You are on page 1of 6

Jurnal Penelitian Sains Volume 17 Nomor 2 Mei 2015

Pengurangan Kadar Amonia dari Limbah Cair Pupuk Urea


dengan Proses Adsorpsi menggunakan Adsorben Bentonit
Hasbun Kosim1, Susila Arita2, dan Hermansyah3
1
Mahasiswa Pengelolaan Sumberdaya Alam Universitas Sriwijaya, Dosen STIKES Muhammadiyah Palembang; 2 Staf Pen-
gajar FT Jurusan Teknik Kimia dan Pascasarjana Universitas Sriwijaya; 3Staf Pengajar Jurusan FMIPA dan Pascasarjana
Universitas Sriwijaya

Abstract: The Liquid waste of the urea fertilizer plant was caused by the inefficiency of urea manufacturing
process and amonia plant equipment, urea, and packaging section. Inefficiency in equipment was due to that
the age of equipment was relatively old, damages in treatment and inaccurate process that resulted ammonia
exposed along the river so that it could finally pollute water biota. The research was conducted through ad-
sorption process using bentonite adsorbent which was initially physically activated to open external porosity,
so that the ammonia absorption became bigger. The adsorption process was conducted in jar test by using lab
scale under the following process and treatment condition: determine the stirring used from 100-200rpm, ad-
sorbent mass 10-40 gram/200 ml, heating temperature 100-1400C. The results of the research showed that the
percentage of the highest ammonia concentration reduction in solution waste was 82,05% which was obtained
in bentonite activation temperature 1200C, absorbent mass 38 g/200 ml, stirring in 100 rpm and contact time
in 60 minutes.
Keywords: adsorption, adsorbent, amonia, bentonite
E-mail: hasbunkosim@gmail.com, susila_arita@yahoo.com, hermanosaka@gmail.com

but berdasarkan Beban pencemaran sedangkan


1 PENDAHULUAN Debit air limbah maksimum 15 m3 per ton produk.
Baku Mutu untuk Industri di Provinsi Sumatera Sela-
P upuk urea dibuat dari senyawa amonia dan
CO2, sedangkan amonia dibuat dari gas H2 yang
berasal dari reaksi gas alam dan uap air dan N 2 yang
tan Pergub No 8 th 2012 baku mutunya sama den-
gan Kep. Men LH no 122 th 2004. (Anonimous BLH,
berasal dari udara atmosfir. Disamping di hasilkan 2012)
produk utama urea dan produk samping amonia Dalam pengelolaan lingkungan, pabrik pupuk te-
dan gas CO2, maka hasil proses pembuatan urea lah melakukan upaya pengelolaan lingkungan dari
juga menghasilkan limbah. Jenis limbah dari industri sumber bahan baku sampai menghasilkan pro-
pupuk yaitu limbah energi dan limbah zat, limbah duk. Komitmen untuk melaksanakan kegiatan in-
zat terdiri dari limbah cair, limbah gas dan limbah dustri berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
padat (MW. Kellogg Overseas Corp. of U.S.A : diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya se-
1975). cara efektif dan efisien. Pabrik telah menerapkan
Reaksi pembuatan NH3 (V. Hacker & K. Kor- pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke me-
desch) dan pupuk urea (NH2CONH2) yaitu : dia lingkungan berdasarkan empat prinsip, yaitu:
pengurangan dari sumber (reduce), sistem daur
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2 ulang (recycle), pengambilan (recovery) dan pe-
3H2 + N2 2NH3 manfaatan kembali (reuse) secara berkelanjutan
menuju produksi bersih (http://www. pusri.co.id).
2NH3 + CO2 NH2COONH4
Untuk mencapai sasaran tersebut, Pabrik pupuk
NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O juga telah mengadopsi Sistem Manajemen Lingkun-
Khusus untuk limbah cair sesuai dengan Keputu- gan ISO-14001 dengan melibatkan seluruh karya-
san Menteri Lingkungan Hidup No 122 tahun 2004 wan untuk berperan aktif dalam melakukan pe-
tentang Perubahan atas keputusan Menteri Negara nyempurnaan mutu lingkungan. Limbah adalah sisa
Lingkungan Hidup No Kep 51/MENLH/10/1995 ten- suatu usaha dan/atau kegiatan (UU LH no 32 th
tang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. 2009) dan mempunyai aspek lingkungan. Aspek
COD, TSS, Minyak dan Lemak, NH3-N, TKN, pH, lingkungan seperti aspek fisik-kimia limbah berupa
Debit. Nilai Baku Mutu bedasarkan Kep Men terse- limbah zat dan limbah energi seperti limbah cair

© 2015 JPS MIPA UNSRI 17211-66


Hasbun K., dkk./Pengurangan Kadar Amonia « JPS Vol.17 No. 2 Mei 2015

dapat mencemari perairan, limbah gas amonia da- dalam limbah cair yang dikeluarkan oleh pabrik pu-
pat menimbulkan bau, gas karbon dioksida, NOx dan puk urea, karena kandungan amonia sesaat masih
SOx merupakan gas rumah kaca dapat menimbulkan cukup tinggi, khususnya bila terjadi gangguan dan
pemanasan global terhadap lingkungan, limbah pa- kerusakan pabrik.
dat seperti katalis bekas yang mudah larut dengan
Bentonit adalah jenis lempung yang 80 % lebih
air dapat mencemari tanah dan air bila tidak dikelo-
terdiri dari mineral monmorilonit
la sesuai aturan limbah B3. Limbah energi seperti
(Na,Ca)0,33(Al,Mg)12Si4O10(OH)2n(H2O), terbentuk
kebisingan, panas dan getaran (vibrasi) juga bisa
dari abu vulkanik, bersifat lunak banyak terdapat di
terjadi bila tidak dikelola dengan baik. Aspek biologi
Indonesia dan di Amerika Utara, Australia, Afrika.
seperti biota air dan tumbuh-tumbuhan akan ter-
Bentonit juga digunakan untuk penahan longsor ta-
ganggu bila dicemari oleh amonia dengan konsen-
nah pada saat melakukan pengeboran pada peker-
trasi tertentu. Aspek Sosekbud seperti terjadinya ke-
jaan borefile. Bentonit merupakan mineral lempung
cemburuan sosial oleh warga masyarakat yang ting-
yang mampu menyerap air dan mengembang. Sifat
gal berbatasan langsung dengan wilayah pabrik pu-
sifat tersebut menjadikan bentonit memiliki banyak
puk (Wardhana, 2004).
kegunaan, seperti bahan kosmetik, keramik, semen,
Pembangunan sumberdaya alam harus selaras, cat dan lain sebagainya. Bentonit merupakan hasil
serasi dan seimbang dengan fungsi lingkungan hi- endapan aktivitas vulkanik yang berukuran sangat
dup. Pengelolaan limbah dengan cara Recovery mi- halus, kemudian mengalami proses pengendapan
salnya limbah flue-gas dari pabrik ammonia diolah oleh air sehingga terbawa ke daerah lain. Bentuknya
dan dikembalikan kedalam sistem proses unit PGRU berwarna putih kotor, warna lapuk coklat cerah,
(Purge Gas Recovery Unit), gas amonia yang dikem- struktur berlapis (Sukandarrumidi ; 2009).
balikan sekitar 0,5 % diserap dengan Cold Box.
Bentonit merupakan salah satu mineral terdapat
(http://www. pusri.co.id)
cukup besar di alam, terutama di Indonesia, bento-
Usaha pabrik pupuk untuk mengelola lingkungan nit tersebar di pulau-pulau besar Indonesia, seperti
sudah sangat signifikan, salah satunya adalah den- di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Jawa, na-
gan dibangunnya Instalasi Pengolahan Air Limbah mun penggunaan bahan ini belum maksimal dan
(IPAL), menggunakan berbagai metode baik secara masih bernilai rendah. Bentonit memiliki konfigurasi
fisik, kimia maupun biologi. Namun karena kadang- 2 : 1 dimana terdiri dari dua lapis tetrahedral (sili-
kadang kadar amonia yang keluar dari kolam limbah kon-oksigen), dan satu lapis oktahedral (aluminium-
cukup tinggi, IPAL yang ada tidak dapat bekerja se- oksigen-hidroksil). Monmorilonit memiliki kandun-
cara maksimal. (http://www. pusri.co.id) maka perlu gan yang paling banyak di dalam bentonit alam.
penyempurnaan terus menerus dalam pengolahan Menurut Knight, 1896 nama lain dari bentonit ada-
limbah cair, seperti penyempurnaan wetland yang lah Soup Clay, Taylorit, Bleaching Clay, Fullers
sudah ada. Earth, Konfolensit, Saponit, Smegmantit, ( Sukan-
darrumidi; 2009).
Penggunaan metode adsorpsi sering dilakukan
oleh para peneliti, misalnya penggunaan karbon Bentonite mempunyai struktur berlapis dengan
aktif, kitosan, batu kapur dan kapur tohor untuk me- mengembang (swelling) dan memiliki kation-kaition
nyerap kandungan logam berat pada air limbah, yang dapat ditukarkan. Meskipun lempung bentonit
limbah phenol (Nassef & Eltaweel). Penggunaan sangat berguna untuk adsorpsi, namun kemampuan
bentonit untuk menyerap logam Chromium pada adsorpsinya terbatas . Kelemahan tersebut diatasi
limbah cair telah dilakukan oleh Okoye.I.P.dan Oto- melalui proses aktivasi menggunakan asam (HCl,
lo, 2012. Ding, 2011 menyatakan bahwa bentonit H2SO4 dan HNO3) ( Bath.D.S dkk, 2012)
dapat mengusir cation logam Zinc, logam Cu(II)
Model persamaan adsorpsi yang umum diguna-
(Walker et al), logam mercuri (II) (Fernandez et al)
kan adalah model Freundlich, Langmuir dan Bru-
dan peneliti lain menyatakan bahwa kinerja bentonit
naeur, Emmet & Teller (Sahan et al, 2012).
dalam menyerap logam cukup tinggi karna bentonit
mempunyai porositas eksternal yang cukup besar Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan dimana
dan daya mengembang di dalam air (Sukandarru- komponen dari suatu fase fluida cair atau gas ber-
midi, 2009). pindah ke permukaan zat padat yang menyerap (ad-
sorben). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap
Untuk mengembangkan proses adsorpsi bahan
dilepaskan pada adsorpsi kimia yang merupakan
baku lokal yang ada di daerah Jambi (Naswir, 2013),
ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap
maka pada penelitian ini peneliti mencoba menggu-
sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak-
nakan bentonit untuk menyerap kandungan amonia
balik. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan

17211-67
Hasbun K., dkk./Pengurangan Kadar Amonia « JPS Vol.17 No. 2 Mei 2015

adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang x = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi
terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari
m = massa adsorben
pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan
suatu media penyerap (Sahan et al, 2012). C = konsentrasi Zat
Sorpsi adalah proses penyerapan ion oleh k, n = konstanta adsorben
partikel penyerap (sorben). Proses sorpsi dibedakan
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan
menjadi dua yaitu adsorpsi dan absorpsi. Adsorpsi
dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan
adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu
konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis
zat pada permukaan zat lain sebagai akibat dari
pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n
ketidak jenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat
dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapa-
tersebut atau ion zat tertahan dipermukaan partikel
sitas dan efisiensi suatu adsorben dalam menyerap
penyerap (sorben), sedang absorpsi jika proses
fluida.
pengikatan ini berlangsung sampai di dalam partikel
penyerap (Handayani.M, 2009),. Proses adsorpsi
dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung Persamaan isotherm Langmuir
pada beberapa faktor, seperti, jenis adsorben, jenis Pada teori Isotherm Langmuir , diasumsikan bahwa
adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat adsorben memiliki permukaan yang homogen dan
terlarut, dan temperatur. Bagi suatu sistem adsorpsi dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat dan
tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang te- tidak ada interakasi antara molekul molekul yang
radsorpsi persatuan luas atau persatuan berat ad- terjerap, adsorpsinya berbentu monolayer, persa-
sorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada maan umum isotherem Langmuir yaitu:
temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorpsi
ini dinyatakan sebagai: X / m = (a b Ce) / (1 + b Ce) (4)

x/m = k. C n (1) Di mana:

dalam hal ini: X = banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi

x = jumlah zat teradsorpsi (gram) m = massa adsorben

m = jumlah adsorben (gram) Ce = konsentrasi Zat

C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, se- a, b = konstanta adsorben


telah tercapai kesetimbangan adsorpsi
2 ALAT DAN BAHAN
k dan n = tetapan.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
Dalam bentu lain, persamaan (1) menjadi: Jar Test, kertas saring, beaker glass, labu ukur, pipet,
log x/m = log k + n log c (2) erlenmeyer, kertas tissu, labeling bulb, spektrofoto-
meter, oven pengering, ayakan, neraca analitis, pH
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu meter dan decicator,
proses adsorpsi menuruti isoterm Freundlich, maka
aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis Bahan bahan yang diperlukan yaitu, bentonit
lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n. alam berasal dari daerah provinsi Jambi, limbah cair
berasal dari industri pupuk urea PT Pusri, asam khlo-
Persamaan Isotherm Freundlich rida pekat, Caustic Soda, Ammonium Chlorida dan
reagen Nessler.
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran
yang cair, isoterm adsorpsi dapat digambarkan den- 3 METODOLOGI PENELITIAN
gan persamaan empirik yang dikemukakan oleh
Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental
adsorben mempunyai permukaan yang heterogen PHQJJXQDNDQ DODW ´-DU 7HVWµ VNDOD ODERUDWRULXP
dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan Penelitian ini di awali dengan mengaktifkan bentonit
yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan per- bentonit dilakukan dengan cara, direndam dengan
samaan yang paling banyak digunakan saat ini larutan HCl 6% selama 2-4 jam, kemudian bilas
(Metcalf & Eddy, 1991). Persamaannya adalah : dengan air bebas mineral (demin water), dikeringkan
dalam oven, dihaluskan dengan mortal porselin,
x/m = k C 1/n (3)
diayak dan dipanaskan dalam oven pada suhu 120
o
di mana: C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan proses ad-

17211-68
Hasbun K., dkk./Pengurangan Kadar Amonia « JPS Vol.17 No. 2 Mei 2015

sorpsi antara bentonit dan amonia dengan dengan ke dalam pori pori bentonit yang kosong, penelitian
alat Jar Test, Amonia yang digunakan dari air lim- ini sejalan dengan penelitian Filayati dan rusmini
bah yang akan dibuang ke peraian Sungai Musi yang mengatakan untuk meingkatkan daya serap
(Outlet Kolam Air Limbah). Variabel proses selain dan daya tukar ion bentonit harus diaktivasi terlebih
suhu aktifasi divariasikan juga massa bentonit yang dahulu dengan pemanasan dan modifikasi dengan
digunakan di mulai dari 10 sd 40 gram dengan vo- asam agar memperbesar porosita dan luas permu-
lume limbah 200 ml setiap sampel. Waktu tinggal kaan serta keasamannya meningkat. Pada penelitian
proses adsorpsi di variasikan antara 30 sd 120 menit ini suhu 120 oC yang tertinggi dengan adsorpsi sebe-
dengan kecepatan pengadukan antara 20 sd 100 sar 55,26 %. Pada suhu diatas 120 oC sampai 140 oC
rpm. Hasil proses adsorpsi kemuadian dianalisa den- terjadi penurunan dan penaikan atau fluktuatif ini
gan spektrofotometer, panjang gelombang 460 nm, dimungkinkan karena adanya pori-pori yang menu-
analisis dilakukan dengan sistem triple analisis. tup dan belum homogen saat pemanasan.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Massa Bentonit terhadap Daya


Serap pada Amonia
Pengaruh Suhu Aktivasi Dari penelitian yang dilakukan berdasarkan massa
Hasil analysis of varians (ANOVA) menunjukkan (berat) dilakukan dengan varian 10; 20; 30; 40 gram
bahwa significan level (. = 0,05) adalah 0,001 da- bentonit aktif terhadap volume limbah cair amonia
pat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari masing- sejumlah volume 200 ml, kecepatan pengadukan
masing perlakuan suhu aktivasi terhadap adsorpsi 100 rpm, waktu kontak 1(satu) jam didapat hasil pe-
amonia, dimana suhu aktivasi berpengaruh nyata nyerapan tertinggi pada berat bentonit pada 40
terhadap parameter serapan amonia. (SPSS 16) gr/200 ml larutan limbah, hasilnya dapat dilihat pada
gambar 2.
Dari penelitian yang dilakukan berdasarkan suhu
aktivasi 100; 110; 120; 130 dan 140 oC didapatkan Hasil analysis of varians (ANOVA) menunjukkan
hasil seperti tergambar dalam grafik dibawah ini: bahwa significan level (. = 0,05) adalah 0,000 da-
aktivasi bentonit yang paling tinggi daya adsorp- pat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari masing-
sinya terhadap amonia yang ada dalam limbah cair masing perlakuan suhu aktivasi terhadap adsorpsi
adalah bila bentonit di aktivasi dengan suhu 120 oC. amonia, dimana berat bentonit berpengaruh nyata
Berdasarkan data penelitian dapat ditampilkan terhadap parameter serapan amonia (SPSS 16 ).
bentuk histogramnya seperti yang tertera pada
Gambar 1.
55,50
55,00
Adsorpsi (%)

54,50
54,00
53,50
53,00
52,50
100 110 120 130 140
Temperatur (o C)
Gambar 1. Suhu aktivasi bentonit terhadap daya serap Gambar 2. Adsorpsi amonia pada berbagai berat bentonit
pada amonia
Terlihat dengan jelas dari berat 10 g hingga 40 g
Pada temperatur 100 oC daya adsorpsi sebesar semakin besar berat bentonit yang digunakan sema-
53,66 % dimana pori-pori dari bentonit mulai mem- kin besar daya serapan amonia, ini menyatakan se-
buka, semakin banyak pori-pori membuka semakin makin banyak jumlah berat bentonit berarti kemam-
besar ruang yang akan ditempati oleh molekur zat puannya untuk menyerap semakin tinggi. Namun
yang terserap (adsorbat), dimana pada proses ad- penggunaan adsorben berlebihan tidak diinginkan
sorpsi ini terjadi pertukaran ion adsorbat (amonia) karena akan membuat permasalahan mengelola

17211-69
Hasbun K., dkk./Pengurangan Kadar Amonia « JPS Vol.17 No. 2 Mei 2015

lumpur bentonit yang sudah berkurang daya ad-


sorpsinya, oleh karena itu perlu dilakukan optimali- 90
sasi berat bentonit yang dibutuhkan untuk mengelo- 80
la limbah cair amonia, maka dilakukan pendekatan

Adssorpsi ( % )
70
dengan berat 36; 38; 40; 42 dan 44 g bentonit, data
histogram adsorpsi dapat dilihat pada Gambar 3 60
50
Hasil analisis varian (ANOVA) menunjukkan
bahwa significan level (. = 0,05) adalah 0,000 da- 40
pat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari masing- 30
masing beratbentonit terhadap adsorpsi amonia, 20
dimana berat bentonit berpengaruh nyata terhadap 10
parameter serapan amonia (SPSS 16 ). 0

84,00 200 400 600 800 1000


82,00 Kadar Amonia (mg/l)
80,00
Adsorpsi (%)

78,00 Gambar 4. Pengaruh kadar amonia terhadap adsorpsi


76,00 bentonit
74,00 Dari data dan grafik histogram untuk vaiabel
72,00 konsentrasi amonia 200; 400; 600; 800 dan 1000
70,00 mg/L, didapatkan adsorpsi tertinggi pada konsentrasi
68,00 400 mg/L yaitu sebesar 82,05 %. Dari grafik tersebut
66,00 bahwa untuk berat 38 g/200 ml daya adsorpsi lebih
64,00
tinggi untuk kadar amonia 400 mg/L daripada kadar
36 38 40 42 44 600, 800 dan 1000 mg/L dikarenakan untuk kadar
400 mg/L kapasitas pori-pori bentonit cukup tersedia
Berat (g) untuk menampung pertukaran ion, sedangkan untuk
kadar diatas 400 mg/L pori pori bentonit sejumlah
Gambar 3. Adsorpsi amonia pada berat bentonit 36 - 44 g massa 38 gram tidak mampu untuk menyerap ion
amonium. Ini sesuai dengan penelitian Sahan dkk
Dari histogram diatas terbukti rasio berat dan vo- 2012, daya serap bentonit pada pada menit menit
lume terbaik dalam menyerap amonia adalah 38 pertama tinggi karena terjadi reaksi pertukaran ion
g/200 ml limbah cair amonia, waktu kontak 1(satu) adsorbat dengan bentonit, tetapi akan menurun bila
jam dan kecepatan pengadukan adalah 100 rpm daya tampung pori pori adsorbet sudah terisi semua
yaitu sebesar 81,35 %. oleh ion adsorbat.

Pengaruh Kadar Limbah Cair terhadap 5 SIMPULAN


Penyerapan Amonia
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Dari hasil penelitian berdasarkan kadar amonia 200; pengolahan limbah cair urea yang mengandung
400; 600; 800 dan 1000 mg/L, variabel tetap yaitu amonia dapat di turunkan kandungan amonianya
berat bentonit sebesar 38 gram, waktu kontak 60 sebesar 82,05% bila konsentrasi amonianya berkisar
menit, pH air limbah 9, kecepatan pengadukan 100 antara 300-400 mg/L dengan proses adsorpsi meng-
rpm volume air limbah 200 ml didapat data grafik gunakan adsorben bentonit yang harus diaktifasi
historam pada Gambar 4. dengan suhu 120 oC selama 24 jam, dengan berat
Hasil analysis of varians (ANOVA) menunjukkan bentonit 38 gr/200 ml, kecepatan pengadukan 120
bahwa significan level (. = 0,05) adalah 0,000 da- rpm, waktu kontak 60 menit dan pH larutan 9.
pat disimpulkan bahwa ada pengaruh dari masing-
masing kadar terhadap adsorpsi amonia, dimana REFERENSI _____________________________
kadar berpengaruh nyata terhadap parameter sera- Anonimous, 1975, Manual book Ammonia Plant, MW.
pan amonia (SPSS 16 ). Kellogg Overseas Corporation USA
V. Hacker and K.Kordesch, 2003, Ammonia cracker
Handbook of fuel Cells-Fundamental, Technology and
Applications vol 3,2, pp 121-127

17211-70
Hasbun K., dkk./Pengurangan Kadar Amonia « JPS Vol.17 No. 2 Mei 2015

Anonimous, 2012, BLH Provinsi Sumatera Selatan, Peratu- Naswir. M, Susila Aarita, Marsi dan Salni, 2013 charateri-
ran Gubernur Sumatera Selatan No 8 tahun 2012 ten- zation of Bentonite by XRD and SEM-EDS and Use to
tang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Ho- Increase pH and color Removal, Fe and Organic Sub-
tel, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batu Ba- stances in Peat Water, Jouornal of Clean Enegy Tech-
ra, Palembang. nologies, vol1, No 4, October 2013.
Anonimous, 2012, Sistem Pengelolaan Lingkungan PT Sukandarrumidi, 2009, Bahan Galian Industri, Gajah Ma-
Pusri Palembang.Diakses pada tanggal 10 April 2013 da Univesity Press, Yogyakarta.
dari http://www, pusri.co.id. Bath.D.S, Jenal M. Siregar, M. Turmuzy Lubis, 2012,
Wardhana W.A, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penggunaan Tanah Bentonit Sebagai Adsorben Logam
Penerbit Andi Yogyakarta. Cu, Jurnal Teknik Kimia USU, vol 1. No. 1 (2012)
Nassef.E & Eltaweel.Y, 2012 Adsorption of Phenol from Sahan.Y et al 2012, Penentuan daya jerap Bentonit dan
Aquerous Solution by Local Eqyptian Bentonite, Journal Kesetimbangan Adsorpsi bentonit terhadap ion Cu (II).
of American Science 2012: 8(8). Handayani.M, 2009 dan Eko Sulistiyono, Uji Persamaan
I.P.Okoye. C.OBI & S.E Otolo, 2012, A studi of the adsorp- Langmuir dan Freudlich pada penyerapan Limbah
tion kinetics of Chromium Pillared Bentonite Clay Min- Chrom (VI) oleh Zeolite, Prosiding Seminar Nasional
eral, Journal of applied Technology in environmental Sains dan Teknologi Nuklir PTNBR-Batan Bandung, 3
Sanitation ,2(3) 145-154. Juni 2009.
Ding.S, Juanjuan Shen, Bohui Xu, Qinfu Liu, Yuzhuang Metcalf & Eddy, 1991, Wastewater Engineering, treat-
Sun, 2011, The Factor on Removal of Zinc Cation from ment, disposal and Reuse McGaw-Hill international Edi-
aqueos Solution by bentonite, Natural Resources, 107- tions
113 Anonimous, Program statistik SPSS 16
Walker.GM, Connor.G, and Allen.S.J, 2004, Copper(II) Filayati.M.R dan Rusmini, 2012, Pengaruh Massa Bentonit
Removal onto Dolomitic Sorbents, Chemical Engineer- Teraktivasi H2SO4 terhadap daya Adsorpsi Iodium, UN-
ing Research and Design 82(A8): 961-966. ESA Journal of Chemistry vol. 1, No. 1, May 2012. ____
Fernandez.Y et al, 2011, Use of granular Bentonite in the
Removal of Mercury(II), Cadmium (II) and Lead (II)
from Aqueous Solutions

17211-71

You might also like