You are on page 1of 18

BAB I

PROFIL DAERAH

A. Profil Provinsi Maluku

Gambar 1. Peta Provinsi Maluku

Provinsi Maluku memiliki luas wilayah 712.479,69. Km², dengan luas


daratan 54.185. Km² dan luas lautannya adalah Luas lautan : 658.294,69. Km².
Dapat kita lihat bahwa Provinsi Maluku memiliki luas lautan yang jauh lebih luas
dari pada daratan, perbandingan wilayah darata dan lautan Provinsi Maluku yaitu
1 : 9. Oleh karena itu Provinsi Maluku dikenal sebagai Kepulauan Maluku.
Gambar 2. Lambang Provinsi Maluku

Daratan propinsi Maluku seluas 85.728. Km² atau 8.572.800 Ha terdiri dari
3 bagian yakni :

1. Tanah datar seluas : 1.251.630 Ha (14,6%)

2. Tanah berombak seluas : 2.417.530 Ha (28,2%)

3. Tanah bukit dan pegunungan : 4.903.640 Ha (57,2%)

Tanah dataran tinggi hampir tidak ada. Pegunungan merupakan sebuah


punggung yang membentang ditengah-tengah pulau membentuk deretan gunung
dengan ketinggian tertinggi 3.055 m.

Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau
besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km²) disusul Pulau
Buru (9.000 Km²), pulau Yamdena (5.085 Km²) dan Pulau Wetar (3.624 Km²).

Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu
pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan anatara system
orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau
ini terdapat empat gunung , 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83%
desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100 m dari permukaan laut.
Propinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, terletak diantara 3˚ Lintang Utara
8.30˚ Lintang Selatan dan 125˚ - 135˚ Bujur Timur dengan batasan sebagai
berikut:

1. di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara


2. di sebelah selatan berbatasan dengan Negara Timor Leste dan
Australia
3. di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Tengah
4. di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Irian Jaya.

B. Profil Kabupaten Maluku tengah

B.1. Kabupaten Maluku tengah

Gambar 3. Peta Kabupaten Maluku Tengah


Kabupaten Maluku Tengah beribukota di Masohi ini memiliki luas wilayah
secara keseluruhan 11.595,57 km2 terbagi menjadi 11 Kecamatan yang
berbatasan langsung dengan Laut Seram di sebelah utara, Laut Banda di sebalah
selatan, Kabupaten Buru di sebelah barat, serta Provinsi Papua di sebelah timur.

Kabupaten maritim memang julukan yang cocok untuk Maluku Tengah


yang mempunyai potensi yang sangat besar di bidang perikanan dan
pertambangan. Daerah kabupaten Maluku Tengah ini terdiri dari 49 pulau-pulau
yang berbatasan dengan perairan Indonesia seperti Laut Seram sebelah utara, Laut
Banda sebelah selatan, Perairan Papau sebeah timur.

Pertemuan lempeng benua Eurasia di barat dengan lempeng Samudera


Pasifik di Timur dan lempeng Samudera Indo-Australia membuat daerah
kabupaten Maluku Tengah ini menjadi rawan gempa dan tsunami. Meskipun
begitu masyarakat yang beraneka rumpun terdapat di kabupaten Maluku Tengah
karena ramai dikunjungi pedagang dari beberapa belahan dunia.

Aktivitas perdagangan lebih mendominasi kegiatan perekonomian dan


hanya bisa diungguli oleh aktivitas pertanian dalam arti luas: pertanian tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Di Maluku
Tengah terdapat 10 pasar dengan pusat kegiatan tersier ini berada di Pasar Binaya
di Kecamatan Kota Masohi, pasar ini melayani perdagangan besar dan eceran
meliputi kebutuhan pokok hingga elektronika dengan distribusi barang-barang ke
berbagai pulau di Kabupaten yang 92,4 persen wilayahnya berupa laut. Komoditas
unggulan perkebunan daerah ini berupa cengkeh juga dikirim ke luar kabupaten
untuk memasok kebutuhan industri rokok. Daerah penghasil cengkeh seperti
Kecamatan Amahe, Kairatu, Seram Barat, Bula, Taniwel, Seram Utara,
Werinama, Leihtu, Salahutu, pulau Haruku, Saparua, Nusa Laut, dan Tehoru.
Komoditas unggulan perkebunan lainnya berupa pala dan fuli ini ditanam di
Kecamatan Seram Timur, Leihitu, dan Saparua. Kelancaran angkutan disertai
peningkatan keamanan telah mendorong ekspor komoditas hasil alam dapat
semakin lancar dikirimkan ke berbagai negara tujuan.

Produk ekspor terbesar Kabupaten yang bermotto Pamahanu Nusa yang


berarti membangun nusa dan bangsa adalah akyu lapis hasil olahan dari hutan di
Pulau Seram, selain itu juga terdapat kayu gergajian, kayu bulat, dan arang kayu
diekspor ke Jepang, Belanda, Belgia, Aljazair, dan negara-negara di Timur
Tengah. Hasil alam lain yang laku di luar negeri adalah ikan tuna dan udang
dalam keadaan beku, kabupaten bergaris pantai 2.230 Km ini memang memilik
potensi besar dalam usaha perikanan.

Daerah ini juga memiliki potensi wisata yang bisa dikembangkan yang dapat
memberikan pemasukan bagi kas daerah ini, obyek wisata yang beragam mulai
dari pantai, goa, danau, air panas, taman laut, wisata budaya, hingga wisata
ssejarah berupa rumah yang dahulu pernah ditempati oleh para pahlawan nasional
dapat dikunjungi.

Di sektor pertambangan, daerah ini juga memiliki potensi tambang berupa


emas, mika hitam, gas bumi, batu bara, dan piryt akan membantu meningkatkan
perekonomian daerah menyusul eksploitasi minyak bumi di Kecamatan Bula oleh
perusahaan asing asal Australia bekerja sama dengan Pertamina dengan produksi
515 barrel per hari.
B.2. Kecamatan Banda Neira

Kepulauan Banda merupakan “berlian” nan eksotis dari kepulauan sebelah


Timur Indonesia. Kepualaun ini terdiri dari sepuluh pulau vulkanis yang tersebar
di Laut Banda, ±140 km sebelah selatan Pulau Seram dan 2.000 km sebelah timur
pulau jawa. Kepulauan yang memiliki luas sekitar 180 km² ini termasuk dalam
wilayah Provinsi Maluku. Kota terbesarnya adalah Bandanaira, terletak di pulau
dengan nama yang sama. Pulau ini sudah dikenal sejak beberapa abad lalu.
Tercatat, hingga pertengahan abad ke-19, Kepulauan Banda merupakan satu-
satunya sumber rempah-rempah pala. Dan menjadi salah satu incaran para
penjajah.
Bicara tentang pulau ini ada yang kurang jika tak menyinggung tentang
selam scuba dan snorkeling. Pulau ini dikenal sebagai salah satu surga bagi
wisatawan yang hobi akan olahraga ekstrem.
Kepulauan Banda terletak di tenggara Pulau Ambon yang terdiri dari 10
pulau kecil yang meliputi luas keseluruhan 55 Km2. Tiga pulau terbesar di
kawasan ini adalah Pulau Neira, Pulau Banda Besar dan Pulau Gunung Api.
Bandaneira adalah satu-satunya kota di kepuluan ini yang terletak di Pulau Neira
di mana terdapat juga pelabuhan udara. Tujuh pulau lainnya merupakan pulau
yang lebih kecil yang sulit dicapai transportasi. Kawasan ini telah menjadi salah
satu tujuan wisata yang disukai turis mancanegara karena keindahan alamnya.
Pulau-pulau di kawasan ini umumnya dikelilingi pantai dengan pemandangan
alamnya yang indah.

Kawasan perairan di kepulauan ini memiliki kehidupan bawah air yang


sangat mengagumkan. Surga bagi penyelam bawah air. Wisatawan juga dapat
melakukan snorkeling di kawasan terumbu karang yang sangat indah. Jika itu
belum cukup, tersedia Gunung Api untuk didaki.

C. Keadaan Geografis
C.1. Provinsi Maluku
Maluku merupakan Provinsi di wilayah Timur Indonesia dengan posisi
strategis antara seluruh wilayah barat dan tengah Indonesia dengan Papua di
Bagian Timur. Demikian juga dapat menghubungkan wilayah selatan termasuk
Australia dan Timor Leste dengan wilayah utara seperti Maluku Utara dan
Sulawesi. Posisi ini menyebabkan Provinsi Maluku sebagai titik persilangan yang
memiliki peranan penting sebagai wilayah transit. Kondisi wilayah kepulauan ini
memberikan arti penting bagi prospek pengembangan ekonomi wilayah yang
tidak hanya bertumpu pada wilayah daratan tetapi sebagian besar akan mengarah
pada pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil.

Secara geografis Provinsi Maluku berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara


di bagian Utara, bagian Timur dengan Provinsi-Provinsi Papua Barat, Sulawesi
Tenggara dan Sulawesi Tengah di bagian Barat, serta dengan Negara Timor Leste
dan Australia di bagian Selatan. Sedangkan secara astronomi Provinsi Maluku
terletak antara 2o30’ – 8o30’ LS dan 124o – 135 o30’ Bujur Timur dengan luas
wilayah 712.479,65 Km2 di mana 54.185 Km2 (7,6%) ialah luas daratan dan
658.294,69 Km2 (92,4%) ialah luas lautan.

Sebagai provinsi kepulauan, Maluku memiliki 32 pulau besar dan kecil.


Pulau-pulau di Maluku antara lain : Pulau Seram (18.625 Km2), Pulau Buru
(9.000 Km2), Pulau Yamdena (5.085 Km2) dan Pulau Wetar (3.624 Km2). Dengan
kondisi wilayah yang dominan perairan, Provinsi Maluku sangat terbuka untuk
berinteraksi dengan provinsi maupun negara sekitar seperti : Provinsi-Provinsi
Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan
Papua, serta Negara Australia dan Timor Leste.

Provinsi Maluku secara administrative terbagi atas 7 kabupaten dan 1 kota, yaitu :

1. Kabupaten Maluku tengah dengan 11 kecamatan, 161 desa dan 6


kelurahan.
2. Kabupaten Maluku tenggara dengan 10 kecamatan, 112 desa dan 4
kelurahan
3. Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan 17 kecamatan, 187 desa dan 1
kelurahan
4. Kabupaten Buru dengan 10 kecamatan, 94 desa
5. Kota Ambon dengan 3 kecamatan, 30 desa dan 20 kelurahan.
6. Kabupaten Seram Bagian Barat dengan 4 kecamatan, 87 desa
7. Kabupaten Seram Bagian Timurdengan 4 kecamatan, 56 desa
8. Kabupaten Kepulauan Aru dengan 3 kecamatan, 30 desa dan 20 kelurahan

Rata-rata kondisi topografi wilayah Kota Ambon agak datar mulai dari pesisir
pantai sampai dengan wilayah pemukiman. Morfologi daratan Kota Ambon
bervariasi dari datar, berombak, bergelombang dan berbukit serta bergunung
dengan lereng dominan agak landai sampai curam. Daerah datar memiliki
kemiringan lereng 0–3%, daerah berombak kemiringan lereng 3–8%, daerah
bergelombang 8–15 %, daerah berbukit 15–30% dan daerah bergunung
kemiringan lerengnya lebih besar dari 30%.

Keadaan topografi wilayah Maluku tengah, Seram Bagian barat dan seram
Bagian timur umumnya berbukit, disebabkan karena pertemuan dua buah lempeng
yang disebut dengan sirkum Pasifik dan Mediterania. Pembentukan ini
menyebabkan topografi wilayahnya merupakan dataran tinggi dengan tingkat
kemiringan diatas 40%. Wilayah dengan kategori kemiringan ini ini termasuk
dalam kategori sangat curam. Pembagian tingkat kelerengan sesuai RTRW
Maluku menunjukkan 4 kelas lereng, masing-masing : lereng datar 0-2%,
landai/bergelombang 3-15%, agak curam 15-40%, dan sangat curam 40%.

Topografi wilayah Maluku Tenggara dibagi atas dataran, berbukit dan


bergunung dengan lereng datar (0-3%), landai/berombak (3-8%), bergelombang
(8-15%), agak curam (15-30%) dan sangat curam (>50%). Ketinggian dari muka
laut kawasan ini dibagi dalam 3 kelas ketinggian yaitu daerah rendah (ketinggian
0 – 100 m), daerah tengah (100 – 500 m), dan dataran tinggi dengan ketinggian
(> 500 m).

Daerah ketinggian pada wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibagi


atas 3 kelas, yaitu : (1) daerah rendah dengan ketinggian 0 – 100 m; (2) daerah
tengah dengan ketinggian 100 – 500 m; dan (3) daerah tinggi dengan ketinggian >
500 m. Distribusi pemukiman desa umumnya berada pada daerah rendah atau
pada daerah dengan ketinggian 0 – 100 m.

Topografi wilayah Kabupaten Buru sebagian besar merupakan daerah


perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan lereng 15 – 40% dan > 40%,
sementara sebaran ketinggian datarannya bervariasi. Puncak gunung tertinggi
adalah gunung Kapalamada berada di wilayah Kecamatan Buru Utara Barat
dengan elevasi 2.736 meter di atas permukaan laut (dpl), menyusul kawasan
disekitar danau Rana dengan elevasi lebih dari 1000 meter dpl, di samping itu
Danau Rana sendiri diperkirakan berada pada kisaran 700 – 750 meter dpl,
sementara terdapat tanah dataran yang tersebar di Kecamatan Buru Utara Timur
dan Buru Utara Selatan terutama di dataran Waeapu. Dengan menggunakan
pendekatan bentang alam, Kabupaten Buru dikelompokkan atas dataran pantai,
perbukitan dan pegunungan termasuk di dalamnya dataran tinggi dengan
kelerengan bervariasi. Daerah ketinggian pada wilayah Kabupaten Buru dibagi
atas 3 kelas, yaitu : (1) Daerah Rendah dengan ketinggian 0 – 100 m; (2) Daerah
Tengah dengan ketinggian 100 – 500 m; dan (3) Daerah Tinggi dengan ketinggian
> 500 m. Distribusi pemukiman desa umumnya berada pada Daerah Rendah atau
pada daerah dengan ketinggian 0 – 100 m.

C.2. Kecamatan Banda Neira.

Kepulauan Banda terdiri dari sepuluh pulau vulkanis yang tersebar di Laut
Banda, ±140 km sebelah selatan Pulau Seram dan 2.000 km sebelah timur Pulau
Jawa. Kepulauan seluas 180 km² ini termasuk dalam wilayah Provinsi Maluku.
Kota terbesarnya, Bandanaira, terletak di pulau dengan nama yang sama. Sekitar
15.000 jiwa tinggal di kepulauan ini. Hingga pertengahan abad ke-19, Kepulauan
Banda merupakan satu-satunya sumber rempah-rempah pala. Kepulauan ini
populer bagi penggemar selam scuba dan snorkeling.

Kepulauan eksotik ini pernah didatangi para selebritis dunia seperti Princess of
York, Sarah Ferguson sampai Mick Jagger. Tidak begitu mudah mengatur
perjalanan ke Banda, penerbangan dari Ambon hanya dilakukan seminggu sekali
dengan pesawat perintis, sementara jadwal kapal Pelni tidak menentu, bisa setiap
sepuluh hari atau dua minggu sekali. Kesulitan transportasi seperti di atas
merupakan peristiwa yang biasa namun merupakan salah satu kendala utama
dunia pariwisata di Maluku atau daerah wisata di Indonesia Bagian Timur lainnya.
D. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk provinsi Maluku pada tahun 2005, berdasarkan


Registrasi Penduduk tahun 2003 adalah sebanyak 1.350.156 jiwa yang mendiami
wilayah seluas 54.185 km2 dengan kepadatan penduduk 25 orang per km2.

Presentase penduduk terbanyak ada pada Kabupaten Maluku Tengah yakni


sebesar 25,31% sedang persebaran penduduk terkecil ada Kabupaten Kepulauan
Aru sebesar 5,44%. Kendati demikian, tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada
di Kota Ambon yakni 697 orang per km2 dan terendah di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat sebanyak 11 orang per km2.

Berdasarkan hasil Susenas 2004, Provinsi Maluku menempati urutan ke-


28 dari 30 provinsi di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak. 1.238.812
yang terdiri dari 618.244 laki-laki dan 650.568 perempuan.

Data jumlah penduduk Provinsi Maluku tahun 2006 dari Bappeda Provinsi
Maluku tercatat sebanyak 1.368.220 orang. Dari total tersebut penduduk usia
kerja sebanyak 859.502 orang, angkatan kerja sebanyak 515.553 orang, bukan
angkatan kerja sebanyak 343.949 orang dan prosentase penduduk bekerja sebesar
85.55 dan pengangguran sebesar 14,5 %.

Tabulasi Penduduk

Jumlah Penduduk Tahun 2005 dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Maluku
per Kabupaten/Kota Tahun 2000-2005.

Berdasarkan data BPS 2005/2006, Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon
merupakan wilayah terpadat dengan penduduk diatas 200.000 jiwa namun atas
fungsinya, Ambon sebagai ibukota provinsi memiliki laju pertumbuhan penduduk
yang lebih besar dari seluruh kabupaten/kota.
Jumlah penduduk Maluku per kabupaten/kota

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan


Penduduk (2000-2005)
(jiwa)
Maluku Tenggara Barat 160.062 1,33

Maluku Tenggara 147.182 2,92

Maluku Tengah 341.835 1,49

Buru 136.381 1,74

Kepulauan Aru 73.516 2,33

Seram Bagian Barat 148.788 2,09

Seram Bagian Timur 79.425 1,31

Ambon 262.967 4,98


MALUKU 1.350.156 2,38

Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin per


Kabupaten/Kota Tahun 2006

Berdasarkan data sementara dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dari


1.334.976 penduduk Maluku pada tahun 2006, sebanyak 674.049 adalah laki-laki
dengan kelompok terbesar pada kelompok usia produktif (15-44 tahun) sebanyak
305.310 orang; yang lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah perempuan
yakni 660.927 orang, tetapi dengan kelompok usia produktif yang jauh lebih
banyak yakni sebesar 318.840 orang. Berdasarkan rasio jenis kelamin maka Kota
Ambon memiliki rasio jenis kelamin terkecil yaitu 94.02%, sedangkan Kabupaten
Seram Bagian Barat memiliki rasio jenis kelamin yang terbesar yaitu 112.0
Persebaran Kepadatan Penduduk per Kabupaten/Kota.

Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan


penduduk tertinggi adalah Kota Ambon sebesar 697 orang per km2 dan kepadatan
penduduk terendah adalah Maluku Tenggara Barat sebanyak 11 orang per km2.

Tingkat Kepadatan Penduduk Berdasarkan Kabupaten/kota

Kepadatan penduduk
2
Kabupaten/Kota Luas area (km )
per km2
Maluku Tenggara Barat 15.033,00 11

Maluku Tenggara 3.665,00 40

Maluku Tengah 11.595,57 29

Buru 9.247,00 15

Kepulauan Aru 6.269,00 12

Seram Bagian Barat 4.046,35 37

Seram Bagian Timur 3.952,08 20

Ambon 377 697


MALUKU 54.185,00 25

Tabel. Tingkat Kepadatan Penduduk Provinsi Maluku

Revitalisasi nilai-nilai budaya daerah sebagai modal sosial terus diupayakan


demi terpeliharanya relasi-relasi sosial yang sebelumnya terpelihara secara
harmonis berdasarkan nilai-nilai kebangsaan dan budaya lokal. Untuk itu, pranata
pemerintahan “negeri” di Maluku kembali di-PERDA-kan sebagai modal sosial
yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan daerah yang berbasis
potensi lokal.
Nilai-nilai sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat
Maluku merupakan salah satu modal dasar bagi peningkatan persatuan dan
kesatuan termasuk menyemangati masyarakat dalam melaksanakan pembangunan
di daerah ini. Hubungan-hubungan kekerabatan adat dan budaya harus terus
didorong sehingga dapat menciptakan sinergitas yang andal bagi upaya bersama
membangun Maluku Baru di masa mendatang.

Meskipun masyarakat di daerah ini mencerminkan karakteristik masyarakat


yang multikultur, tetapi pada dasarnya mempunyai kesamaan-kesamaan nilai
budaya sebagai representasi kolektif. Salah satu di antaranya adalah filosofi
Siwalima yang selama ini telah melembaga sebagai world view atau cara pandang
masyarakat tentang kehidupan bersama dalam kepelbagaian. Di dalam filosofi ini,
terkandung berbagai pranata yang memiliki common values dan dapat ditemukan
di seluruh wilayah Maluku. Sebutlah pranata budaya seperti masohi, maren, sweri,
sasi, hawear, pela gandong, dan lain sebagainya. Adapun filosofi Siwalima
dimaksud telah menjadi simbol identitas daerah, karena selama ini sudah
dijadikan logo dari Pemerintah Daerah Maluku.

Kegiatan panas pela dan gandong misalnya, dewasa ini terus diupayakan
untuk dihidupkan kembali agar dapat berfungsi sebagai katup pengaman dalam
kerangka memelihara tertib kehidupan sosial di Maluku. Hubungan kekerabatan
adat dan budaya lain telah dibangun kembali baik oleh masyarakat sendiri
maupun yang difasilitasi pemerintah, sehingga tercipta sinergitas upaya
pemulihan di segala bidang.

Pola usaha pertanian “dusun” dan pola dagang “papalele” merupakan budaya
usaha tradisional yang masih berlangsung hingga saat ini. Untuk dapat
menciptakan daya saing, “dusun” dan “papalele” perlu dikaji lebih mendalam agar
masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan. Di samping itu, pola-
pola konservasi yang dikembangkan masyarakat adat untuk sumberdaya alam
darat maupun laut dengan pendekatan sistem “sasi”. Upaya-upaya ini diarahkan
secara tradisional untuk menjaga keseimbangan lingkungan.

Pendukung kebudayaan di Maluku terdiri dari ratusan sub suku, yang dapat
diindikasikan dari pengguna bahasa lokal yang diketahui masih aktif
dipergunakan sebanyak 117 dari jumlah bahasa lokal yang pernah ada kurang
lebih 130-an.

Menurut bentuk usaha, pengembangan perkebunan di Maluku dibedakan


menjadi dua yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan Besar (Negara dan Swasta).
Komoditi utama usaha perkebunan rakyat antara lain, kelapa, cengkih, pala,
kakao, kopi, jambu mete, dan kapuk. Sedangkan untuk perkebunan besar komoditi
utamanya adalah karet, kelapa, pala, kakao dan cengkih

E. Spesifikasi Daerah
Banda Neira adalah gugusan pulau-pulau kecil yang terletak disebelah
Tenggara pulau Ambon propinsi Maluku dan termasuk dalam wilayah kabupaten
Maluku Tengah.

Banda Neira adalah kota tua yang penuh kenangan dan bagian dari sejarah dunia
internasional yang tidak terlupakan. Neira adalah ibu kota kecamatan Banda, kota
yang telah berumur lima abad, sebuah kota tua yang menyimpan misteri suka dan
duka bagi semua penduduknya, kota yang oleh sejarawan asing disebut sebagai
“een klein Europeesche Stad in Zuid-Oost Azie atau group dari kota-kota eropa
yang dimiliki Asia Tenggara.
Kalau saat ini, wilayah Timur Tengah menjadi rebut-rebutan negara-negara Barat
karena kandungan minyak diperut buminya, maka pada sekitar akhir tahun 1500-
an sampai dengan akhir tahun 1800-an, Banda Neira menjadi tempat rebut-
rebutan bangsa Barat karena buah palanya. Berabad-abad bangsa Portugis,
Belanda dan Inggris, secara bergantian atau bersama-sama menguasai Banda
Neira, sampai pada akhirnya Jepang datang untuk menghancurkan semua apa
yang ada di kota ini, kota yang memiliki bentuk sebagai een klein Europeesche
Stad in Zuid-Oost Azie itu.
Berikut ini merupakan daerah wisata dan kebudayaan khas di Banda Neira :
1. Tarian adat cakalele

2. Tempat wisata yang indah.


Benteng Peninggalan Belanda
Taman Laut yang indah

Masakan khas Banda


http://www.dodydody.com/klien/banda/kategori.asp?kat=SEJA-BELG
http://wisata-kami.blogspot.com/2008/10/peninggalan-sejarah-dan-
purbakala-di.html

http://siswa.univpancasila.ac.id/ratie/2010/11/03/keindahan-di-pulau-banda/

http://siswa.univpancasila.ac.id/ratie/2010/11/14/lebih-dekat-dengan-pulau-
banda/

http://profil-pulau.blogspot.com
http://beritadaerah.com

http://regionalinvestment.com

http://www.bkpmd-maluku.com

You might also like