BABI
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Penelitian
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana
pembangunan sedang giat-giatnya dilaksanakan baik dalam pengadaan sarana
maupun prasarana agar dapat_meningkatkan taraf’ hidup rakyat_menuju
tereapainya rakyat_ yang adil dan makmur, Untuk mewujudkan cita-cita
dibutuhkan eran serta seluruh warga negara, Diantaranya adalah peran
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan sarana
arana
fisik seperti pembangunan perumahan, gedung, jembatan, pasar juga termasuk
didalamnya pengadaan listrik dan lain-lain Dengan demikian perusahaan tersebut
diatas berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan sarana-sarana fisik, dan juga
membuka kesempatan kerja bagi masyarakat,
Untuk memenuhi kebutuhan akan sarana-sarana fisik banyak bermunculan
perusahaan-perusahaan konstruksi yang merupakan bentuk inisiatif dan kreativitas
masyarakat dalam upaya turut serta mewujudkan kesejahteraan bangsa, Keadaan
mem: yang semakin ketat_ yang ditandai dengan
uu persaingan
banyaknya perusahaan-perusahaan konstruksi yang bersaing untuk membuat satu
proyek tertentu, Dengan adanya persaingan tersebut menyebabkan perusahaan
harus meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan dalam segala
aspek, misalnya dalam aspek Keuangan maupun aspek operasional
Semakin ketatnya persaingan saat ini dimana perusahaan harus
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja, maka akan memaksa_para
pengelola perusahaan untuk dapat bersaing dengan sempuma. Artinya perusahaan
harus dapat mengikuti dan menerapkan perkembangan Tlmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) serta mampu menerapkan pengawasan/pengendalian. yang
sedemikian rupa, pada semua aspek agar dapat mencapai hasil yang efektif dan
efisien guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan.Untuk meneapai hal tersebut_ maka sektor konstruksi bangunan_ perlu
melakukan efesiensi guna menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan
Konsumen, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan efisiensi
secara internal, dimana efisiensi ini lebih bersifat yang dimiliki perusahaan serta
penerapan metode kerja yang tepat dan sebagainya guna mendukung pencapaian
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan,
Salah satu cara untuk meningkatkan efesiensi secara intemal adalah dengan
menetapkan suatu metode yang dikenal dengan program SS atau di Indonesia
disebut dengan program SR. 5S mungkin masih terdengar asing bagi sebagian
orang. 58 merupakan suatu program penerapan sikap kerja yang menekankan
pada pengelolaan kondisi fisik tempat Kerja yang terorganisit. Program ini
berawal dari kebiasaaan warga Jepang dalam mengurus rumah tangganya yaitu
dengan cara menata sedemikian rupa sehingga menciptakan kondisi tempat
tinggal yang nyaman, Nama $8 senditi berasal dari huruf pertama istilah Jepang,
Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang menjadi semboyannya,
Berdasarkan pengalaman perusahaan-perusahaan di Amerika, Eropa, dan Jepang,
program ini mampu meningkatkan mutu dan produktivitas perusahaan, Karena
bekerja pada tempat yang terorganisasi dengan baik, nyaman, aman dan sehat,
tidak cepat menimbulkan kelelahan sehingga semangat kerja dapat dipertahankan
dalam waktu yang relatif lama. Juga akan timbul kepedulian terhadap pekerjaan,
partisipasi yang tinggi dan penyelesaian kerja yang baik. Tanpa gerakan 5S, tidak
satupun kampanye dan inovasi lain yang telah ditemukan untuk memperoleh
kondisi kerja yang lebih baik dan produk unggulan akan berhasil.
Dalam bukunya, “The five keys to a total quality Environment”, Takashi
Osada mengemukakan bahwa 5S merupakan serangkaian aktivitas pemilahan,
penataan, pembersihan, pemeliharaan dan pembiasaan, yang kesemuanya
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik ( Takashi Osada, 2004).
Setiap orang dapat menerapkan SR dalam hal apa saja, Misalnya dalam
mengelola suatu rumah sakit, hotel, perpustakaan, studio, kantor atau pabrik.
Dengan adanya metode SR, seorang pekerja pabrik atau bengkel tidak akanmerasa berbeda dengan orang yang bekerja di dalam kantor karena mereka juga
dapat bekerja dalam kondisi fisik yang nyaman, sehat, aman, dan efektif.
Pada saat perusahaan menerapkan 5R, tidak begitu saja bisa diperoleh
hasil yang maksimal tetapi perlu adanya proses. Dimulai dari perencanaan,
implementasi, dan pengendalian yang baik tentunya. Oleh karena itu perlu adanya
kegiatan pengukuran. Melalui kegiatan pengukuran tersebut perusahaan bisa
memiliki sebuah indikator, yang dapat dijadikan pegangan dalam melakukan
evaluasi terhadap hasil yang diperoleh, Perusahaan dapat mengetahui, apakah
penerapan SR sudah baik atau belum. Apakah sudah memberikan hasil seperti
yang diharapkan atau belum. Sehingga perusahaan dapat mengetahui apakah
tindakan yang perlu diambil selanjutnya
PT Wijaya Karya (Wika), merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang konstruksi bangunan sejak tahun 1970-an, dimana dalam perusahaan
tersebut metode SR telah menjadi inspirasi bagi pihak manajemen untuk
melakukan suatu perbaikan dalam hal keamanan dan ken n di tempat kerja
aman
dengan mengikutsertakan seluruh anggota perusahaan, Oleh Karena itu,
berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Metode 5R (Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, dan Rajin) di bagian Divisi Sipil Umum II (DSU I) PT.
Wijaya Karya (WIKA) pada proyek PLTU (Perusahaan Listrik Tenaga Uap)
Indramayu. ”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis mencoba mengidentifikasi
masalah sebagai berikut
1. Bagaimana penerapan metode SR yang dilakukan pada bagian Divisi Sipil
Umum Il di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Pada proyek PLTU
Indramayu?
2. Bagaimana kendala yang dihadapi perusahaan dalam penerapan SR?3, Bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi perusahaan pada penerapan
metode 5R?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maksud dan tujuan dari penelitian
ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode SR di bagian Divisi Sipil
Umum I di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. pada proyek PLTU
Indramayu.
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi perusahaan pada
penerapan metode SR.
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi dari masalah yang dihadapi
perusahaan pada penerapan metode SR.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan saran yang
bermanfaat bagi PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Divisi Sipil Umum IL
dan juga perusahaan lainnya sebagai bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan penerapan metode SR dalam rangka meneiptakan Tingkungan
fisik tempat kerja yang lebih aman, sehat dan nyaman, sehingga dapat
diperoleh hasil yang lebih optimal
2. Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
penerapan 5R di PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Divisi Sipil Umum II
serta memberikan gambaran mengenai pentingnya penerapan SR yang
baik bagi suatu peruasahaan,
3. Universitas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah literartur sehingga dapat
berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan.4, Pihak-pihak lain
7
pengetahuan tentang Manajemen Operasional. Khususnya dalam
apkan melalui penelitian ini, dapat diperoleh wawasan baru, serta
‘menganalisis kinerja penerapan SR di perusahaan, yang memprioritaskan
pada perbaikan dan pengembangan mutu tempat kerja, agar menciptakan
suasana yang lebih kondusif.
1.6 Kerangka Pemikiran
Pada umumnya, setiap perusahaan memiliki tujuan yang hendak dicapa
diantaranya adalah memperoleh laba semaksimal mungkin dan berusaha untuk
memuaskan konsumen, Untuk mencapai tujuan tersebut, maka berbagai aspek
yang ada di dalam suatu perusahaan memegang peranan penting.
Penyelenggaraan proyek merupakan salah satu kegiatan perusahaan dalam
upaya mencapai tujuan tersebut. Menurut Chase, Aquilano, dan Jacobs
(2001:58), mendefinisikan pengertian proyek sebagai berikut :
“Project may be defined as a series of related jobs usually directed
toward some major output and requiring a significant period of time to
perform”.
Penulis mengartikan
“Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu urutan hubungan kerja, dimana
pada umumnya diarahkan untuk menghasilkan keluaran yang banyak dan
membutuhkan periode waktu yang signifikan untuk dilakukan”.
Pada saat ini semua perusahaan dituntut untuk lebih efisien dalam
melakukan kegiatan produksinya, mengingat adanya peningkatan harga faktor-
faktor produksi yang sangat tinggi. Schingga hal ini dapat menyebabkan harga
dari produk yang dihasilkan juga meningkat. Oleh karena itu, bidang operasional
seringkali mendapat perhatian lebih dari pada bidang lainnya. Dalam bidang
operasional, banyak faktor yang ikut memegang peranan penting dalam
pencapaian tujuan perusahaan tersebut, yang salah satunya adalah sumber daya(input) yang digunakan seperti modal, tenaga kerja, mesin-mesin (peralatan),
teknologi, dan lain-lain, Semua sumber daya tersebut memerlukan penanganan
yang baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.
Dalam meningkatkan produktivitas perusahaan salah satunya yaitu melalui
penerapan SR. Produktivitas dalam penerapan SR mengandung pengertian
‘meningkatkan nilai tambah pada hasil kerja. Karyawan produktif adalah karyawan
yang dapat menghasilkan nilai tambah sebesar mungkin bagi perusahaan,
mungkin dari masukan yang memadai (Kristianto Jahja:2000)
Pada penerapan SR di perusahaan merupakan unsur esensial bagi
manajemen yang baik melalui 5R, karyawan mempelajari dan mempraktekkan
disiplin diri. Karyawan tanpa disiplin diri tidak mungkin menghasilkan produk
yang berkualitas bagi konsumen. Oleh Karena itu dalam suatu perusahaan
penerapan SR sangat penting karena dapat meningkatkan produktivitas serta,
memberikan hasil yang memuaskan bagi konsumen.
“5S merupakan serangkaian aktivitas di tempat kerja yang berapa
aktivitas pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan, dan
pembiasaan,
pekerjaan dengan baik.” (Takashi Osada, 2004)
1 kesemi diperlukan untuk melaksanakan
Untuk dapat mewujudkan keinginanperusahaan dalam peningkatan
produktivitas melalui metode 5R ini, mempunyai tahap-tahap yang jelas yaitu:
1. Tahap Ringkas, memilih sesuai dengan arutan atau
membedakanantara yang diperlukan dengan yang. tidak
diperlukan,
2. tahap Rapi, menyimpan barang ditempat yang tepat sehingga
‘memudahkan dalam proses penearian
3. Tahap Resik, membersihkan barang-barang yang telah
dipergunakan schingga menjadi bersih.
4, Tahap Rawat, pada tahap ini terus menerus dan secara
berulang-ulang dilakukan.5. Tahap Rajin, tahap ini merupakan pelatihan dan kemampuan
melakukan apa yang igin dilakukan.
Berikut ini merupakan beberapa tujuan dari penerapan SR ini antara lain:
1. Meneiptakan lingkungan kerja yang bersih, higienis, aman, dan
meyenangkan bagi semua orang,
2. Selain bermanfaat bagi perusahaan penerapan SR juga dapat
‘membantu karyawan dalam mencapai disiplin pribadi.
Membuat masalah kualitas menjadi jelas, mutu_ berkaitan
dengan kesesuaian asi kerja terhadap _kebutuhan.
Ketidaksesuaian terhadap —kebutuhan atau __persyaratan
merupakan cacat produksi yang harus diperbaiki. Untuk
perbaikan diperlukan tambahan waktu, usaha maupun material
dan komponen. Disamping itu, kesempurnaan hasil kerja tidak
dapat dijamin bila dicapa
melalui pekerjaan ulang atau
Mutu has
repara
kerja harus dapat dijamin sedini mungkin
di tempat kerja agar kerja reparasi dapat dihapuskan.
4, Meningkatkan efisiensi Kerja dan mengurangi biaya operasi,
efisiensi kerja berhubungan dengan penggunaan sumber daya
yang sehemat mungkin dalam menghasifkan barang dan jasa
Orang sering mengartikan penghematan sumber daya secara
sempit sebagai penghematan benda fisik saja, Dalam.
kenyataannya, sumber daya waktu yang lebih penting sering
dilupakan, Sumber daya waktu merupakan sumber daya yang
tidak
isa disimpan atau dipindahkan. Jadi waktu kerja harus
fa dihapuskan,
dimanfaatkan sebaik mungkin dan pemborosani
Industri tidak akan berhasil tanpa pengelolaan waktu,
Oleh Karena it penerapan SR ini mempunyai manfaat yang sangat besar
terutama dalam hal menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta
pengurangan produk e:
akibatnya, kepuasan konsumen akan meningkat dan
yang dapat mendorong peningkatan produktivitas,Gambar 1.1
Kerangka pemikiran
PT. WHIAYA KARYA,
owIKay
UIWAN PERUSAHAAN
+ Kepussan konsumen
slankarvawan
1+ sap yang ale con
bertempeten
KEUNTUNGAN
1 mniogatan eine
esasan mengareg!
Dia pees
¥
Proyek PLTU Indeemsyu berjlan
‘Sengan efit da efison
| OPERASIONAL
¥
PERUSAHAAN
Pesbaikan
MASALA
Kurang bersungguih-
sng dalam
rmelaksanakan
‘Tidak mene
yang dimaksudean
dengan SR
va
Produbtivitas
slengan-eata:
Menerapkan
wa :
sikap kerja
sR
‘Sumber: Hasl Anal
j Penal tahun 20081.7 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif, menurut Moh Nazir (2003-54) :
“Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.”
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, serta tempat dan waktu
penelitian dilakukan, penelitian deskriptif yang dilakukan terbagi atas:
1. Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
membaca dan mempelajari buku-buku serta literatur yang berhubungan
dengan sikap kerja terutama mengenai metode SR.
2. Penelitian observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.
3, Wawaneara, yaitu proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan antara dua orang atau lebih dengan mendengarkan secara
Jangsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan,
1.8 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis melakukan penelitian di
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. Divisi Sipil Umum II pada proyek PLTU yang
berlokasi JI. Raya Bogeg PLTU 3x330MW PT WIKA Sukra Indramayu, Waktu
penelitian dilakuka
April 2008.
pada tanggal 21 Februari 2008 sampai dengan tanggal 101.9 Waktu penelitian
Penulis akan melakukan penelitian ini dibagi menjadi :
vague 2] s{ «| 4
1 | eanvey
2. | rangumpun deta
Evatuas as panolaan cata
siergBABII
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Produksi dan Manajemen Operasi
2.4.1 Pengertian Manajemen
Drs. Malayu Hasibuan (2004:2) memberikan pengertian manajemen
sebagai berikut :
“Manajemen_adalal
sumber daya manus
efisien untuk meneapai tujuan tertentu”.
mengatur proses pemanfaatan
her lainnya secara efektif dan
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2004.12) manajemen diartikan
sebagai berikut :
“Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan orang lain”.
George R Terry dalam buku “Prinsip-prinsip Manajemen” (2003:9)
mendefinisikan manajemen sebagai berikut :
“Manajemen merupakan sebuah kegiatan pelaksanaannya disebut
managing dan orang yang melakukannya disebut manajer. Manajemen
mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh i
individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melal
tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya.”
Dari Ketiga pengertian di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa
manajemen adalah suatu proses bekerja untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya secara efekif dan efisien dengan menggunakan orang-
orang melalui fungsiperencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya- sumber daya yang tersedia,2.1.2 Pengertian Produksi dan Operasi
Kegiatan produks
merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah
organisasi industri, Produksi memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh
beberapa alli, sebagai berikut
Menurut Sofjan Assauri (2004, 11), yaitu
“Produksi adalah kegiatan yang mentransformasikan_ masukan
(input) menjadi keluaran (oufput), tercakup semua aktivitas atau
Kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-
kegiatan Iain yang mendukung atau menunjang usaha untuk
menghasilkan produk tersebut”.
Menurut Vincent Gaspersz (2004, 3):
“Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisast, yang
mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai
tambah produk yang merupakan output dari setiap organi
industri itu”.
maka
Dari definisi yang dikemukakan oleh Vincent Gasperss di
dapat disimpulkan bahwa suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai
tambah apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai
tambah produk (barang dan/atau jasa), Proses transformasi nilai tambah dati input
menjadi ouput dalam sistem produksi modem selalu melibatkan Komponen
struktural dan fungsional
1
Sistom produksi memiliki beberapa karakteristik berikut :
Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan
satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh, Hal ini berkaitan
dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu.
Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu. menghasilkan
produk (barang dar/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga
kompetitif di pasar.
Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi
output secara efektif dan efisien,
Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa
optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.Dari beberapa definisi produksi di atas maka dapat dilihat bahwa yang
dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan peneipts
in barang,
dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki_ dengan
‘mempertimbangkan pula kegiatan-kegiatan pendukung lainnya.
2.1.3. Pengertian Manajemen Produksi dan Manajemen Operasional
Dalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004”,
Sofjan Assauri (2004;12) berpendapat bahwa:
“Manajemen Produksi atau Operasi adalah proses pencapaian dan
pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau
menghasilkan barang atau ng berguna sebagai usaha untuk
mencapai tujuan dan sasaran
#
Menurut Jay Helzer dan Barry Render (2001;14) mengemukakan
tentang manajemen operasional sebagai berikut
“Operation management (OM) is the set of activities that creates goods
and services by transforming input into outputs”.
Penulis mengartikan:
“Manajemen Operasional merupakan satu set aktivitas yang menghasilkan
barang dan jasa dengan mengubah masukan menjadi keluar
Sedangkan menurut Roger G. Schroeder dalam bukunya “Operations
Management” (2000;5) berpendapat bahwa:
Iperation management is responsible for supplying the product or
service of the organization”.
Penulis mengartikan:
“Manajemen Operasional merupakan tanggung jawab untuk memasok
produk baik barang ataupun jasa yang dihasitkan oleh organi
Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
Manajemen Operasional adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang mengatur dan
mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sehingga dapat menambah
Kegunaan atau nilai suatu barang dan jasa melalui perubahan dari masukan
menjadi keluaran,2.2. Mutu dan Manajemen Mutu
Definisi Mutu yang akan penulis kemukakan selalu mengacu pada
pengertian bahwa kata “pelanggan” yang disebutkan disini adalah para pekerja,
pekerja mitra dan pekerja kontraktor di lingkungan kerja PT. Wijaya Karya.
Sementara kata “produk” atau “jasa” selalu mengacu pada berbagai_peralatan.
prosedur, pedoman umum dan atribut yang diterapkan dalam lingkungan kerja PT.
Wijaya Karya
2.2.1 Pengertian Mutu
Menurut David L. Goetseh dan Stanley B. Davis (2000;50) menyebutkan
definisi mutu sebagai berikut :
“Quality is the dynamic state associated with products, services, people,
Processes and environment that meets or exceeds expectations”.
Penulis mengartikan
“Mutu adalah suatu keadaan yang dinamis berhubungan dengan produk,
pelayanan, orang-orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan”,
Ross Johnson dan William O, Winchell dalam buku “Prinsip-prinsip
Manajemen Operasional” karangan Barry Render dan Jay Heizer (2001:92)
yang dialih bahasakan oleh Kresnohadi Ariyoto, mengemukakan definisi mutu
sebagai berikut:
“Totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi”.
Sedangkan Yulian Zamit (2003;347) dalam buku “Manajemen Produksi
dan Operasi” mengemukakan bahwa mutu adalah:“Suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi
ditinjau dari pandangan konsumen, secara subjektif orang
‘mengatakan kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera
Fitness for use).”
Dari ketiga pengertian mutu di atas, dapat ditarik simpulan bahwa mutu
lebih mengarah pada karakteristik produk untuk dapat memuaskan kebutuban
Konsumen, yang tentunya sesuai dengan selera atau keinginan konsumen
2.2.1.1 Faktor Penilaian Mutu
Seorang konsumen mungkin menilai produk (barang) dan jasa dari banyak
aspek untuk menentukan apakah sudah memenuhi harapannya atau belum.
a. Faktor Produk
Seorang konsumen ketika mengevaluasi mutu suatu produk akan
menilai dari sisi estetika, kehandalan, kemudahan suatu produk
untuk digunakan, daya tahan, kesesuaian pada spesifikasi yang,
telah ditentuka
yang biasanya tertera pada kemasan produk
b. Faktor Jasa
Mutu jasa terkadang lebih sulit untuk dinilai dengan perhitungan
kuantitatif. Dalam kasus seperti ini kita harus menggunakan atribut
Jain untuk menghitung kepuasan Konsumen dengan mutu jasa
Daya tanggap menggambarkan kemauan da kecepatan dari
personil pelayanan yang datang pada konsumen, Jaminan mengacu
pada rasa percaya dan keyakinan pada rasa yang kita terima,
Empati menggambarkan tingkat perhatian dan ketelitian daripersonil yang melayani kita. Bukti_nyata adalah suatu penilaian
dari faktor-faktor yang muncul dari personil jasa, kebersihan
peralatan dan sistem fisik serta kenyamanan keadaan sekitar.
2.2.2 Pengertian Manajemen Mutu
Menurut ISO 8402 (Quality Vocabulary), Manajemen Mutu adalah
“Semua aktifitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang
menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung
jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti
perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas
(quality control, jaminan kualitas (quality assurance) dan
peningkatan kualitas (quality improvement)”.
a. Perencanaan kualitas (quality planning) adalah penetapan dan
pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta
penerapan sistem kualitas.
b. Pengendalian kualitas (quality control) adalah teknik-teknik dan
aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan
kualitas,
Jaminan kualitas (quality assurance) adalah semua tindakan
terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan
didemonstrasikan guna memberikan kepereayaan yang cukup
bahwa produk akan memuaskan kebutuban untuk kualitas tertentu,
d. Peningkatan kualitas (quality improvement) adalah tindakan-
tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk untuk
pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari
proses dan aktivitas melalui struktur organisasi
Dari definisi mengenai manajemen mutu seperti yang telah disebutkan di
atas, dapat ditarik simpulan bahwa manajemen mutu adalah suatu prosespelaksanaan fungsi-fungsi manajemen mulai dari _pereneanaan —hingga
pengendalian untuk memenuhi tingkatan mutu seperti yang diharapkan
Konsumen,
2.2.2.1 Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003;4) menyebutkan
definisi manajemen mutu terpadu sebagai berikut:
“Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungannya”.
Manajemen Mutu Terpadu memiliki beberapa karakteristik:
Fokus pada pelanggan, baik pelanggan intemal maupun eksternal
- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap mutu.
= Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
~ Memiliki komitmen jangka panjang.
= Membutuhkan kerja sama tim (Team Work)
~ Memperbaiki proses secara berkesinambungan.
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
~ Memberikan kebebasan yang terkendali
- Memiliki kesatuan tujuan,
= Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
2.3 Pengertian Tempat Kerja
Dalam sebuah situs internet www.thefreedictionary.com, tempat kerja
(Workplace) diartikan sebagai berikut:
“Workplace is a place, such as an office or factory, where people are
employed”.Penulis mengartikan:
“Tempat Kerja merupakan sebuah tempat, seperti Kantor atau pabrik,
dimana orang bekerja”.
Dalam situs internet lain en.wikipedia.org, tempat kerja diartikan sebagai
berikut,
“Workplace means a place (whether or not within or forming part of a
building, structure, or vehicle) where any person is to work, is working,
for the time being works, or customarily works, for gain or reward; and
in relation to an employee, includes a place, or part of a place, under the
control of the employer (not being domestic accommodation provided for
the employee)”.
Penulis mengartikan:
“Tempat kerja berarti sebuah tempat (apakah itu. merupakan atau hanya
agian dari gedung, bangunan, atau kendaraan) dimana setiap orang akan
bekerja, sedang bekerja, menggunakan waktu untuk bekerja, atau biasanya
bekerja, untuk memperoleh keuntungan atau upah; dan dalam
hubungannya dengan pekerja, termasuk tempat, atau bagian dari sebuah
tempat, dibawah penguasaan pemberi kerja (bukan merupakan fasilitas
Khusus yang disediakan untuk pekerja)”.
2.4 Proyek dan Manajemen Proyek
2.4.1 Pengertian Proyek dan Manajemen Proyek
Menurut Chase, Aquilano, dan Jacobs (2001;58), mende
pengertian proyek sebagai berikut :
“Project may be defined as a series of related jobs usually directed toward
some major output and requiring a significant period of time to perform”.
Penulis mengartikan
“Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu urutan hubungan kerja, dimana pada
umummya diarahkan untuk menghasitkan keluaran yang banyak dan
‘membutuhkan periode waktu yang signifikan untuk dilakukan”.Pengertian Proyek menurut Clive Gray, Payaman Simanjuntak, dkk.
(1993:1) adalah,
“Kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan
dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan benefit”.
Sumber-sumber yang dipergunakan dalam pelaksanaan proyek dapat
berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan setengah jadi, bahan-bahan
mentah, tenaga kerja dan waktu, Sumber-sumber tersebut, sebagian atau
seluruhnya, dapat dianggap sebagai barang atau jasa konsumsi yang dikorbankan
dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh benefit yang lebih besar di
‘masa yang akan datang.
Sedangkan benefit tersebut dapat berbentuk tingkat konsumsi yang lebih
besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat pendidikan atau
Kesehatan, dan perubahan atau perbaikan suatu sistem atau suatu struktur, Suatu
proyek dapat dinyatakan berakhir bila sudah pasti atau diduga tidak memberikan
benefit lagi
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan berarti
bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam satu proyek maupun hasil-
hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang dipergunakan
oleh dan hasil-hasil dari kegiatan yang lainSiklus suatu proyek dapat digambarkan sebagai berikut,
Gambar 2.1
Siklus Proyek
Dimulai dengan
‘gagasan suatu IDENTIFIKAS!
proyek
¥
EVALUASI FORMULASI
VI 1 (persiapan)
. 1
ener tie ARAL
opEitast ‘Appraisal
v HI
*
IMPLEMENTASI
(Supervisi)
Vv Pree CCCP
Sumber : Pengantar Evaluasi Proyek
Keterangan gambar di atas adalah
1. Tahap Pertama : Identifikasi
‘Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi, yaitu
‘menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk
dilaksanakan. Beberapa pegangan menyangkut perlu tidaknya suatu
gagasan proyek diteliti lebih lanjut adalah jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan berikut :
a. Apakah proyek termasuk dalam sektor yang diprioritaskan ?
b, Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan ?
c. Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut ?
2. Tahap kedua : Formulasi
‘Tahap selanjutnya adalah formulasi, yaitu mengadakan persiapan
dengan melakukan prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh manacalon-ealon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-
aspek teknis, institusional, sosial, dan “ekstemalitas”
Setelah mempertimbangkan aspek-aspek tersebut barulah disusun
studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek yang ideal akan
berisi laporan perihal:
a. Ringkasan proyek
b, Studi teknis
¢. Studi pemasaran
d. Studi manajemen/organisasi
e, Studi financial
£. Studi sosial ekonomi
3. Tahap Ketiga : Analisis
Tahap selanjutnya adalah analisis, yaitu mengadakan appraisal atau
evalu:
i terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi
kelayakan proyek tadi dianalisis untuk memilih yang terbaik di
antara berbagai alternative proyek yang ada, berdasarkan suatu
ukuran tertentu,
4. Tahap Keempat : Implementasi
Tahap Implementasi adalah tahap pelaksanaan proyek tersebut,
Dalam tahap ini, tanggung jawab utama dari para perencana serta
penilai proyek adalah mengadakan pengawasan —terhadap
pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final
desainnya.
hap Kelima : Operasi
Tahap berikutnya adalah operasi proyek. Pada tahap ini perlu
dipertimbangkan —metode-metode — pembuatan—laporan _atas
pelaksanaan operasinya, Laporan-laporan tersebut diperlukan untuk
tahap selanjutnya.6. Tahap Keenam : Evaluasi hasil
Tahap berikutnya adalah evaluasi atas hasil-hasil pelaksanaan serta
operasi_ proyek, berdasarkan laporan-laporan yang masuk pada
tahap-tahap sebelumnya. Disini diperbandingkan antara apa yang,
direncanakan dan hasil yang dicapai. Hasil evaluasi ini diperlukan
untuk mengadakan perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya atau
untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru dalam_memilih
proyek-proyek baru
Dari bagan siklus proyek tersebut dapat dilihat bahwa siklus suatu proyek
dimulai dengan adanya suatu gagasan pengusulan yang umumnya bersumber
dari:
1. Para pemimpin masyarakat setempat;
2. Para tenaga teknis;
3. Para peritis pembangunan, seperti bank pembangunan; dan
4, Usulan program-program yang telah ada.
Terhadap gagasan proyek yang muncul tersebut, perlu diteliti terlebih
dahulu apa yang menjadi motivasinya, Motivasi gagasan pengusulan suatu
proyek biasanya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu :
a. Gagasan yang motivasinya untuk mendapatkan keuntungan, dari
suatu investasi bagi si investor, dan
b. Gagasan yang motivasinya untuk manfaat atau kegunaan bagi
arakat banyak seperti tersedianya lapangan kerja, perbaikan
keschatan, dan peningkatan kecerdasan,
2.5 Pengertian Budaya Perusahaan
Menurut. Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2004;172)
‘mendefinisikan budaya perusahaan sebagai:“Corporate culture is the shared experiences, stories, beliefs, and norms
that characterize an organization”.
Penulis mengartikan:
“Budaya perusahaan adalah pengalaman-pengalaman, cerita-cerita,
Kepercayaan-kepercayaan, dan norma-norma _—bersama_—_yang
‘menggambarkan karakteristik suatu organisasi”,
Sedangkan Taliziduhu Ndraha (2003;4) dalam buku “Budaya
Organisasi” mengemukakan bahwa budaya perusahaan adalah:
“Budaya Perusahaan adalah aplikasi budaya organisasi terhadap
badan usaha (perusahaan)”.
Dari kedua pengertian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa budaya
perusahaan lebih mengarah pada karakteristik organisasiperusahaan dimana di
ai, norma-norma, aturan-aturan yang dipercayai dan
dalamnya terdapat nilai-nil
dipegang teguh di dalam suatu perusahaan, dan menjadi salah satu identitas
perusahaan,
26 Produktivitas
26.1 Pengertian Produktivitas
Beberapa pengertian produktivitas, dapat diuraikan sebagai berikut
Organization for Economic and Development (OECD), menyatakan
bahwa
roductivity is equal to output divided by one its production
element”.Penulis mengartikan
“Produktivit
adalah output dibagi elemen ptoduksi yang dimanfaatkan
International Labour Organization (ILO), menyatakan bahw:
“Production are produced as a result integration of four mayor
elemens lands, capital.labour and organization”
Penulis mengartikan
“Produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi
dengan yang dihasilkan”.
European Productivity Agency (EPA) menyatakan bahwa:
“Productivity is the degree of the effective utilization of each
productivity element”.
Penulis mengartikan
“Produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen
produktivitas”
Dari berbagai pengertian produktivitas di atas, maka secara umum
produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (Input).
Ukuranproduktivitas adalah cara yang terbaik untuk mengevaluasi
Kkemampuan suatu negara menyediakan standar hidup yang baik bagi
penduduknya, Pengukuran produktivitas tersebut dapat digambarkan seperti
berikut :Gambar 2.2
Pengukuran Produktivitas
Input >| roses a) Oupur
‘Aliran Balik
Sumber : “Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi”, Jay Heizer, Bi
Salemba Empat, Jakarta, 2001
Render,
Aliran yang efektif mengevaluasi kinerja proses melalui suatu reneana,
Dalam hal ini, aliran balik juga mengevaluasi kepuasan konsumen dan
memberikan sinyal (tanda) terhadap pengendalian masukan finput) dan keluaran
(output)
2.7 5R(Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin )
2.7.1 Pengertian SR
Menurut Kristianto Jahja (2000:76) berpendapat bahwa:
“SR merupakan Tangkah awal dan dasar pondasi bagi peningkatan
produktivitas dan kemampuan bersaing sampai menjadi industri kelas dunia”.
“5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) adalah kondisi tempat kerja
yang siap pakai, dan siap tumbuh dari suatu industri”.
Sedangkan Takashi Osada dalam buku “Sikap Kerja 5S” (2000:x) yang
dialihbahasakan oleh Mariani G:
idan
hardja, mengemukakan d 58
(Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) sebagai berikut
“5S merupakan Suatu bentuk gerakan yang berasal dari kebulatan
tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja, mengadakan
penataan, pembersihan, memelihara kondisi yang mantap danmemelihara kebiasaan yang diperlukan untuk —melaksanakan
pekerjaan dengan baik”.
Dalam quality website-nya Process Review and Improvement Office
@RIO), IT Center, DLSU-Manila Http://quality.disu.edu.ph/ mendefinisikan
5R sebagai berikut:
“SS is a systematized approach to organized work areas, keep rules and
standards and mantain the dicipline needed to do a good job”.
Penulis mengartikan:
“SR adalah pendekatan sistematik untuk mengorganisir area kerja, tetap
pada peraturan dan standar dan mempertahankan kedisiplinan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik”
Dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa 5R merupakan suatu
metode yang mempunyai susunan atau tahapan yang jelas dalam meneiptakan
tempat kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta pengurangan produk cacat,
akibatnya kepuasan konsumen akan meningkat dan dapat mendorong peningkatan
produktivitas.
2.72 Konsep 5R
Lebih dari 40% dari waktu dalam kehidupan manusia dihabiskan di tempat
kerja, 8 jam dari 24 jam sehari dihabiskan di tempat Kerja, belum lagi kerja
Jembur. Sangatlah memprihatinkan bila kita tidak dapat menikmati kegembiraan
pada saat-saat bekerja, karena 40% kehidupan kita terasa seperti neraka. Salah
satu cara memberikan keceriaan di tempat kerja dan dalam kehidupan kerja adalah
melalui penerapan SR.
Program 5R atau 5S ini berawal dari kebiasaan warga Jepang dalam
mengurus rumah tangganya. Yaitu dengan cara menata sedemikian rupa sehingga
‘menciptakan kondisi tempat tinggal yang nyaman,5R atau 5S merupakan serangkaian aktivitas di tempat kerja yang berupa
ktivitas pemilahan, penataan, pembersihan, pemeliharaan terhadap kondisi kerja
yang mantap, dan aktivitas pembiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik, Berdasarkan pengalaman industri-industri di Amerika,
Eropa, dan Jepang. Program ini mampu meningkatkan mutu dan produktivitas
perusahaan, Karena, bekerja pada tempat yang terorganisir dengan baik, nyaman,
aman, dan sehat.
Setiap orang dapat menerapkan SR dalam hal apa saja. Misalnya studio,
kantor, pabrik, kamar tidur, atau bahkan kamar mandi sekalipun. Dengan adanya
SR, seorang pekerja pabrik atau bengkel tidak akan merasa berbeda dengan orang
yang bekerja di dalam kantor, karena mereka juga dapat bekerja dalam kondisi
fisik tempat kerja yang tidak kalah nyaman dengan kantor.
5R merupakan budaya tentang bagaimana seorang memperlakukan tempat
kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka
kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudhan bekerja ini,
4 bidang sasaran pokok industri dapat lebih mudah dipenuhi. 4 bidang sasaran
tersebut meliputi
1. Efisiensi kerja
Efis
ensi kerja berhubungan dengan penggunaan sumber daya yang sehemat
mungkin dalam menghasilkan barang dan jasa, Orang sering mengartikan
penghematan sumber daya secara sempit sebagai penghematan benda fisik
saja. Dalam kenyataannya, sumber daya waktu yang lebih penting, sering
dilupakan, Sumber daya waktu merupakan sumber daya yang tidak bisa
disimpan atau dipindahkan, Jadi waktu kerja harus dimanfaatkan sebaik
mungkin dan pemborosannya dihapuskan. Industri tidak akan berhasil tanpa
pengelolaan waktu.
2. Produktivitas kerja
Di pihak lain produktivitas, mengandung pengertian meningkatkan nilai
tambah pada hasil kerja. Karyawan yang produktif adalah karyawan yang
dapat menghasilkan nilai tambah sebesar mungkin dari masukan yang
memadai, Masalahnya sekarang bagaimana kerja yang dilakukan karyawandapat selalu. menghasilkan nilai tambah. Seorang pakar dari Jepang
menyebutkan bahwa, kegiatan bemilai tambah dalam bekerja pada umumnya
hanya merupakan sebagian kecil dari scluruh kegiatan. Ia memberikan angka
satu berbanding sepuluh ribu. Anda boleh percaya ataupun tidak. Namun pada
intinya, kegiatan dapat bermuara pada nilai tambah maupun pemborosan. Dan
Konsep SR merupakan langkah awal dalam menemukenali kegiatan tak
bemnilai tambah dan pemborosan.
3. Mutu kerja
Mutu berkaitan dengan kesesuaian hasil kerja terhadap _ kebutuhan.
Ketidaksesuaian tethadap kebutuhan atau persyaratan merupakan cacat
produksi yang harus diperbaiki. Untuk perbaikan diperlukan tambahan waktu,
usaha maupun material dan komponen. Disamping itu, kesempumaan hasil
kerja tidak dapat dijamin bila dicapai melalui pekerjaan ulang atau repara
Mutu hasil kerja harus dapat dijamin sedini mungkin di tempat kerja agar
kerja reparasi dapat dihapuskan.
4, Keselamatan kerja
Kecelakaan kerja sangatlah menakutkan bagi karyawan, Bila ia mengalami
kecelakaan di tempat kerja, bagaimana nasibnya, keluarganya. Perusahaan
juga mengalami kerugian, barang yang rusak atau mesin yang terhenti, waktu
yang hilang dan peralatan yang rusak dan sebagainya, Moral, semangat kerja,
dan ketenangan kerja karyawan terganggu. Keselamatan kerja, berkaitan
dengan proses melakukan secara aman dan selamat. Melalui penerapannya, SR
ikut berperan dalam meningkatkan keamanan dalam bekerja.
‘Tidaklah terlalu berlebihan, bila dikatakan bahwa pembangunan industri
harus dilandasi dengan 5R. Dengan 5R perusahaan mempunyai landasan yang
Kokoh dan siap menghadapi tantangan persaingan. Dengan menerapkan SR,
perusahaan tersebut telah memiliki basis budaya yang benar, kuat dan siap untuk
berkembang secara sehat.2.73 Keunggulan yang dihasilkan 5R
Bil
anda menerapkan 5R, kita dapat melakukan apa saja. Walaupun 3R
paling efektif dalam pemyempumaan manajemen setiap perusahaan, ada sejumlah
aktifitas Lain yang menganjurkan untuk membentuk tim kerja sama yang lebih,
baik dan menyempumakan Kondisi kerja. Bila kita menerapkan SR, kita juga
dapat melengkapinya dengan sistem lain tanpa menemui masalah dan tetap
memperoleh hasil yang baik. Ini karena SR, hanya diperlukan sedikit staf manajer
yang tanggubh, sebaliknya SR justru sangat tergantung pada setiap karyawan untuk
melaksanakannya dan untuk meningkatkan diri untuk berhasil guna, SR tidak akan
berhasil kecuali setiap orang ikut terlibat dan mencurahkan perhatian untuk 5R
itu. Bila hal itu dilaksanakan, berarti sistem yang lain telah diterapkan setengah
jalan.
Apa sebenamya tujuan dari manajemen, sangat sederhana merancang
prosedur yang mudah diikuti, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan lancar,
melibatkan setiap orang dalam membuat dan memelihara_penyempurn
an,
menyempumakan tingkat operasi, dan dengan demikian menyempurnakan tingkat
R kita dapat
jaminan mutu, Dilihat dari sudut pandang ini, jelas bahwa melalui
‘mempelajari prinsip dasar manajemen.
5R adalah prinsip yang paling mudah dipahami. Prinsip ini memungkinkan
untuk memperoleh partisipasi secara total. Tidak akan berhasil bila SR tidak
diterapkan, sebaliknya keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan SR akan
terlihat dengan jelas, Sesungguhnya SR merupakan prototype program partisipasi
secara total, 5R adalah penjelmaan dari kesenangan dan pengetahuan teknis
partisipasi secara total. Dapat dikatakan SR merupakan barometer yang
menunjukan bagaimana suatu perusahaan dikelola dan merupakan suatu tolok
ukur bagaimana partisipasi para pekerja, apakah sudah baik atau masih banyak
Kekurangan.
2.7.4 Tujuan 5R
Karena 5R jelas begitu penting, banyak orang membuat kesalahan dengan
berkonsentrasi_ pada istilah individual seolah-olah hal ita merupakan semacamdaya tarik yang menguntungkan, Tetapi harus diingat bahwa SR sebenamya
adalah cara untuk meneapai tujuan tertentu, Dan harus diterapkan dengan
memperhatikan beberapa sasaran seperti:
1, Keamanan
Selama puluhan tahun, kedua kata pemilahan dan penataan menjadi ciri khas
pada poster-poster dan surat kabar bahkan di perusahaan-perusahaan kecil
Karena pemilahan dan penataan sangat berperan besar di dalam masalah
keamanan,
2. Tempat Kerja yang Rapi
‘Tempat kerja yang menerapkan 5R dengan teliti tidak perlu terus-menerus
membicarakan keamanan, dan kecelakaan industri yang dialaminya akan lebih
sedikit ketimbang pabrik yang hanya mengutamakan peralatan dan prosedur
yang sedemikian aman sehingga tidak mungkin gagal.
3. Efisiensi
Para abli diberbagai bidang seperti, juru m:
sak, pelukis, tukang kayu, Mereka
menggunakan peralatan yang baik dan mereka memeliharanya. Mereka tahu
bahwa waktu yang dipergunakan untuk memelihara peralatan tidak terbuang,
percuma, bahkan hal itu menghemat lebih banyak waktu,
4. Mutu
Elektronika dan mesin-mesin modern memerlukan tingkat presisi_ dan
kebersihan yang sangat tinggi, untuk menghasilkan output yang. baik.
Berbagai gangguan yang keeil dapat berakibat terhadap penurunan mutu dari
output yang dihasilkan,
5. Kemacetan
Pabrik yang tidak menerapkan SR akan menghadapi berbagai masalah
kemacetan mulai dari mesin yang disebabkan kotoran yang mengendap
ataupun kemacetan dalam kepala karyawan, harus kita sadari bahwa ingatan
seseorang bisa saja salah, maka daripada itu diperlukan berbagai_ petunjuk
yang melengkapi keterbatasan seorang manusia dalam menjalankan tugasnya.2.7.5 Arti dan Penerapan 5K
5R atau 5S yang dikembangkan di Jepang, belakangan ini telah diadaptasi
oleh berbagai negara maju guna melakukan revitalisasi industri mereka, Di Inggris
dan Amerika 5R atau 58 disebut sebagai $C (Clear-out,
Configure, Clean,
Conform, Custom) kemudian di Jerman mereka menyebutnya 5A (Aussortieren
unnotiger Dinge, Aufrdumen, Arbeitsplatz sauber halten, Anordmungen zur regel
machen, Alle Pungkte einhalten und standig verbessern). Sedangkan kita di
Indonesia mengenalnya dengan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) atau 58
juga dapat diterjemahkan sebagai kegiatan pemilahan, penataan, pembersihan,
pemantapan, pembiasaan.
SR sebagai serangkai kegiatan, yang di dalamnya terdiri dari lima langkah
kkegiatan yang bertahap. Oleh karena itu tentu saja tiap-tiap langkah tersebut harus
diperjelas, agar betul-betul SR sebagai suatu konsep dengan bentuk yang nyata
dapat lebih dipahami
2.7.5 Seiri=Pemilahan-Ringkas
Seiri sebagai $ yang pertama atau ringkas sebagai R yang pertama dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasi dan menyingkirkan benda yang
tidak diperlukan dari tempat kerja.
Selama berabad-abad banyak orang telah membicarakan tentang perlunya
pemilahan. Generasi demi generasi telah diperingatkan tentang perlunya untuk
tidak hanya mengerjakan segala sesuatu, tetapi juga harus memilah mana yang
perlu dikerjakan dan mana yang tidak, Sejarah meng:
kan bahwa orang yang
‘mengabaikan pemilahan seringkali cenderung tidak dapat melihat sasaran dan cara
yang tepat untuk suatu pekerjaan.
Scbagai ilustrasi, bila kita akan berpergian, maka kita akan berkemas
sebaik mungkin, Kita dituntut untuk memutuskan secara tegas mana barang yang,
akan dibawa dan mana yang akan ditinggalkan. Tanpa itu, beban bawaan terus
bertambah, Akhimya, kita sendirilah yang tersiksa selma perjalanan, Maka
bawalah barang yang benar-benar dibutubkan saja, bawaan menjadi ringkas dan
perjalanan pun menjadi menyenangkan. Tempat Kerja harus bebas dari semuabenda yang tidak diperlukan dalam bekerja, Suatu motto yang harus dipegang,
dalam kegiatan Sein
“Singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat
kerja”.
Dalam menjalankan kegiatan Seiri atau ringkas ini ada 4 langkah yang
perlu diperhatikan:
1, Langkah 1: Penjelasan guna penyeragaman pengertian.
2. Langkah 2: Kegiatan Seiri atau
3. Langkah 3: Pemeriksaan tempat kerja seeara berkala,
ngkas itu sendiri.
4, Langkah 4: Pelembagaan kegiatan Seiri atau ringkas dengan sistem piket
1, Manajemen Stratifikasi
Manajemen stratifikasi_meneakup pengambilan keputusan tentang
pentingnya suatu barang, mengurangi persediaan barang yang tidak diperlukan,
sekaligus memastikan bahwa barang yang diperlukan disimpan dalam jarak dekat
supaya lebih efisien. Kunci pokok manajemen stratifikasi yang baik ialah
Kemampuan untuk membuat keputusan tentang frekuensi pemakaian (yang
merupakan cara lain menentukan tingkat prioritas antar barang),
Kebijakan pemilahan:
~ Menghilangkan rintangan agar pekerjaan menjadi lebih mudah,
~ Menghilangkan kebutuhan untuk memelihara barang yang tidak diperlukan,
= Meneiptakan kondisi kerja dimana tidak terdapat gangguan dari hal-hal yang
tidak berguna
= Mencegah terjadinya penumpukan barang yang tidak penting,‘Tabel 2.3
Azas Pemilahan
Arter Derajat kepentingan Metode trata
‘Barang yang td digunakn dalam 1 hun eri, Bung
Rend
‘Berane vane diznakan sal dale 6-12 bulan teri Simpan asa
‘Barang yang hay digunskan sekali dalam 2-6bulnerakhir, | Simpan oi bagi tengsh tempat
Raters a
‘Barang yang digunakan fei dai skal dam sebuan ‘Simpar ol bagian tenga tempat
sia
‘Harane vine dnnakan seal ala sein Simpan ddekat ren yan
inggi BSE i iat tia a rmenggunakanny atau dipesang
‘Barang yang dizunakan stip jam, let orang yang ering
mengaunakany
‘Sumber: Takashi Osada, ibaasakan oleh Maviani Gandara, Skap Kerja 8, (2000;44)
Strategi Label Merah (Akafiada)
Strategi label merah merupakan salah satu kegiatan seri yang, sangat
penting, Setelah melakukan pemilahan terhadap barang-barang yang diperlukan
dan tidak diperlukan, Dan barang yang tidak diperlukan diberi label merah yang
akan menerangkan apa tindakan yang akan diambil, apakah akan dibuang, atau
dipindahkan,
Gambar 2.4
Label Merah (Akafieda)
KLASIFIKAST BAHAN MENTAH
‘NAMA ITEM re
KUANTITASNILAL 2sKe $1000)
ALASAN cacar
‘TANOQUNO JAWAB DEPT PRODUKSI
PENEMPELAN "TINDAKAN
‘TANGGAL
25.08.06 mr.0t.06
TINDAKAN DIBUANG ox
Sumber: Hiroyuki Hirano, dialihbahasakan olch Paulus A. Setiawan, Penerapan
58 di Tempat Kerja: Pendekatan Langkah-langkah Praktis, (2002;21)3. Metode Aida
Professor Yuji Aida dari Universitas Kyoto menjalankan pemilahannya
dengan apa yang discbut Metode Aida. Ta berpendapat bahwa menyimpan suatu
barang atau informasi dengan tidak membedakan kepentinganya hanya akan
membutuhkan tempat ckstra dan menambah lebih banyak pekerjaan. Ttulah
mengapa perlu membuang segala sesuatu yang tidak dibutuhkan.
Jika ia pergi ke universitas setiap hari, ia mengambil surat-surat dari kotak
surat di gedung kantor dan membacanya di tanga dan di lorong utama sepanjang,
perjalanan ke ruangannya. Sambil berjalan ia memisahkan surat yang ingin
disimpannya dengan yang tidak. Kemudian surat yang tidak lagi diperlukan ia
buang ke dalam tempat sampah tepat di depan pintu kantornya. Dengan
melakukan ini, berarti tidak tersisa sebuah suratpun yang belum ia baca pada saat
ia duduk di kursinya, Pemilahan sebenarnya adalah seni membuang barang.
2.7.5.2 Seiton=Penataan=Ra
Merupakan kegiatan untuk menempatkan setiap barang yang diperlukan
agar memudahkan pencarian dan penyimpanan. Setelah membuang barang yang,
tidak diperlukan, masalah berikutnya adalah mengambil keputusan berapa banyak
yang akan disimpan dan dimana menyimpannya, Ini dinamakan_penataan.
Penataan berarti menyimpan barang dengan memperhatikan efisiensi, mutu dan
keamanan serta mengoptimalkan cara penyimpanannya, Sebagai contoh sedethana
Kegiatan pemilahan dan penataan dalam kehidupan sehari-hari seperti penataan
susunan letak mobil di tempat parkir, dengan penentuan letak jalan masuk dan
keluarnya.
Ada pepatah “Tak ada rotan, akar pun jadi”, Barangkali prinsip tradisional
itu benar. Namun di tempat kerja, dimana semua kegiatan dilakukan dengan
sengaja dan terencana, prinsip ini menyesatkan. Kesulitan meneari alat kerja
sering menjadi dalih untuk menghalalkan benda apa saja sebagai pengganti, Palu
ketok tidak ditemukan dan batu digunakan sebagai gantinya, Kegiatan Seiton
ingin memastikan hal tersebut tidak terjadi, dengan prinsip sebagai berikut:“Setiap barang yang ada di tempat kerja mempunyai tempat yang
pasti”.
Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Sefton atau rapi:
- Langkah 1: Perlunya pengelompokan barang di tempat kerja.
+ Langkah 2: Membuat tempat penyimpanan
- Langkah 3: Membuat garis pembatas untuk penempatan barang,
= Langkah 4: Menamai semua barang.
~ Langkah 5: Membuat denah lokasi penyimpanan barang,
1. Standar Pemberian Nama
Seringkali barang memiliki dua nama: nama resmi dan nama lain yang
diberikan orang kepadanya. Dalam hal ini, putuskan nama apa yang akan
dipergunakan dan taati keputusan itu. Penggunaan dua nama untuk barang yang,
sama hanya akan mengacaukan, Waktu pemilahan barang yang tidak diperlukan
adalah saat terbaik untuk membuat keputusan pemberian nama barang sehingga
schingga dapat diketahui nama setiap barang yang ada. Mungkin ada sejumlah
barang yang tanpa nama, Ada kalanya dua barang yang berbeda memiliki nama
yang sama. Ada pula beberapa barang yang disebut dengan nama yang sama
walaupun ada sedikit perbedaan diantara keduanya, Schingga untuk memudahkan
pencarian dan pemesanan perlunya adanya standar dalam pemberian nama setiap
barang
2. Analisis Jarak dan Waktu
Analisis jarak dan waktu sangat diperlukan dalam kegiatan penataan.
‘Tujuan utama kegiatan ini adalah bahwa setelah menjalankan langkah pertama
dalam 5S atau SR yaitu pemilahan kemudian dimana dan bagaimana kita
menyimpan barang yang telah kita pilah tadi, Posisi dan cara penyimpanan sangat
penting karena hal tersebut bersangkutan dengan masalah efisiensi. Oleh karena
itu kita perlu melakukan analisis yang kemudian dilakukan perbaikan baik secara
tata letak maupun dibuat standarisasi waktu pengambilan dan penyimpanan
Kembali, Dengan melakukan hal tersebut dapat memberikan dampak positif’tethadap alur proses kerja, seperti mengurangi pemborosan waktu, gerak dan
tenaga tentunya.
Gambar 2.5
Analisis Jarak Angkut
2.)
20
6
[awaktu pengamtitan den
~. enyimpanan (merit
wmeter 22meter 35 meter” 48 meter
‘Sumber: Tks) Osada, latinas oe Marian} Gandara, Sikap KerJa 8, 2000;70)
‘Tabel 2.6
Analisis Waktu Pengambilan Barang
No ekerjaan Masala want
Tiina nama barn
1 “haxyuaneny
Menea smo dita
>| eganatrng [thet dean usta a
eras
Tid ier abel
3 Manca
Sa yang its ery ae
Teal beser ul ibaa
4. | ‘Temokan ketal
Peru dat daly
5 Bova__| Tis aa isan unk meng
‘Suber: Takashi Osada, liioaaskan oleh Maan’ Gandaibarda, Sikap Ker}a 8, (2000;71)
2.7.53 Seiso=Pembersihan=Resik
Adalah kegiatan membersihkan tempat kerja secara seksama agar selalu
dalam keadaan baik, Membersihkan berarti lebih dari sekadar membuat barang
bersih, Hal ini lebih merupakan sebuah falsafah dan komitmen untuk bertanggung
jawab atas segala aspek barang yang kita pergunakan dan untuk memastikan
semua barang selalu berada dalam kondisi prima, Jangan pemah berpikir bahwapembersihan adalah sekadar membersihian dan pekerjaan tersebut melelahkan.
Sebaliknya, kita harus memandangnya sebagai suatu bentuk pemeri
an.
Belajarlah dari pemilik mobil, pemilik mobil yang rajin membersihkan
mobilnya tak pernah mengalami mogok di jalan. Karena sambil membersihkan ia
melakukan berbagai pemeriksaan terhadap kondisi mobilnya. Oleh karena itu
motto berikut ini perlu dijalankan:
“Bersihkan segala sesuatu yang ada di tempat kerja”.
Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Seiso atau resik:
~ Langkah 1: Perlunya melengkapi sarana kebersihan di tempat kerja.
~ Langkah 2: Pembersihan tempat kerja.
~ Langkah 3: Peremajaan tempat kerja.
~ Langkah 4: Pelestarian kegiatan pembersihan.
1. Ancangan Tiga Langkah
Pada umumnya, ada tiga langkah pembersihan yang benar. Pertama,
aktivitas tingkat makro. Kedua, aktivitas tingkat individual. Dan ketiga, aktivitas
tingkat mikro.
Gambar 2.7,
Ancangan Tiga Langkah
Makro Membersihkan segala sesuatu dan menangani
penyebab keseluruhannya.
y
Individual Membersihkan tempat kerja khusus dan bagian
mesin khusus.
¥
Mikro Membersihkan bagian dan alat khusus serta
penyebab kotoran diidentifikasi dan diperbaikiSumber: Takashi Osada, dialihbahasakan oleh Mariani Gandamihardja, Sikap Kerja SS,
(2000:111)
2. Operasi Saputangan
Operasi ini dapat disebut dengan berbagai macam nama, strategi sekali
sapu, operasi pembersihan dan sebagainya. Tetapi pada dasamya merupakan
Kampanye untuk menghimbau setiap orang untuk melakukan sedikit pembersihan
dan pemolesan, Bila anda melakukannya dengan sepotong kain putih, sebaiknya
potongan Kain itu dipajang untuk menunjukkan tempat yang paling perlu
dibersihkan dan untuk menunjukkan bagaimana melakukannya. Setelah beberapa
‘waktu, tempat yang paling kotor sekalipun tidak akan sekotor biasanya,
3. Aktivitas 3 menit untuk Semua Orang
Dengan aktivitas ini, dalam waktu yang sangat singkat setiap orang terlibat
dalam 5S atau 5R, hanya 3 menit sehari, Harus dipastikan bahwa setiap orang
mengerjakan hal yang sama pada saat yang sama, bahwa setiap orang ikut ambil
bagian. Hal ini sangat sulit dilakukan, melibatkan banyak prakoordinasi,
kepemimpinan, dan satu cara untuk melibatkan orang yang tidak memiliki gairah
kerja, Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat sebelum mulainya jam kerja ataupun
setelah jam kerja usai. Tidak ada masalah tetapi yang pasti semua karyawan dari
tingkatan yang paling bawah hingga pemilik perusahaan bila perlu melakukan
kegiatan pembersihan selama 3 menit pada daerah wewenang masing-masing,
2.7.5.4 Seiketsu=pemantapan=Rawat
Merupakan kondisi dimana tetap mempertahankan segala sesuatunya
dalam keadaan baik. Pemantapan dianggap sebagai pengulangan pemilahan,
penataan, dan pembersihan serta sebagai kesadaran dan aktivitas tetap untuk
memastikan bahwa Keadaan SS atau SR dipelihara, Ini berarti melaksanakan
aktivitas 5S atau SR dengan teratur sehingga keadaan tidak normal tampak, dan
melatih keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kontrol visual. Melalui
berbagai macam standarisasi kita berusaha untuk terus memantapkan 5S atau SR.Bila inti dari pemilahan adalah manajemen stratifikasi, maka inti dari pemantapan
adalah manajemen visual
Ketika scorang operator baru menggantikan operator lain, yang tidak hadir
Kesalahan kerja dan cacat produksi terjadi. Jangan salahkan operator tersebut, dia
tidak tahu cara yang benar. Kemungkinan besar karena ia tidak memperolch
informasi yang memadai di tempat kerja maupun dari atasannya. Kejadian itu
adalah salah satu contoh kurangnya informasi di tempat kerja. Dengan melalui
motto berikut kita berusaha mencegah hal-hal seperti itu terjadi
nua orang harus dapat memperoleh informasi yang
dibutuhkannya di tempat kerja, tepat waktu”,
Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Seiketsu atau rawat:
~ Langkah 1: Penentuan butir kendali.
- Langkah 2: Mendefi
isikan kondisi seperti apa yang tergolong tidak wajar.
~ Langkah 3: Merancang mekanisme pengawasan.
~ Langkah 4: Menetapkan prosedur penanganan penyimpangan.
~ _ Langkah 5: Pemeriksaan berkala.
1, Pemberian Kode Warna
Biasanya mesin pabrik dan pakaian kerja berwarna coklat atau abu-abu,
Karena wama itu tidak begitu menonjolkan kotoran. Hampir sama dengan seragam
tentara, kamuflase pabrik. Saat ini orang mengenakan wama putih atau wama
Jembut lainnya schingga kotoran segera tampak. Saat ini mesin berwama pastel
muda, Mesin berat juga berwama serupa dengan peralatan rumah tangga. Saat ini
pabrik berwama-warni seperti pelangi. Lantai dan dinding yang biasanya berupa
beton sederhana saat ini dieat dengan wama cemerlang, Perusahaan yang biasanya
menggunakan barang yang paling murah, saat ini memesan cat mahal untuk
‘menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan,2, Manajemen Visual
Bagaimana anda dapat tahu bahwa ketidaknormalan muncul kepermukaan.
Dalam pekerjaan kita schari-hari, kita mempergunakan pikiran untuk untuk
‘mengingat sesuatu, dan kelima paneaindera untuk melaksanakan pekerjaan terbaik
kita. Yang penting disini adalah mengubah indera statis ini menjadi kesadaran
yang dinamis dan membuatnya hidup untuk kita, Indera visval atau penglihatan
adalah yang terpenting. Telah diperkirakan bahwa 60% aktivitas manusia berawal
dari penglihatan, Kita tentu juga belajar dari indera pendengaran dan indera perasa
kita, dan kita juga perlu mempergunakan semaksimal mungkin indera kita ini,
tetapi indera penglihatan kita yang paling banyak memegang peranan. Itulah
sebabnya, mengapa manajemen visual kadang-kadang disebut sebagai penjelmaan
kesadaran visual. Yaitu dimana indera visual manusia dimaksimalkan untuk
kepentingan 58 atau 5R. Rambu-rambu lalu lintas adalah salah satu bentuk
Kongkrit dari manajemen visual yang ada disekitar kita, begitu juga dengan tabel
dan grafik dalam hal penyajian data, dengan tabel dan grafik data tertampil lebih
menarik dan lebih mudah dipahami. Manusia memiliki kecenderungan lebih
senang dan lebih cepat memahami sesuatu dengan melihat daripada membaca
ataupun mendengar. Oleh sebab itu mengapa lebih mudah memahami cerita di
dalam buku komik daripada novel
Sudah jelas bahwa dibutuhkan alat bantu visual dalam control visual.
Perlu untuk melatih keterampilan untuk merancang untuk memperlanear proses
ini, Alat bantu control visual yang dibutuhkan ada beberapa jenis. dibedakan
berdasarkan fungsi penyampaian informasinya:
~ Untuk mencegah orang melakukan kesalahan
= Waspada terhadap bahaya.
~ Posisi dimana barang harus diletakan.
= Penandaan peralatan.
~ Peringatan untuk berhati-hati dan eara operasi.
= Cara pemeliharaan preventifterhadap suatu jenis barang,
= Instruksi-instruksi tertentu.Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat alat bantu visual:
1. Mudah dilihat dari jarak jauh,
2. Ditempatkan pada barang yang bersangkutan,
3. Diperlukan keterlibatan dari beberapa pihak agar tidak ada kekeliruan dari alat
bantu tersebut dalam penyampaian informasinya,
4, Mudah dimengerti oleh semua orang.
5. Bila terjadi kesalahan orang langsung mengetahui langkah koreksi apa yang
harus diambil.
6. Alat bantu tersebut hendaknya memberi pengaruh posit
f terhadap keteraturan
tempat kerja
Gambar 2.8
Contoh Alat Bantu Visual
Danger !
OO NOT
ENTER
Sumber: Hasil Analisis penutis
Gambar 2.8 adalah beberapa contoh sederhana alat bantu visual, yang
pertama adalah memberikan informasi bahwa waspada terhadap bahaya listrik
tegangan tinggi, kemudian yang kedua adalah memberikan larangan untuk tidak
memasuki suafu ruang atau area fertentu, bisa karena merupakan area berbahaya
ataupun alasan lain,Sumber: Htip/Anembreslyeos. BY
Sedikit berbeda dengan alat bantu viswal pada gambar 2.8, pada gambar
2.9 ini juga merupakan salah satr bentuk penerapen dari manajemen visual. Fal
ini cocok diterapkan untuk barang-barang berbentuk dokumen, buku, kaset, yang
memerlukan susunan yang harns beruut. Garis diagonal merah memberi tanda
pada kita apaleh susunannya sudah benar atau belum, Bisa kitalibat pada gambar
sebelah bawah dengan susunan yang henar garis merah tersebut akan
menyambung secara diagonal, sedangkan pada gambar yang disebela atas
dengan sekali Lihat Kita aken mengetahui babwa susunanaya tidak berurut karena
garis merahnya tidak menyambung secara benar. Dengan metode seperti ini akan
memudahkan dalam pencadan dan peayimpanan, dan bila salah satu ada yang
hilg langsung dapat diketahui, Ini lebih praktis daripada dengan pemberian
nomor dan kode.
2.75.8 Shitsucke=Pem biasaan=Rajin
S yang terakhir stan R yang teralchir adalah berasal dari kata Shitswhe atau
Rajin yang dinrtikan sebagai pembiasaan. Yaitu kondisi dimana keempat S atau
keempat R yang sebelumnya dijalankan secara disiplin dan dijadilan budaya
Pembiasaan adalah bila kita melakukan pekerjaan secara berulang-ulang sehingga
secara alami kita dapat melakukannya dengan beik. Ini merupakan cara mengubah
kebiasaan buruk dan menciptakan kebiasaan baik. 5 atau SR tidak akan berhasil
tanpa pembiasaan. Jika kita ingin melakuken pekerjaan kita secara efisien dantanpa kesalahan, kita harus melakukannya setiap hari, Kita harus memperhatikan
hal-hal kecil. Harus bekerja keras dengan sabar, dengan. mengembangkan
kebiasaan yang baik. Kita harus memiliki tempat kerja yang teratur dimana setiap
orang mengetahui apa yang diharapkan dan segera melaksanakannya. Kita bisa
Karena terbiasa, terbiasa karena terpaksa, terpaksa Karena cinta,
Banyak hal lain y.
ing kita lakukan secara sadar maupun tidak, menyalahi
aturan yang berlaku dan mengakibatkan gangguan pada proses. berikutnya.
Kebiasaan buruk seperti tidak boleh lagi dipertahankan dalam industri, Shitsuke
atau rajin di tempat kerja berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja.
Apa yang sudah baik harus selalu dalam keadaan baik setiap saat, Prinsip Shitsuke
atau prinsip rajin di tempat kerja:
“Lakukan apa yang harus dilakukan, dan jangan melakukan apa
yang tidak boleh dilakukan”.
Berikut adalah langkah-langkah dalam kegiatan Shitsuke atau kegiatan
rajin
1. Langkah 1: Penetapan target bersama.
2. Langkah 2: Teladan atasan perlu dikembangkan.
3. _Langkah 3: Membina hubungan antar karyawan,
4, Langkah 4: Memperbanyak kesempatan untuk dapat belajar bagi karyawan,
1. Pameran Foto SR
Pada saat awal ketika akan menerapkan SR perusahaan sebaiknya
mengambil foto bagian-bagian tertentu dari tempat kerja, Dan setelah mulai
menerapkan SR maka kita kembali mengambil foto bagian-bagian tempat kerja
yang sudah difoto sebelumnya, Maka dengan membandingkan kedua foto tersebut
akan dapat dilihat secara jelas perbedaan yang telah dihasilkan oleh SR.
Pengambilan foto dilakukan secara berkala, kemudian foto-foto yang telah
diambil tersebut dipamerkan untuk waktu tertentu, Sehingga para karyawan yang,
‘melihatnya dapat lebih termotivasi didalam menjalankan program ini.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Pada saat pengambilan foto setelah penerapan SR, per
g untuk mengambil
foto dari posisi dan sudut yang sama seperti pengambilan foto sebelum 5R~ Berikan komentar pada tiap foto
= Gunakan lokasi pameran yang sering dilalui oleh para karyawan.
2. Kampanye Ketaatan
Walaupun rutinitas sehari-hari dapat memperkuat terus kebiasaan baik,
seringkali hal
kemampuan sescorang menjadi kreatif. Itulah sebabnya kita harus membuat tema
merupakan pekerjaan yang membosankan serta menghalangi
Khusus untuk membahas latihan dan menyuruh setiap orang mempraktekan SR.
Usahakan supaya dapat menemukan suatu cara untuk dapat membuat permainan
‘mengenai hal itu, mula-mula untuk kesenangan kemudian dijadikan kompetisi.
Kampanye ketaatan ini pada dasamya bertujuan untuk membudayakan
aktivitas SR agar lebih mengakar. Kegiatan pembiasaan ini bisa dilakukan melalui
berbagai_jenis permainan, bisa dengan menerapkan sistem “Reward n°
Punishment". Sebagai contoh misalnya perusahaan pada waktu-waktu tertentu
mengadakan kompetisi antar tiap divisi dengan tema “Garbage Gathering”,
dimana setiap divisi berlomba untuk dapat mengumpulkan sampah sebanyak-
banyaknya, Divisi yang berhasil mengumpulkan sampah terbanyak keluar sebagai
pemenang dan berhak atas hadiah tertentu, sedangkan untuk
‘mengumpulkan sampah paling sedikit akan mendapatkan hukuman.