You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN


(PMT-P) TERHADAP PERUBAHAN STATUS GIZI BALITA GIZI BURUK
TAHUN 2017 ( Studi di Rumah Gizi Kota Semarang)

Imas Rini, Dina Rahayuning Pangestuti, M. Zen Rahfiludin


Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : imasrini16@gmail.com

ABSTRACT

Severe acute malnutrition is a problem of nutrient deficiency determined based


on weight indicator according to height (WHZ) with Z-score <-3 SD with the
presence or absence of edema. Suplementary foods is one of the activities in the
effort to resolve malnourished children under five in Semarang City.The purpose
of this research is to analyze the effect of supplementary foods to nutritional
status change of malnourished children in Nutrition House of Semarang City. The
type of research used is quasi-experimental with one group design pretest
posttest design where the design is no control group. The population of this study
were all children who followed intensive care in Nutrition House and using non
probability sampling technique with purposive sampling method. Anthropometric
measurements were performed before and after suplementary food interventions,
recording of infectious diseases and comorbidities during supplementary foods
interventions and recall consumption of energy and protein of foods other than
supplementary foods. After the research, it was found that the change of
anthropometric status of children according to weight for height index of 12
under five children which is very thin 4 children got a change of nutritional status
to 3 children of thin category and 1 child of normal category. The anthropometry
index of weight for age indicates that there is a change of anthropometric status
of children which is 1 child becomes undernutrition and 11 others are still in
severe acute malnutrition category. The results showed that there was a
difference of anthropometric status of index of Weight for Age (WAZ) before and
after supplementary foods and anthropometry index of Weight for Height (WHZ)
there was no significant difference of nutritional status of children under five
before and after of suplementary foods.

Keywords: Severe Acute Malnutrition, Children Under Five Years Old, Score-Z,
Suplementary Foods, Nutritional Status Change

698
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN pengaruh Pemberian Makanan


Gizi buruk adalah masalah Tambahan Pemulihan (PMT-P)
kesehatan yang memiliki dampak dengan perubahan berat badan balita
serius pada peningkatan angka gizi buruk.
kesakitan dan kematian pada balita.1
Gizi buruk ditentukan berdasarkan METODE
indikator BB/TB dengan skor Z kurang Jenis penelitian ini adalah quasi
dari -3 SD.2 Berdasarkan data eksperimental dengan desain one
penimbangan di posyandu tahun 2015 group pretest posttest dimana tidak
diketahui terdapat sebanyak 26.518 ada kelompok kontrol.9,10 Pengukuran
kasus gizi buruk pada balita, Jawa antropometri berat badan dan tinggi
Tengah memiliki kasus gizi buruk badan serta menghitung skor Z balita
sebanyak 922 kasus.3 Kasus gizi dilakukan pada awal pemeriksaan di
buruk di Kota Semarang pada tahun Rumah Gizi (pretest), kemudian
2014 sebanyak 32 kasus,4 pada tahun diberikan perlakukan pada sampel
2015 sebanyak 39 kasus dan pada yaitu pemberian paket susu F100
tahun 2016 39 kasus.5 selama 3 bulan dengan frekuensi dan
Gizi buruk disebabkan oleh jumlah minum yang sudah ditentukan
beberapa faktor, diantaranya adalah oleh dokter dan petugas gizi di Rumah
pola makan yang tidak baik, penyakit Gizi, selanjutnya pada tahap postets
infeksi dan penyerta, tingkat dilakukan pengukuran berat badan,
pendapatan dan kondisi tempat tinggi badan dan perhitungan skor Z
tinggal yang tidak sehat.6 Upaya yang kembali pada balita. Populasi dan
telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan sampel dalam penelitian ini diambil
Kota Semarang untuk mengatasi secara non probability sampling
masalah gizi buruk adalah dengan dengan metode purposive sampling
tatalaksana balita gizi buruk di Rumah yaitu 12 balita usia 0-59 bulan yang
Gizi. Rumah Gizi merupakan salah menjalani perawatan komprehensif di
satu Pusat Pemulihan Gizi (PPG) Rumah Gizi Kota Semarang . Sampel
dengan tujuan pemulihan gizi balita dipilih menggunakan pertimbangan
gizi buruk hingga anak berstatus gizi tertentu berdasarkan ciri atau sifat-
kurang (skor Z -3 SD sampai -2SD).7,8 sifat populasi yang ditetapkan
Penanganan komprehensif di sebelumnya oleh peneliti.11
Rumah Gizi meliputi pengukuran Data yang dianalisis adalah : a)
antropometri, pengobatan, konseling tingkat konsumsi Makanan Tambahan
gizi, fisioterapi dan pemberian Pemulihan, b) penyakit infeksi dan
makanan tambahan pemulihan (PMT- penyakit penyerta, b) tingkat asupan
P). Makanan tambahan pemulihan energi dan protein dari makanan
yang diberikan adalah berupa sehari-hari. Analisis uji perbedaan
makanan lokal yang dimasak di rumah menggunakan program uji statistik
gizi dan paket F100 berupa susu skim SPSS dengan uji t dua sampel
bubuk, minyak goreng, gula pasir dan berpasangan dan analisis uji
mineral mix. Formula 100 hubungan digunakan uji Korelasi Rank
mengandung energi 100 kkal setiap Spearman.
100 mililiternya.7 Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk menganalisis

699
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HASIL DAN PEMBAHASAN Status Sebelum Sesudah


A. Status Antropometri Berdasarkan Gizi PMT-P PMT-P
Indikator BB/TB Indeks
n % n %
Tabel 1. Distribusi Status Gizi BB/U
Berdasarkan Indeks BB/TB pada Buruk 12 100 11 91,6
Subjek Sebelum dan Setelah Kurang 0 0 1 8,4
Pemberian PMT-P Baik 0 0 0 0
Status Sebelum Sesudah Total 12 100 12 100
Gizi PMT-P PMT-P
Indeks Berdasarkan tabel 2.
N % N %
BB/TB persentase balita gizi buruk
Sangat sebelum PMT-P adalah 100% dan
12 100 8 66,7
Kurus sesudah PMT-P terjadi perubahan
Kurus 0 0 3 25 yaitu 8,4% (1 anak) menjadi
Normal 0 0 1 8,3 kategori gizi kurang. Sebelum
Total 12 100 12 100 PMT-P status gizi balita berada
pada skor Z kurang dari -3 SD
Berdasarkan tabel 1. dengan skor Z tertinggi -3,18 SD
persentase balita kategori sangat dan terendah -5,86 SD. Setelah
kurus (gizi buruk) sebelum diberi Pemberian Makanan Tambahan
PMT-P adalah 100%. Sesudah Pemulihan (PMT-P) terjadi
pemberian PMT-P mengalami perubahan status antropometri
penurunan menjadi 66,7% balita balita yaitu 1 anak menjadi kategori
pada kategori sangat kurus, 25% gizi kurang dengan skor Z -2,13
balita pada kategori gizi kurang dan SD dan sisanya masih pada
8,3% balita pada kategori normal. kategori gizi buruk dengan skor Z
Sebelum PMT-P status balita gizi tertinggi -3,14 SD dan terendah -
buruk seluruh balita berada pada 4,90 SD.
skor Z kurang dari -3 SD dengan C. Status antropometri berdasarkan
skor Z tertinggi -3,09 SD dan TB/U atau PB/U
terendah -5,40 SD. Setelah PMT-P Tabel 3. Distribusi Status Gizi
3 balita berada pada kategori kurus Berdasarkan Indeks TB/U atau
dengan skor Z tertinggi -2,41 SD PB/U pada Subyek Sebelum dan
dan terendah -2,78 SD dan 1 balita Setelah Pemberian PMT-P
berada kategori normal dengan Status Sebelum Sesudah
skor Z -1,31 SD. Gizi PMT-P PMT-P
B. Status Antropometri Berdasarkan Indeks
n % n %
Indikator BB/U TB/U
Tabel 2. Distribusi Status Gizi Sangat
Berdasarkan Indeks BB/U pada 5 41,7 5 41,7
Pendek
Subjek Sebelum dan Setelah Pendek 7 58,3 4 33,3
Pemberian PMT-P. Normal 0 0 3 25
Total 12 100 12 100

Berdasarkan tabel 3. Status


gizi balita menurut indeks TB/U
700
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

atau PB/U sebelum PMT-P berada E. Perubahan Berat Badan Balita Gizi
pada kategori pendek (58,3%), dan Buruk
sangat pendek yaitu 41,7%. Tabel 4. Perubahan Berat Badan
Sesudah PMT-P terjadi perubahan Balita Gizi Buruk
yaitu balita pada kategori pendek Berat Badan
Subj Perubaha
berkurang menjadi 33,3% dan 25% (Kg)
ek n (Kg)
balita berada pada kategori normal. Awal Akhir
Status gizi balita sebelum 1 5,6 6,38 (+) 0,78
PMT-P diketahui 6 balita berada 2 7,1 7,93 (+) 0,83
pada kategori sangat pendek 3 9,67 10,1 (+) 0,43
dengan skor Z tertinggi -3,76 SD 4 5,03 6,05 (+) 1,02
dan terendah -5,92 SD, 7 balita 5 6,7 8,24 (+) 1,54
berada pada kategori pendek 6 6,9 8,7 (+) 1,80
dengan skor Z tertinggi -2,18 SD 7 6,06 6,52 (+) 0,46
dan terendah -2,82 SD. Sesudah 8 6,81 6,82 (+) 0,01
pemberian PMT-P terjadi 9 4,7 7,33 (+) 2,63
perubahan status gizi balita yaitu 4 10 7,2 7,75 (+) 0,55
balita menjadi kategori pendek 11 6,18 6,57 (+) 0,39
dengan skor Z tertinggi -2,14 SD 12 5,13 5,22 (+) 0,09
dan terendah -2,37 SD dan 3 balita
berada pada kategori normal. Tabel 4. menunjukkan seluruh
D. Gambaran Perubahan Rerata Nilai balita mengalami kenaikan berat
Skor Z Selama Pemberian PMT-P badan yang ditandai dengan tanda
positif pada perubahan berat badan
balita saat awal dengan akhir
pemeriksaan di Rumah Gizi
dengan kenaikan terendah 0,01 Kg
dan kenaikan tertinggi 2,63 Kg.
F. Konsumsi PMT-P Balita
Tabel 5. Tingkat konsumsi PMT-P
Balita

Tingkat Jumlah Persentase


Gambar 1. Perubahan Nilai Skor Konsumsi (orang) (%)
Z Selama PMT-P
Sesuai
1 8,3
Standar
Selama pemberian makanan
Belum
tambahan pemulihan terjadi
Sesuai 11 91,7
peningkatan rerata skor Z balita
Standar
indeks antropometri BB/TB dan
Total 12 100
BB/U. Skor Z tertinggi menurut
indeks BB/TB terjadi pada minggu
Tabel 5. menununjukkan
5 dengan skor Z -2,97 SD
tingkat konsumsi PMT-P balita
sedangkan skor Z indeks BB/U
sebagian besar balita (91,7%)
mengalami perubahan tertinggi
berada pada kategori belum sesuai
pada minggu 7 dengan skor Z -
standar dan hanya 8,3% balita
3,37 SD.
701
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang mengkonsumsi PMT-P sesuai Tingkat


Jumlah Persent
standar. Kecukupan
(orang) ase (%)
Paket PMT-P yang diberikan Gizi
adalah susu skim bubuk, gula Tingkat
pasir, minyak goreng dan mineral Kecukupan
mix. Paket ini juga disebut dengan Energi
Formula 100 karena mengandung Kurang 10 83,4
100 kkal energi setiap 100 Cukup 1 8,3
mililiternya.12 Tingkat konsumsi Lebih 1 8,3
balita diukur dengan menggunakan Total 12 100
formulir PMT-P yang berisi Tingkat
frekuensi dan jumlah F100 yang Kecukupan
harus dikonsumsi balita setiap hari. Protein
Cara menentukan persentase Kurang 7 58,3
konsumsi PMT-P yaitu dengan Cukup 3 25
menghitung tingkat konsumsi balita Lebih 2 16,7
kemudian dibandingkan dengan Total 12 100
konsumsi yang seharusnya dan
dikali 100%. Tabel 6. menunjukkan tingkat
Beberapa faktor yang dapat kecukupan energi balita sebagian
menjadi penyebab balita belum besar (83,4%) berada pada
mengkonsumsi PMT-P sesuai kategori kurang begitu pun dengan
standar adalah nafsu makan anak tingkat kecukupan protein yaitu
yang tidak baik sehingga anak tidak 58,3% berada pada kategori
mau menghabiskan susu F100, kurang.
kebiasaan jajan yang membuat Tabel 7. Rerata Konsumsi Energi
balita kenyang dan tidak mau dan Konsumsi Protein Balita
menghabiskan F100 serta cara ibu Tingkat Rerata SD
dalam membuat F100 belum Kecukupan
sesuai petunjuk yang mana Energi 257 kkal 175 kkal
menyebabkan tidak tercampurnya Protein 9,7 g 7,5 g
bahan F100 (susu, minyak goreng,
gula pasir, mineral mix) secara Tabel 7. menunjukkan rerata
merata sehingga tidak tingkat konsumsi energi balita yaitu
dikonsumsi/dihabiskan oleh anak. 257 kkal dengan standar deviasi
G. Tingkat Kecukupan Energi dan 175kkal. Rerata konsumsi protein
Protein dari Makanan Sehari-hari balita adalah 9,7 g dengan standar
Tabel 6. Tingkat Kecukupan Energi deviasi 7,5 g.
dan Protein Balita saat PMT-P Tingkat konsumsi energi dan
protein balita yang kurang dapat
disebabkan oleh porsi makan balita
yang sedikit.13,14 Rata-rata balita
mengkonsumsi nasi sebagai
sumber energi hanya 3-4 sendok
makan setiap kali makan.
Disamping itu, makanan sumber
702
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

protein balita sudah cukup Indeks Sebel Sesud Peru Nilai p


beragam dan diolah sesuai dengan Antrop um ah baha
anjuran dokter dan ahli gizi seperti ometri PMT- PMT- n
dimasak dengan kuah santan dan P P
mengurangi asupan sayuran, akan Skor Z -4,00 -3,31 0,69 0,055
tetapi nafsu makan balita yang BB/TB ± 0,77 ± 1,01±
buruk menyebabkan porsi makan 0,24
sedikit sehingga tidak dapat Skor Z -4,49 -3,87 0,62 0,044*
mencukupi kebutuhan tubuh balita. BB/U ± 0,81 ± 0,84 ±
H. Penyakit Infeksi dan Penyerta saat 0,03
PMT-P *Terjadi perbedaan yang bermakna
Tabel 8. Penyakit Infeksi dan
Penyerta yang Diderita balita saat Berdasarkan tabel 9.
PMT-P diketahui perubahan skor Z balita
Penyakit Jumlah Persent sebelum dan sesudah PMT-P.
Infeksi (orang) ase (%) perubahan rerata indeks
ISPA 4 33,4 antropometri BB/TB adalah 0,69
Diare 1 8,3 SD dengan standar deviasi 0,24
Tuberkulosis 5 41,7 dan perubahan rerata indeks
Jantung 1 8,3 antropometri BB/U adalah 0,62 SD
Total 11 91,7 dengan standar deviasi 0,03.
Hasil uji t dua sampel
Tabel 8. menunjukkan hampir berpasangan diketahui tidak
semua balita (11 anak) mengalami terdapat perbedaan yang
penyakit infeksi dan penyakit bermakna perubahan rerata nilai
penyerta selama PMT-P. skor Z indeks antropometri BB/TB
Persentase penyakit infeksi yang yang ditunjukkan dengan nilai
diderita balita paling tinggi adalah p=0,055 (p<0,05), pada Indeks
tuberkulosis 41,7% dan ISPA antropometri BB/U terdapat
33,4%. ISPA yang dimaksud perbedaan yang bermakna
adalah flu, batuk dan demam. perubahan rerata nilai skor Z
I. Uji Perbedaan Rerata Nilai Skor Z sebelum dan sesudah PMT-P yang
dan Perubahan Rerata Nilai Skor Z ditunjukkan dengan nilai p=0,044
Berdasarkan Indeks Antropometri (p<0,05).
BB/TB dan BB/U Sebelum dan Perbedaan hasil uji statistik
Sesudah Pemberian PMT-P indeks BB/TB dengan BB/U dapat
disebabkan oleh sensitifitas BB/U
Tabel 9. Perbedaan Rerata Nilai Skor Z relatif tinggi terhadap perubahan-
dan Perubahan Rerata Nilai Skor Z perubahan kecil yang mendadak
Berdasarkan Indeks Antropometri BB/TB dan mempengaruhi hasil
dan BB/U Sebelum dan Sesudah pengukuran berat badan
Pemberian PMT-P sedangkan indikator tinggi badan
pada BB/TB memiliki tingkat
sensitifitas lebih rendah terhadap
defisiensi gizi dalam jangka waktu
pendek.7
703
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengukuran pada indeks mengalami kecacingan. Pemberian


antropometri BB/U sebelum dan makanan tambahan pemulihan
sesudah PMT-P menunjukkan 1 dalam bentuk formula atau cairan
anak mengalami perubahan status mengandung nutrisi yang
gizi dari gizi buruk menjadi gizi diperlukan balita gizi buruk
kurang. Hal tersebut berbanding ditambah dengan mineral, vitamin
lurus dengan tingkat konsumsi dengan tingkat osmolaritas rendah
balita, yang mana balita tersebut serta dalam porsi kecil dapat
mengkonsumsi PMT-P sesuai memudahkan balita dalam
dengan standar yang ditentukan. penyerapan nutrisi dan
Berbeda dengan balita yang belum memudahkan mengkonsumsi PMT-
mengkonsumsi PMT-P sesuai P.16
standar yang tidak mengalami
perubahan status gizi, akan tetapi KESIMPULAN
semua balita mengalami kenaikan Hasil penelitian ini menunjukkan
berat badan yang ditandai dengan ada perbedaan yang bermakna
nilai positif pada perubahan berat perubahan status gizi balita sebelum
badan balita sebelum dan setelah dan sesudah PMT-P pada balita gizi
PMT-P. buruk menurut indeks antropometri
Hasil formulir PMT-P BB/U yang ditunjukkan dengan nilai
menunjukkan balita dengan p=0,044 (p<0,05), pada indeks
persentase konsumsi PMT-P lebih antropometri BB/TB diperoleh nilai
banyak dibandingkan dengan p=0,055 sehingga dapat dinyatakan
persentase sisa mengalami tidak terdapat perbedaan yang
kenaikan berat badan yang banyak bermakna perubahan status
pula begitu pula sebaliknya, balita antropometri balita sebelum dan
dengan persentase sisa lebih sesudah PMT-P. Tidak terdapat
banyak dibandingkan dengan hubungan yang bermakna penyakit
persentase konsumsi mengalami infeksi dan penyakit penyerta serta
kenaikan berat badan yang asupan energi dan protein dengan
cenderung sedikit. Sebagai contoh, perubahan status gizi balita gizi buruk
balita dengan persentase konsumsi yang ditunjukkan dengan nilai p>0,05.
92% dan sisa 8% mengalami Sehingga dalam penelitian ini penyakit
kenaikan berat badan 2,63 Kg, infeksi dan penyerta serta asupan
balita dengan persentase konsumsi energidan protein dari makanan lain
62,5% dan sisa 37,5% mengalami tidak berpotensi menjadi variabel
kenaikan berat badan 0,09 Kg. penggaggu dalam pengaruh
Hasil penelitian ini sejalan pemberian makanan tambahan
dengan penelitian yang dilakukan pemulihan dengan perubahan status
oleh Retnowati di Puskesmas gizi balita gizi buruk.
Kelambu Kabupaten Grobogan
yang menyatakan pemberian DAFTAR PUSTAKA
makanan tambahan pemulihan 1. Blössner M, Onis M De and WHO.
formula 100 selama 90 hari dapat Malnutrition: Quantifying the Health
membantu meningkatkan berat Impact at National and Local
badan pada balita BGM yang

704
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Levels. Environ. Burd. Dis. Ser. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.


2005;12:43 12. Kementerian Kesehatan RI.
2. Fidiantoro N dan T. S. Model Panduan Penyelenggaraan
Penentuan Status Gizi Balita di Pemberian Makanan Tambahan
Puskesmas. J. Sarj. Tek. Inform. Pemulihan bagi Balita Gizi Kurang
2013;1: 367–373. (Bantuan Operasional
3. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan). Ditjen Bina Gizi dan
Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta Kesehatan Ibu dan Anak
: Kementerian Kesehatan RI ; Kementerian Kesehatan RI.
2016. 2011;1-40.
4. Aditya W. Gambaran Program 13. Diska M. Gambaran Pola Asuh
Penanganan Gizi Buruk pada Balita dan pertumbuhan Balita Penderita
di Rumah Gizi Kota Semarang. Gizi Buruk Pasca Dirawat di
Skripsi. Fakultas Kesehatan Rumah Gizi Semarang.Skrispi.
Universitas Dian Nuswantoro; Semarang: Universitas
2015. Diponegoro; 2016.
5. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 14. Verial N. Analisis Pola Asuh Gizi
Profil Kesehatan Kota Semarang terhadap Balita Kurang energi
Tahun 2014. Semarang : Dinas Protein (KEP) yang Mendapat
Kesehatan Kota Semarang; 2015. PMT-P di Puskesmas
6. WHO and UNICEF. Joint Child Pagedangan Kabupaten
Malnutrition Estimates: Levels and Tangerang. Skripsi. Jakarta : UIN
Trends in Child Malnutrition. J Syarif Hidayatullah; 2010.
Africa (Lond). 2012; 35 .
7. Fitriyanti F. Pengaruh Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT-P) terhadap Status Gizi
Balita Gizi Buruk di Dinas
Kesehatan Kota Semarang Tahun
2012. Skripsi. Semarang : Fakultas
Kedokteran, Universitas
Diponegoro ; 2012.
8. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak. Pedoman Pelayanan
Gizi Buruk. Jakarta : Kementerian
Kesehatan ; 2011.
9. Budiharto. Metodologi Penelitian
Kesehatan dengan Contoh Bidang
Ilmu Kesehatan Gigi. cet.1. Jakarta:
EGC; 2008. available from:
https://books.google.co.id/books?id
10. Swarjana IK. Metodologi
Penelitian Kesehatan.Yogyakarta:
CV. ANDI OFFSET; 2015.
11. Riyanto A. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cet.2.

705

You might also like