bersangkutan, Tnstansi Yang mengeluarkan keputusan tidak boleh ee Tang-halangi Seseorang yang berkepentingan untuk menrnya a Keputusan Yang akan menguntungkan baginya. Bila vega 1 terkena keputusan ity mengajukan banding a mene atau Mstansi yang menerbitkan keputusan itu berusah: fo ibatalkan day ne - i . tusanny4 ; | “engaruhi instangi banding, maka PU a 256 ~ Bab 4: Asas-asas Umurn Pemerintahan yang Baik 5 ng Baik ae bertentangan dengan asas ‘adjon, sejak 1 Mei 1980 asas i lagi «lagi dig inakan dj arena Belanda telah memi at 1 undang-unda tery nes . g ang keverbukaan Pe rintah (wet van openbaarheid van bestuur). Asas \ fair pley.!" Menurut Philipus M. masyarakat sehubungan dengan tindak Keputusan.’Dalam perkembangan pem asas keterbukaan semakin penting te isu demokratisasi. pemerintahan berupa yelenggaraan pemerintahan rutama setelah bergemanya Seiring dengan perkembangan dan tuntutan negara hukum demokratis, keberadaan asas keterbukaan tidak dapat diabaikan. Asas keterbukaan ini mempunyai fungsi-fungsi penting, yaitu pertama, fungsi partisipasi; keterbukaan sebagai alat bagi warga untuk ikut serta dalam proses pemerintahan secara manditi; kedua, fungsi pertanggungjawaban umum dan pengawasan keterbukaan; pada satu sisi sebagai alat bagi penguasa untuk memberi pertang- gungjawaban di muka umum, pada sisi lain sebagai alat bagi warga untuk mengawasi penguasa; ketiga, fungsi kepastian hukum; keputusan-keputusan penguasa tertentu yang menyangkut kedudukan hukum para warga demi kepentingan kepastian hukut harus dapat diketahui, jadi harus terbuka; keempat, fungsi hak dasar; keterbukaan dapat mengajukan penggunaan hak-hak das? seperti hak pilih, kebebasan mengeluarkan pendapat, dan hak wa § berkumpul dan berbicara.‘® Meskipun asas ini demikian eo namun belum mendapat kajian serius dalam berbagal ee a Hukum Administrasi Negara, yang banyak tercantum ad permainan yang layak. | i ini, yaitu; i an asas fair play i 5 eee Peat TUN Jakarta dalam sengketa ung dan PT Kantor Lelang Negara Bandung. Kepala Kantor saree rat Keputusan No. 5.1653 Me a mengeluarkan Su ait ee 3 dan Risalah Lelang No. 1052/1993- al 13 Desember 1993 perihal pemberitahuan lelang angunan SHGB No. 427 jalan Rena Wijaya Nos 3 dya Bogor. Akibatnya penggugat merasa dirugikan a, sebab dengan dikeluarkannya risalah lelang ter- kandung suatu keputusan mengenai pengalihan hak kepemilikan atas tanah dan bangunannya. Karena itu PTUN Bandung dalam pertimbangan hukumnya menilai bahwa benar tergugat berwenang melakukan lelang atas tanah dan bangunan dalam SHGB No. 427/ Tegalega dan SHM No. 635/Tegalega. Kewenangan yang dimiliki oleh tergugat tersebut harus dikaitkan dengan suatu tindakan yang berhubungan dengan proses pelelangan itu sendiri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut ternyata bertentangan dengan Pasal 20 alinea 5 Ordonansi 28 Pebruari 1908 LN. 08-189 tentang Peraturan Lelang dan bertentangan dengan Pasal 21 PP No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Selain itu, juga dinilai telah melanggar asas fair play (kejujuran) dan asas kecermatan materiil dalam asas-asas umum pemerintahan yang baik.*” / Melalui keterangan dan contoh kasus tampak bahwa asas ini menuntut pada pejabat administrasi agar di samping harus Mematuhi aturan-aturan yang telah ditentukan dalam peraturan Perundang-undangan yang berlaku juga dituntut untuk bersikap i dan terbuka terhadap segala aspek yang berkaitan dengan hak-hak warga negara, 1994 tangs: atas rumab/: Villa Duta Ko kepentinganny: it -370. "SE Marbun poddon Adminictrasi.... op-cit- him. 369-3) ke 258 ~ Bab 4: Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik h. Asas Keadilan dan Kewajaran Se€suai, seimbang, dan selaras dengan hak Setiap orang. Karena ity Setiap pejabat Pemerintah dalam melakukan tindakannya harus selaiu memerhatikan aspek keadilan ini. Sedangkan asas kewajaran menekankan agar Setiap aktivitas pemerintah atau administrasj negara memerhatikan nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama, moral, adat istiadat, maupun nilai-nilai lainnya. Di Belanda ada satu contoh mengenai asas ini; berdasarkan UU Asuransi Kesehatan Nasional, jika seorang pekerja untuk sementara waktu tidak bisa melakukan pekerjaannya karena sakit, ia mendapatkan uang sakit selama masa sakit. Ada seorang pekerja yang menuntut uang sakit karena menderita reumank punggung. Akan tetapi, pada suatu hari Minggu, si sakit tersebut bermain soccer, artinya ia telah melanggar Petunjuk-petunjuk dokter. Atas dasar ini instansi yang mengurus Asuransi Kesehatan menarik kembali uang sakit yang telah diberikan. Dewan Pusat Banding menyatakan keputusan inj batal, karena menarik kembali uang sakit secara total adalah suatu tindakan peringatan yang tidak layak/ tidak semestinya.* Berdasarkan kasus tersebut dapat dijadikan suatu pelajaran bahwa tindakan Pemerintah harus selalu memerhatikan berbagii aspek, kendatipun tethadap masalah yang tidak begitu penting atau membawa dampak yang serius. Apalagi menghadapi persoalan- Persoalan besar yang menyangkut persoalan hidup banyak ov dan berkaitan den “Le tap 82n nilai-nilai an gecra oleh suatu Masyarakat Nal-nilai yang telah lama dianut 5 —~— eS Asas Kepercayaan dan Menanggapi Pengharapan yang Wajar i. ‘sas ini menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan \ erintah harus menimbulkan harapan-harapan bagi warga oleh pail karena itu, aparat pemerintahan harus memerhatikan ne sehingga jika suatu harapan sudah terlanjur diberikan sepada warga negara tidak boleh ditarik kembali meskipun tidak menguntungkan bagi pemerintah. Menurut Indroharto,* asas ini muncul karena dua sebab; pertama, harapan-harapan dapat terjadi dengan perundang-undangan, perundang-undangan semu, dengan garis tetap keputusan-keputusan yang sampai detik itu tetap secara konsisten dilakukan penguasa, penerangan dan penjelasan- penjelasan yang telah diberikan oleh penguasa yang bersangkutan, kesanggupan-kesanggupan yang telah dikeluarkan, beschikking yang sebelumnya dikeluarkan, suatu perjanjian yang telah dibuat, atau dengan perbuatan-perbuatan faktual penguasa, dengan membiarkan keadaan ilegal berjalan beberapa waktu; kedua, syarat di: sposisi, atas dasar kepercayaan yang ditimbulkan itu seseorang telah berbuat sesuatu yang kalau kepercayaan itu tidak ditimbulkan pada dirinya, ia tidak akan berbuat demikian. Contohnya ia mengira gajinya mesti naik sekian bulan depan karena sudah diberitahu oleh atasannya, karenanya ia mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang tidak akan ialakukan kalau ia tidak ditimbulkan kepercayaan itu pada dirinya. Setelah ia mengadakan pengeluaran ekstra, tentunya ia menderita Kerugian yang disebabkan oleh kepercayaan yang ditimbulkan tersebut. . Di Belanda terdapat sebuah kasus tentang entra negeri yang melakukan tugas dengan menggunakan Pribadi pada wakta dinas, dan ia memperoleh 3 aya "8 Pegawai tersebut tidak mendapatkan kompens2s ra 5 B. 0! ee nih, vide Paul gees. 260 ~ Oa he Oe jabat pemerintahan me- . 7 bertugas, bahkan pej ot kembe fa ane telah diberikan. Central Board for Appeal aa than enaytkan izin tersebut karena eee berten- memba oe iti ‘an. tangan dengan asas harapan-harapan yang ditimbulkan j. Asas Meniadakan Akibat suatu Keputusan yang Batal Asas ini berkaitan dengan pegawai yang dipecat dari peker. jaannya dengan suatu surat keputusan (beschikking). Seorang pegawai yang dipecat karena diduga melakukan kejahatan, tetapj setelah dilakukan proses pemeriksaan di pengadilan, ternyata Pegawai yang bersangkutan tidak bersalah. Hal ini berarti surat keputusan pemberhentian yang ditujukan kepada pegawai yang bersangkutan itu harus dianggap batal. Dalam hal demikian, maka pegawai yang ternyata tidak bersalah tersebut harus dikembalikan lagi pada tempat pekerjaan semula. Bahkan tidak hanya sekada harus ditempatkan kembali pada tempat pekerjaan semula, tetapi juga harus diberi ganti rugi dan/atau kompensasi serta harus direhabilitasi nama baiknya. Proses menempatkan kembali pada pekerjaan semula, pemberian ganti rugi atau kompensasi, dan pemulihan nama baik merupakan cara-cara untuk meniadakan akibat keputusan yang batal atau tidak sah. Di Indonesia ketentuan asas ini t (1) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi; "Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan un kekeli erdapat dalam Pasal 9 ayat ian dan rehabilitasi", Pengertian m Pasal 1 butir 23 KUHAP, yaitu dapatkan pemulihan haknya dalam a nga dan harkat serta martabatnya yang itangkap, a Pi nyidikan, Penuntutan ataupun peradilan , an, dituntur ataupun diadili tanpa alasan rehabilitasi terd hak Seseorang untuk men > Kedudukan 261 ~ Hukum Administrasi Negara undang atau karena kekeliruan mengenai ng di c! dia 1 hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur i wai negeri, 1 ini, Dalam kaitannya dengan pega’ " 7 a Osa Sh ayat (2) UU No. 5 Tahun 1986 disebutkan ehabilitasi merupakan pemulihan hak penggugat dalam alae ankedudukan, harkat, dan martabatnya sebagai pegawai ser epert semula, sebelum ada keputusan yang disengketakan. ae pemulihan hak tersebut termasuk juga hak-haknya yang ditimbulkan oleh kemampuan kedudukan dan harkatnya sebagai an berdasarkan undang gnya atau orangny’ penjelasan pegawai negeri. k. Asas Perlindungan atas Pandangan atau Cara Hidup Pribadi Asas ini menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas kehidupan pribadi setiap pegawai negeri dan juga tentunya hak kehidupan pribadi setiap warga negara, sebagai konsekuensi negara hukum demokratis yang menjunjung tinggi dan melindungi hak asasi setiap warga negara. Dengan kata lain, asas ini merupakan pengembangan dari salah satu prinsip negara hukum, yakni per- lindungan hak asasi. Contoh mengenai penerapan asas ini terjadi di Belanda. Seorang pegawai yang telah berkeluarga mengadakan hubungan kelamin dengan seorang sekretaris wanita. Atas kejadian ini badan pemerintah mengambil tindakan disiplin, tetapi kemudian dibatalkan oleh Central for Appeal dengan alasan bahwa seorang Pegawai mempunyai hak untuk hidup sesuai dengan pandangan hidupnya. Bagi bangsa Indonesia tentunya penerapan asas ini harus pula dikaitkan dengan sistem keyakinan, kesusilaan, dan normna-nowme Yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, atau sebagaimana ee ‘untjoro Purbopranoto, asas tersebut harus disesuaikan ae Pokok-pokok Pancasila dan UUD 1945.% Benar bahwa pam 1 \ | 262 ~ Bab 4: Asas-asas UinurH reierintanan yang baIK hidup seseorang merupakan hak asasi yang harus dihormagi dan dilindungi, akan tetapi penggunaan hak itu sendiri akan berha. dapan dengan norma dan sistem keyakinan orang lain yang diakuj dan dijunjung tinggi dalam suatu masyarekat. Artinya pandan, = hidup seseorang itu tidak dapat digunakan manakala bertentangan dengan norma-norma suatu bangsa. I. Asas Kebijaksanaan Asas ini menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya diberi kebebasan dan kelelua menerapkan kebi perundang san untuk jaksanaan tanpa harus terpaku pada peraturan -undangan formal. Karena peraturan perundang-un- dangan formal atau hukum tertulis itu selalu membawa cacat bawaan yang berupa tidak fleksibel dan tidak da semua persoalan serta cepat ketinggalan zaman, bangan masyarakat itu bergerak dengan cepat d. itu pemerintah bukan saja dituntut untuk ber: juga dituntut untuk berpandangan luas dan pat menampung sementara perkem- lan dinamis. Karena tindak cepat, tetapi jauh serta mampu Kuntjoro Purbopranoto, berimplikasikan tiga unsur, yaitu pertama, ee yang tandas dan analisis Situasi yang dihadapi; kedua, yang deere eles ar “staatsidee” ataupun “rechtsidee” cangan Penyelesaian 4 : ancasila; etiga, mewujudkan ran- f Perbuatan dan Penielasen mengatasi situasj dengan tindakan i Yang dihadani si am Yeng tepat, yang dituntut oleh situasi Asas penyelenggavaan Kepentingan Umum . adaki agar pemerintah dalam melaksanakan gan umum, yakni kepen- ini menghe : enguiamakan kepentit) cakup semua aspek kehidupan orang banyak. Asas konsekuensi dianutnya konsepsi negara hukum ve state), yang, menempatkan pemerintah selaku pihak yang bertngsUns jawab untuk mewujudkan bestuurszorg (kese- - umum) warga negaranya. Pada dasarnya pemerintah Jankan berbagai kegiatan harus berdasarkan pada ng-undangan yang berlaku (asas legalitas), ini merup modern (welfa jahteraan dalam menja peraturan perundan, akan tetapi karena ada kelemahan dan kekurangan asas legalitas seperti tersebut di atas, pemerintah dapat bertindak atas dasar kebijaksanaan untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Penyelenggaraan kepentingan umum dapat berwujud hal-hal sebagai berikut. 1) Memelihara kepentingan umum yang khusus mengenai kepen- tingan negara. Contohnya tugas pertahanan dan keamanan. Memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama dari warga negara yang tidak dapat dipelihara oleh warga negara sendiri. Contohnya persediaan sandang pangan, perumahan, kesejahteraan, dan lain-lain. 3) Memelihara kepentingan bersama yang tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh para warga negara sendiri, dalam bentuk ban- tuan negara. Contohnya pendidikan dan pengajaran, kesehatan, 2) dan lain-lain. 4) Memelihara kepentingan d tidak seluruhnya dapat dis bentuk bantuan neg: ra seluruh kepentingan perseorant haraan fakir miskin, anak yatim, an ari warga negara perseorangan yang elenggarakan oleh warga negara ara. Adakalanya negar@ orangan tersebut. Con” ak cacat, da” ™ han yang Dain Umum remerintaha: 4: Asas-2535 264~ 82d han, keamanan, dan kemakmuran Setempat, n lalu lintas, pembangunan, Perumahan, dan! 7. Di tas telah disebutkan bahwa AAUEB merupakan konsep terbuka dan lahir dari proses sejarah, karena itu dalam perkembang. annya akan muncul perbedaan-perbedaan, termasuk Perbedaan dengan asas yang lzhir dan ada di negara asalnya, Belanda. Asa, kebijaksanaan dan asas Penyelenggaraan kepentingan umum merupakan contoh dari Perbedaan tersebut. Asas ini hanya dikenal Gi Indonesia, yang diintrodusir oleh Kunjjoro Purbopranoto. Karena itu, jika membaca literatur asing tentang AAUPB/ABBB, maka tidak akan menemukan asas kebijaksanaan dan asas penyelenggaraan kepentingan umum.

You might also like