°, ASOSIASI TEH INDONESIA
Ji. Ir. H. Juanda No, 107 Bandung 40132, Telpon / WA: +62 85624026353
E-mail: indotea@bda.centrin.net. id
RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM DPR RI
DENGAN ASOSIASI TEH INDONESIA ( ATI )
(Selasa, 10 Desember 2019 Pukul 15.00 di Ruang Rapat Komisi VI
Gedung DPR RI Nusantara I Lantai-1)
Memenuhi undangan dari Sekretaris Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
No.: PW/18643/DPRRI/XI/2019 tanggal 12 November 2019 tentang Undangan Rapat Dengar
Pendapat Umum kepada Ketua Umum Asosiasi Teh Indonesia dengan ini kami menghaturkan
terima kasih kepada Yang Terhormat Pimpinan DPR RI, bersama ini disampaikan usulan untuk
penetapan kebijakan revitalisasi dan pengembangan Bisnis Teh Indonesia ke depan atas
penurunan kinerja Industri Teh Indonesia saat ini.
Yang Terhormat Bapak/Ibu Pimpinan DPR Republik Indonesia khususnya Komisi VI DPR
Republik Indonesia kami memohon perkenannya untuk memaklumi bahwa:
1. Total areal kebun teh yang dikelola oleh Petani Teh Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan
Perkebunan Besar Swasta mengalami penurunan sebesar 1,16 %/tahun atau sekitar 1.789
ha/tahun. Pada tahun 1996 jumlah total areal kebun mencapai luas 154.186 ha kemudian
turun menjadi 113,029 ha pada tahun 2019,
2, Produksi Teh Nasional pada tahun 2008 sebesar 153.281 ton turun menjadi 131.000 ton
pada tahun 2018, pada tahun 2008 produksi teh Nasional sebesar 3,9% dari produksi teh
dunia yang mencapai 3,96 juta ton, kemudian pada tahun 2018 turun menjadi sebesar
2,2% dari total produksi teh dunia sebanyak 5,89 juta ton. Dengan kondisi world supply
Pada tahun 2018 sebesar 3,19 juta ton dengan absorpsi pasar dunia sebesar 3,10 juta ton
dan ini tergolong over supply yang rendah dibandingkan biasanya di atas 200 ribu
ton/tahun,
3. Pada tahun 1996 volume eskpor teh nasional sebanyak 101.532 ton senilai 112.343 juta
US$ dengan harga jual rata-rata auction 114 cents US $/kg turun menjadi 49.030 ton pada
tahun 2018 senilai 108,4 juta US $ dengan harga jual rata-rata auction 156 cents US $/kg.
4. Menurunnya daya saing Teh Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan,
sehingga upaya meningkatkan daya saing tidak dapat diselesaikan dengan hanya
Membenahi secara parsial atau sektoral. Solusi yang diperlukan diantaranya :
a). Suatu Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional yang dikawal secara terus
menerus oleh Pemerintah Republik Indonesia mengingat bahwa Teh sebagai
komoditas perdagangan, karena pada setiap tahun industri teh melibatkan sekitar
350.000 petani teh dan lebih dari 1,5 juta orang Indonesia yang bekerja
menggantungkan kehidupan mereka pada industri teh.
b). Diperlukan sinergitas semua stakeholders mulai dari perkebunan teh rakyat,
erkebunan besar swasta dan perkebunan negara untuk pengembangan budidaya teh
yang terintergrasi dan terkoordinir oleh pemerintah dengan baik mulai dari perbaikan
sistem usaha tani, perbaikan mutu hasil olahan, perbaikan mesin pengolahan teh yang
umumnya sudah tua yang usianya lebih dari 45 tahun, menghasilkan produk teh
Premium dan bernilai tambah, promosi, pemasaran domestik dan internasional.¢). Promosi teh antara lain bertujuan guna secara terus menerus meningkatkan konsumsi
teh di dalam negeri, karena Indonesia menghasilkan teh yang sangat bermutu baik
teh hitam orthodox, teh hitam CTC, teh hijau pan firing, teh hijau steaming, teh putih,
‘teh wangi dalam berbagai bentuk penyajian baik teh seduh, teh celup, teh tepung dan
RTD. Untuk itu kami mohon pemerintah Indonesia dapat menetapkan Indonesian
Tea Day dan ada himbauan dari Bapak Presiden Republik Indonesia kepada semua
aparat lembaga eksekutif di kantor Pemerintah Pusat dan Daerah, Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Lembaga Legislatif, Lembaga Yudikatif, Perusahaan
BUMN dan Swasta, Restoran, Hotel dan Kafe untuk menyajikan Teh Indonesia.
5. Pada tahun 1980 konsumsi teh di Indonesia sebanyak 250 gram/kapita/tahun dan pada
tahun 2018 naik menjadi 360 gram/kapita/tahun. Diprediksikan konsumsi teh domestik
akan terus meningkat karena berbagai upaya dan alasan yang antara lain bahwa Teh
adalah minuman yang sehat dan akan mencapai 500 gram/kapita/tahun pada tahun 2025
Mengingat konsumsi teh nasional pada saat ini sebanyak 94.000 ton dalam tahun 2018.
Dengan demikian memerlukan impor teh yang volumenya berfluktuasi mulai 50 ton pada
tahun 1996, 6.000 ton pada tahun 2002 naik menjadi 24.397 ton tahun 2012 dan turun
Menjadi 14.922 ton pada tahun 2018. Penurunan ini berkaitan dengan dikeluarkannya
kebijakan pemerintah menaikkan tarif impor dari 5 % menjadi 20 % pada 22 Juli 2015.
USULAN MENDESAK PERUBAHAN KEBIJAKAN TEH INDONESIA
1, Pemerintah Republik Indonesia periu merubah kebijakan tentang Penerapan PPN Teh 10 %
yang dipandang sangat merugikan petani teh dan pelaku agribisnis teh lainnya menjadi
PPN Teh 0 % atau PPN tidak dipungut. Karena yang sudah terjadi berjalan selama 5 tahun
terbukti memberatkan para pelaku usaha teh di sektor hulu terutama petani rakyat dan
juga sektor hilir. Banyak yang kemudian terpaksa menutup usahanya dengan melemahnya
harga komoditas dan karena untuk mendapatian keuntungan saja sudah sangat sulit
terlebih-lebih harus terbebani PPN Teh 10 %.
2. Pemerintah Republik Indonesia perlu merevisi kebijakan tentang:
a). Penerapan Tarif Impor Teh Bulk dari 20 % menjadi 40 % dengan tujuan untuk
melindungi industri teh nasional dari kebanjiran teh asal luar negeri yang mutunya
belum tentu baik. Dengan penerapan tarif impor Teh Bulk menjadi 40 % diharapkan teh
Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Sebagai perbandingan bahwa tarif
impor teh bulk di beberapa negara antara lain di China sebanyak 15 %, Kenya 25 %,
Sri Lanka 25 %, Bangladesh 89 %, India 114 %, Turki 145 % dan Vietnam 50 %,
b). Penerapan Tarif Impor Teh Kemasan bermerek dari 40 % dinaikkan menjadi lebih dari
40 % dengan maksud dan tujuan untuk melindungi industri teh nasional dari kebanjiran
‘Teh Kemasan bermerek luar negeri dan memberikan kesempatan produsen teh dalam
negeri meningkatkan mutu produk yang berdaya saing kuat untuk mengisi peluang
pasar domestik dan pasar ekspor.
3. Kami mengusulkan agar Pemerintah Republik Indonesia dapat segera menetapkan dan
menerapkan kebijakan tentang persyaratan wajib sertiikasi untuk teh yang diimpor dan
kewajiban diuji di laboratorium yang berada di Indonesia dengan maksud untuk
melindungi industri teh nasional dari kebanjiran teh asal luar negeri yang mutunya belum
tentu baik dan mengandung kontaminan bahan kimia yang toksik dan karsinogenik serta
untuk perlindungan konsumen teh dan pasar dalam negeri. Penerapan non tarif barrier
tersebut antara lain agar dilakukan uji residu bahan kimia yang terkandung di dalam
semua jenis teh yang diimpor termasuk ui residu residu pestisida Maximum Residue Level(MRL) dan_penerapan SNI wajib khususnya untuk teh hitam dan teh hijau yang diimpor
termasuk ISO 3720 untuk teh hitam dan ISO 11287 untuk teh hijau serta sertifikasi Halal.
4. Kami mengusulkan agar Pemerintah Republik Indonesia segera memberikan skema bantuan
revitalisasi_ untuk perkebunan teh dalam bentuk subsidi input dan skim kredit investasi
khusus untuk perkebunan Rakyat.
5. Kami mengusulkan agar Pemerintah Indonesia segera menginstruksikan kepada Pemerintah
Daerah agar menetapkan Upah Minimum Sektor Perkebunan yang berbeda dengan Upah
Minimum Regional (UMR), karena Sektor Perkebunan merupakan bisnis yang padat karya
dan teknologinya masih perlu ditingkatkan.
Demikian kami sampaikan, mohon mendapat dukungan dan persetujuan dari Yang Terhormat
Bapak/Ibu Pimpinan DPR Republik Indonesia khususnya Komisi VI DPR RI.
Atas perhatian dan dukungannya, kami sampaikan terima kasih.
Tembusan :
Yth. Bapak Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Yth. Bapak Menteri Pertanian Republik Indonesia
Yth. Bapak Menteri Keuangan Republik Indonesia
Yth. Bapak Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Yth. Bapak Menteri Perindustrian Republik Indonesia
Yth. Bapak Menteri Badan Usaha Milik Negara
Yth. Bapak Gubernur Propinsi Jawa Barat
Yth. Bapak Gubernur Propinsi Jawa Tengah
th. Ketua Umum KADIN Indonesia
(0. Yth. Ketua Umum Dewan Teh Indonesia
PENT AwWNE