You are on page 1of 25
BUPATI TAPANULI UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI TAPANULI UTARA NOMOR ©4 TAHUN 2019 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 07 TAHUN 2018 TENTANG Menimbang : Mengingat BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPANULI UTARA, bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 07 Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 07 Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa; 1 Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 7 Drt. Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara Jo. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1964 tentang Pembentukan Kabupaten Dairi Jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing Natal Jo. Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5233); Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 8. Peraturan Menteri Desa, Pembangungan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036); 10. Peraturan Menteri Dalam = Negeri_- Republik —_ Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 tentang Laporan Kepala Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1099); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2017 Nomor 89); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 07 Tahun 2018 tentang Badan Permusyawaratan Desa. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI UTARA NOMOR 07 ‘TAHUN 2018 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. am Daerah adalah Daerah kabupaten Tapanuli Utara. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelengaraan pemerintah daerah. Bupati adalah Bupati Tapanuli Utara. Camat adalah pemimpin kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18, 19. 20. (1) Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa adalah kepala desa dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Kepala Desa atau sebutan lain adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan_ keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Diberhentikan sementara adalah suatu keadaan dimana seseorang diberhentikan sementara waktu dari jabatannya karena sebab-sebab tertentu dan masih terbuka kemungkinan bagi yang bersangkutan untuk diangkat kembali. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa yang dipimpin seorang Kepala Dusun. Tokoh masyarakat adalah pemuka pemuka agama, wanita, pemuda dan pemuka- pemuka masyarakat lainnya yang bertempat tinggal di desa yang bersangkutan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa. Pengawasan kinerja Kepala Desa adalah proses monitoring dan evaluasi BPD terhadap pelaksanaan tugas Kepala Desa. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang selanjutnya disingkat LKPPD atau yang disebut dengan nama lain adalah laporan Kepala Desa kepada BPD atas capaian pelaksanaan tugas Kepala Desa dalam satu tahun anggaran. Panitia penjaringan dan penyaringan BPD yang selanjutnya disebut panitia Pemilihan BPD adalah panitia yang dibentuk berdasarkan musyawarah Desa yang bertugas melakukan persiapan pemilihan, penjaringan, penyaringan dan menetapkan hasil pemilihan calon BPD. Unsur masyarakat adalah warga masyarakat yang memiliki hak pilih memberikan suara dalam pemilihan sesuai ketentuan perundang-undangan. Unsur wakil masyarakat adalah perwakilan masyarakat yang memiliki hak pilih sesuai ketentuan perundang-undangan yang berasal dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, perwakilan kelompok nelayan, perwakilan kelompok pengrajin, perwakilan kelompok perempuan, perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak, perwakilan kelompok masyarakat miskin dan unsur masyarakat lain sesuai kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hari adalah hari kerja. BAB II KEANGGOTAAN BPD Bagian Kesatu Umum Pasal 2 Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan melalui pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan; (2) Keterwakilan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wilayah dusun dalam Desa dan keterwakilan perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterwakilan Desa; (3) Dalam rangka pengisian keanggotaan BPD, Kepala Desa membentuk Panitia Pemilihan BPD dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; (4) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPD dalam jangka 6 (enam) bulan sebelum keanggotaan BPD berakhir; Bagian Kedua Jumlah Anggota BPD Pasal 3 (1) Anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit (5) lima orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan jumlah penduduk, keterwakilan perempuan dan kemampuan keuangan Desa; (2) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; (3) Penetapan jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berdasarkan komposisi jumlah penduduk desa dengan perincian sebagai berikut : a, Jumlah penduduk sampai dengan 1,500 (seribu lima ratus) jiwa, anggota BPD sebanyak 5 (lima) orang; b. Jumlah penduduk 1.501 (seribu lima ratus satu) jiwa sampai dengan 2.000 (dua ribu jiwa), anggota BPD sebanyak 7 (tujuh) orang; dan c. Jumlah penduduk lebih dari 2.000 (dua ribu) jiwa, anggota BPD sebanyak 9 (sembilan) orang. (4) Jumlah anggota BPD yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berasal dari 2 (dua) unsur terdiri dari : a. Unsur perwakilan Dusun; b. Unsur perwakilan perempuan paling sedikit berjumlah 1 (satu) orang. Bagian Ketiga Pembagian Wilayah dan Keanggotaan BPD Pasal 4 (1) Pemerintah Desa dan BPD menetapkan bagian wilayah Desa sebagai wilayah pemilihan yang berhak mendapatkan perwakilan anggota BPD dari unsur perwakilan wilayah Dusun sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) dan jumlah perwakilannya; (2) Bagian wilayah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Dusun; atau b. Gabungan Dusun. (3) Jumlah perwakilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan secara proporsional dengan memperhatikan jumlah penduduk; (4) Dalam hal dusun lebih banyak dari calon jumlah BPD maka dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan dusun untuk mewakili 1 (satu) atau lebih calon anggota BPD; (6) Dalam hal calon anggota BPD lebih banyak dari jumlah dusun maka jumlah penduduk yang lebih banyak berhak memiliki jumlah calon BPD lebih banyak dari dusun lainnya; (6) Penetapan wilayah pemilihan dan jumlah perwakilannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara; BAB III PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD Bagian Kesatu Panitia Pengisian Anggota BPD Paragaraf 1 Pembentukan Panitia Pasal 5 (1) Kepala Desa membentuk Panitia Pemilihan BPD, dengan mengadakan rapat pembentukan Panitia Pemilihan BPD dengan melibatkan Perangkat Desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat; (2) Dalam hal jabatan Kepala Desa lowong dan diangkat Penjabat Kepala Desa, maka penjabat Kepala Desa mempunyai kewenangan dalam proses pembentukan Panitia Pemilihan BPD; (3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur Perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah ganjil yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa; (4) Keputusan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan; (5) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling banyak 11 (sebelas) orang, terdiri atas unsur Perangkat Desa paling banyak 3 (tiga) orang dan unsur masyarakat paling banyak 8 (delapan) orang; (6) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan wakil dari wilayah pemilihan; (7) Panitia Pemilihan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5), terdiri atas : a. Ketua merangkap anggota 1 (satu) orang; b. Sekretaris merangkap anggota 1 (satu) orang; c, Bendahara merangkap anggota (1) orang; dan d. Anggota-anggota; Paragaraf 2 ‘Tugas Panitia Pemilihan Pasal 6 (1) Panitia pemilihan Anggota BPD, mempunyai tugas : menetapkan tata cara pemilihan; menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan dan pencalonan anggota BPD; mengumumkan dan menerima pendaftaran bakal calon anggota BPD; melakukan penelitian berkas persyaratan administrasi pendaftaran bakal calon anggota BPD dan hasilnya ditetapkan dalam Berita Acara Hasil Penelitian; e. mengumumkan calon anggota BPD yang memenuhi pesyaratan; f mengundang perwakilan masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan dari masing- masing wilayah pemilihan; g mengundang perwakilan perempuan dalam pelaksanaan pemilihan dari perwakilan perempuan; h. melaksanakan pemilihan untuk menentukan anggota BPD terpili i. menyusun Berita Acara hasil pemilihan; j. menetapkan calon anggota BPD hasil pemilihan sebagai anggota BPD untuk disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat; k. mengajukan biaya pemilihan anggota BPD kepada kepala Desa. Boge Bakal calon anggota BPD dibagi menjadi 2 (dua) unsu (2) Penetapan tata cara pemilihan berdasarkan musyawarah panitia, pemerintah desa dan unsur masyarakat; (3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan panitia pemilihan; Bagian Kedua Pencalonan Anggota BPD Paragaraf 1 Umum Pasal 7 a. Bakal calon dari perwakilan wilayah dusun; dan b, Bakal calon dari perwakilan perempuan. Paragaraf 2 Syarat Pencalonan Pasal 8 Persyaratan calon anggota BPD adalah : a. bertagwa kepada Tuhan yang Maha Esa; b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memlihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah; d. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat; e. bukan sebagai perangkat Desa; f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD; g. wakil pendududuk desa yang dipilih secara demokratis; h, bertempat tinggal di wilayah pemilihan; dan i. tidak pernah menjabat sebagai anggota BPD selama 3 (tiga) kali masa jabatan. Pasal 9 (1) Warga Negara Republik Indonesia yang mencalonkan diri sebagai anggota BPD wajib menyampaikan surat permohonan secara tertulis dengan tinta warna hitam perihal permohonan pencalonan sebagai anggota BPD di atas kertas bermaterai Rp. 6.000,- kepada Panitia Pemilihan dengan melampirkan : a. Surat pernyataan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; c. Fotokopi ijazah Sekolah Menengah Pertama atau sederajat dan dilegalisir oleh pejabat yang berwenang; d. Fotokopi KTP, apabila KTP belum jadi maka dapat dibuktikan dengan surat keterangan bahwa yang bersangkutan telah melakukan perekaman KTP dari pejabat yang berwenang; ¢. Surat pernyataan tidak pernah menjabat sebagai anggota BPD selama 3 (tiga) kali masa jabatan dari instansi terkait; f. Surat keterangan bertempat tinggal di wilayah pemilihan dari Kepala Desa; g. Surat keterangan berbadan sehat jasmani dan rohani dari Puskesmas setempat; h. Surat pernyataan bersedia dicalonkan sebagai anggota BPD; dan i. Pas photo ukuran 4 x 6 cm, sebanyak 3 (tiga) lembar; (2) Berkas persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing dibuat rangkap 2 (dua) dan ditujukan kepada Panitia Pemilihan BPD, dengan rincian : a. Berkas pertama beserta permohonan pendaftaran untuk Panitia Pemilihan; b. Berkas kedua disampaikan panitia kepada Camat. (3) Panitia memiliki kewenangan melakukan koordinasi, meminta keterangan dalam rangka meneliti keabsahan berkas-berkas persyaratan administrasi bakal calon kepada pihak-pihak berwenang; (4) Bakal calon BPD tidak diperkenankan sekaligus menjadi panitia pemilihan BPD; Paragaraf 3 Penjaringan Bakal Calon Pasal 10 (1) Penjaringan bakal calon anggota BPD dilakukan oleh Panitia Pemilihan anggota BPD dengan membuka pengumuman dan pendaftaran bakal calon anggota BPD; (2) Pengumuman dan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari, sejak dibukanya pendaftaran; (3) Dalam hal pengumuman dan pendaftaran pertama belum diperoleh bakal calon yang memenuhi persyaratan atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan, dibuka pengumuman dan pendaftaran kedua dengan jangka waktu paling lama 5 (lima) hari; (4) Panitia pemilihan anggota BPD mengadakan penelitian administrasi terhadap berkas persyaratan bakal calon anggota BPD setelah pengumuman dan pendaftaran ditutup; (5) Hasil penelitian persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), dituangkan dalam Berita Acara Hasil Penilitian yang digunakan menjadi dasar oleh Panitia Pemilihan untuk menetapkan bakal calon anggota BPD yang memenuhi persyaratan sebagai Calon Anggota BPD yang berhak dipilih. Pasal 11 (1) Dalam hal setelah dibuka pengumuman dan pendaftaran kedua scbagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (3) tidak terdapat bakal calon yang mendaftar atau jumlah bakal calon pendaftar yang memenuhi persyaratan tetapi tidak memenuhi ketentuan, maka Panitia Pemilihan Anggota BPD menuangkan dalam Berita Acara dan selanjutnya untuk mengisi atau melengkapi jumlah anggota BPD yang dibutuhkan Panitia Pemilihan dapat menunjuk calon anggota BPD yang memenuhi persyaratan yang berasal dari unsur-unsur + a. Perwakilan wilayah masing-masing dusun; dan b. Perwakilan perempuan dari wilayah desa, (2) Calon anggota BPD yang telah ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya melengkapi persyaratan adminitrasi persyaratan; (3) Panitia menetapkan calon anggota BPD dan disampaikan kepada Kepala Desa untuk diteruskan kepada Camat paling lama 3 (tiga) hari sejak ditetapkan dengan melampirkan : a. Berita Acara hasil pengumuman dan pendaftaran bakal calon anggota BPD; b. Berita Acara perpanjangan waktu pendaftaran bakal calon anggota BPD; c. Berita Acara hasil penjaringan dan penyaringan serta penunjukan calon anggota BPD; dan. d. Berkas administrasi persyaratan bakal calon anggota BPD yang ditetapkan. Bagian Ketiga Paragaraf 1 Pemilihan Secara Langsung Pasal 12 (1) Dalam hal pengisian anggota BPD ditetapkan melalui proses pemilihan langsung, panitia Pemilihan BPD menyelenggarakan pemilihan langsung anggota BPD; (2) Peserta pemilih berasal dari penduduk setempat dalam wilayah dusun yang mempunyai hak pilih berdasarkan ketentuan; (3) Jumlah dan peserta pemilih yang berhak memberi suara sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Panitia Pemilihan BPD berdasarkan hasil musyawarah pemerintah desa bersama masyarakat; (4) Panitia pemilihan BPD mempersiapkan, memfasilitasi penyediaan peralatan, perlengkapan dan tempat pemungutan suara, melaksanakan pemungutan suara, menetapkan hasil rekapitulasi perhitungan suara dan mengumumkan_hasil pemilihan; Paragaraf 2 Pemilihan melalui Musyawarah Perwakilan Pasal 13 (1) Dalam hal pengisian anggota BPD ditetapkan melalui proses pemilihan melalui Musyawarah Perwakilan, pemilihan BPD dilakukan oleh unsur wakil masyarakat; (2) Jumlah masing-masing unsur wakil masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Panitia Pemilihan berdasarkan hasil musyawarah bersama pemerintah desa dan masyarakat dengan mempertimbangkan jumlah penduduk; (3) Unsur wakil masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2, berasal dari : a. Tokoh adat; b. Tokoh agama; c. Tokoh masyarakat; d. Tokoh pendidikan; e. Perwakilan kelompok tani; f. Perwakilan kelompok nelayan; g. Perwakilan kelompok pengrajin; h, Perwakilan kelompok perempuan; i. Perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; j- Perwakilan kelompok masyarakat miskin; dan k. Unsur masyarakat lain sesuai kondisi sosial budaya masyarakat setempat. (4) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan apabila kuorum telah terpenuhi, yaiutu dihadiri 50 % (lima puluh persen) ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta musyawarah yang ditetapkan dan diundang dibuktikan dengan daftar hadir; (5) Kehadiran peserta musyawarah tidak dapat diwakilkan dan setiap peserta mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat; Pasal 14 (1) Dalam hal jumlah peserta musyawarah belum memenuhi kuorum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4), maka pimpinan musyawarah menunda waktu pelaksanaan musyawarah paling lama 1 (satu) jam; (2) Dalam hal sampai batas waktu penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kuorum belum terpenuhi, atas pertimbangan pengarah dan atau fasilitator musyawarah, pimpinan musyawarah dapat melanjutkan pelaksanaan musyawarah; (3) Keputusan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap sah; Paragaraf 3 ‘Tata Cara Musyawarah Pasal 15 (1) Pemilihan anggota BPD melalui musyawarah perwakilan sedapat mungkin dilaksanakan melalui musyawarah dan mufakat; (2) Musyawarah perwakilan pemilihan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi 2 (dua) tahap kegiatan yakni : a. Musyawarah pemilihan berdasarkan keterwakilan wilayah; dan b. Musyawarah pemilihan berdasarkan keterwakilan perempuan; Pasal 16 (1) Pemilihan anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) huruf a dilakukan untuk memilih calon anggota BPD dari unsur wakil wilayah pemilihan; (2) Pemilihan unsur wakil wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh unsur wakil masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3); (3) Pelaksanaan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan di Kantor Kepala Desa atau dimasing-masing wilayah pemilihan; (4) Pelaksanaan musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh Ketua Panitia pemilihan anggota BPD atau anggota yang ditunjuk dan dapat dihadiri oleh Kepala Desa dan Camat atau pejabat lain yang ditunjuk sebagai pengarah atau fasilitator; Pasal 17 (1) Pemilihan anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (2) huruf b dilakukan untuk memilih 1 (satu) orang wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 huruf b; (2) Pemilihan unsur wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan khusus oleh perempuan warga Desa yang memiliki hak pilih; Pasal 18 (1) Dalam hal mekanisme musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) tidak mendapatkan hasil/kesepakatan, penetapan anggota BPD dapat dilaksanakan dengan mekanisme pemungutan suara atau voting; (2) Penetapan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan peringkat perolehan suara terbanyak; (3) Calon anggota BPD yang tidak ditetapkan sebagai anggota BPD, scbagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai urutannya ditetapkan sebagai calon pengganti anggota BPD antarwaktu dari wilayah pemilihannya; Paragaraf 4 Penetapan Calon Terpilih Pasal 19 (1) Hasil pemilihan calon anggota BPD dituangkan dalam Berita Acara dan ditandatangani oleh Ketua dan paling sedikit 2 (dua) anggota Panitia Pemilihan BPD; (2) Berdasarkan Berita Acara hasil pemilihan anggota BPD, panitia pemilihan menetapkan anggota BPD terpilih dan disampaikan kepada Kepala Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan dengan melampirkan : a. Berita Acara musyawarah pemilihan BPD; b. Daftar hadir peserta musyawarah pemilihan anggota BPD; c. Berkas calon anggota BPD terpilih. (3) Keputusan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia pengisian untuk diresmikan oleh Bupati dengan melampirkan : a. Berita Acara pemilihan anggota BPD; b. Daftar hadir peserta musyawarah pemilihan anggota BP! c. Berkas calon anggota BPD; (4) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Paragaraf 5 Peresmian Anggota BPD Pasal 20 (1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan anggota BPD dari Kepala Desa; (2) Sebelum melaksanakan tugasnya BPD terpilih melakukan pengucapan sumpah /janji sebagai anggota paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya Keputusan Bupati mengenai peresmian anggota BPD; Bagian Keempat Pengambilan Sumpah /Janji Pasal 21 (1) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya bersumpah/berjanji secara bersama- sama dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk; (2) Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut : “Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil- adilnya; Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia” (3) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan agamanya masing-masing, dilanjutkan penandatanganan Berita Acara pengucapan sumpah/janji. 10 BAB IV MASA JABATAN ANGGOTA BPD Pasal 22 (1) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. (2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. BAB V PEMBERHENTIAN, PEMBERHENTIAN SEMENTARA, DAN PENGISIAN ANGGOTA BPD ANTAR WAKTU, Bagian Kesatu Pemberhentian Anggota BPD Pasal 23 (1) Anggota BPD berhenti karena: a. meninggal dunia; @ b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan. (2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena: a. berakhir masa keanggotaan; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD; d. melanggar larangan sebagai anggota BPD; e. tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota BPD; f. melanggar sumpah /janji jabatan dan kode etik BPD; g. dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; h. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPD lainnya yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah; ® i, bertempat tinggal diluar wilayah asal pemilihan dan/atau j. ditetapkan sebagai calon kepala desa. Pasal 24 (1) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD berdasarkan_hasil musyawarah BPD dituangkan dalam Keputusan BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa. (2) Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian. (3) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian. (4) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BPD paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota BPD. (5) Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedua Pemberhentian Sementara Anggota BPD Pasal 25 (1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara. (2) Mekanisme pemberhentian sementara sama dengan pemberhentian _tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24. (3) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara berkedudukan sebagai pimpinan BPD, diikuti dengan pemberhentian sebagai pimpinan BPD. (4) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan BPD pengganti antarwaktu. Bagian Ketiga Pemilihan Anggota BPD Antarwaktu Pasal 26 (1) Apabila terdapat anggota BPD yang berhenti sebelum masa keanggotaannya berakhir, diisi melalui pengisian keanggotaan BPD antarwaktu. (2) Anggota BPD antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari keterwakilan perempuan atau wilayah yang sama. (3) Pengisian keanggotaan BPD antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui mekanisme musyawarah BPD yang ditetapkan dengan Keputusan BPD. (4) Dalam hal penetapan anggota BPD dilaksanakan dengan mekanisme pemungutan suara atau voting atau pemilihan langsung, maka anggota BPD yang berhenti antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut berikutnya berdasarkan perolehan suara pada saat pemilihan. (5) Dalam hal calon anggota BPD nomor urut berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota BPD, maka digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut berikutnya. (6) Dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) tidak dapat dilaksanakan karena nomor urut berikutnya meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat, maka dilakukan pemilihan BPD antarwaktu dengan mekanisme pemilihan BPD dengan musyawarah perwakilan. (7) Keputusan BPD sebagaimana ayat (3) diusulkan oleh pimpinan BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa, selanjutnya Kepala Desa menyampaikan kepada Bupati melalui Camat. Pasal 27 (1) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak pemberhentian anggota BPD ditetapkan, Kepala Desa menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD yang diberhentikan kepada Bupati melalui Camat. (2) Camat menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan dari Kepala Desa. (3) Bupati meresmikan calon pengganti anggota BPD menjadi anggota BPD dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikannya usul penggantian anggota BPD dari Kepala Desa. 12 Pasal 28 (1) Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota BPD yang digantikannya. (2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung 1 (satu) periode. Pasal 29 (1) Penggantian antarwaktu anggota BPD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota BPD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan. (2) Keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kosong sampai berakhirnya masa jabatan anggota BPD. BAB VI KELEMBAGAAN DAN MUSYAWARAH BPD. Bagian Kesatu Pimpinan BPD Pasal 30 (1) Kelembagaan BPD terdit a. Pimpinan; dan b. Bidang. (2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. 1 (satu) orang ketua; b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan c. 1 (satu) orang sekretaris. (3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan kemasyarakatan; dan b. bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. (4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua bidang. (5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagai anggota BPD. atas: Pasal 31 (1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPD, dapat diangkat 1 (satu) orang tenaga staf administrasi BPD dengan Keputusan Kepala Desa; (2) Persyaratan menjadi tenaga staf administrasi BPD harus memenuhi : a. Warga desa setempat; b. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah atas atau sederajat; c, Memahami bidang pemerintahan dan menguasai tugas dan fungsi BPD; d. Dapat mengoperasikan komputer minimal mikroshop word; . Usia minimal 20 (dua puluh) sampai dengan 45 (empat puluh lima) tahun; (3) Tenaga staf administrasi BPD dapat diberikan honor sesuai dengan kemampuan keuangan desa yang bersumber dari APBDesa; (4) Masa kerja tenaga staf administrasi BPD ditetapkan dalam surat Keputusannya selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan mempertimbangkan kinerja, kebutuhan tugas dan kemampuan keuangan desa. Pasal 32 (1) Pimpinan BPD dan ketua bidang dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus. (2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. (3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah /janji. (4) Rapat pemilihan pimpinan dan/atau ketua bidang berikutnya karena pimpinan dan/atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau pimpinan BPD lainnya berdasarkan kesepakatan pimpinan BPD. Pasal 33 (1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) yang terpilih, ditetapkan dengan keputusan BPD. (2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku setelah mendapatkan pengesahan Camat atas nama Bupati. Bagian Kedua Musyawarah BPD Pasal 34 Mekanisme musyawarah BPD sebagai berikut: a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD; b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD; . pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat; d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara; pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit 1/2 (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan f. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPD. BAB VII FUNGSI DAN TUGAS ANGGOTA BPD Bagian Kesatu Fungsi BPD Pasal 35 BPD mempunyai fungsi: a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Bagian Kedua ‘Tugas BPD Pasal 36 Dalam melaksanakan fungsinya, BPD mempunyai tugas: a, menggali aspirasi masyarakat; 14 b. menampung aspirasi masyarakat; c. mengelola aspirasi masyarakat; menyalurkan aspirasi masyarakat; ¢. menyelenggarakan musyawarah BPD; f. menyelenggarakan musyawarah Desa; g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; h, menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu; i, membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa; k, melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 1. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa dan lembaga Desa lainnya; dan melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan. Paragaraf 1 Penggalian Aspirasi Masyarakat Pasal 37 (1) BPD melakukan penggalian aspirasi masyarakat. (2) Penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan langsung kepada kelembagaan dan masyarakat Desa termasuk kelompok masyarakat miskin, masyarakat berkebutuhan khusus, perempuan, kelompok marjinal. (3) Penggalian aspirasi dilaksanakan berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dituangkan dalam agenda kerja BPD. (4) Pelaksanaan penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan panduan kegiatan yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, sasaran, waktu dan uraian kegiatan. (5) Hasil penggalian aspirasi masyarakat Desa disampaikan dalam musyawarah BPD. Paragaraf 2 Menampung Aspirasi Masyarakat Pasal 38 (1) Pelaksanaan kegiatan penampungan aspirasi masyarakat dilakukan di sekretariat BPD. (2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) diadministrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPD. Paragaraf 3 Pengelolaan Aspirasi Masyarakat Pasal 39 (1) BPD mengelola aspirasi masyarakat Desa melalui pengadmi aspirasi. (2) Pengadministrasian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pembidangan yang meliputi bidang pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa. istrasian dan perumusan (3) Perumusan aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara menganalisa dan merumuskan aspirasi masyarakat Desa untuk disampaikan kepada Kepala Desa dalam rangka mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan kesejahteraan masyarakat Desa. Paragaraf 4 Penyaluran Aspirasi Masyarakat Pasal 40 (1) BPD menyalurkan aspirasi masyarakat secara lisan dan/atau tertulis. (2) Penyaluran aspirasi masyarakat secara lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana bentuk penyampaian aspirasi masyarakat oleh BPD dalam musyawarah BPD yang dihadiri Kepala Desa. (3) Penyaluran aspirasi masyarakat secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk penyampaian aspirasi melalui surat dalam rangka penyampaian masukan bagi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, permintaan keterangan kepada Kepala Desa, atau penyampaian rancangan Peraturan Desa yang berasal dari usulan BPD. Paragaraf 5 Penyelenggara Musyawarah BPD Pasal 41 (1) Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan Keputusan BPD terhadap hal-hal yang bersifat strategis. (2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti musyawarah pembahasan dan penyepakatan rancangan Peraturan Desa, evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, usulan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa, menetapkan peraturan tata tertib BPD, dan usulan pemberhentian anggota BPD. (3) BPD menyelenggarakan musyawarah BPD dengan mekanisme, sebagai berikut: a, musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD; b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD; ©. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat; d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara; . pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit 1/2 (setengah) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan f, hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPD. Paragaraf 6 Penyelenggaraan Musyawarah Desa Pasal 42 (1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa. (2) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 16 (3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. penataan Desa; b. perencanaan Desa; c. kerja sama Desa; d. rencana investasi yang masuk ke Desa; €. pembentukan BUM Desa; f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; g kejadian luar biasa. (4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. tokoh adat; b. tokoh agama; ¢. tokoh masyarakat; d. tokoh pendidikan; e. perwakilan kelompok tani; f, perwakilan kelompok nelays & perwakilan kelompok perajin; h. perwakilan kelompok perempuan; i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan j. perwakilan kelompok masyarakat kurang mampu. (5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. (6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Paragaraf 7 Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Pasal 43 (1) BPD membentuk panitia pemilihan Kepala Desa serentak dan panitia pemilihan Kepala Desa antarwaktu. (2) Pembentukan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan BPD. Paragaraf 8 Penyelenggaraan Musyawarah Desa Khusus Untuk Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu Pasal 44 (1) BPD menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antarwaktu. (2) Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mengesahkan calon Kepala Desa yang diajukan Panitia serta memilih dan pengesahan calon Kepala Desa antar waktu terpilih. (3) Forum musyawarah Desa menyampaikan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Panitia untuk disampaikan kepada BPD. Paragaraf 9 Pembahasan dan Penyepakatan Rancangan Peraturan Desa Pasal 45 (1) BPD dan Kepala Desa membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa yang diajukan BPD dan/atau Kepala Desa. 17 (2) Pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh BPD dalam musyawarah BPD. (3) Rancangan Peraturan Desa yang diusulkan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas terlebih dahulu dalam musyawarah internal BPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak rancangan Peraturan Desa diterima oleh BPD. (4) Pelaksanaan pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara BPD dan Kepala Desa untuk pertama kali dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pelaksanaan musyawarah internal BPD. (5) Setiap pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukan pencatatan proses yang dituangkan dalam notulen musyawarah. Pasal 46 (1) Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desa antara BPD dan Kepala Desa tidak mencapai kata sepakat, musyawarah bersama tetap mengambil keputusan dengan disertai catatan permasalahan yang tidak disepakati. (2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat disertai catatan permasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan evaluasi dan pembinaan. (3) Tindaklanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk : a. penghentian pembahasan; atau b. pembinaan untuk tindak lanjut pembahaasan dan kesepakatan rancangan Peraturan Desa. (4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hurufb dapat dihadiri Camat atau pejabat lain yang ditunjuk. Paragaraf 10 Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Kepala Desa Pasal 47 (1) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa. (2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. perencanaan kegiatan Pemerintah Desa; b. pelaksanaan kegiatan; dan c. pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. (3) Bentuk pengawasan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa monitoring dan evaluasi. Pasal 48 Hasil pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) menjadi bagian dari laporan kinerja BPD. BAB VIII HAK, KEWAJIBAN, WEWENANG DAN LARANGAN BPD Bagian Kesatu Hak BPD Pasal 49 BPD berhak: a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; c, mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Paragaraf 1 Pengawasan Pasal 50 (1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a, dilakukan oleh BPD melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa. (2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Paragaraf 2 Pernyataan Pendapat Pasal 51 (1) BPD menggunakan hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b, berdasarkan Keputusan BPD. (2) Menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kesimpulan dari pelaksanaan penilaian secara cermat dan objektif atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa. (3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pembahasan dan pendalaman suatu objek penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dilakukan dalam musyawarah BPD. (4) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil musyawarah BPD. Bagian Kedua Hak Anggota BPD Pasal 52 (1) Anggota BPD berhak: a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan/atau pendapat; d. memilih dan dipilih; dan e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. (2) Hak Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d digunakan dalam musyawarah BPD. (3) Slain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggota BPD berhak: ‘a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan. b. penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bagi anggota BPD yang berprestasi. Pasal 53 (1) Anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf e. (2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi, dan tunjangan lainnya. 19 (3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tunjangan kedudukan. (4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tunjangan kinerja. (5) Tunjangan kedudukan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan berdasarkan kedudukan anggota dalam kelembagaan BPD. (6) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), dapat diberikan dalam hal terdapat penambahan beban kerja. (7) Tunjangan kinerja bersumber dari Pendapatan Asli Desa. (8) Besaran tunjangan BPD sesuai dengan kemampuan keuangan Desa. Pasal 54 Pembiayaan pengembangan kapasitas, dapat bersumber dari: a, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; dan b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Bagian Ketiga Kewajiban Anggota BPD Pasal 55 Anggota BPD wajib: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa; mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau golongan; d. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat desa; . menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya; {, menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat desa; dan g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyclenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik. Bagian Keempat Wewenang BPD Pasal 56 BPD berwenang : a. mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapatkan aspirasi; b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan tertulis; c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya; d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa; e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa; 20 g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang bail hh. menyusun peraturan tata tertib BPD; i, menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada Bupati melalui Camat; j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam Rancangan APB Desa; k, mengelola biaya operasional BPD; mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada Kepala Desa; dan m, melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Bagian Kelima Larangan BPD Pasal 57 Anggota BPD dilarang: a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat desa; b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; menyalahgunakan wewenang; melanggar sumpah /janji jabatan; merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa; merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundanganundangan; g. sebagai pelaksana proyek desa; h. menjadi pengurus partai politik; dan/atau menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang. pepo Bagian Keenam Laporan kinerja BPD Pasal 58 (1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu) tahun anggaran. (2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan sistematika: a. dasar hukum; b. pelaksanaan tugas; dan cc. penutup. (3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis kepada Bupati melalui Camat serta disampaikan kepada Kepala Desa dan forum musyawarah Desa secara tertulis dan atau lisan. (4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 4 (empat) bulan setelah selesai tahun anggaran. 21 Pasal 59 (1) Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepada Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) digunakan Bupati untuk evaluasi kinerja BPD serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. (2) Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa. BAB IX PERATURAN TATA TERTIB BPD Pasal 60 (1) BPD menyusun dan menetapkan peraturan tata tertib BPD. (2) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas dan disepakati dalam musyawarah BPD. (3) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. keanggotaan dan kelembagaan BPD; b. fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD; c. waktu musyawarah BPD; d. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD; e. tata cara musyawarah BPD; f tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD; dan g. pembuatan Berita Acara musyawarah BPD. (4) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi: a. pelaksanaan jam musyawarah; b, tempat musyawarah; c, jenis musyawar: (5) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi: ‘@. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir lengkap; b. penetapan pimpinan musyawarah, apabila ketua BPD berhalangan hadir; c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil ketua berhalangan hadir; dan d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD antarwaktu. (6) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi: a. tata cara pembahasan rancangan Peraturan Desa; b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah Desa c. tata cara mengenai pengawasan kinerja Kepala Desa; dan d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat. (7) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf f meliputi: a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa; b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas pandangan BPD; c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala Desa; dan d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada Camat. (8) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g meliputi: 22 penyusunan notulen rapat; penyusunan Berita Acara; format Berita Acara; penandatanganan Berita Acara; dan ¢. penyampaian Berita Acara. PP BAB X, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 61 (1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasaan terhadap pelaksanaan peran BPD dalam penyelenggaran Pemerintahan Desa. (2) Camat melakukan pembinaan dan pengawasaan terhadap pelaksanaan peran BPD dalam penyelenggaran Pemerintahan Desa di wilayahnya. Pasal 62 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), meliputi: a. memfasilitasi dukungan kebijakan; b. menyusun Peraturan Daerah; c. memberikan bimbingan, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan supervisi pelaksanaan kebijakan; d. melaksanakan bimbingan teknis serta pendidikan dan pelatihan tertentu; dan; dan ¢. memberikan penghargaan atas prestasi pimpinan dan anggota BPD; Pasal 63 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2), meliputi: a. fasilitasi penyusunan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa; b. fasilitasi pengelolaan keuangan Desa dan pendayagunaan aset Desa; c. fasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan; dan 4. fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi BPD. BAB XI PEMBIAYAAN Pasal 64 Pembiayaan pelaksanaan kegiatan BPD dibebankan pada: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten; b. APBDesa; dan cc. sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 65 (1) Anggota BPD dari Desa yang mengalami perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa, pemekaran atau penghapusan Desa, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya. (2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi penghargaan dan/atau pesangon sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten. 23 BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 66 Badan Permusyawaratan Desa yang diangkat sebelum ditetapkannya Peraturan Bupati ini tetap melaksanakan tugasnya sampai selesai masa tugasnya. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 67 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, ketentuan Pasal 14 sampai dengan Pasal 26 Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 15 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 11 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 68 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Ditetapkan di Tarutung 24

You might also like