You are on page 1of 16

PSIKOPEDAGOGIA ©2016 Universitas Ahmad Dahlan

2016. Vol. 5, No. 1 ISSN: 2301-6167

Program Layanan Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan


Self-Control Siswa

Mukhtar Syamsu Yusuf


SMPN 1 Simpangkatis Universitas PendidikanIndonesia
Jl. Raya Sungaiselan, Desa/Kec. Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung,
Simpangkatis, Kab. Bangka Tengah, Jawa Barat, Indonesia
Kepulauan Bangka Belitung, Email: syamsu@upi.edu
Indonesia
Email: mukhtar.salam19@gmail.com
Amin Budiamin
Universitas Pendidikan Indonesia
Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung,
Jawa Barat, Indonesia
Email: abudiamin3758@gmail.com

This research aimed to know the effectiveness of classical guidance service program to increase students’
self-control. It used quantitative approach with quasi experiment using non equivalent pretest-posttest control
group design. Subjects of the research were 80 students who were taken by cluster random sampling
technique. They were divided into two groups, 40 students were in experimental group and 40 students were
in control group. To collect data this research used interview guide and self-control scale. Data analysis
technique which was used to test the effectiveness of classical guidance service program was Anacova
analysis. The analysis result shows negative value 11.694 with coefficient t=4.259 and p+0.000. Based on
research result it can be concluded that classical guidance services program was effective to increase
students’ self-control. The results of this research are useful for guidance and counseling teachers to help
students to increase self-control through classical guidance services program.

Keywords: classical guidance, self-control, quasi experiment

Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan program layanan bimbingan klasikal untuk meningkatkan
self-control siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan kuantitatif dengan desain quasi experiment jenis
non equivalent pretest-posttest control group design. Subjek penelitian berjumlah 80 siswa yang diambil
dengan teknik cluster random sampling. Subjek penelitian terbagi ke dalam dua kelompok, 40 siswa dalam
kelompok eksperimen dan 40 siswa dalam kelompok kontrol. Instrumen pengumpulan data menggunakan
pedoman wawancara dan skala self-control. Teknik analisis data untuk uji efekifitas program layanan
bimbingan klasikal menggunakan analisis anacova. Hasil analisis data menunjukkan nilai negatif 11,694
dengan koefisien t=-4,259 dan p=0,000. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program
layanan bimbingan klasikal efektif untuk meningkatkan self-control siswa. Hasil penelitian ini bermanfaat
bagi guru bimbingan dan konseling untuk membantu siswa meningkatkan self-control melalui layanan
bimbingan klasikal.

Kata kunci: bimbingan klasikal, self-control, quasi experiment

Pendahuluan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta


didik agar menjadi manusia yang beriman dan
Masa remaja merupakan masa transisi atau bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
Pada masa remaja individu mengalami berbagai mandiri dan menjadi warga negara yan
perubahan, baik fisik maupun psikis (Hurlock, demokratis serta bertanggung jawab (UU
2004: 206). Sebagai anak yang masih dalam tahap Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).
tumbuh kembang, remaja membutuhkan sarana Menurut Havighurst (dalamYusuf, 2008: 25-
pendidikan yang bisa memfasilitasi tahapan 26) pada masa remaja, perasaan mereka lebih
perkembangannya. Pendidikan berfungsi untuk peka, sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif
mengembangkan kemampuan dan membentuk dan peka terhadap diri dan lingkungannya.
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat Remaja menjadi seseorang yang sangat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mempedulikan dirinya sendiri sehingga tidak

1
2
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

menyukai hal-hal yang menggangu diri para sedangkan remaja yang memiliki kontrol diri
remaja. Remaja dalam menghadapi masa transisi rendah agresivitasnya tinggi. Hasil penelitian
ini sering kehilangan kontrol diri, oleh karena itu Delisi dan Vaughn (2008) menjelaskan bahwa
salah satu tugas perkembangan yang harus tindakan kriminalitas dipengaruhi oleh rendahnya
dipenuhi oleh remaja adalah memperkuat self- kontrol diri. Penelitian Oktarini (2014)
control (kemampuan mengendalikan diri). pengendalian diri siswa kelas VIII SMPN 2
Seiring dengan tugas perkembangan remaja, Batusangkar Tahun Ajaran 2014/2015 yang
Phares dan Lefcont (dalam Oktariani, 2014: 1) berjumlah 226 siswa yaitu: sebanyak 33 siswa
mengemukakan, beberapa penelitian (14,60%) dari jumlah subjek penelitian berada
membuktikan individu yang memiliki orientasi pada kategori tinggi. Sebanyak 163 siswa
letak kendali internal (kendali diri) lebih berhasil (72,12%) dari jumlah subjek penelitian berada
mengarahkan perhatiannya, lebih selektif pada kategori sedang, sebanyak 30 peserta didik
terhadap stimulus dan lebih sensitif terhadap (13,27%) dari jumlah subjek penelitian berada
tugas. Individu yang memiliki kecenderungan pada kategori rendah.
internal (kendali diri) memiliki level aspirasi yang Pada setting sekolah terdapat juga kasus
lebih tinggi, lebih terlibat dengan lingkungan pelanggaran yang dilakukan oleh remaja terutama
tempat mereka berada, mandiri, mampu menahan terhadap peraturan sekolah. Pelanggaran tersebut
perasaan dan keinginan sesaat demi tujuan jangka dapat dikatakan serius karena telah mengarah
panjang, bertanggung jawab, berdaya juang pada penyimpangan norma agama dan norma
tinggi, dan tekun. sosial, seperti perkelahian antara pelajar
Hurlock (2004: 225) menjelaskan individu (tawuran), perkelahian siswa dengan guru,
yang memiliki kontrol diri memiliki kesiapan diri penggunaan obat-obat terlarang, membaca atau
untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma, melihat majalah dan videoporno, berbicara kasar,
adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama dan kasus lainnya. Perilaku yang tidak disiplin
dan tuntutan lingkungan masyarakat dimana ia memengaruhi siswa dalam menyesuaikan diri
tinggal, emosinya tidak lagi meledak-ledak dengan tuntutan sekolah maupun masyarakat.
dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat Sesuai dengan penjelasan Bhave & Saini (2009:
dan tempat yang lebih tepat untuk 3) mengatakan manusia perlu mempelajari
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang bagaimana cara mereka mengendalikan emosinya
lebih diterima. Menurut Tangney, Baumeister, agar dapat beradaptasi dengan baik.
Boone (2004) orang-orang dengan kontrol diri Berdasarkan hasil wawancara terhadap tiga
yang tinggi memiliki nilai-nilai yang lebih baik, guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1
ketika dibandingkan dengan orang-orang dengan Simpangkatis pada bulan Januari 2015,
kontrol diri yang rendah. Cavanagh dan Justin memperoleh informasi bahwa di SMP Negeri 1
(2002: 211-212) orang yang kurang memadai Simpangkatis masih ditemukan siswa yang
pengendalian diri telah gagal untuk menguasai kurang mampu mengendalikan diri, terutama dari
dua tugas perkembangan yang penting. Dua tugas segi kedisiplinan terhadap peraturan sekolah.
perkembangan yang penting yang dimaksud Contoh tindakan siswa yang kurang mampu
adalah individu tidak bisa mengatur dirinya mengontrol diri adalah terjadinya perkelahian
sendiri dan individu mudah dikuasai atau antar pelajar, membawa handphone ke dalam
terpengaruh oleh lingkungan. kelas meskipun sudah ada larangan, keluar ketika
Banyak kasus terjadi di kalangan remaja yang pelajaran berlangsung untuk pergi kekantin,
cenderung merupakan perilaku menyimpang yang pencurian dan berkata-kata tidak senonoh.
disebabkan oleh kurangnya pengendalian diri. Temuan tersebut diperkuat dengan hasil
Contoh kasus, berdasarkan data yang diperoleh penyebaran angket kepada 120 siswa kelas VIII
siswa SMP di Pangkalpinang cabuli teman kelas yang terbagi dalam 3 kelas. Dari hasil angket
saat pesta miras (Bangka Pos, 2015). Ratusan diperoleh data bahwa 68% siswa pernah nonton
pelajar terlibat prostisusi, cari pelanggan lewat film porno, 45% siswa sudah merokok, 15%
Facebook (Bangka Pos, 2015). Selain itu, hasil siswa sudah minum-minuman keras, 35% siswa
penelitian Praptiani (2013) remaja yang memiliki keluar saat pelajaran-palajaran tertentu, dan 30%
kontrol diri tinggi maka agresivitasnya rendah
3
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

siswa tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah yang bimbingan merupakan inti dari kegiatan layanan,
diberikan. namun hanya terdapat 24% studi yang dilakukan
Pratt & Cullen (dalam Oktarini, 2014) dalam pada area ini.
penelitiannya menjelaskan sebagian besar Bimbingan klasikal merupakan cara yang
penelitian empiris menunjukkan rendahnya efektif bagi guru bimbingan dan konseling atau
pengendalian diri memiliki hubungan dengan konselor dalam memberikan informasi dan atau
perilaku kriminal. Sejalan dengan hal itu, Veral & orientasi kepada siswa tentang program layanan
Moon (2011) meneliti tentang pengendalian diri yag ada disekolah, program pendidikan lanjutan,
dari sekelompok remaja Spanyol. Hasil keterampilan belajar, selain itu layanan klasikal
penelitiannya menunjukkan bahwa rendahnya dapat digunakan sebagai layanan preventif
pengendalian diri remaja, umumnya secara (Committee for Children, 1992; Akos, 2007).
signifikan berhubungan dengan perilaku Layanan klasikal merupakan bagian yang
menyimpang. memiliki porsi terbesar dalam layanan bimbingan
Guru bimbingan dan konseling berperan dan konseling, serta merupakan layanan yang
penting mengetahui keadaan pengendalian diri efisien, terutama dalam menangani masalah rasio
siswa dan memerlukan solusi untuk jumlah konseli konselor yang tidak seimbang.
meningkatkan pengendalian diri siswa yang Penelitian Farozin (2012) mengungkapkan
masih rendah. Terkait dengan permasalahan model bimbingan klasikal terbukti efektif untuk
tersebut, maka siswa sangat membutuhkan meningkatkan motivasi belajar. Layanan
bantuan instrumental dari lingkungan sekitar bimbingan klasikal efektif untuk meningkatkan
terutama guru bimbingan dan konseling. Sebagai self-control pada siswa SMA (Setiawan, 2015:
seorang profesional yang mengetahui kesehatan 106). Pemahaman secara mendalam tentang diri
mental di sekolah, guru bimbingan dan konseling siswa dapat membantu ketepatan dalam
atau konselor sekolah dituntut untuk membantu memberikan bantuan, semakin mendalam
semua siswa mencapai sukses dalam hal pemahaman terhadap diri siswa maka akan
perkembangan emosional (ASCA, 2012). Upaya semakin tepat bantuan diberikan.
peningkatan self-control peserta didik tidak bisa Penelitian ini bertujuan menghasilkan
dilakukan tanpa perencanaan yang matang, untuk program layanan bimbingan klasikal yang dapat
itu peran bimbingan dan konseling sesuai dengan digunakan untuk meningkatkan self-control
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan siswa. Self-control siswa perlu ditingkatkan agar
No 111 Tahun 2014 Pasal 1 : “Bimbingan dan siswa dapat mengendalikan tingkah lakunya
konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dalam situasi apapun sehingga tidak
dan berkelanjutan serta terprogram yang menimbulkan perilaku maladaptif. Peningkatan
dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan tersebut dapat dilakukan melalui layanan
konseling untuk memfasilitasi perkembangan bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal
peserta didik/konseli untuk mencapai menyediakan informasi yang akurat dan dapat
kemandirian dalam kehidupannya.” membantu siswa untuk merencanakan
Salah satu strategi bimbingan dan konseling pengambilan keputusan dalam hidupnya serta
adalah bimbingan klasikal (Dirjen PMPTK, mengembangkan potensinya secara optimal.
2007). Bimbingan klasikal (classroom guidance) Melalui layanan bimbingan klasikal yang bersifat
merupakan bagian yang penting diberikan dalam pengembangan, siswa dapat memperoleh
kurikulum bimbingan, yaitu sekitar 25% sampai pemahaman diri dalam meningkatkan self-
dengan 35%. Layanan bimbingan klasikal control dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
merupakan cara yang paling efektif dalam yang memiliki self-control yang baik dapat
mengidentifikasi siswa yang membutuhkan mengendalikan tingkah lakunya agar senantiasa
perhatian ekstra (Myrick, 2003; Geltner dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Clark, 2005). Dalam kaitannya dengan pengertian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi konselor
bimbingan klasikal, Gysber dan Henderson untuk membantu siswa meningkatkan self
(2001) menyatakan bahwa bimbingan klasikal controlnya melalui layanan bimbingan klasikal.
merupakan bentuk kegiatan yang diselenggarakan
dalam guidance curriculum. Meskipun kurikulum
4
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

Kajian Literatur Sementara tokoh dalam negeri, Ghufron &


Risnawita (2010: 21) menyatakan self-control
Self-control merupakan suatu kecakapan individu dalam
Self-control merupakan salah satu potensi kepekaan membaca situasi diri dan
yang dapat dikembangkan oleh setiap individu. lingkungannya, selain itu juga kemampuan
Potensi ini dapat digunakan oleh individu untuk mengontrol dan mengelola perilaku
selama proses kehidupan, termasuk saat sesuai dengan situasi dan kondisi agar sesuai
menghadapi kondisi di lingkungan tempat dengan orang lain, menyenangkan orang lain,
tinggalnya. Para ahli berpendapat self-control selalu konform dengan orang lain, dan
selain dapat mereduksi efek-efek psikologis menutupi perasaannya. Oktarini (2014: 11)
yang negatif dari stresor-stresor lingkungan, menyatakan bahwa self-control merupakan
juga dapat digunakan sebagai intervensi yang aktivitas pengendalian tingkah laku. Menurut
bersifat pencegahan. Messina dan Messina (dalam Ghufron &
Goldfried & Merbaum mendefinisikan self- Risnawita, 2010) pengendalian diri merupakan
control sebagai suatu kemampuan untuk tingkah laku yang terfokus pada keberhasilan
menyusun, membimbing, mengatur, dan mengubah pribadi, menangkal self-destructive,
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat perasaan outonomy, atau bebas dan pengaruh
membawa individu ke arah konsekuensi positif orang lain, kebebasan menentukan tujuan,
(dalam Oktarini, 2014: 9). Menurut Rotter kemampuan untuk memisahkan perasaan dan
(dalam Wiked, 2005) kendali diri merupakan pikiran rasional dan tingkah laku yang terfokus
keyakinan yang berasal dari individu untuk pada tanggung jawab pribadi. Disisi lain Logue
mengendalikan perilakunya. Pendapat tersebut (1995: 7) memaknai kontrol diri pada pilihan
hampir senada dengan pandangan Mischel tindakan yang akan memberikan manfaat serta
(dalam Pervin, 1984: 410) yang menyatakan keuntungan dengan cara menunda kepuasan
bahwa self-control mengarah pada kekuatan sesaat.
individu untuk mengatur atau mengendalikan Menurut Carter & Alex (2012: 5) bahwa
tindakannya dalam menghadapi situasi. dalam diri seseorang terdapat suatu sistem
Menurut Kochanska self-control adalah pengaturan diri (self-regulation) yang
kapasitas yang berkembang selama tahun- memusatkan perhatian pada pengontrolan diri
tahun pertama kehidupan dan memiliki efek (pengendalian diri). Proses pengontrolan diri
mendalam pada perkembangan anak (dalam ini menjelaskan bagaimana diri mengatur dan
Nathan & Susan, 2003). Baumister, et.al mengendalikan perilaku dalam menjalani
(2007: 351) mengemukakan self-control adalah kehidupan sesuai dengan kemampuan individu
kapasitas untuk mengubah suatu respon, dalam mengendalikan perilaku. Apabila
terutama untuk membawa respon tersebut pada individu mampu mengendalikan perilakunya
garis standar seperti cita-cita, nilai, moral dan dengan baik maka indivisu dapat menjalani
ekspektasi sosial, dan untuk mendukung kehidupan dengan baik.
pencapaian tujuan jangka panjang. Cavanagh Selain itu, Marinus (1997: 710)
& Levitov (2002: 211) menyatakan kontrol diri mengemukakan kontrol diri sebagai mediator
adalah bagian penting dan pengarahan diri psikologis dan berbagai perilaku. Kemampuan
yang akan membantu menyalurkan energi untuk menjauhkan diri dari kebutuhan
mereka dan memungkinkan untuk mendesak dan memuaskan keinginan adaptif.
membimbing kehidupan mereka sendiri. Orang yang memiliki kontrol diri yang baik
Pengendalian diri yang sehat didasarkan pada mampu mengerahkan pengendalian diri atas
komunikasi internal yang baik, komunikasi perilaku atau tindakan tertentu. Sebaliknya,
internal yang dimaksud adalah ketika individu kontrol diri yang rendah dapat mengakibatkan
mengontrol pikirannya dengan mengubah ketidakmampuan mematuhi perilaku dan
ancaman menjadi peluang sehingga dapat tindakan, sehingga individu tidak lagi mampu
memilih keputusan yang baik dan menolak godaan dan impuls. Hurlock (2000:50)
menampilkan perilaku yang menghasilkan menyatakan kontrol diri berkaitan dengan
konsekuensi positif. bagaimana individu mengendalikan emosi serta
5
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

dorongan-dorongan dalam dirinya. Menurut kepercayaan mengenai apa atau siapa yang
konsep ilmiah, pengendalian emosi berarti menekan setelah kejadian itu terjadi.
mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi Menurut Averill (1973: 286 ) bahwa aspek-
yang bermanfaat dan dapat diterima secara aspek self-control terbagi menjadi tiga yaitu
sosial. kontrol perilaku (behavior control), kontrol
Berdasar pendapat para ahli, maka dapat kognitif (cognitif control), dan kontrol keputusan
disimpulkan self-control adalah kemampuan (decisional control).
seseorang dalam mengontrol perilaku, 1. Behavioral control
mengontrol pikiran dan mengontrol keputusan Merupakan kesiapan atausuatu respon yang
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dapat dapat secara langsung mempengaruhi atau
membawa individu ke arah konsekuensi positif. memodifikasi suatu keadaan yang tidak
Pengendalian diri (self-control) memiliki jenis menyenangkan. Kemampuan mengontrol
yang beragam. Block dan Block (dalam Lazarus, perilaku ini diperinci menjadi dua indikator,
1976: 238) mengemukakan tiga jenis self-control, yaitu mengatur pelaksanaan (regulated
yaitu: administration) dan kemampuan memodifikasi
1. over control, yaitu kontrol yang berlebihan stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan
sehingga menyebabkan sesorang banyak mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan
mengontrol dan menahan diri untuk bereaksi untuk menentukan siapa yang mengendalikan
terhadap stimulus; situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau
2. appropriate control, yaitu kontrol yang sesuatu diluar dirinya. Individu yang
memungkinkan individu mengontrol kemampuan kontrol dirinya baik akan mampu
impulsnya dengan tepat; mengatur perilaku dengan menggunakan
3. under cintrol, yaitu kecenderungan untuk kemampuan dirinya dan bila tidak mampu
melepaskan impuls dengan bebas tanpa individu akan menggunakan sumber eksternal.
perhitungan yang matang. Kemampuan mengatur stimulus merupakan
Menurut Sarafina (dalam Muharsih, 2008: 26) kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan
self-control yang digunakan individu dalam kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki
menghadapi suatu stimulus meliputi: dihadapi. Ada beberapa cara yang digunakan,
1. behavior control, yaitu kemampuan individu yaitu mencegah atau menjauhi stimulus,
untuk mengambil tindakan kongkrit untuk menempatkan tenggang waktu di antara
mengurangi akibat stressor. Tindakan rangkaian stimulus yang sedang berlangsung,
mengurangi stressor dapat berupa menghentikan stimulus sebelum waktunya
pengurangan intensitas kejadian atau berakhir, dan membatasi intensitasnya.
memperpendek durasi kejadian; 2. Cognitive control
2. cognitive control, yaitu kemampuan individu Merupakan kemampuan individu dalam
untuk menggunakan proses berpikir atau mengelola informasi yang tidak diinginkan
strategi untuk memodifikasi akibat stressor. dengan cara menginterpretasi, menilai, atau
Strategi memodifikasi stressor dapat berupa menggabungkan suatu kejadian dalam suatu
penggunaan cara yang berbeda dalam kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis
memikirkan kejadian tersebut atau pada atau untuk mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri
pemikiran yang menyenangkan atau netral; atas dua indikator, yaitu memperoleh informasi
3. declaration control, kesempatan untuk (information gain) dan melakukan penilaian
memilih antara prosedur alternatif atau (appraisal). Sebuah informasi yang dimiliki oleh
tindakan yang dilakukan; individu mengenai suatu keadaan yang tidak
4. information control, yaitu kesempatan untuk menyenangkan, individu dapat mengantisipasi
mendapatkan pengetahuan mengenai kejadian keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.
yang menimpa remaja, kapan akan terjadi, Melakukan penilaian berarti individu berusaha
mengapa dan apa konsekuensinya. Kontrol menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau
informasi dapat memprediksi dalam peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi
menghadapi sesuatu yang tidak diketahuinya; positif secara subjektif.
5. retrospective control, yaitu menyinggung 3. Decisional control
6
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

Merupakan kemampuan seseorang untuk merumuskan lima hal pokok yang berkaitan
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan dengan perkembangan berpikir operasional
pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. formal, yaitu sebagai berikut:
Kendali diri dalam menentukan pilihan akan 1. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak,
berfungsi baik dengan adanya suatu yang tekanannya kepada kesadarannya
kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan sendiri di sini dan sekarang (here-and-
pada diri individu untuk memilih berbagai now), cara berpikir remaja berkaitan erat
kemungkinan tindakan. dengan dunia kemungkinan (word of
Jeni, Burnette, Erin, et al (2013: 4) possibilities). Remaja sudah mampu
mengemukakan fungsi dari self-controladalah menggunakan abstraksi-abstraksi dan
sebagai berikut: dapat membedakan antara yang nyata dan
1. Membatasi perhatian individu pada orang lain konket dengan yang abstrak dan mungkin.
2. Membatasi keinginan untuk mengendalikan 2. Melalui kemampuannya untuk menguji
orang lain dilingkungannya hipotesis, muncul kemampuan nalar secara
3. Membatasi untuk bertingkahlaku negatif ilmiah.
4. Membantu memenuhi kebutuhan hidup secara 3. Remaja dapat memikirkan tentang masa
seimbang depan dengan membuat perencanaan dan
Sebagaimana yang lain mengenai faktor mengeksplorasi berbagai kemungkinan
psikologis, self-control dipengaruhi oleh beberapa untuk mencapainya.
faktor. Menurut Hurlock (dalam Ghufron dan 4. Remaja menyadari tentang aktivitas
Risnawita, 2010: 32). Secara garis besarnya self- kognitif dan mekanism yang membuat
control dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor proses kognitif itu efisien atau tidak
internal (dalam diri individu) dan faktor eksternal efisien, serta menghabiskan waktunya
(diluar individu /lingkungan). untuk mempertimbangkan pengaturan
1. Faktor internal kognitif internal tentang bagaimana dan
Faktor internal yang ikut berpengaruh apa yang harus dipikirkannya. Dengan
terhadap self-control adalah usia. Semakin demikian, instropeksi (pengujian diri)
bertambah usia seorang individu, maka akan menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
semakin baik tingkat kemampuan untuk 5. Berpikir operasi formal memungkinkan
mengontrol dirinya sendiri. terbukanya topik-topik baru, dan ekspansi
2. Faktor eskternal (perluasan) berpiki. Horizon berpikirnya
Faktor eksternal ini merupakan faktor yang semakin meluas, bisa meliputi aspek
berpengaruh terhadap self-control yang berasal agama, keadilan, moralitas, dan identitas.
dari luar individu. Faktor eksternal ini Pencapaian tahap pelaksanaan operasional
diantaranya adalah lingkungan keluarga, formal membuat remaja mampu memutuskan,
Lingkungan keluarga terutama orang tua menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan
menentukan bagaimana kemampuan seseorang bertanggung jawab terhadap keputusan yang
dalam mengendalikan diri. diambil. Kemampuan mengontrol diri pada
Kenakalan remaja dapat digambarkan sebagai remaja berkembang seiring dengan kematangan
kegagalan dalam kontrol diri yang cukup. emosi yang dimiliki oleh remaja. Remaja
Ditinjau dari perkembangan kognitif Piaget dikatakan matang emosinya manakala remaja
(dalam Yusuf, 2014: 195) masa remaja sudah tidak meledak dihadapan orang lain, melainkan
mencapai tahap operasi formal (operasi kegiatan- menunggu pada saat yang tepat yang lebih tepat
kegiatan mental tentang berbagai gagasan). untuk mengungkap emosi dengan cara-cara yang
Remaja secara mental telah dapat berpikir logis diterima (Hurlock, 1997: 213).
tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan Menurut Logue (1995: 24) orang yang
kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat mampu Mengontrol diri adalah orang yang
hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah memiliki ciri-ciri:
dalam memecahkan masalah daripada berpikir 1. Memegang teguh tugas yang berulang
kongkret (dalam Yusuf, 2014: 195). Secara umum meskipun berhadapan dengan berbagai
Keating (Adam & Gullotta, 1983, Yusuf, 2014) gangguan.
7
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

2. Mengubah perilakunya sendiri sesuai dengan Bimbingan klasikal


norma yang ada. Layanan bimbingan dan konseling memiliki
3. Tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi berbagai setting pelayanan, diantaranya
oleh amarah. bimbingan dalam setting klasikal dan bimbingan
4. Bersikap toleransi terhadap stimulus yang dalam setting kelompok. Melalui bimbingan
berlawanan. klasikal, guru BK dapat memberikan layanan
Disisi lain Surya (2003: 51) berpendapat bimbingan kepada sejumlah peserta didik dengan
bahwa kendali diri mempunyai makna sebagai waktu yang lebih efisien. Menurut Geltner dan
daya yang memberi arah bagi individu dalam Clark (2005) bimbingan klasikal adalah layanan
hidupnya dan tanggung jawab penuh terhadap yang bersifat preventive, curative, preservative,
konsekuensi dari perilakunya. Semakin mampu dan developmental merupakan cara yang efisien
individu mengendalikan perilakunya, maka dalam memberikan informasi kepada siswa
semakin mungkin menjalani hidupnya secara sejumlah satuan kelas. Selaras dengan pendapatt
efektif serta terhindar dari situasi yang dapat Winkel dan Hastuti (2006: 561) Bimbingan
mengganggu perjalanan hidupnya.Individu yang klasikal adalah bimbingan yang diberikan kepada
kurang memiliki kendali diri disebabkan karena sejumlah siswa yang tergabung dalam suatu
tidak belajar kecakapan dan pengorbanan untuk satuan kegiatan pembelajaran. Charmi (1998)
mencapai satu tujuan, dan tidak belajar mengungkapkan Bimbingan klasikal merupakan
bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri.Masalah program-program khusus yang disampaikan oleh
yang timbul diantaranya sebagai berikut. guru juga berbagai cara yang dikenal sebagai
1. Menunjukkan rendahnya disiplin diri. “program tutorial” di Inggris dan ”bimbingan les“
2. Rendahnya kecakapan untuk menata diri di Queensland. Ini adalah jenis pendidikan
sendiri. personal dan sosial melalui cara teratur, terencana
3. Lebih banyak dikendalikan oleh kesadaran dan sistematis (Gysbers dan Hendeson, 2001).
tidak rasional. Kurikulum bimbingan yang dilakukan di ruang
4. Dikendalikan oleh kekuatan pihak lain yang kelas untuk seluruh kelas atau kelompok siswa
tidak sehat. yang dilakukan oleh konselor atau guru
5. Lebih banyak dikendalikan oleh pikiran- bimbingan dan konseling. Adapun fokus program
pikiran orang lain. bimbingan kelas pro aktif bukan reaktif. Hal ini
6. Dikendalikan oleh kebutuhan dan perasaan bersifat pencegahan bukan yang berorientasi pada
yang mentah. kuratif. Karakteristik bimbingan kelas adalah
Fase remaja merupakan rentang peralihan dari bersifat pencegahan dan pengembangan. Program
masa anak-anak ke masa dewasa. Pada periode ini bimbingan kelas adalah pencegahan dan
individu diharapkan mampu mencapai pengembangan secara alami. Program ini
kematangan fisik maupun psikis. Willis (2005: mencoba mengatasi kebutuhan untuk mencegah
11) menyebutkan masa remaja adalah masa yang masalah psikologis remaja dan untuk
sangat baik untuk mengembangkan segala potensi meningkatkan kematangan psikologis pada
positif yang mereka miliki seperti bakat, minat, remaja.
dan intelegensi. Berdasarkan periode Bimbingan klasikal merupakan layanan
perkembangan, menurut Konopka (Pilkunas, bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam
1976 Yusuf, 2014: 184) siswa kelas VIII SMP jumlah satuan kelas atau suatu layanan bimbingan
berada pada rentang usia 12-15 tahun yang yang diberikan oleh guru bimbingan dan
merupakan masa remaja awal. Hal ini memberi konseling/konselor kepada sejumlah peserta didik
gambaran bahwa pada usia tersebut seseorang dalam satuan kelas yang dilaksanakan di ruang
berada pada tahapan-tahapan perkembangan. kelas. (Winkel dan Hastuti, 2006). Bimbingan
Ketika lingkungan keluarga, lingkungan sosial klasikal merupakan layanan preventif sebagai
dan lingkungan pendidikan memberikan stimulus upaya pencegahan terjadinya masalah yang secara
yang positif ini akan menjadi media bagi remaja spesifik diarahkan pada proses yang proaktif.
untuk mencapai tahapan perkembangannya Bimbingan klasikal memiliki nilai efisien
terkhusus self-control kearah yang lebih baik. kaitannya antara jumlah peserta didik yang
dilayani dengan guru bimbingan dan konseling
8
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

serta layanannya yang bersifat pencegahan, masa sekarang layanan bimbingan klasikal
pemeliharaan dan pengembangan. sebagai salah satu layanan dasar yang digunakan
Menurut Yusuf (2009: 77) bimbingan klasikal untuk memberikan informasi belajar, karir,
termasuk kedalam kurikulum bimbingan yang pribadi, dan sosial (Dirjen PMPTK, 2007: 207-
diartikan sebagai proses pemberian bantuan 209). Bimbingan klasikal sering disebut sebagai
kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan- layanan dasar yakni layanan bantuan bagi siswa
kegiatan secara klasikal atau kelompok yang melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal yang
disajikan secara sistematis dalam upaya disajikan secara sistematis, dalam rangka
membantu perkembangan peserta didik secara m embantu siswa mengembangkan potensinya
optimal. Layanan bimbingan klasikal merupakan secara optimal (YusufdanNurihsan, 2012: 26).
layanan yang efektif dan efisien untuk Layanan dasar bimbingan merupakan layanan
meningkatkan kebutuhan peserta didik disekolah bantuan bagi peserta didik (siswa) melalui
(Setiawan, 2015: 15) Program bimbingan kelas kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas, yang
yang disediakan disekolah mampu menilai disajikan secara sistematis, dalam rangka
sejumlah siswa dengan cara non-diskriminasi dan membantu siswa mengembangkan potensinya
ekonomi (Gonzales, 2011). secara optimal. Layanan ini dilaksanakan melalui
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu kegiatan di dalam kelas (klasikal), kelompok-
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan kelompok kecil, dan kerjasama antara konselor
Depertemen Pendidikan Nasional 2007 (Dirjend dan guru dalam pengembangan kompetensi
PMPTK, 2007: 40) mengemukakan pendapat: tertentu yang diperlukan oleh siswa dalam
"Layanan bimbingan klasikal adalah salah kehidupannya. Semua siswa, tidak terkecuali
satu pelayanan dasar bimbingan yang harus mendapatkan layanan dasar ini secara
dirancang konselor untuk melakukan terencana, teratur dan sistematis (guidance forall).
kontak langsung dengan para peserta didik Oleh karena itu layanan ini sering disebut pula
di kelas secara terjadwal, konselor sebagai layanan kurikulum.
memberikan pelayanan bimbingan ini Merujuk dari berbagai pengertian tersebut di
kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan
kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau klasikal adalah layanan bantuan ya ng
curah pendapat". di beri ka n kepada siswa sejumlah satuan kelas
Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu antara 30-40 orang melalui kegiatan klasikal
kegiatan mengajar atau menyampaikan materi yang disajikan secara sistematis, bersifat
pelajaran sebagaimana mata pelajaran dalam preventif dan memberikan pemahaman diri dan
kurikulum pendidikan disekolah, melainkan pemahaman tentang orang lain yang
menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh berorientasi pada bidang pembelajaran, pribadi,
terhadap tercapainya perkembangan yang optimal sosial, dan karir dengan tujuan menyediakan
seluruh aspek perkembangan dan tercapainya informasi yang akurat dan dapat membantu
kemandirian peserta didik atau konseli. Oleh individu untuk merencanakan pengambilan
karena itu ada kaitan langsung antara kegiatan keputusan dalam hidupnya serta
bimbingan dengan pengajaran di kelas. mengembangkan potensinya secara optimal.
Selanjutnya Brewer (dalam Winkel dan Hastuti,
2006: 545) menggunakan bimbingan klasikal Metode Penelitian
sebagai sarana mempersiapkan siswa untuk
mengatur berbagai bidang kehidupannya supaya Penelitian ini menggunakan pendekatan
bermakna dan memberikan kepuasan, seperti kuantitatif dengan jenis Quasi Eksperimental
bidang kesehatan, bidang pekerjaan, bidang Design. Rancangan quasi experimental dengan
kehidupan keluarga, bidang kehidupan nonequivalent pretest and posttest control group
bermasyarakat, dan bidangrekreasi. Dengan design, di mana terdapat kelompok eksperimen
demikian, bukan hanya ragam bidang jabatan dan kelompok kontrol yang diseleksi tanpa
yang diberikan, tetapi ragam bimbingan yang prosedur penempatan acak. Kedua kelompok
sangat bervariasi, seperti bimbingan belajar, tersebut sama-sama memperoleh pretest dan
bimbingan pribadi dan bimbingan sosial. Pada posttes tetapi kelompok eksperimen saja yang
9
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

diberikan treatment (Creswell, 2010: 242). dengan hasil penelitian Praptiani (2013) remaja
Teknik penentuan subjek penelitian menggunakan yang memiliki kontrol diri tinggi maka
cluster random sampling. Populasi penelitian agresivitasnya rendah sedangkan remaja yang
berjumlah 120 siswa di SMPN 1 Simpangkatis memiliki kontrol diri rendah agresivitasnya
sedangkan subjek penelitian berjumlah 80 siswa, tinggi.
dengan tingkat self-control yang bervariasi yaitu Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
rata-rata cukup terkendali. Subjek penelitian dengan guru bimbingan dan konseling disekolah
terbagi ke dalam dua kelompok, masing-masing yang menjadi tempat penelitian, ditemukan
40 siswa dalam kelompok eksperimen dan 40 gambaran yang merupakan dampak dari
siswa dalam kelompok kontrol. Teknik rendahnya self-control siswa, seperti: perkelahian
pengumpulan data menggunakan wawancara, antar kelompok siswa, masih ditemukannya siswa
studi dokumentasi, dan pengisian skala self- yang membawa hp dengan isi film porno,
control. Data penelitian kemudian dianalisis pelecehan seksual, tidak santun terhadap guru,
secara kuantitatif dengan menggunakan statistik. bolos sekolah, merokok dilingkungan sekolah dan
Teknik analisis data yang digunakan untuk pencurian. Hal ini senada dengan hasil riset Delisi
menguji keefektifan program bimbingan klasikal dan Vaughn (2008) bahwa tindakan kriminalitas
dalam meningkatkan self control siswa yaitu dipengaruhi oleh rendahnya kontrol diri.
statistik inferensial dengan teknik anacova. Secara umum siswa memiliki kontrol diri
cukup terkendali, hal ini dapat diinterpretasikan
Hasil Penelitian dan Pembahasan bahwa sebagian besar siswa memiliki
kemampuan untuk mengendalikan dirinya,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mengelola informasi dengan benar. Hal ini
gambaran self-control siswa secara umum rata- sejalan dengan pendapat Logue (1995: 24) orang
rata berada pada kategori cukup terkendali. yang mampu mengontrol diri adalah orang yang
Banyaknya siswa yang dalam kategori cukup dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut; memegang
kurang terkendali, menunjukan masih adanya teguh tugas yang berulang meskipun berhadapan
kecenderungan siswa berperilaku salah suai, jika dengan berbagai gangguan, mengubah
stimulus dan lingkungan sekitar tidak perilakunya sendiri sesuai dengan norma yang
memberikan dukungan yang baik. Sebagaimana ada, tidak menunjuk perilaku yang dipengaruhi
pendapat Piaget (dalam Santoso, 2010: 101) oleh amarah, dan bersikap toleransi terhadap
meskipun remaja telah mempunyai kematangan stimulus yang berlawanan.
kognitif, namun dalam kenyataannya mereka Namun jika situasi lingkungan tidak
belum mampu mengelola informasi yang diterima mendukung bisa saja siswa rentan untuk
dengan benar, akibatnya remaja sering tidak mengikuti ajakan-ajakan temannya. Karena dalam
terkontrol. Sebagai landasan, self-control pada pandangan Piaget (dalam Santoso, 2010: 101)
remaja dapat saja meningkat atau menurun meski meskipun remaja telah mempunyai kematangan
demikian kecendrungan untuk meningkat akan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka
lebih besar. Ini seiring dengan terpenuhinya belum mampu mengelola informasi yang diterima
tugas-tugas perkembangan. dengan benar, akibatnya remaja sering tidak
Kecendrungan siswa pada perilaku salah suai terkontrol. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena
tidak bisa diabaikan begitu saja karena fenomena- saat ini remaja mudah sekali menerima informasi
fenomena kenakalan remaja yang kita saksikan baik yang datang dari rekan sebaya, televisi,
hampir setiap hari sudah sangat memprihatinkan. media sosial dan lainnya. Jika hal ini terjadi maka
jika tidak segera dicarikan solusi akan berdampak remaja rentan untuk melakukan hal-hal yang
buruk bagi dunia pendidikan dan juga merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
kelangsungan peradaban manusia. Sebagaimana Melihat tantangan hidup remaja yang begitu
fenomena perilaku seksual yang dirilis beberapa besar pada era digital seperti sekarang ini, maka
media akhir-akhir ini. Banyak kasus terjadi di diperlukan layanan bimbingan bagi remaja untuk
kalangan remaja yang cenderung melakukan membantu mereka melaksanakan tugas-tugas
perilaku menyimpang siswa yang disebabkan perkembangannya, terutama tugas yang
oleh kurangnya pengendalian diri. Ini sejalan berkenaan dengan self-control. Hal ini sesuai
10
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

dengan tujuan bimbingan klasikal yang dengan pendapat Averill (1973: 287) cognitive
dikemukakan oleh Siwabesi dan Hastoeti control, merupakan kemampuan individu dalam
(2008: 136) yaitu membantu individu agar mengolah informasi yang tidak diinginkan
mampu menyesuaikan diri, mampu mengambil dengan cara menginterpretasikan, menilai, atau
keputusan untuk hidupnya sendiri, mampu menggabungkan suatu kejadian dalam suatu
beradaptasi dalam kelompok, mampu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis
menerima support atau dapat memberikan atau mengurangi tekanan. Lebih lanjut
support pada teman-temannya. Dengan (Dreisbach, 2012) berpendapat kontrol kognitif
demikian, diharapkan remaja dapat tumbuh memungkinkan manusia untuk fleksibel beralih
menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, antara pikiran dan tindakan yang berbeda. Jadi
mandiri, memiliki kekuatan sepritual siswa yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan
keagamaan, pengendalian diri, serta memiliki memungkinkan untuk fleksibel atau secara bebas
keterampilan yang diperlukan oleh diri sendiri, berpikir dan bertindak secara berbeda-beda.
masyarakat, bangsa dan negara.
Profil self control siswa SMPN 1
Simpangkatis pada Gambar 1 menunjukkan
bahwa hampir sebagian besar siswa telah mampu
untuk mengendalikan perilakunya. Sebagaimana
pendapat Rotter (Wiked, 2005) kendali diri
merupakan keyakinan yang berasal dari individu
untuk mengendalikan perilakunya. Senada
dengan Mischel (Pervin, 1984: 410) berpendapat
kendali diri mengarah pada kekuatan individu
untuk mengatur atau mengendalikan tindakannya,
menghadapi situasi terkendali. Di sisi lain, pada
Gambar 1 memperlihatkan rata-rata siswa Gambar 1
memiliki kontrol keputusan (decision control) Profil self-control siswa per aspek
yang kurang menggembirakan. Hal ini
menunjukan bahwa masih banyak siswa yang Berdasarkan hasil uji keefektifan program
belum mampu untuk untuk memilih hasil atau layanan bimbingan klasikal dengan anacova yang
suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang ditunjukkan oleh Tabel 1, tampak bahwa program
diyakini atau disetujuinya. Siswa rata-rata bimbingan klasikal efektif untuk meningkatkan
dalam mengambil keputusan masih dipengaruhi total self control siswa. Terkait dengan aspek self-
oleh orang lain, baik keluarga, teman maupun control, program bimbingan klasikal efektif untuk
lingkungan sosial yang lain. Jika hal ini tidak meningkatkan seluruh aspek self-control, kecuali
diberikan dukungan yang memadai indikator kontrol perilaku mengatur pelaksanaan.
dikhawatirkan kedepannya siswa tidak terampil Memperhatikan kolom B pada Tabel 1, baris
dalam pengambilan keputusan. Kendali diri program pada tabel Parameter Estimate pada
dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik lampiran analisis data, untuk self control secara
dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, total menunjukkan nilai negatif 11,694 dengan
atau kemungkinan pada diri individu untuk koefisien t = -4,259 dan p = 0,000. Ternyata
memilih berbagai kemungkinan tindakan. harga p lebih kecil dari 0,01 yang berarti bahwa
Sebagaimana pendapat Averill (1973: 287) koefisien t tersebut signifikan. Hal ini dapat
decision control merupakan kemampuan individu dimaknai bahwa jika ada dua orang peserta didik,
untuk memilih hasil atau suatu tindakan yang satu tidak mengikuti program dan yang satu
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau lagi ikut program, setelah selesai pelaksananaan
disetujui. program maka yang tidak mengikuti program
Pada aspek kontrol kognitif siswa rata-rata akan tertinggal self control-nya sebesar 11,694.
dalam kategori cukup terkendali. Hal ini memberi Tafsiran serupa berlaku pula untuk indikator
interpretasi bahwa siswa mampu mengelola lainnya. Dengan demikian, program bimbingan
informasi yang tidak diinginkan. Hal ini senada klasikal secara signifikan berpengaruh terhadap
peningkatan skor total self control beserta aspek-
11
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

aspek dan indikatornya, kecuali untuk aspek mengatur, mengelola dan berperilaku sesuai
behavior control dengan indikator mengatur dengan norma. Hal ini selaras dengan pendapat
pelaksanaan. Logue (1995: 24) orang yang mampu
Mengontrol diri adalah orang yang memiliki ciri-
Tabel 1 ciri sebagai berikut : memegang teguh tugas yang
Hasil ANACOVA dalam Rangka Uji Efektivitas berulang meskipun berhadapan dengan berbagai
Program Bimbingan Klasikal untuk gangguan; mengubah perilakunya sendiri sesuai
Meningkatkan Self-control dengan norma yang ada; tidak menunjuk perilaku
yang dipengaruhi oleh amarah; dan bersikap
toleransi terhadap stimulus yang berlawanan.
Tests of
Sumber Between- Parameter Estimate Setiap individu penting memiliki
Variasi Subjects Effects pengendalian diri yang baik seperti yang
dijelaskan oleh Calhoun dan Acocella (Muharsih,
F P B T P
Total 18,141 0,000 - - 0,000 2008) ada dua alasan diperlukannya kontrol diri
11,69 4,259 yaitu alasan sosial dan alasan personal. Dalam
4 alasan sosial, individu tidak hidup sendiri
Behavi 11,994 0,001 - - 0,001 melainkan dalam kelompok masyarakat. Individu
or 2,241 3,456 harus mengontrol perilakunya agar tidak
Control mengganggu ketentraman sosial atau melanggar
Mengat 0,294 0,589 - - 0,589
kenyamanan dan keamanan orang lain. sedangkan
ur 0,186 0,542
pelaksa alasan personal yaitu kontrol dibutuhkan individu
naan untuk belajar mengenal kemampuan, kebaikan
Mengel 14,953 0,000 - - 0,000 dan hal-hal lain yang diinginkan dari kebudayaan.
ola 2,041 3,867 Averil (1973) menyatakan pengendalian diri
Stimulu sebagai salah satu potensi dasar yang dimiliki
s
oleh individu yang dapat dikembangkan dan
Cogniti 70,821 0,000 - - 0,000
f 5,910 8,416 digunakan individu selama proses-proses dalam
Control kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi
Mempe 38,838 0,000 - - 0,000 yang terdapat pada lingkungan tempat tinggalnya.
roleh 4,014 6,232 Hurlock (2004: 225) menjelaskan individu
Inform yang memiliki kontrol diri memiliki kesiapan diri
asi untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan norma,
Melaku 29,720 0,000 - - 0,000
adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama
kan 1,866 6,452
Penilai dan tuntutan lingkungan masyarakat dimana ia
an tinggal, emosinya tidak lagi meledak-ledak
Decisio 45,983 0,000 - - 0,000 dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat
n 6,714 6,714 dan tempat yang lebih tepat untuk
Control mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang
Memili 20,200 0,000 - - 0,000 lebih diterima.
h 0 4,494 4,494
Pada penelitian ini, variabel pengendalian diri
Tindak
an memiliki tiga aspek yaitu kontrol perilaku
Memili 36,542 0,000 - - 0,000 (behavior control), kontrol kognitif (cognitive
h Hasil 4,932 4,923 control), dan kontrol keputusan (decision
control). Aspek behavior control digunakan
untuk mengukur kesiapan siswa dalam merespon
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, stimulus yang dapat secara langsung
didapatkan bahwa setelah dilaksanakan memengaruhi perilaku individu. Aspek cognitive
bimbingan klasikal, terjadi peningkatan skor pre- control digunakan untuk mengukur kemampuan
test dan post-test pada kelas eksperimen. Ini individu dalam mengelola informasi agar
memiliki arti bahwa setelah mengikuti kegiatan terhindar dari perilaku yang tidak diinginkan.
bimbingan individu lebih mampu untuk Sedangkan decision control yaitu untuk
12
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

mengukur kemampuan individu dalam memilih banyak rangsangan yang tidak relevan yang
tindakan sesuai dengan apa yang diyakini mengganggu.
individu. Menurut Ran, Kevin & Yaacov (2010) kontrol
Ditinjau berdasarkan aspek, pengendalian diri kognitif mendukung berbagai fungsi kognitif dari
pada aspek pertama yaitu kontrol perilaku perhatian dan pengambilan emori untuk produksi
(behavior control). Averill (1973: 287) bahasa dan pemahama. Melalui mekanisme
menyatakan bahwa kontrol perilaku (behavior proses kontrol kognitif sehingga pengendalian
control), merupakan kesiapan atau tersedianya diri dapat dicapai dan tujuan juga dapat dicapai.
suatu respon yang dapat secara langsung Aspek ketiga yang diukur adalah aspek kontrol
memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan keputusan (decision control), pada aspek kontrol
yang tidak menyenangkan. Rotter (Wiked, 2005) keputusan (decision control) siswa yang dijadikan
berpendapat kendali diri merupakan keyakinan sampel umumnya berada pada kategori rendah,
yang berasal dari individu untuk mengendalikan hal ini ditampilkan dengan keraguan dalam
perilakunya. Senada dengan Mischel (Pervin, mengambil keputusan dan seringkali memutuskan
1984: 410) berpendapat kendali diri mengarah sesuatu berdasarkan pendapat dan pertimbangan
pada kekuatan individu untuk mengatur atau orang lain. Averill (1973:287) menyatakan
mengendalikan tindakannya, menghadapi situasi decision control, merupakan kemampuan
terkendali. individu untuk memilih hasil atau suatu tindakan
Averill (1973: 287) cognitive control, berdasarkan pada suatu yang diyakini atau
merupakan kemampuan individu dalam mengolah disetujui.
informasi yang tidak diinginkan dengan cara Menurut Skinner (Feist and Feist, 2009: 184)
menginterpretasikan, menilai, atau perilaku seseorang dikontrol oleh faktor-faktor
menggabungkan suatu kejadian dalam suatu lingkungan. Faktor-faktor lingkungan dapat
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis ditegakkan oleh masyarakat, orang lain, atau diri
atau mengurangi tekanan. Lebih lanjut sendiri. Melalui layanan bimbingan klasikal siswa
(Dreisbach, 2012) berpendapat kontrol kognitif memperoleh informasi tentang nilai-nilai yang
memungkinkan manusia untuk fleksibel beralih berlaku dilingkungan keluarga, sekolah dan
antara pikiran dan tindakan yang berbeda. Jadi masyarakat yang disajikan dalam setiap materi
siswa yang memiliki pengendalian diri yang baik itu melalui ceramah, tayangan video maupun
tinggi akan memungkinkan untuk fleksibel atau diskusi kelas. Dengan demikian siswa dapat
secara bebas berpikir dan bertindak secara merubah perilakunya kearah yang lebih positif
berbeda-beda. setelah mengikuti kegiatan layanan tersebut.
Piaget (Santrock, 2002: 203) menyatakan Menurut teori Piaget (dalam Yusuf, 2014:
bahwa pemikiran operasional formal telah 195) remaja berada pada tahap perkembangan
memberi remaja kemampuan membuat skematis intelektual atau kognitif operasional formal.
kognitif untuk merumuskan rencana bagi masa Perkembangan kognitif manusia merupakan
depannya. Dengan pemikiran operasional formal proses psikologis yang didalamnya terdapat
membuat remaja mampu berpikir secara logis, proses memperolah, menyusun dan menggunakan
sehingga remaja mampu berbuat perencanaan dan pengetahuan, serta kegiatan mentah seperti
melakukan evaluasi terhadap rencana-rencana berfikir, menimbang, mengamati, mengingat,
masa depannya. menganalisis, mengevaluasi dan memecahkan
Menurut Miller & Cohen (Ran, Kevin, & persoalan yang langsung melalui interaksi dengan
Yaacov, 2010) kontrol kognitif merupakan pusat lingkugan. Ali dan Ansori (dalam Oktarini, 2014:
kontrol diri karena kontrol kognitif yang 83) menyebutkan tahap operasional formal
mengubah pikiran dengan mengontrol pikiran dialami anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada
negatif menjadi pikira yang lebih positif. Kontrol tahap operasional formal remaja sudah mampu
kognitifadalah fungsi penting dan banyak diteliti mengembangkan pikiran formalnya, remaja juga
dari otak manusia. Ini membentuk dasar dan mampu mencapai logika dan rasio serta dapat
fungsi kognitif yang lebih tinggi dan dapat menggunakan abstraksi. Remaja dapat mengerti
membantu kita untuk mencapai tujuan dan arti apa yang disampaikan dan yang ditampilkan
melakukan tugas-tugas yang sulit meskipun dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
13
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

penggunaan layanan bimbingan klasikal dapat signifikan. Dengan demikian, program layanan
digunakan untuk peningkatan self-control pada bimbingan klasikal efektif untuk meningkatkan
remaja, terutama siswa kelas VIII yang berusia self-control siswakelas VIII SMPN 1
antara 12 sampai 13 tahun. Simpangkatis Tahun Ajaran 2015/2016. Hal ini
Melalui belajar mengamati, individu secara sesuai dengan tujuan pembuatan program layanan
kognitif menampilkan tingkah laku orang lain dan bimbingan, layanan bimbingan ini dapat merubah
kemudian seringkali mengadopsi tingkah laku perilaku individu ke arah yang lebih baik sesuai
tersebut dalam dirinya sendiri. Model belajar dengan materi layanan yang diamatinya. Fakta ini
yang dikembangkan Bandura meliputi tingkah sesuai dengan temuan-temuan sebelumnya baik
laku, pribadi (kognisi), dan lingkungan. penelitian tentang variabel self-control maupun
Hubungan timbal balik antar perilaku, pengaruh pada variabel bimbingan klasikal. Penelitian
lingkungan dan kognisi adalah faktor kunci dalam serupa tentang self-control yang sama-sama
memahami bagaimana individu belajar. Faktor- terbukti efektif diantaranya; Oktarini (2014)
faktor perilaku, kognitif, dan pribadi lainnya efektivitas teknik modeling untuk meningkatkan
serarta pengaruh lingkungan, bekerja secara self-control pada siswa SMPN 2 Batu Sangkar,
interaktif. Perilaku dapat mempengaruhi kognisi terbukti dengan sampel 30 siswa. Teknik tersebut
dan sebaliknya kegiatan kognitif seseorang dapat terbukti efektif. Penelitian Lestari (2006) tentang
mempengaruhi lingkungan dapat merubah proses kontribusi kendali diri terhadap kedisiplinan
pemikiran seseorang dan seterusnya (Bandura, dengan judul “kontribusi Kendali Diri terhadap
1986). Kedisiplinan Siswa di sekolah”, populasi
Siswa setelah memperoleh intervensi penelitian adalah siswa Kelas 2 SMA Pasundan 2
mengalami perubahan perilaku. Perubahan Bandung. Pada penelitian Lestari menunjukkan,
tersebut ditunjukkan dengan kemampuan siswa kendali diri memberi kontribusi positif terhadap
telah dapat menyusun, membimbing, mengatur, kedisiplinan siswa di sekolah sebesar 27,2%.
dan mengarahkan bentuk perilakunya dan mampu Dapat dipahami, kendali diri dibutuhkan untuk
mengarahkan diri kepada konsekuensi yang kedisiplinan siswa, kedisiplinan ini dibutuhkan
positif. Sebagaimana pendapat Goldfried dan untuk kelancaran kegiatan belajar siswa di
Merbaum (Muharsih, 2008: 16) kontrol diri sekolah. Apabila kendali diri siswa bagus maka
sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, kedisiplinan siswa akan meningkat, dengan
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk meningkatnya kedisiplinan akan mengantarkan
perilaku yang dapat membawa individu kearah siswa pada proses belajar yang baik dan akan
konsekuensi positif. mencapai hasil belajar yang baik.
Menurut Bandura (dalam Oktarini, 2014: 84) Pada variabel program bimbingan senada
efektivitas kegiatan bimbingan ini ditunjang juga dengan beberapa penelitian sebelumnya
oleh interaksi sosial antar kelompok. Layanan Penelitian Lestari (2009) judul “Program
bimbingan klasikal yang dilakukan dalam setting Bimbingan untuk Mengembangkan Kendali diri
kelompok kelas akan terjadi interaksi antara siswa” populasi penelitiannya yaitu siswa SMA
personal (P), lingkungan (E), dan perilaku (B) BPPI Kabupaten Bandung Tahun Ajaran
yang tidak dapat dipisahkan, proses ini disebut 2008/2009. Juga terbukti efektif untuk
dengan triadic reciprocal determinism. Dengan mengembangkan pengendalian diri. Penelitian
demikian, perilaku mempengaruhi individu dan setiawan (2015: 80) yang mengungkapkan bahwa
lingkungan, lingkungan atau individu akan layanan bimbingan klasikal efektif untuk
mempengaruhi perilaku. Berdasarkan teori ini, meningkatkan daya juang dengan aspek self-
menampilkan model dalam setting kelompok control pada siswa kelas XII IPA 1 SMAN 1
memiliki pengaruh yang lebih besar, karena akan Banjarsari. Layanan bimbingan klasikal
terjadi interaksi yang lebih kuat antar individu, digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
lingkungan dan perilaku, sehingga (Farozin, 2012). Bimbingan kelas efektif dalam
memungkinkan dalam seting kelompok terdapat mengembangkan dan peningkatan kompetensi
persuasi sosial (penguatan) dari teman kelompok. siswa secara akademik, karir dan pribadi-sosial
Hasil penelitian keefektivan program layanan (Akos; Cockman; Strickland, 2007) sehingga dari
bimbingan klasikal menunjukkan perubahan yang hasil uji efektivitas serta mengkaji berbagai
14
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

penelitian terkait, dapat diketahui bahwa layanan Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: Toward A
bimbingan klasikal memiliki dampak yang positif uniflyng Theory of Behavioral Change.
terhadap psikologis dan perubahan tingkah laku Journal Psychological Review, 84.191-215.
individu, dan terbukti efektif untuk peningkatan Bandura, A. (2007). Self-Efficacy: The Exercise
self-control. of Control. New York: W.H Freeman and
Company.
Simpulan Bangka Pos. (2015).Ratusan Pelanggan Terlibat
Prostitusi Lewat Facebook.[Online] tersedia
Berdasarkan hasil penelitian, dapat di
disimpulkan bahwa layanan bimbingan klasikal http://bangka.tribunnews.com/2015/10/26/ratu
secara umum terbukti efektif untuk san-pelajar-terlibat-prostitusi-cari-pelanggan-
meningkatkan self-control, namun tidak pada lewat-facebook. diakses 7 Januari 2016.
aspek Behavior control (Kontrol Perilaku) Bangka Pos. (2015). Siswa SMP di
terkhusus indikator mengatur pelaksanaan. Pangkalpinang Cabuli Teman Kelas Saat
Disarankan bagi guru bimbingan dan konseling Pesta Miras. [Online] tersedia di
untuk meningkatkan self control pada aspek http://bangka.tribunnews.com/2015/09/07/sis
behavior control dengan layanan konseling yang wa-smp-di-pangkalpinang-cabuli-teman-
lebih kohesif, seperti melalui layanan konseling kelas-saat-pesta-miras-dan-ngelem diakses 7
kelompok atau layanan konseling individu. januari 2016.
Penanaman kontrol perilaku pada siswa Baumister, R.F., et.al (2007). The Strength Model
membutuhkan layanan konseling yang mampu of Self-control. Journal of Association for
memberikan kesempatan praktik dan berorientasi Psychological Science Vol. 16 (6) 351.
pada perubahan perilaku yang lebih efektif. Hasil Carter H, Ryan C. Meldrum & Alex R. Piquero.
penelitian ini bermanfaat bagi guru bimbingan (2012). Negative Cases in The Nexus Between
dan konseling untuk membantu siswa Self Control, Social Bonds, and
meningkatkan self-control melalui layanan Delinquency.Journal of Youth Violence and
bimbingan klasikal. Juvenile Justice, 11, (1). Hlm. 3-25.
Cavanagh, M & Levitov, J.E. (2002). The
Referensi Counseling Experience a Theoretical and
Practical Approach. USA: Wafeland Press,
Akos, Cockman, C.R, dan Strickland, C.A. Inc.
(2007). “Differentiating Classroom Guidance Charmi, T.L.C (1998). The Implementation of a
Professional School Counseling”, Pro Quest Classroom Guidance Programme in A
Education Journals, 10 (5) hlm. 455. Hongkong Secondary School. A dissertation
Averill, J.R. (1973). Personal Control Over Departement of Education submitted to the
Aversive Stimuli and Its Relationship to University of Hongkong in partial fulfillment
Stress. Psychological Buletin.Vol.80 (4). Hlm. of the requirement of the degree of Master of
286-303. Education. [Online]. Tersedia:
ASCA. (2012). National Model: A Framework http://hub.hku.hk/bitstream/10722/30186/1/Fu
for School Counseling Programs. (Online). llText.pdf. [14 september 2015].
Tersedia: www.schoolcounselor. Creswell, J.W. (2010). Alih bahasa, Achmad
Asri. (2015). Remaja desa Pasir Garam Fawaid. Research Design Pendekatan
kecamatan Simpang Katis Kabupaten Bangka Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta:
Tengah (Bateng) Salamun (18) Pecandu Pustaka Pelajar.
Bensin [Online] tersedia Delisi, M., & Vaughn, M.G. (2008). The
dihttp://www.sinarpaginews.com/fullpost/nasi Gottfredson Hirschi Critiques Revisited
onal/1423058507/patrianusa-kunjungi- Reconciling Self Control Theory, Criminal
salamun-pecandu-bensin.html.diakses jumat Careers, and Career Criminals. International
11 Desember 2015. Journal of Offender Therapy and Comparative
Criminolog, 52 (5), 520-537.
http://ijo.sagepub.com. 28 Maret 2012.
15
BIMBINGAN KLASIKAL, SELF-CONTROL

Direktorat Jendral PMPTK. (2007). Rambu- Influences. Jurnal Motivation and Emotiona,
rambu Penyelenggaraan Layanan Bimbingan 27, 7-25.
Dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Nurihsan, A.J. (2003). Dasar-dasar Bimbingan
Formal. Jakarta, Dirjen Depdiknas. dan Konseling. Bandung: Mutiara
Farozin, M. (2012). Pengembangan Model Nurihsan, A.J. (2006). Bimbingan dan Konseling
Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung:
Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah PT Refika Aditama
Pertama. Jurnal Ilmiah Pendidikan, Oktarini, I. (2014). Efektivitas Teknik Modeling
Cakrawala Pendidikan. 31 (1) .143-155. untuk Peningkatan Pengendalian Diri Siswa.
Gonzales, T. (2011). Training Professional (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas
School Counseling Students to Facilitate a Pendidikan Indonesia, Bandung.
Classroom Guidance Lesson and Strengthen Paramitra, T. (2011). Kumpulan Lengkap Materi
Classroom Management Skills Using a Mixed Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:
Reality Environment. [Online]. Tersedia: Paramitra
http://etd.fcla.edu/CF/CFE0003624/Gonzalez Permendikbud No 111 Tahun 2014.Tentang
_Tiphanie201105_PhD.pdf.[20 Mei 2015]. Bimbingan dan Konselingpada Pendidikan
Gysbers, N.C. dan Henderson, P. (2001). Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta
Developing and Managing Your School Pervin, L.A. (1984). Personality: Theory and
Guidance Program.Alexandria, VA: Research. Chicago: John Wiley & Sons. Inc.
American Counseling Association. Praptiani, S. (2013). Pengaruh Kontrol Diri
Ghufron, N.M. & Risnawita, R. (2010). Teori- Terhadap Agresivitas Remaja Dalam
teori Psikologi. Jogjakarta: Ar Ruz Media. Menghadapi Konflik Sebaya dan Pemaknaan
Hurlock, E.B. (2004). Alih Bahasa Istiwidayanti Gender.Jurnal Sains dan Praktik Psikologi.
& Soedjarwo. Psikologi Perkembangan Suatu Magister Psikologi UMM, 1 (1), 01-13.
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Radar bangka (2015). Remaja Pesta Sex dan
Jakarta: Erlangga. Mabuk Usai Menghirup Lem Aibon dicampur
Lazarus, R.S (1976). Paterns of Adjusmen. Obat Batuk Cair.
Tokyo: Mc Graw-Hill, Rinehart and Winson. Santrock, J. W. (2007). Alih bahasa benedictine
Lestari, M. (2006). Kontribusi Kendali Diri Widyasinta. Perkembangan Remaja Gelora
Terhadap Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Aksara Pratama. Jakarta.
(Skripsi). Psikologi Pendidikan Universitas Santrock., J.W. (2011). Alih bahasa Benedictine
Pendidikan Indonesia, Bandung. Widyasinta Perkembangan Masa Hidup.
Lestari, M. (2009). Program Bimbingan untuk Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Mengembangkan Kendali Diri Siswa. (Tesis). Santoso, H. (2010). Bimbingan dan konseling
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku
Indonesia, Bandung. seksual sehat remaja. (Tesis). Sekolah
Logue, A.W. (1995). Self Control Waiting Until Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Tomorrow for What You Want Today. USA: A Indonesia, Bandung.
Personal Communication Company. Setiawan, Y. (2015). Efektivitas layanan
Marinus (1997). Attachment, Emergent Morality, bimbingan klasikal untuk meningkatkan daya
And Agression: Toward A Developmental juang kelas XII SMA N 1 Banjarsari Tahun
Socioemotional Model of Antisocial Behavior. ajaran 2014/2015. (Tesis). Sekolah
International Journal of Behavioral Pascasarjana, Univesitas Pendidikan
Development.21 (4), 703-727. Indonesia, Bandung.
Muharsih, L. (2008). Pengaruh Hubungan Antara Siwabessi, L.B dan Hastoeti, S. (2008). Bahan
Kontrol Diri Dengan Kecendrungan Perilaku Ajar Sertifikasi Guru Bimbingan dan
Konsumtif Pada Remaja di Jakarta Pusat. Konseling Dalam Jabatan Melalui Jalur
Bandung: Skripsi Psikologi FIP UPI. Tidak Pendidikan: Praktik Bimbingan Klasikal.
diterbitkan Jakarta: Universitas Negeri Jakarta dan Dikti
Nathan A.F. & Susan (2003). The Development of Depdiknas.
Self-Control of Emotion: Intrinsic and Etrinsic
16
MUKHTAR, YUSUF, BUDIAMIN

Surya, M. (1992). Bimbingan dan Penyuluhan Hispanic Youth. Department of Criminal


disekolah. Bandung: CV Ilmu. Justice, byongook.moon@utsa.edu
Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Winkel. (1991). Psikologi Pengajaran.
Pustaka Bani Quraisy. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tangney, J.P., Baumeister, R.F., Boone, A.L. Yusuf, S.& Nurihsan, J. (2012). Landasan
(2004). High self-Control Predicts Good Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja
Adjusment, Less Pathology, Better Grades, Rosda Karya
and Interpersonal Success. Journal of Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan
Personality, 271-324. Konseling Disekolah. Bandung: Rizqi Press.
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya
Jakarta: Kemendikbud.
Veral, E.P. & Moon, B. (2011). An Empirical
Test of Low Self-Control Theory Among

You might also like