You are on page 1of 6

POLA KASUS OPERASI EMERGENCY BEDAH MULUT PADA

INSTALASI BEDAH NON ELEKTIF RSUD UNDATA PALU PERIODE


JANUARI 2017-APRIL 2019

*I Made Andi Saputra1, Moh. Ghazali2, M. Sabir3


1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Universitas Tadulako – Palu, INDONESIA – 94118
2
Departement of Ear, Nose and Throat (ENT) Undata General Hospital – Central Sulawesi, INDONESIA
– 94118
3
Departement of Research on Tropical Diseases and Traumatology, Faculty of Medicine Tadulako
University

ABSTRACT

Background: Oral surgery emergencies are serious and life threatening cases. Not only trauma, other
emergency cases such as risk of severe infections and consideration of the patient's age are also a
problem that is often encountered in oral surgery cases that enter the emergency room. Objective: This
study aims to determine the patterns of emergency oral surgery cases at the non elective surgery
department of RSUD Undata in January 2017-April 2019. Research Methods: The research method
used was retrospective descriptive with a qualitative approach. The data used in the study are
secondary data originating from the register book of the non elective surgery of RSUD Undata.
Sampling in this study using the total sampling method. Data analysis was performed univariately to
describe the frequency distribution of each variable. Result: we found 27.3% of mandibular abscesses,
9.1% of mandibular phlegmons, 27.3% of Dentoalveolar fractures, 9.1% of dental-ductal fractures,
9.1% of mandibular fractures, 18.1% of Vulnus laceratum. 54% men and 46% women. 36.4% included
ages 26-45 years, 27.3% 12-25 years, 18.1% 6-11 years, 9.1% 0-5 years and 9.1% 45-65 years.
Conclusion: the most cases are dentoalveolar fractures and mandibular abscesses. More male than
female. Cases of trauma are quite significant compared to non-trauma. Ages 26-45 years have the
highest prevalence.

Keywords: Dentoalveolar surgery, maxillofacial trauma, ENT emergency

ABSTRAK

Latar Belakang: Kegawatdaruratan bedah mulut merupakan kasus yang serius dan dapat mengancam
nyawa. Tidak hanya kasus trauma, kasus kegawatdaruratan lain seperti resiko infeksi berat dan
pertimbangan usia pasien juga menjadi masalah yang sering ditemui pada kasus bedah mulut yang
masuk di ruang emergensi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kasus operasi emergency bedah mulut pada
instalasi bedah non elektif RSUD Undata Palu periode Januari 2017-April 2019.
Metode Penelitian: metode penelitian yang digunakan adalah deskriptik retrospektif dengan
pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang berasal dari
buku register pasien bedah non elektif RSUD Undata. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat untuk menggambarkan
distribusi frekuensi masing-masing variabel.
Hasil Penelitian: ditemukan 27.3 % abses mandibula, 9.1% Flegmon mandibula, 27.3 % Fraktur
Dentoalveolar, 9.1 % Fraktur dentalokdus, 9.1 % Fraktur mandibular, 18.1 % Vulnus laseratum. 54 %
laki-laki dan 46 % perempuan. 36.4 % mencakup usia 26-45 tahun, 27.3 % 12-25 tahun, 18.1 % 6-11
tahun, 9.1 % 0-5 tahun dan 9.1 % 45-65 tahun.
Kesimpulan: kasus terbanyak merupakan fraktur dentoalveolar dan abses mandibular. Jenis kelamin
laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Kasus trauma cukup signifikan dibandingkan non trauma..
Usia 26-45 tahun memiliki prevalensi terbanyak.

Kata kunci: Oprasi dentoalveolar, Trauma maksilofasial, kegawatdaruratan THT

PENDAHULUAN kunjungan gawat darurat dikarenakan oleh


Kegawatdaruratan pada kasus gigi dan pulpitis, selulitis, akut periodontitis dan karies
mulut merupakan kasus yang cukup sering merupakan 4 kasus tertinggi dari kasus non
dijumpai pada instalasi gawat darurat (IGD). trauma. Pada kategori trauma, 3 kasus tertinggi
Masalah utama yang sering ditemui adalah adalah luka terbuka struktur internal dari mulut
nyeri, trauma dan infeksi (1). Kasus berat pada tanpa komplikasi, luka terbuka wajah tanpa
daerah gigi dan mulut dapat menjadi masalah komplikasi, dan hilangnya gigi oleh karena
serius mulai dari kecacatan hingga kematian, trauma. Prevalensi tertinggi kunjungan gawat
beberapa kasus bahkan tidak dapat berlama- darurat ditemukan pada laki-laki dan pada grup
lama menunggu dikarenakan nyeri yang hebat, usia 6 tahun(4). Penelitian yang dilakukan oleh
perdarahan, ataupun cedera multipel (1,2). Juwita et al (2017) di RSUD Arifin Achmad
Asosiasi dental Amerika (ADA) dan Pekanbaru menunjukkan bahwa Angka kejadian
Asosiasi bedah mulut dan maksilofasial fraktur mandibula menempati urutan pertama
Amerika (AAOMS) mengelompokkan kasus- dari seluruh kasus fraktur maksilofasial yaitu
kasus yang termasuk dalam gawat darurat gigi berjumlah 62 kasus (45,92%), dimana dari
dan mulut yaitu fraktur rahang dan tulang semua kasus ditemukan bahwa 86,67% adalah
alveolar, avulsi atau displasi gigi, fraktur gigi laki-laki dan kelompok umur terbanyak adalah
dengan keterlibatan pulpa, abses alveolar akut, usia 11-20 tahun (39,26%)(2).
gangguan jalan nafas atas, laserasi mukosa oral, Dari gambaran data di atas didapatkan
sakit gigi akut dan infeksi, dan perdarahan yang bahwa kasus kegawatdaruratan bedah mulut
tidak terkontrol(3). Namun selain hal diatas, merupakan permasalahan kesehatan serius yang
ditemukan pula kunjungan gawat darurat yang banyak ditemukan di berbagai negara termasuk
berasal dari pasien anak-anak berupa kasus di Indonesia. Namun, di RSUD Undata Palu
antara lain sakit gigi yang berhubugan dengan belum pernah dilakukan studi yang memberikan
karies gigi, trauma dental, pembengkakan gambaran pola kasus operasi emergensi bedah
jaringan lunak, dan erupsi gigi(3). mulut di RSUD Undata Palu. Oleh karena itu
Pada studi yang dilakukan di departemen studi ini dilakukan untuk mengetahui pola kasus
gawat darurat di rumah sakit anak di Amerika, oprasi emergensi bedah mulut di instralasi
Kasus trauma memiliki prevalensi 60% dari bedah non elektif RSUD Undata periode Januari
kasus emergensi, sementara itu kasus infeksi 2017 sampai April 2019.
meningkat dari 30% menjadi 44% pada periode
4 tahun(3). METODE DAN BAHAN
Pada studi retrospektif yang dilakukan Penelitian ini menggunakan desain
oleng Huang (2018) didapatkan bahwa penelitian deskriptif retrospektif dengan
pendekatan kualitatif yang dilakukan di SMF
THT-KL RSUD Undata Palu. Sampel penelitian
ini adalah semua kasus bedah mulut yang
ditangani di instalasi bedah non elektif RSUD Tabel 3. Distribusi Jenis kelamin
undata Palu periode Januari 2017- April 2019
Jenis Frekuensi Persentas
dengan total sampel sebanyak 11 kasus.
Variabel yang diteliti adalah umur dan jenis Kelamin e
kelamin sebagai variabel bebas dan kasus yang Laki-Laki 6 54%
termasuk dalam operasi bedah gigi dan Perempuan 5 46%
mulut yang dilakukan di instalasi bedah
Total 11 100 %
non-elektif RSUD Undata Palu Periode
Januari 2017-April 2019 sebagai variabel Sumber: Data sekunder (2019)
terikat. Analisis data pada penilitian ini
menggunakan analisis univariat untuk Tabel 4. Distribusi Usia
menggambarkan distribusi frekuensi masing- Usia Frekuensi Persentase
masing variabel. Masa balita 1 9.1 %
(0-5 tahun)
HASIL Masa kanak- 2 18.1 %
Jenis kasus Frekuensi Persentase kanak (6-11
Abses mandibula 3 27.3 %
dan submandibula tahun)
Masa remaja 3 27.3 %
Flegmon 1 9.1 %
mandibula (12-25 tahun)
Fraktur 3 27.3 % Masa dewasa 4 36.4 %
Dentoalveolar
Fraktur 1 9.1 %
(26-45 tahun)
Masa Lansia 1 9.1 %
dentalokdus
Fraktur mandibula 1 9.1 % 45-65 tahun)
Vulnus laseratum 2 18.1 % Total 11 100 %
Total 11 100 % Sumber: Data sekunder (2019)
Adapun hasil penelitian sebagai berikut:
Dari total kasus didapatkan frekuensi
yang sama (27.3 %) pada kasus tertinggi antara
Tabel 1. Distribusi kasus
kasus abses mandibular dan Fraktur
Sumber: Data sekunder (2019)
Dentoalveolar, kemudian diikuti dengan Vulnus
laseratum (18.1 %), Flegmon mandibular,
Tabel 2. Distribusi kasus berdasarkan
Fraktur dentalokdus, dan Fraktur mandibula (9.1
kategori trauma dan non trauma
%). Kasus trauma lebih banyak (64%)
Kasus Frekuensi Persentase
dibandingkan dengan non trauma (36%). Laki-
Trauma 7 64 % laki lebih banyak (54%) dibandingkan
perempuan (46%). Kemudian dari distribusi usia
Non Trauma 4 36 % ditemukan jumlah operasi emergensi bedah
mulut 36.4 % mencakup usia 26-45 tahun, 27.3
Sumber: Data sekunder (2019) % pada usia 12-25 tahun, 18.1 % pada usia 6-11
tahun, usia 0-5 tahun, 9.1 %, dan 9.1 % pada Dari data distribusi kasus berdasarkan
usia 45-65 tahun. trauma dan non trauma didapatkan hasil dimana
kasus trauma memiliki prevalensi lebih tinggi
yaitu 64% sedangkan kasus non trauma 34%.
PEMBAHASAN
Trauma merupakan penyebab utama mortalitas
Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil dan morbiditas di seluruh dunia(10). Menurut
bahwa Abses mandibular atau submandibular studi Global Burden of Diseases 2015, trauma
dan Fraktur Dentoalveolar sama-sama menyumbang 8,5% dari kematian, mewakili 4,7
menempati posisi tertinggi (27.3%) dalam juta orang. Trauma mencakup sejumlah besar
distribusi kasus operasi emergensi bedah mulut cedera termasuk cedera karena transportasi,
di RSUD Undata palu periode Januari 2017- cedera yang tidak disengaja seperti jatuh,
April 2019. Hal ini sesuai dengan data penelitian melukai diri sendiri, dan kekerasan
retrospektif tahun 2015-2016 oleh Katoumas et interpersonal .(11)
Studi retrospektif oleh
al (2019) yang menunjukkan ruang paling umum
AlHammad et al (2019) juga menunjukkan
yang terlibat dalam infeksi odontogenik yang
bahwa kecelakaan oleh kendaraan bermotor
parah adalah submandibular (52,9%)(5). Proporsi (MVA) adalah penyebab trauma yang paling
traumatologi yang substansial datang dari umum(80%)(12). Studi retrospektif yang
fraktur maksilofasial, Cabalag et al (2014) juga
dilakukan oleh Singh et al (2012) juga
menemukan bahwa fraktur mandibula memiliki
mendapatkan hal yang sama dimana kecelakaan
proporsi terbesar yang dirawat dengan
lalu lintas merupakan penyebab utama dari
pembedahan (178 dari 223 fraktur, 79,82%). (6,7) cedera maksilofasial diikuti oleh jatuh dari
Hal ini dapat terjadi karena kesulitan bernafas ketinggian(13). Pada kasus non trauma utamanya
(dispnea), kesulitan menelan (Disfagia) serta
infeksi merupakan kasus tersering yang
infeksi yang menyebar cepat adalah hal yang
memerlukan penanganan segera, Infeksi pada
dapat mengancam nyawa, sehingga
kompleks oral dan maksilofasial adalah
mengharuskan rujukan langsung ke ruang gawat
penyebab utama dari morbiditas dan gejala sisa
darurat karena dapat menimbulkan ancaman
estetika serta fungsional wajah. Beberapa
langsung kejalan nafas, inilah alasan kedua
komplikasi dari infeksi maksilofasial adalah
kasus tersebut memiliki frekuensi tinggi untuk
abses ruang wajah dan selulit serta penyebaran
ditangani di ruang operasi non elektif karena
ke leher(14).
keterlambatan penanganan dapat dengan cepat
Pada distribusi kasus menurut jenis
mengancam nyawa pasien(5)
kelamin didapatkan bahwa Laki-laki memiliki
Kasus tertinggi kedua adalah vulnus
prevalensi lebih tinggi yaitu 54% dibandingkan
laceratum dengan frekuensi sebanyak 18.1%.
dengan perempuan yaitu 46%. Dengan hasil ini
Kasus ini termasuk dalam kategori cedera
kami setuju dengan beberapa penelitian lainnya
jaringan lunak dan avulsi yang dimana
yang menunjukkan lebih banyak pasien laki-laki
memerlukan intervensi bedah (misalnya
dibandingkan perempuan dimana laki-laki lebih
Penutupan simpel atau berlapis, flap kulit, dan
berpartisipasi dalam aktivitas fisik dibandingkan
skin graft). Dalam hal ini diperlukan terbaik
dengan prempuan(15–19).
untuk memastikan penyembuhan yang optimal,
Berdasarkan data distribusi usia,
sehingga kasus ini juga cukup sering ditangani
ditemukan prevalensi tertinggi yaitu 36.4%
secara emergency ssuai derajat luka yang
mencakup usia 26-45 tahun, disusul 27.3 % pada
dialami(8,9).
usia 12-25 tahun, 18.1 % pada usia 6-11 tahun,
usia 0-5 tahun, 9.1 %, dan 9.1 % pada usia 45-65
tahun. Pada pasien dewasa didominasi oleh di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode
pasien Trauma dengan frekuensi 75%, begitu Januari 2009-desember 2011. J Ilmu
pula pada pasien remaja sebanyak 66%. Hal ini Kedokt. 2017 Nov 25;5(2):101.
sejalan dengan studi retrospektif yang dilakukan
3. Jung C-P, Tsai AI, Chen C-M. A 2-year
oleh Zamboni et al (2017) bahwa prevalensi retrospective study of pediatric dental
fraktur wajah tertinggi terjadi pada kelompok emergency visits at a hospital emergency
usia 21 hingga 30 tahun dan dari 31 hingga 40 center in Taiwan. Biomed J. 2016
tahun(20). Kemudian Adovica (2017) dengan Jun;39(3):207–13.
review kasus infeksi leher dalam pada 263 kasus
4. Huang S-M, Huang J-Y, Yu H-C, Su N-Y,
menemukan median usia terbanyak yaitu 44
Chang Y-C. Trends, demographics, and
tahun (IQR:29-60)(21). conditions of emergency dental visits in
Taiwan 1997–2013: A nationwide
population-based retrospective study. J
KESIMPULAN Formos Med Assoc. 2019 Feb;118(2):582–
Berdasarkan penelitian selama 7.
periode Tahun 2017-2019, di Bagian Bedah 5. Katoumas K, Anterriotis D, Fyrgiola M,
Mulut RSUD UNDATA ditemukan bahwa Lianou V, Triantafylou D, Dimopoulos I.
Kasus terbanyak yaitu fraktur dentoalveolar dan Epidemiological analysis of management of
abses mandibula sama-sama sebanyak 27.3% severe odontogenic infections before
kasus , berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih referral to the emergency department. J
Cranio-Maxillofac Surg. 2019
banyak (54%) dibandingkan dengan perempuan
Aug;47(8):1292–9.
(46%) . Distribusi kasus dalam kategori trauma
terlihat cukup signifikan dengan frekuensi 64 % 6. Arangio P, Vellone V, Torre U, Calafati V,
(7 kasus) sedangkan kasus non trauma sebesar Capriotti M, Cascone P. Maxillofacial
36 % (4 kasus. Berdasarkan data distribusi usia fractures in the province of Latina, Lazio,
36.4 % mencakup usia 26-45 tahun, 27.3 % Italy: Review of 400 injuries and 83 cases. J
Cranio-Maxillofac Surg. 2014
pada usia 12-25 tahun, 18.1 % pada usia 6-11
Jul;42(5):583–7.
tahun, usia 0-5 tahun, 9.1 %, dan 9.1 % pada
usia 45-65 tahun. 7. Cabalag MS, Wasiak J, Andrew NE, Tang J,
Kirby JC, Morgan DJ. Epidemiology and
management of maxillofacial fractures in an
UCAPAN TERIMAKASIH Australian trauma centre. J Plast Reconstr
Peneliti mengucapkan terimakasih Aesthet Surg. 2014 Feb;67(2):183–9.
pada Direktur dan Kepala SMF THT-KL RSUD
Undata Palu yang telah banyak membantu dalam 8. Rezaei M, Jamshidi S, Jalilian T, Falahi N.
Epidemiology of maxillofacial trauma in a
penelitian ini.
university hospital of Kermanshah, Iran. J
Oral Maxillofac Surg Med Pathol. 2017
DAFTAR PUSTAKA Mar;29(2):110–5.

1. Hammel JM, Fischel J. Dental Emergencies. 9. Ste-Marie-Lestage C, Adler S, St-Jean G,


Emerg Med Clin North Am. 2019 Carrière B, Vincent M, Trottier ED, et al.
Feb;37(1):81–93. Complications following chin laceration
reparation using tissue adhesive compared
2. Juwita N, Zulfikar W, Restuastuti T. to suture in children. Injury. 2019
Gambaran Penderita Fraktur Maksilofasial Apr;50(4):903–7.
10. Bège T, Pauly V, Orleans V, Boyer L, Retrospective Study. Craniomaxillofacial
Leone M. Epidemiology of trauma in Trauma Reconstr. 2014 Sep;7(3):224–32.
France: mortality and risk factors based on a
national medico-administrative database. 18. Samman M, Ahmed SW, Beshi H,
Anaesth Crit Care Pain Med. 2019 Almohammadi TA, Patil SR. Incidence and
Oct;38(5):461–8. Pattern of Mandible Fractures in the
Madinah Region: A Retrospective Study.
11. Haagsma JA, Graetz N, Bolliger I, Naghavi Ann Med Health Sci Res. 2017;(7):359–64.
M, Higashi H, Mullany EC, et al. The global
burden of injury: incidence, mortality, 19. Mosaddad SA, Gheisari R, Erfani M. Oral
disability-adjusted life years and time trends and maxillofacial trauma in motorcyclists in
from the Global Burden of Disease study an Iranian subpopulation. Dent Traumatol.
2013. Inj Prev. 2016 Feb;22(1):3–18. 2018 Oct;34(5):347–52.

12. AlHammad Z, Nusair Y, Alotaibi S, 20. Zamboni RA, Wagner JCB, Volkweis MR,
Ababtain R, Alsulami S, Aljumah G. A Gerhardt EL, Buchmann EM, Bavaresco
cross-sectional study of the prevalence and CS. Epidemiological study of facial
severity of maxillofacial fractures resulting fractures at the Oral and Maxillofacial
from motor vehicle accidents in Riyadh, Surgery Service, Santa Casa de Misericordia
Saudi Arabia. Saudi Dent J. 2019 Hospital Complex, Porto Alegre - RS -
Oct;S1013905219307837. Brazil. Rev Colégio Bras Cir. 2017
Oct;44(5):491–7.
13. Singh V, Singh N, Das S, Dhasmana S,
Malkunje L, Mohammad S. The 21. Adoviča A, viedere linda, ronis marks,
maxillofacial injuries: A study. Natl J sumeraga gunta. Deep Neck Infections:
Maxillofac Surg. 2012;3(2):166. Review of 263 Cases. Otolaryngol Pol.
2017;71(5):39–45.
14. Calderon L dos S, Lima A de S, Kaba SCP,
Jadijisky, Jr MV, Elias FM.
Epidemiology/Infection/Orthognathic
Surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2002
Aug;60(8):72–4.

15. Khan SR, Khan ZA, Hanif S, Riaz N,


Warraich RA. Patterns of facial fractures in
children. Br J Oral Maxillofac Surg. 2019
Dec;57(10):1009–13.

16. Ykeda R, Ballin C, Moraes R, Ykeda R,


Miksza A. Epidemiological profile of 277
patients with facial fractures treated at the
emergency room at the ENT Department of
Hospital do Trabalhador in Curitiba/PR, in
2010. Int Arch Otorhinolaryngol. 2013 Dec
10;16(04):437–44.

17. Mabrouk A, Helal H, Mohamed A,


Mahmoud N. Incidence, Etiology, and
Patterns of Maxillofacial Fractures in Ain-
Shams University, Cairo, Egypt: A 4-Year

You might also like