You are on page 1of 12

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

Februari 2017, 1 (1): 16-27

Hubungan Perkembangan Wisata terhadap Ekonomi Wilayah


di Gunungkidul Selatan
The Impact of Tourism Development towards Regional Economy at
Southern Gunungkidul

Gilang Adinugroho1*
1
Magister Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Daerah Istimewa Yogyakarta
55281; *Penulis korespondensi, e-mail: gilangadi1878@gmail.com
(Diterima: 10 Oktober 2016; Disetujui: 06 Desember 2016)

ABSTRACT

Disparity is still a common problem in regional development, including at Gunung Kidul


Regency. Rapid development is taking place at Wonosari, the capital region of Gunungkidul
Regency, while other districts are lagged behind, especially the southern part of Gunungkidul
which are underdeveloped and having low economic contribution. Tourism is seen as one of the
alternatives to increase economic development since the increase of the number of tourists visits.
The aims of this study was to identify the tourism sector development in southern Gunungkidul and
to analyze its impact towards the district’s economy. The method used in this study is quantitative
using paired sample t test and Pearson correlation for data analysis. The data showed that there
was an increasing trend in the number of tourist visit during 2007 to 2013 eventhough with a lack
of tourism infrastructures, especially in Panggang, Saptosari and Girisubo subdistrict. The data
also showed that there was an increasing of Gross Regional Domestic Product (GRDP) in trade
and entertainment sector between 2007 and 2013. The result of comparative analysis showed that
there are significant differences of GRDP of these two sectors between 2007 and 2013. The
correlation analysis showed that there was no significant relationship between the number of
tourist visits and the extent of the sector in GRDP. High number of visits is not necessarily related
to the increasing level of GRDP.
Keywords: Southern Gunungkidul, tourism, GRDP, regional economy

ABSTRAK

Permasalahan pembangunan di Kabupaten Gunungkidul adalah ketimpangan pembangunan


antar wilayah. Pembangunan hanya berpusat di Wonosari sedangkan lainnya masih tertinggal.
Bagian selatan Gunungkidul yang berjumlah enam kecamatan relatif masih tertinggal dan
kontribusi ekonominya masih minim. Pariwisata dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi di bagian selatan karena kunjungan wisatawan ke objek wisata pantai
semakin meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengidentifikasi perkembangan sektor
pariwisata, dan 2) menganalisis perubahan ekonomi wilayah terkait sektor wisata pantai di selatan
Gunungkidul. Metode analisis statistik yang digunakan adalah paired sample t test dan korelasi
pearson. Wisatawan yang berkunjung mengalami tren kenaikan dalam periode tahun 2007 sampai
2013. Sarana pendukung wisata masih minim, terutama di Kecamatan Panggang, Saptosari dan
Girisubo. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor perdagangan dan sub sektor jasa
hiburan di kecamatan bagian selatan Gunungkidul, meningkat drastis dari tahun 2007 ke 2013.

16
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

Hasil analisis komparasi menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pendapatan nominal kedua
sektor tersebut pada tahun 2007 dan 2013. Analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara jumlah kunjungan wisata dengan pendapatan sektor. Jumlah kunjungan
yang tinggi belum tentu berhubungan dengan tingkat pendapatan sektor.
Kata kunci: Gunungkidul Selatan, wisata, PDRB, komparasi, korelasi

PENDAHULUAN tersebut membuat perkembangan Gunungkidul


masih rendah dibandingkan daerah lain.
Ketimpangan pembangunan di Daerah Permasalahan pembangunan di
Istimewa Yogyakarta (DIY) relatif tinggi. Rasio Gunungkidul diperparah oleh ketimpangan
Gini DIY pada September 2016 mencapai 0.42 antar wilayah (Rahayu, 2014). Kegiatan
atau tertinggi kedua setelah Sulawesi Selatan ekonomi hanya terpusat di bagian tengah dan
(BPS, 2016). Ketimpangan ini disebabkan oleh ibukota kabupaten. Hampir 20% kontribusi
terkonsentrasinya kegiatan ekonomi hanya di ekonomi disumbang oleh Kecamatan Wonosari
aglomerasi perkotaan Yogyakarta (Restiatun, (BPS, 2013). Sedangkan 50% PDRB
2009). Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta Gunungkidul disumbangkan oleh 5 kecamatan
menyumbang hampir 60% ekonomi DIY. yaitu Wonosari, Playen, Ponjong, Semanu dan
Ironisnya, luas 2 wilayah tersebut kurang dari Semin. Tiga belas kecamatan lainnya hanya
20% luas DIY. Pusat-pusat pertumbuhan hanya memiliki kontribusi masing-masing 3 sampai
terletak di Kabupaten Sleman dan Kota 5%. Wilayah yang masih tertinggal adalah
Yogyakarta sehingga perkembangan bagian selatan Kabupaten Gunungkidul, yang
ekonominya paling tinggi. memiliki karakteristik pegunungan dan pesisir.
Kabupaten Gunungkidul merupakan Kontribusi PDRB wilayah ini hanya 21.09%
daerah yang masih tertinggal pembangunannya terhadap kabupaten. Bagian selatan masih
di DIY. Luas wilayah Gunungkidul terluas kekurangan sarana prasarana, minim pusat
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, pertumbuhan serta hambatan geografis yang
yaitu 49% dari luas total DIY. Namun, tinggi. Wilayah selatan memerlukan opsi sektor
kontribusi ekonomi kabupaten ini hanya 13.6% lain untuk meningkatkan perkembangan
di DIY (BPS, 2014). Indeks Pembangunan ekonominya selain sektor pertanian. Pariwisata
Manusia di Gunungkidul juga tertinggal dapat menjadi leading sector pembangunan di
dibandingkan dengan daerah lain dengan wilayah selatan. Suatu daerah memerlukan
tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. sektor yang berperan sebagai export base
Ketertinggalan pembangunan di Gunungkidul apabila ingin meningkatkan ekonominya
disebabkan oleh minimnya pusat pertumbuhan, (Tiebout dalam Muta’ali, 2015). Sektor yang
sumber daya alam yang terbatas dan hambatan berperan sebagai export base memiliki efek
geografis. Pusat pertumbuhan di Gunungkidul pengganda terhadap kegiatan sektor lain.
hanya terletak di ibukota kabupaten, yaitu Sektor pariwisata dapat menjadi sektor
Wonosari (Rahayu, 2014). Karakteristik alternatif untuk pembangunan di wilayah
geografis Gunungkidul adalah lahan marjinal selatan Gunungkidul (Yuliandi, 2013). Potensi
dengan sumberdaya air yang minim wisata (jasa lingkungan) di wilayah pesisir
(Damayanti, 2008). Hal ini membuat pertanian selatan mencapai 6.8 milyar (Sahubawa et al.,
lahan basah tidak mampu berkembang dengan 2015). Sektor pariwisata diharapkan memicu
baik. Kondisi geografis yang berbukit dan ekonomi masyarakat sekitar seperti kegiatan
bergunung menjadi penghambat kegiatan perdagangan atau jasa. Kondisi tersebut
pembangunan. Indeks Kesulitan Geografis didukung semakin meningkatnya jumlah
(IKG) Gunungkidul tertinggi dibandingkan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata
dengan kabupaten lainnya yaitu 29.96. Hal pantai. Kunjungan wisatawan di pantai pada

17 Hubungan Perkembangan Wisata...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

tahun 2011 tidak sampai 600 ribu orang, Dampak wisata dapat bersifat langsung
sedangkan tahun 2015 meningkat hampir lebih dan tidak langsung (Widyastuti, 2013).
dari 300% menjadi 2 juta orang (Dinas Penelitian ini berusaha menganalisis perubahan
Pariwisata DIY, 2015). Jumlah kunjungan ekonomi wilayah di selatan Gunungkidul akibat
tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkembangan sektor pariwisata. Hal ini
kegiatan ekonomi masyarakat dan wilayah penting untuk evaluasi, sejauh mana perubahan
(kecamatan). Data Produk Domestik Regional yang terjadi di tingkat wilayah. Tujuan
Bruto (PDRB) menjadi variabel yang dapat penelitian adalah sebagai berikut: (1)
mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu mengidentifikasi perkembangan kegiatan wisata
daerah. pantai di selatan Gunungkidul; dan (2)
Pariwisata mampu memberikan dampak menganalisis perubahan ekonomi wilayah
terhadap kegiatan ekonomi, baik secara mikro, terkait sektor wisata pantai di selatan
meso atau makro (Suci, 2015; Yoga 2015; Gunungkidul.
Wulandari, 2014; Widodo, 2011). Dampak
mikro antara lain peningkatan pendapatan METODE
masyarakat atau variasi kegiatan ekonomi
bertambah. Peningkatan PAD, pembukaan Penelitian ini berlokasi di bagian selatan
lapangan pekerjaan merupakan dampak di Kabupaten Gunungkidul. Unit analisis yang
lingkup meso. Dampak makronya adalah digunakan adalah kecamatan. Terdapat 6
pertumbuhan ekonomi dan PDRB wilayah. kecamatan di bagian selatan yaitu Purwosari,
Perkembangan kegiatan wisata di selatan Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus dan
Gunungkidul diharapkan mempunyai dampak Girisubo [Gambar 1]. Kecamatan tersebut
terhadap ekonomi wilayah. masing-masing memiliki objek wisata pantai
unggulan.

Gambar 1. Lokasi penelitian


Sumber: Hasil pengolahan, 2016.

Metode analisis kuantitatif digunakan sample t test digunakan untuk menganalisis


dalam penelitian ini. Teknik analisis deskriptif perubahan PDRB sebelum dan sesudah
digunakan untuk pembahasan tujuan 1. Teknik booming kegiatan wisata pantai. Sektor yang
analisis yang digunakan untuk tujuan 2 adalah dianalisis adalah sektor perdagangan, hotel,
paired sample t test dan korelasi. Teknik paired restoran dan sub-sektor jasa hiburan dan

G. Adinugroho 18
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

rekreasi. Sektor tersebut dapat mencerminkan Jumlah pantai yang prioritas akan
dampak kegiatan wisata terhadap ekonomi dikembangkan oleh pemerintah mencapai 32
wilayah (Tripomo, 2013). Teknik korelasi objek. Jumlah pantai tersebut hanya sebagian
mencari hubungan antara jumlah kunjungan dari keseluruhan jumlah objek wisata pantai di
wisata tiap kecamatan dengan tingkat kabupaten ini yang berjumlah 60 pantai.
pendapatan dua sektor tersebut. Software yang Karakteristik pantai di Gunungkidul berbeda
digunakan adalah SPSS 21. dengan pantai di Bantul dan Kulonprogo. Pantai
Data yang digunakan adalah data di dua kabupaten tersebut berpasir hitam,
sekunder. Data tersebut adalah PDRB, jumlah sedangkan di Gunungkidul berpasir putih. Hal
pengunjung objek wisata, dan sarana prasarana ini disebabkan oleh perbedaan asal material
terkait sektor wisata di tiap kecamatan. Sumber yang menyusun pantai. Pasir hitam berasal dari
data berasal dari Badan Pusat Statistik dan material merapi yang dibawa oleh aliran sungai
Dinas Pariwisata, baik DIY maupun Kabupaten dan diendapkan oleh gelombang pantai selatan
Gunungkidul. (Khakhim, 2008). Pasir putih berasal dari
pecahan karang akibat hantaman gelombang
HASIL DAN PEMBAHASAN dan ombak (Khakhim, 2008). Sebagian orang
menganggap bahwa pantai berpasir putih
Perkembangan Wisata Pantai mempunyai daya tarik lebih besar.
Kabupaten Gunungkidul memiliki garis Keunikan pantai di Gunungkidul yang
pantai terpanjang di antara kabupaten lain di lain adalah karakteristik objek yang beragam,
DIY. Hal tersebut membuat jumlah objek baik dari segi fisik dan atraksi. Perbedaan fisik
wisatanya relatif banyak. Jumlah objek wisata disebabkan oleh proses geomorfologi yang
terus bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah berbeda pula di setiap pantai. Terdapat tiga tipe
objek wisata pada tahun 2005 hanya 8, yaitu structurally shaped coast (pesisir yang
sedangkan pada tahun 2015 menjadi 18 objek terbentuk dari proses patahan/lipatan), wave
(BPS, 2015). Hal ini dikarenakan tiap tahun erosion coast (pesisir yang terbentuk dari
terdapat pembukaan pantai baru. proses aktivitas gelombang), dan marine
deposition coast (pesisir yang terbentuk dari
Tabel 1. Jumlah objek wisata tiap kecamatan proses pengendapan material sedimen) (Marfai,
2013). Structurally shape coast merupakan
Kecamatan Nama Pantai
Parangendog, Watugupit, pantai yang terdiri atas tebing-tebing curam.
Purwosari (3) Wave erosion coast merupakan pantai yang
Bekah.
Panggang (3) Grigak, Gesing, Ngunggah. terdapat beberapa kenampakan seperti teras
Ngrenehan, Nguyahan, marin, pelataran pantai atau pulau yang
Saptosari (5) Ngobaran, Torohudan,
Ngedan. terpisah. Tipe terakhir adalah marine deposition
Baron, Kukup, Sepanjang, coast yaitu teluk atau gisik saku di wilayah
Tanjungsari (9) Sanglen, Watu Kodok, Drini, pantai. Perbedaan kondisi fisik menawarkan
Sarangan, Krakal, Slili.
pemandangan yang berbeda pula kepada
Sadranan, Watu Lawang,
Ngandong, Sundak, wisatawan. Atraksi yang ditawarkan di objek
Tepus (9)
Somandeng, Pulang Sawal, wisata pantai Gunungkidul juga beragam.
Timang, Jogan, Siung Wisata kuliner hasil tangkapan nelayan dapat
Wediombo, Jungwok, Sadeng
Girisubo (5) dinikmati di beberapa pantai seperti Baron,
dan Pulau Kalong
*angka dalam kurung menunjukkan jumlah objek Ngrenehan dan Siung. Kegiatan camping bisa
Sumber: Ripparda 2014 sampai 2025. dilakukan di Pantai Jungwok, Ngedan atau
Puncak Kosakora di Pantai Drini. Kegiatan
Tabel 1 menunjukkan obyek wisata yang snorkeling terdapat di Pantai Nglambor.
akan dikembangkan oleh Pemerintah Keragaman tipologi dan atraksi pantai di
Kabupaten Gunungkidul. Gunungkidul dapat mengundang wisatawan

19 Hubungan Perkembangan Wisata...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

yang lebih banyak. Gambar 2 menunjukkan pariwisata. Kunjungan objek wisata pantai
keragaman kondisi fisik dan atraksi wisata di berkontribusi 81% jumlah wisatawan yang
Gunungkidul. berkunjung di kabupaten ini. Semua wisatawan
Kunjungan wisata pantai di Gunungkidul yang berkunjung di pantai selatan adalah
pada tahun 2013 mencapai 1,822,251 wisatawan berasal dari dalam negeri.
wisatawan (Dinas Pariwisata DIY, 2014). Wisatawan mancanegara lebih banyak
Jumlah tersebut meningkat 42% dari kunjungan mengunjungi objek desa wisata. Ketertarikan
pada tahun 2012. Wisata pantai di Gunungkidul terhadap atraksi budaya dan kehidupan
mempunyai peran strategis dalam sektor perdesaan menjadi faktor utama.

a b

c d
Gambar 2. a) Pantai Jungwok, b) Indrayanti, c) Timang, d) Nglambor
Sumber: wisataku.net, piknikdong.com, spotunik.com, pantainglambor.com

Kecamatan Tanjungsari memiliki jumlah Kunjungan wisata di Kecamatan


kunjungan terbanyak diantara kecamatan di Purwosari, Girisubo Saptosari, dan Panggang
bagian selatan Gunungkidul yaitu sebesar relatif masih rendah. Beberapa objek wisata di
793,865 orang (BPS, 2014). Kecamatan kecamatan tersebut masih dikembangkan
Purwosari hanya dikunjungi 3,000 wisatawan sehingga belum banyak dikenal oleh
orang pada tahun 2013. Objek wisata di masyarakat. Jarak yang relatif jauh dari
Tanjungsari relatif sudah dikenal masyarakat Wonosari dan minimnya sarana prasarana
dibandingkan dengan objek di kecamatan lain. dimungkinkan menjadi alasan masih sedikitnya
Pantai Baron, Kukup atau Drini sudah menjadi wisatawan yang berkunjung. Beberapa pantai di
objek wisata sejak tahun 1990-an. Hal ini wilayah tersebut juga harus ditempuh melalui
membuat objek tersebut menjadi favorit bagi jalan kaki atau jalan dengan kondisi yang
wisatawan. Sarana prasarana yang lengkap dan kurang baik. Hal tersebut dapat menurunkan
akses yang mudah, menjadi alasan lain minat wisatawan untuk berkunjung.
Tanjungsari paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan. Jumlah objek wisata yang mencapai
belasan pantai juga menjadi alasan lain
mengapa kecamatan ini menjadi destinasi
favorit.

G. Adinugroho 20
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

Tabel 2. Jumlah wisatawan tahun 2007 dan 2013 Tabel 3. Jumlah fasilitas tahun 2015

Kunjungan (orang) Restoran/


Kecamatan Kecamatan Hotel
2007 2013 Rumah Makan
Purwosari 0 3,000 Purwosari 27 23
Panggang 0 0 Panggang 0 6
Saptosari 12,710 41,268 Saptosari 0 2
Tanjungsari 245,648 793,865 Tanjungsari 8 163
Tepus 26,705 431,302 Tepus 21 167
Girisubo 24,599 69,631 Girisubo 0 8
Sumber: Gunungkidul dalam Angka. Sumber: 1) Gunungkidul dalam Angka 2016.
2) Direktori Hotel dan Akomodasi 2015.

Tabel 2 menunjukkan perkembangan Tabel 3 menunjukkan jumlah fasilitas


jumlah wisatawan di objek wisata pantai di pendukung di bagian selatan Gunungkidul
Gunungkidul. tahun 2015.
Perkembangan jumlah wisatawan dari Hotel yang ada di kawasan selatan
tahun 2007 sampai dengan 2013 relatif pesat. Gunungkidul berjumlah 56 tempat. Terdiri atas
Hampir semua mengalami kenaikan lebih dari 1 hotel berbintang dan 55 non-bintang
200%. Kecamatan Purwosari pada tahun 2007 (melati/penginapan). Fasilitas hotel terdapat di
belum dikunjungi wisatawan karena objek tiga kecamatan yaitu Purwosari, Tanjungsari,
wisatanya belum dibuka. Kecamatan Panggang dan Tepus. Kecamatan Purwosari memiliki
belum dikunjungi wisatawan karena belum ada hotel paling banyak yaitu 27, sedangkan
objek wisata yang dikembangkan. Rencana Tanjungsari delapan tempat dan Tepus 21
pengembangan dari pemda diharapkan dapat tempat. Hotel di Purwosari lebih menyasar
memunculkan dan meningkatkan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis
wisatawan di Purwosari dan Panggang. Jumlah dibandingkan dengan wisatawan pantai
wisatawan yang semakin banyak diharapkan Gunungkidul. Hal ini karena lokasi Purwosari
dapat berdampak terhadap ekonomi masyarakat yang berbatasan langsung dengan Kawasan
dan wilayah Parangtritis-Depok di Bantul. Jumlah restoran
Pengembangan wisata memerlukan atau rumah makan mencapai 369 unit. Lebih
sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini dari setengah restoran/rumah makan terletak di
memberikan kenyamanan wisatawan untuk Tanjungsari dan Tepus. Jumlah di kecamatan
beraktivitas di lokasi obyek wisata. Sarana dan lain bahkan tidak mencapai 30 unit.
prasarana juga diperlukan untuk meningkatkan Keberadaan fasilitas akan mengikuti
dampak ekonomi dari kegiatan wisata. Semakin wilayah yang paling berkembang. Kecamatan
lengkap fasilitas maka wisatawan akan Tanjungsari dan Tepus merupakan wilayah
membelanjakan uangnya lebih banyak dan rata- yang paling berkembang kegiatan wisatanya di
rata lama tinggal semakin lama. Pengeluaran bagian selatan. Setiap tahun dua kecamatan
yang dilakukan wisatawan tersebut yang akan tersebut dikunjungi 400 ribu sampai 1 juta
menggerakkan ekonomi masyarakat dan wisatawan. Hal ini menjadi daya tarik bagi
wilayah (Yoga, 2015; Amir, 2015). Fasilitas pengusaha untuk mendirikan hotel dan restoran.
yang dibutuhkan antara lain warung, restoran, Sarana transportasi dan komunikasi yang relatif
toko souvenir, hotel, penginapan dan jasa lengkap dimungkinkan juga menjadi faktor
pendukung lainnya. Ketersediaan jaringan yang berpengaruh. Fasilitas pendukung di
transportasi dan komunikasi juga penting untuk Purwosari, Panggang, Saptosari dan Girisubo
memudahkan perjalanan dan interaksi bagi masih minim. Kondisi ini karena belum
wisatawan. berkembangnya wisata di empat kecamatan
tersebut. Wisatawan yang datang berkunjung
masih dibawah 100 ribu tiap tahunnya. Jumlah
yang masih sedikit mengurangi minat

21 Hubungan Perkembangan Wisata...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

pengusaha atau masyarakat untuk membangun menjadi perhatian karena kelancaran


restoran atau hotel. komunikasi menjadi aspek penting.
Sarana perbankan seperti bank atau ATM
belum terdapat di objek wisata pantai. Bank Perubahan Ekonomi Wilayah
hanya berlokasi di ibukota kecamatan yang Kegiatan pariwisata dapat berdampak
berjarak lebih dari lima kilometer dari pantai. terhadap ekonomi masyarakat dan wilayah
ATM masih relatif minim, terdekat hanya di (Anisiewicz, 2014; Studizienski, 2015).
Kecamatan Playen yang berjarak belasan Pembahasan bagian ini akan mengidentifikasi
kilometer dari objek wisata. Threshold di objek ada atau tidaknya perubahan terhadap ekonomi
wisata relatif rendah sehingga dianggap belum wilayah setelah kegiatan wisata berkembang.
memerlukan pembangunan ATM atau bank. Pembahasan lainnya adalah hubungan antara
Terdapat beberapa minimarket di wilayah jumlah kunjungan wisata dengan tingkat
selatan Gunungkidul, yang biasanya berlokasi pendapatan sektor perdagangan dan sub sektor
di ibukota kecamatan. Hal ini akan jasa rekreasi. Variabel ekonomi wilayah yang
memudahkan wisatawan yang akan berbelanja digunakan adalah PDRB tiap kecamatan. Sektor
terutama produk kebutuhan sehari-hari. Sarana PDRB yang dibahas adalah sektor perdagangan,
komunikasi harus diperbaiki karena beberapa hotel, dan restoran dan sub sektor jasa hiburan.
lokasi masih minim, bahkan tidak ada sinyal. Kedua sektor tersebut dapat menggambarkan
Sinyal di Pantai Baron, Krakal atau Drini relatif kontribusi kegiatan wisata dalam ekonomi
sudah baik akan tetapi di Ngrenehan, Ngobaran wilayah.
dan Nguyahan sangat minim. Kondisi ini harus
45,000 41,422
40,000
33,923
35,000 31,348
31,080
30,000 27,438
23,938
25,000
19,236 19,018 18,216 18,695
20,000 16,834 17,420

15,000

10,000

5,000

0
Purwosari Panggang Saptosari Tanjungsari Tepus Girisubo

2007 2013

1,800 1,667
1,600

1,400

1,200
990 950
1,000 850 885

800 696 741


617
543
600

400 282
163 161
200

0
Purwosari Panggang Saptosari Tanjungsari Tepus Girisubo
2007

Gambar 3. Pendapatan sektor perdagangan dan sub sektor jasa hiburan tahun 2007 dan 2013
Sumber: BPS dan hasil pengolahan, 2016.

G. Adinugroho 22
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

Gambar 3 menunjukkan pendapatan dua Gunungkidul. Kecamatan Purwosari juga


sektor tersebut pada tahun 2007 dan 2013. mengalami kenaikan relatif tinggi di sektor
Pendapatan sektor perdagangan di selatan perdagangan, hotel dan restoran selama 2007
Gunungkidul menurut harga berlaku pada tahun sampai 2013. Penambahan jumlah hotel yang
2007 mencapai 118.16 milyar sedangkan tahun berada di kecamatan tersebut dimungkinkan
2013 meningkat menjadi 180.41 milyar. Sub menjadi faktor peningkatan pendapatan. Jumlah
sektor jasa rekreasi juga mengalami kenaikan wisatawan yang relatif tinggi dimungkinkan
pendapatan selama tahun 2007 sampai 2013. mempunyai dampak terhadap kegiatan di dua
Pendapatan pada 2007 mencapai 2.8 milyar sektor tersebut. Pemerintah diharapkan
sedangkan tahun 2013 menjadi 5.7 milyar. Hal meningkatkan pengembangan wisata selain di
yang harus menjadi perhatian adalah Tepus dan Tanjungsari sehingga keuntungan
menurunnya kontribusi dua sektor tersebut di ekonomi dapat dirasakan oleh semua kecamatan
bagian selatan dalam lingkup kabupaten. di bagian selatan.
Kontribusi terhadap kabupaten pada tahun 2007 Pembahasan selanjutnya adalah
mencapai 27.53% dan 46.77%, sedangkan perbedaan pendapatan sektor perdagangan dan
tahun 2013 menurun menjadi 13 dan 28%. jasa rekreasi hiburan pada tahun 2007 dan 2013.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kegiatan dua Hal ini untuk mengidentifikasi apakah ada
sektor tersebut di kecamatan selain di bagian perbedaan tingkat pendapatan sehingga
selatan berkembang lebih pesat. Hal ini mencerminkan adanya perkembangan. Teknik
menunjukkan perkembangan dua sektor analisis yang digunakan adalah uji beda paired
tersebut di bagian selatan relatif lebih lambat sample t test. Teknik ini digunakan karena dua
sehingga kontribusinya terhadap kabupaten alasan yaitu: (1) jenis data pendapatan PDRB
semakin menurun. adalah rasio, dan (2) data 6 kecamatan di
Pertumbuhan pendapatan sektor selatan Gunungkidul) diukur dua kali, pada
perdagangan paling tinggi yaitu di Kecamatan tahun 2007 dan 2013.
Tanjungsari yaitu 52.09%. Kecamatan Tepus Langkah pertama adalah mengidenti-
mengalami peningkatan terbesar di sub-sektor fikasi distribusi normal dari data. Salah satu
jasa rekreasi dan hiburan yaitu 305% selama syarat dalam dalam statitistik parametris adalah
2007 sampai 2013. Hal ini tidak mengherankan data harus berdistribusi normal.
karena dua kecamatan tersebut memiliki
pengunjung wisatawan tertinggi dibandingkan
dengan kecamatan lain di bagian selatan

Tabel 4. Analisis distribusi normal dengan Kolmogorov-Smirnov (KS)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Dagang07 Dagang13 Jasa07 Jasa13
N 6 6 6 6
a,b Mean 10777.00 13031.00 422.33 677.67
Normal Parameters
Std. Deviation 3008.998 2716.251 155.091 162.816
Absolute .216 .185 .189 .282
Most Extreme Differences Positive .216 .131 .180 .282
Negative -.140 -.185 -.189 -.216
Kolmogorov-Smirnov Z .529 .452 .463 .690
Asymp. Sig. (2-tailed) .942 .987 .983 .727
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel 4 menunjukkan analisis distribusi signifikansi data perdagangan 2007 sebesar


normal dengan Kolmogorov-Smirnov (KS). 0.942; perdagangan 2013 (0.987), jasa rekreasi
Hasil analisis KS menunjukkan bahwa nilai 2007 (0.983) dan jasa rekreasi tahun 2013

23 Hubungan Perkembangan Wisata...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

sebesar (0.727). Nilai tersebut di atas 0.05 Rata-rata pendapatan sektor


sehingga datanya berdistribusi normal. perdagangan, hotel dan restoran tahun 2007
Distribusi suatu data dianggap normal apabila mencapai 10.7 milyar, sedangkan tahun 2013
nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 apabila sebesar 12.03 milyar. Pendapatan jasa rekreasi
kurang dari 0.05 maka datanya tidak memiliki rata-rata 422 juta pada 2007 dan 677
berdistribusi normal. Hasil tersebut juta pada 2013. Hasil analisis menunjukkan
menunjukkan bahwa analisis paired sample t bahwa nilai t sektor perdagangan tahun 2007
test dapat dilanjutkan. dan 2013 sebesar –2.481, sedangkan jasa 2007
dan 2013 sebesar –2.839 [Tabel 5].

Tabel 5. Paired sample t test

Mean Std. Deviation t df Sig. (2-tailed)


Dagang07 – Dagang 13 -2254 2225.393 -2.481 5 .056
Jasa07 – Jasa13 -255 220.286 -2.839 5 .036
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2016.

Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari sektor tersebut. Analisis statistik korelasi dapat
0.05 sehingga menunjukkan adanya perbedaan mengungkap hubungan antara jumlah
pendapatan yang nyata pada dua sektor tersebut kunjungan wisatawan dengan tingkat
pada tahun 2007 dan 2013. Hal ini pendapatan. Jenis korelasi yang digunakan
menggambarkan perubahan pendapatan sektor adalah pearson product moment karena jenis
perdagangan dan sub sektor jasa rekreasi di data (jumlah kunjungan dan pendapatan) yang
bagian selatan Gunungkidul. Sektor pariwisata digunakan adalah interval dan rasio. Langkah
dimungkinkan dapat menjadi sektor alternatif pertama adalah mengukur ke”normal”an data
untuk peningkatan ekonomi wilayah. yang akan dibahas, terutama data kunjungan
Kunjungan wisatawan diharapkan mampu wisatawan [Tabel 6].
meningkatkan ekonomi wilayah terutama pada

Tabel 6. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Kunjungan
N 6
Mean 223177.67
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 323714.057
Absolute .349
Most Extreme Differences Positive .349
Negative -.245
Kolmogorov-Smirnov Z .855
Asymp. Sig. (2-tailed) .458
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel 7. Correlations
Kunjungan
Pearson Correlation .652
Dagang13 Sig. (2-tailed) .161
N 6
Pearson Correlation -.066
Jasa13 Sig. (2-tailed) .901
N 6
Pearson Correlation 1
Kunjungan Sig. (2-tailed)
N 6

G. Adinugroho 24
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

Nilai Asymp sig data kunjungan sebesar mempunyai kelemahan karena lingkup
0.458 atau lebih dari 0.05. Hal ini menunjukkan kegiatannya kecamatan sedangkan objek wisata
bahwa data kunjungan wisatawan di enam hanya di beberapa lokasi. Penelitian selanjutnya
kecamatan tersebut terdistribusi normal dapat menggunakan indikator atau data yang
sehingga dapat digunakan untuk langkah detail sehingga dapat menggambarkan dampak
selanjutnya. sektor pariwisata terhadap pembangunan.
Hasil analisis korelasi pearson product
moment terdapat dalam Tabel 7. Langkah KESIMPULAN DAN KEBIJAKAN
pertama dalam korelasi adalah mengidentifikasi
nilai signifikansi antar hubungan. Nilai Kesimpulan
hubungan kunjungan-jasa (0.901) dan Kesimpulan yang dapat diambil dalam
kunjungan–perdagangan (0.161). Semua penelitian ini adalah:
hubungan mempunyai nilai signifikansi lebih Jumlah objek wisata pantai di bagian
dari 0.05, yang menunjukkan tidak ada selatan Gunungkidul semakin bertambah setiap
hubungan yang signifikan dalam tiga korelasi tahunnya. Wisatawan yang berkunjung
tersebut. Dengan kata lain bahwa kecamatan mengalami tren kenaikan dalam periode 2007
yang memiliki kunjungan wisata yang tinggi sampai 2013. Hampir semua kecamatan di
belum tentu pendapatan dua sektor tersebut juga bagian selatan mengalami peningkatan jumlah
tinggi. Kecamatan Saptosari yang kunjungan kunjungan secara drastis dalam periode 2007
wisatawannya lebih sedikit dibandingkan sampai 2013, ketika 80% wisatawan
dengan Tepus dan Tanjungsari, justru memiliki berkunjung ke Kecamatan Tanjungsari dan
pendapatan sektor perdagangan yang lebih Tepus. Ketersediaan sarana pendukung wisata
tinggi. Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) hanya terdapat di sebagian kecamatan. Hotel
dimungkinkan menjadi penyebab meningkatnya hanya berada di Purwosari, Tanjungsari dan
pendapatan sektor perdagangan di selatan Tepus serta jumlah restoran paling banyak di
Gunungkidul. Pembangunan tersebut Tanjungsari dan Tepus. Fasilitas pendukung
kemungkinan berdampak terhadap kemudahan lainnya seperti sinyal masih minim, kecuali di
akses sehingga terjadinya peningkatan arus pantai yang sudah berkembang.
kendaraan. Hal ini akan memicu kegiatan Pendapatan sektor perdagangan dan sub
ekonomi di daerah yang dilewati JLS. Beberapa sektor jasa hiburan di kecamatan bagian selatan
toko dan warung bermunculan di sekitar JLS, Gunungkidul meningkat drastis. Peningkatan
bahkan terdapat toko berjejaring nasional. pendapatan paling tinggi berada di Kecamatan
Kondisi tersebut akan berdampak terhadap Tanjungsari dan Tepus. Hasil analisis
pendapatan dari sektor perdagangan. Hasil komparasi menunjukkan bahwa ada perbedaan
penelitian ini berbanding terbalik dengan nyata pendapatan dua sektor tersebut antara
beberapa penelitian terkait. Kenaikan jumlah tahun 2007 dengan 2013. Hal tersebut
pengunjung ternyata berpengaruh siginfikan menunjukkan adanya perubahan pendapatan
terhadap pendapatan ekonomi wilayah sektor perdagangan dan jasa hiburan di bagian
(Othman, 2012; Jin, 2011; dan Tang, 2013). Hal selatan Gunungkidul. Analisis korelasi
ini dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
terkait dampak kegiatan wisata terhadap signifikan antara jumlah kunjungan wisata
ekonomi makro di Gunungkidul. dengan pendapatan perdagangan dan jasa
Penelitian terkait tingkat belanja hiburan. Jumlah kunjungan yang tinggi belum
masyarakat di objek wisata dapat mendukung tentu tingkat pendapatan dua sektor tersebut
hasil analisis korelasi. Jumlah kunjungan yang juga tinggi.
tinggi belum tentu berdampak terhadap
ekonomi wilayah apabila tingkat belanja
wisatawan relatif rendah. Data PDRB juga

25 Hubungan Perkembangan Wisata...


Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

Kebijakan Damayanti, A., & Ayuningtyas, R. (2008).


Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Pantai
Pendapatan perdagangan dan jasa
Karst Kabupaten Gunungkidul. Makara
hiburan wilayah mengalami perubahan sejak
Teknologi, 12 (2), 91-98.
jumlah wisatawan di objek wisata pantai Dinas Pariwisata DIY. Statistik Kepariwisataan
berkembang. Hal yang harus menjadi perhatian (2014). Dinas Pariwisata DIY.
bahwa sebagian besar wisatawan berkunjung di Jin, C. J. (2011). The Effects of Tourism on
dua kecamatan yaitu Tanjungsari dan Tepus. Economic Growth in Hong Kong. Cornell
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Hospitality Quarterly, 2 (3).
diharapkan mengembangkan objek wisata Khakim, N., Soedharma, D., Mardiastuti, A.,
pantai di empat kecamatan lainnya karena Siregar, V.P., & Boer, M. (2008). Analisis
kunjungannya masih sedikit. Kondisi objek Preferensi Visual Lanskap Pesisir DIY untuk
Pengembangan Pariwisata Pesisir menuju
wisata pantai selain Tanjungsari dan Tepus
Pada Pengelolaan Wilayah Pesisir
masih belum berkembang. Sarana prasarana
Berkelanjutan. Forum Geografi, 22 (1), 44-
minim dan belum banyak masyarakat yang 59.
mengetahuinya. Pengembangan di empat Marfai, M. A., Cahyadi, A., & Anggraini, F.D.
kecamatan lainnya diharapkan akan (2013). Tipologi Dinamika dan Potensi
meningkatkan dan memeratakan tingkat Bencana di Pesisir Kawasan Karst Kabupaten
kunjungan wisatawan. Hal tersebut perlu Gunungkidul, Forum Geografi, 27 (2), 151-
dilakukan agar keuntungan ekonomi dari wisata 162.
pantai tidak hanya di Tanjungsari dan Tepus Muta’ali, L. (2015). Pengembangan Kawasan
tetapi juga di kecamatan lain di bagian selatan Strategis Ekonomi. BPFG UGM.
Othman, R., Salleh, N.H.M., & Sarmidi, T. (2012).
Gunungkidul. Dampak sektor pariwisata tidak
Analysis of causal relationship between
hanya di sektor ekonomi akan tetapi sektor lain
tourism development, economic growth and
seperti sumberdaya manusia, tenaga kerja dan foreign direct investment. Journal of Applied
kebudayaan masyarakat (Waluya, 2013). Science, 12 (2), 1245-1254.
Rahayu, E., & Santoso, E. B. (2014).Penentuan
DAFTAR PUSTAKA Pusat-Pusat Pertumbuhan Dalam
Pengembangan Wilayah di Kabupaten
Amir, S., Osman, M. M., Bachok, S., & Ibrahim, M. Gunungkidul, Jurnal Teknik Pomits, 3 (2),
(2015). Local Economic Benefit in Shopping 290 – 295.
and Transportation: A study on tourists’ Restiatun. (2009). Identifikasi Sektor Unggulan Dan
expenditure in Melaka, Malaysia. Procedia Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di
Social and Behavioral Sciences, 222, 374- Provinsi DIY. Jurnal Ekonomi dan Studi
381. Pembangunan, 10 (1), 77-98.
Anisiewicz, R., & Palmowski, T. (2014). Small Sahubawa, L., Khakim, N., & Lasindrang, M.
Border Traffic and Cross-border Tourism (2015). Kajian Sebaran Potensi Ekonomi
Between Poland and The Kaliningrad Oblast Sumberdaya Kelautan di Pantai Selatan DIY
of The Russian Federation. Quaestiones sebagai Upaya Percepatan Investasi. Jurnal
Geographicae, 3 (2), 79-85. Teknosains, 4 (22).
Badan Pusat Statistik. (2016). Laporan Bulanan Studzieniecki, T., Palmowski, T., & Korneevets, V.
Data Sosial Ekonomi Edisi September 2016. (2015). The System of cross-border tourism
BPS. in the Polish-Russian Borderland. Procedia
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul. Economics and Finance, 39, 545-552.
(2013) Produk Domestik Regional Bruto Suci, A. R., & Pahlawan, I. (2015) Dampak Tour De
Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul 2013. Singkarak Terhadap Ekonomi Pariwisata di
BPS Kabupaten Gunungkidul. Indonesia (Studi Kasus Provinsi Sumatera
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul. Barat). JOM FISIP, 2 (2)
(2015). Gunungkidul dalam Angka 2014.
BPS Kabupaten Gunungkidul.

G. Adinugroho 26
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27

Tang, C. F. (2013). Temporal Granger causality and


the dynamics relationship between real
tourism receipts, real income, real exchanger
rates in Malaysia. International Journal of
Tourism Research, 15 (3), 272-284.
Tripomo, R. S., & Soesatyo, Y. (2014). Pengaruh
Jumlah Wisatawan Objek Wisata Gunung
Bromo terhadap sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran di Kabupaten Probolinggo.
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2 (3).
Waluya, J. (2013). Dampak Pengembangan
Pariwisata. REGION, 5 (1).
Widodo, Y., Fandeli, C., Baiquni, M., & Damanik, J.
(2011). Dampak Pariwisata Waduk Kedung
Ombo (WKO) terhadap Kesejahteraan
Masyarakat Lokal. Jurnal Widyatama, 11 (2).
Widyastuti, N, K. (2013). Pengaruh Sektor
Pariwisata Terhadap Kinerja Keuangan
Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, 2 (5), 292-311
Wulandari, W. (2014). Dampak Kebijakan Perizinan
Investasi Bidang Pariwisata (Objek dan Daya
Tarik Wisata) Terhadap Perekonomian Kota
Wisata Batu Tahun 2010-2013. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB, 3 (1).
Yoga, I Gde A. D., & Wenagama, I. W. (2015).
Pengaruh Jumlah Kunjungan dan
Pengeluaran Wisatawan Mancanegara
Terhadap PDRB Provinsi Bali Tahun 1996-
2012. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 4 (2).
Yuliandi, I. (2013). South Coastal Community
Development: Issues and Challenges. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, 14 (2).

27 Hubungan Perkembangan Wisata...

You might also like