You are on page 1of 4

1.

PENGERTIAN PERENCANAAN
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai upaya menentukan apa yang akan dikerjakan,
bagaimana cara, bilamana dikerjakan, serta di mana dikerjakan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Definisi diatas menunjukkan bahwa suatu perencanaan minimal mengandung unsure-
unsur tujuan, metode, waktu dan tempat. Menurut Atmosudirjo (1982), setiap rencana
mengandung 3 ciri khas, yaitu :
 Selalu mengenai masa mendatang (future, teokomtst)
 Selalu mengandung kegiatan-kegiatan tertentu dan bertujuan (action, doel stellige
activite iten) yang akan dilakukan
 Mesti ada alas an sebab, motif atau landasan baik personal, organisasional maupun
kedua-duanya.
Setiap perencanaan yang dibuat harus memiliki alas an yang kuat, baik alas an praktis
maupun alasan ideal.

2. PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
a. Perencanaan hendaknya mempunyai dasar nilai yang jelas dan mantab. Nilai dasar
berupa nilai budaya, nilai moral, nilai religious, maupun gabungan dari ke 3nya. Acuan
nilai yang jelas dan mantab akan memberikan motivasi yang kuat menghasilkan rencana
yang sebaik-baiknya.
b. Perencanaan hendaknya berangkat dari tujuan umum
c. Perencanaan hendaknya realistis, disesuaikan dengan sumberdaya dan dana yang
tersedia.
d. Perencanaan hendaknya mempertimbangkan kondisi sosiaol budaya masyarakat, baik
yang mendukung maupun menghambat pelaksanaan rencana nantinya. Kondisi sosio
budaya tersebut misalnya system nilai adat istiadat, kayakinan serta cita-cita.
e. Perencanaan hendaknya fleksibel. Dalam membuat perencanaan hendaknya disediakan
ruang gerak bagi kemungkinan penyimpangan dari rencana sebagai antisipasi terhadap
hal-hal yang terjadi di luar perhitungan perencanaan.
3. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
a. Menetapkan tujuan yang akan dicapai
b. Menetapkan standart keberhasilan, meliputi standart kualitas.
c. Menetapkan system evaluasi, mencakup evaluasi proses dan evaluasi hasil.
d. Menganalisis situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai. Yang
dianalisis misalnya ekonomi, politik, system nilai, adat istiadat, keyakinan serta cita-cita.
e. Menetapkan kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan.
f. Menetapkan hirarkis dari kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
g. Menetapkan alternative kegiatan-kegiatan lain untuk mengantisipasi kemungkinan tidak
efektif dan tidak efisiennya
h. Menetapkan urutan Hirarkis dari kegiatan-kegiatan alternative pengganti kegiatan utama.
i. Memerinci waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan.
j. Menetapkan personalia pelaksana setiap kegiatan.

4. KEMAMPUAN PERENCANA
Kemampuan-kemampuan yang dituntut dari seorang perencana meliputi:
a. Kemampuan memprediksi keadaan masa dating. Degnan kemampuan memprediksi yang
memadai, akan dihasilkan rencana yang tidak mengalami banyak perubahan saat
dilaksanakan nanti.
b. Kemampuan menganalisis kondisi nyata saat perencanaan dilakukan. Kemampuan ini
sesungguhnya merupakan dasar bagi pengadaan prediksi yang tepat. Dengan
menganalisis secara tepat kondisi nyata saat perencanaan dilakukan, sebagian dari
prediksi yang tepat telah dilewati.
c. Kemampuan melakukan perhitungan perhitungan-perhitungan matematis yang akurat.
Kemampuan ini sesungguhnya menjadi dasar bagi pengadaan analisis kondisi nyata
secara akurat untuk keperluan perencanaan, maupun diperlukan untuk melakukan
perhitungan-perhitungan matematis.

5. TINGKAT-TINGKAT PERENCANAAN
Suatu perencanaan bisa merupakan perencanaan sempit bisa juga merupakan perencaan luas.
Sempit luasnya suatu perencanaan transparan antara lain dalam kehidupan bernegara.
Tingkat-tingkat perencanaan Negara di Indonesia dari luas ke yang sempit adalah sebagai
berikut (1) perencanaan nasional. Sebagaimana telah dikemukakan pada awal tulisan ini,
perencanaan nasional di negeri ini terbagi dalam 25 tahun rencana jangka panjang, 5 tahun
rencana jangka menengah dan 1 tahun rencana jangka pendek. Bentuk paling konkret dari
perencanaan nasional adalah Garis Besar Haluan Negara (GBH) sebagai acuan untuk
pembangunan 5 tahun (2) perencanaan pemerintah. Perencanaan pemerintah adalah
perencanaan yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan hasilnya berupa peraturan
pemerintah dan ditetapkan oleh presiden, (3) perencanaan departemen. Perencanaan
departemen adalah perencanaan yang dilakukan oleh masing-masing departemen di pusat
dan hasilnya berupa Surat Keputusan Menteri, (4) perencanaan propinsi. Perencanaan
propinsi adalah perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah propinsi dan hasilnya berupa
Surat Keputusan Gubernur, (5) perencanaan kabupaten. Perencanaan kabupaten adalah
perencanaan yang dilakukan pemerintah kabupaten dan hasilnya berupa Surat Keputusan
Bupati, (6) Perencanaan Kecamatan. Perencanaan kecamatan adalah perencanaan yang
dilakukan oleh pemerintah kecamatan dan hasilnya berupa program kerja kecamatan dan (7)
perencanaan desa / kelurahan. Perencanaan desa / Kelurahan adalah perencanaan yang
dilakukan pemerintah desa / kelurahan dan hasilnya berupa program kerja desa / kelurahan.

6. PERENCANAAN PENDIDIKAN
Mengacu pada perencanaan yang dikemukakan di depan, perencanaan pendidikan dapat
di definisikan sebagai upaya menentukan apa yang akan dikerjakan, bagaimana cara
mengerjakan, untuk mencapai tujuan pendidikan.
Perencanaan pendidikan biasanya dilakukan berdasarkan pendekatan tertentu.
Pendekatan-pendekatan dalam perencanaan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
pendekatan Analisis Tenaga Kerja (Man Power Analisis) dan pendekatan untuk rugi (Cost
Benefit). Sedangkan yang termasuk pendekatan kualitatif adalah pendekatan sumber daya
manusia (Human Resource) dan pendekatan Sosial Budaya (Socio Cultural). (1) pendekatan
Analisis Tenaga Kerja. Pendekatan ini berangkat dari analisis tenaga kerja serta projeksi
kebutuhan tenaga kerja berdasarkan hasil analisis tersebut. Dalam pendekatan ini,
keseimbangan antara produksi lembaga pendidikan dan permintaan lapangan kerja
diperhitungkan secara ketat. (2) Pendekatan Untuk Rugi. Dalma pendekatan ini dibuat
perhitngan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan
serta keuntungan yang akan diperoleh dari hasil pendidikan. Pendekatan ini melihat
pendidikan sebagai upaya investasi yang harus memberikan keuntungan nyata pada saat
nanti (3) pendekatan Sumber Daya Manusia. Pendekatan ini lebih menentukan
pengembangan potensi manusia secara utuh. Dalam berkembangnya potensi manusia secara
utuh dan maksimal, berbagai lowongankerja diharapkan akan dapat dimasuiki oleh keluaran
pendidikan sesuai dengan minat dan kemampuannyua dan (4) Pendekatan Sosial Budaya.
Pendekatan ini bertolak dari analisis terhadap persoalan-persoalan budaya yang sedang
actual dalam masyarakat. Budaya yang menghambat kemajuan masyarakat seperti
menganggap rendah pekerjaan diluar pegawai negeri, menganggap rendah sekolah kejuruan,
serta budaya santai dijadikan acuan dalam perencanaan pendidikan. Diharapkan, melalui
pendidikan, budaya-budaya itu akan berkurang.

You might also like