Professional Documents
Culture Documents
1 SM PDF
1 SM PDF
masyarakat Jawa khususnya Jawa Tengah karena memiliki rasa dan aroma yang khas dan dipakai sebagai bahan
pembangkit cita rasa alami dalam masakan. Mengingat m
bumbu penyedap masakan dan ketersediaannya masih dalam bentuk segar, maka diperlukan suatu teknologi
untuk memperpanjang umur simpan dan mempermudah penggunaannya yaitu dengan teknik pengeringan dan
penepungan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, yaitu suhu
pengeringan (55°C, 60°C, dan 65°C). Anallisis data menggunakan uji analisis varian (ANOVA), jika ada
perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada tingkat
signifikansi = 0,05.
adalah: Rendemen berkisar
26,46-29,40%, bulk density 0,52-0,59 g/cm3, kelarutan tepung 99,9956-99,9972%, dan daya serap air 1,39-2,35
ml/g. Berdasarkan karakteristik fisik dan sensoris, adalah tempe
yang dikeringkan
menghasilkan rendemen 28,10%, bulk density 0,53 g/cm3, kelarutan tepung 99,9972%, daya serap air 1,96 ml/g,
kadar air 8,45%.
menyengat, dan tekstur yang halus dan kering atau tidak lembab.
Kata kunci: tempe bosok, tepung, bumbu
PENDAHULUAN
dapat dijadikan sebagai bahan pembangkit
cita rasa alami yang dapat memberikan rasa
dan flavor yang khas dalam masakan, dan
merupakan tempe kedelai segar yang sebagai penyedap masakan, yang dapat
diperpanjang masa fermentasinya sehingga menyebabkan masakan lebih sedap serta
berwarna beludru meningkatkan cita rasa.
kehitam-hitaman (Aminah, 1996). Tempe ini Dalam perkembangannya di
sangat digemari oleh masyarakat Jawa
khususnya Jawa Tengah karena memiliki dikonsumsi dalam bentuk basah atau segar.
yang disukai oleh konsumen yaitu tempe Dalam penelitian ini, proses
yang mengalami 5 hari fermentasi (120 jam) pembuatan tempe dilakukan di Sentra
atau tempe yang mengalami perpanjangan Industri Kecil Tempe Desa Manang,
fermentasi selama 3 hari setelah tempe jadi Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo,
atau disebut juga tempe overripe 1. Jawa Tengah, sedangkanproses fermentasi
Mengingat manfaat yang begitu besar
dalam inkubator dengan suhu terkontrol di
bumbu penyedap masakan maka diperlukan Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan
suatu teknologi untuk memperpanjang umur Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas
simpan dan mempermudah penggunaannya Pertanian, Universitas Sebelas Maret
yaitu dengan teknik pengeringan. Surakarta.Sedangkan proses pengeringan
Pengeringan dan penepungan akan dan penepungan sehingga menjadi tepung
menghasilkan tepung cabinet
lebih awet dan siap digunakan kapan saja dryer dengan variasi suhu 55°C, 60 °C, dan
sebagai bumbu penyedap masakan. Proses 65°C, dan mesin penepungan dengan ayakan
pembuatan tepung dilakukan 80 mesh.
melalui beberapa proses yaitu pengeringan,
penepungan, dan pengayakan. Selama proses dihasilkan dianalisis Rendemen (dengan
tersebut akan terjadi perubahan sifat-sifat penimbangan),Bulk Density ( dengan
bahan pangandari bahan pangan yang masih Pengujian Sederhana dalam Tien R
segar dengan kadar air yang cukup tinggi Muchtadi, 1992), Kelarutan dan Daya Serap
menjadi bahan pangan dengan kadar air yang Air (dengan Pengujian Sederhana dalam
rendah sehingga dapat memperpanjang umur Dedi Fardiaz, 1992) serta penerimaan
simpan bahan pangan. konsumententang warna, aroma, tekstur, dan
Suhu pengeringan yang digunakan overall (dengan Uji Kesukaan menurut
Kartika, 1988).
diduga berpengaruh terhadap karakteristik Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
yang dihasilkan. Suhu pengeringan diduga satu faktor, yaitu suhu pengeringan (suhu
dapat menyebabkan perubahan senyawa 55°C, 60°C, dan 65°C). Data yang diperoleh
yang terdapat dalam bahan pangan selanjutnya dianalisis statistik menggunakan
(Muchtadi, 2008) sehingga akan uji analisis varian (ANOVA)yang bertujuan
berpengaruh pada komponen kimia tepung untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
pada masing-masing suhu pengeringan dan
jika ada perbedaan antar perlakuan maka
yang dihasilkan diduga akan mempengaruhi dilanjutkan dengan analisis Duncan Multiple
penerimaan se Range Test (DMRT) pada tingkat
sebagai bumbu penyedap masakan. signifikansi = 0,05.
Pada penelitian ini dilakukan
bubuk.
Pada penelitian ini dilakukan uji sensoris panelis, pada suhu pengeringan 60°C
kepada 30 panelis. Panelis yang digunakan menghasilkan warna coklat yang disukai
untuk uji sensoris ini yaitu penjual dan oleh panelis, sedangkan pada suhu
pemasak sambal tumpang di wilayah Solo. pengeringan 65°C memiliki warna coklat tua
Pengujian se yang kurang disukai juga oleh panelis.
berdasarkan uji kesukaan pada tepung tempe
2. Aroma
bosok sebagai bumbu masak. Hasil
pengujian karakteristik sensori tepung tempe Aroma merupakan karakter sensoris
Tabel 2.
dengan indera pembau. Indera pembau
1. Warna adalah instrumen yang paling banyak
berperan mengetahui aroma terhadap
Warna merupakan kenampakan dari makanan. Pengujian terhadap aroma penting
oleh karena indera pembau dapat dengan cepat
indera penglihatan. Menurut Winarno memberikan hasil penilaian terhadap produk
(2004), penentuan mutu bahan makanan
tentang diterima atau tidaknya suatu produk
pada umumnya bergantung pada warna, cita (Kartika, 1988).
rasa, tekstur, dan nilai gizinya. Pada Tabel 2 Pada Tabel 2 dapat dilihat aroma
menunjukkan bahwa tingkat kesukaan
pengeringan 55°C menunjukkan hasil yang
dengan variasi suhu pengeringan 55°C berbeda nyata dengan suhu pengeringan
memiliki perbedaan secara nyata dengan 60°C dan 65°C. Sedangakan aroma tepung
suhu pengeringan 60°C dan 65°C.
Sedangkan suhu pengeringan 60°C tidak tidak menunjukkan perbedaan yang secara
berbeda nyata dengan suhu pengeringan nyata dengan suhu pengeringan 65°C.
65°C. Dari data tersebut dapat diketahui
memiliki tingkat kesukaan tertinggi dengan
pengeringan 60°C dan 65°C lebih disukai nilai 4,03 dan tingkat kesukaan terendah
variasi suhu 55°C. Tingkat kesukaan dengan nilai 3,07.
Menurut Buckle (1985), proses
variasi suhu pengeringan 60°C dengan nilai pengeringan dapat menyebabkan flavor yang
tertinggi sebesar 3,77 dan tingkat kesukaan mudah menguap hilang. Pada tepung tempe
terendah pada tepu s yang
variasi suhu pengeringan 55°C dengan nilai muncul pada proses fermentasi yang
2,87.
Menurut panelis secara umum panelis mengungkapkan karakter sensoris
mengungkapkan kenampakan warna dari
memiliki aroma yang khas seperti tempe
karakter sensoris warna pada tepung tempe
u menyengat serta lebih dari aroma semangit.
gelap. Pada suhu pengeringan 55°C memiliki Pada suhu pengeringan 55°C tepung tempe
warna coklat muda yang kurang disukai oleh
100 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No.2, Agustus 2013
memiliki aroma yang terlalu Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
menyengat/terlalu bosok, pada suhu
pengeringan 60°C menghasilkan tepung dengan suhu pengeringan 55°C
menunjukkan berbeda nyata dengan suhu
panelis karena memiliki aroma yang tidak pengeringan 60°C dan suhu pengeringan
terlalu menyengat/bosok, sedangkan suhu 65°C. Pada tingkat kesukaan yang tertinggi
kurang disukai oleh panelis karena aroma suhu pengeringan 60°C dengan nilai 4,17
yang dihasilkan sudah berkurang. Hal ini sedangkan tingkat kesukaan terendah
dikarenakan berkurangnya ammonia/alkohol
yang terdapat pada t suhu pengeringan 55°C dengan nilai 3,47.
karena menguap.
yang disukai oleh panelis yaitu pada suhu
3. Tekstur
pengeringan 60°C. hal ini dikarenakan
Tekstur adalah sifat kekompakan dari
tempe yang diamati dengan indera peraba. pengeringan 60°C memiliki warna, aroma,
Pada penelitian ini karakter sensoris tekstur dan tekstur yang paling disukai oleh panelis.
102 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VI, No.2, Agustus 2013