You are on page 1of 382
Buku Saku MANAJEMEN KOMPLIKASI KEHAMILAN & PERSALINAN Buku asli berstiker hologram 3 dimensi DISCLAIMER Publications of the World Health Organization have been translated into many languages by publishers in different ‘countries. The sole responsibilty for the translation ofthis WHO publication lies with the institution named on the publication itself. For further information please contact the institution. Reproduced by permission. DENI DE RESPONSABILITE Les publications de "Organisation mondiale de fa Santé sont traduites en de nombreuses langues par des maison édition de divers pays. La responsabilité de Is traduction de le présente publication de OMS incombe exclusivement a Tinstitution mentionnée dans ladite publication. Pour de plus amples renseignements, veullez vous adresse & institution en question. Reproduit avec permission DESCARGO DE RESPONSABILIDAD Gran niimero de editoriales de diversos paises traducen las publicaciones de 1a OMS 2 muchos idiomas distintos. Lattraduceién de la presente publicacién de la OMS es responsabilidad exelusiva de Ia institu. ‘menciona en la obra. Para més informacién, por favor pSaganse en contacto con esa institucion, Reproducido con autorizacién, 3m euyo nombre se dad old sola ie Sayeige all 2 Ud Ge ate CAA pn All Gall aba cle ge gf Baya LaSalle le gis Syl daa Laide Ge pall! ¢ pb 1k Lag i Je yal Aly ually NGS Ran fally Seas) ol Sh cilaglaall Oe ay pal cle BUI) 453 g laa le OY Ae peal an Gute RMR FLEGRASRHCETN TAMER MER SEY. HEAR LEARE RM R- HEAT REMALA HE AS. CKRRAB-DEM, WERK Si Tae. OFrOBOPKA ‘TlySamxaunn Beemupwoll opranusaunu supasooxpanenn nepenonatca Ha MNorwe A3LiKH aBaaTeabeTBANH » paThauO expan, ‘Boro otpercrseunocts 2a nepenog rannoil nySauxauna BO3 wecet yupemaeHe, yEazakO® B caMol nySAHKAWIH. 32 auninetiaell wnopwannell npocs6a oSpamersca 2 270 yxpexaenne. Bocnpomseoaures ¢ paspemexs. Katipan Pasal 72: Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta (Undang-Undang No. 19 Tahun 2002) 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat | (satu) bulan dar/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah): PENTING DIKETAHUI Penerbit adalah rekanan pengarang untuk menerbitkan sebuah buku. Bersama pengarang, penerbit menciptakan buku untuk diterbitkan. Penerbit mempunyai hak atas penerbitan buku tersebut serta distribusinya, sedangkan pengarang me- megang hak penuh atas karangannya dan berhak mendapatkan royalti atas pen- jualan bukunya dari penerbit. Percetakan adalah perusahaan yang memiliki mesin cetak dan menjual jasa pen- cetakan. Percetakan tidak memiliki hak apa pun dari buku yang dicetaknya kecuali upah. Percetakan tidak bertanggung jawab atas isi buku yang dicetaknya. Pengarang adalah pencipta buku yang menyerahkan naskahnya untuk diterbitkan di sebuah fenerbit. Pengarang memiliki hak penuh atas karangannya, namun menyerahkan hak penerbitan dan distribusi bukunya kepada penerbit yang ditunjuknya sesuai batas-batas yang ditentukan dalam perjanjian. Pengarang bethak mendapatkan royalti atas karyanya dari penerbit, sesuai dengan ke- tentuan di dalam perjanjian Pengarang-Penerbit. Pembajak adalah pihak yang mengambil keuntungan dari kepakaran pengarang dan kebutuhan belajar masyarakat. Pembajak tidak mempunyai hak mencetak, tidak memiliki hak menggandakan, mendistribusikan, dan menjual buku yang digandakannya karena tidak dilindungi copyright ataupun perjanjian pengarang- pevterbit. Pembajak tidak peduli atas jerih payah pengarang. Buku pembajak dapat lebih murah karena mereka tidak perlu mempersiapkan naskah mulai dari pemilihan judul, editing sampai persiapan pracetak, tidak membayar royalti, dan ticak terikat perjanjian dengan pihak mana pun. PEMBAJAKAN Buku ADALAH KRIMINAL! ‘Anda jangan menggunakan buku bajakan, demi menghargai jerih payah para pengarang yang notabene adalah para guru. Buku Saku MANAJEMEN ~ KOMPLIKASI KEHAMILAN & PERSALINAN Pemeee Complications in hildbirth: A Guide | for Midwives and Doctors) Devi’ Yule ti, S.Kp a Indonesia: Ns Pam § Kep a PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC 1635 Published by the World Health Organization in 2000 under the title Managing complications in pregnancy and childbirth: A guide for midwives and doctors (WHO/RHR/00.7) © World Health Organization 2000 The Director-General of the World Health Organization has granted translation rights for an edition in Indonesian to EGC Medical Publisher, which is solely responsible for the Indonesian edition. BUKU SAKU MANAJEMEN KOMPLIKASI KEHAMILAN & PERSALINAN Alih bahgsa: Devi Yulianti, S.Kp Editor edisi bahasa Indonesia: Ns. Pamilih, S.Kep Copy editor: Sri Handayani Hak cipta terjemahan Indonesia © 2003 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 ‘Anggota IKAPI Desain kulit-muka: Samson P, Barus + Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2006 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Buku saku manajemen komplikasi kehamilan & persalinan / alih bahasa, Devi Yulianti ; editor edisi bahasa Indonesia, Pamilih. — Jakarta : EGC, 2005 xvi, 363 him. ; 14 x 21 cm. Judul asli: Managing complications in pregnancy and childbirth: a guide for midwives and doctors ISBN 979-448-735-X 1. Kehamilan —Manajemen. 2. Persalinan. I. Yulianti, Devi. II. Pamilih. 618.200 68 at Is) di tuar tanggung jawab percetakan UCAPAN TERIMA KASIH Kontributor utama: Kontributor: Editor: Asisten Editor: Penata artisti Desain kulit muka: Layout: Matthews Mathai Harshad Sanghvi Richard J. Guidotti Fredrik Broekhuizen Beverley Chalmers Robert Johnson Anne Foster-Rosales Jeffrey M. Smith Jelka Zupan Melissa McCormick Ann Blouse David Bramley Kathleen Hines Georgeanna Murgatroyd Elizabeth Oliveras Mary Jane Orley Maire Nf Mheardin Deborah Brigade Ucapan terima kasih ditujukan untuk kontribusi khusus George Povey, yang memiliki ide orisinal untuk membuat buku pedoman ini. Penelaah: Sabaratnam Arulkumaran Moni Islam Zahida Qureshi Ann Davenport BarbaraKinzie _—_Allan Rosenfield Michael Dobson André Lalonde Abdul Bari Saifuddin Jean Emmanuel Jerker Liljestrand _Willibrord Shasha Susheela Engelbrecht Enriquito Lu Betty Sweet Miguel Espinoza Florence Mirembe Paul Van Look Petra ten Hoope-Bender Glen Mola Patrice White vi DAFTARISI Kata pengantar cetakan kedua Kata pengantar Pendahuluan Cara menggunakan buku pedoman Singkatan 7 Daftar diagnosis BAGIAN 1: PRINSIP KLINIS. Pengkajian awal secara cepat Berbicara dengan ibu dan keluarganya Dukungan emosional dan psikologis Kedaruratan Prinsip perawatan umum Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara klinis ‘Terapi antibiotik Anestesi dan analgesik Prinsip perawatan operasi Persalinan dan melahirkan secara normal Prinsip perawatan bayi baru lahir Hubungan pemberi perawatan dan masyarakat . BAGIAN2:GEJALA Syok . Perdarahan per vagina pada awal kehamilan Perdarahan per vagina pada akhir kehamilan dan persalinan Perdarahan per vagina setelah melahirkan Peningkatan tekanan darah, sakit kepala, pandangan kabur, konvulsi, atau penurunan kesadaran 22 hee ow ay 17 19 26 37 39 49 58 81 85 100 107 118 “Daftar isi Kemajuan persalinan yang tidak memuaskan Distosia bahu Persalinan dengan distensi uterus yang berlebihan Persalinan pada uterus yang memiliki jaringan parut ‘Gawat janin dalam persalinan Prolaps tali pusat Demam selama kehamilan dan persalinan Demam setelah melahirkan Nyeri abdomen pada awal kehamilan Nyeri abdomen pada akhir kehamilan dan setelah melahirkan Kesulitan bernapas Kehilangan pergerakan janin Pecah ketuban sebelum persalinan * Kondisi atau masalah yang segera terjadi pada bayi baru lahir BAGIAN3: PROSEDUR Blok paraservikal Blok pudendal Anestesi lokal untuk seksio sesaria Anestesi spinal (subaraknoid) Ketamin Versi eksternal Thduksi dan percepatan persalinan Ekstraksi vakum_ Pelahiran dengan forsep Pelahiran sungsang Seksio sesaria Simfisiotomi Kraniotomi dan kraniosentesis vii 141 153 167 170 175 177 179 235 237 Al 246 250 259 264 268 275 286 291 viii Dilatasi dan kuretase ‘Aspirasi vakum manual (AVM) Kuldosentesis dan kolpotomi Episiotomi Pengeluaran plasenta secara manual Penjahitan robekan serviks Penjahitan robekan vagina dan perineum Perbaikan inversi uterus Perbaikan ruptur uterus Ligasi arteria uterina dan arteri uteroovarium Histerektomi pascapartum Salpingektomi untuk kehamilan ektopik BAGIAN 4: LAMPIRAN Obat-obatan esensial pada penatalaksanaan komplikasi kehamilan dan kelahiran Indeks Daftar isi* 295 299 304 307 312 316 318 327 331 335 338 344 348 350 KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, diluncurkan secararesmni pada konferensi Global Health Council yang bertema Healthy Women: Healthy World di Washington, DC pada Mei 2001. Sejak saat itu, buku ini telah didistribusikan ke sekolah kebidanan dan kedokteran, individu, dan program di lebih dari 40 negara melalui usaha bersama berbagai organisasi, termasuk World Health Organization, international Federation of Gynecology and Obstetrics, dan Maternal and Neonatal Health Program. Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Lao, Mandarin, Mongolia, Spanyol, dan Vietnam. Cetakan kedua diperlukan karena kebutuhan yang mendesak dan sangat besar untuk menggandakan buku ini. Revisi kecil dilakukan termasuk Klarifikasi susunan kata dan koreksi (misalnya tata bahasa dan tipografi) serta beberapa gambar yang sedikit dimodifikasi untuk memperjelas maknanya, berdasarkan umpan balik dari individu dan kelompok di seluruh dunia. Buku ini akan mengalami lebih banyak revisi pada edisi kedua, berdasarkan bukti terbaru dan umpan balik dari lapangan. Cetakan pertama buku ini terbukti sangat populer, sehingga buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Spanyol, dan Rusia, Terjemahan dalam bahasa Arab dan Cina juga dalam proses pembuatan. Buku ini juga tersedia di website WHO: www.who int/reproductive-health Sejumlah negara dan organisasi profesional telah mengadaptasi buku ini untuk diterapkan dalam situasi yang mereka hadapi dan hal ini seharusnya meningkatkan kualitas perawatan pada sejumlah besar layanan di seluruh dunia. Pembaca diharapkan untuk memberi kritik dan saran ke: Dr Luc de Bernis Department of Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva Switzerland KATA PENGANTAR Dalam mendukung Upaya Safe Motherhood, Strategi Making Pregnancy Safer WHO berfokus pada kontribusi Sektor Kesehatan untuk mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir. Integrated Management of Pregnancy and Childbirth (IMPAC) merupakan Komponen teknis strategi tersebut di atas dan terutama dijelaskan sebagai berikut. + Peningkatan keterampilan tenaga kesehatan melalui pedoman dan standar penatalaksanaan kehamilan dan kelahiran yang diadaptasi secara lokal pada tingkat sistem perawatan kesehatan yang berbeda. ‘« Intervensi untuk meningkatkan respons sistem perawatan kesehatan terhadap kebutuhan ibu hamil dan bayi baru lahir serta meningkatkan penatalaksanaan layanan keschatan di tingkat daerah, termasuk penyediaan staf, logistik, suplai barang, dan peralatan yang adekuat. + Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan yang memperbaiki sikap dan praktik keluarga serta masyarakat terkait dengan kehamilan dan kelahiran. Buku pedoman ini serta buku yang serupa tentang penatalaksanaan bayi baru lahir yang prematur dan yang sakit, ditulis untuk bidan dan dokter yang bekerja di rumah.sakit daerah. Buku ini melengkapi dan sejalan dengan buku Essential Care Practice Guide for Pregnancy and Childbirth yang terutama dipersiapkan untuk tingkat perawatan kesehatan primer. Buku tersebut secara bersama-sama memberikan panduan bagi tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir pada semua tingkat perawatan. Intervensi yang diuraikan dalam buku ini berdasarkan bukti ilmiah terbaru. Ilmu kedokteran berdasarkan bukti merupakan standar yang mendasari praktik Klinis, karena itu direncanakan untuk memperbarui buku ini jika didapatkan informasi baru. Buku ini diharapkan agar digunakan di sisi pasien dan tersedia kapanpun bidan atau dokter menghadapi kedaruratan obstetrik. xi PENDAHULUAN Semua kehamilan berisiko saat sebagian besar kehamilan dan kelahiran bukan menjadi peristiwa besar. Sekitar 15% ibu hamil berpotensi mengalami komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan terampil dan beberapa ibu hamil memerlukan intervensi obstetrik utama agar dapat diselamatkan. Buku pedoman ini ditulis untuk bidan dan dokter di rumah sakit daerah yang bertanggung jawab terhadap perawatan ibu dengan komplikasi kehantilan, kelahiran, atau segera setelah melahirkan, termasuk masalah yang segera terjadi pada bayi baru Jahir. Bidan dan dokter memberikan perawatan kepada ibu di fasilitas keschatan, selain itu mereka juga memiliki peran unik dan hubungan dengan komunitas pemberi perawatam kesehatan di dalam sistem kesehatan daerah, termasuk tenaga kesehatan tambahan dan multiguna; anggota keluarga pasien; tokoh masyarakat; + populasi dengan kebutuhan khusus (misalnya remaja, ibu pengidap HIV/AIDS). Bidan dan dokter: * mendukung aktivitas untuk peningkatan layanan kesehatan daerah; bekerja keras untuk membuat sistem rujukan yang efisien dan dapat dipercaya; memantau kualitas layanan perawatan kesehatan; mendorong partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. Rumah sakit dacrah didefinisikan sebagai suatu fasilitas yang mampu memberikan layanan yang berkualitas, termasuk pelahiran melalui operasi dan transfusi darah. Perlu diperhatikan bahwa prosedur penyelamatan jiwa yang diuraikan dalam buku ini dapat juga dilakukan di pusat kesehatan walaupun prosedur tersebut memerlukan peralatan khusus dan keahlian pemberi perawatan. xii CARA MENGGUNAKAN BUKU PEDOMAN Thu yang mengalami komplikasi obstetrik yang mengancam jiwa berada dalam situasi darurat yang memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan segera. Oleh karena itu, teks utama buku ini disusun berdasarkan gejala (misalnya perdarahan per vagina pada awal kehamilan). Karena pendekatan yang berdasarkan gejala berbeda dari sebagian besar teks kedokteran yang disusun berdasarkan penyakit, daftar diagnosis disediakan dengan nomor halaman pada tabel diagnosis yang sesuai. Penckanan buku ini adalah pada cepatnya pengkajian dan pengambilan keputusan, Langkah tindakan klinis berdasarkan pengkajian klinis dengan sedikit bergantung pada pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan lainnya dan sebagian besar memungkinkan untuk dilakukan di berbagai tempat klinis (misalnya rumah sakit daerah atau pusat keschatan). Bagian 1 menjelaskan prinsip klinis penatalaksanaan komplikasi kehamilan dan kelahiran serta dimulai dengan tabel yang dapat digunakan oleh tenaga perawatan kesehatan untuk mengkaji kondisi ibu secara cepat dan memulai penatalaksanaan yang tepat. Bagian ini meliputi prinsip umum kedaruratan, prinsip perawatan umum dan perawatan operasi, termasuk pencegahan infeksi, penggunaan darah dan cairan pengganti, antibiotik, anestesi, dan analgesik. Gambaran persalinan dan melahirkan secara normal, termasuk penggunaan partograf dan penatalaksanaan aktif kala tiga, dimasukkan ke dalam bagian ini untuk memberikan informasi yang dibutuhkan tenaga perawatan kesehatan agar dapat membedakan antara proses normal dan komplikasi. Pedoman perawatan awal bayi baru lahir yang normal juga diberikan. Bagian 1 juga memasukkan informasi pemberian dukungan emosional untuk ibu dan keluarganya serta menjelaskan hubungan antara pemberi perawatan dan masyarakat. Bagian 2 menggambarkan gejala pada ibu yang mengalami komplikasi kehamilan dan kelahiran. Gejala tersebut menunjukkan penyebab utama mortalitas dan morbiditas. Pada tiap gejala, terdapat pernyataan umum yaitu penatalaksanaan awal. Kemudian tabel diagnosis mengidentifikasi diagnosis yang menyebabkan gejala. Dilanjutkan dengan protokol penatalaksanaan yang disederhanakan untuk diagnosis Khusus tersebut. Di mana pun, jika terdapat beberapa pilihan terapi, ipilih terapi yang paling efektif dan paling murah. Bagian ini juga berisi informasi tentang penatalaksanaan kondisi atau masalah yang segera terjadi pada bayi baru Tahir (dalam 24 jam pertama). Bagian 3 menggambarkan tentang prosedur yang mungkin diperlukan dalam penatalaksanaan suatu kondisi. Prosedur tersebut tidak memerinei instruksi tentang “cara” tetapi lebih berisi ringkasan langkah utama setiap prosedur. Karena prinsip Cara menggunakan buku pedoman, xiii perawatan operasi umum diringkas dalam Bagian 1, prinsip tersebut tidak dicantumkan lagi pada setiap prosedur, kecuali jika diperlukan perawatan khusus untuk pelaksanaan prosedur (misalnya perawatan setelah prosedur anestesi keta- min). Pedoman tentang obat-obatan dan dosis obat, luasnya keragaman pilihan anestesi (misalnya tindakan seksio sesaria yang aman di bawah pengaruh anestesi lokal), serta teknik yang aman, efektif, dan lebih murah (misalnya penutupan satu lapisan uterus) diuraikan dengan jelas. Bagian 4 memuat daftar obat-obatan esensial dan indeks. Indeks diatur sedemikian rupa schingga dapat digunakan dalam situasi darurat untuk menemukan materi yang relevan dengan cepat. Informasi yang paling penting termasuk diag- nosis, penatalaksanaan, dan langkah suatu prosedur pertama kali dicetak tebal. Judul lain yang berhubungan mengikuti urutan alfabet. Yang dimasukkan hanya halaman yang memuat informasi penting atau relevan, bukan membuat daftar setiap halaman yang memuat kata atau frase. Pe eee xiv SINGKATAN ° AIDS Acquired immunodeficiency syndrome APH Hemoragi antepartum HIV ' Human immunodeficiency virus IM Intramuskular IMS- Infeksi menular seksual TuD Alat kontrasepsi dalam rahim Vv Intravena PID Penyakit radang panggul PPH Hemoragi pascapartum dl desiliter g gram kg kilogram L liter vg mikrogram m miligram ml mililiter DAFTAR DIAGNOSIS Persalinan dan melahirkan 58 secara normal Syok 85 Aborsi 91 Abrupsio plasenta 101 Abses pelvik ; 191 Aktivitas uterus tidak adekuat 142 Amnionitis 219 Anemia, berat 21 Apendisitis 200 Asma bronkial 0 Atonik uterus 109 Denyut jantung janin abnormal 177 Disproporsi sefalopelvik 142 Distosia bahu 167 Eklamsia 122 Ensefalitis 123 Epilepsi 123 Fase laten memanjang _ 142 Fase pengeluaranmemanjang 142 Gagal jantung 210 Hemoragi, antepartum 100 Hemoragi, pascapartum 10 Hipertensi kronik 121 Hipertensi yang diinduksi 121 kehamilan Infeksi luka 192 Infeksi payudara 191 Inversi uterus 109 Janin besar 170 Jaringan parut uterus Kehamilan ektopik Kehamilan kembar Kehamilan mola Kelebihan cairan amnion Kematian janin Kista ovarium Koagulopati Letak lintang Malaria, berat/dengan komplikasi Malaria, tanpa komplikasi Mekonium Meningitis Metritis Migrain Pecah ketuban sebtlum persalinan Pembengkakan payudara Peritonitis Persalinan macet Persalinan preterm Persalinan semu Pielonefritis akut Plasenta previa Pneumonia Posisi oksiput posterior Posisi oksiput transversal Preeklamsia, ringan atau berat Presentasi bahu Presentasi bokong xv 175 1 170 170 182 177 191 123 219 191 142 204 142 181 101 211 157 157 121 160 159 xvi Presentasi dahi Presentasi ganda Presentasi muka Prolaps tali pusat Retensi plasenta atau bagian plasenta 158 159 158 179 Daftar diagnosis Robekan serviks dan vagina 109 Ruptur uterus 101 Sistitis 181 ‘Tetanus 122 BAGIAN1 PRINSIP KLINIS PENGKAJIAN AWAL SECARA CEPAT Jika seorang ibu usia subur mengeluhkan masalahnya, kaji secara cepat kondisinya untuk menetapkan derajat kesakitannya. TABEL 1-1 " Pengkajian awal secara cepat" Kaji ‘Tanda Bahaya Pertimbangkan Jalan napas dan per- PERHATIKAN ADANYA: napasan + sianosis (kebiruan) + anemia berat ‘+ distres pernapasan + gagal jantung PERIKSA: * pneumonia + kulit: pucat + asma + paru-paru: mengi atau -—Lihat Kesulitan bernapas, rales him. 210 Sirkulasi (tanda syok) PERIKSA: Syok, him. 85 . + kulit: dingin dan lembap * denyut nadi: cepat (110 atan lebih) dan lemah * tekanan darah: rendah sistolik kurang dari 90 mmHg) * Daftar ini tidak mencakup semua masalah yang mungkin dihadapi oleh ibu bamil atau dalam masa nifas. Daftar ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah yang membuat ibu berisiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas. berlanjut ... Pengkajian awal secara cepat TABEL1-1 — /anjutan Kaji ‘Tanda Bahaya Perdarahan per vagina TANYAKAN APAKAH: (pada awal atau akhir —*_hamil, usia gestasi kehamilan atau setelah baru saja melahirkan melahirkan) + plasenta dilahirkan PERIKSA: ‘* vulva: banyaknya per- darahan, retensi plasen- ta, robekan yang nyata + uterus: atoni kandung kemih: penuh PADA TAHAP INI JANGAN LAKUKAN PERIKSA DALAM Pertimbangkan * aborsi + kehamilan ektopik kehamilan mola t Pérdarahan per Li vagina pada awal kehamilan, him. 90 + abrupsio plasenta * ruptur uterus + plasenta previa Lihat Perdarahan per vagina pada akhir kehamilan dan persalinan, him. 100 atonik uterus robekan serviks dan vagina + retensi plasenta * inversi uterus Lihat Perdarahan per vagina setelah melahir- kan, him. 107 Tidak sadar atau TANYAKAN APAKAH: konvulsi + hamil, usia gestasi + cklamsia PERIKSA: + malaria + tekanan darah: tinggi * epilepsi Giastolik 90 mmHg * tetanus atau lebih) Lihat Konvulsi atau + suhu: 38°C atau lebih o 4 Pengkajian awal secara cepat TABEL 1-1 fanjutan Kaji Tanda Bahaya Pertimbangkan Demam yang ‘TANYAKAN APAKAH: infeksi saluran kes membahayakan + ema, letargi + malaria + berkemih sering dan nyeri Lihat Demam selama PERIKSA: kehamilan dan per- + suhu: 38°C atau lebih —salinan, him. 181 * tidak sadar + eher: kaku + paru-parn: pernapasan + metritis, dangkal, konsolidasi + abses pelvik + abdomen: nyeri tekan + peritonitis. hebat + infeksi payudara + vulva: rabas purulen Lihat Demam setelah + payudara: nyeri tekan —melahirkan, him. 190 + komplikasi aborsi Lihat Perdarahan per vagina pada awal kehamilan, him. 90 + pneumonia Lihat Kesulitan bernapas, him. 210 abdomen "TANYAKAN APAKAI + hamil, usia gestasi PERIKSA: * tekanan darah: rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg) denyut nadi: cepat (110 atau lebih) suhu: 38°C atau lebih uterus: status kehamilan + apendisitis + Kehamilan ektopik Lihat Nyeri abdomen pada awal kehamilan, him. 199 + kemungkinan persalinan term atau preterm + amnionitis abrupsio plasenta ruptur uterus Lihat Nyeri abdomen pada akhir kehamilan dan setelah melahirkan, him. 203 Pengkajian awal secara'cepat 5 Ibu juga memerlukan penanganan segera jika ia menunjukkan tanda-tanda berikut. lendir bercampur darah (show) disertai kontraksi yang teraba dengan jelas; pecah ketuban; pucat; + Jemah; pingsan; sakit kepala hebat; * pandangan kabur; * muntah; * demam; distres pernapasan. Dahulukan ibu tersebut dan tangani segera. MENGIMPLEMENTASIKAN SKEMA PENGKAJIAN AWAL, SECARA CEPAT Awal penatalaksanaan secara cepat memerlukan pengenalan segera mengenai masalah khusus dan tindakan yang cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan Melatih semua staf—termasuk juru tulis, satpam, penjaga pintu atau opera- tor telepon—untuk bertindak dengan cara yang telah disepakati (“nyalakan alarm”, minta bantuan) ketika seorang ibu tiba di fasilitas kesehatan dengan kedaruratan obstetrik atau dengan komplikasi kehamilan atau jika fasilitas ke- sehatan diberi tahu bahwa ibu dirujuk dari suatu institusi kesehatan. Melaksanakan pelatihan kedaruratan atau pelatihan klinis dengan staf untuk memastikan kesiapan mereka pada semua level. * Memastikan bahwa jalan masuk tidak terhambat (kunci tersedia) dan peralat- an digunakan sesuai dengan cara kerjanya (periksa setiap hari) dan staf dilatih untuk menggunakannya secara tepat.. Memiliki standar dan protokol (dan mengetahui cara menerapkannya) untuk mengenali keadaan yang benar-benar darurat dan mengetahui bagaimana bertin- dak secara cepat. + Mengidentifikasi dengan jelas ibu yang berada di ruang tunggu—walaupun ibu tersebut menunggu hanya untuk konsultasi rutin—yang benar-benar membu- Pengkajian awal secara cepat tuhkan atau segera memerlukan penanganan dari tenaga keschatan. Oleh karena itu, sebaiknya ibu didahulukan (dengan menyepakati bahwa ibu bersalin atau ibu hamil yang bermasalah harus segera diperiksa oleh tenaga kesehatan, yang diuraikan dalam Tabel 1-1). Menyetujui skema yang menyatakan bahwa ibu dalam kondisi kedaruratan da- pat dibebaskan dari pembayaran, minimal dibebaskan sementara (skema asuran- si lokal, dana komite kesehatan kedaruratan). BERBICARA DENGAN IBU DAN KELUARGANYA Kehamilan biasanya merupakan waktu yang menyenangkan dan dinanti- nantikan. Kehamilan juga dapat berarti waktu kecemasan dan kekhawatiran. Berbicara dengan ibu dan keluarganya secara efektif dapat membantu membangun kepercayaan dan keyakinan ibu kepada pemberi perawatan kesehatannya. Tbu yang mengalami komplikasi mungkin sulit mengungkapkan dan menjelaskan masalahnya kepada pemberi perawatan. Berbicara dengan tetap menghargai ibu dan membuatnya merasa tenang adalah tanggung jawab seluruh tim perawatan kesehatan. Dengan memfokuskan diri pada ibu, berarti pemberi perawatan keschatan dan staf: * menghargai martabat dan hak privasi ibu; sensitif dan responsif terhadap kebutuhan ibu; bersikap tidak menghakimi keputusan yang telah dibuat oleh ibu dan keluarganya mengenai perawatan ibu tersebut. Wajar bila pemberi perawatan kesehatan tidak menyetujui perilaku ibu yang. berisiko atau suatu keputusan yang menyebabkan keterlambatan dalam mendapat perawatan. Namun, menunjukkan sikap tidak menghargai ibu atau tidak memeduli- kan kondisi medis, yang merupakan hasil dari perilaku ibu tersebut tidak dapat diterima. Konseling korektif diberikan setelah komplikasi berhasil ditangani dan bukan sebelum atau selama penatalaksanaan masalah. HAK IBU Pemberi perawatan harus mengetahui hak-hak ibu yang mendapatkan layanan perawatan maternitas. Setiap ibu yang mendapatkan perawatan berhak mengetalnal informasi tentang kesehatannya. Setiap ibu memiliki hak untuk mendiskusikan masalahnya dalam lingkungan yang membuatnya nyaman. + Ibuharus mengetahui lebih jauh mengenai jenis prosedur yang akan dilakukan. Ibu (atau keluarganya jika perlu) harus memberikan surat izin tindakan sebelum pemberi perawatan melakukan setiap prosedur. + Prosedur harus dilakukan dalam lingkungan yang menghargai hak privasi ibu (misalnya ruang persalinan). * Ibu harus dibuat nyaman ketika mendapatkan layanan. 8 Berbicara dengan ibu dan keluarganya + Tou memiliki hak untuk mengungkapkan pandangan tentang Jayanan yang dite- rimanya. Ketika pemberi perawatan berbicara dengan ibu tentang kehamilannya atau ikasi, pemberi perawatan harus menggunakan teknik komunikasi dasar. membantu pemberi perawatan membentuk hubungan percaya, jujur, dan penuh perhatian dengan ibu. Apabila ibu memercayai pemberi perawatan dan merasa bahwa pemberi perawatan sangat tulus memerhatikannya, ibu tersebut akan lebih cenderung kembali ke fasilitas untuk pelahiran atau datang lebih awal jika memang terjadi komplikasi. TEKNIK KOMUNIKASI Bicara dengan tenang dan pelan serta yakinkan ibu bahwa percakapan tersebut, bersifat rahasia. Sensitif terhadap pertimbangan budaya atau agama dan hargai pandangan ibu. Selain itu + Dorong ibu dan keluarganya untuk berbicara jujur dan menyeluruh mengenai kejadian seputar komplikasi. Dengarkan apa yang dikatakan ibu dan keluarganya serta anjurkan mereka un- tuk mengungkapkan masalah mereka; usahakan tidak memotong pembicaraan mereka. + Hargai privasi dan sopan santun ibu dengan menutup pintu atau menarik gor- den di sckitar meja pemeriksaan. ; + Tunjukkan bahwa Anda mendengarkan dan memahaminya. + Gunakan komunikasi nonverbal pendukung seperti mengangguk dan tersenyum. Jawab pertanyaan ibu secara langsung dengan cara yang tenang dan meyakinkan. Jeaskan Tangkah yang akan diambil untuk mengatasi suatu situasi atau kompli- Minta ibu untuk mengulangi inti pembicaraan guna memastikan pemahaman- nya. Apabila ibu harus menjalani prosedur bedah, jelaskan padanya tentang si- fat dan risiko prosedur serta bantu ibu untuk mengurangi kecemasannya. Ibu yang sangat cemas akan lebih memiliki masa yang sulit selama pembedahan dan pemulih- an. Untuk informasi lebih lanjut mengenai pemberian dukungan emosional selama waktu kedaruratan, lihat him. 9. DUKUNGAN EMOSIONAL DAN PSIKOLOGIS Situasi kedaruratan sering kali sangat mencemaskan semua orang yang terlibat dan menimbulkan serangkaian emosi yang dapat berakibat signifikan. REAKSI EMOSIONAL DAN PSIKOLOGIS Cara setiap anggota keluarga bereaksi terhadap situasi kedaruratan bergantung pada + status pernikahan ibu dan hubungan dengan pasangannya; keadaan sosial ibu/pasangan serta praktik budaya dan agama, keyakinan, dan harapan mereka; kepribadian individu yang terlibat dan kualitas serta sifat dukungan sosial, praktik, dan emosional; sifat, kegawatan, dan prognosis masalah serta ketersediaan dan kualitas layanan perawatan kesehatan. Reaksi umum terhadap kedaruratan obstetrik atau kematian meliputi: penyangkalan (perasaan bahwa “itu tidak benar”); rasa bersalah mengenai kemungkinan tanggung jawab; + marah (orang tua sering kali mengarahkan marahnya pada staf perawatan keschatan, tetapi orang tua sering menutupinya dengan menganggap diri mereka “gagal”); + tawar-menawar (terutama jika pasien berada dekat di antara kehidupan dan kematian); depresi dan kehilangan harga diri yang dapat berlangsung lama; isolasi (merasa berbeda atau terpisah dari orang lain) yang dapat dikuatkan oleh pemberi perawatan yang mungkin menghindari individu yang mengalami kehilangan; disorientasi. PRINSIP UMUM KOMUNIKASI DAN DUKUNGAN ‘Walaupun setiap situasi kedaruratan adalah unik, prinsip ummum berikut ini dapat menjadi pedoman. Komunikasi dan empati yang tulus mungkin merupakan kunci terpenting untuk perawatan yang efektif dalam situasi tersebut. 10 Dukungan emosional dan psikologis PADA SAAT KEJADIAN + Dengarkan individu yang mengalami distres. Ibw/keluarga perlu mendiskusikan kepedihan dan kesedihan mereka. Jangan mengubah pokok pembicaraan dan ganti ke topik pembicaraan yang le- bih mudah atau tidak terlalu menyedihkan. Tunjukkan rasa empati. Beri tahuibu/keluarga tentang apa yang sedang terjadi semampu Anda. Memaha- mi situasi kejadian dan penatalaksanaannya dapat mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mereka menghadapi kejadian selanjutnya. + Tunjukkan sikap jujur. Jangan ragu untuk mengakui bahwa Anda tidak tahu. Mempertahankan rasa percaya lebih bermakna daripada menunjukkan sikap mengetahui segala hal. : Jika bahasa merupakan hambatan dalam berkomunikasi, minta bantuan seorang penerjemah. Jangan mengalihkan masalah kepada staf keperawatan atau dokter junior. + Pastikan bahwa ibu memiliki pendamping yang dipilihnya. Pendamping terse- but menjadi pemberi perawatan di sepanjang persalinan dan pelahiran, jika mungkin. Pendamping yang suportif dapat memungkinkan ibu menghadapi rasa takut dan nyeri serta mengurangi kesepian dan distres. ‘Anjurkan pendamping untuk memegang peranan aktif dalam perawatan, jika mungkin. Anjurkan pendamping berada di dekat kepala ibu untuk memungkin- kannya berfokus pada pemenuhan kebutuhan emosional ibu. + Sedapat mungkin, berikan privasi pada ibu dan keluarganya baik selama maupun setelah kejadian. SETELAH KEJADIAN Berikan bantuan tindakan, dukungan informasi dan emosional. + Hargai kepercayaan dan adat istiadat serta penuhi kebutuhan keluarga sedapat mungkin. + Berikan konseling kepada ibu/keluarga dan beri kesempatan untuk menceritakan kejadian. + Jelaskan masalah untuk membantu mengurangi kecemasan dan rasa bersalah. Banyak ibu/keluarga menyalahkan diri mereka sendiri atas apa yang telah ter- jadi. Dengarkan dan ungkapkan pemahaman dan penerimaan terhadap perasaan ibu. Komunikasi nonverbal dapat lebih bermakna daripada kata-kata: genggaman tangan ‘ Dukungan emosional dén psikologis : oh atau menunjukkan perhatian dapat lebih bermakna. * Ulangi pemberian informasi beberapa kali dan berikan informasi tertulis, jika mungkin. Individu yang mengalami kedaruratan tidak akan banyak mengingat apa yang telah disampaikan kepadanya. + _Pemberi perawatan kesehatan dapat merasa marah, bersalah, sedih, sakit, dan frustrasi dalam menghadapi situasi kedaruratan obstetrik yang mungkin mem- buat mereka menghindari ibu/keluarga. Menunjukkan emosi bukan suatu kele- mahan. * Ingatuntuk memerhatikan staf yang merasa bersalah, berduka, bingung, danemosi Jain. MORTALITAS DAN MORBIDITAS MATERNAL MORTALITAS MATERNAL Kematian ibu dalam peristiwa melahirkan atau karena peristiwa yang terkait dengan kehamilan adalah pengalaman yang menyayat hati bagi keluarga dan anak- anak yang masih hidup. Selain ptinsip yang tertera di atas, ingat beberapa hal ber- ikut. PADASAAT KEJADIAN * Berikan perawatan psikologis selama ibu dalam keadaan sadar atau setengah sadar tethadap apa yang sedang atau mungkin terjadi padanya. * Apabila kematian tidak dapat dihindari, berikan kenyamanan emosional dan spiritual, bukan berfokus pada perawatan medis kedaruratan (pada saat ini akan sia-sia). Selalu tunjukkan perlakuan yang bermartabat dan menghargai, walaupun ibu tidak sadar atau telah meninggal. ‘SETELAH KEJADIAN Tzinkan pasangan atau keluarga untuk menemani ibu. Fasilitasi rencana keluarga untuk pemakaman, jika mungkin. Periksa bahwa mereka memiliki semua dokumen yang diperlukan. + Jelaskan tentang apa yang telah terjadi dan jawab setiap pertanyaan yang muncul. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengajukan pertanyaan tambahan. 12 Dukungan émosional dan psikologis MORBIDITAS MATERNAL YANG TINGGI Melahirkan kadang kala menyebabkan gangguan fisik atau psikologis yang be- rat pada diri seorang ibu. PADA SAAT KEJADIAN + Libatkan ibu dan keluarganya dalam proses pelahiran jika mungkin, terutama jika diperbolehkan secara budaya. + Pastikan bahwa anggota staf kesehatan memenuhi kebutuhan emosional dan informasi pada ibu dan pasangannya, jika mungkin. ‘SETELAH KEJADIAN + Jelaskan mengenai kondisi masalah dan penatalaksanaannya dengan jelas sehing- ga dapat dipahami oleh ibu dan pendampingnya. + Atur penatalaksanaan masalah dan/atau rujukan jika diindikasikan. + Jadwalkan waktu kunjungan tindak lanjut untuk memeriksa kemajuan kesehatan dan diskusikan mengenai pilihan waktu yang tersedia. MORTALITAS ATAU MORBIDITAS NEONATUS Beberapa faktor spesifik harus dipertimbangkan ketika menerapkan prinsip umum dukungan emosional untuk ibu yang mengalami kedaruratan obstetrik dan ketika seorang bayi meninggal atau lahir dengan abnormalitas. : KEMATIAN INTRAUTERIN ATAU LAHIR MATI Banyak faktor yang memengaruhi reaksi ibu terhadap kematian bayinya. Faktor- faktor ini mencakup beberapa faktor yang telah dijelaskan di atas dan juga © riwayat obstetrik dan kehidupan ibu sebelumnya; + seberapa besar “keinginan” untuk memiliki bayi; + peristiwa seputat kelahiran dan penyebab kematian bayi; * pengalaman sebelumnya dengan kematian. PADA SAAT KEJADIAN + Hindari menggunakan obat penenang untuk membantu koping ibu. Obat pene- nang dapat memperlambat penerimaan terhadap kematian dan nantinya dapat Dukungan emosional dan psikologis - 13 membuat kenangan pengalaman buruk—bagian dari proses penyembuhan emo- sional—menjadi lebih sulit. Tzinkan orang tua melihat upaya yang dilakukan oleh pemberi perawatan un- tuk menyelamatkan hidup bayi mereka. Dorong ibu/pasangan untuk melihat dan menggendong bayi mereka guna memfa- silitasi proses berduka. Siapkan orang tua untuk menerima kemungkinan penampilan yang mengganggu atau yang tidak diharapkan pada bayi mereka (kulit merah, berkeriput, dan terkelupas). Jika perlu, selimuti bayi sehingga bayi tampak normal sama seperti saat pertama kali orang tua melihat bayi mereka. + Hindari memisahkan ibu dan bayinya terlalu cepat (sebelum ibu menunjukkan kesiapannya) karena tindakan ini dapat mengganggu dan memperlambat proses berduka. ‘SETELAH KEJADIAN Izinkan ibu/keluarga untuk terus meluangkan waktu dengan bayi. Orang tua dari bayi yang lahir mati tetap perlu mengenal bayi mereka. Individu berduka dengan cara yang berbeda. Namun, kenangan adalah sesuatu yang penting bagi banyak orang tua. Tawarkan kepada ibu/keluarga untuk me- nyimpan benda kenangan kecil, seperti seikat rambut, label tempat tidur; atau papan nama bayi mereka. Jika budaya di suatu tempat adalah memberikan nama bayi pada saat lahir, an- jurkan ibu/keluarga memanggil bayi dengan nama yang telah mereka pilih. Izinkan ibu/keluarga mempersiapkan pemakaman bayi jika mereka mengingin- kanya, * Dorong orang tua untuk melaksanakan pemakaman yang dapat diterima di daerah tempat tinggal mereka dan pastikan bahwa prosedur medis (seperti au- topsi) tidak menghambat pelaksanaan pemakaman tersebut. Atur diskusi dengan ibu dan pasangannya untuk membicarakan kejadian dan tindakan pencegaban yang mungkin untuk masa mendatang. : OPERAS! DESTRUKTIF Kraniotomi atau operasi destruktif lainnya pada janin mati dapat membuat dis- tres dan memerlukan perawatan psikososial tambahan. Dukungan emosional dan psikologis PADA SAAT KEJADIAN ‘+ Sangat penting bagi Anda untuk menjetaskan kepada ibu dan keluarganya bah- wa bayi mereka telah meninggal dan prioritas pertolongan adalah menyelamat- kan ibu. Dorong pasangan untuk memberikan dukungan dan rasa nyaman kepada ibu sampai ibu diberi anestesi atau ditenangkan. * Apabila ibu dalam keadaan sadar atau setengah sadar selama prosedur, hindarkan ibu melihat langsung prosedur dan bayi. * Setelah intervensi, buat pengaturan schingga bayi dapat dilihat dan/atau digen- dong oleh ibw/keluarga jika mereka menginginkannya, terutama jika yang akan mengurus pemakaman adalah keluarga. ‘SETELAH KEJADIAN * Izinkan waktu kunjungan yang tidak terbatas untuk pendamping ibu. + Berikankonseling kepada ibu dan pendampingnya serta yakinkan mereka bahwa memang tidak tersedia tindakan alternatif. Rencanakan kunjungan tindak lanjut beberapa minggu setelah kejadian untuk menjawab pertanyaan dan mempersiapkan ibu untuk kehamilan berikutnya (atau memberikan informasi tidak ada kemungkinan/tidak dianjurkan untuk hamil). + Keluarga berencana harus disediakan, jika perlu (Tabel 2-3, him. 96). KELAHIRAN BAY! DENGAN ABNORMALITAS Kelahiran bayi dengan malformasi adalah pengalaman yang menyayat hati ba- gi orang tua dan keluarga. Reaksi yang terjadi dapat beragam. + Izinkan ibu untuk melihat dan menggendong bayi. Beberapa ibu dapat dengan segera menerima bayi mereka sementara yang lain memerlukan waktu lebih lama. . * Tidak percaya, penyangkalan, dan kesedihan adalah reaksi normal, terutama jika abnormalitas tidak diperkirakan. Perasaan tidak adil, putus asa, depresi, cemas, marah, gagal, dan khawatir adalah hal yang umum. PADASAAT KEJADIAN + Berikan bayi kepada orang tua saat lahir. Trauma dapat dikurangi dengan mengizinkan orang tua untuk segera melihat masalah. + Pada kasus deformitas berat, selimuti bayi sebelum memberikannya kepada Dukungan emosional dan psikologis ; 15 ibu untuk digendong sehingga ibu dapat melihat keadaan normal bayi saat per- tama kali, Jangan memaksa ibu untuk memeriksa abnormalitas. * Sediakan tempat tidur atau pelbet di dalam ruangan sehingga pendamping da- pat menemani ibu jika ibu menginginkannya. SETELAH KEJADIAN * Diskusikan tentang bayi dan masalahnya dengan ibu dan keluarga secara bersama- sama, jika memungkinkan. * Berikan kebebasan kepada ibu dan pasangannya untuk menemui bayi mereka. Usahakan bayi selalu didampingi ibu. Semakin banyak yang dilakukan ibu dan pasangannya untuk bayi mereka, semakin cepat mereka menerima bayi sebagai milik mereka. * Pastikan tersedia individu dan kelompok profesional pendukung. MORBIDITAS PSIKOLOGIS Distres emosional pascapartum cukup sering terjadi setelah kehamilan dan berkisar dari postpartum blue ringan (yang memengaruhi sekitar 80% ibu) sampai depresi atau psikosis pascapartum. Psikosis pascapartum dapat mengancam ke- , hidupan ibu atau bayi. DEPRESI PASCAPARTUM Depresi pascapartum memengaruhi sampai 34% ibu dan khususnya terjadi pada beberapa minggu atau beberapa bulan pertama pascapartum serta dapat berlangsung selama satu tahun atau lebih. Depresi bukan satu-satunya gejala utama dan biasanya terdapat gejala lain yang meliputi kelelahan, iritabilitas, mudah menangis, tingkat energi dan motivasi rendah, merasa tidak berdaya dan putus asa, penurunan libido dan nafsu makan, serta gangguan tidur. Dapat dilaporkan juga terjadinya sakit kepala, asma, sakit punggung, rabas vagina, dan nyeri abdomen. Gejala dapat meliputi pemikiran obsesif, takut mencederai bayi atau diri sendiri, pikiran bunuh diri, dan depersonalisasi. Prognosis depresi pascapartum adalah baik jika diagnosis dan terapi dilakukan lebih awal. Lebih dari dua pertiga ibu pulih dalam setahun. Menghadirkan pendamping selama persalinan dapat mencegah depresi pascapartum. Setelah terjadi, depresi pascapartum memerlukan konseling psikologis dan bantuan tindakan. Secara umum * Berikan dukungan psikologis dan bantuan tindakan (pada bayi dan perawatan di rumah). 16 Dukungan emosional dan psikologis Dengarkan ibu dan berikan penguatan serta dukungan. ‘Yakinkan ibu bahwa pengalaman seperti itu biasa tej dan banyak ibu lain mengalami hal yang sama. Bantu ibu untuk memikirkan kembali peran ibu dan bantu pasangan untuk me- mikirkan peran mereka masing-masing sebagai orang tua baru, Harapan dan aktivitas mereka mungkin perlu disesuaikan. Apabila terjadi depresi berat, pertimbangkan pemberian antidepresan, jika tersedia. Waspadai bahwa obat tersebut dapat dialirkan melalui Air Susu Ibu (ASI) dan pemberian ASI tersebut harus dikaji kembali. Perawatan dapat dilakukan di rumah atau dapat diberikan melalui klinik day care. Kelompok pendukung lokal yang beranggotakan ibu dengan pengalaman serupa sangat bermanfaat bagi ibu yang mengalami depresi pascapartum. PSIKOSIS PASCAPARTUM Psikosis pascapartum biasanya terjadi seputar waktu pelahiran dan memenga- tuhi kurang dari 1% ibu. Penyebabnya tidak diketahui walaupun sekitar setengah ibu yang mengalami psikosis juga memiliki riwayat gangguan jiwa. Psikosis pasca- partum ditandai dengan awitan mendadak timbulnya delusi atau halusinasi, in- somnia, preokupasi dengan bayi, depresi berat, ansietas, putus asa, dan dorongan untuk bunuh diri atau membunuh bayi. Perawatan bayi kadang kala dapat berlanjut seperti biasa. Prognosis pemulihan sangat baik tetapi sekitar 50% ibu kambuh pada pelahiran berikutnya. Secara umum + Berikan dukungan psikologis dan bantuan tindakan (pada bayi dan perawatan dirumah). + Dengarkan ibu serta berikan dukungan dan penguatan. Hal ini penting untuk menghindari akibat buruk psikosis. + Kurangi stres. Hindari membicarakan masalah emosional ketika ibu tidak stabil Jika digunakan antipsikotik, waspadai bahwa obat tersebut dapat dialirkan melalui AST dan pemberian ASI tersebut harus dikaji kembali. 17 KEDARURATAN Kedaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba, seperti Kalnya konvulsi, atau kedaru- ratan dapat timbul dari komplikasi yang tidak ditangani atau tidak dipantau dengan tepat. PENCEGAHAN KEDARURATAN Sebagian besar kedaruratan dapat dicegah dengan * perencanaan yang teliti; « mengikuti pedoman klinis; ‘* pemantauan ibu secara ketat. BERESPONS TERHADAP KEDARURATAN Berespons terhadap kedaruratan secara cepat dan efektif mengharuskan anggota tim Klinis mengetahui peran mereka dan fungsi tim dalam merespons kedaruratan dengan sangat efektif. Anggota tim juga harus mengetahui * situasi klinis, diagnosis, dan terapinya; * obat-obatan dan penggunaannya, pemberian obat, serta efek sampingnya; * _peralatan kedaruratan dan fungsinya. Kemampuan suatu fasilitas untuk menangani kedaruratan harus dikaji dan dikuatkan oleh seringnya pelatihan praktik kedaruratan. PENATALAKSANAAN AWAL Dalam menatalaksana kedaruratan + Tetap tenang, berpikir secara logis, dan fokuskan pada kebutuhan ibu. + Jangan meninggalkan ibu sendirian. * Laksanakan tanggung jawab dan hindari kebingungan dengan menunjuk orang lain untuk bertanggung jawab. BERTERIAK MINTA BANTUAN. Minta satu orang untuk mencari bantuan dan satu orang lainnya untuk mendapatkan peralatan dan persediaan barang kedaruratan (misalnya tabung oksigen, perlengkapan kedaruratan/kotak P3K). 18 Kedaruratan Jika ibu tidak sadar, kaji jalan napas, pernapasan, dan sirkulasinya. Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai terapi (him. 85). Walaupun tidak ada tanda syok, tetap pikirkan tentang syok saat Anda mengevaluasi ibu lebih lanjut karena statusnya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, penting untuk segera memulai terapi. ‘Atur posisi ibu berbaring miring kiri dengan meninggikan kakinya. Longgarkan pakaiannya yang ketat. Bicara kepada ibu dan bantu ia untuk tetap tenang. Tanyakan tentang apa yang terjadi dan gejala yang ia alami. Lakukan pemeriksaan dengan cepat yang meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu) dan warna kulit. Perkira- kan banyaknya darah yang keluar serta kaji tanda dan gejala. 19 PRINSIP PERAWATAN UMUM PENCEGAHAN INFEKSI * Pencegahan infeksi memiliki dua tujuan utama: = mencegah infeksi mayor ketika memberikan layanan; - meminimalkan risiko penularan penyakit serius, seperti hepatitis B dart HIV/ AIDS kepada ibu dan pemberi layanan kesehatan beserta staf termasuk pe- tugas kebersihan dan bagian rumah tangga. Praktik pencegahan infeksi yang dirckomendasikan didasari oleh prinsip berikut. ~ Setiap individu (pasien atau staf) harus dianggap berpotensi menularkan in- + feksi. - Mencuci tangan adalah prosedur yang paling praktis untuk mencegah konta- sect cara - Pakai sarang tangan sebelum menyentuh apapun yang basah—robekan ku- lit, membran mukosa, darah, atau cairan tubuh lainnya (sekresi atau ekskresi). - Gunakan barier (kacamata pelindung, masker, atau gaun) jika diperkirakan terjadi percikan dan tetesan cairan tubuh (sekresi atau ekskresi). ~ Lakukan praktik kerja yang aman, seperti tidak membengkokkan jarum ata tidak menutup jarum kembali, memproses instrumen dengan benar, dan membuang sampah medis dengan tepat. MENCUCI TANGAN * Gosok dengan kuat secara bersamaan seluruh permukaan tangan yang telah di- beri sabun biasa atau sabun antimikroba. Gosok selama 15-30 detik dan bilas dengan air yang mengalir atau air yang dituang. * Cucitangan - Sebelum dan setelah memeriksa ibu (atau melakukan kontak langsung). ~ Setelah terkena darah atau cairan tubuh lain (sekresi atau ekskresi), ' walaupun ‘sarung tangan masih dipakai. ~ Setelah melepaskan sarung tangan karena sarung tangan mungkin berlubang. 20 Pririsip perawatan umum * Untuk mendorong cuci tangan, manajer program harus mengupayakan penye- dian sabun, suplai air bersih yang kontinu baik dari keran atau ember, dan handuk sekali pakai. Jangan menggunakan handuk yang dipakai bersama untuk mengeringkan tangan. © Untuk mencuci tangan pada prosedur bedah, lihat him. 50. SARUNG TANGAN DAN GAUN + Pakaisarung tangan - Ketika melakukan prosedur (Tabel 1-2, him. 21). = Ketika membersihkan instrumen, sarung tangan, dan barang lain yang kotor. - Ketika membuang barang yang terkontaminasi (kapas, kasa, atau ‘balutan). + Gunakan sepasang sarung tangan yang berbeda untuk setiap ibu demi menghin- dari kontaminasi silang. © Sarung tangan sekali pakai lebih disukai. Jika sumber terbatas, sarung tangan bedah dapat digunakan kembali jika sarung tangan tersebut er didekontaminasi dengan direndam di dalam larutan klorin 0,5% sclama 10 menit; - dicuci dan dibilas; = disierilisasi di dalam autoklaf (untuk menghilangkan semua mikroorganisme) atau didesinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus (untuk menghi- langkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri). (Catatan: Jika sarung tangan bedah sekali pakai digunakan kembali, sarung tangan tersebut tidak boleh diproses lebih dari tiga kali karena dapat terjadi robekan yang tidak terlihat. Jangan menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas, atau berlubang. © Gaun yang bersih tetapi tidak perlu steril harus dipakai selama pelaksanaan prosedur pelahiran. - Apabila gaun berlengan panjang, sarung tangan harus dipakai sampai menu- tupi lengan gaun untuk menghindari kontaminasi sarung tangan._ - Pastikan bahwa tangan yang memakai sarung tangan (telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril) tetap berada di atas pinggang dan tidak bersentuhan dengan gaun. Prinsip perawatan umum 21 TABEL 1-2 Kebutuhan sarung tangan dan gaun pada prosedur obstetrik umum Prosedur Sarung Tangan Sarung Tangan Gaun yang Dipilih® Alternatif® Pengambilan darah, Sarung tangan periksa* Sarung tangan bedah Tidak perlu pemasangan yang didesinfeksi infus IV tingkat tinggi? Pemeriksaan panggul _ Sarung tangan periksa Sarung tangan bedah Tidak perlu yang didesinfeksi tingkat tinggi Aspirasi vakum ‘Sarung tangan bedah Sarung tangan bedah Tidak perlu manual, dilatasi dan yang didesinfeksi steril kuretase, kolpotomi, _tingkat tinggi kuldosentesis Prosedur laparotomi _Sarung tangan bedah Sarung tangan bedah Gaun bersih, dan intraabdomen, —_ yang didesinfeksi steril yang didesin- pemecahan ketuban _tingkat tinggi feksi tingkat buatan, pelahiran, pe- tinggi atau Jahiran dengan instru- ‘ steril men, simfisiotomi, episiotomi, penjahitan robekan serviks atau perineum, kraniotomi, kraniosentesis, kom- presi uterus bimanual, pengeluaran plasenta secara manual, per- baikan inversi uterus Menangani dan ‘Sarung tangan ‘Sanung tangan Tidak perlu membersibkan serbaguna® periksa atau sarung instrumen tangan bedah Menangani sampah _ Sarung tangan ‘Sarung tangan Tidak perlu terkontaminasi serbaguna periksa atau sarung tangan bedah * Sarung tangan dan gaun tidak perlu dipakai dalam prosedur pemeriksaan tekanan darah, suhu, atau pemberian injeksi. * Sarung tangan alternatif biasanya lebih mahal dan memerlukan lebih banyak persiapan daripada sarung tangan yang dipilih. © Sarung tangan periksa adalah sarung tangan lateks sekali pakai. Jika sarung tangan dapat digunakan kembali, sarung tangan tersebut harus didekontaminasi, dibersihkan, dan di- sterilisasi atau didesinfeksi tingkat tinggi sebelum digunakan. * Sarung tangan bedah adalah sarung tangan lateks yang ukurannya sesuai dengan tangan. * Sarung tangan serbaguna adalah sarung tangan rumah tangga yang tebal i berfanjut ... 22 Prinsip perawatan umum TABEL 1-2 fanjutan Prosedur Sarung Tangan Sarung Tangan Gaun yang Dij Alternatif® . Membersihkan te- Sarung tangan serba- Sarung tangan periksa Tidak perlu tesan darah atau guna atau sarung tangan cairan tubuh bedah MENANGANI INSTRUMEN TAJAM DAN JARUM RUANG OPERAS! DAN RUANG PERSALINAN * Jangan meninggalkan instrumen tajam atau jarum (“‘benda tajam”) di luar “zona aman” (him. 53). + Beri tahu petugas lain sebelum membuang benda tajam. JARUM HIPODERMIK DAN SPUIT * Gunakan jarum dan spuit hanya sekali. + Jangan memisahkan jarum dan spuit setelah digunakan. + Jangan menutup, membengkokkan, atau mematahkan jarum sebelum dibuang. + Buang jarum dan spuit dalam wadah antibocor. + Bakar jarum hipodermik sehingga tidak dapat digunakan kembali. Catatan: Apabila jarum sekali pakai tidak tersedia dan menutup jarum dilakukan, gunakan metode penutupan jarum dengan “satu tangan”. ~ Letakkan tutup jarum pada permukaan yang keras dan datar. - Pegang spuit dengan satu tangan dan gunakan jarum untuk “mengangkat” tutup jarum. ~ Apabila tutup jarum telah menutupi seluruh jarum, pegang dasar jarum dan gunakan tangan lain untuk memfiksasi tutup jarum. PEMBUANGAN SAMPAH + Tujuan pembuangan sampah adalah = mencegah penyebaran infeksi ke persone! rumah sakit yang menangani sampah; = mencegah penyebaran infeksi ke masyarakat setempat; Prinsip perawatan umum 23 - melindungi individu yang menangani sampah dari cedera yang tidak disengaja. + Sampah yang tidak terkontaminasi (misalnya kertas dan kotak dari kantor) tidak menyebabkan risiko infeksi dan dapat dibuang sesuai dengan pedoman lokal. + Penanganan sampah terkontaminasi dengan tepat (barang yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh) diperlukan untuk meminimalkan penyebaran infeksi ke personel rumah sakit dan masyarakat. Penanganan dengan tepat berarti - memakai sarung tangan serbaguna; = membuang sampah padat yang terkontaminasi ke tempat sampah dalam wadah tertutup; membuang semua benda tajam dalam wadah antibocor; menuang sampah cair dengan hati-hati ke saluran atau toilet yang dapat di- siram; ~ membakar atau mengubur sampah padat yang terkontaminasi; - mencuci tangan, sarung tangan, dan wadah setelah membuang sampah infeksi. PEMASANGAN INFUS IV * Pasang infus IV (dua infus IV jika ibu syok) dengan menggunakan kanula atau jarum berdiameter besar (tersedia jarum berukuran 16 atau lebih besar). + Infuskan cairan IV (salin normal atau laktat Ringer) dengan kecepatan yang se- suai dengan kondisi ibu. Catatan: Jika ibu syok, hindari menggunakan cairan pengganti plasma (misal- nya dekstran). Tidak terbukti bahwa cairan pengganti plasma lebih baik daripada salin normal dalam resusitasi ibu yang syok dan dekstran dapat membahaya- kan jika diberi dalam dosis besar). Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lakukan vena seksi (Gambar 2-1, him. 87). PRINSIP DASAR PROSEDUR Sebelum melakukan prosedur sederhana (nonbedah), penting untuk + Mendapatkan dan mempersiapkan semua peralatan. Peralatan yang tidak lengkap dapat menghambat jalannya prosedur. + Menjelaskan kepada ibu tentang prosedur dan alasan dilakukannya serta menda- patkan izin tindakan. 24 Prinsip perawatan umum ‘+ Memberikan obat nyeri yang adekuat sesuai dengan banyaknya prosedur yang direncanakan. Perkirakan lama waktu pelaksanaan prosedur dan berikan obat nyeri yang sesuai (him. 39). + Mengatur posisi pasien yang tepat sebelum prosedur dilakukan. Posisi yang paling banyak digunakan untuk prosedur obstetrik (misalnya aspirasi vakum manual) adalah posisi litotomi (Gambar 1-1, him. ini). Mencuci tangan dengan sabun dan air (him. 19) serta memakai sarung tangan yang sesuai dengan prosedur (Tabel 1-2, him. 21). Jika vagina dan serviks perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan antisep- tik untuk suatu prosedur (misalnya aspirasi vakum manual): = Cuci abdomen bagian bawah dan area perineum ibu dengan sabun dan air ji- ka perlu. - Masukkan spekulum atau retraktor yang didesinfeksi tingkat tinggi atau steril ke dalam vagina dengan hati-hati. GAMBAR 1-1 Posisi fitotomi - Oleskan larutan antiseptik (misalnya iodofor, klorheksidin) tiga kali ke va- gina dan serviks dengan menggunakan forsep cincin yang steril atau yang didesinfeksi tingkat tinggi dan swab kapas atau kasa. + Jika kulit perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik untuk suatu prosedur (misalnya simfisiotomi): + Cuci area kulit dengan sabun dan air jika perlu. = Oleskan larutan antiseptik (misalnya iodofor, klorheksidin) tiga kali ke area kulit dengan menggunakan forsep cincin yang steril atau yang didesinfeksi Prinsip perawatan umum 25 tingkat tinggi dan swab kapas atau kasa. Jika swab dipegang dengan tangan yang memakai sarung tangan, jangan eens sarung tangan de- ngan menyentuh kulit yang belum dibersihkan. - Bersihkan area kulit mulai dari pusatnya ke arah Iuar dengan gerakan meling- kar menjauhi area tersebut. - Buang swab tersebut pada tepi area steril. * Jangan pemah membersihkan bagian tengah area yang telah dibersihkan dengan swab yang sama. Pertahankan lengan dan siku Anda tetap tinggi dan pakaian bedah tidak menyentuh area pembedahan. 26 PENGGUNAAN DARAH, PRODUK DARAH, DAN CAIRAN PENGGANTI SECARA KLINIS Perawatan obstetrik dapat memerlukan transfusi darah. Penting untuk menggu- nakan darah, produk darah, dan cairan pengganti dengan tepat serta mengetahui prinsip yang membantu tenaga kesehatan dalam memutuskan kapan (dan kapan tidak perlu) pelaksanaan transfusi. Penggunaan produk darah dengan tepat didefinisikan sebagai transfusi produk darah yang aman untuk mengatasi kondisi yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas signifikan yang tidak dapat dicegah atau ditangani secara efektif dengan caralain. Kondisi yang mungkin memerlukan transfusi darah meliputi: hemoragi pascapartum yang menyebabkan syok; kehilangan banyak darah pada saat operasi pelahiran; anemia berat, terutama pada akhir kehamilan atau jika disertai dengan gagal jantung. : Catatan: Untuk anemia pada awal kehamilan, atasi penyebabnya dan berikan hematinik. Rumah sakit daeralt harus siap jika ada kebutuhan transfusi darah yang mende- sak. Unit obstetrik ditugaskan untuk tetap menyimpan persediaan darah terutama darah tipe O negatif dan plasma beku segar (fresh frozen plasma) karena persediaan darah tersebut dapat menyelamatkan jiwa. PENGGUNAAN PRODUK DARAH YANG TIDAK PERLU Jika digunakan dengan benar, transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa dan meningkatkan keschatan, Namun, sama dengan intervensi terapeutik lainnya, transfusi darah dapat menyebabkan komplikasi akut atau lambat dan menimbulkan risiko penularan agens infeksi. Transfusi darah juga mahal dan sumbernya jarang. + ‘Transfusi sering kali tidak dibutuhkan karena = Kondisi yang pada akhimnya mungkin memeriukan transfusi sering kali dapat dicegah dengan program terapi atau pencegahan sejak dini. = ‘Transfusi darah lengkap, sel darah merah, atau plasma sering kali diberikan guna mempersiapkan ibu dengan cepat untuk pembedahan yang direncanakan atau untuk memulangkan ibu lebih awal dari rumah sakit. Terapi lain, seperti infus cairan IV sering kali lebih murah, lebih aman, dan sama-sama efektif ihat him. 33). Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara Klinis 27 + Transfusi yang tidak perlu dapat > menimbulkan risiko yang tidak seharusnya pada ibu; - menyebabkan kekurangan produk darah bagi ibu yang benar-benar butuh. Darah itu mahal dan sumbernya jarang. RISIKO TRANSFUSI Sebelum meminta darah atau produk darah untuk ibu, penting untuk mempertim- bangkan risiko memberi transfusi atau tidak memberi transfusi. TRANSFUSI DARAH LENGKAP ATAU SEL DARAH MERAH * Transfusi produk sel darah merah menimbulkan risiko ketidakcocokan transfusi dan reaksi transfusi hemolitik yang serius. ‘+ Produk darah dapat menularkan agens infeksi—termasuk HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis, Malaria, dan penyakit Chagas (penyakit Tripanosomiasis i Amerika Selatan)—kepada resipien. * Setiap produk darah dapat terkontaminasi bakteri dan sangat berbahaya jika tidak dikemas atau tidak disimpan dengan benar. TRANSFUSI PLASMA * Plasma dapat menularkan sebagian besar infeksi yang terdapat dalam darah lengkap. * Plasma juga dapat menyebabkan reaksi transfusi. * Indikasi yang jelas untuk transfusi plasma sangat sedikit (misalnya koagulopati) dan risikonya sering kali lebih besar daripada manfaat yang mungkin diperoleh. KEAMANAN DARAH Risiko transfusi dapat dikurangi melalui seleksi, penundaan, dan pengeluaran donor darah secara efektif; skrining infeksi yang ditularkan melalui transfusi pada populasi donor darah (misalnya HIV/AIDS dan Hepatitis); - program kendali mutu; pengelompokan darah berkualitas tinggi, uji kompatibilitas, pemisahan kom- Ponen, penyimpanan, dan transportasi produk darah; enggunaan darah dan produk darah secara klinis dengan tepat. Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara Klinis SKRINING AGENS INFEKS! + Setiap unit darah yang didonorkan harus diskrining untuk mengetahui adanya infeksi yang ditularkan melalui transfusi dengan menggunakan yji yang paling tepat dan fekifsesuai dengan kebijakan nasional dan prevalensi agensinfeksi pada populasi donor darah yang potensial. * Semua darah yang didonorkan harus diskrining untuk mengetahui adanya - HIV-1 dan HIV-2; - antigen permukaan Hepatitis B (HBsAg); + antibodi Treponema pallidum (sifilis). + Jikamungkin, semua darah yang didonorkan juga harus diskrining untuk menge- tahui adanya + Hepatitis C; - penyakit Chagas, di negara yang seroprevalensinya signifikan; ~ Malaria, dinegara yang prevalensinya rendah jika donor telah bepergian ke daerah malaria. Di daerah yang prevalensi malarianya tinggi, transfusi darah harus disertai dengan antimalaria profilaksis. © Darah atau produk darah tidak boleh ditransfusikan sampai semua uji secara nasional menunjukkan hasil negatif. + Lakukan uji kompatibilitas pada semua komponen darah yang ditransfusikan walaupun pada situasi kedaruratan yang mengancam jiwa, dilakukan setelah produk darah diberikan. Darah yang tidak diambil dari donor yang telah diseleksi dengan tepat dan darah yang belum diskrining guna mengetahui adanya agens infeksi yang ditularkan melalui transfusi (misalnya HIV, Hepatitis), sesuai dengan ketetapan yang berlaku secara nasional, tidak boleh diberikan untuk transfusi, kecuali dalam situasi yang paling mengancam jiwa. Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara kiinis 29 PRINSIP TRANSFUSI KLINIS Prinsip dasar penggunaan darah atau produk darah yang tepat adalah transfusi hanya merupakan salah satu elemen penatalaksanaan masalah ibu. Apabila terdapat kehilangan darah secara cepat dan mendadak akibat hemoragi, pembedahan, atau komplikasi melahirkan, kebutuhan yang paling mendesak biasanya adalah mengganti dengan cepat cairan yang keluar dari sirkulasi. ‘Transfusi sel darah merah juga vital untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen. Minimalkan “kehilangan” darah pada ibu (untuk mengurangi kebutuhan transfur- si) dengan * ~menggunakan cairan pengganti untuk resusitasi; © meminimalkan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium; * menggunakan teknik anestesi dan teknik bedah terbaik untuk meminimalkan kehilangan darah selama pembedahan; menampung dan memasukkan kembali darah yang keluar selama prosedur pembedahan (autotransfusi), jika tepat (him. 98). Prinsip yang harus diingat * Transfusi hanya merupakan salah satu clemen penatalaksanaan masalah ibu. Keputusan tentang permintaan transfusi harus berdasarkan pedoman nasional mengenai penggunaan darah secara klinis dengan memperhitungkan kebutuhan ‘ibu. Kehilangan darah harus diminimalkan untuk mengurangi kebutuhan ibu akan transfusi. . Tu yang mengalami kehilangan darah akut harus mendapat resusitasi secara cefektif (cairan pengganti IV, oksigen, dll.) sambil dikaji kebutuhan transfusinya. * Walaupun penting, nilai hemoglobin ibu tidak boleh menjadi satu-satunya fak- tor penentu dalam memulai transfusi. Keputusan transfusi harus didukung oleh kebutuhan untuk mengurangi tanda dan gejala klinis serta mencegah morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Klinisi harus mewaspadai risiko infeksi yang ditularkan melalui transfasi pada produk darah yang tersedia. ‘Transfusi boleh diberikan hanya jika manfaat untuk ibu lebih besar daripada tisikonya. 30 Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara Klinis Individu terlatih harus memantau ibu yang ditransfusi dan berespons segera ji- ka terjadi efek merugikan (him. ini). Klinisi harus mencatat alasan pemberian transfusi dan menyelidiki ada tidaknya efek merugikan (him. 31). PERMINTAAN DARAH Keputusan permintaan darah harus berdasarkan pedoman nasional tentang penggunaan darah secara klinis dengan memperhitungkan kebutuhan ibu. Sebelum menentukan permintaan darah atau produk darah untuk ibu, pikirkan hal-hal berikut. - Perbaikan kondisi klinis ibu yang diharapkan. ~ Metode untuk meminimalkan kehilangan darah guna mengurangi kebutuhan ibu akan transfusi. ‘Terapi alternatif yang dapat diberikan sebelum membuat keputusan untuk transfusi termasuk cairan pengganti IV atau oksigen. Indikasi klinis atau indikasi laboratorium khusus untuk transfusi. Risiko penularan HIV, Hepatitis, Sifilis, atau agens infeksi lain melalui pro- duk darah yang tersedia. - Manfaat transfusi dibandingkan risikonya pada ibu tertentu. = Pilihan terapi lain jika darah tidak tersedia tepat pada waktunya. Kebutuhan akan individu terlatih untuk memantau ibu yang ditransfusi dan segera berespons jika terjadi reaksi transfusi. PEMANTAUAN IBU YANG DITRANSFUSI Pantau ibu dengan ketat selama 15 menit pertama transfusi. Setelah itu, pantau secara teratur untuk mendeteksi dini adanya tanda dan gejala efek yang merugikan. Pantau ibu yang ditransfusi pada beberapa tahap berikut: sebelum memulai transfusi; pada awal transfusi; 15 menit setelah memulai transfusi; minimal setiap jam selama transfusi; Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara klinis 31 pada interval empat jam setelah transfusi selesai. Pada setiap tahap tersebut, catat informasi di bawah ini pada kardeks ibu: * keadaan umum; suhu tubuh; denyut nadi; * tekanan darah; * pernapasan; keseimbangan cairan (asupan cairan melalui oral dan IV, haluaran urine). Selain itu, catat juga: + waktu diiulainya transfusi; waktu selesainya transfusi; volume dan jenis produk darah yang ditransfusikan; * nomor donasi khusus produk darah yang ditransfusikan; setiap efek merugikan. BERESPONS TERHADAP REAKSI TRANSFUSI Reaksi transfusi dapat berkisar dari ruam kulit ringan sampai syok anafilaktik. Hentikan transfusi dan upayakan slang IV tetap terisi dengan cairan TY (salin normal atau laktat Ringer) saat melakukan pengkajian awal tentang reaksi transfusi akut dan saat meminta bantuan saran. Jika reaksi ringan, berikan prometazin 10 mg per oral dan lakukan observasi. PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK AKIBAT TRANSFUSI DARAH YANG TIDAK COCOK * Tangani sama seperti syok (him. 85) dan berikan - Iarutan adrenalin 1:1000 (0,1 ml adrenalin dalam 10 ml salin normal atau laktat Ringer) melalui IV secara perlahan; - prometazin 10mg melalui IV; - hidrokortison 1 g melalui IV tiap dua jam sesuai kebutuhan. + Jikaterjadi bronkospasme, berikan aminofilin 250 mg dalam 10 ml salin nor- mal atau laktat Ringer melalui IV secara perlahan. 320 Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara Kdinis + Kombinasikan tindakan resusitasi di atas sampai kondisi pasien stabil. + Pantau fungsi jal, paru-paru, dan kardiovaskular. + Kirim ke pusat rujukan jika pasien stabil. PENDOKUMENTASIAN REAKS! TRANSFUSI Setelah terjadi reaksi transfusi, segera ambil sampel berikut dan kirim dengan formulir permintaan ke bank darah untuk pemeriksaan laboratorium. ~ Sampel darah segera setelah transfusi = satu yang membeku; ~ satu yang diberi antikoagulasi (EDTA/sekuestren), yang diambil dari vena yang berlawanan dengan letak infus. = Unit darah dan set pemberian yang berisi sisa sel darah merah dan plasma dari darah donor yang ditransfusikan. - Spesimen pertama urine ibu setelah reaksi. Jika dicurigai terjadi syok septik akibat unit darah yang terkontaminasi, ambil kultur darah dalam botol khusus. Lengkapi formulir laporan reaksi transfusi. Setelah pemeriksaan awal reaksi transfusi, kirim sampel berikut ke bank darah_ untuk pemeriksaan laboratorium. - Sampel darah 12 jam dan 24 jam setelah mulainya reaksi - satu yang membeku; + satu yang diberi antikoagulasi (EDTA/sekuestren), yang diambil dari vgna yang berlawanan dengar letak infus. - Urine yang tertampung minimal 24 jam setelah mulainya reaksi. Segera laporkan reaksi transfusi akut kecuali ruam kulit ringan kepada tenaga medis dan bank darah yang menyuplai darah. + Catat informasi berikut pada kardeks ibu: - jenis reaksi transfusi; - lama waktu terjadinya reaksi yang dihitung setelah mulainya transfusi; = volume dan jenis produk darah yang ditransfusikan; - nomor donasi khusus produk darah yang ditransfusikan. Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara klinis 33 CAIRAN PENGGANTI: PENGGANTI SEDERHANA UNTUK TRANSFUSI ‘Salin normal (natrium Klorida 0,9%) atau larutan garam seimbang berkonsentrasi natrium yang sama dengan plasma merupakan satu-satunya cairan pengganti yang efektif. Larutan ini harus tersedia di semua rumah sakit yang menggunakan cairan pengganti IV. Cairan pengganti digunakan untuk mengganti kehilangan darah, plasma, atau cairan ekstraselular lain yang abnormal yaitu dengan meningkatkan volume kompar- temen vaskular. Cairan pengganti pada prinsipnya digunakan dalam + penatalaksanaan ibu yang mengalami hipovolemia (misalnya syok hemoragik); * mempertahankan keadaan normovolemia pada ibu yang mengalami kehilangan cairan secara berkelanjutan (misalnya kehilangan darah selama pembedahan). TERAPI CAIRAN PENGGANTI INTRAVENA Cairan pengganti intravena adalah terapi awal untuk hipovolemia. Terapi awal dengan cairan ini dapat menyelamatkan jiwa dan dapat memberikan waktu untuk mengontrol perdarahan dan mendapatkan darah transfusi, jika memang perlu. CAIRAN KRISTALOID * Cairan pengganti kristaloid ~ mengandung konsentrasi natrium yang sama dengan plasma; + tidak dapat memasuki sel karena membran sel tidak permeabel terhadap natrium; - melewati kompartemen vaskular ke kompartemen ruang ekstraselular (nor- malnya hanya seperempat volume kristaloid yang diinfuskan tetap berada dalam kompartemen vaskular). + Untuk mengembalikan volume darah sirkulasi (volume intravaskular), infuskan kristaloid dengan volume minimal tiga kali dari volume cairan yang keluar. Larutan dekstrosa (glukosa) adalah cairan pengganti yang buruk. Jangan menggunakan larutan tersebut untuk mengatasi hipovo- lemia kecuali bila tidak ada alternatif lain. 34 Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara klinis CAIRAN KOLOID * Larutan koloid terdiri dari suspensi partikel yang lebih besar dari kristaloid. Koloid cenderung tetap di dalam darah dan menyerupai protein plasma untuk mempertahankan atau meningkatkan tekanan osmotik koloid darah. * Koloid biasanya diberikan dalam volume yang sama dengan volume darah yang. keluar. Pada kondisi yang permeabilitas kapilemiya meningkat (misalnya trauma dan sepsis), kebocoran sirkulasi akan terjadi dan infus tambahan diperlukan untuk mempertahankan volume darah. Hal-hal yang harus diingat + Tidak terbukti bahwa larutan koloid (albumin, dekstran, gelatin, larutan hidroksietil) memiiliki manfaat lebih dibandingkan salin normal atau larutan garam seimbang untuk resusitasi. + Terbukti bahwa larutan koloid dapat berefek merugikan pada individu yang berhasil diselamatkan. + Larutan koloid jauh lebih mahal daripada salin normal dan larutan garam seimbang. + Plasma manusia tidak boleh digunakan sebagai cairan pengganti. Sermua bentuk plasma menimbulkan risiko yang sama dengan darah lengkap dalam menyebar- kan infeksi seperti HIV dan Hepatitis. * Airmumi tidak boleh diinfuskan intravena. Air tersebut menyebabkan hemoli- sis dan mungkin berakibat fatal. Peran koloid dalam resusitasi sangat terbatas. KEAMANAN ‘Sebelum memberikan infus TV __ + periksa bahwa segel botol atau kantung infus tidak rusak; + periksa tanggal kedaluwarsa; * periksa bahwa larutan jemnih dan tidak ada partikel yang terlihat. TERAPI CAIRAN RUMATAN Cairan rumatan adalah larutan kristaloid, seperti dekstrosa atau dekstrosa dalam salin normal yang digunakan untuk mengganti cairan fisiologis normal yang keluar melalui kulit, paru-paru, feses, dan urine. Apabila diperkirakan ibu mendapat cairan Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara kilinis 35, TV selama 48 jam atau lebih, infuskan larutan elektrolit seimbang (misalnya kalium Klorida 1,5 g dalam 1 Lcairan IV) dengan dekstrosa: Volume cairan rumatan yang di- perlukan ibu bervariasi terutama jika ibu demam, suhu atau kelembapannya tinggi, dan cairan yang keluar bertambah. CARA LAIN PEMBERIAN CAIRAN Terdapat cara lain dalam pemberian cairan selain melalui IV, yaitu: PEMBERIAN MELALUI ORAL DAN NASOGASTRIK Caraini sering kali digunakan untuk ibu yang mengalami hipovolemia ringan dan yang dapat mengonsumsi cairan per oral. Pemberian cairan melalui oral dan nasogastrik tidak boleh dilakukan jika - ibu mengalami hipovolemia berat; ~ ibu tidak sadar; - terdapat esi gastrointestinal atau motilitas usus berkurang (misalnya obstruk- Si); - pembedahan sudah mendekati jadwal dengan rencana diberi anestesi umum. PEMBERIAN MELALU! REKTAL Pemberian cairan melalui rektal tidak cocok untuk ibu yang mengalami hipovole- mia berat. Keuntungan pemberian cairan melalui rektal sebagai berikut. + Cara ini memungkinkan absorpsi cairan dengan cepat. - Absorpsi berhenti dan cairan dikeluarkan lagi saat hidrasi selesai diberikan. - Cairan diberikan melalui slang enema karet atau plastik yang dimasukkan ke dalam rektum dan dihubungkan ke kantung atau botol cairan. - Kecepatan cairan dapat dikontrol dengan menggunakan set IV, jika perlu. - Cairan tidak harus steril. Larutan yang aman dan efektif untuk rehidrasi rektal adalah 1 L air minum bersih ditambah satu sendok teh garam meja. PEMBERIAN MELALU!I SUBKUTAN Pemberian cairan melalui subkutan kadang kala dapat dilakukan jika cara pembe- rian lainnya tidak tersedia, tetapi metode ini tidak cocok untuk ibu yang meng- alami hipovolemia berat. 36 Penggunaan darah, produk darah, dan cairan pengganti secara klinés © Cairan steril diberikan melalui kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam jaringan subkutan (dinding abdomen merupakan tempat penyuntikan yang le- bih disukai). Larutan yang mengandung dekstrosa dapat menyebabkan kematian jaringan dan tidak boleh diberikan melalui subkutan. 37 TERAPI ANTIBIOTIK Infeksi selama periode kehamilan dan pascapartum dapat disebabkan oleh ‘kombinasi organisme termasuk bakteri kokus dan basil baik aerob maupun anaerob. Antibiotik dapat mulai diberikan berdasarkan observasi pada ibu. Apabila tidak ada respons klinis, kultur rabas uterus atau rabas vagina, kultur pus, atau kultur urine dapat membantu memilih antibiotik lainnya. Selain itu, kultur darah dapat dilakukan jika dicurigai terjadi septikemia (bakteri menginvasi aliran darah). Infeksi uterus dapat terjadi setelah aborsi atau melahirkan dan merupakan pe- nyebab utama kematian ibu. Antibiotik spektrum luas sering kali diperlukan un- ‘tuk mengobati infeksi ini. Pada kasus aborsi yang tidak aman dan pelahiran di luar fasilitas kesehatan, profilaksis antitetanus juga hanus diberikan (Kotak 2-5, him. 135). PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS Pelaksanaan prosedur obstetrik tertentu (misalnya seksio sesaria dan pengeluar- an plasenta secara manual) meningkatkan risiko morbiditas ibu karena infeksi. Risiko ini dapat dikurangi dengan “+ melakukan praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan (him. 19); + memberikan antibiotik profilaksis saat pelaksanaan prosedur. Antibiotik profilaksis diberikan untuk membantu mencegah infeksi. Jika ibu dicurigai atau didiagnosis mengalami infeksi, lebih tepat memberikannya antibiotik terapeutik. Jika kondisinya memungkinkan, berikan antibiotik profilaksis 30 menit sebelum prosedur dimulai untuk menyediakan keadekuatan kadar antibiotik dalam darah saat pelaksanaan prosedur, Pengecualian waktu pemberian antibiotik ini adalah pada saat prosedur seksio sesaria, antibiotik profilaksis harus diberikan saat tali pusat diklem setelah pelahiran bayi. Satu dosis antibiotik profilaksis sudah cu- kup dan tidak menjadi kurang efektif dibandingkan tiga dosis antibiotik atau 24 jam pemberian antibiotik dalam mencegah infeksi. Jika prosedur berlangsung lebih dari enam jam atau kehilangan darah sebanyak 1500 ml atau lebih, berikan dosis kedua antibiotik profilaksis untuk mempertahankan keadckuatan kadar an- tibiotik dalam darah selama prosedur berlangsung. PEMBERIAN ANTIBIOTIK TERAPEUTIK * Berikan kombinasi antibiotik berikut sebagai pertahanan pertama terhadap infeksi serius: Terapi antibiotik - ampisilin2 g melalui IV setiap enam jam; - DITAMBAH gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui IV setiap 24 jam; - DITAMBAH metronidazol 500 mg melalui IV setiap delapan jam. Catatan: Jika infeksi tidak berat, dapat digunakan amoksisilin 500 mg per oral setiap delapan jam sebagai pengganti ampisilin. Metronidazol dapat diberikan per oral sebagai pengganti metronidazol melalui IV. * Jika respons klinis buruk setelah 48 jam, pastikan bahwa dosis antibiotik yang adekuat telah diberikan. Evaluasi ibu kembali secara menyeluruh untuk mengetahui sumber infeksi yang lain atau pertimbangkan terapi altematif sesuai dengan sensitivitas mikroba yang dilaporkan (berikan antibiotik tambahan un- tuk mengatasi bakteri anaerob, jika memang belum diberikan). + Jika fasilitas kultur tidak tersedia, periksa kembali pengumpulan pus teruiama i dalam panggul dan penyebab noninfektif seperti trombosis vena dalam dan trombosis vena pelvik. Pertimbangkan kemungkinan infeksi akibat resistensi organisme terhadap kombinasi antibiotik di atas. - Jika dicurigai terjadi infeksi stafilokokus, tambabkan ~ Kloksasilin 1 g melalui IV setiap empat jam; - ATAU vankomisin 1 g melalui IV setiap 12,jam yang diinfuskan selama lebih dari satu jam. = Tika dicurigal terjadi infeksi klostridium atau streptokokus hemolitik Grup A, tambahkan penisilin 2 juta unit melalui IV setiap empat jam. - Jikakedua kondisi di beast sae tambahkan seftriakson 2 g mela- * lui IV setiap 24 jam. Catatan: Ganti letak infus setiap tiga hari atau saat terdapat tanda awal infla- masi untuk mencegah flebitis. * Jika infeksi tidak jelas, evaluasi sumber infeksi. Kombinasi antibiotik biasanya dilanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48 jam untuk terapi metritis. Hentikan pemberian antibiotik setelah ibu tidak demam selama.48 jam. Tidak perlu melanjutkan antibiotik oral karena antibiotik ini be- jum terbukti memiliki manfaat tambahan. Namun, ibu yang mengalami infeksi pada aliran darahnya memerlukan antibiotik minimal selama tujuh hari. ANESTESI DAN ANALGESIK Pereda nyeri mungkin dibutuhkan selama persalinan juga selama dan setelah prosedur pembedahan, Analgesik dan metode dukungan selama persalinan, anestesi lokal, prinsip umum penggunaan anestesi dan analgesik, serta analgesik pascaoperasi akan didiskusikan lebih lanjut. ANALGESIK SELAMA PERSALINAN * - Persepsi nyeri sangat bervariasi sesuai dengan keadaan emosional ibu. Perawatan pendukung selama persalinan memberikan ketenangan dan menurunkan persepsi nyeri (him. 58). + Jika ibu mengalami distres karena nyeri, izinkan ibu berjalan-jalan atau atur posisi yang nyaman untuknya. Dorong pendampingnya untuk memijat Punggung atau mengusap wajah ibu selama waktu kontraksi. Dorong penggunaan teknik pernapasan dan izinkan ibu untuk shower atau mandi air hangat jika ia memang memilihnya. Bagi sebagian besar ibu, teknik ini cukup untuk mengatasi nyeri persalinan. Jika perlu, berikan: - petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) melalui IM atau IV secara perlahan setiap empat jam sesuai kebutuhan atau berikan morfin 0,1 mg/kg berat badan melalui IM; - prometazin 25 mg melalui IM atau IV jika terjadi muntah. Barbiturat dan sedatif tidak boleh digunakan untuk mengurangi ansietas dalam persalinai BAHAYA Jika petidin atau morfin diberikan kepada ibu, bayi dapat mengalami dep- resi pernapasan. Untuk itu, berikan nalokson sebagai antidotnya. (Catatan: Jangan memberikan nalokson kepada bayi baru lahir yang ibunya dicuri- gai baru saja menyalahgunakan narkotik. + Jika terdapat tanda-tanda depresi pernapasan pada bayi baru lahir, segera mulai resusitasi berikut. ~ Setelah tanda-tanda vital diketahui, berikan nalokson 0,1 mg/kg berat badan melalui IV kepada bayi baru lahir. - Jika bayi memiliki sirkulasi perifer yang adekuat setelah berhasil diresusitasi, nalokson dapat diberikan melalui IM. Pengulangan dosis mung- 40 Anestesi dan analgesik kin diperlukan untuk mencegah depresi pernapasan berulang. + Jika tidak terdapat tanda-tanda depresi pernapasan pada bayi baru lahir, tetapi petidin atau morfin telah diberikan dalam empat jam pelahiran, pantau adanya tanda-tanda depresi pernapasan pada bayi. Jika depresi pema- pasan terjadi, atasi dengan cara seperti di atas. PREMEDIKAS! DENGAN PROMETAZIN DAN DIAZEPAM Premedikasi dibutuhkan untuk prosedur yang berlangsung lebih dari 30 menit. Dosis harus disesuaikan dengan berat badan dan kondisi ibu serta kondisi janin (jika ada), Kombinasi premedikasi yang populer adalah petidin dan diazepam. + Berikan petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) melalui IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg berat badan melalui IM. + Berikan diazepam dengan tambahan dosis 1 mg melalui IV dan tunggu minimal 2 menit sebelum memberikan tambahan dosis lain. Tingkat sedasi yang aman dan cukup dicapai jika kelopak mata ibu terkatup dan menutupi ujung pupil. Pantau frekuensi pernapasan setiap menit. Jika frekuensi pernapasan turun sampai di bawah 10 kali per menit, hentikan pemberian sedatif atau analgesik. Jangan memberikan diazepam dengan petidin dalam satu spuit karena campuran obat tersebut dapat membentuk endapan. Guna- kan spuit yang berbeda. ANESTESI LOKAL . * Anestesi lokal (lignokain dengan atau tanpa adrenalin) digunakan untuk membius jaringan dan menyekat saraf sensorik. * Karena ibu yang diberi anestesi lokal tetap terjaga dan sadar selama prosedur, sangat penting untuk memastikan konseling guna meningkatkan kerja sama dan meminimalkan ketakutannya;, ~ komunikasi yang baik selama prosedur juga pemberian kenyamanan fisik dari pemberi perawatan, jika perlu; - waktu dan kesabaran, karena efek anestesi lokal tidak berlangsung dengan cepat. Kondisi berikut dibutuhkan dalam menggunakan anestesi lokal secara aman. ‘Anestesi dan analgesik 41 - Semwua anggota tim operasi harus memiliki pengetahuan dan pengalaman da- lam menggunakan anestesi lokal. - Obat-obatan dan peralatan kedaruratan (alat pengisap, oksigen, peralatan resusitasi) harus tersedia dan dalam kondisi siap pakai dan semua anggota tim coperasi terlatih dalam menggunakannya. LIGNOKAIN Sediaan lignokain biasanya 2% atau 1% dan perlu diencerkan sebelum digunakan (Kotak 1-1). Pada sebagian besar prosedur obstetrik, sediaan lignokain diencerkan sampai 0,5% yang akan memberi efek maksimal dengan toksisitas rendah. KOTAK 1-1 Sediaan larutan lignokain 0,5% Gabungkan * lignokain 2%, satu bagian; + salin normal atau air suling steril, tiga bagian (jangan menggunakan larutan glukosa karena larutan tersebut meningkatkan risiko infeksi). atau * lignokain 1%, satu bagian; + salin normal atau air suling steril, satu bagian. ADRENALIN Adrenalin menyebabkan vasokonstriksi lokal. Adrenalin yang digunakan bersama lignokain memiliki keuntungan sebagai berikut. * Kehilangan darah lebih sedikit. + Efek anestesi lebih lama (biasanya satu sampai dua jam). * Risiko toksisitas lebih rendah karena absorpsi ke sirkulasi unum lebih lambat. Jika suatu prosedur memerlukan anestesi untuk permukaan kecil tubuh atau memerlukan lignokain kurang dari 40 ml, adrenalin tidak perlu diberikan. Namun, adrenalin perlu diberikan untuk mengurangi kecepatan absorpsi pada permukaan tubuh yang lebih besar schingga mengurangi toksisitas, terutama jika lignokain diperlukan lebih dari 40 ml. 42 Anestesi dan analgesik Konsentrasi adrenalin yang terbaik adalah 1:200.000 (5 g/ml). Konsentrasi ini memberikan efek lokal yang maksimal dengan risiko toksisitas yang lebih rendah dari adrenalin itu sendiri (Tabel 1-3, hm. ini). Catatan: Penting untuk mengukur adrenalin secara teliti dan akurat dengan menggu- nakan spuit, seperti spuit insulin atau spuit BCG. Campuran obat harus disiapkan dengan memerhatikan praktik pencegahan infeksi secara ketat (him. 19). TABEL1-3 Formula untuk menyiapkan larutan lignokain 0,5% yang mengandung adrenalin 1:200.000 Jumlah Anestesi Salin Normal/ Salin Normal/ Adrenalin Lokal yang Dibutuhkan Lignokain 2% _Lignokain 1% __1:1000 20ml 15 mV/5 ml 10/10 ml 0,1 ml 40m! 30mV/10m!___ 20/20 ml. 0,2 ml 100ml 75 m¥/25 ml 50 mi/50 ml 0,5 ml 200ml. 150mVSOml_—_100mi/100ml_1,0ml KOMPLIKASI PENCEGAHAN KOMPLIKASI Anestesi lokal berpotensi toksik. Namun, komplikasi mayor dari anestesi lokal sangat jarang terjadi (Tabel 1-5, hlm. 44). Cara terbaik untuk menghindari kompli- kasi adalah dengan mencegahnya. | * Konsentrasi lignokain tidak boleh lebih dari 0,5%. + Apabilalarutan anestesi digunakan lebih dari 40 ml, tambahkan adrenalin untuk memperlambat dispersi. Prosedur yang mungkin memerlukan lignokain 0,5% lebih dari 40 ml adalah prosedur seksio sesaria atau penjahitan robekan perineum yang luas. * Gunakan dosis efektif yang terendah. + Observasi dosis maksimal yang aman. Bagi orang dewasa, dosis maksimal yang aman untuk lignokain tanpa adrenalin adalah 4 mg/kg berat badan dan untuk lignokain dengan adrenalin adalah 7 mg/kg berat badan. Efek anestesi harus berlangsung minimal selama dua jam. Dosis dapat diulangi setelah dua jam, jika diperlukan (Tabel 1-4). Anestesi dan analgesik 43 TABEL1-4 Dosis maksimal yang aman untuk anestesi lokal Obat Dosis Maksimal Dosis. Maksimal untuk (mg/kgberat badan) Orang Dewasa dengan Berat Badan 60 kg (mg) Lignokain 4 240 Lignokain + adrenalin 1 420 1:200.000 (5 pg/ml) + Suntikkan secara perlahan. + Jangan menyuntikkan lignokain ke dalam pembuluh darah. Ada tiga cara untuk melakukan hal ini: - Teknik menggerakkan jarum (lebih disukai untuk infiltrasi jaringan) adalah dengan menggerakkannya secara konstan ketika menyuntik. Cara ini membuat Jjarum tidak mungkin memasukkan sejumlah besar larutan ke dalam pembuluh darah. ‘Teknik menarik piston spuit (lebih disukai untuk blok saraf jika sejumlah besar larutan disuntikkan ke satu sisi) adalah dengan menariknya sebelum menyuntik, Jika darah terlihat, ubah posisi jarum dan ulangi upaya penyun- tikan. + Teknik menarik spuit adalah dengan memasukkan jarum dan menyuntikkan anestesi ketika spuit ditarik. Untuk menghindari toksisitas lignokain * Gunakan larutan yang diencerkan. * Tambahkan adrenalin jika lignokain yang digunakan lebih dari 40 ml. + Gunakan dosis efektif yang terendah. * Observasi dosis maksimal. + Hindari penyuntikan melalui IV. 44 Anestesi dan analgesik DIAGNOSIS ALERGI DAN TOKSISITAS LIGNOKAIN TABEL1-5 Tanda dan gejala alergi dan toksisitas lignokain Alergi Toksisitas Toksisitas Toksisitas yang Ringan Berat Mengancam Jiwa (sangat jarang) * Syok © Mati rasa pada * Mengantuk =» Konvulsi * Kulit lidah dan bibir —* Disorientasi Klonik kemerahan * Rasalogam + Kontraksi otot + Depresi pernapas- * Ruamkuli? di mulut dan menggigil an atau henti napas urtikaria * Pusing/pening * Bicaratidak + Depresi jantung * Bronko- * Telinga jelas atau henti jantung spasme berdenging * Muntah + Pandangan * Serum kabur sickness PENATALAKSANAAN ALERGI LIGNOKAIN © Berikan adrenalin 1:1000 sebanyak 0,5 ml melalui IM dan ulangi setiap 10 menit jika perlu. * Pada situasi akut, berikan hidrokortison 100 mg melalui IV setiap jam. * Untuk mencegah kekambuhan, berikan difenhidramin 50 mg melalui IM atau IV secara perlahan, kemudian berikan 50 mg per oral setiap enam jam. * Atasi bronkospasme dengan aminofilin 250 mg dalam 10 ml salinnormal mela- lui IV secara perlahan. + Edema laring memerlukan trakeostomi segera. + Lakukan penatalaksanaan syok standar pada ibu yang syok (him. 85). + Gejala yang berat atau berulang memeriukan kortikosteroid (misalnya hidrokortison 2 mg/kg berat badan melalui IV setiap empat jam sampai kondisi membaik). Pada situasi kronik, berikan prednison 5 mg atau prednisolon 10 mg per oral sctiap enam jar sampai kondisi membaik. PENATALAKSANAAN TOKSISITAS LIGNOKAIN ‘Tanda dan gejala toksisitas (Tabel 1-5, blm. ini) harus menyiagakan praktisi untuk segera menghentikan penyuntikan dan bersiap-siap untuk mengatasi efck samping yang berat dan mengancam jiwa. Jika saat diobservasi terdapat tanda dan gejala toksisitas ringan, tunggu beberapa menit untuk melihat apakah ge- ‘Anestesi dan anaigesik 45 jalaberkurang, kemudian periksa tanda-tanda vital, bicara dengan ibu, dan lanjutkan prosedur jika hal ini memungkinkan. KONVULSI Atur posisi ibu miring ke kiri, masukkan slang ke jalan napas, kemudian aspi- rasi sekresi. + Berikan oksigen 6-8 L per menit melalui masker atau kanula nasal. * Berikan diazepam 1-5 mg melalui IV dengan tambahan dosis 1 mg. Ulangi pemberian obat ini jika konvulsi berulang. ~ Catatan: Penggunaan diazepam untuk mengatasi konvulsi dapat menyebabkan depresi pernapasan. HENTI NAPAS + Jikaibu tidak bernapas, bantu ventilasi dengan menggunakan Ambu bag dan masker atau melalui slang endotrakeal. Berikan oksigen 4-6 L per menit. HENTI JANTUNG * Hiperventilasi dengan oksigen. * Lakukan masase jantung. Jika ibu belum melahirkan, segera lahirkan bayi melalui seksio sesaria (him. 275) dengan menggunakan anestesi umum. * Berikan adrenalin 1: 10.000 sebanyak 0,5 ml melalui IV. TOKSISITAS ADRENALIN ‘Toksisitas adrenalin sistemik timbul akibat pemberian melalui IV yang jumlah- nya berlebihan atau yang tidak hati-hati dan menyebabkan ~. berkeringat; - hipertensi; - hemoragi serebral; ~ denyut jantung cepat; > fibrilasi ventrikylar. 46 Anestesi dan analgesik ‘Toksisitas adrenalin loka! terjadi jika konsentrasinya berlcbihan dan menyebab- kan iskemia pada area infiltrasi dengan penyembuhan yang buruk. - PRINSIP UMUM ANESTESI DAN ANALGESIK Kunci penatalaksanaan nyeri dan kenyamanan ibu adalah - Perhatian'suportif dari staf sebelum, selama, dan setelah prosedur (membantu mengurangi ansietas dan meredakan nyeri). - Pemberi perawatan yang merasa nyaman menangani ibu yang sadar dan pem- beri perawatan yang terlatih menggunakan instrumen. ~ Pilihan jenis dan kadar obat nyeri yang tepat. Beberapa tips untuk melakukan prosedur pada ibu yang sadar meliputi: - Jelaskan setiap langkah prosedur sebelum melakukannya. = Gunakan premedikasi yang adekuat pada prosedur yang diperkirakan berlang- sung lebih dari 30 menit. Berikan analgesik atau sedatif pada waktu yang tepat sebelum prosedur di- * Jakukan (30 menit sebelumnya bila melalui IM dan 60 menit sebelumnya bila melalui oral) sehingga pereda nyeri yang maksimal tersedia selama prosedur berlangsung. Gunakan larutan yang diencerkan dalam jumlah yang adekuat. Periksa level anestesi dengan menjepit area anestesi menggunakan forsep. Bila ibu merasakan jepitan tersebut, tunggu dua menit dan ulangi pemeriksaan tersebut. = Tunggu beberapa detik setelah melakukan setiap langkah atau tahap prosedur pada ibu untuk mempersiapkan langkah selanjutnya. - Bekerja secara perlahan tanpa gerakan yang cepat atau terburu-buru. - Tangani jaringan dengan bati-hati dan jangan lakukan retraksi, tarikan, atau tekanan yang tidak perlu. - Gunakan instrumen dengan percaya diri, - Jangan mengatakan sesuatu seperti “ini tidak akan sakit” jika pada kenyataan- nya prosedur akan menyakitkan, atau “saya hampir selesai” jika pada ke- nyataannya belum. - Bicara dengan ibu selama prosedur berlangsung. Kebutuban analgesik atau sedatif tambahan (per orak, IM, atau IV) bergantung pada ‘Anestesi dan analgesik 47 - keadaan emosional ibu; + prosedur yang akan dilakukan (Tabel 1-6, him. 47-48); - perkiraan waktu pelaksanaan prosedur; - keahlian pelaksana prosedur dan bantuan staf. TABEL1-6 _Pilihan analgesik dan anestesi Prosedur Pilihan Analgesik/Anestesi* Pelahiran sungsang -Metode umum dukungan persalinan (him. 58) -Blok pudendal (him. 237) Seksio sesaria = Anestesi spinal (him. 244) ~ Anestesi lokal (hlm. 241) -Ketamin (him. 246) ~Anestesi umum Robekan serviks -Petidin dan diazepam (him. 40) (luas) -Ketamin (him. 246) Kolpotomi/ ~ Anestesi lokal (him. 40) Kuldosentesis. Kraniotomi/ -Dukungan dan penguatan emosional (him. 9) Kraniosentesis -Diazepam (him. 40) - Blok pudendal (him. 237) Dilatasi dan Blok paraservikal (him. 235) kuretase ~Petidin (him. 40) Episiotomi -Anestesi lokal (him. 40) - Blok pudendal (him. 237) Pelahirandengan -Dukungan dan penguatan emosional (him. 9) forsep -Blok pudendal (him. 237) Persalinan dan -Metode umum dukungan persalinan (him. 58) melahirkan ~Petidin dan prometazin (him. 40) Laparotomi -Anestesi umum ~Anestesi spinal (him. 244) Pengeluaran plasen- - Petidin dan diazepam (him. 40) fasecaramanual __- Ketamin (him. 246) Aspirasi vakum _- Blok paraservikal (him. 235) manual -Petidin (him. 40) Robekan perineum _- Anestesi lokal (him. 40) Gerajat satu -Blok pudendal (him. 237) dan dua) * perlanjut ... 48 Anestesi dan analgesik TABEL 1-6 /anjutan Prosedur Pilihan Analgesik/Anestesi* Robekan perineum - Blok pudendal (him. 237) Gerajat tiga -Ketamin (him. 246) dan empat) - Anestesi lokal, petidin, dan diazepam (him. 40) ~Anestesi spinal (him. 244) Simfisiotomi -Anestesi lokal (him. 40) Perbaikaninversi _- Petidin dan diazepam (him. 40) uterus -Anestesi umum_ Ekstraksi vakum —_- Dukungan dan penguatan emosional (him. 9) - Blok pudendal (him. 237) * Pilihan analgesik/anestesi yang lebih disukai tercetak tebal. ANALGESIK PASCAOPERASI Pengendalian nyeri pascaoperasi yang adekuat sangat penting. Ibu yang mengalami nyeri hebat tidak akan pulih dengan baik. Catatan: Hindari pemberian sedatif yang berlebihan karena obat ini akan membatasi mobilitas. Mobilitas penting selama periode pascaoperasi. Program pengendalian nyeri pascaoperasi yang baik meliputi: + analgesik ringan nonnarkotik seperti parasetamol 500 mg per oral sesuai ke- butuhan; + narkotik seperti petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100 mg) melalui IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg berat badan melalui IM setiap empat jam sesuai kebutuhan; + kombinasi narkotik berdosis rendah dengan parasetamol. Catatan: Jika ibu muntah, narkotik dapat dikombinasikan dengan antiemetik, seperti prometazin 25 mg melalui IM atau IV setiap empat jam scsuai kebutuhan. PRINSIP PERAWATAN OPERAS! Ibu adalah fokus utama dokter/bidan dan perawat selama prosedur berlangsung. Perawat bedah atau scrub nurse memfokuskan perhatiannya pada prosedur dan kebutuhan dokter/bidan yang melaksanakan prosedur. PRINSIP PERAWATAN PRAOPERAS! MEMPERSIAPKAN RUANG OPERASI Pastikan Ruang operasi bersih (ruang operasi harus dibersihkan setiap prosedur selesai dilakukan). Tersedia perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan termasuk obat-obatan dan tabung oksigen. Tersedia peralatan kedaruratan dan berfungsi dengan baik. ‘Tersedia suplai baju operasi yang adekuat untuk anggota tim bedah. + Tersedia linen yang bersih. ‘Tersedia suplai barang steril (sarung tangan, kasa, instrumen) dan tidak kedalu- warsa. MEMPERSIAPKAN IBU UNTUK PROSEDUR BEDAH Jelaskan prosedur yang akan dilakukan dan tujuannya kepada ibu. Jika ibu ti- dak sadar, jelaskan prosedur kepada keluarganya. * Dapatkan izin tindakan untuk pelaksanaan prosedur. Bantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan diri secara emosional dan psikologis dalam menghadapi prosedur (lm. 9). * Tinjau kembali riwayat medis ibu. ~ Periksa adanya kemungkinan alergi. ~ Pastikan bahwa ibu telah mendapat program antitetanus secara lengkap dan berikan satu dosis vaksin tetanus jika perlu. + Kirim sampel darah untuk pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit, golongkan dan lakukan skrining, serta pesan kantung darah untuk kemungkinan transfusi. Jangan menunda transfusi jika memang diperlukan. * Cuci area insisi yang dituju dengan sabun dan air jika perlu. 50 ; Prinsip perawatan operasi * Jangan mencukur rambut pubis ibu karena dapat meningkatkan risiko infeksi luka. Rambut dapat dipotong, jika perlu. © Pantau dan catat tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi per- napasan, dan suhu). : Berikan premedikasi yang tepat untuk anestesi yang digunakan (him. 40). Berikan antasid (natrium sitrat 0,3% sebanyak 30 ml atau magnesium trisilikat 300 mg) untuk mengurangi keasaman lambung jika terdapat kasus aspirasi. © Pasang kateter.urine jika perlu dan pantan haluaran urine. * Pastikan bahwa semua informasi yang relevan disampaikan kepada anggota tim yang lain (dokter/bidan, perawat, ahli anestesi, asisten, dan Jainnya). PRINSIP PERAWATAN INTRAOPERAS! POSIS! Atur posisi ibu yang tepat untuk prosedur guna memungkinkan . Pembukaan area operasi yang optimal. © Pemberian anestesi oleh abli anestesi. + « Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemantauan obat-obatan dan infus melalui TV oleh perawat. = Keamanan ibu dengan mencegah cedera dan mempertahankan sirkulasi. * Menjaga martabat dan sopan santun pada ibu. Catatan: Jika ibu belum melahirkan, miringkan meja operasi ke kiri atau le- takkan bantal atau linen yang telah dilipat di punggung kanan bawah ibu untuk mengurangi sindrom hipotensi telentang. CUCI TANGAN UNTUK PROSEDUR BEDAH + Lepaskan semua perhiasan. * Angkat tangan di atas siku, basahi tangan secara menyeluruh dan pakai sabun (lebih disukai iodofor, misainya betadin). ‘© Sabuni dan cuci mulai dari ujung jari dengan gerakan sirkular. - Cucisela-selajari. = Cuci mulai dari ujung jari sampai siku salah satu tangan kemudian ulangi pada Prinsip perawatan operasi 51 tangan yang lain. ~ Cuci selama tiga sampai lima menit. * Bilas setiap lengan secara terpisah, ujung jari terlebih dahulu dengan tetap mengangkat tangan di atas siku. Keringkan tangan dengan menggunakan handuk bersih atau handuk sekali pakai dengan mengelap dari ujung jari sampai siku atau biarkan tangan kering sendiri. + Pastikan tangan yang telah dicuci tidak menyentuh benda yang tidak didesinfeksi tingkat tinggi atau tidak steril (misalnya peralatan dan gaun pelindung). Jika tangan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, ulangi mencuci tangan untuk prosedur bedah. MEMPERSIAPKAN AREA INSISI + Bersihkan kulit dengan menggunakan antiseptik (misalnya iodofor dan Klorhek-, sidin). 7 ~ - Oleskan larutan antiseptik tiga kali ke area insisi dengan menggunakan forsep cincin steril atau yang didesinfeksi tingkat tinggi dan swab kapas atau kasa. Jika swab dipegang dengan tangan yang memakai sarung tangan, jangan mengontaminasi sarung tangan dengan menyentuh kulit yang belum dibersihkan. - Bersihkan mulai dari area insisi yang dituju ke arah luar dengan gerakan me- lingkar menjauhi area insisi. - Buang swab tersebut pada tepi area steril. + Jangan pernah membersihkan bagian tengah area yang telah dibersihkan dengan swab yang sama. Pertahankan lengan dan siku Anda tetap tinggi dan pakaian bedah tidak menyentuh area pembedahan. : * Segeraselimuti ibu dengan duk setelah area insisi dibersihkan untuk menghindari kontaminasi. jendela, terlebih dahulu letakkan jendela tersebut tepatdi ~ Buka jendela duk menjauhi area insisi untuk menghindari kontaminasi. PEMANTAUAN Pantau kondisi ibu secara teratur selama prosedur berlangsung. * Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi Pernapasan), tingkat kesadaran, dan kehilangan darah. 52 Prinsip perawatan operasi + Catat hasil pemeriksaan pada lembar pemantauan untuk mengetahui perburukan kondisi ibu dengan cepat. + Pertahankan hidrasi yang adekuat selama pembedahan. PENATALAKSANAAN NYERI Pertahankan penatalaksanaan nyeri yang adekuat selama prosedur berlangsung (him. 39). Ibu yang merasa nyaman selama prosedur akan tetap tenang dan sedikit mengalami cedera. Penatalaksanaan nyeri meliputi: + dukungan dan penguatan emosional; anestesi lokal; + anestesi regional (misalnya anestesi spinal); * anestesi umum. ANTIBIOTIK * Be-ikan antibiotik profilaksis sebelum memulai prosedur. Jika ibu akan men- jalani seksio sesaria, berikan antibiotik profilaksis setelah bayi Jahir (him. 37). PEMBUATAN INSISI + Buat insisi hanya sebesar yang dibutuhkan prosedur. + Buat insisi dengan sangat hati-hati dan lanjutkan selapis demi selapis. PENANGANAN JARINGAN + Tangani jaringan dengan hati-hati. + Jika menggunakan klem, tutup klem hanya jika telah menjepit dengan baik (bunyi Klik, jika mungkin. Ini akan meminimalkan ketidaknyamanan dan mhe- ngurangi jumlah jaringan yang mati setelah prosedur selesai sehingga dapat ‘mengurangi risiko infeksi. HEMOSTASIS + Pastikan hemostasis selama prosedur berlangsung. * Tbudengan komplikasi obstetrik sering kali mengalami anemia. Oleh karena itu, jangan sampai banyak darah yang keluar. Prinsip perawatan operas! 53 INSTRUMEN DAN BENDA TAJAM *. Mulai dan akhiri prosedur dengan menghitung jumlah instramen, benda tajam, dan spons. ~ Lakukan penghitungan setiap kali rongga tubuh (misalnya uterus) ditutup. - Dokumentasikan penghitungan alat-alat bedah yang telah benar di dalam ca- tatan ibv. * Gunakan instrumen dengan hati-hati untuk mengurangirisiko cedera, terutama benda tajam (him. 22). Gunakan “zona aman” ketika menangani dan membuang instrumen dan benda tajam. - Gunakan wadah seperti piala ginjal untuk membawa dan membuang benda tajam dan buang jarum jahit bedah pada tempat jarum. ~ Alternatif lain, berikan instrumen kepada penerima dengan mengarahkan gagangnya dan bukan ujungnya yang tajam. DRAINASE + Pertahankan drain abdomen tetap terpasang jika - perdarahan terus berlanjut setelah histerektomi; - dicurigai adanya gangguan pembekuan darah; = infeksi terjadi atau dicurigai terjadi. * Sistem drainase tertutup dapat digunakan atau drain karet: yang bergelombang dapat dipasang pada dinding abdomen atau kavum Douglasi. + Lepas drain setelah infeksi dibersihkan atau jika tidak terdapat pus atau cairan bercampur darah selama 48 jam drainase. BENANG JAHIT BEDAH + Pilih jenis dan ukuran benang yang sesuai untuk jaringan (Tabel 1-7). Ukuran ditunjukkan dengan nomor “0”. - Benang yang lebih kecil memiliki nomor “0” yang lebih banyak [misalnya benang 000 (3-0) lebih kecil dari benang 00 (2-0)]; benang berlabel “1” me- miliki diameter lebih besar daripada benang berlabel “0”. ~ Benang yang terlalu kecil mudah putus dan lemah, sedangkan benang yang diametemnya terlalu besar dapat menyobek jaringan. 54 Prinsip perawatan operasi + Rujuk ke bagian yang tepat untuk mengetahui ukuran dan jenis benang yang direkomendasikan untuk pelaksanaan prosedur. TABEL1-7 _ Jenis benang jahit bedah yang direkomendasikan Jenis Benang Jaringan Jumlah Simpul Jahitan Jahit Bedah yang Direkomendasikan Catgut biasa Tuba fallopii 3° Catgut kromik Otot, fasia 3 Poliglikolik Otot, fasia, kulit Nilon. Kulit 6 Sutera Kulit, usus 3° * Semua ini adalah benang jahit bedah yang alami. Jangan menggunakan lebih dari tiga simpul karena dapat mengikis benang dan memperlemah simpul. BALUTAN Pada akhir pembedahan, tutup luka bedah dengan balutan steril (him. 55). PRINSIP PERAWATAN PASCAOPERAS! PERAWATAN AWAL . + Atur posisi pemulihan pada ibu. - Aturposisi bu agar miring dengan keplaagak dekstenskan nik memasikan kebersihan jalan napas. = Letakkan lengan atas di depan tubuh untuk memudahkan pengukuran tekanan darah. ~ Letakkan tungkai dalam posisi fleksi dengan tungkai atas agak lebih difleksi- kan daripada tungkai bawah untuk mempertahankan keseimbangan. + Kaji kondisi ibu segera setelah prosedur. = Periksa tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan) dan suhu setiap 15 menit selama satu jam pertama, kemudian setiap 30 menit pada jam berikutnya. - Kaji tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai ibu sadar. Catatan: Pastikan ibu tetap diawasi sampai ia sadar. Prinsip perawatan operasi 35 + Pastikan jalan napas bersih dan ventilasi adekuat. + Lakukan transfusi, jika pertu (him. 26). + Jika tanda-tanda vital menjadi tidak stabil atau jika nilai hematokrit te- rus turun walaupun telah diberikan transfusi, cepat kembalikan ibu ke ruang operasi karena keadaan ibu mungkin disebabkan oleh perdarahan. FUNGSI GASTROINTESTINAL Fungsi gastrointestinal biasanya cepat kembali normal pada pasien obstetrik. Pada sebagian besar prosedur tanpa penyulit, fungsi usus harus normal dalam 12 jam setelah pembedahan. . + Jika prosedur bedah tanpa penyulit, berikan diet makanan cair. » Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau jika seksio sesaria dilakukan karena persalinan macet atau karena ruptur uterus, tunggu sampai bising usus terdengar sebelum memberikan makanan cair. Jika ibu telah flatus, mulai berikan makanan padat. Jika ibu mendapat cairan IV, lanjutkan pemberian cairan sampai ia mampu mengonsumsi makanan cair dengan baik. Jika Anda memperkirakan bahwa ibu mendapat cairan IV selama 48 jam atau lebih, infuskan larutan elektrolit seimbang (misalnya kalium klorida 1,5 gdalam I Lcairan IV). Jika ibu mendapat cairan IV selama lebih dari 48 jam, pantau elektrolit setiap 48 jam. Infus cairan IV yang berkepanjangan dapat mengganggu keseim- banganelektrolit. * Pastikan ibu mematuhi program diet sebelum pulang dari rumah sakit. BALUTAN DAN PERAWATAN LUKA Balutan adalah barier pelindung tethadap infeksi saat proses penyembuhan yang disebut “reepitelisasi” terjadi. Pertahankan balutan di atas luka pada hari pertama setelah pembedahan untuk melindungi luka terhadap infeksi sewaktu Teepitelisasi terjadi. Setelah itu, balutan tidak diperlukan. + Jika darah atau cairan merembes pada balutan awal, jangan mengganti balutan, Lakukan hal berikut. + Kuatkan kembali balutan. + Pantau jumlah daral/cairan yang keluar dengan menandai noda darah pada balutan menggunakan pena. 56 : Prinsip perawatan operasi - Jika perdarahan semakin banyak atau jika noda darah menutupi se- tengah balutan atau lebih, lepaskan balutan dan inspeksi luka. Ganti de- ngan balutan steril lain. + Jika balutan menjadi longgar, kuatkan kembali dengan menggunakan lebih banyak plester dan bukan melepas balutan. Tindakan ini membantu memperta- hankan sterilitas balutan dan mengurangi risiko infeksi Luka. Ganti balutan dengan menggunakan teknik steril. + Luka harus bersih dan kering tanpa tanda-tanda infeksi atau seroma sebelum ibu pulang dari rumah sakit. ANALGESIK Pengendalian nyeri pascaoperasi yang adekuat sangat penting (him. 39). Ibu yang mengalami nyeri hebat tidak pulih dengan baik. Catatan: Hindari pemberian sedatif yang berlebihan karena obat ini akan membatasi mobilitas. Mobilitas penting selama periode pascaoperasi. PERAWATAN KANDUNG KEMIH Kateter urine mungkin dibutuhkan pada beberapa prosedur. Pelepasan kateter sejak dini mengurangi risiko infeksi dan mendorong ibu untuk berjalan. + Jikaurine jernih, lepas kateter delapan jam setelah pembedahan atau setelah _ malam pertama pascaoperasi. + .Jika urine tidak jernih, pertahankan kateter tetap terpasang sampai urine benar-benar jernih. + Tunggu sampai 48 jam setelah pembedahan sebelum melepas kateter jika ter- dapat - ruptur uterus; - persalinan memanjang atau persalinan macet; - edema perineum masif; = sepsis puerperium dengan peritonitis pelvik. Catatan: Pastikan urine jernih sebelum melepas kateter. Jika kandung kemih mengalami cedera (baik akibat ruptur uterus ataupun saat seksio sesaria atau laparotomi). Prinsip perawatan operasi 57 - Pertahankan kateter tetap terpasang minimal selama tujuh hati dan sampai urine benar-benar jernih. ~ Jika saat iniibu tidak mendapat antibiotik, berikan nitrofurantoin 100 mg per oral sekali sehari sampai kateter dilepas, sebagai tindakan profilaksis terhadap sistitis. ANTIBIOTIK + Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau saat ini ibu demam, lanjutkan pembe- rian antibiotik sampai ibu tidak demam selama 48 jam (hlm. 37). PENGANGKATAN JAHITAN Penyangga utama pada insisi abdomen berasal dari penutupan lapisan fasia. ‘Angkat jahitan pada kulit lima hari setelah pembedahan. DEMAM + Demam (suhu 38°C atau lebih) yang terjadi pascaoperasi harus dievaluasi (him. 190). * Pastikan ibu tidak demam minimal 24 jam sebelum pulang dari rumah sakit. AMBULASI Ambulasi meningkatkan sirkulasi, menguatkan napas dalam, dan menstimulasi kembalinya fungsi gastrointestinal normal. Untuk itu, dorong latihan kaki dan tungkai, kemudian lakukan mobilisasi sesegera mungkin yang biasanya dilakukan dalam 24 jam.

You might also like