You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

STUDI PENURUNAN KADAR COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)


MENGGUNAKAN FERRI KLORIDA (FeCl3) PADA LIMBAH CAIR
TAPIOKA DI DESA NGEMPLAK MARGOYOSO PATI

Diana Islamawati *, Yusniar Hanani Darundiati **, Nikie Astorina Dewanti **


*) Mahasiswa xPeminatanxKesehatanxLingkungan, xFakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro
**)Dosen Peminatan KesehatanxLingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. xSoedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*) Email: dianaislamawati@gmail.com

ABSTRACT
The tapioca industry produces liquid waste with COD levels that exceed the
standard of 300 mg/l. COD level in tapioca liquid waste was 14,444 and 8,519.6
mg/l. Therefore, it was necessary to wastewater treatment, one of them with
coagulation-flocculation system using ferric chloride coagulant. The purpose of
this study was to determine the decrease in COD levels after being treated using
coagulant ferri chloride in tapioca liquid waste. This type of research was quasi
experimental research with pretest posttest study design with control group. The
sampel in this research was part of waste water tapioca produced by UD Sumber
Makmur in the final shelter that flows into the river. Total sample for treatment (20
gr, 25 gr, 30 gr, 35 gr, and 40 gr) with 5 replication was 35 samples. Data
analysis used Kruskal Wallis test showed that there was difference average in
decreasing COD level of tapioka liquid waste with various dose of ferric chloride
(p-value= 0.004). The result of Man Whitney test, showed that groups between
dose variation that have significant difference in decreasing COD level of tapioca
liquid waste (p≤0.05) was control group with all treatment groups and 20 gr with
40 gr group treatment. COD level after treatment decreased gradually as the
dose of ferric chloride was added. The decrease occurred in the control group
was 4,827.3 mg/l (43.3%), dose of 20 gr/l was 8,221.6 mg/l (73.8%), dose of 25
g/l was 8,757.3 mg/l (78.6%), dose of 30 gr/l was 9,043.0 mg/l (81.2%), dose of
35 gr/l was 9,544.6 mg/l (85.7%), and dose of 40 gr/l was 9,942.1 mg/l (89.2%).
The greatest decrease presentage was at a dose of 40 gr/l with a decrease from
COD level 11,136.2 mg/l to 1,194.1 mg/l or 89.2%. There was a decrease in COD
levels using ferric chloride but the COD levels produced were still above the
established quality standard.

Keywords :Chemical Oxygen Demand (COD), ferric chloride (FeCl3),


tapioka liquid waste

PENDAHULUAN Makmur memiliki kapasitas produksi


10-50 ton ketela per hari dengan
Salah satu industri tapioka kebutuhan air bersih sebanyak 2 m3
terbesar di Desa Ngemplak adalah setiap jam. Kegiatan produksi di UD
UD Sumber Makmur. UD Sumber Sumber Makmur berlangsung setiap

69
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

hari dengan bahan baku utama kesehatan mahluk hidup;


singkong KSP 4 atau yang sering menimbulkan kerusakan pada
disebut dengan singkong daplang.(1) bangunan maupun tanah; merusak
kehidupan biota air; serta
Selain memberikan keuntungan menimbulkan bau yang tidak sedap
dari segi ekonomi, industri tapioka dan merusak pemandangan.(2)
juga memberikan kerugian yaitu
limbah yang dihasilkan. Kerugian ini Pengolahan kimia yang dapat
sangat berdampak buruk khususnya dilakukan salah satunya yaitu
pada lingkungan sekitar. Limbah cair dengan proses koagulasi flokulasi.
industri tapioka mengandung bahan Hal yang sangat penting dalam
organik tersuspensi yang cukup pengolahan limbah menjadi air
tinggi di antaranya karbohidrat bersih adalah menurunkan serta
sebesar 18,900%, glukosa sebesar menghilangkan zat padat
21,067%, vitamin C sebesar tersuspensi serta zat organik. (5)
51,040%, protein, serat, serta lemak Koagulan yang akan digunakan
yang mudah membusuk serta dalam penelitian ini adalah Ferri
menimbulkan bau tidak sedap.(2) klorida (FeCl3). Koagulan ferri klorida
biasa digunakan dalam pengolahan
Hasil studi pendahuluan yang air limbah industri. Koagulan FeCl3
telah dilakukan di industri tapioka berfungsi efektif untuk pH yang lebih
Desa Ngemplak Kecamatan tinggi dari 4,5. Bahan ini sesuai
Margoyoso Kabupaten Pati untuk limbah cair tapioka yang
didapatkan bahwa sebagian besar memiliki kesadahan rendah serta
industri tapioka belum melakukan intensitas warna yang tinggi.
pengolahan terhadap limbah cair Koagulan FeCl3 memberikan rentang
yang dihasilkan. Limbah cair tapioka kondisi optimum yang lebih lebar
yang dihasilkan oleh UD Sumber daripada aluminium sulfat (4-9).
Makmur adalah 14,4 m3 per hari.
Hasil uji pendahuluan pertama yang Makaxberdasarkanx uraian
dilakukan pada outlet limbah cair tersebut, penelitian ini bertujuan
industri tapioka di UD Sumber untuk membuktikan kemampuan
Makmur di Laboratorium Balai ferri klorida (FeCl3) sebagai
Penelitian dan Pengembangan koagulan dalam proses pengolahan
Industri (BBTPPI) Semarang pada air limbah industri tapioka dengan
tanggal 4 Maret 2018 kadar COD paramater uji COD (Chemical
adalah 14.444 mg/L. Nilai ini berada Oxygen Demand).
diatas NAB yang ditetapkan menurut
Peraturan Daerah Provinsi Jawa METODE PENELITIAN
Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Penelitian ini termasuk dalam
Tentang Baku Mutu Air Limbah jenis penelitian eksperimen semu
kadar paling tinggi COD sebesar 300 (quasi experimen), yaitu penelitian
mg/L.(3) yang bertujuan untuk
Beberapa dampak yang dapat mengungkapkan hubungan sebab
ditimbulkan oleh tingginya kadar akibat dengan cara
COD (Chemical Oxygen Demand) melibatkanxkelompok kontrol
limbah tapioka apabila dibuang disamping kelompok eksperimen.
langsung ke badan air tanpa Sedangkan rancangan penelitiannya
dilakukan pengolahan terlebih adalah rancangan eksperimen ulang
dahulu antara lain membahayakan (pretest andxposttest with control
group design).

70
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Populasi dari penelitian ini adalah menggunakan thermometer dengan


seluruh air limbah Industri tepung satuan ⁰C.
tapioka yang dihasilkan oleh UD
Sumber Makmur Desa Ngemplak HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Margoyoso Kabupaten a. Kadar COD limbah tapioka
Pati. Sampel dari penelitian ini sebelum pengolahan
adalah air limbah industri tepung
tapioka yang berada di Hasil studi pendahuluan yang
penampungan akhir sebelum telah dilakukan pada industri tapioka
dialirkan ke badan air melalui pipa di UD Sumber Makmur di Desa
UD Sumber Makmur. Adapun Ngemplak Kecamatan Margoyoso
metode pengambilan sampel yang Kabupaten Pati, yang dilakukan
digunakan dalam penelitian ini pada outlet limbah cair industri
adalah grab sampling. tapioka di pada tanggal 4 Maret
2018, dengan beban produksi 45 ton
Pengolahan sampel dirancang perhari menghasilkan kadar COD
dengan 5 kali pengulangan. sebesar 14.444 mg/L dengan nilai
Sehingga di dalam penelitian ini pH 7 dan suhu 26,3⁰C. Kemudian
sampel yang akan diperiksa adalah hasil uji pendahuluan kedua
sebanyak 25 sampel, ditambah 5 dilakukan pada tanggal 24 April
sampel sebagai kontrol dan 5 2018, dengan beban produksi 30 ton
sampel sebagai pretest yang diambil per hari menghasilkan kadar COD
pada setiap pengulangan. Jadi total sebesar 8.519,6 mg/l dengan pH 7
sampel yang digunakan adalah 35 dan suhu 25,9 ⁰C. Perbedaan kadar
sampel. COD awal limbah tapioka ini
Pengambilan sampel dilakukan disebabkan oleh seberapa banyak
pada hari yang berbeda setiap jumlah produksi yang dilakukan
pengulangan menggunakan jerigen pada saat pengambilan sampel.
pada rentang waktu pukul 11.00 Limbah cair industri tapioka
hingga 11.30 WIB. Kemudian, bersumber dari rangkaian kegiatan
dilakukan pemberian perlakuan di pengolahan tapioka yaitu proses
Laboratorium Kesehatan Lingkungan pencucian singkong, pencucian alat,
FKM UNDIP. Sampel juga dilakukan dan pemisahan larutan pati.
pengukuran pH dan suhu dengan Komponen pati dari bahan baku
indikator pH. Pada hari selanjutnya yang tidak terekstrak dan komponen
dilakukan pengukuran COD di bukan pati yang terlarut dalam air
Laboratorium Teknik Lingkungan menyebabkan limbah cair tapioka
dengan menggunakan alat mengandung senyawa organik yang
spektrofotometer. tinggi di antaranya karbohidrat, pati,
Variabel bebasxdalam penelitian serat, protein, gula, dan lemak.(8)
ini yaitu ferri kloridax (FeCl3) dengan b. Penurunan Kadar COD limbah
dosis 20 gr/l, 25 gr/l, 30 gr/l, 35 gr/l, cair tapioka
40 gr/l. Variabel xerikat dalam
penelitian ini yaitu kadar COD Hasil pemeriksaan kadar COD
limbah cair industri tepungxtapioka. sesudah perlakuan sebagai
Sedangkan variabel pengganggu berikut:
yaitu pH, suhu, lama pengadukan
dan kecepatan pengadukan. pH dan
suhu diukur, suhu diukur

71
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kadar COD dengan berbagai variasi dosis FeCl3
Ulang Pretest Postest (mg/l)
an ke- (mg/l) Kontrol 20 gr/l 25 gr/l 30 gr/l 35 gr/l 40 gr/l
12.716,2 8.878,8 4.410,9 4.002,1 3.660,0 1.718,4 1.098,1
2 10.324,7 5.186,6 2.878,7 2.261,6 1.925,5 1.609,4 1.303,4
3 10.568,9 5.320,4 1.962,3 1.657,9 1.333,5 1.320,8 1.166,3
4 12.549,0 6.350,6 3.260,1 2.325,2 2.149,6 2.124,5 1.340,2
5 9.522,0 5.808,4 2.061,0 1.647,9 1.397,1 1.184,7 1.062,6
Rata-rata 11.136,2 6.308,9 2.914,6 2.378,9 2.093,2 1.591,6 1.194,1

Pada penelitian ini terjadi mengakibatkan kekokohan dispersi


penurunan kadar COD setelah koloid.(7)
perlakuan menggunakan ferri
Ferri klorida adalah oksidator
klorida. Presentase penurunan kadar
yang sangat baik yang juga dapat
COD pada limbah cair tapioka
menghilangkan H2S, rasa, dan bau
mengalami kenaikan seiring dengan
pada limbah cair tapioka. Reaksi
penambahan koagulan ferri klorida
ferri klorida dengan limbah cair
dapat dilihat pada diagram berikut:
tapioka dipergunakan sebagai
100 koagulan dan membentuk endapan
Presentase penurunan kadar

90
85,7 89,3 hidroksida besi. Reaksi yang terjadi
80 78,6 81,2
70 73,8 pada proses koagulasi
60
menggunakan ferri klorida pada
COD (%)

50
40 43,3
30
limbah cair tapioka dengan pH
20
10
antara 6-7 adalah: (9)
0
2FeCl3+3Ca(HCO3)2 2Fe(OH)3+3CaCl3+6CO2

Ketika pengadukan cepat


Partikel koloid yang terdapat dengan jar test koagulan ferri klorida
pada air limbah tapioka bermuatan akan bereaksi dengan natural
negatif, sehingga penambahan alkalinity yang terdapat dalam air
koagulan ferri klorida diperlukan limbah tapioka biasanya Ca(HCO3)2
untuk menetralkan muatan koloid untuk membentuk ion aquometik 2
dan mengikat partikel tersebut Fe(OH)3 atau nama lain dari flok.
sehingga siap dan mudah Pada kondisi sebenarnya ada
membentuk flok atau gumpalan. beberapa tahapan reaksi yang
terjadi yang harus dilalui yaitu
Partikel netral akan saling berikatan
ionisasi FeCl3 dalam air untuk
sehingga membentuk flok-flok besar
pembentukan anion dan kation
dari partikel koloid yang berukuran diikuti dengan reaksi hidrolisis antara
sangat kecil. Koloid dibentuk dari Fe dengan H2O untuk membentuk
dua gaya yaitu gaya tarik menarik ion aquometik dan ion hidrogen.(10)
antar partikel yang disebut dengan Maka dari itu terjadi penurunan
gaya Van der Walls cenderung kadar COD setelah perlakuan seiring
membentuk agregat yang lebih dengan penambahan ferri klorida.
besar, dan gaya tolak menolak yang Hal ini sejalan dengan penelitian
disebabkan oleh pertumpangtindihan yang dilakukan oleh Larasati pada
lapisan tanda elektrik yang tahun 2017 yang menyatakan bahwa
bermuatan sama yang penurunan COD terjadi secara linier

72
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

(bertingkat) seiring dengan dengan percepatan, apabila


bertambahnya dosis koagulan ferri percepatan besar maka akan
klorida. menghasilkan gaya geser yang
berlebihan dan mencegah susunan
Penurunan COD juga terjadi
flok yang diinginkan. (13)
pada kelompok kontrol yang hanya
dilakukan proses pengadukan Sama halnya dengan
menggunakan jar test Penurunan kecepatan, waktu pengadukan juga
kadar COD ini dapat disebabkan perpengaruh terhadap pembentukan
oleh proses pengadukan. Menurut
flok saat proses koagulasi flokulasi.
Penelitian yang dilakukan Said pada
Waktu pengadukan akan
tahun 2010, proses pengadukan
dengan kecepatan tertentu dapat mempengaruhi proses sedimentasi
meningkatkan supply oksigen atau pengendapan. Bila
sehingga menyebabkan kandungan pembentukan flok 50% dan waktu
oksigen meningkat.(11) Chemical pengadukan optimum lebih besar
Oxygen Demand (COD) merupakan dari atau lebih kecil dari maka
jumlah kebutuhan oksigen yang efisiensi pengendapan akan
diperlukan untuk mendegradasi berkurang. Dalam penelitian ini
bahan-bahan organik secara kimia waktu yang digunakan untuk
dalam air, maka dari itu dengan pengadukan cepat adalah 1 menit
meningkatnya jumlah oksigen yang sedangkan untuk pengadukan
disebabkan oleh proses pengadukan lambat adalah 15 menit. Waktu
maka kebutuhan oksigen semakin
pengendapan berkaitan dengan
berkurang sehingga menurukan
ukuran flok-flok yang terbentuk
kandungan COD pada sampel
limbah tapioka pada kelompok dimana ukuran flok yang lebih besar
kontrol. Hal ini sejalan dengan akan lebih cepat mengendap.(12)
penelitian yang dilakukan oleh Maka dari itu seiring dengan
Sayuti pada tahun 2015 menyatakan bertambahnya waktu pengadukan
bahwa kadar COD mengalami akan terjadi peningkatan efisiensi
penurunan pada kelompok dengan penurunan kadar COD. Apabila
perlakuan pengadukan dan waktu pengadukan terlalu lama akan
pengendapan (sedimentasi) tanpa mengakibatkan pecahnya flok yang
penambahan koagulan FeCl3.(12) telah terbentuk namun apabila waktu
pengadukan terlalu cepat maka akan
Kecepatan pengadukan
menggangu proses pembentukan
mempengaruhi proses koagulasi
flok karena tidak maksimal.(14)
flokulasi dimana bila kecepatan
terlalu lambat maka pembentukan Penelitian dengan rangkaian
flok akan lambat pula sedangkan proses koagulasi flokulasi dan
kecepatan pengadukan yang terlalu faktor-faktor yang mempengaruhinya
cepat menyebabkan pecahnya flok menyebabkan kadar COD pada
yang telah terbentuk. Pada limbah tapioka dapat berkurang.
penelitian ini dilakukan dengan Maka dari itu sejalan dengan
pengadukan cepat dengan bertambahnya dosis ferri klorida
kecepatan 100 rpm dan pengadukan yang diberikan, maka penurunan
lambat dengan kecepatan 50 rpm. kadar COD semakin meningkat. Hal
Kecepatan tumbukan antara koloid ini sesuai dengan penelitian Larasati
dengan koagulan berbanding lurus pada tahun 2017 bahwa pada setiap

73
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pengulangan kandungan COD tersebut kadar COD pada pretest


setelah diberi kaogulan cenderung atau sebelum diberikan perlakuan
mengalami penurunan secara linier dengan nilai tertinggi ada pada
(bertingkat) seiring dengan semakin pengulangan ke -1 yaitu sebesar
banyaknya kaogulan yang diberikan. 12.716,2 mg/l dengan beban
Hal ini terjadi karena semakin besar produksi 40 ton singkong per hari.
Sedangkan kadar COD pada pretest
dosis koagulan yang dibubuhkan ke
dengan nilai terendah ada pada
dalam sampel akan semakin tinggi
pengulangan ke -5 yaitu sebesar
pula pengikatan antar flok (anion 9.522,0 mg/l dengan beban produksi
dan kation) melalui reaksi hidrolisis 30 ton singkon per hari. Perbedaan
dan ionisasi terhadap bahan organik agka COD awal ini tergantung pada
yang terdapat dalam air limbah seberapa besar kapasitas produksi
tapioka.(15) pada saat pengambilan sampel.
Presentase penurunan kadar c. Pemeriksaan pH
COD limbah tapioka pada penelitian
terjadi pada dosis tertinggi 40 gr/l Hasil pemeriksaan pH pada
yaitu 89,2%, penurunan ini lebih sampel sebagai berikut:
tinggi jika dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Larasati pada tahun 2017 yang Ulang-
pH
an ke
menyatakan bahwa penggunaan Pre- Postest Postest Postest Postest PostestPostest
ferri klorida dosis 1,5 gr/l dapat test Kontrol 20 gr/l 25 gr/l 30 gr/l 35 gr/l 40 gr/l
1 7 7 6 5 5 4 4
menurunkan kadar COD hingga 2 7 7 6 5 4 3 3
74,1% pada limbah laundry.(10) 3 7 7 6 5 4 4 3
4 6 6 5 4 4 3 3
Perbedaan efisiensi penuruan yang 5 7 7 6 5 5 4 3
terjadi pada limbah cair tapioka Rata-
7 7 6 5 4 4 3
rata
dibandingkan dengan limbah cair
Tabel 2 Hasil pemeriksaan pH
laundry menggunakan ferri klorida
menunjukkan bahwa koagulan ferri
klorida lebih sesuai penggunaannya Faktor yang mempengaruhi
terhadap limbah cair tapioka yang proses koagulasi flokulasi dalam
memiliki karakteristik kesadahan penelitian ini adalah pH. Koagulan
yang rendah dan intensitas warna ferri klorida sangat efektif pada
yang tinggi dan kurang sesuai rentang pH 4-9 sehingga cocok
dengan limbah laundry yang untuk limbah cair tapioka yang
memiliki internsitas warna rendah. memiliki pH di antara rentang
optimal tersebut yaitu antara 6 dan
Pada penelitian ini terjadi 7.(6) Kecocokan pH ini akan
penurunan kadar COD pada limbah berpengaruh terhadap stabilitas
cair industri tapioka setelah koloid untuk berubah bentuk menjadi
diberikan perlakuan menggunakan
flok pada proses pengadukan.
berbagai dosis ferri klorida.
Penurunan terbesar terjadi pada
dosis 40 gr/l. Data pada tabel 1
dapat diketahui bahwa kadar COD
pada setiap pengulangan memiliki
nilai yang berfluktuatif. Pada tabel

74
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

8 Suhu merupakan faktor yang


7 7 7 mempengaruhi proses koagulasi
6 6 flokulasi dimana suhu yang rendah
5 5
akan menurunkan proses koagulasi
pH

4 4 4
3 3 karena peningkatan kekentalan
2 (viskositas) dan terjadi perubahan
1
0
struktur menjadi kecil. Sedangkan
pada suhu tinggi memiliki kerapatan
yang kecil sehingga akan mengalir
ke dasar kolam dan merusak
Pada limbah cair tapioka terjadi timbunan lumpur.(16)
penurunan pH seiring dengan
penambahan koagulan ferri klorida. 30,5
30 29,9
Penggunaan koagulan ferri klorida

Rata-rata suhu (⁰C)


29,5 29,5
29 29,2
untuk proses pengolahan limbah cair 28,5 28,7
28
tapioka akan menjadikan hasil akhir 27,5 27,3
27,8
27
yang asam, karena pembentukan 26,5
26,8
26
asam klorida akan menurunkan pH 25,5
pada limbah cair tapioka. Reaksi 25

yang terjadi adalah sebagai berikut:

FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3(s) + 3HCl


Suhu pada sampel limbah
Hal ini sejalan dengan penelitian tapioka setelah perlakuan
yang dilakukan oleh Larasati pada mengalami kenaikan seiring dengan
tahun 2017 yang menyatakan bahwa dosis koagulan ferri klorida yang
Nilai pH limbah cair setelah ditambahkan, hal ini disebabkan
penambahan ferri klorida oleh proses hidrolisis yang terjadi
menunjukkan terjadinya penurunan apabila ferri klorida dilarutkan ke
kadar pH. dalam air akan membentuk reaksi
eksotermis dan akan menghasilkan
d. Pemeriksaan suhu panas.(16) Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
Hasil pemeriksaan suhu pada oleh Sayuti pada tahun 2015
sampel sebagai berikut: menyatakan bahwa penambahan
koagulan ferri klorida tidak
Ulang- mepengaruhi suhu air limbah cair
Suhu
an ke batik.(12)
Pre- Postest Postest Postest Postest PostestPostest
test Kontrol 20 gr/l 25 gr/l 30 gr/l 35 gr/l 40 gr/l
1 26,8 27,1 27,8 28,2 28,8 29,2 29,7
e. Perkiraan dosis efektif
2 26,1 26,9 27,7 28,9 29,2 29,8 30,1
3 27,7 27,9 28,2 29,3 29,7 29,4 29,9 Dosis 40 gr/l dalam penelitian ini
4 27,2 27,9 28,4 29,0 29,6 29,8 30,3
5 26,3 26,9 27,1 28,5 29,1 29,3 29,8 merupakan dosis optimum yang
Rata-
26,8 27,3 27,8 28,7 29,2 29,5 29,9 dapat digunakan untuk proses
rata
pengolahan limbah tapioka dalam
Tabel 3 Hasil pemeriksaan suhu
penelitian ini yang memiliki
presentase penurunan terbesar
dibanding dengan dosis lain. Namun

75
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penggunaan dosis ini belum efektif gr/l, 30 gr/l, 35 gr/l, 40 gr/l


untuk diterapkan di industri tapioka secara berturut-turut adalah
UD Sumber Makmur karena nilai 2.914,6 mg/l, 2.378,9 mg/l,
COD yang dihasilkan masih belum 2.093,2 mg/l,1.591,6 mg/l,
memenuhi nilai ambang batas dan 1.194,1 mg/l sedangkan
(NAB). Perkiraan dosis efektif yang pada kelompok kontrol
sebesar 6.308,9 mg/l.
dapat digunakan untuk menurunkan
3) Penurunan atau selisih
kadar COD hingga dibawah 300 mg/l
kadar COD sebelum dan
sebagai berikut: setelah diberi perlakuan
berbagai dosis ferri klorida
120
97,5 (FeCl3) sebesar 20 gr/l, 25
Presentase penurunan COD (%)

89,3 93,4
100
78,6 81,2 85,7 gr/l, 30 gr/l, 35 gr/l, 40 gr/l
73,8
80 berturut-turut sebesar
60 43,3 8.221,6 mg/l, 8.757,3 mg/l,
40 9.043,0 mg/l, 9.544,6 mg/l,
20 0
dan 9.942,1 mg/l sedangkan
0 pada kelompok kontrol
sebesar 4.827,3 mg/l.
4) Penurunan kadar COD pada
limbah cair tapioka
Perkiraan dosis efektif menggunakan berbagai
didapatkan dari hasil perhitungan dosis ferri klorida (FeCl3)
dengan persamaan. Diagram terbesar terjadi pada dosis
tersebut menunjukkan bahwa 40 gr/l, dimana dosis ini
dapat menurunkan kadar
dengan dosis 55 gr/l dapat
COD hingga 9.942,1 mg/l
menurunkan kadar COD hingga
atau sebesar 89,2 % dengan
memenuhi baku mutu sebesar 300 rata-rata COD awal 11.136,2
mg/l atau 97,5% dengan COD awal mg/l menjadi 1.194,1 mg/l.
11.136,2 mg/l menjadi 278,4 mg/l. Namun angka ini masih
berada diatas nilai ambang
KESIMPULAN DAN SARAN
batas (NAB) menurut
a. Kesimpulan Peraturan Daerah Provinsi
1) Kadar COD pada limbah Jawa Tengah Nomor 5
industri tapioka UD Sumber Tahun 2012 Tentang Baku
Makmur Desa Ngemplak Mutu Air Limbah untuk
Kecamatan Margoyoso industri tapioka yaitu 300
Kabupaten Pati sebelum mg/l.
dilakukan pengolahan
adalah 14.444 mg/l, 8.519,6 b. Saran
mg/l, 12.716,2 mg/l, 1) Bagi peneliti lain
10.324,7 mg/l, 10.568,9 Dilakukan uji pendahuluan
mg/l, 12.549,0 mg/l, dan dengan variasi dosis ferri
9.522,0 mg/l. klorida pada rentang dosis
2) Kadar COD air limbah yang lebih besar agar dosis
industri tapioka rata-rata efektif yang diperkirakan
setelah diberi perlakuan untuk uji lanjutan bisa tepat
berbagai dosis ferri klorida sehingga didapatkan dosis
(FeCl3) sebesar 20 gr/l, 25 efektif untuk menurunkan

76
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kadar COD limbah tapioka Senyawa Organik dan pH.


hingga kadarnya memenuhi Jurnal ITB Sains&Tek. 2004;
nilai ambang batas (NAB). 36 A(2): 97-115.
6. Rachmawati SW, Iswanto B,
2) Bagi pemilik industri Winarni. Pengaruh pH pada
Pemilik industri tapioka UD Proses Koagulasi dengan
Sumber Makmur Desa Koagulan Alumunium Sulfat
Ngemplak Kecamatan dan Ferri Klorida. Jurnal
Margoyoso Kabupaten Pati Teknologi Lingkungan. 2009;
5(2): 40-45.
dapat melakukan pengolahan
7. Chamdan A dan Purnomo A.
terhadap limbah cair yang Kajian Kinerja Teknis Proses
dihasilkan sebelum dibuang Dan Operasi Unit Koagulasi-
ke badan air menggunakan Flokulasi-Sedimentasi Pada
proses koagulasi flokulasi Instalasi Pengolahan Air
dengan dosis ferri klorida 55 (IPA) Kedunguling Pdam
gr/l hingga kadar COD Sidoarjo. Jurnal Teknik
berada di bawah nilai Pomits. 2013;2(2):2301-
ambang batas (NAB), agar 9271.
tidak mencemari lingkungan 8. Effendi H. Telaah Kualitas Air
dan kualitas badan air tetap Bagi Pengelola Sumber Daya
terjaga. Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Kanisius, 2003.
DAFTAR PUSTAKA 9. Baeza A, Fernandez M,
Herranz M, et all. Emilination
1. Mustafa A. Analisis Proses of Man-Made Radionuclides
Pembuatan Pati Ubi Kayu from Natural Waters by
Tapioka Berbasis Neraca Applying a Standard
Massa. Jurnal Agrointek. Coagulation-Flocculation
2015;9(2):127-33. Process. Jurnal Radioanal
2. Djarwati I, Fauzi, Sukani. Nucl Chem;6(1)260-321.
Pengolahan Air Limbah 10. Saswita N, Sulistiyani,
Industri Tapioka secara Setiani O. Penggunaan
Kimia Fisika. Departemen Kapur Tohor (Cao) Dalam
Perindustrian RI. Semarang, Penurunan Kadar Logam Fe
1993. Dan Mn Pada Limbah Cair
3. Gubernur Jawa Tengah. Pewarnaan Ulang Jeans
Peraturan Daerah Provinsi Kabupaten Magelang. Jurnal
Jawa Tengah No. 5 Tahun Kesehatan Masyarakat.
2012 tentang Baku Mutu Air Januari 2017;16(1):2356-
Limbah. Semarang, 2012. 3346.
4. Monahan SE. Fundamentals 11. Hammer, M.J., Water and
of Enviromental Chemistry. Wastewater Technology 2
London: Lewis Publishers, ed., New York: John Wiley
1993. and Sons Inc, 1986.
5. Notodarmojo S, Astuti, 12. Sayuti PA. Kefektifan Ferri
Juliah. Kajian Unit Chlorida (FeCl3) dalam
Pengolahan Menggunakan menurunkan kadar Chemical
Media Berbutir dengan Oxygen Demand (COD)
Parameter Kekeruhan,TSS, pada Limbah Cair Industri

77
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Batik CV. Brotoseno Menurunkan Kadar Chemical


Masaran Sragen. Naskah Oxygen Demand (COD)
Publikasi [available at Pada Limbah Cair Laundry.
eprints.ums.ac.id/40158/1/NA Jurnal Kesehatan
SKAH%20PUBLIKASI.pdf]. Masyarakat. Oktober
2015. (Diakses pada 10 April 2017;5(5): 2356-3346.
2018) 15. Fessenden. Kimia Organik.
13. Faust SD, Osman. Chemistry Jakarta: Erlangga, 2006.
of Water Treatment. United 16. Winarni. Pengaruh
States of Amerika: CRC Pengadukan pada Koagulasi
Press, 1998. Menggunakan Alum. Jurnal
14. Larasati A, Darundiati YH, Teknik Lingkungan
Dangiran HL. Efektivitas Ferri Universitas Trisakti. 6 Des
Klorida (Fecl3)Dalam 2011;5(6):201-206.

78

You might also like