Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Poket 8 PDF
Jurnal Poket 8 PDF
Keywords: ABSTRACT
deaf children,
periodontal tissue, Background: Normal children had sensing capabilities to do oral health
CPITN index assessments. The inability to hear that was suffered by the deaf children caused
obstacles to do oral health assessments. The dental and periodontal conditions
were important for healthy life in general. The objective of this research was to
know the difference Community Index Periodontal Treatment Needs (CPITN)
between normal children in SD N 1 Tegaldowo Sragen with deaf children in
SLB-B YPSLB Gemolong.
Method: This research used observational method with Cross Sectional strategy.
The subject of this research consist of 31 deaf children dan 83 normal children.
Periodontal conditions from the two groups were measured by WHO probe.
After the measurement, the CPITN index would be determined by looking at the
highest score. The research was analyzed by using statistic non-parametric test
from Mann-Whitney.
Results: The result was 0.0003 (p<0.05), revealing there was a significant
difference of CPITN index from normal children and deaf children.
Conclusion: In conclusion, the highest periodontal status from normal children
was gingival bleeding that meant they need to be given a conseling and
demonstation about oral helath. The highest score from deaf children revealed
the presence of subgingival and supragingival calculus that meant they needed
to be given a counseling and demonstration including scaling treatment.
*Program Pendidikan Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung, **Departemen
Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung, *** Departemen Radiologi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung
Korespondensi: nmawaddah@std.unissula.ac.id
Tabel 2. Distribusi rata-rata indeks CPITN pada sekstan tiap sekstan. Skor rata-rata CPITN tertinggi
anak tunarungu di SLB-B YPSLB Gemolong anak normal pada sekstan 6 (0,75) yang
merupakan bagian posterior kanan mandibula.
Hal ini menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki kondisi yang buruk dan merupakan
indikasi daerah yang sulit dibersihkan oleh
anak normal.Sekstan 2 merupakan bagian
anterior maksila memiliki skor rata-rata CPITN
terendah yaitu 0.24.Gigi-gigi yang berada di
anterior maksila adalah gigi yang digunakan
untuk memotong makanan sehingga jumlah
Berdasarkan dari tabel 2 menunjukkan sisa makanan lebih sedikit yang tertinggal
adanya perbedaan skor rata-rata pada tiap dan paling mudah untuk dibersihkan karena
sekstan. Skor rata-rata CPITN tertinggi pada mudah terlihat serta dijangkau oleh sikat gigi.
sekstan 4 (1,23) yang merupakan bagian
posterior kiri mandibua. Hal ini menunjukkan
bahwa daerah tersebut memiliki kondisi
yang buruk dan merupakan indikasi daerah
yang sulit dibersihkan oleh anak tunarungu.
Sekstan 2 merupakan bagian anterior maksila
memiliki skor rata-rata CPITN terendah yaitu
0,58. Gigi-gigi yang berada di anterior maksila
adalah gigi yang digunakan untuk memotong
makanan sehingga jumlah sisa makanan
lebih sedikit yang tertinggal dan paling mudah Gambar 1 Nilai tengah indeks CPITN anak tunarungu
dan anak normal
untuk dibersihkan karena mudah terlihat serta
dijangkau oleh sikat gigi. Gambar 1 menunjukkan nilai tengah indeks
CPITN antara kelompok anak tunarungu
dengan anak normal. Kebutuhan perawatan
Tabel 3 Distribusi rata-rata indeks CPITN pada sekstan
anak tunarungu berdasarkan gambar 1
anak normal diSD N 1 Tegaldowo diatas adalah penyuluhan dan perawatan
scaling. Kebutuhan perawatan anak normal
berdasarkan nilai indeks CPITN adalah
penyuluhan dan demonstrasi saja. Untuk
membuktikan bahwa terdapat perbedaan
indeks CPITN antara anak tunarungu dan anak
normal, maka dilakukan pengujian statistik.
Pengujian normalitas data diperlukan untuk
menentukan metode analisis yang sesuai.
adalah penyuluhan dan perawatan scalling skor CPITN tertinggi anak tunarungu SLB-B
yang dilakukan oleh dokter gigi atau perawat YPSLB Gemolong terdapat pada skor 2 yaitu
untuk menghilangkan kalkulus supra maupun adanya kalkulus supra maupun subgingival
subgingiva. Kebutuhan perawatan anak normal dan kebutuhan perawatan periodontal yang
di SD N 1 Tegaldowo sebagian besar hanya paling dibutuhkan adalah penyuluhan dan
membutuhkan penyuluhan dan demonstrasi demonstrasi serta perawatan scalling oleh
oleh tenaga kesehatan non-dental seperti guru tenaga kesehatan seperti dokter gigi dan
dan orang tua murid. Hal serupa juga ditemukan perawat gigi. Skor CPITN tertinggi pada anak
pada penelitian yang dilakukan oleh Yesika normal di SD N 1 Tegaldowo terdapat pada
(2013) di SLB GMIM Damai Tomohon yang skor 1 yaitu adanya perdarahan gingival
juga mendapatkan kebutuhan perawatan yang setelah probing dan kebutuhan perawatan
paling banyak dibutuhkan oleh anak tunarungu periodontal yang paling dibutuhkan Tegaldowo
adalah kebutuhan perawatan scalling. adalah penyuluhan dan demonstrasi saja oleh
Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai tenaga kesehatan non-dental seperti guru dan
kegiatan pendidikan kesehatan.untuk orang tua murid.Jadi, indeks CPITN antara
meningkatkan minat dan mencegah rasa anak tunarungu SLB-B YPSLB Gemolong
takut anak terutama pada anak disabilitas dan anak normal SD N 1 Tegaldowo terdapat
adalah dengan metode demonstrasi. Metode perbedaan.
demonstrasi merupakan suatu penyajian ide
yang dipersiapkan untuk memperlihatkan DAFTAR PUSTAKA
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan
1. Tanjaya J & Auerkari E.IL-1β Genetic Polimorphism
dengan alat bantu seperti flipchart atau model
in Menopause Women as Periodontal Disease Risk
gigi untuk mempermudah menyampaikan Faktor.Journal of Dentistry Indonesia.2011.18(1):1-2
bahan pendidikan.8 Perawatan scaling adalah 2. Lindhe J, Thorkils K, Niklaus PL. 2008. Clinical
Periodontology and Implant Dentistry. Ed. 4, Oxvord
usaha menghilangkan deposit yang terdapat University.pp: 3-34
pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus 3. Notohartojo IT dan Frans XSH.Gambaran Kebersihan
Mulut dan Gingivitis Pada Murid Sekolah Dasar di
supragingiva, plak, dan noda dilakukan dengan Puskesmas Sepatan, Kabupaten Tangerang.Media
cara menyeluruh agar mencegah inflamasi yang Litbang Kesehatan.2010.10(4): 180-81
4. Putri MH, Herijulianti E, Nurjanah N. Ilmu
lebih lanjut jika dibiarkan menetap pada gigi. Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan
Prosentase penurunan penyakit periodontal Pendukung Gigi.Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
2010. pp.1,85-87,207-209.
setelah perawatan dapat digunakan sebagai 5. Pradanta Yazid E, Rosihan Adhani, Ika Husnul
evaluasi secara umum evaluasi jangka panjang K.Hubungan Kadar pH dan Volume Saliva Terhadap
Indeks Karies Masyarakat Menginang Kecamatan
serta berkesinambungan guna mendapatkan
Lokpaikat Kabupaten Tapin.Dentino.2016. 1(2);159
jaringan periodontal yang sehat.9 6. Victa MAR, Ade IAK, Muhammad DF.Hubungan
Pengetahuan Kesehatan Gigi Dengan Kondisi
Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia Sekoah (Studi
KESIMPULAN pada Anaka Tunru Usia 7-12 tahun di SLB Kota
Semarang). Media Dental Intelektual.2015.2(1):65
7. Warman Anses. Imlementasi Program Usaha
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Di Puskesmas
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Wilayah Keja Dinas Kesehatan Kota Pariaman.
Jurnal Sehat Mandiri. 2015. 10(1): 49
8. Hastuti S dan Annisa A.Perbedaan Pengaruh 9. Widrawati NM, Christy M, Damajanty HCP.
Pendidikan Kesehatan Gigi dalam Meningkatkan Gambaran Perawatan Gigi dan Mulut Pada Bulan
Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi pada Anak di Kesehatan Gigi Nasional Periode Tahun 2011 dan
SD Negeri 2 Sambi Kesamba Kabupaten Boyolali. 2014 di RSGM UNSRAT.Jurnal e-Gigi (eG). 2015.
GASTER.2010.7(2): 630 3(2);269