Professional Documents
Culture Documents
Buku-05 - Tony S Djajakusumah
Buku-05 - Tony S Djajakusumah
Abstract
In the last decade there has been a great increase in the prevalence of viral
Sexually Transmitted Infections (STI) world wide, this led to the increase of
efforts to find new drugs and vaccines against the virus. The most important viral
STIs are HIV/AIDS infection, genital herpes, cytomegalovirus infection, human
papilloma virus infection (HPV), and viral hepatitises, especially hepatitis B virus
and hepatitis A virus infections. Initial infection of these diseases can be
asymptomatic or only show very mild symptoms. Infections can be treated but
virologically generally incurable, therefore the infections are lifelong and some
diseases can cause death. As long as there is increasing number of mutations of
viruses that occur due to the extended antiviral medication, it will continue to
occur the possibility of resistance to one or more antiviral drugs. These facts
necessitate the continuity of studies to develop new anti-viral drugs which are
more effective and with milder toxic effects, including research on the
immunomodulatory drugs. From the studies which have been done, treatment
with immunomodulator showed promising results, but to date from various STI
treatment guidelines only imquimod is recommended as an alternative treatment
for HPV infection.
Abstrak
Dalam dekade tarakhir ini telah terjadi peningkatan prevalensi Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang disebabkan oleh virus diseluruh dunia, hal ini menyebabkan
meningkatnya upaya untuk menemukan berbagai obat baru dan vaksin terhadap
virus penyebab. IMS terpenting yang disebabkan oleh virus adalah infeksi
HIV/AIDS, herpes genital, infeksi cytomegalovirus, infeksi human papilloma virus
(HPV), dan hepatitis virus khususnya yang disebabkan oleh hepatitis B virus dan
hepatitis A virus. Infeksi awal dari penyakit-penyakit ini dapat bersifat
asimptomatik atau gejalanya sangat ringan. Infeksi dapat diobati namun secara
virologis pada umumnya tidak dapat disembuhkan, sehingga infeksi bersifat
seumur hidup dan beberapa penyakit dapat menimbulkan kematian. Sepanjang
makin banyaknya mutasi berbagai virus yang terjadi oleh karena pengobatan
antiviral yang lama, maka akan terus terjadi kemungkinan adanya resistensi virus
terhadap satu atau lebih obat antiviral. Sehubungan hal-hal tersebut diatas, maka
perlu terus dilakukan berbagai penelitian untuk mengembangkan berbagai obat
anti viral baru yang lebih efektif dengan efek toksik yang lebih ringan, termasuk
penelitian mengenai efek imunomodulator. Dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan, nampak harapan keberhasilan pengobatan imunomodulator cukup
baik, namun sejauh ini dari berbagai Guidelines pengobatan IMS hanya
pengobatan imikuimod pada infeksi HPV yang tercantum sebagai salah satu
alternatif pengobatan yang diekomendasikan.
IMS terpenting yang disebabkan oleh virus adalah infeksi HIV/AIDS, herpes
genital, infeksi Cytomegalovirus (CMV), infeksi Human papilloma virus (HPV),
dan hepatitis virus khususnya yang disebabkan oleh Hepatitis B Virus (HBV) dan
Hepatitis A Virus (HAV), sedangkan peranan transmisi seksual pada infeksi
Hepatitis C virus (HCV), Hepatitis D virus (HDV) dan Hepatitis E virus (HEV)
masih belum dapat dipastikan, sehingga masih perlu penelitin lebih lanjut.4
Infeksi awal dari penyakit-penyakit ini dapat bersifat asimptomatik atau gejalanya
sangat ringan, infeksi dapat diobati namun secara virologis tidak dapat
Sepanjang makin banyaknya mutasi berbagai virus yang terjadi oleh karena
pengobatan antiviral yang lama, maka akan terus terjadi kemungkinan adanya
resistensi terhadap satu atau lebih obat antiviral. 5
IMUNOMODULATOR
Interferon
Interferon (IFN) adalah suatu kelompok glikoprotein yang aktif secara biologis12
diproduksi oleh sebagian besar sel eukariotik sebagai respon terhadap induksi
berbagai virus maupun agens bukan virus. Semua IFN mempunyai aktivitas
antivirus dan memodulasi fungsi sel-sel lain. IFN tidak menginaktivasi virus
secara langsung, namun membuat sel menjadi resisten terhadap virus. IFN
menunjukkan adanya sensitivitas spesies. Tergantung dari sel yang
membentuknya dan modus induksinya, sel-sel tubuh manusia membentuk 3 jenis
IFN yang mempunyai sifat antigenik yang berbeda, yaitu IFN α yang diproduksi
leukosit, INF β yang diproduksi oleh fibroblast dan INF γ yang diproduksi oleh sel
limfosit yang diaktifkan. 10,13
Mekanisme kerja :
Penggunaan klinis :
Kondiloma akuminata :
Telah dilakukan tiga penilitian yang melibatkan 487 lesi yang diberikan 0.1 ml IFN
α-2b intralesi yang mengandung 1 juta UI untuk setiap lesi dengan durasi
seminggu sekali selama 3 minggu berturut-turut dengan kontrol melibatkan 539
lesi yang diberikan suntikan plasebo intralesi dengan cara yang sama. Tujuh
belas minggu setelah penyuntikan 52% dari lesi pada kelompok IFN
menunjukkan hilangnya lesi secara lengkap, sedangkan pada kelompok plasebo
hilangnya lesi hanya terjadi pada 24% saja. Pada pengamatan lanjutan dari
kelompok IFN yang berlangsung antara 9-33 bulan, ternyata pada 81% lesi tidak
menunjukkan adanya rekurensi. 13 INF α-n3 dapat pula diberikan dengan dosis
250.000 UI intralesi dua kali seminggu sampai delapan minggu, dengan jumlah
maksimal per sesi 2.5 juta UI. 15
IFN secara topikal tidak memberikan efek yang baik, sehingga tidak
14
direkomendasikan untuk dipakai sebagai sediaan topikal. Pada penelitian
pemberian IFN γ secara IM dan SK, tingkat menghilangnya lesi berkisar antara
30-50%.16
Efek samping :
Imikwimod
Mekanisme kerja :
Imikwimod mengaktivasi sel sistim imun melalui TLR7 yang umumnya terlibat
22
dalam pengenalan patogen dipermukaan sel. Sel yang diaktivasi oleh
imikwimod melalui TLR7 mensekresi sitokin terutama IFN-α, IL-6 dan TNF-α. 23
Terdapat pula bukti bahwa bila imikwimod diaplikasikan pada kulit akan
mengaktivasi sel Langerhans, yang kemudian akan bermigrasi ke kelenjar limf
untuk mengaktivasi sistim imun adaptif. Sel-sel lain yang diaktifkan oleh
24
imikwimod adalah sel-NK, makrofag dan limfosit B. Penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa imikwimod mempunyai efek antiproliferatif yang samasekali
tidak tergantung dari aktivasi sistim imun. 25
Penggunaan klinis :
Aplikasi imikwimod topikal dapat menimbulkan inflamasi non spesifik. Hal ini
dapat terjadi bila ada erosi kulit oleh karena garukan atau erosi pada lesi di
lipatan. Dapat terjadi eritem, edema, indurasi, bula, erosi, ulserasi, krusta
sangunoilenta, perasaan nyeri, panas atau perasaan tidak nyaman. Efek
samping lainnya adalah sakit kepala, nyeri pinggang, nyeri otot, perasaan lelah,
keluhan seperti flu, pembesaran kelenjar limf dan diare. 15,27
Imunogloblin
Immuniglobulin (Ig) diproduksi oleh sel plasma yang telah matang yang berasal
dari sel B yang teraktivasi. Untuk mengekstraksi Ig intravena (IgIV) diperlukan
sekitar 10.000 sampai 20.000 donor, sehingga diperlukan tindakan pengamanan
28
khusus untuk menjamin keamanan produknya. IgIV dapat diberikan untuk
mempertahankan kadar antibodi yang adekwat untuk mencegah infeksi. 10
Mekanisme kerja :
Penggunaan klinis :
Efek samping :
Efek samping penggunaan IgIV jarang terjadi dan umumnya bersifat self limited.
Gejala efek samping yang paling sering terjadi dalam satu jam pertama setelah
infus dimulai adalah sakit kepala, flushing, menggigil, mialgi, wheezing,
takikardia, nyeri bokong, nause dan hipotensi, namun reaksi anafilaksis jarang
Interleukin
Kegunaan klinis :
Beberapa jenis IL telah dapat disintesis dengan rekayasa genetik dan di bidang
IMS dapat diberikan pada penderita AIDS. 10
Transfer factor
Transfer factor (TF) atau ekstrak leukosit seperti dialysed leucocyte extraxt
mempunyai fungsi sebagai imunostimulator. 10
Kegunaan klinis :
Inosipleks
Inosiplex yang lebih dikenal dengan nama isoprinosin (ISO) merupakan bahan
sintetis yang mempunyai efek antivirus dan imunomodulator. 10
Mekanisme kerja :
Efek samping :
Retinoid
Retinoid merupakan bahan yang bersifat alamiah maupun sintetik yang struktur
kimiawinya berkaitan dengan vitamin A. Retinoid terdiri dari all-trans-retinoic
acid (tretinoin), 13-cis retinoic acid (isotertinoin) dan retinoid aromatik (etretinat,
asitresin). 12
Mekanisme kerja :
Retinoid terikat pada reseptor tertentu dan menimbulkan berbagai efek, termasuk
perubahan pada proliferasi epidermal dan efek imunomodulator yang mempunyai
persamaan dengan IFN. 31
Penggunaan klinis :
Talidomid
Talidomid diperkenalkan di Eropa pada 1950 sebagai obat tidur yang aman,
namun ternyata obat tersebut telah menimbulkan efek teratogenik (fokomelia)
dan kelainan organ dalam, disamping itu talidomid dapat pula menimbulkan
28
kerusakan saraf perifer yang bersifat ireversibel. Talidomid telah ditarik dari
peredaran, namun ternyata pada tahun 1965 talidomid terbukti memberikan efek
33
yang dramatis pada pengobaan eritema nodosum leprosum (ENL), sehingga
pada tahun 1997 FDA menyetujui talidomid sebagai obat untuk ENL. Talidomid
Mekanisme kerja :
Talidomid menmpunyai efek menghambat TNF-α dan bila diberikan pada orang
normal akan sedikit menurunkan sel T-helper dan sedikit meningkatkan sel T-
supppresor. 34
Penggunaan klinis :
Efek samping :
Mekanisme kerja :
Prunella vulgaris
Prunella vulgaris (PV) merupakan obat herbal Cina yang paling terkemuka dan
mempunyai efek antiviral dan imunomodulator. Prunella vulgaris akhir-akhir ini
5
telah banyak menarik perhatian para peneliti. Prunella vulgaris mengandung
bahan aktif yang mempunyai efek antivirus terhadap HIV-1, HSV-1 dan HSV-2. 5
Mekanisme kerja :
Bahan aktif yang terkandung dalam PV, mempunyai efek imunomodulator seperti
tertera dalam Tabel 1, sedangkan pada Tabel 2 disajikan efek antiviral dari PV.
Penggunaan klinis :
Glycyrrhizic acid
Glycyrrhizic acid adalah suatu glikosida yang merupakan bahan aktif dari
tanaman glycyrrhiza glabra yang telah digunakan sebagai tanaman obat sejak
beberapa abad sebelum Masehi. 45
Mekanisme kerja :
dan penetrasi virus kedalam sel tidak terjadi. Terjadi induksi pembentukan INF
yang mengaktifasi makrofag, potensiasi fagositosis dan efek bakterisidal. INF
menunjukkan pula efek anti virus dan antiproliferatif. 46
Efektifitas pengobatan :
Murabutid
Mekanisme kerja :
Efek samping :
Dari berbagai penelitian terbukti bahwa MUR bersifat aman, apirogen, tidak
menginduksi reaksi inflamasi dengan toleransi pemakai yang baik. 49
Kegunaan klinik :
Imunoterapi intralesi
Mekanisme kerja :
Mekanisme kerja imunoterapi intralesi sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, namun diduga melalui induksi respon inflamasi non spesifik, terhadap sel
53
terinfeksi HPV. Pelepasan sitokin oleh sistim imun, menimbulkan aktivitas
antiviral, antitumor dan imunoregulasi lokal.54 Telah dilaporkan pula bahwa
penyuntikan antigen intralesi menimbulkan proliferasi sel-sel mononuklear perifer
terhadap antigen HPV. Hal ini akan merangsang sitokin CD4 Th1, termasuk
INFγ dan IL-2 yang selanjutnya akan mengaktivasi set T sitotoksik dan sel NK
dan mengeradikasi sel terinfeksi HPV.55
Kegunaan klinis :
Efek samping :
Ada beberapa efek samping yang dapat terjadi antara lain rasa nyeri pada waktu
penyuntikan, gejala-gejala seperti flu yang timbul 12 jam setelah penyuntikan dan
menghilang dalam 24 jam. Tidak nampak adanya pembengkakan, eritem dan
pruritus pada tempat penyuntikan. 51
KEPUSTAKAAN