08 Naskah Publikasi PDF

You might also like

You are on page 1of 11

Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,

Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAERAH


IRIGASI SOROPADAN DI DAS HULU SUNGAI ELO

Khafidz Rahmawan1 Dr.Ir.Lalu Makrup, M.T2

1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia
Email: nurrimanu@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia
Email: Lalu_makruf@yahoo.com

ABSTRACT : Research of evaluation of supply and demand of water for Irrigation area
of Soropadan and at headwaters of Elo River based of the pattern of cropping systems
that have been planned, which are not going well. Irrigation area of Soropadan
irrigating an area of 508 ha which includes the District of Magelang and District of
Temanggung, with the planting pattern plan is paddy-paddy-palawija. Based on the
above, this research aims to evaluate the balance between the supply and demand of
irrigation water.
Calculation the supply of water for irrigation used F.J. Mock’s method by
evapotranspiration using the Penman method. Where in, to calculate the water
requirement of paddy planting, stipulations of types of paddy in the form of superior
varieties with FAO methods and types of palawija used corn crop. The used rainfall data
were half-monthly rainfall data with a period of 15 years. Other data that are used were
climatological data, watershed maps and map layout plan cropping patterns that have
been planned.
Results of the analysis, the water flow is available from January to December of
2.794 m3/s to 6.668 m3/s, the peak flow occurred in the first week of February 6.668
m3/s. Based on the analysis of water balance in January up to Desember water have a
surplus in (2.148 m3/ to 6.513 m3/ therefore, the final results of the evaluation of the
water supply and water demand in the watershed Elo is able to suffice with both the
needs of water for irrigation, even the availability of water could be used for specific
needs.

Keywords: water supply, water demand, water balance,cropping

1. PENDAHULUAN pertanian mencakup Kabupaten


Temangung seluas 298 Ha dan
Air merupakan sumber daya alam yang
Kabupaten Magelang 210 Ha. Sumber
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
air yang mengalir pada DI Soropadan
dan menjadi kebutuhan pokok manusia.
berasal dari Bendung Soropadan di Hulu
Kebutuhan akan air terus meningkat
Sungai Elo.
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
hidup manusia baik untuk kebutuhan 2. RUMUSAN MASALAH
irigasi, rumah tangga, maupun industri.
Kebutuhan air untuk irigasi merupakan Rencana pola tata tanam untuk Daerah
yang paling banyak diantara kebutuhan Irigasi Soropadan berdasarkan Kepala
air lainnya Daerah Irigasi (DI) Dinas PSDA Probolo Jawa Tengah
Soropadan melayani 508 Ha lahan belum berjalan dengan baik. Hal ini

Prosiding Kolokium FTSP UII - 1


menjadi indikasi adanya permasalahan 4) Sebagai salah satu syarat untuk
yang akan dihadapi di masa mendatang. memperoleh sajana teknik sipil di
Permasalahan ini akan berpengaruh Universitas Islam Indonesia.
terhadap hasil produksi pertanian di
wilayah ini dan pemanfaatan sumber air
4. BATASAN MASALAH
yang tersedia tidak maksimal. Sehingga
diperlukan suatu studi untuk menjawab Penulis dalam menyusun penelitian ini
permasalahan yang ada. Analisis menyadari keterbatasan kemampuan dan
kebutuhan dan ketersediaan air irigasi waktu, maka dalam penelitian ini
merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan pembatasan masalah untuk
menjawab permasalahan tersebut. mencapai pokok tujuan dari penelitian
yang dilakukan. Adapun batasan
3. TUJUAN DAN MANFAAT
masalah dalam penelitian ini sebagai
Tujuan dari penelitian yang dilakukan, berikut:
dengan judul Evaluasi Ketersediaan dan a. Lokasi penelitian yakni pada Daerah
Kebutuhan Air Untuk Daerah Irigasi Irigasi (DI) Soropadan, di Sungai
Soropadan Pada DAS Hulu Sungai Elo Elo.
ialah: b. Perhitungan debit andalan
a. Mengetahui kebutuhan air irigasi menggunkan metode F.J. Mock.
pada Daerah Irigasi Soropadan c. Perhitungan evapotranspirasi
berdasarkan Kepala Dinas PSDA menggunakan metode Penman.
Probolo Jawa Tengah. d. Data hujan yang digunakan terdiri
b. Mengetahui ketersediaan air di dari 3 stasiun selama 15 tahun.
Daerah Irigasi Soropadan yang dapat e. Perhitungan kebutuhan dan
digunakan untuk kebutuhan irigasi. ketersediaan air untuk irigasi.
c. Mengetahui pola tata tanam yang
5. ANALISIS DATA DAN
direncanakan telah berjalan dengan
PEMBAHASAN
baik.
5.1 TINJAUAN UMUM
Penelitian ketersediaan dan kebutuhan
Analisis data dan pembahasan
air di Daerah Irigasi Soropadan pada
merupakan hal pokok yang akan dibahas
Sungai Elo memiliki 2 (dua) manfaat
dalam bab 5 (lima) ini. Data-data yang
secara teoritis dan praktis, yang dapat
tersedia digunakan untuk menganalisis
diperoleh dari penelitian:
permasalahan dengan metode yang telah
a. Manfaat Teoritis
ditentukan pada bab sebelumnya.
1) Sebagai aplikasi penerapan disiplin
Penjabaran analisis data dan
ilmu teknik sipil dengan cara
pembahasan pada bab ini meliputi:
mempraktikkannya langsung di
1. Analisis Hidrologi
lapangan.
2. Analisis Ketersediaan Air Irigasi
2) Sebagai uji kemampuan penulis
3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
dalam mengaplikasikan dispilin ilmu
4. Perhitungan Neraca Air
teknik sipil.
5.2 ANALISIS HIDROLOGI
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat Pada penelitian ini analisis hidrologi
menjadi solusi untuk memenuhi digunakan untuk menghitung
kebutuhan air di Daerah Irigasi ketersediaan air dengan metode F.J
Soropadan. Mock dan debit yang dibutuhkan untuk
2) Untuk mengetahui ketersediaan air kebutuhan irigasi.Berikut ini merupakan
yang ada di DAS Hulu Sungai Elo. penjabaran dalam analisis hidrologi
3) Sebagai informasi aktual untuk untuk perhitungan ketersediaan dan
masyarakat di Daerah Irigasi kebutuhan air irigasi di DI Soropadan
Soropadan.

2 - Prosiding Kolokium FTSP UII


Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

5.2.1 Analisis Curah Hujan Untuk


Perhitungan Debit Andalan
Data curah hujan digunakan dalam
perhitungan ketersediaan air dengan
metode F.J. Mock. Perhitungan analisis
ketersediaan air diperlukan parameter-
parameter DAS seperti : Luas DAS,
Koefisien Infiltrasi, Koefisien Resensi, Gambar 5.2 Peta DAS dan Poligon
Nilai SMC dan lainnya. Nilai parameter Thiessen
DAS tersebut dihitung menggunakan Tabel 5.2 Luas Pengaruh Berdasarkan
nilai korelasi antara debit tersedia Poligon Thiessen
dengan debit terukur (AWLR) dalam satu Stasiun Luas Bobot
tahun. Untuk mendapatkan nilai pengaruh
koefisien optimum digunakan alat bantu (km2)
hitung berupa program Solver dalam Ngablak 21,67 28%
Microsoft Excel. Analisis curah hujan Pringsurat 55,73 72%
rata-rata yang digunakan dalam Sempu 0 0%
menghitung nilai korelasi menggunakan Luas Total 77,40 100%
sebaran Poligon Thiessen dengan 5
(lima) stasiun hujan, yaitu: Stasiun Berdasarkan hasil analisis dengan
Dukuh, Stasiun Ngablak, Stasiun metode thiessen didapatkan luas
Pringsurat, Stasiun Sempu dan Stasiun pengaruh terbesar pada Stasiun
Tempuran. Berikut ini merupakan luas Pringsurat yaitu sebesar 72%.
DAS dan pengaruh masing-masing
5.2.3 Analisis Curah Hujan Efektif
stasiun hujan dengan metode Thiessen.
Tabel 5.1 Luas Pengaruh Berdasarkan Curah hujan efektif digunakan untuk
Poligon Thiessen menghitung kebutuhan irigasi.
Stasiun Luas Bobot Perhitungan curah hujan efektif dengan
pengaruh menetapkan curah hujan 15 harian
(km2) selama 15 tahun.
Dukuh 120,06 27 % Data curah hujan setengah bulanan
Ngablak 106,72 24 % kemudian dihitung nilai peluang dengan
Pringsurat 71,15 16 % kemungkinan terpenuhi sebesar 80 %.
Sempu 80,04 18 % Nilai probabilitas (p) dihitung
Tempuran 66,70 15 % menggunakan metode dari Weibull.
Luas Total 444,67 km2 100 % Berikut cara perhitungan nilai
probabilitas.
5.2.2 Analisis Curah Hujan Untuk P= ×100
Kebutuhan Air Irigasi
Perhitungan kebutuhan air irigasi Perhitungan Curah hujan berdasarkan
dipengaruhi oleh curah hujan efektif kemungkinan 80% terpenuhi didapatkan
(Re). Curah hujan efektif digunakan dari rumus diatas. Setelah itu dilanjutkan
untuk menentukan luas pengaruh masing perhitungan curah hujan efektif (Re).
masing stasiun hujan dengan metode Perhitungan curah hujan efektif untuk
Thiessen. Stasiun curah hujan yang tanaman padi dan palawija berbeda.
digunakan meliputi : Sta. Pringsurat, Berikut ini cara perhitungan Re untuk
Sta. Sempu dan Sta. Ngablak. Berikut padi dan palawija.
ini penulis sajikan Gambar Peta DAS DI 1. Untuk Padi
Soropadan dan luas pengaruh masing- Re =
masing Stasiun.
2. Untuk Palawija
Re =

Prosiding Kolokium FTSP UII - 3


5.3 ANALISIS KETERSEDIAAN perhitungan pada Tabel 5.9. Analisis
AIR IRIGASI ketersediaan air sesuai dengan konsep
Analisis perhitungan debit tersedia dari F.J Mock tahun 1973 dibagi
menggunakan cara water balance dari menjadi 3 bagian yaitu evapotranspirasi
F.J. Mock. Metode ini memberikan cara dan hujan, keseimbangan air di
penghitungan yang relatif sederhana permukaan dan tampungan air. Berikut
berdasarkan hasil riset daerah aliran ini perhitungan debit andalan.
sungai di seluruh Indonesia Proses
perhitungan yang dilakukan dengan 1. Data Curah Hujan
metode F.J Mock adalah sebagai berikut. Data curah hujan yang digunakan
5.3.1 Perhitungan Nilai Kalibrasi merupakan curah hujan setengah
Parameter DAS bulanan dengan periode 15 tahun
Langkah awal dalam menentukan debit (Tahun 2000–2014) pada Stasiun
tersedia metode F.J. Mock ialah dengan Pringsurat. (Data Curah Hujan dapat
menentukan nilai kalibrasi parameter dilihat pada Lampiran Tabel 2)
DAS, nilai ini digunakan sebagai 2. Evapotranspirasi
pendekatan dalam simulasi F.J Mock. Evapotranspirasi potensial dihitung
Pada perhitungan ini didapatkan nilai dengan metode Penman dan
parameter DAS dari hasil running evapotranspirasi aktual. Hasil
program Solver pada Microsoft Excel perhitungan evapotranspirasi dengan
(Perhitungan dapat dilihat pada metode penman dapat dilihat pada
Lampiran Tabel 4). Berikut ini Tabel 5.10 dan evapotraspirasi aktual
merupakan Tabel 5.9 hasil dari simulasi pada Tabel 5.11
perhitungan nilai kalibrasi parameter 3. Aliran Permukaan
DAS. a. Excess Rainfall
Tabel 5.9 Nilai Kalibrasi Parameter Kelebihan air hujan (excess rainfall)
DAS dapat dihitung dengan Persamaan
Parameter Satuan Opt.Value (3.7). Berikut ini merupakan contoh
perhitungan nilai excess rainfall.
Luas DAS km2 444,67 ER = P - AET
Infiltrasi b. Water Surplus
- 0,638
basah Kelebihan air (water surplus) dapat
Infiltrasi dihitung dengan Persamaan (3.8).
- 0,891
Kering Nilai water surplus dipengaruhi oleh
ISM (mm) 47,848 ER - SM, apabila hasil perhitungan
SMC (mm) 335,48 ER - SM < 0 maka nilai WS = 0.
IGS (mm) 2490,59 Berikut ini merupakan contoh
Recession perhitungan nilai water balance pada
- 0,955
Constant bulan Januari dan Februari Tahun
2000.
Evaluasi kemiripan nilai debit terhitung WS = ER - SM
(Qcal.) dengan debit terukur (Qobs.) dengan :
didapatkan : ER = Excess Rainfall (mm/bln),
1. Koefisien korelasi ( R ) SM = Tabel 5.
= 0,882 WS (Jan-1) = 48,45 - 96,30
2. Selisih volume aliran tahunan (%) = 0,00
= 0,000 WS (Jan-2) =119,35 – 215,65
3. Mean relative error (%) = 0,00
= 17,343 WS (Feb-1) =74,66 - 290,31
5.3.2 Perhitungan Debit Andalan = 0,00
WS (Feb -2) =-14,36 - 275,95
Debit andalan dapat dihitung dengan
= 0,00
nilai parameter DAS berdasarkan hasil
c. Aliran langsung (Run Off)

4 - Prosiding Kolokium FTSP UII


Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Aliran langsung dapat dihitung GWS (Feb-1)


dengan rumus sebagai berikut: = 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x
RDRO = WS - I 2273,85
dengan : = 2173,65 mm
RDRO = direct runoff / aliran GWS (Feb-2)
langsung (mm/bln) = 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x
Infiltrasi (I) dapat dihitung dengan 2173,65
rumus sebagai berikut : = 2075,96 mm
1). Infiltrasi pada musim kemarau: b. Aliran dasar (BSF)
I = DIC x WS Aliran dasar dapat dihitung
dengan : dengan rumus sebagai berikut :
DIC = 0,89 (Tabel 5.9) RBSF = I – (GWS – IGWS)
Contoh perhitungan infiltrasi pada Contoh perhitungan aliran dasar
musim kemarau pada bulan pada bulan Januari dan Februari
Januari dan Februari Tahun 2000 : Tahun 2000.
I (Apr-1) = 0,89 x 60,34 RBSF (Jan-1)
= 58,47 mm = 0,00 – (2379,76 – 2490,59)
I (Apr-2) = 0,89 x 92,34 = 110,84 mm
= 89,48 mm RBSF (Jan-2)
I (Mei-1) = 0,89 x 0,00 = 0,00 – (2273,85 – 2379,76)
= 0,00 mm = 105,91 mm
I (Mei-2) = 0,89 x 84,41 RBSF (Feb-1)
= 81,80 mm = 0,00 – ( 2172,65 - 2273,85)
2). Infiltrasi pada musim hujan : = 101,20 mm
I = WIC x WS RBSF (Feb-2)
dengan : = 0,00 – (2075,96 – 2172,65)
WIC = 0,637 (Tabel 5.9) = 96,69 mm
Contoh perhitungan infiltrasi pada c. Aliran total (DRO)
musim hujan bulan Januari dan Aliran total dapat dihitung dengan
Februari Tahun 2000: rumus sebagai berikut :
I (Jan-1) = 0,637 x 0 = 0,00 mm RTRO = DRO + BSF
I (Jan-2) = 0,637 x 0 = 0,00 mm dengan :
I (Feb-1) = 0,637 x 0 = 0,00 mm RTRO (Jan-1)
I (Feb-2) = 0,637 x 0 = 0,00 mm = 0,00 + 110,84 = 110,84 mm
4. Aliran Dasar RTRO (Jan-2)
a. Tampungan air tanah = 0,00 + 105,91 = 105,91 mm
Tampungan air tanah dapat dihitung RTRO (Feb-1)
dengan rumus sebagai berikut : = 0,00 + 101,20 = 101,20 mm
GWS = 0,5 x (1+k) x I + k x IGWS RTRO (Feb-2)
dengan : = 0,00 + 96,69 = 96,69 mm
IGWS = 2490,597 (mm/bln) 5. Debit Limpasan Terhitung
K = 0,955 (Tabel 5.9). Debit limpasan langsung dapat
Contoh perhitungan tampungan air dihitung dengan Persamaan (3.15)
tanah pada bulan Januari dan A.RTRO .1000
Februari Tahun 2000: QCAL =
GWS (Jan-1) H .24.3600
= 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x dengan :
2490,59 A = 77,64 (km2)
= 2379,76 mm H = jumlah hari dalam satu
GWS (Jan-2) bulan perhitungan
= 0,5 x (1+0,955) x 0,0 + 0,955 x Contoh perhitungan debit
2379,76 limpasan langsung pada bulan
= 2273,85 mm

Prosiding Kolokium FTSP UII - 5


Januari dan bulan Februari Tahun Gambar 5.5 Rekapitulasi Perhitungan
2000. Debit Dengan Tingkat keandalan 80%
Januari ke-1
5.1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR
TANAMAN
Kebutuhan air irigasi adalah sejumlah
air yang umumnya diambil dari sungai
atau waduk dan dialirkan melalui sistem
jaringan irigasi, guna menjaga
Januari ke-2 keseimbangan jumlah air di lahan
pertanian (suharjono,1994). Pada
analisis kebutuhan air irigasi ini
dibedakan menjadi 2 (dua), yakni:
Februari ke-1 1. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
padi
2. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman
palawija
Februari ke-2 Ketentuan dalam perhitungan kebutuhan
air irigasi pada DI Soropadan,
didasarkan peta pola tata tanam dari
dinas PSDA Jawa Tengah. Tabel peta
pola tata tanam untuk DI Soropadan
dapat dilihat pada Lampiran Tabel 5.
Grafik Debit Terhitung Th 2000 Pola tata tanam rencana dari dinas
PSDA Jawa Tengah.
9,0
5.4.1Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Debit Terhitung

6,0 Untuk Tanaman Padi


3,0 Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk
tanaman padi pada Daerah Irigasi
0,0 Soropadan didasarkan pada peraturan
dari Bupati Kabupaten Temanggung dan
Waktu Kabupaten Magelang. Pola tata tanam
yang direncanakan adalah padi-padi-
Gambar 5.4 Grafik Contoh Hasil
palawija. Berikut ini merupakan tahapan
Perhitungan Debit Thn 2000
dalam perhitungan kebutuhan air irigasi
Debit andalan didapatkan dengan untuk tanaman padi.
mengambil nilai probabilitas 80% dari 1. Analisis Kebutuhan Air untuk
data perhitungan debit tahun 2000-2014. Penyiapan Lahan Masa Tanam (MT)
Berikut hasil dari perhitungan 1 Pada Golongan A
ketersediaan air. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
merupakan salah satu faktor yang
Debit 80% mempengaruhi kebutuhan air irigasi.
10
Analisis kebutuhan air selama penyiapan
7 lahan menggunakan metode Van de
Debit

Goor dan Ziljstra (1968), dengan


4 Persamaan (3.18), Persamaan (3.19) dan
Persamaan (3.20) sebagai berikut:
1 a. Penyiapan Lahan (LP) MT I
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 dimulai pada bulan Oktober
Minggu ke- Debit Tersedia minggu ke-1, dengan nilai ETo
sebesar 4,410 mm/hari, Tebal
Penjenuhan (S) 300 mm, Nilai

6 - Prosiding Kolokium FTSP UII


Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Perkolasi sebesar 2 mm/hari, dan menggunakan FAO dengan


Lama Penyiapan Lahan (T) 30 varietas unggul.
hari. b. Kebutuhan konsumtif tanaman
b. Perhitungan kebutuhan air padi (ETc) dihitung menggunakan
pengganti evaporasi dan perkolasi Persamaan (3.21) dan koefisien
(M), menggunakan Persamaan rerata tanaman dari Tabel 3.5
(3.19) ETc = C rerata × ETo
M = (1,1 × ETo) + P = 1,10 × 4,198
= (1,1 × 4,410)+ 2 = 4,618 mm/hari
= 6,851 mm/hari c. Perhitungan NFR untuk masa
tanam menggunakan Persamaan
c. Perhitungan nilai k menggunakan (3.17)
Persamaan (3.2) NFR November ke-1
k = (M × T)/S = ETc + P – Re + WLR
= (6,851 × 30)/300 = 4,618 + 2 – 2,520 + 1,7
= 0,685 = 5,798 mm/hari
d. Perhitungan kebutuhan air di Perhitungan kebutuhan air pada
sawah (IR) menggunakan Masa Tanam 1 pada bulan
Persamaan (3.18) November ke-2 hingga Januari
IR = ke-1 dan MT II dihitung
( ) menggunakan cara yang sama
= dengan perhitungan pada bulan
November ke-1.
= 13,814 mm/hari Perhitungan kebutuhan air untuk
e. Perhitungan NFR pada saat golongan A di hitung dengan cara yang
penyiapan lahan bulan Oktober sama dengan perhitungan sebelumnya.
ke-1 dan Oktober ke-2 Berikut rekapitulasi tabel kebutuhan air
1). NFR = IR – Re untuk padi Golongan A.
= 13,814 – 0,821
= 12,993 mm/hari
2). NFR = IR – Re
= 13,814 – 1,185
= 12,629 mm/hari

2. Analisis Kebutuhan Air untuk


Masa Tanam (MT) 1 Pada
Golongan A
Kebutuhan air untuk masa tanam
(MT) 1 menggunakan Persamaan (3.18)
hingga Persamaan (3.20). Berikut ini
adalah cara perhitungan kebutuhan air
pada Masa Tanam 1 Golongan A:
a. Masa Tanam 1 dilakukan setelah
Persiapan Lahan selesai selama 1
bulan, Masa Tanam 1 dimulai Berdasarkan hasil perhitungan
pada November ke-1, dengan nilai kebutuhan air bersih untuk tanaman padi
ETo bulan November adalah didapatkan nilai NFR maksimal sebesar
4,198 mm/hari, Hujan efektif (Re) 12,993 mm/hari. Kebutuhan air di pintu
2,520 mm/hari, Perkolasi 2 pengambilan (DR) dihitung dengan
mm/hari, WLR dipakai 1,7 Persamaan sebagai berikut:
mm/hari (berdasarkan buku DR =
Kriteria Perencanaan Irigasi (KP)- dengan :
01), dan koefisien tanaman A = Luas Lahan (216 ha)

Prosiding Kolokium FTSP UII - 7


EI = Efisiensi Irigasi (0,65) 300 mm, Nilai Perkolasi sebesar 2
Contoh perhitungan kebutuhan air di mm/hari, dan Lama Penyiapan
pintu pengambilan. Lahan (T) 30 hari.
DR (Okt-1) = b. Perhitungan kebutuhan air
pengganti evaporasi dan perkolasi
= 499,713 l/dt.ha
(M), menggunakan Persamaan
DR (Okt-1) = (3.19)
= 485,713 l/dt.ha M = (1,1 × ETo) + P
DR (Okt-1) = = (1,1 × 4,410) + 2
= 6,851 mm/hari
= 222,982 l/dt.ha c. Perhitungan nilai k menggunakan
DR (Okt-1) = Persamaan (3.2)
= 119,150 l/dt.ha k = (M × T)/S
Rekapitulasi perhitungan kebutuhan air = (6,851 × 30)/300
pada pintu pengambilan dapat dilihat = 0,685
pada tabel berikut ini. d. Perhitungan kebutuhan air di
Bulan Minggu NFR DR sawah (IR) menggunakan
Ke- mm/hari l/dt/ha Persamaan (3.18)
Okt 1 12,993 499,713
IR =
2 12,629 485,713 ( )
Nov 1 5,798 222,982
=
2 3,098 119,150
Des 1 2,099 80,728 = 13,814 mm/hari
2 2,450 94,224 e. Perhitungan NFR pada saat
Jan 1 0,000 0,000 penyiapan lahan bulan Oktober
2 0,000 0,000 ke-1 dan Oktober ke-2
Feb 1 10,474 402,849 1). NFR = IR – Re
2 10,203 392,439 = 13,814 – 1,185
Mar 1 3,245 124,818 = 12,629 mm/hari
2 3,610 138,857 2). NFR = IR – Re
Apr 1 2,779 106,881 = 13,671 – 2,520
2 4,707 181,047 = 11,151 mm/hari
Mei 1 0,000 0,000
2 0,000 0,000 4. Analisis Kebutuhan Air untuk
Jun 1 12,993 499,713 Masa Tanam (MT) 1 Pada
2 12,629 485,713 Golongan B
Jul 1
2
Kebutuhan air untuk masa tanam (MT) 1
menggunakan Persamaan (3.18) hingga
3. Analisis Kebutuhan Air untuk Persamaan (3.30). Berikut ini adalah
Penyiapan Lahan Masa Tanam cara perhitungan kebutuhan air pada
(MT) 1 Pada Golongan B Masa Tanam 1 Golongan B:
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan a. Masa Tanam 1 dilakukan setelah
merupakan salah satu faktor yang Persiapan Lahan selesai selama 1
mempengaruhi kebutuhan air irigasi. bulan, Masa Tanam 1 dimulai
Analisis kebutuhan air selama penyiapan pada November ke-2, dengan nilai
lahan menggunakan metode Van de ETo bulan November 4,198
Goor dan Ziljstra (1968), dengan mm/hari, Hujan efektif (Re) 5,115
Persamaan (3.18), Persamaan (3.19) dan mm/hari, Perkolasi 2 mm/hari,
Persamaan (3.20) sebagai berikut: WLR dipakai 1,7 mm/hari
a. Penyiapan Lahan (LP) MT I (berdasarkan buku Kriteria
dimulai pada bulan Oktober ke-2, Perencanaan Irigasi (KP)-01), dan
dengan nilai ETo sebesar 4,410 koefisien tanaman menggunakan
mm/hari , Tebal Penjenuhan (S) FAO dengan varietas unggul.

8 - Prosiding Kolokium FTSP UII


Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

b. Kebutuhan konsumtif tanaman 5.4.2 Analisis Kebutuhan Air Irigasi


padi (ETc) dihitung menggunakan Untuk Tanaman Palawija
Persamaan (3.21) dan koefisien Metode yang digunakan dalam
rerata tanaman dari Tabel 3.5 perhitungan kebutuhan air untuk
ETc = C rerata × ETo palawija sama dengan perhitungan padi.
= 1,10 × 4,198 Perhitungan tanaman palawija tidak
= 4,618 mm/hari memperhitungkan kebutuhan pada saat
c. Perhitungan NFR untuk masa penyiapan lahan dan pergantian air
tanam menggunakan Persamaan (WLR). Evapotranspirasi, koefisien
(3.17) tanaman, perkolasi dan curah hujan
NFR November ke-2 efektif menjadi faktor yang
= ETc + P – Re + WLR diperhitungkan dalam analisis kebutuhan
= 4,618 + 2 – 5,115 + 1,7 air palawija. Musim Tanam I dimulai
= 3,203 mm/hari pada bulan November, Musim Tanam II
Perhitungan kebutuhan air pada Masa pada bulan Maret dan Musim Tanam III
Tanam 1 pada bulan Desember ke-1 pada bulan Juni. Analisi data kebutuhan
hingga Januari ke-2 dihitung air palawija sebagai berikut.
menggunakan cara yang sama dengan
perhitungan pada bulan November ke-2.. 1. Analisis Kebutuhan Air
Perhitungan kebutuhan air untuk Palawija Masa Tanam 1 Pada
golongan B di hitung dengan cara yang Golongan A
sama dengan perhitungan sebelumnya. a. Masa Tanam I dimulai pada bulan
Berikut rekapitulasi Tabel kebutuhan air November, dengan nilai ETo
untuk padi Golongan B. berturut turut dari bulan
November adalah 4,198 mm/hari,
4,368 mm/hari dan 3,730
mm/hari. Hujan efektif (Re)
berturut turut adalah 1,800, 3,653,
4,420, 4,013, 3,720 dan 4,027 dan
koefisien tanaman dari Tabel 3.6
dengan jenis palawija
diasumsikan semua berupa
jagung.
b. Kebutuhan konsumtif tanaman
palawija (ETc) dihitung
menggunakan Persamaan (3.21)
dan koefisien rerata tanaman dari
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 3.5
kebutuhan air bersih untuk tanaman padi ETc Minggu ke-1
didapatkan nilai NFR maksimal sebesar = C × ETo
12,629 mm/hari. Kebutuhan air di pintu = 0,250 × 4,198
pengambilan (DR) dihitung dengan cara = 1,049 mm/hari
yang sama pada perhitungan Gol A. c. Perhitungan NFR untuk masa
tanam I menggunakan Persamaan
Kebutuhan Air Untuk Tanaman Padi Gol A
700
600
(3.17)
Gol B
NFR Minggu ke-1
Debit

500
400
300 = ETc– Re + P
200
100
= 1,049 – 1,800 + 2
0 = 1,249 mm/hari
Jun-01
Nov-1
Nov-02
Des-01
Des-02
Jan-01
Jan-02
Feb-01
Feb-02
Mar-01
Mar-02

Mei-01
Mei-02
Okt-01
Okt-02

Apr-01
Apr-02

Perhitungan NFR diatas merupakan


Gambar 5.6 Kebutuhan Air Irigasi kebutuhan air tanam untuk MT I, Untuk
Untuk Tanaman Padi Gol A dan B menghitung kebutuhan air palawija pada

Prosiding Kolokium FTSP UII - 9


Masa Tanam II dan Masa Tanam III Perhitungan kebutuhan air untuk
dihitung menggunakan cara yang sama palawija pada golongan B dihitung
dengan perhitungan pada Masa Tanam I. dengan cara yang sama pada
Pada Masa Tanam III, luas lahan yang perhitungan golongan A.
direncanakan lebih besar dari pada MT Berikut ini merupakan grafik hasil
I dan MT II. Musim Tanam III seluruh perhitungan kebutuhan air untuk
lahan irigasi direncanakan untuk tanaman palawija.
tanaman palawija. Berikut ini
merupakan hasil perhitungan kebutuhan 500
Kebutuhan Air Untuk Tanaman Palawija

air bersih (NFR) untuk Musim Tanam I, Gol A


Gol B
Musim Tanam II dan Musim Tanam III 400

300

Debit
200

100

Grafik 5.7 Kebutuhan Air Untuk


Tanaman Palawija

Kebutuhan Air Untuk Tanaman Total


700
Palawija A
600
Palawija B
500
Padi B
400
Padi A
Berdasarkan hasil perhitungan 300
kebutuhan air bersih untuk tanaman 200
palawija pada Gol A didapatkan nilai
100
Debit

NFR maksimal sebesar 5,770 mm/hari.


0
Kebutuhan air di pintu pengambilan
(DR) dihitung dengan Persamaan
sebagai berikut:
Gambar 5.8 Grafik Kebutuhan Air
DR = Untuk Tanaman Padi dan Palawija
dengan :
A = Luas Lahan Gol A (MT 1 dan 5.4.3 Perhitungan Neraca Air
MT II : 76 ha, MT III : 292 ha) Analisis keseimbangan antara
EI = Efisiensi Irigasi (0,65) ketersediaan air irigasi yang ada dan
Contoh perhitungan kebutuhan air di kebutuhan air yang diperlukan untuk
pintu pengambilan. kegiatan irigasi menjadi faktor yang
DR (Nov-1) = sangat penting untuk dapat tercapainya
keseimbangan yang optimum.
= 16,908 l/dt.ha Perhitungan neraca air dilakukan untuk
DR (Nov-2) = menyelaraskan apakah air yang tersedia
= 8,586 l/dt.ha cukup memadai untuk kebutuhan air
DR (Des-1) = irigasi di DI Soropadan. Bila debit
sungai tidak melimpah maka ada 3
= 13,067 l/dt.ha pilihan yang bisa dipertimbangkan :
DR (Des-2) = 1. Luas daerah irigasi dikurangi.
= 32,167 l/dt.ha 2. Melakukan modifikasi dalam pola
tanam.

10 - Prosiding Kolokium FTSP UII


Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2016,
Bulan tahun, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

Modifikasi dapat dilakukan Mawardi, Eman. (2010). Desain


dengan perubahan dalam Hidraulik Bangunan Irigasi.
pemilihan tanaman dan tanggal Alfabeta. Bandung
tanam, untuk mengurangi Soemarto. (1993). Hidrologi Teknik.
kebutuhan air irigasi di sawah Penerbit Usaha Nasional. Surabaya
dengan adanya kemungkinan Subarkah, Imam. (1980). Hidrologi
untuk dapat mengairi areal yang Untuk Perencanaan Bangunan Air.
lebih luas dengan debit yang Penerbit Idea Darma. Bandung
tersedia. Sudirman. (2012). Modul Perhitungan
3. Rotasi teknis golongan Debit Andalan Sungai. ITB Press.
Rotasi teknis mengakibatkan Bandung
eksploitasi yang lebih kompleks, Suroso, Agus. (2014). Irigasi dan
selain itu rotasi teknis digunakan Bangunan Air. Penerbit PPBA Mercu
untuk mengurangi kebutuhan Buana. Jakarta.
puncak air irigasi Sulistiono, Bambang. (2013). Rekayasa
Irigasi. (Tidak diterbitkan).
Beikut ini merupakan hasil dari Yogyakarta
perhitungan neraca air. Sriharto. (1993). Analisis Hidrologi.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Ketersediaan
Tim Dosen Teknik Sipil Perguruan
Neraca Air Surplus
Tinggi Swasta se-Indonesia. (1997).
8,00 Kebutuhan
Irigasi dan Bangunan Air. Jakarta:
6,00 Gunadarma
4,00 Triatmojo, Bambang. (2014). Hidrologi
2,00
Terapan. Beta Offset. Yogyakarta
Ananta, Dwi Afri. (2012). Analisis
0,00
Perhitungan Kebutuhan Air Daerah
Jul-01
Mrt-1
Okt--1

Jun-01
Nov-1

Mei-01
Feb-01

Apr-01

Sep-01
Des-01
Jan-01

Ags-1

Irigasi Pakisan Bondowoso. Jurnal


Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan).
Universitas Jember.
Gambar 5.9 Grafik Neraca Air Sujendro. (2013). Ketersediaan dan
5.5 KESIMPULAN Kebutuhan Air Irigasi Pada Rencana
Hasil akhir dari evaluasi ketersediaan Embung Jetis Suruh. Jurnal. STTNAS
dan kebutuhan air pada Daerah Irigasi Yogyakarta.
Soropadan pada Sunga Elo, berupa : Sari, Indra Kusuma. (2012). Analisis
1. Sungai elo selalu mengalirkan air Ketersediaan dan Kebutuhan Air
sepanjang tahun dengan debit yang Pada DAS Sampean. Tugas Akhir.
berfluktuasi. (Tidak Diterbitkan). Universitas
2. Berdasarkan analisis keseimbangan Brawijaya.
(water balance) antara ketersediaan dan
kebutuhan air irigasi. Kebutuhan air
irigasi dapat dipenuhi dengan baik.
3. Ketersediaan air pada DAS Hulu
Sunga Elo sangat melimpah.

6. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Departemen
Pekerjaan Umum. (1986). Standar
Perencanaan Irigasi Kriteria
Perencanaan 01. Badan Penerbit
Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.

Prosiding Kolokium FTSP UII - 11

You might also like