You are on page 1of 35
BABL PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pemerintah pusat maupun daerah merupakan pihak yang diberi tugas untuk menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan layanan sosial kepada masyarakat. Dalam menjalankan tugas tersebut diperlukan pembiayaan dengan memungut berbagai macam jenis pendapatan dari masyarakat, kemudian membelanjakannya untuk penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, membentuk departemen atau dinas yang melaksanakan program dan kegiatan, Kinerja keuangan departemen atau dinas antara lain dapat diukur dengan metode analisis rasio keuangan yang bisa didapatkan melalui data sebuah laporan keuangan. Rasio keuangan yang dapat menunjukan kinerja keuangan seperti rasio likuiditas, rasio. solvabilitas, rasiopertumbuhan, jumlah sumber daya yang digunakan atau pendapatan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan, Kinerja instansi pemerintah bersifat multidimensional (Mahsun, 2009). Artinya, tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukan tingkat keberhasilan secara komprehensif. Pengukuran kinerja organisasi sektor publik dapat dilakukan melalui pendekatan analisis anggaran, analisis laporan keuangan, metode balance scorecard dan perfomance audit (Mahsun, 2009). Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disampaikan berupa laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan keuangan pemerintah yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksaa Keuangan (BPK) harus disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selambat- Jambatnya enam bulan setela berakhirnya tahun anggaran. Berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan UU Nomor 19 Tahun 2012, tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 15 Tahun 2013,Pemerintah menyusun laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2013 dalam bentuk laporan keuangan, Laporan keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Anus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan serta dilampiri Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara, Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) dan Badan Lainnya. LKPP Tahun 2013 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7! Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Lampiran I (PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual). LKPP Tahun 2013 ini disusun berdasarkan konsolidasian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN). BABIL PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Laporan Kenangan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mendefinisikan laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya (bila ada), yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pemerintah pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau Kewajiban selama suatu periode tertentu s i dengan standar akuntansi pemerintah.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan laporan_ yang terstruktur mengenai posisi Keuangan dan transaksi-transaksi_ yang, dilakukan oleh suatu entitas pelaporan Kasmir (2008) mendefinisikan “laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukan kondisi keuangan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Halim (2002) menjelaskan bahwa “laporan keuangan merupakan informasi keuangan yang memuat data berbagai clemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi pada periode tertentu”, Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi @ berisi informasi keuangan (Mahsun, dkk 2009). Mahmudi (2006) mendefinisikan “laporan keuangan adalah informasi yang disajikan untuk membantu stakeholders dalam memuat keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil bisa berkualitas. Informasi mengenai pengelolaan dana atau keuangan publik dapat dilihat dari laporan keuangan (Mahsun, dkk 2009). Artinya informasi tentang posisi keuangan publik dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2.2 Komponen laporan keuangan Dalam suatu laporan keuangan pokok terdiri dari : + Laporan Realisasi Anggaran: menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.Sekurangnya menyajikan unsur- unsur:pendapatan,belanja,transfer, surplusdefisit, pembiayaan,dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, * Neraca : menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban,dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. © Laporan Arus Kas: menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan * Catatan atas Laporan Keuangan : penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai s atu. pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.Termasuk kebijakan akuntansinya, 2.3. Laporan keuangan pemerintah pusat Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat yang diaudit oleh BPK terdiri dari: Laporan Realisasi APBN (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK), yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Perkembangan LRA, Neraca dan LAK yang disajikan pada LKPP sepanjang 2 tahun terakhir adalah sebagai berikut: 1, LAPORAN REALISASI APBN Laporan Realisasi APBN menggambarkan perbandingan antara APBN-P TA2013 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama periode 1 Januari 2013 - 31 Desember 2013. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2013 adalah sebesarRp!.438,89 triliun atau 95,80 persen dari APBN-P. ‘Sementara itu, realisasi Belanja Negara pada TA 2013 adalah sebesar Rp1.650.56 triliun atau 95,62 persen dari APBN-P. Jumlah realisasi Belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi: Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.137,16 triliun atau 95,01 persen dari APBN-P, dan realisasi Transfer ke Daerah sebesar Rp513,26 triliun atau 96,96 persen dari APBN- P. Selain itu, pada’ TA 2013 terdapat Suspen Belanja sebesar minusRp140,40 miliar. Berdasarkan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah, dan realisasi Belanja Negara, terjadi Defisit Anggaran TA2013 sebesar Rp211,67 triliun. Realisasi Pembiayaan Neto TA 2013 adalah sebesar Rp237,39 triliun atau 105,89 persen dati APBN-P, sehingga terjadi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp25.72 wiliun, Ringkasan Laporan Realisasi APBN TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun): 2. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Pusat mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal 31 Desember 2013. Jumlah Aset per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp3.567,59 triliun yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp252,74 triliun, Investasi Jangka Panjang sebesar Rpl.183,17 tiliun, Aset Tetap sebesar Rp1.709,86 triliun, Piutang Jangka Panjang sebesar Rp2,90 triliun, dan Aset Lainnya sebesar Rp418,92 triliun, Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp2.652,10 triliun yang terdiri dari Kewajiban Jangka Pendek sebesar Rp368,09 triliun dan Kewajiban Jangka Panjang sebesar Rp2.284,01 triliun. Sementara itu, jumlah Ekuitas Dana Neto per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp915,49 wil Rpll in yang terdiri dati Ekuitas Dana Lancar sebesar minus 36 triliun dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp 1.028,85 triliun Ringkasan Neraca per 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2012 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun): 3. LAPORAN ARUS KAS Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama TA 2013 serta saldo kas dan setara kas pada tanggal 31 Desember 2013. Saldo Kas Bendahara Umum Negara (BUN), Kas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), dan Kas Badan Layanan Umum (BLU), dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp71,58 riliun, sedangkan pada awal tahun 2013 terjadi koreksi kurang sebesar minus Rp309,30miliar, schinggsaldo awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan tahun 2013 menjadi Rp71,27 triliun, Selama TA 2013 terjadi penurunan kas dari akti tas operasi sebesar Rp31,32 wiliun, penurunan kas dari aktivit investasi aset non keuangan sebesar Rp180,36 triliun, kenaikan kas dari aktivitas pembiayaan sebesar Rp237,39 triliun, kenaikan kas dari aktivitas non anggaran sebesar Rp0, 1 triliun, penurunan karena penggunaan SAL sehesar Rp30 triliun, dan kenaikan Karena penyesuaian pembukuan sebesar Rp0.61 triliun, Dengan demikian,saldo Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsung yang telah disahkan per 31 Desember 2013 menjadi Rp67,70 wiliun. Selain kas di atas, terdapat Rekening Pemerintah Lainnya sebesar Rp9,99 tiliun, Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp0,34 wiliun, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar Rp0,22 triliun, Kas Lainnya dan Setara Kas sebesar Rp6,24triliun, dan Kas pada BLU yang Belum Disahkan sebesar Rp0,70 triliun. Selama tahun 2013 terdapat deposito (Investasi Jangka Pendek) yang berasal dari Kas pada BLU yang telah disahkan sebesar Rp1,18 til dan Bank Pemerintah Pusat sebesar Rp83,40 triliun. in,sehingga saldo akhir Kas Ringkasan Laporan Arus Kas TA 2013 dan TA 2012 dapat disajikan sebagai berikut (Rp triliun): Salo Awal Kas BUN, Kas RPPR, Kas GLU, Gan Kas Fiba Langeug Koreksi Saldo Awa ‘Saldo Awal Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibah Langsurg ‘setelah Koreksi (Penurvnan) Kas ‘Arus Kas Bers dari Akitas Operas ‘Arus Kas Berst dari Aktivtas nvestasi Aset Nen Kevangen ___Arus Kas Bersit dari Aktvtas Pembiayaan “Anus Kas Bersi dari Aktvtas Non Ang a 5 Pengunaan SAL 130) | (56.17) Penyesuaian Pembukuan O61 (0,76) ____Kenaikan (Penurunan) Kas (356)|__ (36.57) | ‘Saldo Akhir Kas BUN, Kas KPPN, Kas BLU, dan Kas Hibat Langsung 6770| 71.58) 4, CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan kebijakan makro, kebijakan fiskal, metodologi penyusunan LKPP, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan, Selain itu, dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos Japorankeuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dalam penyajian Laporan Re: APBN, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di iu dikeluarkan oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN). ui berdasarkan basis kas, pada saat kas diterima Dalam penyajian Neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari KUN. Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan keuangan serta beberapa informasi tambahan yang diperlukan. 1, LAPORAN REALISASI APBN PEMERITAH REPUSLK INDONESIA LAPORAN REALISAS! APBN UNTUK PERIOOE YANG BERAHIR SAMPA! DENGAN 31 DESEMBER 2018 DAN 2012 U.Pewria Negaa Bun Pjek {Poinan Serb Dy lr 2 Baar Fereetats Lata BUN {Pena Nea Ban ef Lay 4 Pot BLL UL Peerngan sta Jun Peano Hh (ALA 8. Baa pan (Bln Para Pset | Baa Pagel 2 Ba Bara ‘Lara Wot 4 Paniyaran Banga ang 4 Sits Baa Hat 1. Beda Baran Sei Bl Laan I Transfer Dareh {Dena Perimbargan Dena Bag Hist Dena Ales! Unum 4.148 A681 2680001477 306679588272 Loe99N5.138000 1.08 8501060 903.201 421096150000 ATA ALO ESL WANES TIRAKOON SISTA OTRO NGON —ZIEAN28L SKC Seaecoonnood 02804 5471/08. 267000 ua 234587.444000 A280 its {SULOCG OCA SES 000 1438 9 085TH {6 cea TEANO 1A ADMIT NIN RAGROTLTIO {SLT 194 5A2828.200065 112 517.848.20.000 ALISON, TLO 23NS1 0.00 95 055.592.987.216 19.270.811.900.00 SOODC0951000 SISAL ARATOERT USSR SSET OCD ATES 102.695.033.202.000 rE ML18282.16500 Bt sare ‘SRALSTRUGS TEL ‘WIMSTAIT ATO ae 1 2% 10046 mss 58 #9 a0 $898 8a cr 1000 TROTRB TRACT R885 40711185200 45 074.2574 441 283,104979.761 sUs01 200300 TABLA. 000 Dena Aha! Mss ~ fra oan Nh dar Pry 1. Dena Orr Asis ‘Dea Peystelay I Suen deal Nga ‘Jab elaj Near 3+ Ll) 1 Supls et eg Dei (Pea san ee fle, {kang eit ‘Paha elt Peek Pensa ret ‘Palen Poti dsl Per sais 4. ag ea Pecan aa eon Fea Sel Beta ae &. Parr ear ee) Pera Ml an Da ta Panera ‘lente Pg tan Nr (LPebiayan Hegel {Pater ne a Nel 2 a aaikar ian gn ‘Pata jana aye 4. PavawanPaianan fit) {Perey cle Po Un Ne Janene +0) E Sealed frag pat SLPA SICH ALAS LN HLMSSTL E6000 TATOO) RTE OMIA HLTH THA5105 085000 saMcnonncnoon ASE GLEERI000 000000000, ALTASHAIN0000 aoa senonacoonn (asian rangon0ng emnncarang (18490782000) eueareaz20m HLA TREND sooo (esr LEN Geant ARTE iw I. NERACA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA. NERACA PER 31 DESEMBER 2013 DAN 31 DESEMBER 2012 (Dalam Rupiah) “Uraian: Catatan_|_31Des 2013 (Audited) | 31Des 2012 (Audited) | Ser ‘Aset Lancar ‘Kas dan Setara Kas - Rekening Kas BUN di BI (C24 (43.737.911.964.052 37.382.696.367.039 Rekening Pemerintah Lainnya C22 (9.999.484.261911 13.495.665.498.447, -Rekening Kas di KPPN- C23 2.666.720.204.356 16.207.882.323.813 ‘Kas di Bendahara Pengeluaran C24 342.891.820.960 (213.458.829.221 Kas di Bendahara Penerimaan C25 225.999. 938 5A6 196.150.458.978 Kas Lainnya dan Setara Kas, C28 7.363.221 503.338 6.103.251 516.103 Kar pada BLU 27 39.072. 910158.860 s6.642.130.46.024 ‘Jumiah Kasdan Bank ‘sa.409.010.150.043 | 90.242.624.468.695, - Uang Muka dari Rekening BUN C28 141.923.861.996 787.370.292.558 _Investasi Jangxa Pendek C29 /1.182.306.983.395 768.125.137.193 ‘Belanja Ditayar Dimuka dan Uang Muka Betanja 240 Putang : Piutang Pajak c2it Plutang Bukan Palak 242 Bagian Lancar Taghan Penjuatan Angsuran_ C233 ‘Bagian Lancar Taghan Tuntutan Ganti Rugs C28 ‘agan LanearPenerusn Pnlaman 235 Piutang dari Kegiatan BLU 216 “Jumiah Putard (ruta) ‘Penyisinan Plutang Tiaak Tertagn c2at “Jumian Putang Bersih) | Persediaan C2318 Jumiah Aset Lancar Anvestasl Jangha Panlang esto Non Permanon Dana Bergair cas s7.972.000.807.075 s1450.274.040580 a eee 0320, | eee eer Jumiah Dana Bergutr (Bersih) (17.632.892.937.738 -11.433.078.428.615, Investasi Non Permanen Lainnya e221 ‘2340.448.484.200 7.969.545 591.758 (Catangan Pnuranan Nin investaw Non Permanen Lalmys | 229 (gsa1212937) a.os6.ca1.815) _Jumiah Investas! Non Permanan Lainnya (Bersih), (9.334.917.270.263 ‘7.961.449,439.939 _Jumiah Investasi Non Permanen 26.167.810.208.101 19.394.527.868.554 Investat Petmanen ‘Investasi Permanen PMN c229 1844,094.126.993.703 (912.877.099.396.801 Investasi Permanen DLU C224 117.778.094.599 (434.165.377.149 Investasi Permanen Lainnya C.2.25, 312.730.704.421. 451 s umian vests! Permanen Tap/-00.610.109./19 | wiaoAT Bea T7960 _Jumiantovestatt Jangka Panjang 4:183.470490.317.820 | 932.406.392642.504 ‘Aset Tetap 226 “Tanah sossos9.200.262.019 | 996.78.472.264.080 Peralatan dan Mezin '282.940.440.570.636 1738.129.446.805.797 Gedung dan Bangunan (191.278.171.370.296 170.243.266.954.328 i Jumiah Aset Tetap (Brute) ‘Arama! Penyusutan Aset Tetep ‘Jumtah Aset Tetap Juma Piutang Janga Panjang (Bruto) ‘Penyisinan Plutang Tak Tertagih - Phitang Jangka Panland. Jumiah Plutang Jangka Panjang (Beret) ‘Asst Lainnya Komtrsan Dongan Pinak Ketisa ‘ect Tok Berd Asat yong Dibetas! Penggunasnnys Dana Perjaminan Dana Kelolaan GLU ‘eat KKKS ‘Ast Oe BPPN ‘Ast Lalain ‘Ase Lalany dan Unit Pemrintah sina -Aset Lainnya Penerusan Pinjaman ‘JumlahAset Lainnya (roto) Penyisihan Plutang Tidak Tertaghh - Aset Lainnya Akuma Penyusitan set Lainya _Jumiah Aset Lainnya (Bersih) _Jumiah Kewaliban Jangka Pendek ‘Kewaliban Jangka Panjang ‘Utang Jang Panjang Dalom Neder! ‘Utang Jangka Panjang Dalam Nedst! Perbankan ‘tang Sangha Panjang SBN Dalam Neger! ‘tang Kepada Dana Pensiun dan THT ‘tang Sangha Panjang Data Neyer Latoya Juma Ulan Sangha Pandang Dalam Neder! ‘tang Jangxa Panjang Luar Negert Ulan Sana Paar Lust NegertPerbarkan ‘tang Jangka Panang Lar Neget Lanny Juniah tang Jangya Pariang Luar Negert ‘Jumian Rewajiban Jangka Panjang JUMLAH KEWAJIBAN, | EXUITAS DANA Exultay Dana Lancar BOEEEEEE g 12 Catatan | 31 es 2015 aie] C248 | anze2unseasss Dana yang Harus Disedlakan untuk Pembayaran Utang Janka Pendek = ‘Salish Kurs Bagian Lancat Dana Lancar Lalnnya Baran Jasa yang Mash Hars Dien BarangJasa yang Mash Hans Jumlah Exuitas Dana Lancar BUTASDAIANETO. _JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA IIL LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LAPORAN ARUS KAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 ‘A ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI |. Arus Kas Masuk 4. Penerimaan Perpajakan. a, Palak Penghasllan », Pajak Pertambahan Nilai dan Penjusian Darang Mewsh ‘Jumiah Arus Kas Keluar (A. ‘Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (A.1 -A.tI) B. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON ‘Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non ‘Kewangan {B.1 -B.1t) TA 2012 (Audited) 225,843.973.463.751 '30.737.972.727.670 1.336.338, 396,928,787 197,858.657.528.774 140.020,870.803.375 400.545.994.274.160 '346.420.404,182.332 75.079.945.754 75,602.528.863.964 4.072:955.812.156 47.214.136.030.788 14 ‘Negert ‘3. Penyertaan Modal Negara'Dana Investasi Pemerintah 4. Penerusan Pinjaman Jumiah Arus Kas Keluar (C.II) ‘Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (C.1- cull) 'D. ARUS KAS DARI AKTIVITAS NON ANGGARAN 4. Perhitungan Fthak Ketiga (Neto) 2. Kiriman Uang (Neto) 3. Transito (Neto) 4 Transaksi Non Anggaran Pihak Ketigs Karena Kesalahan Rekening dan Koreks! Pemindahbukuan (Neto) NAIKAN (PEN! I SALDO AWAL KAS BUN, KPPN DAN BLU Koreksi Saldo Awal SALDO AWAL KAS BUN, KPPN DAN BLU setelah Koreksi SALDO AKHIR KAS BUN, KPPN, DAN BLU ‘Kas pada BLU yang Belum Disahkan ‘Kas pada BLU yang telah Didepositokan (Investas! TA203 (Audited) TA2012 (Audited) (4.303.714.095.928) (279.648.621.588) 99.792.905.182 607. 13.678 9. 4s [—Bseuassstoszs) pests. 725598475 | -71.578.340.493.780 107.842.612.387.387 {908.302.206.508} (305.453.644.869 108.148,066.032.256 A. Analisis trend pemerintah pusat Teknik analisa yang dilakukan dengan membandingkan pos-pos yang sama dari beberapa periode yang berurutan (time series data). patan Negara 848,77 1.210,58 | 1.338,11 | Pendapatan Perpajakan | 619,92 873,87| 980,52 331,46 3518 | ‘PNBP 227,18 ee eis Peerrerse) Sos 16 b. Analisis rasio pemerintah pusat Analisis rasio menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih dari data Japoran keuangan. Hubungan ini dinyatakan dalam persentase, tingkat, maupun proporsi tunggal. Ediningsih (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua clemen laporan keuangan yang menunjukan suatu indikator keschatan keuangan pada waktu tertentu, Rasio merupakan pedoman yang bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya (Kasmir 2008). Beberapa jenis rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari Laporan ‘Keuangan Pemerintah Pusat antara lain: 17 CU Bree eae) Ee ete) P Investast Jangka Panjang ‘set Tetap | piutang jangka panjang "_perseciaan | Aset Lainnya | Kewajiban 1.276,10 | 2358 | 1.299,68 | Rasio likuiditas Rasio likuiditas menujukan kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau untuk melihat kemampuan pemerintah untuk mendanai kebutuhan, Walaupun pemerintah sudah menyusun anggaran kas, tetapi analisis likuiditas akan lebih bermanfaat bagi manajemen dibandingkan jika hanya mendasarkan pada anggaran kas (Mahmudi, 2006). Analisis ikuiditas dapat dilihat dari rasio lancar-Rasio lancar merupakan ukuran standar untuk menilai kesehatan keuangan organisasi. Rasio lancar menggambarkan apakah pemerintah memiliki aset yang mencukupi untuk melunasi utangnya. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio lancer sebaiknya pos persediaan tidak diperhitungkan. Current Rate = ~A8@tLancar 241,31 ween Lisbiitas Jngka Pendek 368,09 266,13 ‘Aset Lancar- Persediaan | 252,74 - 63,20 241.31 -62.01 Quick Ratlo” = obits Jonge Pendok 368,09 = 1,89 266,13 24 Rasio lancar (current ratio) ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar (di luar persediaan) dengan utang jangka pendek yang besamya adalah 0,69:1 tahun 2013 dan 0,91:1 tahun 2012 Hal ini beranti untuk setiap Rp. 1 utang, pemerintah mempunyai Rp.0,69 dan 0,91 aktiva lancar. Kondi menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah tidak fikuid. Nilai standar rasio lancar dianggap aman adalah 2:1 dan nilai minimalnya adalah 1:1 (Mahmudi, 2007). Kesimpulan: rasio kas (quick ratio) menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio lancar, dalam hal ini perbandingan antara kas dengan utang jangka 18 pendek adalah 1,89 :1 tahun 2013 dan 2,41 :1 tahun 2012. Hal ini berarti untuk setiap Rp. | utang, pemerintah mempunyai Rp. 1,89 dan Rp. 2.41 kas dan setara kas. Kondisi ini menunjukkan bahwa kodisi keuangan pemerintah sangat likuid. Artinya tanpa harus menunggu ditagihnya piutang pajak, pemerintah sudah dapat ‘melunasi utang jangka pendek tersebut pada saat ini. Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah dalam memenuhi seluruh kewajiban yang dimiliki pemerintah, baik kewajiban jangk: panjang ataupun jangka pendek. Kasmir (2008) mendefinisikan bahwa rasio solvabilitas. merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan di biayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung —perusahaan di bandingkandengann—aktivanya, — Rasio solvabilitasdigunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah untuk membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur dengan rasio aktiva terhadap utang atau rasio ekitas dana terhadap utan. Total Asset 356159 1 55 | M398 _ yo | Total Liabilitas 2.652,10 2.156,89 Kesimpulan: rasio solvabilitas menunjukkan_perbandingan antara total aktiva dengan total utang yang besarnya adalah 1,35:1.Tahun 2013 dan 1: 1,59 tahun 2012 Hal ini berarti untuk setiap Rp. | utang, pemerintah mempunyai Rp. 1,35 dan Rp. 1,59 aset. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah masih sangat solvable. Nilai minimal rasio solvabilitas dianggap aman adalah 1:1 (Mahmudi, 2007). 19 Analisis pertumbuhan pendapatan Analisis pertumbuhan pendapatan bermanfaat untuk mengetahui apakah, pemerintah pusat dalam tahun anggaran yang bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif atau negatif (Mahmudi,2006). Jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara negatif maka menunjukan adanya penurunan kinerja pendapatan.Sebaliknya, jika kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan secara positif maka menunjukan adanya peningkatan kinerja pendapatan, ‘APendapatan Negara dan Hibah -LPenerisian Perpajakan 1.077.306.679.558.27 | 980518.133319.319 | 96.788.546.238.951 2am |LPajak Dalam Negeri 1.029,850.063.303.270 | 930.861.839500.881 | 98.988.228.793.389 | 10.63% 2Psjak Perdagangan Intemasional 47.456.616.255.001 | 49.656.293800.881 | -2.199677558.880 | 4.42% TLPenerimaan Negara Bukan Pajak 345.751.889.117.468 | 351,804.746.666.862 | -60052.857:549.304 1.70% | Penerimaan Sumber Daya lam 226.406.189.261.540 | 225843973463.751 552.215.797.789 0.2456 $Bagian Pemesitah tas Laba BUMN 3402s.404050278 | 30797972.717.670 3.27.631.332.601 | o,4an $.Penerimaan Negara Bukan Pajak Lanny 69.671.855.890.502 | T3A58S04.524.407 | -3.786.688.633.905 5.15% 4.Pemlapatan BLU 24.018230.915.152 | 2170429596184 2930805118 | 13.50% UL Penerimsan Hiab GXS2.5008K7.008 | 5.786,749.186.717 | Lois.7s1.700227 | 18.07% una Pendapatan Negara dan Hibab(AL+ AI} 1.A38.891.069.562.740 | 1.338.109 629.172.950 | 100.781.440.389.790 | 753% B.Belanja Negara 1 Betanja pemerintah pusat 1.137.162.887.298.240 | 101058.236.531.810 | 126.604.680.766.430 | 12.59% 1BelanjaPegawai 221.688 819.162.644 | 197.863565816235 | 25425.255.356.409 | 17.04% 2Belanja Barang 169.722.685.080.370 | 140884875397.761 | 28.837.809.682.600 | 20.46% ‘Bclnja Modal v0.64.203.153334 | 145 104.148492.863 | 35-760084600.871 | 24 60% APendayaran Bunga Vang 113.035.490.483.582 | 100515994274.844 | 12519.496.208.738 | 12,45 Subic 355.045.179.958.292 | $46.420404.182.332 | 626.775.775.960 028% (6Belanja iba 1.302.956.172.580 75070293558 | 1.207.876.87.02 | y635,40% 7Belanja Bantuan Sosil 92.1360072.115.501 | 75621057.138.995 | 16515.014.976.506 | 143% ABelayja Lain-Lain S367481.191.937 | 4073.111.935.240 | 705.630.743.303 | 17.32% raster Ke Daerah 513.260.433.170.637 | 480.685074235.761 | 32.615.388 934.876 6.70% |LDana Penimbang 430.364.730.161.983 | 411.293124979.761 | 19.071.605.182.222 465% Dana Bagi Hasl $88.463,060.120.188 | 111537202920.761 | -23.074.142800578 | 20,6806 IhDana Alokasi Unni 311.139.289.165.000 | 273.814438203.000 | 37-324880.902.000 | 13.63% 20 ‘¢ Dana Alokasi Khusus 30.752.380.876.800 | 25.941.483.856.000 | 4.810.897.020.800 13.50% 2,0ana otanomi khusus dan penyesuaian 82,905,713.008654 | 69,351.949.256.000 | 13.583.763,752.654 19546 ‘Dana otonomi khusus 13.485,571,566.000 | 11.952.577.528.000 | 1.492.994.038.000 249% b.dana penyesuian 69,460,141,442.654 | 57.399.371.728.000 | 12.060.769.714.654 21,01% luLSuspen Belanja Negara 140.396.949.208, 206.913.803.419 | -66.516874.2 mae Jumlah Belanja Negara(B.+ 8.11 + Bl) 1.680.563:727.418080 | 1.491.410.244.590.990 | 159.153.482.827.00 | 0,67 ‘csurplus{Detist) Anggaran(A-B) -211.672.657.855.341 | -153,300,595.418.036 | -58,372062437305 | 38.07% .Pembiayaan LPembiayaan Dalam Negeri(Neto} 243.199.747.083.370 | 198.622.535.177.645 | 44.577.211.905.725 248% -LRekening Pemerintah '30,000,000,000.000 | $6.170.000.000.000 | -26.170.000.000.000 | .46,59%% 2.Penerimsan ciclan pengembalian penerusan pinjaman 4,174,085.472.290 | 6.538.098.103.486 | -2.359012631.156 | 36.10% 3 Privatisasi dan penjualan aset program restrukturiasast 41.500.151.167201 | 1.277.994.554.583 222156602618 17.38% 4Surat berharga negara(NETO) 228.672.521.479583 | 159.704.322.637.095 | 64.968.198.842.487 | 40,685 Penerimaan surat berharga negara 327.747.662.419035 | 282.897.267.989.790 | 4.850.394.429.245 15.85% pengeluaran surat berharga negara 103.075.140.939.452 | -123.192.944.352.694 | 20.117.803.413.242 16.33% ‘5 Pinjaman Dalam Negeri(Neto) 474.470.7306 799.676.359.939 | 325.205.629.893, abicek 6.Penyertaan modal negara Dana Investasl Pemerintah 41.915.446,765.750 | -18,862.857.487.419 | 6,947.110,721.60 36.83% 7.Kewajiban penjamin 706.035.000.000, 706.035.000.000 '8.0ana pengembangan pendidikan nasional 5,000,000.000.000 | -7.000,000.000.000 | 2.000.000,000.000 | 28,57 1, Pembiayaan luar negeri(neto} 5,805.169.762.176 | 23.464.366.857.270 | -29.260.536619.446 | 424,745 ALpenarikan pinjaman hua negeri(Bruto) 35.278.821.617227 | 31.403.481.754.408 | 23.876.339.862.779 76056 ‘.penerikan pinjaman program 18.426,396.220606 | 15.003.476,180.432 | 3.422.920,040.174 281% b.genarikan pinjaman provek 36.853425.396.621 | 16.400.005.574.016 | 20.453.419.822.605 | 124,71 2.penerussn pinjaman(neto) 3,880,566.936.399 | -3.753,081.242.391 | -127.535.604,008 3.39% 3.pembayaran cicilan pokok utang luar negeri $7.208,424443,004 | 51.114.817369.27 | soe so ru1g12a31 | 219% jumlah pembiayaan(D.lD.1) 237.394.577.321194 | 175.158.168.320.375 | 62.236.409.000.819 355% E Sisa lebin(kurang)pembiayaan anggaran SILPA(SIKPA) 25.721,919.465.853 | 21.857572902.339 | 3.804.346.568514 1767% £. Analisis pertumbuban belanja Anali 's pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun Pada umumny pertumbuhan belanja memiliki kecenderungan untuk naik. Alasannya, kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan penyesuian terhadap inflasi, perubahan nilai mata uang, dan penyesuaian faktor makro ekonomi (Mahmudi,2006). 21 Tabel 5. Perkembangan Komposisi Realisasi Belanja Berdasarkan Je Tahun 2009-2013 Belanja ‘Sumber : Laporan Realisasi. aoe Toomer —— Tren Penyerapan Anggaran Belanja TA 2013 Peningkatan belanja Pemerintah dari tahun ke tahun memiliki implikasi terhadap makro ekonomi sektor riil yang berpengaruh pada konsumsi, investas pada gilirannya berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini idealnya ditkuti dengan pola penyerapan dana yang responsive terkait_peran APBN sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi. Fenomena kecenderungan penyerapan anggaran yang masih tereskalasi pada akhir tahun menunjukkan kurang optimalnya pelaksanaan anggaran. Mencermati hal tersebut Pemerintah berupaya terus memperbaiki tren pencairan dana yang antara lain dilakukan melalui percepatan proses kerja dalam area pelaksanaan anggaran serta melakukan monitoring pelaksanaan rencana kerja kementerian negara/lembaga. Pemerintah telah membentuk Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) untuk melakukan pengawasan dan evaluasipelaksanaan anggaran dan belanja di masing-masing kementerian negara/lembaga, Dengan demikian, diharapkanpenyerapan dan pelaksanaan anggaran dapat lebih terarah dan tepat waktu, sehingga penyerapan anggaran dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 22 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT OKT NOV DES ‘== Realisasi(Trifun Rp) Belanja pegawai pada tahun 2013 terrealisasi sebesar Rp221,69 triliun atau 94,89 persen dari pagu APBN-P sebesar Rp233,64 triliun, secara nominal meningkat sebesar Rp23,83 triliun atau 12,04 persen bila dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp197,86 triliun, Dari bulan Januari sampai dengan Juni 2013 tren belanja pegawai berfluktuasi tipis dengan nominal yang hampir sama, dan pada bulan Juli 2013 mengalami peningkatan cukup tajam yang dipengaruhi pembayaran gaji ke-13 untuk aparatur negara dengan nilai realisasi tertinggi sebesar Rp29.78 triliun. Selanjutnya dari bulan Oktober sampai Desember tingkat serapan cenderung mendatar atau meningkat tipis. Secara umum tren ini tidak jauh berbeda dengan tren tahun sebelumnya, g Kinerja Pemerintah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja instansi Pemerintah menyebutkan bahwa kinerja adalah suatu keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur.Bastian (2001) menjelaskan bahwa definisi kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat penciptaan pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam perumusan skema strategissuatuorganisasi Artinya, setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan 23 hubungannya dengan peneapaian tujuan organi dimasa yang akan datang.Kinerja organisasi dibedakan menjadi dua yaitu kinerja keuangan dan kinerja non keuangan. Kinerja keuangan menggambarkan keberhasilan yang dinilai berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai ang, yy dengan cara membandingkan realisasi keuangan berdasarkan anggarannya, Contoh kinerja keuangan adalah pencapaian realisasi pendapatan lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendapatan yang telah ditetapkan. Kinerja non keuangan merupakan pengukuran yang dilakukan dalam satuan fisik bukan dalam satuan mata uang sera lebih memfokuskan pengukuran pada salah satu aspek kineyja Pengukuran tersebut lebih menunjukkan pada pihak manajemen tentang proses ¢ sedang berlangsung (bersifat operasional). Pengukuran kinerja non keuangan bermanfaat memberikan informasi ki la manajemen untuk mengidentifikasi masalah dalam organisasi. Contoh kinerja non keuangan adalah jumlah penduduk, kehadiran pegawai, kepuasan pelanggan dan lain-lain, Pelaporan kinerja pemerintah melalui laporan keuangan merupakan wujud dari proses akuntabilitas (Mahsun.dkk, 2006). Pelaporan tersebut diserahkan ke masyarakat secara umum dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sehingga masyarakat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (users) bisa menerima informasi yang lengkap dan tajam tentang kinerja program pemerintah sexta unitnya (Mardiasmo,2006). Kinerja organisasi sektor publik tidak dapat dinilai berdasarkan laba_yang, diperoleh. Kinerja organisasi sektor publik bukan entitas bisnis yang mencari laba. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang lebih baik (Krisna, 2006).Pada organisasi sektor publik tidaklah mudah untuk melakukan pengukuran kinerja, terutama yang pure nonprofit seperti pemerintah. Selama ini pengukuran keberhasilan organisasi pemerintah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan secara objektif (Mahsun, dkk 2006). Artinya, selama ini pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah lebih ditekankan pada kemampuan_ ins pemerintah tersebut dalam menyerap anggaran (Mahsun, dkk 2006).Dengan kata lain, suatu instansi akan dinyatakan berhasil jika dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, meskipun hasil serta dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh dibawah standar (ukuran mutu). Pengukuran kinerja pada organisasi seKtor publik menjadi sulit dan kompleks. h, Analisis Ketaatan Terhadap Peraturan Pengertian Teknik analisa yang dilakukan dengan cart menguji apakah peraturan-peraturan yang ada telah ditaati.Tujuan Untuk meyakini bahwa semua peraturan perundang-undangan telah dipatuhi. Prinsip 7. Pendapatan dan belanja diatur dalam undang-undang APBN 2. Prinsip prealabel, yaitu anggaran harus disahkan sebelum ada penggunaan 3. Prinsip universalitas, yaitu semua jenis pengeluaran harus dicantumkan dalamanggaran 4, Prinsip spesialitas, yaitu anggaran yang telah disediakan dalam mata anggaran pengeluaran tertentu tidak diperkenankan untuk digeser 5. Prinsip periodisitas, yaitu laporan disusun secara berkala sesuai dengan peraturan 6. Azas bruto, yaitu tidak diperbolehkan adanya offsetting antara pendapatan dan belanja 7. Anggaran belanja merupakan plafon 8. Pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman yang mengatur pelaksanaan anggaran Berdasarkan pasal 30 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pemerintah berkewajiban menyusun laporan keuangan yang setidak- tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Dari periode 2007 sd. 2011 terlihat bahwa Pemerintah telah melakukan kewajibannya menyajikan Laporan Keuangan secara Jengkap sebagaimana yang sudah diamanatkan dalam UU. PEREKONOMIAN INDONESIA Pengukuran pertumbuhan perekonomian suatu negara secara lazim dilakukan dengan melihat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yakni jumlah nilai tambah yang dihasitkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara, atau jumlab nil barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara, Sesuai dengan pendekatan produksi, penghitungan nilai tambah barang dan asa yang dihasilkan tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) lapangan usaha/sektor. Dari pendekatan pendapatan, PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi, berupa upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan dalam jangka aktu tertentu, Sedangkan dari pendekatan pengeluaran, PDB adalah gabungan dari jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestic bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto, PDB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dibitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Kedua jenis PDB ini menjadi indikator yang digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi (PDB atas dasar harga berlaku), dan mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (PDB atas dasar harga konstan), 1, PERTUMBUHAN EKONOMI SELAMA TAHUN 2009-2013 Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2009-2013) pertumbuhan ekonomi Indonesia meneapai rata-rata sebesar 5,88 persen. Pada tahun 2009, perckonomian domestik mengalami perlambatan yang cukup signifikan akibat dampak krisis global yang berpengaruh terhadap sisi ekstemal, dengan berkontraksinya ekspor-impor karena menurunnya pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia sehingga hanya tumbuh sebesar 4,63. Pada tahun 2010 dan 201 1, ekonomi Indonesi mampu tumbuh stabil di tengah kondisi perekonomian global yang belum pulih. Namun pada tahun 2012, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 6,26 persen, melambat bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang mampu tumbuh sebesar 6,49 persen. Perlambatan ini disebabkan antara lain oleh lemahnya kinerja ekonomi global yang berdampak pada sisi eksternal PDB dan kontraksi ekspor neto yang cukup dalam, Sumber pendorong, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 di antaranya adalah masih kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga dan investasi. ‘e2z, 826 sm Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Selama’ 2, Komponen PDB Berdasarkan Lapangan Usaha Di tengah ketidakpastian dan masih belum kuatnya kondisi perekonomian dunia, ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2013 mampu tumbuh cukup baik sebesar 5,78 persen meskipun lebih rendah dibanding tahun sebelumnya sebesar 6.26 persen. Penurunan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 bersumber dari terbatasnya pertumbuhan ekspor riil akibat melambatnya ekonomi global. Di sisi investasi juga mengalami perlambatan Khususnya investasi- nonbangunan, ‘Sedangkan konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak utama pertumbuhan dibarengi konsumsi pemerintah yang tetap kuat. Kinerja konsumsi masyarakat relatif terjaga meskipun dihadapkan pada tekanan harga yang cukup tinggi pada awal paruh kedua akibat kebijakan penyesuaian harga BBM. Hal ini ditunjang oleh langkah-langkah yang diambil Pemerintah dalam rangka menjaga daya beli masyarakat akibat kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi seperti menyediakan dana tambahan untuk meningkatkan program perlindungan kesejahteraan rakyat miskin, seperti tambahan alokasi beras untuk rakyat miskin (raskin), BLSM, dan bantuan siswa 27 miskin, Program kompensasi tersebut tidak saja dimaksudkan untuk melindungi daya beli masyarakat miskin, tetapi juga sebagai langkah awal untuk menerapkan bentuk subsidi lebih tepat sasaran pada kelompok masyarakat yang layak menerimanya. werja ekspor Indonesia pada tahun 2013 lebih baik bila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan membaiknya perekonomian di beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Dalam kaitan ini, pengelolaan kondisi ekonomi makro dan fiskal perlu tetap dijaga dan diperbaiki untuk meningkatkan daya saing iklim investasi dan usaha di dalam negeri guna mendorong investasi. PDB atas dasar harga berlaku selama tahun 2013 mencapai Rp9.084,0 triliun, naik Rp854.6 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 sebe: Rp8.229.4 tiliun. Peningkatan terjadi di semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 10,19 persen. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai Rp2.770,3 trifiun, naik Rp15 1,4 triliun dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp2.618,9 triliun. Dari sisi lapangan usaha, semua sektor mengalami pertumbuhan dari sisi nominal. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi (10,19 persen), diikuti oleh sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan (7,56 persen), sektor konstruksi (6,57 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (5,93persen), sektor listrik, gas dan air bersih (5,58 persen), sektor industri pengolahan (5,56 persen). Sektor-sektor lainnya tumbuh antara 1,34 persen mpai dengan 5,46 persen. Struktur pembentukan PDB. berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2013 didominasi oleh tiga sektor utamayaitu sektor industei pengolahan, sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki peranan sebesar 52,45 persen. Sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 23,69 persen, sedangkan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi masing-masing sebesar 14,43 persen dan 14,33 persen, Struktur PDB menurut lapangan usaha tahun 2013 mengalami perubahan dibanding tahun 2012. Sektor-sektor yang mengalami peningkatan peranan adalah sektor listrik, gas, dan air listrik naik dari 0,76 persen menjadi 0,77 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran naik dari 13,96 persen menjadi 14,33 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi naik dari 6,67 persen menjadi 7,01 persen, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan naik dari 7,27 persen menjadi 7,52 persen, sektor jasa-jasa naik dari 10,81 persen menjadi 11,02 persen, Adapun yang mengalami penurunan peranan adalah sector pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan turun dari 14,50 persen menjadi 14,43 persen, sector pertambangan dan penggalian turun dari 11,80 persen menjadi 11,24 persen, sektor industri pengolahan turun dari 23,97 persen menjadi 23,69 persen, dan sektor konstruksi turun dari 10,26 persen menjadi 9,99 persen. 3. LAJU INFLASI Sepanjang tahun 2013, harga berbagai komoditas secara_ umum menunjukkan adanya kenaikan. Dari hasil pemantauan BPS di 66 kota pada Desember 2013 terjadi inflasi 0,55 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 146,04 pada November 2013 menjadi 146,84 pada Desember 2013. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari — Desember) 2013 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2013 terhadap Desember 2012) masing-masing sebesar 8,38 persen. Inflasi Desember 2013 terhadap November 2013 terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan 0,79 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,73 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,44 persen; kelompok sandang 0,17 persen; kelompok kesehatan 0,16 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,06 persen; dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,56 persen, Laju inflasi tahun 29 dalam APBN-P Kalender 2013 tercatat sebesar 8,38 persen di atas yang ditetapka sebe: 7,2 persen. Apabila dilihat dari komponen yang membentuk inflasi, hingga Desember 2013, inflasi komponen harga diatur Pemerintah (administered price) menunjukkan peningkatan tertinggi Pada Desember 2013, inflasi tahunan komponen administered price mencapai 16,65 persen (y-0-y), sedangkan Komponen inflasi bergejolak mencapai 11,83 persen dan diikuti inflasi komponen inti sebesar 4,98 persen. Selama tahun 2013, kelompok-kelompok pengeluaran mengalami inflasiyaitu: kelompok bahan makanan 11,35 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 7,45; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan ba 3,70 ar 6,22 persen; kolompok sandang 0,52 persen; kelompok keseh: persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 3,91 persen; dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan menyumbang inflasi sebesar 15,36 persen. Sepanjang tahun 2013, inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli 2013 sebesar 3,29 persen, Komoditas yang domi in menyumbang inflasi pada bulan tersebut antara lain: bensin, tarif angkutan dalam kota, bawang merah, daging ayam ras, ikan segar, cabai rawit, beras, tarif angkutan antar kota, telur ayam ras, dan rokok kretek filter. Sedangkan deflasi tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada bulan September 2013 sebesar 0,35 persen. Komoditas yang dominan menyumbang deflasi pada bulan tersebut antara Jain: bawang merah, tariff angkutan antar kota, cabai rawit, telur ayam ras, tarif angkutan udara, Dalam rangka menjaga kestabilan harga domestik, Pemerintah terus melakukan koordi i dengan Bank Indonesia melalui forum Tim Pengendalian Inflasi dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah terutama pada upaya peningkatan produksi, kelancaran distribusi, dan stabilitasi harga pangan strategis. Laju inflasi bulanan (mn-t-m) selama tahun 2013 tergambar di Grafik 6. 30 ‘Sumber: Badan Pusat Staustn Grafik 6. Tren Laju Inflasi Bulanan Tahun 2013 4. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Tekanan kepada nilai tukar Rupiah pada tahun 2013 dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya meningkatnya aliran modal ke Ivar yang dipicu ketidakpastian pemulihan ekonomi: global, kenaikan inflasi domestik pasca kenaikan harga BBM bersubsidi, serta pengaruh global akibat sentimen tethadap reneana pengurangan stimulus moneter oleh The Fed. Di samping itu juga dipengaruhi oleh kinerja neraca perdagangan Indonesia yang menurun dan disertai dengan volatilitas yang meningkat. Selama tahun 2013, Rupiah secara point-1o- point melemah 26,05 persen (yoy) ke level Rp12.189/USD atau secara rata-ra melemah 11,46 persen (yoy) ke level Rp10.459/USD. Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya sehingga dapat mendukung penyesuaian ekonomi secara terkendali Pertumbuhan ekonomi global yang mengalami perlambatan turut ‘mempengaruhi’ kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPD) tahun 2013. NPI mengalami defisit sampai tiwulan III tahun 2013. Tekanan pada NPI dipengaruhi defisit transaksi berjalan pada tahun 2013 yang diperkirakan sekitar 3.5 persen dari PDB lebih tinggi dari defisit pada tahun 2012 sebesar 2,8 persen dari PDB. Peningkatan defisit transaksi berjalan tahun 2013 antara tain dipenganuhi menurunnya surplus neraca perdagangan 2013 dibandingkan dengan surplus tahun, 2012. Di samping itu, tekanan pada NPI 2013 juga dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial 2013 yang lebih rendah dibanding 2012, sehingga tidak dapat sepenuhnya menutupi defisit transaksi berjalan. 31 Namun demikian, pada triwulan TV tahun 2013 menunjukkan adanya tren penurunan tekanan terhadap NPI yang dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan. Surplus neraca perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sejalan dengan perbaikan ekonomi global serta dipengaruhi adanya kontraksi impor seiring tren perlambatan ekonomi domestik. Surber ‘Bank Indonesia Gratik 7. Nerzea Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulanan 2012-2013 5. Perkembangan ekspor Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia periode Januari ~ Desember 2013 sebesar USD182.55 miliar atau menurun 3.93 persen dibanding tahun sebelumnya, terdiri dari ekspor non migas senilai UDS 149,92 miliar atau turun 2,04 persen dari tahun sebelumnya dan ekspor migas sebesar USD32,63 miliar atau turun 11,75 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Namun sejalan dengan perbaikan ekonomi global, pada penghujung tahun 2013 terjadi perbaikan nilai ekspor. Perbaikan nilai ekspor dipengaruhi: perkembangan positif kondisi perekonomian mitra dagang, berlanjutnya depresiasi rupiah dan adanya perbaikan pada harga komoditas global. ‘Santer: Badu Post Statice Grafik 8. Perkembangan Akumulasi Ekspor tahun 2012 den 2013 (miliar USD) 32 6. Perkembangan impor Sepanjang tahun 2013 total impor mencapai USD186,63 miliar atau turun 2,64 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terdiri dari impor non migas senilai USD141,36 miliar atau turun 5,21 persen dari tahun sebelumnya dan impor migas sebesar USD45,27 miliar atau naik 6,35 persen dibanding dengan tahun sebelumnya, Nilai impor golongan barang konsumsi dan barang modal mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 2,01 persen dan 17,36 persen. Sebaliknya impor bahan baku/penolong meningkat 1,31 _ persen. Perlambatan impor berasal dari penurunan impor barang konsumsi dan kontraksi impor barang modal serta bahan baku. Penurunan impor juga terkait dengan respons kebijakan dalam mengendalikan permintaan domestik dan kebijakan pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. Tren perkembangan impor selama tahun 2012 dapat dilihat_—pada_grafik_ 9. mall Sembar: Bedon Poset Stetsih Grafik 9. Perkembangan Akumulasi impor Tahun 2012 dan 2013 (miliar USD) 7. Cadangan devisa Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dipengarubi transaksi ‘modal dan finansial sepanjang tahun 2013 berhasil mencatat cadangan devisa pada akhir Desember 2013 sebesar USD99,4 miliar atau setara dengan 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, 33 Sumber: bark dere, Grafik 10. Cadangan Devisa Triwulanan 2017-2013 34 BAB. III KESIMPULAN 1. Rasio lancar (current ratio) ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar (di luar persediaan) dengan utang jangka pendek yang besamya adalah 0,69:1 tahun 2013 dan 0,91:1 tahun 2012 Hal ini berarti untuk setiap Rp. 1 utang, pemerintah mempunyai Rp.0,69 dan Rp. 0,91 aktiva Jancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah tidak fikuid. Nilai standar rasio lancar dianggap aman adalah 2:1 dan nilai minimalnya adalah 1:1 (Mahmudi, 2007). 2. Kesimpulan: rasio kas (quick ratio) menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio Tancar, dalam hal ini perbandingan antara kas dengan utang jangka pendek adalah 1,89 :1 tahun 2013 dab 2,41 :1 tahun 2012. Hal ini berarti untuk setiap Rp. 1 utang, pemerintah mempunyai kas. Kondis p. 1,89 dan Rp. 2,41 kas dan setara menunjukkan bahwa kodisi keuangan pemerintah sangat likuid. Artinya tanpa harus menunggu ditagihnya piutang pajak, pemerintah sudah dapat melunasi utang jangka pendek tersebut pada saat ini 3. Kesimpulan: rasio solvabilitas menunjukkan perbandingan antara total aktiva dengan total utang yang besamnya adalah 1,35:1 Tahun 2013 dan 1: 1,59 tahun 2012. Hal ini berarti untuk setiap Rp. | utang, pemerintah mempunyai Rp. 1,35 dan Rp. 1,59 aset .Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah masih sangat solvable, Nilai_ mi (Mahmudi, 2007 mal rasio solvabilitas dianggap aman adalah 1:1

You might also like