Askep Asfiksia Neonatorum PDF

You might also like

You are on page 1of 31
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. OH DENGAN DIAGNOSA MEDIS. ASFIKSIA NEONATORUM DIRUANGAN NICU RS ALOEI SABOE KOTA GORONTALO. OLEH LUTHFIYYAH Q. A BUHUNGO PERCEPTOR Perceptor Klinik Perceptor Akademik Ns. Sriyani Walinelo, S.Kep Ns. Wirda Y. Dulahu, M.Kep PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2020 Dipindai dengan CamScanner LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM A. KAJIAN PUSTAKA 1. Definisi Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera atau beberapa saat setelah lahir. Secara Klinik ditandai dengan sianosis, bradikardi, hipotonia, dan tidak ada respon terhadap rangsangan, yeag secara objektif dapat dinilai dengan skor APGAR. Keadaan ini di hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Konsekuensi fisiologis yang terutama terjadi pada bayi dengan asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan kriteria menurut WHO tahun 2008 didapatkan adanya gangguan neurologis berupa Hypoxic Ischaemic Enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan segera. (Kosim, 1998; Hasan, 1985; dan Depkes RI, 2005) Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfixia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma. Sementara itu, asfiksia dalam persalinan disebabkan oleh partus yang lama, ruptura uteri, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta, prolapsus, pemberian obat bius yang terlalu banyak dan pada saat yang tidak tepat, plasenta previa, solusia plasenta, serta plasenta tua (serotinus) (Nurarif, 2013). Dipindai dengan CamScanner os 2. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Asfiksia Asfiksia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asfiksia pallida dan asfiksia livida dengan masing-masing manifestasi klinis sebagai berikut (Nurarif, 2013): Tabel 1. Karakteristil Asfiksia Pallida dan Asfiksia Livida md Astle Pucat Kebiru-biruan 4) sudab kurang Masih baik | Negatif Positif Tidak teratur Masih teratur Selek Lebih balk Klasifikasi asfiksia dapat ditentukan berdasarkan nilai APGAR. (Nurarif, 2013). Tabel 2. APGAR score Nilal Tanda 0 i 2 ‘A: Appearance | Biru/pucat | Tubuh kemerahan, | Tubuh dan (color/warna ekstremitas biru ekstremitas kalit) kemerahan P: Pulse (heart | Tidakada | =100x per menit | >1100x per menit rate/denyut nadi) G:Grimance | Tidak ada | Gerakan sedikit | Menangis (reflek) ‘A: Activity Lumpuh | Fleksi lemah ARE (tonus otot) R: Respiration | Tidakada |Lemah, merintih | Tangisan kuat (usaha bernapas) Bayi akan dikatakan mengalami asfiksia berat jika APGAR score berada pada rentang 0-3, asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6, dan bayi normal atau dengan sedikit asfiksia jika APGAR score berada pada rentang 7-10 (Nurarif, 2013). Dipindai dengan CamScanner 3. Etiologt Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor (Nurarif, 2013). a. Faktor ibu Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan dapat menyebabkan gawat janin dan akhimnya terjadilah asfiksia. Berikut merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013): 1) Preeklamsia dan eklamsia 2) Demam selama persalinan 3) Kehamilan postmatur 4) Hipoksia ibu 5) Gangguan aliran darah fetus, meliputi : a) gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan c) hipertensi pada penyakit toksemia 6) Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah dini b. Faktor plasenta Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen melalui tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013): 1) Abruptio plasenta 2) Solutio plasenta 3) Plasenta previa c. Faktor fetus Pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului tanda gawat janin (Depkes RI, 2005 dan Nurarif, 2013): 1) Air ketuban bereampur dengan mekonium 2) Lilitan tali pusat 3) Tali pusat pendek atau layu 4) Prolapsus tali pusat Dipindai dengan CamScanner 4. Faktor persalinan Keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu (Nurarif, 2013): 1) Persalinan kala I lama 2) Pemberian analgetik dan anastesi pada operasi caesar yang berlebihan sehingga menyebabkan depresi pemapasan pada bayi e. Faktor neonatus Berikut merupakan kondisi bayi yang mungkin mengalami asfiksia (Nurarif, 2013): 1) Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm 2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, forsep) 3) Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pemapasan, hipoplasi paru, dll. 4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial 4. Faktor Resiko Faktor resiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor ‘maternal, plasenta-tali pusat, dan fetus atau neonatus (Volpe, 2001; Aurora, 2004; dan Levene, 2005) : a. Kelainan maternal, dapat meliputi hipertensi, peyakit vaskular, diabetes, drug abuse, penyakit jantung, paru, gangguan susunan saraf pusat, hipotensi, ruptura uteri, tetani uteri, panggul sempit. b. Kelainan plasenta dan tali pusat, meliputi infark dan fibrosis plasenta, prolaps atau kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus. c. Kelainan fetus atau neonatus meliputi anemia, hidrops, infeksi, pertumbuban janin terhambat, serotinus. Selain itu, kurangnya kesadaran calon ibu untuk melakukan ANC, status nutrisi yang rendab, perdarahan saat melahirkan, dan infeksi saat Kehamilan juga merupakan faktor resiko terjadinya asfiksia. Ditambah lagi dengan letak bayi sungsang dan kelahiran dengan berat bayi kurang dari 2500 gram, maka akan memperburuk keadaan dan meningkatkan resiko 4 Dipindai dengan CamScanner asfiksia (Majeed, 2007 dan Pitsawong, 2011). Namun sayangnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ogunlesi dkk (2013) dinyatakan bahwa dari 354 orang responden yang diteliti, hampir seluruhnya tidak mengetahui faktor resiko terjadinya asfiksia (Ongunlesi, 2013). 5. Patofisiologt Paralisis pusat pernapasan Persalinan lama, lilitan tali Faktor lain : obat-obatan pusat, presenti janin abnormal i ¢ "ASFIKSTA Janin kelcurangan O; dan Parv-part tersieairan kadar CO; meningkat T £ + Bersihan Jalan Napas Gangguan metabolisme dan “Tidak Eset perubabin asam basa £ 2 1 ‘Suplai O, dalam dara ¥ ‘Suplai O; dafam pany ¥ Asidosis respiratorik ¥ + ¥ Resiko Kerusakan otak Gangguan perfusi-ventilasi Ketidakseimbangan £ Sake Tulul ‘Napas cuping hidung, sianosis, hipoksia Nomscpt fe + r ‘Gangguan Pertukaran Gas ‘Apne ¥ £ 4 Di dan TD ¥ Kematian bayi Restko Cidera = ¥ Ketidakefeifan Pola |, | roses Keluarga Napas Terhentt Tania tidak bereaksi Resiko Sindrom fee terhadap rangsangan ‘Kematian Bayt Mendadak Gambar 1. Bagan Patofisiologi Asfiksia Dipindai dengan CamScanner 6. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (William, 2004) : a. Analisa Gas Darah (AGD) : pH kurang dari 7,20 b. Penialaian APGAR score, meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha napas, tonus otot, dan reflek c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi 4. Pengkajian spesifik 7. Penatalaksanaan Asfiksiamerupakan kejadian kegawatan pada janin sehingga memerlukan tindakan yang cepat. Adapun prosedur pertolongan bayi dengan asfiksia adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005): PENILAIAN: Bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap LANGKAH AWAL (dilakukan dalam 30 detik) = 1), Jaga bayi tetap hangat, 2). Aur posisi bayi : leher agak ekstensi, 3) Isap lendir, 4), Keringkan dan rangsang taktil, 3). Reposisi Penilaian apakan bayi menangis atau bemapas spontan dan teratur vs — 60x per menit 2) Adanya tarikan dinding dada 3) Bayi merintih (ada bunyi napas saat ckspirasi) atau megap-megap (ada bbunyi mapas saat inspirasi) 4) Tubuh bayi pucat atau kebiruan 5) Bayi lemas Siapkan surat rujukan dan lakukan pencatatan atau dokumentasi setiap kali selesai melakukan tindakan, ¢. Bila resusitasi tidak berhasil 1) Lakukan konseling berupa pemberian dukungan moral kepada eluarga yang Kehilangan. Ibu akan merasa sedih, bahkan menangis. Perubahan hormon setelah kehamilan mungkin menyebabkan_ perasaan ibu sangat sensitif. Jelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat, dukungan moral, dan makanan bergizi. 2) Berikan asuhan tindak lanjut berupa kunjungan nifas. 3) Lakukan pencatatan atau dokumentasi Ada beberapa hal yang tidak dianjurkan dilakukan terhadap bayi dengan asfiksia. Berikut adalah tindakan-tindakan yang sebaiknya dihindari saat melakukan pertolongan kepada bayi dengan asfiksia beserta akibat yang ditimbulkannya (Depkes RI, 2001) : Tabel 3. Tindakan yang Tidak Dianjurkan dan Akibat yang Mungkin Ditimbulkannya ‘Menepuk bokong Trauma dan melukai ‘Menekan rongea dada Fraktur, pneumototaks, gawat napas, - kematian ‘Menekankan paha ke perut bayi Ruptura hepar atau lien, perdarahan i Robek atau Iuka pada sfingter ~~ “Hipotermi Dipindai dengan CamScanner Berdasarkan penelitian oleh Berglund dkk (2008) dinyatakan bahwa Kepatuhan tethadap protap penatalaksanaan atau manajemen asfiksia bayi baru lahir masih rendah dan harus ditingkatkan, terutama menyangkut tindakan ventilasi. Pendokumentasian juga harus diperbaiki agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (Berglund, 2008). Penatalaksanaan dari sisi medikamentosa dapat dilakukan dengan (Depkes RI, 2005 dan IAI, 2012): a. Cairan penambah volume darah Cairan diberikan jika bayi terlihat pucat, kehilangan darah, dan atau tidak memberikan respon yang memuaskan tethadap resusitasi. Cairan yang dipakai dapat berupa garam fisiologis (dianjurkan), ringer laktat, dan dapat juga berupa darah O-negatif dengan dosis 10 ml/kgBB/S-10 menit melalui jalur vena umbilikalis. s Epineftin Epinefrin diberikan setelah VTP (ventilasi tekanan positif) 30 detik dan ‘VIP+kompresi dada selama 30 detik tidak memberikan hasil positif sehingga frekuensi jantung tetap > 60 kali per menit. Dosis yang diberikan sebanyak 0,1 sd. 0,3 ml/kgBB melalui rute IV dengan pengenceran | : 10,000 dan diberikan secepat mungkin. Natrium bikarbonat ° Hanya diberikan jika dicurigai terjadinya asidosis metabolik atau terbukti sudah terjadi asidosis metabolik. Dosis pemberian yaitu sebanyak 2 mEq/kgBB (larutan 4,2%) melalui jalur vena umbilikus dengan kecepatan < 1 mEq/kgBB/menit, Natrium bikarbonat tidak boleh diberikan jika ventilasi masih belum adekuat. Penelitian yang dilakukan oleh Gregorio dkk (2011) menyatakan bahwa ternyata kafein dapat digunakan untuk penanganan apneu pada bayi baru lahir prematur sehubungan dengan belum matangnya sistem saraf pada bayi tersebut. Dinyatakan bahwa kafein memiliki toksisitas yang rendah dan waktu paruh yang panjang. Beberapa penelitian juga melaporkan beberapa Dipindai dengan CamScanner kemungkinan menarik dari efek yang dihasilkan oleh kafein, seperti efek Perlindungan kafein terhadap otak dan paru-paru (Gregorio, 2011). Penelitian lain yang dilakukan oleh Gathwala dkk (2010) menyatakan bahwa pemberian magnesium dalam dosis tertentu kepada bayi dengan asfiksia berat dapat memberikan perlindungan terhadap sistem saraf bayi. Ton magnesium mempunyai reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA) yang dapat melindungi otak dari kerusakan lebih lanjut akibat asfiksia (Gathwala, 2010). . Komplikast Komplikasi dapat mengenai beberapa organ pada bayi, diantaranya adalah sebagai berikut (Karlsson, 2008) : a. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis b. Jantung dan para : hipertensi pulmonal persiste pada neonatus, perdarahan paru, edema para c. Gastrointestinal : enterokolitis nekotikos 4. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH, anuria atau oliguria (< 1 mU/kg/jam) untuk 24 jam atau lebih dan kreatinin serum > 100 mmol/L e. Hematologi : DIC £ Hepar : aspartate amino transferase > 100 U/L, atau alanine amino transferase > 100 U/L sejak minggu pertama kelahiran Komplikasi yang khas pada asfiksia neonatorum yaitu Enselopati Neonatal atau Hipoksik Iskemik Enselopati yang merupakan sindroma Klinis berupa gangguan fungsi neurologis pada hari-hari awal kehidupan bayi aterm (Moster, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Azzopardi dk (2009) serta penelitian oleh Wintermark dkk (2011) menyatakan bahwa meskipun induksi hipotermia sedang selama 72 jam pada bayi dengan asfiksia neonatorum tidak secara signifikan mengurangi tingkat kematian maupun cacat berat, tetapi menghasilkan pengaruh baik terhadap sistem saraf pada bayi yang selamat (Azzopardi, 2009 dan Wintermark, 2011). u Dipindai dengan CamScanner B, ASUHAN KEPERAWATAN 1, Pengkajian Hal-hal yang ji pada bayi baru Iahir dengan asfiksia setelah tindakan resusitasi meliputi (Carpenito, 2007 dan Mansjoer, 2000) : a. Sirkulasi Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali per menit. Tekanan darah 60-80 mmHg sistolik dan 40-45 mmHg diastolik 1) Bunyi jantung, lokasi di mediastemum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediasterum pada ruang intercostae II/TV 2) Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama kehidupan 3) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena b. Eleminasi Dapat berkemih saat lahir ¢, Makanan atau cairan (status nutrisi) 1) Berat badan : 2500-4000 gram 2) Panjang badan : 44-45 cm 3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi d. Neurosensori 1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas 2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma) 3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemia, atau efek nekrotik) e. Permapasan 1) APGAR score optimal : antara 7 s.d. 10 2) Rentang RR normal dari 30-60 kali per menit, pola periodik dapat terlihat 3) Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silidrik thorax : kertilago xifoid menonjol umum terjadi 12 Dipindai dengan CamScanner a f. Keamanan Sulu normal pada 36,5 sd, 37,5 °C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi g. Kulit Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan kulit pada tangan atau kakai dapat terlihat, wara merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan wama herliquin, petekie pada kepala atau wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portuine, telengiektasis ( kelopak mata, antara alis dan mata, atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.Abrasi kulit kepala mungkin ada (penampakan elektroda intemal) 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain yaitu (Nurarif, 2013 dan NANDA, 2009) : a. Gangguan pertukaran gas b.d. ventilasi-perfusi b. Ketidakefektifan pola napas b.d. hipoventilasi, kerusakan neurologis c. Resiko keterlambatan perkembangan, faktor resiko berupa kekurangan oksigen ke otak d. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh, faktor resiko berupa pemajanan subu lingkungan yang ekstrem, umur dan berat badan ekstrem. e. Resiko cidera, faktor resiko berupa hipoksia jaringan f. Resiko infeksi, faktor resiko berupa pertahan tubuh primer tidak adekuat g. Resiko sindrom kematian bayi mendadak, faktor resiko berupa prematuritas organ 1B Dipindai dengan CamScanner 3. Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan dari berbagai cara, Cara yang pertama adalah dengan melihat seberapa berbahayanya masalah yang bersangkutan tethadap kelangsungan hidup pasien. Semakin masalah tersebut mengancam nyawa pasien, maka semakin diprioritaskan masalah tersebut untuk segera diselesaikan. Cara yang kedua yaitu dengan melihat apakah masalah yang bersangkutan bersifat aktual atau potensial. Masalah yang bersifat aktual akan lebih diprioritaskan dibandingkan dengan masalah yang bersifat potensial. Cara selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu berdasarkan keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien atau keluhan yang dianggap paling mengganggu oleh pasien. Selain itu, melakukan prioritas masalah juga dapat dilakukan berdasarkan Hierarki Keperluan Abraham Maslow dari tingkat yang paling rendah, yaitu : a. Kebutuhan fisiologis b. Keselamatan dan rasa aman . Mencintai dan dicintai Kebutuhan untuk dihargai . Aktualisasi diri Pada bayi dengan asfiksia neonatorum, hal yang paling mengancam sae keselamatan bayi yaitu terkait permasalahan pada sistem pernapasan yang dapat menyebabkan kematian. Masalah ini juga merupakan permasalahan yang aktual, dan berdasarkan hierarki Maslow termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis. Oleh karena itu, diagnosa prioritas yang diangkat yaitu Ketidakefektifan pola napas b.d. hipoventilasi dan kerusakan neurologis. Dipindai dengan CamScanner ASUHAN HepeRAUATrY Pane ey CH Dengan bueno heDis ATEnsin NECHATHRLM Diruane Nicu Rsup. prop. W. AUTEN SABOS Concep Map BY.04 Meru ruioh Cakit pets tengo! 4 Desenber 24x0 . ‘len meni numa Sait dengan Feluhen vesaie. By. ol fobir pads tenapel 4 Desember 2cae Aengan Peraliren foro! oi (8S Mullz2om. Sart lahir Pasien ticake acta respon. Seb ingga felch diteleoten vrp Seek eliryle. Pater cook penobayion, didegaticon hany t2néa- onda Vitor Hp> Mog/menit, p= yOx/ment , Sb = 36°C, pore Asp teenoturem ada Fegogalen berrepas Secata Sponten dan temtor Segera otow beberoper ‘Sank Séeloh loibir. L Ebiologi : ASPitsiq Sopat terjecl* Ferena beberape Jokton, Yotte Faklor Ibu, Fader Plorenta, Totter Fetus, fatter fesolinon & Faker neonates b Woniestesi King. Royi thick bernopar ctfou Mopars megop~megop. Penyot Sentune, Ziwex/inenit , Ful Semosir, Pueck, tenus oft menunn, hdak avs fepen ferhecbp Cefleés_rorgsongen & ASFIRSIA u Oonin Bekerenyen O2 den Rede G0, menngfok b Porkde entry hatte Supler Ox doicm derrah menoren Pomen. Virus $ c Papas Cepat Fehitokrelévoten trun si Pater Bayi bare ler —BlRentol PROFESI NERS UNG ANGK. XIIl Dipindai dengan CamScanner Apneu L DX dan to & £ [Fetiokepettzn Peo nepes ] “ biAcriosa Feperawaray = 1. Pour Bapar Tioak trERTIE Sik: Pemonfavea recprass & Dub ergen Venbior sUst , POE rege ZL. RESICO INFEFC Sip + Pencecphen IrFeksi @ Moreyenen Mefress SLRY: Stofus (mun & Stefer Au frisé Dipindai dengan CamScanner FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS Nama Mahasiswa —: Littpryyay @-A-PuHirye? Rumah Sakit : RSUD. prep. H-ALoa SAGE ‘Tgl/Jam Pengkajian : } Déemeee 20 Ruangan ‘Nice 1, Identitas Klien : Nama Bayi by, of Jenis Kelamin Laki- loki Nama Ibu ~ Ayah, ly, oF Alamat Desa Tepa Diagnosa Medis ‘Asfiksia Neonaturm No Reg Bayi /Tbu gozny 2. Riwayat Kelahiran Bayi: No] Taham Tse | pp ranir | BSH" | Komptiasi Penetisan | TempatLahir | Ket. 1 | 2029 | L | 4ooogr. ee _ Normal ik mutozern _ menengis if, Se : hes. 3. Status Gravid Ibu G:3,P:2,A: ‘Umur Kehamilan 39, mnogu 4, Pemeriksaan Antenatal HPHT Maret 2029 Taksiran Partus 2 Desenfoer 2020 Pemeriksaan kehamilan : ido dite TT 2 Tidak dike 5, Riwayat Kelahiran BB hamil / TB 2 Dido ekg Keadaan Ibu 2 Baik Jenis Persalinan + Normal q Indikasi SC = Tidok det Komplikasi Persalinan + 71Coke oct Dipindai dengan CamScanner Persalinan : 6. Keadaa Bayi Baru Lahir Lahir tanggal 2 Qf Desenber 2020 Jom 2 [bor wite Kelahiran = erm Masalah, 2 Aspe Eee + 4000 gr PBL + aan 7. Nilai Apgar Tanda 0 i 2 Jumlah 1, Frekuensi jantung 2. Usaha nafas 3. Tonus otot 4. Refleks 5. Warna kulit Ket: ggg: Penilaian Menit ke T © = Penilaian menit ke 5 8. Pengkajian Fisik ‘Umur dha KU 2 Lemah Berat badan Lahir 2 ooo gr Berat Badan Sekarang —: 3340gr Panjang badan 2 Shem HR 2 ox/megit SB 2 3b, M% Pemapasan © Hex|menit. Kepala Bentuk —: Bulat, worre rambut Hite, normose ekg, Mata; Keduo mata Simetris, tidak Stebtmus, Mola member Secorer Sponton, Dipindai dengan CamScanner Telinga Mulut Hidung Leher Tubuh Warna Pergerakan : Dada Jantung dan Paru Bunyinapas : 2 Beddoes felingn Sinetré (Ierus dengan ujung Mate, Hida: ade Pageluoren cian. Bibir Warn, meroh Mrvder fret, mofore tmulve fompok Fering, Tok ade Feleuron pod hidong, Adore terdopat Sere, terpesony ; Aled bony pamper 5 Worn bok Merote dengan Uh, ‘dog: axes mossa [Benen - Tebuh berworne: mech Mase FECA: do fonpok Neri fergunten obey lee Beniy coder fimetir, gerokan cock Sinetits,, P erremberger area foe Aeiprogeres , Tek=non Inspires: % e&sprouws’ menrey, Vesikuler . Pemapasan : $9kali/menit. Denyut jantung (HR) : Kickali/menit Dipindai dengan CamScanner Perut: doe adongt these, frdok ferdepof ‘ter Fleas. rperara logos pee bagen umbibfot. Punggung Keadaan punggung : Tormol Lanugo Pacer longo aiseluruh bogjon toh fey Genitalia Anus 2 Perdopst: onus Keadaan labia mayor/minor : ti¢ele cela. Exktrimitas ‘futitah jari tangan; 5 HH don Feron (0 Jarikaki =: Siri don S Feren = 1D Pergjerakan Porat Garis telapak kaki: Tetepet gent ‘Felts teryon don bei. ‘Status Neurologis Refleks ~reflleks : a Tendon 2 Seat cipegany pert, Fegan ligoton lutut, feat bagi mreminiken gercten Tp a = 2 Moro + Soot dibuke Inkubetor con berbunyi , fompate terkei dengpn Jor jo’ dergpn terthet Dene! ee a 5 Rotting + Soak lofoton erotojion, lay meres crys penritrcrd rp 1 Mengisap + Seat diletaken Jar pemetey jour mut, tempore boyy member mulut « 5 Babinski + Tampa Jori-jon bayr bercgrak: Fetiker Px te lela ee hung aa Dipindai dengan CamScanner a Nuatrisi Menggenggam Menangis Menginjak ‘Tonus leher Jenis makanan Diberikan dengan Jumlah yang diberikan Neuromuskuler Ballard skor bayi BB PB HR s LK LP LD PL PK Lila Jadi 2 Boge 2 Hem :l4okali/ menit eC 2 Og kali/menit cm om om om :7om :8om ‘Skor Maturitas : 20 : Saat dilebten fan imefefatein jeri telojue ke targpn i led ay oy menyginogem fr6. pertenksa 2 Peo bay menores Teor terkgji- pido Feb Suse Bur + Mrergpnaten PE woeebon. Maturitas Neuromuskuler Sikap Jendela pergelangan Rekoil lengan_ Sudut popliteal Tumit ke telinga Total Maturitas Fisik Kulit t Lanugo aa Garis telapak kaki: 3 1 i I | 4 2 Tanda seraf 2 3 i) Payudara Telinga Genitalia ry Total : 3 ‘TUK ( Taksiran Umur Kehamilan ): 40 mings Diagnosa Dipindai dengan CamScanner

You might also like