Professional Documents
Culture Documents
1 SM PDF
1 SM PDF
Gilang Adinugroho1*
1
Magister Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Daerah Istimewa Yogyakarta
55281; *Penulis korespondensi, e-mail: gilangadi1878@gmail.com
(Diterima: 10 Oktober 2016; Disetujui: 06 Desember 2016)
ABSTRACT
ABSTRAK
16
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27
Hasil analisis komparasi menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata pendapatan nominal kedua
sektor tersebut pada tahun 2007 dan 2013. Analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara jumlah kunjungan wisata dengan pendapatan sektor. Jumlah kunjungan
yang tinggi belum tentu berhubungan dengan tingkat pendapatan sektor.
Kata kunci: Gunungkidul Selatan, wisata, PDRB, komparasi, korelasi
tahun 2011 tidak sampai 600 ribu orang, Dampak wisata dapat bersifat langsung
sedangkan tahun 2015 meningkat hampir lebih dan tidak langsung (Widyastuti, 2013).
dari 300% menjadi 2 juta orang (Dinas Penelitian ini berusaha menganalisis perubahan
Pariwisata DIY, 2015). Jumlah kunjungan ekonomi wilayah di selatan Gunungkidul akibat
tersebut diharapkan mampu meningkatkan perkembangan sektor pariwisata. Hal ini
kegiatan ekonomi masyarakat dan wilayah penting untuk evaluasi, sejauh mana perubahan
(kecamatan). Data Produk Domestik Regional yang terjadi di tingkat wilayah. Tujuan
Bruto (PDRB) menjadi variabel yang dapat penelitian adalah sebagai berikut: (1)
mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu mengidentifikasi perkembangan kegiatan wisata
daerah. pantai di selatan Gunungkidul; dan (2)
Pariwisata mampu memberikan dampak menganalisis perubahan ekonomi wilayah
terhadap kegiatan ekonomi, baik secara mikro, terkait sektor wisata pantai di selatan
meso atau makro (Suci, 2015; Yoga 2015; Gunungkidul.
Wulandari, 2014; Widodo, 2011). Dampak
mikro antara lain peningkatan pendapatan METODE
masyarakat atau variasi kegiatan ekonomi
bertambah. Peningkatan PAD, pembukaan Penelitian ini berlokasi di bagian selatan
lapangan pekerjaan merupakan dampak di Kabupaten Gunungkidul. Unit analisis yang
lingkup meso. Dampak makronya adalah digunakan adalah kecamatan. Terdapat 6
pertumbuhan ekonomi dan PDRB wilayah. kecamatan di bagian selatan yaitu Purwosari,
Perkembangan kegiatan wisata di selatan Panggang, Saptosari, Tanjungsari, Tepus dan
Gunungkidul diharapkan mempunyai dampak Girisubo [Gambar 1]. Kecamatan tersebut
terhadap ekonomi wilayah. masing-masing memiliki objek wisata pantai
unggulan.
G. Adinugroho 18
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27
rekreasi. Sektor tersebut dapat mencerminkan Jumlah pantai yang prioritas akan
dampak kegiatan wisata terhadap ekonomi dikembangkan oleh pemerintah mencapai 32
wilayah (Tripomo, 2013). Teknik korelasi objek. Jumlah pantai tersebut hanya sebagian
mencari hubungan antara jumlah kunjungan dari keseluruhan jumlah objek wisata pantai di
wisata tiap kecamatan dengan tingkat kabupaten ini yang berjumlah 60 pantai.
pendapatan dua sektor tersebut. Software yang Karakteristik pantai di Gunungkidul berbeda
digunakan adalah SPSS 21. dengan pantai di Bantul dan Kulonprogo. Pantai
Data yang digunakan adalah data di dua kabupaten tersebut berpasir hitam,
sekunder. Data tersebut adalah PDRB, jumlah sedangkan di Gunungkidul berpasir putih. Hal
pengunjung objek wisata, dan sarana prasarana ini disebabkan oleh perbedaan asal material
terkait sektor wisata di tiap kecamatan. Sumber yang menyusun pantai. Pasir hitam berasal dari
data berasal dari Badan Pusat Statistik dan material merapi yang dibawa oleh aliran sungai
Dinas Pariwisata, baik DIY maupun Kabupaten dan diendapkan oleh gelombang pantai selatan
Gunungkidul. (Khakhim, 2008). Pasir putih berasal dari
pecahan karang akibat hantaman gelombang
HASIL DAN PEMBAHASAN dan ombak (Khakhim, 2008). Sebagian orang
menganggap bahwa pantai berpasir putih
Perkembangan Wisata Pantai mempunyai daya tarik lebih besar.
Kabupaten Gunungkidul memiliki garis Keunikan pantai di Gunungkidul yang
pantai terpanjang di antara kabupaten lain di lain adalah karakteristik objek yang beragam,
DIY. Hal tersebut membuat jumlah objek baik dari segi fisik dan atraksi. Perbedaan fisik
wisatanya relatif banyak. Jumlah objek wisata disebabkan oleh proses geomorfologi yang
terus bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah berbeda pula di setiap pantai. Terdapat tiga tipe
objek wisata pada tahun 2005 hanya 8, yaitu structurally shaped coast (pesisir yang
sedangkan pada tahun 2015 menjadi 18 objek terbentuk dari proses patahan/lipatan), wave
(BPS, 2015). Hal ini dikarenakan tiap tahun erosion coast (pesisir yang terbentuk dari
terdapat pembukaan pantai baru. proses aktivitas gelombang), dan marine
deposition coast (pesisir yang terbentuk dari
Tabel 1. Jumlah objek wisata tiap kecamatan proses pengendapan material sedimen) (Marfai,
2013). Structurally shape coast merupakan
Kecamatan Nama Pantai
Parangendog, Watugupit, pantai yang terdiri atas tebing-tebing curam.
Purwosari (3) Wave erosion coast merupakan pantai yang
Bekah.
Panggang (3) Grigak, Gesing, Ngunggah. terdapat beberapa kenampakan seperti teras
Ngrenehan, Nguyahan, marin, pelataran pantai atau pulau yang
Saptosari (5) Ngobaran, Torohudan,
Ngedan. terpisah. Tipe terakhir adalah marine deposition
Baron, Kukup, Sepanjang, coast yaitu teluk atau gisik saku di wilayah
Tanjungsari (9) Sanglen, Watu Kodok, Drini, pantai. Perbedaan kondisi fisik menawarkan
Sarangan, Krakal, Slili.
pemandangan yang berbeda pula kepada
Sadranan, Watu Lawang,
Ngandong, Sundak, wisatawan. Atraksi yang ditawarkan di objek
Tepus (9)
Somandeng, Pulang Sawal, wisata pantai Gunungkidul juga beragam.
Timang, Jogan, Siung Wisata kuliner hasil tangkapan nelayan dapat
Wediombo, Jungwok, Sadeng
Girisubo (5) dinikmati di beberapa pantai seperti Baron,
dan Pulau Kalong
*angka dalam kurung menunjukkan jumlah objek Ngrenehan dan Siung. Kegiatan camping bisa
Sumber: Ripparda 2014 sampai 2025. dilakukan di Pantai Jungwok, Ngedan atau
Puncak Kosakora di Pantai Drini. Kegiatan
Tabel 1 menunjukkan obyek wisata yang snorkeling terdapat di Pantai Nglambor.
akan dikembangkan oleh Pemerintah Keragaman tipologi dan atraksi pantai di
Kabupaten Gunungkidul. Gunungkidul dapat mengundang wisatawan
yang lebih banyak. Gambar 2 menunjukkan pariwisata. Kunjungan objek wisata pantai
keragaman kondisi fisik dan atraksi wisata di berkontribusi 81% jumlah wisatawan yang
Gunungkidul. berkunjung di kabupaten ini. Semua wisatawan
Kunjungan wisata pantai di Gunungkidul yang berkunjung di pantai selatan adalah
pada tahun 2013 mencapai 1,822,251 wisatawan berasal dari dalam negeri.
wisatawan (Dinas Pariwisata DIY, 2014). Wisatawan mancanegara lebih banyak
Jumlah tersebut meningkat 42% dari kunjungan mengunjungi objek desa wisata. Ketertarikan
pada tahun 2012. Wisata pantai di Gunungkidul terhadap atraksi budaya dan kehidupan
mempunyai peran strategis dalam sektor perdesaan menjadi faktor utama.
a b
c d
Gambar 2. a) Pantai Jungwok, b) Indrayanti, c) Timang, d) Nglambor
Sumber: wisataku.net, piknikdong.com, spotunik.com, pantainglambor.com
G. Adinugroho 20
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27
Tabel 2. Jumlah wisatawan tahun 2007 dan 2013 Tabel 3. Jumlah fasilitas tahun 2015
15,000
10,000
5,000
0
Purwosari Panggang Saptosari Tanjungsari Tepus Girisubo
2007 2013
1,800 1,667
1,600
1,400
1,200
990 950
1,000 850 885
400 282
163 161
200
0
Purwosari Panggang Saptosari Tanjungsari Tepus Girisubo
2007
Gambar 3. Pendapatan sektor perdagangan dan sub sektor jasa hiburan tahun 2007 dan 2013
Sumber: BPS dan hasil pengolahan, 2016.
G. Adinugroho 22
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27
Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari sektor tersebut. Analisis statistik korelasi dapat
0.05 sehingga menunjukkan adanya perbedaan mengungkap hubungan antara jumlah
pendapatan yang nyata pada dua sektor tersebut kunjungan wisatawan dengan tingkat
pada tahun 2007 dan 2013. Hal ini pendapatan. Jenis korelasi yang digunakan
menggambarkan perubahan pendapatan sektor adalah pearson product moment karena jenis
perdagangan dan sub sektor jasa rekreasi di data (jumlah kunjungan dan pendapatan) yang
bagian selatan Gunungkidul. Sektor pariwisata digunakan adalah interval dan rasio. Langkah
dimungkinkan dapat menjadi sektor alternatif pertama adalah mengukur ke”normal”an data
untuk peningkatan ekonomi wilayah. yang akan dibahas, terutama data kunjungan
Kunjungan wisatawan diharapkan mampu wisatawan [Tabel 6].
meningkatkan ekonomi wilayah terutama pada
Tabel 7. Correlations
Kunjungan
Pearson Correlation .652
Dagang13 Sig. (2-tailed) .161
N 6
Pearson Correlation -.066
Jasa13 Sig. (2-tailed) .901
N 6
Pearson Correlation 1
Kunjungan Sig. (2-tailed)
N 6
G. Adinugroho 24
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27
Nilai Asymp sig data kunjungan sebesar mempunyai kelemahan karena lingkup
0.458 atau lebih dari 0.05. Hal ini menunjukkan kegiatannya kecamatan sedangkan objek wisata
bahwa data kunjungan wisatawan di enam hanya di beberapa lokasi. Penelitian selanjutnya
kecamatan tersebut terdistribusi normal dapat menggunakan indikator atau data yang
sehingga dapat digunakan untuk langkah detail sehingga dapat menggambarkan dampak
selanjutnya. sektor pariwisata terhadap pembangunan.
Hasil analisis korelasi pearson product
moment terdapat dalam Tabel 7. Langkah KESIMPULAN DAN KEBIJAKAN
pertama dalam korelasi adalah mengidentifikasi
nilai signifikansi antar hubungan. Nilai Kesimpulan
hubungan kunjungan-jasa (0.901) dan Kesimpulan yang dapat diambil dalam
kunjungan–perdagangan (0.161). Semua penelitian ini adalah:
hubungan mempunyai nilai signifikansi lebih Jumlah objek wisata pantai di bagian
dari 0.05, yang menunjukkan tidak ada selatan Gunungkidul semakin bertambah setiap
hubungan yang signifikan dalam tiga korelasi tahunnya. Wisatawan yang berkunjung
tersebut. Dengan kata lain bahwa kecamatan mengalami tren kenaikan dalam periode 2007
yang memiliki kunjungan wisata yang tinggi sampai 2013. Hampir semua kecamatan di
belum tentu pendapatan dua sektor tersebut juga bagian selatan mengalami peningkatan jumlah
tinggi. Kecamatan Saptosari yang kunjungan kunjungan secara drastis dalam periode 2007
wisatawannya lebih sedikit dibandingkan sampai 2013, ketika 80% wisatawan
dengan Tepus dan Tanjungsari, justru memiliki berkunjung ke Kecamatan Tanjungsari dan
pendapatan sektor perdagangan yang lebih Tepus. Ketersediaan sarana pendukung wisata
tinggi. Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) hanya terdapat di sebagian kecamatan. Hotel
dimungkinkan menjadi penyebab meningkatnya hanya berada di Purwosari, Tanjungsari dan
pendapatan sektor perdagangan di selatan Tepus serta jumlah restoran paling banyak di
Gunungkidul. Pembangunan tersebut Tanjungsari dan Tepus. Fasilitas pendukung
kemungkinan berdampak terhadap kemudahan lainnya seperti sinyal masih minim, kecuali di
akses sehingga terjadinya peningkatan arus pantai yang sudah berkembang.
kendaraan. Hal ini akan memicu kegiatan Pendapatan sektor perdagangan dan sub
ekonomi di daerah yang dilewati JLS. Beberapa sektor jasa hiburan di kecamatan bagian selatan
toko dan warung bermunculan di sekitar JLS, Gunungkidul meningkat drastis. Peningkatan
bahkan terdapat toko berjejaring nasional. pendapatan paling tinggi berada di Kecamatan
Kondisi tersebut akan berdampak terhadap Tanjungsari dan Tepus. Hasil analisis
pendapatan dari sektor perdagangan. Hasil komparasi menunjukkan bahwa ada perbedaan
penelitian ini berbanding terbalik dengan nyata pendapatan dua sektor tersebut antara
beberapa penelitian terkait. Kenaikan jumlah tahun 2007 dengan 2013. Hal tersebut
pengunjung ternyata berpengaruh siginfikan menunjukkan adanya perubahan pendapatan
terhadap pendapatan ekonomi wilayah sektor perdagangan dan jasa hiburan di bagian
(Othman, 2012; Jin, 2011; dan Tang, 2013). Hal selatan Gunungkidul. Analisis korelasi
ini dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
terkait dampak kegiatan wisata terhadap signifikan antara jumlah kunjungan wisata
ekonomi makro di Gunungkidul. dengan pendapatan perdagangan dan jasa
Penelitian terkait tingkat belanja hiburan. Jumlah kunjungan yang tinggi belum
masyarakat di objek wisata dapat mendukung tentu tingkat pendapatan dua sektor tersebut
hasil analisis korelasi. Jumlah kunjungan yang juga tinggi.
tinggi belum tentu berdampak terhadap
ekonomi wilayah apabila tingkat belanja
wisatawan relatif rendah. Data PDRB juga
G. Adinugroho 26
Journal of Regional and Rural Development Planning, Februari 2017, 1 (1): 16-27