You are on page 1of 10

PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, MORBIDITAS DAN STATUS GIZI BALITA


DI INDONESIA
(RELATIONSHIP BETWEEN ENVIRONMENTAL SANITATION, MORBIDITY AND
NUTRITIONAL STATUS OF UNDER-FIVE CHILDREN IN INDONESIA)
1 2
Tjetjep Syarif Hidayat dan Noviati Fuada

ABSTRACT
Background $ FRPSOH[ LQWHUSOD\ RI IDFWRUV VXFK DV KRXVHKROG DFFHVV WR IRRG ZRPHQ¶V
status, caring practices, disease and access to safe water, sanitation and basic health
VHUYLFHV DIIHFW D FKLOG¶V QXWULWLRQ Objectives: To analyze the relationships between
environmental sanitation, morbidity, and nutritional status of under-five children. Method:
Data of the Basic Health Research (Riskesdas) 2007 was utilized for the analysis. Data
samples is 43.162 children. Descriptive (chi-square) was conducted to examine the
relationship between environtmental sanitation and nutritional status, the relationship between
morbidity and nutritional status of children under five. Results: Sample of under-five children
were 43.3 percent at age 37-59 months. Seventy-three percent of parents toddlers, are at the
age of 26-45 years of age. Most parents (72.1%) had education below high-school. Based on
anthropometric indicators of under-five children, 18.4 percent underweight, 36.8 percent
stunting and 14.1 percent wasting. There is a significant association between the incidence of
diarrheal diseases in children under five nutritional status indicators based on weight for age,
height for age, and weight for height (BB/U, TB/U and BB/TB). Respiratory disease was
significantly associated with indicators of nutritional status based on weight for age and height
for age. There is a significant association between a healthy environmental sanitation with the
nutritional status of under-five children by weight for age indicator. Conclusion: Nutritional
status of under-five children most commonly associated with environmental sanitation and
morbidity are indicators of nutritional status based on body weight for age.

Keywords: children under five years, environmental sanitation, morbidity, nutritional status

ABSTRAK
Latar Belakang: Interaksi kompleks faktor-faktor, seperti akses keluarga terhadap makanan,
status ibu, praktik pengasuhan, penyakit, serta akses terhadap air yang aman, sanitasi dan
pelayanan kesehatan dasar, memengaruhi gizi anak. Tujuan: Menganalisis hubungan antara
sanitasi lingkungan, morbiditas, dan status gizi anak di bawah usia lima tahun (balita).
Metode: Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 digunakan untuk analisis. Sampel
data sebesar 43.162 balita. Uji chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
sanitasi lingkungan dan status gizi, hubungan antara morbiditas dan status gizi anak balita.
Hasil: 43,3 persen sampel anak balita berusia 37-59 bulan. Tujuh puluh tiga persen orang tua
balita berusia 26-45 tahun. Sebagian besar orang tua (72,1%) berpendidikan di bawah SMA.
Berdasarkan indikator antropometri, 18,4 persen anak balita mengalami gizi kurang, 36,8
persen pendek (stunting) dan 14,1 persen kurus. Ada hubungan signifikan antara kejadian
penyakit diare pada anak di bawah lima tahun dengan status gizi berdasarkan indikator berat
badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/U, TB/U dan BB/TB). Penyakit pernapasan secara bermakna berhubungan dengan
indikator status gizi berdasarkan berat badan menurut umur dan tinggi badan menurut umur.
Ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan yang sehat dengan status gizi anak
balita dengan berat badan menurut umur. Kesimpulan: Status gizi anak balita paling umum
yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan dan morbiditas adalah indikator status gizi
berdasarkan berat badan menurut umur. [Penel Gizi Makan 2011, 34(2): 104-113]

Kata kunci: anak balita, sanitasi lingkungan, morbiditas, status gizi

1 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI
2 Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI

104
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

PENDAHULUAN METODE

S
tatus gizi balita merupakan salah Penelitian ini merupakan studi
satu cerminan keadaan gizi analitik dengan menggunakan data
6
masyarakat luas. Menurut sekunder Riskesdas 2007/2008. Desain
1
Soekirman, penyebab kurang gizi secara penelitian yang digunakan adalah
langsung adalah konsumsi makanan tidak penelitian survei secara cross-sectional.
seimbang dan penyakit infeksi. Di samping Populasi penelitian adalah semua
konsumsi makanan dan penyakit infeksi, rumahtangga yang menjadi kerangka
status gizi juga dipengaruhi oleh sampel Riskesdas 2007. Sampel analisis
sosiodemografi, sanitasi lingkungan, dan berjumlah 43.162 balita yang berumur 0-
2
pelayanan kesehatan. 59 bulan dengan kelengkapan data status
Penyakit infeksi yang sering diderita gizi, kejadian penyakit infeksi (morbiditas),
oleh anak balita umumnya adalah diare, dan sanitasi lingkungan. Variabel terikat
radang tenggorokan, infeksi saluran adalah status gizi balita, variabel bebas
pernapasan akut (ISPA). ISPA dan diare adalah kejadian penyakit infeksi
terjadi pada anak balita karena sistem (morbiditas) pada balita dan sanitasi
2
pertahanan tubuh anak rendah. lingkungan. Penilaian status gizi
Penyakit diare termasuk salah satu berdasarkan kategori berat badan menurut
penyakit dengan sumber penularan umur (BB/U), kategori tinggi badan
melalui air (water borne diseases), dan menurut umur (TB/U) dan kategori berat
penyakit diare yang terjadi pada anak badan menurut tinggi badan (BB/TB).
balita umumnya disertai muntah dan Cara menilai status gizi balita, yaitu
3
menceret. Kurangnya akses masyarakat dengan mengonversikan angka berat
terhadap air bersih atau air minum serta badan dan tinggi badan setiap balita ke
buruknya sanitasi dan perilaku higiene bentuk nilai standar (Z-score) dengan
berkontribusi terhadap kematian 1,8 juta menggunakan baku antropometri WHO
4
orang per tahun karena diare. Upaya (2006). Berdasarkan nilai Z-score masing-
penurunan angka kejadian penyakit bayi masing indikator ditentukan status gizi
dan balita dapat diusahakan dengan balita dengan batasan sebagai berikut:
menciptakan sanitasi lingkungan yang
sehat, yang pada akhirnya akan Indikator BB/U:
memperbaiki status gizinya. ‡ Kategori Gizi Kurang:
Air merupakan komponen Z-score • 3,0 s.d. Z-score < -2,0
lingkungan yang penting bagi kehidupan ‡ Kategori Gizi Baik:
manusia. Di dalam Undang-undang Z-score • -2,0 s.d. Z-score <= 2,0
Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3
terkandung makna bahwa air minum yang Indikator TB/U:
dikonsumsi oleh masyarakat harus
memenuhi persyaratan, baik kualitas ‡ Kategori Pendek:
Z-score • 3,0 s.d. Z-score < -2,0
maupun kuantitas. Persyaratan kualitas ini
tertuang di dalam Peraturan Menteri ‡ Kategori Normal:
Kesehatan (Permenkes) No. 416/1990 Z-score • -2,0
tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air.
5 Indikator BB/TB:
Masalah gizi pada bayi dan anak ‡ Kategori Kurus:
balita di Indonesia disebabkan penyakit Z-score • 3,0 s.d. Z-score < -2,0
infeksi yang erat kaitannya dengan ‡ Kategori Normal:
sanitasi lingkungan. Pada kegiatan Z-score • -2,0 s.d. Z-score <= 2,0
Riskesdas telah dilakukan pengambilan
data status gizi balita, morbiditas dan Kriteria sanitasi lingkungan sehat
keadaan sanitasi lingkungan secara dan tidak sehat berdasarkan variabel
menyeluruh di wilayah Indonesia. memelihara hewan ternak di dalam/di
Informasi yang lengkap dibutuhkan untuk sekitar rumah dan air minum direbus
sebuah perencanaan kesehatan. Data sampai mendidih atau tidak. Kategori
Riskesdas ini akan dianalisis untuk lingkungan sehat bila rumahtangga tidak
memperoleh informasi gambaran status memelihara hewan ternak di sekitar/di
gizi kaitannya dengan morbiditas dan dalam rumah dan air minum selalu direbus
kesehatan lingkungan. Informasi ini sampai mendidih. Kategori lingkungan
diharapkan dapat memberikan dukungan tidak sehat bila memelihara ternak di
dalam pengambilan kebijakan yang sekitar rumah atau air untuk minum tidak
sesuai. direbus sampai mendidih. Hewan ternak

105
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

yang dimaksud adalah komposit variabel HASIL


data pemeliharaan hewan ternak unggas,
Karakteristik Keluarga Sampel
ternak besar dan ternak sedang. Data
Karakteristik sosial ekonomi
morbiditas yang dianalisis yaitu diare dan
keluarga menggambarkan status orang
ISPA, berdasarkan komposit variabel
tua anak balita yang meliputi data umur,
diagnosa oleh nakes dan gejala yang
tingkat pendidikan dan pekerjaan. Data
dirasakan. Data yang diperoleh diolah dan
klasifikasi tingkat pekerjaan diasumsikan
disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis
dapat menggambarkan kondisi tingkat
deskriptif dilakukan secara bivariat
7 ekonomi keluarga responden, karena
menggunakan uji chi-square Tujuan
secara tidak langsung memengaruhi
analisis, untuk melihat apakah terdapat
pendapatan/tingkat ekonomi. Adapun
hubungan antara status gizi balita dengan
umur, terlihat umur orang tua balita
sanitasi lingkungan dan morbiditas pada
merupakan umur produktif. Karakteristik
balita.
sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Karakteristik Sampel menurut Umur, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

KK Istri
Karakteristik Sosial Ekonomi
n % n %

Umur (Tahun)
< 25 2332 5,4 3065 7,1
26-35 15452 35,8 16186 37,5
36-45 16099 37,3 14027 32,5
> 46 9579 21,5 9884 32,9

Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 2676 6,2 4014 9,3
Tidak tamat SD 6647 15,4 7899 18,3
Tamat SD 10229 23,7 12431 28,8
Tamat SLTP/MTS 11567 26,8 8589 19,9
Tamat SLTA/MA 8331 19,3 7596 17,6
Perguruan Tinggi 3712 8,6 2633 6,1

Pekerjaan
Bekerja Tidak tetap 15840 36,7 9798 22,7
Bekerja Tetap 25509 59,1 4402 10,2
Tidak Bekerja 1813 4,2 28962 67,1

Proporsi KK (kepala keluarga) rata- berpenghasilan tetap, yaitu sebagai


rata berada pada kisaran umur produktif pegawai negeri sipil (PNS), pegawai
(36-45 tahun), hanya sedikit sekali yang swasta dan buruh pabrik. Istri lebih dari
berumur di bawah 25 tahun. Keadaan separuh (67,1%) tidak bekerja atau
hampir berimbang dengan proporsi istri sebagai ibu rumahtangga (Tabel 1).
yang berumur 26-35 tahun. Sebaran Karakteristik Umur balita sampel
pendidikan KK responden, hampir merata, Sampel anak balita berumur 0-59
proporsi sekitar 20% pada pendidikan bulan. Perkembangan anak balita pada
tamat SD hingga SLTA. Proporsi tertinggi, umumnya, dibedakan klasifikasi menjadi
pada KK berpendidikan tamat sekolah umur peride 0-24 bulan (baduta), 25-36
menengah pertama (SLTP), sedangkan bulan (batita) dan umur 37-59 bulan.
pada istri berpendidikan tamat sekolah Sebaran anak balita menurut kelompok
dasar (SD). Hampir sebagian besar suami umur dapat dilihat pada Tabel 2.

106
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

Tabel 2
Sebaran Anak Balita menurut Umur

Umur n %

0-24 Bulan 14.805 34,3

25-36 Bulan 9.668 22,4


37-59 Bulan 18.689 43,3
Total 43.162 100,0

Pada tabel 2 terlihat, proporsi Sebaran balita sampel menurut status


tertinggi usia anak balita berada pada gizi
periode terakhir perkembangan anak Menurut indeks antropometri, status
balita (37-59 bulan). Sebaliknya pada gizi di bedakan berdasarakan BB/U, TB/U
periode usia batita, anak balita 25-36 dan BB/TB. Semua indikator tersebut
bulan hanya 22,4 persen, lebih rendah diukur berdasarkan pengukuran tinggi
dari proporsi anak balita periode baduta badan, dan berat badan balita pada
(umur 0-24 bulan) (Tabel 2). kegiatan RISKESDAS (Tabel 3).

Tabel 3
Sebaran Status Gizi Balita Sampel Usia 0-59 bulan menurut BB/U, TB/U dan BB/TB

Indikator Status Gizi n %

Berat badan menurut Umur


Gizi Baik 35.220 81,6
Gizi Kurang 7.942 18,4
Tinggi badan menurut Umur
Normal 27.278 63,2
Pendek 15.884 36,8
Berat badan menurut Tinggi Badan
Tidak Kurus 37.076 85,9
Kurus 6.086 4,1

Proporsi balita stunting/pendek Sebaran balita sampel menurut


berdasarkan indikator tinggi badan morbiditas
menurut umur menempati proporsi Morbiditas balita yang dianalisis
tertinggi (36,8%) dibanding berdasarkan meliputi penyakit ISPA dan diare. Penyakit
berat badan menurut umur dan tinggi ini merupakan penyakit yang sering
badan menurut umur. Hal ini cukup diderita anak balita, dan dapat
memprihatinkan, karena banyaknya anak memengaruhi perkembangan,
balita pendek menunjukkan permasalahan pertumbuhan, dan kesehatan balita.
status gizi balita secara kronis, yang lama Penyakit ISPA dan diare yang diderita
tidak tertangani cukup besar. Sedangkan anak balita sampel didasarkan pada
status gizi kurang dan kurus, berdasarkan diagnosa gejala dan diagnosis nakes,
BB/U, dan TB/U masih dibawah 20 % seperti diperlihatkan pada Tabel 4.
(Tabel 3).

107
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

Tabel 4
Sebaran Balita Sampel menurut Morbiditas

Morbiditas Ya Tidak

n % n %

ISPA 18387 42,6 24775 57,4

Diare 7165 16,6 35997 83,4

Hampir separuh anak balita sampel Sanitasi lingkungan dapat menjadi faktor
(42,6%) menderita penyakit ISPA, pendukung berkembangnya penyakit
sedangkan penyakit diare kurang dari 20 menular. Pada analisis ini sanitasi
persen. Tingginya kejadian ISPA lingkungan meliputi data kondisi keluarga
menggambarkan penyakit ini masih balita di mana konsumsi air minum adalah
mendominasi buruknya kesehatan anak air yang sehat yaitu air yang tidak berbau,
balita yang dipengaruhi lingkungan, dan berasa, berwarna dan di masak hingga
berimplikasi pada perkembangan dan mendidih. Juga dilihat dari kondisi
pertumbuhan balita. lingkungan keluarga balita yang sehat,
yaitu keluarga tidak memelihara hewan
Sebaran responden menurut kondisi ternak di lingkungan rumah. Tabel 5
sanitasi lingkungan memperlihatkan sebaran responden
Telah di ketahui sanitasi lingkungan berdasarkan sanitasi lingkungan.
dapat mempengaruhi kesehatan individu.

Tabel 5
Sebaran Responden menurut Kondisi Sanitasi Lingkungan

Sanitasi Lingkungan Ya Tidak

n % n %

Air minum dimasak 37335 86,5 5827 13,5

Memelihara hewan ternak 6474 15,0 36688 85,0

Sebanyak 43.162 keluarga Hubungan Morbiditas (penyakit Diare)


responden, sebagian besar, kondisi terhadap status gizi balita
sanitasi lingkungan sudah baik, Secara umum diare biasa
ditunjukkan dengan tingginya proporsi didefinisikan sebagai buang air besar yang
keluarga yang memasak air minum berair dengan frekuensi lebih sering dari
sebelum di konsumsi, dan rendahnya biasanya. Anak balita yang menderita
keluarga yang memelihara ternak dalam diare, pada analisis ini, dinyatakan
rumah. Hanya sebagian kecil (13,5%) berdasarkan diagnosa gejala dan
keluarga responden yang tidak memasak diagnosa nakes. Tabel 6 menyajikan data
air terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. statistik, hubungan kejadian diare dengan
Sebaliknya pada pemeliharaan hewan status gizi balita.
ternak sebagian besar tidak memelihara
hewan ternak. (Tabel 5)

108
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

Tabel 6
Sebaran Status Gizi Balita menurut Penyakit Diare

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Tidak
Penyakit Diare Gizi Baik Normal Pendek Kurus
Kurang Kurus
(%) (%) (%) (%)
(%) (%)

Ya 77,4 22,6 56,5 43,5 84,1 15,9

Tidak 80,8 19,2 60,7 39,3 85,3 14,7

p ; 0,001 p ; 0,001 p ; 0,001

OR=1.23 OR=1.19 OR=1.1


(CI :1.17-1.29) (CI:1.1-1.24) (CI:1.3-1.15)

Hasil analisis data menyatakan penderita gizi kurang, pendek dan


bahwa proporsi balita yang menderita mengalami kekurusan, satu kali (CI: 1,17-
diare, terjadi lebih besar pada balita 1,29) lebih besar dibanding pada anak
berstatus gizi kurang (BB/U). Demikian balita yang normal atau anak balita status
halnya pada anak balita pendek (TB/U), gizi baik.
serta kurus (BB/TB) juga mempunyai
proporsi lebih besar dibanding proporsi Hubungan Morbiditas (penyakit ISPA)
anak balita yang tidak sakit diare. Secara dengan status gizi balita
statistik terdapat hubungan bermakna Status gizi balita dapat terus dijaga
(P=0.001) antara anak balita yang pernah pada kondisi baik, antara lain dengan cara
diare dengan status gizi balita memantau status gizi, konsumsi dan
berdasarkan BB/U, TB/U maupun BB/TB, kesehatannya. Penyajian data statistik
lihat Tabel 6. Pada balita yang sering hubungan staus gizi anak balita dan
mengalami diare akan berpeluang menjadi penyakit ISPA dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7
Sebaran Status Gizi Balita menurut Penyakit ISPA

BB/U TB/U BB/TB

Penyakit Gizi Tidak


Gizi Baik Normal Pendek Kurus
ISPA Kurang Kurus
(%) (%) (%) (%)
(%) (%)

Ya 79,2 20,8 58,7 41,3 84,9 15,1

Tidak 81,0 19,0 60,9 39,1 85,2 14,8

p ; 0,001 p ; 0,001 p ; 0,28


OR=1.116 OR=1.0 OR=0.98
(CI:1.08-1.16) (CI:1.06-1.13) (CI:0.94-1.2)

Hasil analisis menunjukkan, bahwa yang tidak sakit ISPA lebih sedikit
balita yang menderita ISPA pada anak dibanding yang sakit. Secara statistik
balita status gizi kurang (BB/U) lebih besar berhubungan nyata (P=0.001). Begitupula
proporsinya dibanding yang tidak sakit berdasarkan klasifikasi status gizi TB/U,
ISPA. Sementara keadaan sebaliknya keadaan yang hampir sama juga terjadi.
terjadi pada status gizi baik, anak balita Anak balita pada kategori status gizi

109
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

pendek, proporsi yang menderita ISPA diderita balita terhadap kekurusuan


lebih besar dibanding yang tidak balita(P=0.28). Terlihat, proporsi yang
menderita ISPA. Sementara pada anak sakit dan tidak sakit ISPA hampir
balita yang normal, proporsi yang tidak berimbang pada anak balita kurus dan
sakit ISPA lebih besar dibanding yang tidak kurus, lihat Tabel 7.
sakit. Secara signifikan menunjukkan
hubungan yang erat antara kejadian ISPA Hubungan Sanitasi lingkungan
dan status gizi berdasarkan BB/U. Hasil terhadap Status gizi balita
hubungan signifikan, menunjukkan Sanitasi lingkungan sehat secara
peluang satu kali lebih besar anak balita tidak langsung mempengaruhi kesehatan
yang menderita ISPA, kemungkinan akan anak balita yang pada akhirnya dapat
menderita gizi Buruk dan pendek mempengaruhi kondisi status gizi anak
(OR=1,12. CI:1,08 -1,16) di banding yang balita. Tabel 8 memperlihatkan hubungan
tidak menderita ISPA. Sedangkan status gizi balita menurut sanitasi
berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan lingkungan sehat dan tidak sehat.
yang nyata antara penyakit ISPA yang

Tabel 8
Sebaran Status Gizi Balita menurut Sanitasi Lingkungan Sehat dan Tidak Sehat

BB/U TB/U BB/TB

Sanitasi Gizi Tidak


Gizi Baik Normal Pendek Kurus
Kurang Kurus
(%) (%) (%) (%)
(%) (%)

Tidak Sehat 78,7 21,3 41,7 85,4 14,6

Sehat 81,5 18,5 39,8 85,0 14,0

p ; 0,001 p ; 0,01 p ; 0,27

OR=1.01 OR=1.0 OR=0.93


(CI:0,94-1.08) (CI:0.94-1.08) (CI:0.84-1.02)

Proporsi Anak balita status gizi BAHASAN


kurang (BB/U) yang tumbuh di lingkungan
Masalah gizi selain disebabkan oleh
yang tidak sehat, lebih besar di banding di
kurangnya asupan zat gizi, juga dapat
lingkungan sehat. Sebaliknya pada status
terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan
gizi baik, proporsi anak balita yang tinggal
dan kebersihan diri. Sehingga
di sanitasi sehat, terlihat lebih besar,
memudahkan timbulnya penyakit infeksi,
dibanding di lingkungan yang tidak sehat.
khususnya diare dan ISPA (Infeksi
Hal ini menunjukkan hubungan bermakna 8
Saluran Pernapasan Akut). Kedua
antara status gizi berdasarkan BB/U
penyakit tersebut merupakan dua urutan
dengan sanitasi lingkungan (P=0,001).
penyakit yang paling sering diderita anak
Balita yang tumbuh di lingkungan tidak 2
balita di negara berkembang. Kedua
sehat berpeluang satu kali lebih besar
penyakit infeksi ini juga berkaitan dengan
akan mengalami status gizi buruk,
terjadinya goncangan pertumbuhan dan
dibanding pada anak balita yang normal 9
tingginya angka kemartian bayi. Demikian
atau anak balita status gizi baik.
halnya pada hasil analisis, terlihat status
Hal yang berbeda terjadi pada
gizi yang berhubungan dengan penyakit
anak balita pada klasifikasi status gizi
diare meliputi semua klsafikasi status gizi,
menurut indikator TB/U maupun BB/TB.
baik BB/U, TB/U maupun BB/TB.
Seperti terlihat pada tabel 8, masing-
Sementara variabel ISPA berhubungan
masing variabel dinyatakan tidak
dengan anak balita pada klasifikasi BB/U
berhubungan (P= 0,1) dan (P= 0,27).
dan TB/U. Hal berbeda terjadi pada
Secara proprsional, juga terlihat
variabel sanitasi lingkungan, hanya
berimbang antara anak yang tinggal di
berhubungan denga status gizi
lingkungan sehat dan tidak sehat.

110
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

berdasarkan klasifikasi BB/U. Terlihat indikator kegemukan. Terdapat hubungan


status gizi klasifikasi berdasarkan BB/U, antara kejadian diare dengan status gizi
lebih rentan terhadap faktor morbiditas, balita berdasarkan BB/TB. Masalah gizi
dan lingkungan. tersebut merupakan akibat dari keadaan
Variabel yang dinyatakan secara yang berlangsung sebentar, seperti
statistik berhubungan, mengambarkan menurunnya nafsu makan, akibat sakit
eratnya pengaruh faktor luar terhadap dan menderita diare.
perekembangan balita. Penyakit diare Berbeda dengan variabel kejadian
terlihat erat hubungannya dengan ketiga diare, pada kejadian ISPA, variabel status
klasifikasi status gizi, menandakan gizi yang berhubungan hanya status gizi
penyakit ini telah umum terjadi, dan dapat klasifikasi BB/U dan TB/U, sementara
mempengaruhi perkembangan kesehatan klasifikasi BB/TB tidak berhubungan. Hal
balita. Telah banyak dilakukan penelitian ini dapat dimengerti, karena penyakit ISPA
tentang diare yang menunjukkan adanya bersifat kronis, berlangsung lama,
keterkaitan antara kejadian diare dengan sementara status gizi yang didasarkan
status gizi dan kesehatan anak balita. indikator BB/TB memberikan gambaran
Berdasarkan meta analisis, juga tentang status gizi yang bersifat akut. Di
menunjukkan lebih dari 18 penelitian mana proporsi penilaian tinggi badan anak
2
tentang diare . Sampai saat ini, bagi balita sebagai akibat dari keadaan yang
sebagian besar anak balita, penyakit diare berlangsung lama, sedangkan berat
masih menjadi masalah kesehatan dunia badan merupakan akibat kejadian saat ini.
terutama di negara berkembang. Faktor umur sebagai indikator penyebut,
Prevalensi gizi buruk di Indonesia turut mencerminkan gambaran masa lalu.
sebesar 5,4 persen dan gizi kurang 13,0 Penyakit ISPA dan gizi buruk (BB/U)
5
persen. Sementara hasil analisis data, sering terjadi bersama-sama, dan bila
dari sekitar empat ribu balita diantaranya terjadi bersamaan akan menjadi prognosis
mempunyai 18,4 persen mengalami gizi yang lebih buruk dibanding jika terjadi
10
kurang. Dari proporsi tersebut, sendiri-sendiri. Beberapa hasil penelitian
menginformasikan terdapat hubungan menunjukkan informasi yang sama, bahwa
antara kejadian diare dengan status gizi terdapat hubungan anatara kejadian ISPA
balita berdasarkan BB/U. Penilaian status dengan gizi buruk, seperti pada hasil
gizi BB/U memberikan gambaran tentang kajian pasien URJ Anak RS. Dr
11
status gizi yang bersifat umum dan Soetomo. Hasil analisis RISKESDAS ini,
spesifik. Tinggi rendahnya prevalensi gizi juga menunjukkan hubungan signifikan.
kurang hanya mengindikasikan, ada Walaupun klasifikasi berdasarkan BB/U
tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi merupakan klasifikasi umum, dan kurang
tidak memberikan indikasi apakah spesifik, karena tidak memasukkan tinggi
masalah gizi tersebut bersifat kronis atau badan sebagai ukuran. Namun demikian,
akut. Sementara penderita diare pada dapat menjadi informasi dini, adanya
umumnya mengalami percepatan pengaruh penyakit ISPA terhadap status
penurunan berat badan. Oleh karenanya gizi anak balita. Keadaan ini juga
nyata terlihat, infeksi penyakit diare berkaitan dengan adanya informasi
berhubungan dengan status gizi balita kesakitan pada bayi dan anak balita di
berdasarkan indikator BB/U. Indonesia yang umumnya disebabkan
Masalah pendek (TB/U) pada balita oleh penyakit infeksi. Terutama infeksi
secara nasional masih serius yaitu saluran pernapasan akut (ISPA) dan
5
sebesar 36,8%. Terdapat hubungan infeksi saluran pernapasan bawah yang
12
antara kejadian sakit diare dengan status akut. Gejala yang ditimbulkan berupa
gizi balita pendek berdasarkan TB/U. sesak nafas dan batuk yang
Prevalensi status gizi yang didasarkan menyebabkan penderita ISPA menjadi
indikator TB/U memberikan gambaran kurang tidur dan terganggu aktivitas
12
tentang status gizi yang bersifat kronis. sehari-harinya. Selain itu, anak balita
Terjadinya masalah gizi ini sebagai akibat penderita ISPA biasanya, nafsu makannya
dari keadaan yang berlangsung lama berkurang dan hal ini mempengaruhi berat
seperti kemiskinan, pola asuh yang kurang badan, sakaligus status gizinya.
tepat, sering menderita penyakit secara Variabel sanitasi lingkungan hanya
berulang. berhubungan dengan status gizi
Prevalensi status gizi yang berdasarkan klasifikasi BB/U. Tinggi
didasarkan indikator BB/TB memberikan rendahnya prevalensi gizi kurang hanya
gambaran tentang status gizi yang bersifat mengindikasikan ada tidaknya masalah
akut, juga dapat digunakan sebagai gizi pada balita, tetapi tidak memberikan

111
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

indikasi apakah masalah gizi tersebut KESIMPULAN


bersifat kronis atau akut. Sanitasi
1. Terdapat hubungan yang bermakna
lingkungan, lebih terlihat memberikan efek
antara kejadian penyakit diare dengan
langsung pada perkembangan kesehatan
status gizi anak balita berdasarkan
anak balita. Sanitasi lingkungan dalam hal
indikator BB/U, TB/U dan BB/TB.
ini dikategorikan sehat, bila rumahtangga
Balita yang sering mengalami diare
tidak memelihara hewan ternak di
berpeluang satu kali lebih besar akan
sekitar/di dalam rumah dan air minum
mengalami status gizi-buruk, pendek
selalu direbus sampai mendidih.
dan kurus dibandingkan dengan balita
Air yang tidak sehat akan
yang normal atau berstatus gizi baik.
mengakibatkan diare pada anak balita dan
2. Terdapat hubungan yang bermakna
menurunkan berat badannya, sehingga
antara kejadian penyakit ISPA dengan
berpengaruh pada satus gizi bersifat akut
status gizi anak balita berdasarkan
(BB/U). Data terakhir menunjukkan bahwa
indikator BB/U dan TB/U. Balita yang
kualitas air minum yang buruk
sering mengalami ISPA berpeluang
menyebabkan 300 kasus diare per 1000
8 satu kali lebih besar akan mengalami
penduduk. Data lain menunjukkan
status gizi-buruk dan pendek
rendahnya akses masyarakat terhadap air
dibandingkan dengan balita yang
bersih dan sanitasi dasar dapat
normal atau berstatus gizi baik.
meningkatkan kejadian diare pada anak
13 3. Terdapat hubungan yang bermakna
balita.
antara sanitasi lingkungan sehat
Selain itu air minum juga harus
dengan status gizi anak balita
dijaga agar tidak mudah tercemar oleh
berdasarkan indikator BB/U. Balita
bahan-bahan berbahaya, sehingga bila air
yang tumbuh di lingkungan tidak sehat
minum diragukan keamanannya,
7 berpeluang satu kali lebih besar akan
sebaiknya direbus sampai mendidih. Air
mengalami status gizi-buruk
yang memenuhi syarat untuk diminum
dibandingkan dengan balita yang
adalah air yang tidak berasa, tidak berbau,
normal atau berstatus gizi baik.
tidak mengandung zat yang berbahaya
dan jernih. Dengan menangani akar
SARAN
masalah penyebab penyakit tentunya air
minum dan sanitasi dapat mengurangi Perlu disusun metode edukasi yang
permasalahan penyakit secara global praktis dan efektif, yang meliputi materi
12
akibat lingkungan. secara menyeluruh (sanitasi lingkungan,
Klasifikasi status gizi anak balita pencegahan penyakit infeksi dan
berdasarkan BB/U, erat kaitannya dengan penularannya, serta konsumsi gizi balita).
penyakit ISPA, Diare dan Sanitasi Selain itu perlu penyegaran/pelatihan
lingkungan. Status gizi tersebut (BB/U) penyuluhan dan konseling secara reguler,
berdasar hasil penimbangan anak balita bagi para kader posyandu agar kegiatan
per umur, dan data ini dapat di peroleh yang bersifat edukasi masyarakat terus
dari kegiatan rutin posyandu. Oleh berjalan.
karenanya, data posyandu tersebut dapat
di jadikan informasi dini untuk melakukan RUJUKAN
pencegahan terjadinya status gizi yang
1. Soekirman. Ilmu Gizi dan
lebih buruk dan bersifat kronis, melalui
Aplikasinya untuk Keluarga dan
edukasi masyarakat. Edukasi kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Departemen
secara menyeluruh, sangat di perlukan.
Pendidikan Nasional, 2000.
Baik edukasi tentang kesehatan
lingkungan, pencegahan penyakit infeksi 2. Adisasmito W. Faktor risiko diare
dan penularannya, maupun konsumsi gizi pada bayi dan balita di Indonesia:
balita. Secara tidak langsung edukasi Systematic review penelitian
telah dilakukan melalui lima fungsi meja di akademik bidang kesehatan
posyandu. Meskipun meja ke-4 masyarakat. Makara Kesehatan
(konseling), telah ditetapkan sebagai 2007; 11(1): 1-10.
solusi balita yang bermasalah, namun 3. Berek ThDK, Faizah Z,
masih banyak yang tidak mengaktifkan Purwaningsih E. Pola asuh ibu,
14
kegiatan ini. Hal tersebut mungkin kejadian diare dan pertumbuhan
dikarenakan tidak adanya metode edukasi sampai 4 bulan pada bayi yang
yang praktis dan efektif. mengalami hambatan pertumbuhan
dalam rahim. M Med Indones. 2008;
43(3): 122-28.

112
PGM 34(2):104-113 Sanitasi lingkungan, morbiditas dan status gizi TS Hidayat; dkk

4. Musadad DA, Hananto M. Tingkat dengan pertumbuhan bayi umur 3


risiko sarana air minum di sampai 6 bulan di Kecamatan
kabupaten Sukabumi. Jurnal Ekologi Suruh, Kab. Semarang (2005).
Kesehatan 2008; 7(3): 819-28. prints.undip.ac.id/view/divisions/mag
5. Musadad DA, Irianto J. Pengaruh .../2005.html. Dikutip 12 Januari
penyediaan air minum terhadap 2012.
kejadian karies gigi usia 12-65 tahun 10. Sugeng S dkk. Penilaian Status
di Provinsi Kep. Bangka Belitung Gizi. Jakarta: EGC, 2001.
dan Nusa Tenggara Barat. Jurnal 11. Rahmawati D. Hubungan antara
Ekologi Kesehatan 2009; 8(3): status gizi dengan kejadian ISPA
1032-46. pada balita di URJ Anak RSU Dr.
6. Badan Penelitian dan Soetomo Surabaya. Buletin
Pengembangan Kesehatan Penelitian RSU Dr Soetomo 2008;
Departemen Kesehatan. Riset 10(3): 141-6.
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: 12. Hapsari D, Supraptini, Hananto M.
Laporan Nasional. Jakarta: Faktor-faktor pencemaran udara
Balitbangkes, Depkes, 2008. dalam rumah yang berhubungan
7. Wahyono T. Analisis Data Statistik dengan kejadian ISPA pada balita di
dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan
Komputindo, 2002. 2010; 9(2): 1238-47.
8. Soekirman, Afriansyah N, Erikania 13. WHO & UNICEF. Meeting the
J. ¯Gizi seimbang untuk anak usia Millenium Development Goals
Drinking Water and Sanitation
0-2 tahun.° Dalam: Sehat & Bugar Target: The Urban and Rural
Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Challenge of the Decade. Geneva:
Nakita Kompas-Gramedia & Institut WHO & UNICEF, 2006.
Danone Indonesia, 2010. 14. Gizi.depkes.go.id/pedoman-
9. James 1990 dalam, Wati Erna gizi/download/UPGK1a.doc.
Kusuma. Hubungan episode infeksi Panduan KMS Balita. Dikutip 12
saluran pernapasan akut (ISPA) januari 2012.

113

You might also like