You are on page 1of 10
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR DJ.0/ 140 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG BALAI NIKAH DAN MANASIK HAJ ‘MELALUI PEMBIAYAAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi, transparansi_ dan akuntabilitas pelaksanaan Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji melalui pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara, perlu menerbitkan Petunjuk Teknis; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji melalui Pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara Tahun Anggaran 2015; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara; 5, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2015; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; 8. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; 10, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.08/2015 tentang Penggunaan Proyek sebagai Dasar Penerbitan SBSN; Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA 12, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.08/2014 tentang Tata Cara Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; 13, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.05/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran dan Penggantian Dana Kegiatan yang Dibiayai melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG BALAI NIKAH DAN MANASIK HAJI MELALUI PEMBIAYAAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA. Menetapkan Petunjuk Teknis Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji melalui Pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini. Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU merupakan pedoman dalam pelaksanaan Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji melalui Pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara. Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 2015 a ‘DIREKTUR JENDERAL, : ° SA ‘9 Prof. Dr. H>MACHASIN, MA NIP. 19561013 198103 1 003 u LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR DJ.01/ 140 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN GEDUNG BALAI NIKAH DAN MANASIK HAJI MELALUI PEMBIAYAAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang tersebar di Indonesia saat ini berjumlah 5.497 unit yang telah definitif, terdapat 289 unit gedung berkondisi rusak berat dan 471 KUA masih berstatus pinjam maupun sewa di gedung Pemerintah Daerah maupun tempat ibadah. Kerusakan bangunan lebih banyak disebabkan oleh faktor usia bangunan dan sebagian lainnya oleh bencana. Rusaknya bangunan ini tentu berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan masyarakat. Sebagai sebuah lembaga yang berada dibawah Kementerian Agama Kabupaten/Kota, kondisi KUA yang selama ini bertugas melayani pernikahan umat Islam masih sangat memprihatinkan. Sebagai tindak lanjut kondisi diatas, Kementerian Agama memprogram Pembangunan Gedung Balai Nikeh dan Manasik Haji dengan prioritas pada KUA definitif yang sudah memiliki lahan namun belum dibangun bangunan KUA. Dalam pelaksanaannya seluruh pembangunan merupakan usulan dari masing-masing satuan kerja di daerah yang dibebankan pada alokasi APBN berjenjang. Sebagai sebuah lembaga yang berada dibawah Kementerian Agama Kabupaten/Kota, kondisi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang selama ini bertugas melayani pernikahan umat Islam masih sangat memprihatinkan. Masih banyak KUA Kecamatan yang tidak m« kentor bahkan ada yang menyewa atau meminjam tempat sehingga pelayanan pernikahannya belum optimal. Keadaan ini tentu akan menghambat proses pelayanan kepada masyarakat karena kondisi sewa maupun pinjam tidak dijamin kelangsungan dari gedung yang telah ditempati, schingga sebagian besar dari KUA bersifat nomaden. Beberapa Pemerintah Daerah yang prihatin dengan kondisi ini kemudian menghibahken sebagian tanahnya untuk pembangunan KUA, namun demikian gedung bangunan tentu menjadi beban dari Kementerian Agama dalam hal ini Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam. Dari dasar pemikiran tersebut, Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mengusulkan Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji melalui pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara untuk mewujudken tujuan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat melalui Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. Ikhtiar mulia dan strategis mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat melalui Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan, periu disusun Petunjuk Teknis agar anggaran yang diberikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu tertib, tepat jumlah, tepat guna, tepat waktu, dan akuntabel. Petunjuk Teknis dapat dipergunaken oleh semua pihak yang berkepentingan sebagai acuan dalam melaksanakan Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji melalui Pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara Tahun Anggaran 2015. BABI MAKSUD DAN TUJUAN A. MAKSUD Pembangunan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara adalah kegiatan mendiriken bangunan gedung yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknik, pelaksanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi/ manajemen konstruksi, baik merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau Janjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan (rchabilitasi, renovasi, restorasi). Balai Nikah merupaken suatu ruangan atau tempat yang ada di dalam Kantor Unisan Agama yang berfungsi untuk melaksanakan akad nikeh yang merupakan salah satu dari fasilitas Kantor Urusan Agama. Manasik Haji adalah peragaan pelakeanaan ibadah haji sesuai dengan rukun- rukunnya. Kantor Urusan Agama seringkeli dijadikan sebagai tempat pelaksanaan manasik haji bagi para calon jamaah haji agar dapat memahami hal-hal apa yang harus dilakukan pada saat melakukan ibadah haji. Dengan demikian yang dimakeud dengan Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji adalah pembengunan gedung Kantor Urusan Agama yang berfungsi untuk melaksanaken akad nikeh dan manasik haji dengan tujuan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. B. TUJUAN ‘Tujuan umum dari Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji adalah untuk melakukan pembangunan dan rehabilitasi bangunan gedung Kantor Urusan ‘Agama yang rusak berat, sewa/pinjam, kawasan rawan bencana dan wilayah perbatasan. ‘Tujuan khusus dari Pembangunan Gedung Balai Nilah dan Manasik Haji adalah untuk mengurangi potensi penyimpangan gratifikasi sebagai akibat dari peristiwa nikeh yang dilakukan di luer Kantor Urusan Agama dan meningkatken kinerja sebagai upaya memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. BAB I PELAKSANA KEGIATAN Pelaksana kegiatan Pembangunan Gedung Balai Nikah dan Manasik Haji adalah Kantor Urusan Agama yang menerima anggaran melalui pembiayaan Surat Berharga Syariah Negara Tahun Anggeran 2015. BABIV FAKTOR KEBERHASILAN Indikator untuk mengukur keberhasilan dari pelakeanaan Pembangunan Gedung Balai Nikeh dan Manasik Haji adalah: 1. Terpenuhinya kebutuhan kekurangan ruang balai nikah pada Kantor Urusan Agama. 2, Terciptanya suasana yang nyaman seat pelakesanaan akad nikeh di balai nikah Kantor Urusan Agama. 3. Tercapeinya standar minimal prasarana Kantor Urusan Agama untuk pelayanan manasik haji. 4. Meningkatnya minat masyarakat untuk melaksanakan akad nikah di Kantor Urusan Agama.

You might also like