You are on page 1of 19
GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI DALAM MEWUJUDKAN INTEGRI- TAS NEGARA KESATUAN REPUB- LIK INDONESIA Ermaya Suradinata*) Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksis- tensinya dan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya perlu memiliki pemahaman geopolitik (Rudolf Kjellen, 1864-1922) dan geostrategi. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor-faktor geografi, strategi dan politik suatu negara sedangkan untuk imple- mentasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional. Geopolitik Indonesia diterjemahkan dengan istilah Wawasan Nusantara sedangkan dalam implementasinya telah disusun suatu pemahaman yang disebut dengan Ketahanan Nasional yaitu dari rumusan geostrategi. Wawasan Nusantara meru- pakan konsep nasional me- ngenai kesatuan dan persatuan bangsa, dan negara Indonesia, sedangkan Ketahanan Nasional adalah konsep kelangsungan hidup (survival) bangsa dan negara dan diupayakan melalui pembangunan nasional yang meliputi segenap kehidupan na- sional. Ketahanan Nasional ada- lah merupakan kondisi dinamis bangsa yang dalam memperta- hankan eksistensinya selalu ber- hadapan dengan tantangan, an- caman, gangguan dan hambatan yang timbul. Ketahanan Nasio- nal dapat diibaratkan seperti ke- tahanan tubuh kita yang selalu berhadapan dengan berbagai se- rangan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Oleh karena itu, Ketahanan Nasional yang pada suatu saat dinilai kokoh atau tangguh, pada saat yang lain dapat mengalami kemerosotan atau menjadi tidak kokoh. Hal ini sangat dipengaruhi oleh bagai- mana kita membangun Keta- hanan Nasional agar mampu mengatasi semua tantangan, an- caman, gangguan dan hambatan yang timbul. Pada saat ini, kita menyadari bahwa Geostrategi yang diru- muskan dalam bentuk Ketahan- an Nasional Indonesia, untuk mewujudkan integritas Negara *) Ermaya Suradinata, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional 79 80 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sedang mengalami ke- merosotan yang sangat parah, yang dapat membahayakan ek- sistensi bangsa dan Negara Ke- satuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kembali kekuatan Geopolitik dan Geostrategi Nasional Indonesa, adalah menjadi kewajiban se- genap anak bangsa Indonesia, khususnya generasi penerus un- tuk meningkatkan komitmen ter- hadap kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dalam wadah NKRI. Selain itu, reformasi na- sional yang sesuai dengan aspi- rasi rakyat dan kehidupan demokrasi yang ideal bagi ke- pentingan rakyat harus kita ter- uskan, seiring dengan perkem- bangan kemajuan masyarakat Indonesia. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia Dalam rangka menelaah geo- strategi, kita tidak boleh lepas dari landasannya terutama geo- politikdan konsepsinya adalah Ketahanan Nasional. Geopolitik Ilmu Geopolitik adalah penge- tahuan yang mempelajari ten- tang potensi, yang dimiliki oleh suatu bangsa, atas dasar jatidi- rinya dan merupakan kekuatan, serta kemampuan untuk Keta- hanan Nasional. Pada hakikat- nya geopolitik mengajarkan agar dapat selalu diciptakan persatu- an bangsa dan keutuhan wi- layah NKRI, berdasarkan sema- ngat Bhinneka Tunggal Ika yaitu untuk kesetaraan, keadilan, dan kebersamaan, serta kepentingan nasional. Pada saat ini persatuan bang- sa dan keutuhan wilayah teran- cam oleh berbagai gerakan sepa- ratis, baik yang sudah memiliki kekuatan bersenjata maupun yang masih dalam bentuk waca- na. Kepentingan pribadi, golong- an dan kelompok cenderung le- bih dominan daripada kepen- tingan nasional. Kondisi krisis tidak/belum tertangani secara terpadu, karena para pemimpin/ elite politik masih sibuk saling menyerang dan mempertahan- kan kepentingan pribadi, golong- an dan kelompoknya. Kondisi seperti diuraikan di atas perlu kita analisis apa penyebabnya, sehingga kita tidak mengulangi kekeliruan yang sama di masa mendatang. Kekeliruannya teru- tama terletak pada pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan nasional yang mengakibatkan kesenjangan sosial antarsektor, antargolongan/kelompok dan antara pusat dengan daerah. Di samping itu terdapat indikasi adanya berbagai kepentingan dari dalam dan luar negeri yang tidak sejalan dengan cita-cita dan Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi .. 81 tujuan nasional, yang turut me- manfaatkan kondisi kesenjangan sosial dan era reformasi untuk mencapai tujuannya. Geostrategi Konsepsi dasar dari geostrate- gi Indonesia adalah Ketahanan Nasional, berdimensi Astagatra, artinya segenap kehidupan na- sional yang sangat kompleks di- petakan secara sederhana, na- mun tetap dapat mencerminkan kehidupan nasional yang nyata. Astagatra meliputi Trigatra Alamiah dan Pancagatra Sosial. Trigatra Alamiah terdiri dari Ge- ografi (wilayah), sumber ke- kayaan alam dan kependuduk- an. Sedangkan Pancagatra sosial terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, per- tahanan dan keamanan di- singkat Ipoleksosbudhankam. Geostrategi pada hakikatnya sangat tergantung dari kemam- puan bangsa dalam mengelola dan memanfaatkan Trigatra Alamiah guna meningkatkan Ketahanan pada Pancagatra. Telaahan Astagatra secara garis besar adalah sebagai berikut. a) Pemanfaatan Trigatra Ala- miah sampai saat ini cenderung kurang memperhatikan kelestar- ian lingkungan hidup (eko- sistem), sehingga mengakibatkan berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan keba- karan hutan. Disamping itu juga menimbulkan pencemaran air, lahan dan udara. b) Kesadaran geografis bang- sa Indonesia yang memilih ta- nah air nusantara yang luas dan memilih posisi strategis, masih sangat kurang. Pada umumnya masih berorientasi ke daratan, khususnya lingkungan tempat tinggalnya, sehingga kurang mampu memanfaatkan peluang dari kondisi wilayah yang luas dan strategis, serta memiliki po- tensi kekayaan alam yang be- raneka ragam. Akibatnya bang- sa lain yang lebih maju dapat menikmati keuntungan besar dari wilayah dan kekayaan alam Indonesia. Pencurian kekayaan ikan di laut teritorial Indonesia, proyek penambangan tembaga dan emas oleh Freeport di Irian Jaya dan Newmont diSumbawa, serta di tempat lain, menunjuk- kan indikasi keuntungan besar yang diperoleh bangsa lain. Ke- adaan ini diperparah dengan penduduk Indonesia yang sebagi- an besar masih berpendidikan rendah dan masih sangat kuat keterkaitan dengan nilai-nilai budaya dan adat istiadat suku- nya, sehingga merupakan poten- si atau kerawanan terhadap ter- jadinya konflik horizontal antar- suku. c) Pancasila tetap diakui oleh MPR sebagai falsafah hidup bangsa, dasar negara dan ideolo- 82 gi nasional. Namun nilai-nilai Pancasila cenderung diabaikan pengamalannya, baik dalam pe- rumusan peraturan perundang- undangan dan kebijaksanaan, maupun dalam sikap dan per- buatan para pemimpin bangsa dan elite politik. Banyak terjadi konflik vertikal dan horisontal antarwarga bangsa, penyalah- gunaan wewenang untuk ke- pentingan pribadi, golongan dan kelompok, baik di tingkat pusat maupun daerah. d) Salah satu sasaran refor- masi nasional adalah demokra- tisasi yang antara lain mengubah sistem pemerintahan yang sen- tralistik cenderung otoriter dan tertutup menjadi sistem peme- rintahan yang desentralistik, demokratis dalam keterbukaan, serta menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia (HAM). Namun wajah demokrasi kita saat ini cenderung menjurus ke anarkhi. Kelompok kepentingan berusaha mengerahkan massa dengan tin- dakan yang cenderung brutal dan melanggar hukum, untuk memaksakan kehendak. Golong- an separatis dengan seenaknya melanggar hukum, berkam- panye dan propaganda mem- pengaruhi opini masyarakat, ser- ta melancarkan teror dan pem- berontakan bersenjata, tanpa segera dapat ditumpas oleh aparat keamanan. Otonomi da- erah yang dilaksanakan mulai Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 tahun 2001, dipahami oleh dae- rah otonom kabupaten dan kota cenderung kebablasan. Kepala Daerah Otonom dengan tidak sabar menuntut kewenangan dan alokasi dana yang masih menunggu peraturan pelaksa- naannya. Untuk pelaksanaan otonomi daerah perlu ditinjau kembali, agar kewenangan propinsi dalam pelaksanaan oto- nomi daerah lebih besar dari kabupaten dan kota KKN di daerah otonom yang didasari exclusivism mulai muncul. Demikian pula konflik horison- tal terjadi antarsuku, antarpen- duduk asli dan pendatang, bah- kan antardesa. Pemimpin bang- sa dan elite politik di pusat sibuk bertikai berebut kekuasaan, se- hingga kurang memberikan per- hatian terhadap peraturan pe- laksanaan untuk penyelengga- raan otonomi daerah. (e) Reformasi nasional di bi- dang ekonomi belum mampu mengatasi krisis ekonomi dan moneter. Sektor riil belum ber- putar kembali, bahkan investor baru belum tertarik, dan inves- tor lama telah menarik diri dari Indonesia, dengan alasan situasi keamanan dan perburuhan yang makin tidak kondusif bagi usa- hanya. (f) Melalui sistem pendidikan nasional, pemerintah berusaha meningkatkan kesadaran ke- bangsaan Indonesia yang ber- Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi... 83 dasarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Namun akibat ke- keliruan pelaksanaan pemba- ngunan pada masa lalu dan ada- nya kecenderungan penyera- gaman, maka terjadi kesenjang- an sosial dan perasaan kurang dihormatinya budaya dan adat istiadat daerah/lokal. Dalam situasi krisis yang disertai eufo- ria reformasi sampai saat ini te- lah terjadi makin menguatnya kembali pengelompokan ma- syarakat berdasarkan primordi- alisme suku, etnis, agama, dan daerah. Supremasi hukum yang men- jadi salah satu sumber penting dalam reformasi nasional, masih merupakan impian. Berbagai ke- pentingan politik dan ekonomi turut mencampuri (intervensi) dalam upaya penegakan hukum. Aparat penegak hukum masih terkesan sebagai alat kekuasaan. (g) Dalam rangka menjaga stabilitas keamanan, aparat ke- amanan menghadapi berbagai kendala, seperti: (1) trauma ter- hadap tuduhan pelanggaran HAM, (2) peraturan hukum dan perundang-undangan yang ku- rang kondusif bagi upaya pem- binaan stabilitas keamanan bagi Polri dan TNI, di mana Polri dan TNI dipisahkan secara hitam putih. Polri bertanggung jawab terhadap keamanan dalam negeri, sedangkan TNI hanya bertanggung jawab terhadap pertahanan untuk mengatasi musuh dari luar negeri. Padahal pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 ini, ancaman dari dalam negeri pasti ada kaitannya dengan luar negeri. Contoh GAM di Aceh, sebagian pernah dilatih di Libya, mendapat ban- tuan senjata dari luar negeri dan didukung oleh kegiatan diploma- si di dunia internasional, (3) alat peralatan Polri dan TNI beserta dukungan logistik dan kese- jahteraan anggotanya sangat tidak memadai. Salah satu con- toh: kapal patroli Polri kalah ce- pat dengan kapal pencuri ikan, (4) kesadaran bela negara dan disiplin dari warga bangsa Indo- nesia pada umumnya cenderung menurun. Bahkan ada yang masih terus menghujat dan memojokkan TNI, terus men- curigai TNI dengan tuduhan TNI anti demokrasi, ingin kembali ke dunia politik dan berkuasa. Kondisi seperti tersebut di atas memberikan peluang bagi para keamanan dan gerakan separatis leluasa mela- kukan kegiatannya yang meng- akibatkan stabilitas keamanan terus terpuruk, krisis ekonomi dan moneter terus berkelanjutan, kesejahteraan rakyat pada umumnya makin merosot. Selan- jutnya masyarakat cenderung kembali kepada pengelompokan primordial suku, etnis, agama dan daerah, bangsa Indonesia 84 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 berada di ambang perpecahan (desintegrasi). Namun walaupun dengan potensi dan peluang sekecil apa pun, bangsa Indone- sia terutama para pemimpin bangsa, elite politik dan para pe- muda harus memilih tekad dan semangat juang yang tinggi un- tuk meningkatkan kembali per- satuan bangsa dan Ketahanan Nasional dalam wadah NKRI. Demokrasi yang Ideal Tatanan demokrasi yang ide- al bagi suatu negara pada umum- nya adalah suatu tatanan de- mokrasi yang sesuai dengan ke- hidupan budaya rakyat yang bersangkutan, tingkat kemajuan berpikir masyarakat dan kemam- puan pereKonomian nasional yang mampu makin menye- jahterakan rakyat. Bagi Indone- sia sebagai negara berkembang yang juga sedang diupayakan oleh gelombang reformasi de- wasa ini adalah demokrasi Pan- casila yang dapat mengembali- kan kehidupan nasional kita pa- da pola yang memenuhi per- syaratan-persyaratan kehidupan nasional yang sesuai dengan ke- hidupan budaya bangsa. Demokrasi Pancasila adalah suatu tatanan demokrasi yang paling sesuai bagi kehidupan ber- bangsa dan bernegara bagi Indo- nesia dan dalam hubungan ini, tiga aspek yakni aspek politik, aspek ekonomi dan aspek keadil- an sangat mewarnai terwujud- nya demokrasi Pancasila. Pada dimensi politik, kehi- dupan demokrasi akan dirasa- kan dengan adanya suatu sua- sana yang mengkombinasikan kebebasan, persamaan dan per- mufakatan untuk menyelesaikan tiap-tiap perbedaan dengan cara-cara damai. Khususnya ke- bebasan, hal ini harus berlang- sung dalam suasana yang di- dukung oleh hak-hak dan ke- wajiban-kewajiban konstitusio- nal, dasar-dasar hukum dan cara-cara hidup yang etis. Tiga arahan ini adalah tiang yang menyangga tatanan budaya politik yang demokratis, sedang- kan kebebasan yang mengesam- pingkan hukum dan konstitusi, lebih-lebih jika dengan sengaja menentang adalah tirani yang jelas-jelas mengeliminir demo- krasi. Diterima dan dihayatinya nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Pancasila antara lain akan berwujud dengan ada- nya keseimbangan antara kebe- basan warganegara untuk me- nyatakan kemandiriannya ter- masuk dalam bidang politik dan penguasa dengan yang membi- na dan mempertahankan stabi- litas, persatuan dan integritas institusi-institusi politik yang ber- fungsi sebagai infrastruktur atau suprastruktur yang akan memi- Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi lih otonom yang sesuai dengan fungsinya sebagai kolektor dan komunikator aspirasi rakyat. Dengan demikian, akan tercipta kebijakan-kebijakan yang tidak hanya dapat diterima dan di- mungkinkan tetapi juga meru- pakan legitimasi sistem politik yang berlaku. Dengan kata lain, sosialisasi nilai-nilai demokrasi harus me- ngandung identitas nasional yang diciptakan dan didorong oleh nilai-nilai persatuan dan permusyawaratan. Berlomba (contestancy) dan partisipasi yang, merupakan ciri penting dalam demokrasi universal harus meru- pakan bagian dalam sistem, se- hingga kita tidak akan terper- osok dalam anarkhisme. Di sisi lain kekuasaan negara melaku- kan kewajiban menjamin stabi- litas dan integritas harus dapat terselenggara tanpa adanya kecurigaan-kecurigaan yang mengarah pada otoriterisme. Dalam hubungannya dengan ekonomi nasional, konsep eko- nomi harus ditumbuhkan de- ngan pengertian keterbukaan dan transpanransi yang lebar untuk masyarakat untuk turut serta dalam proses ekonomi na- sional. Melaksanakan demokra- si ekonomi kerakyatan berarti menciptakan kondisi yang mem- berikan kesempatan kepada masyarakat bawah untuk ber- partisipasi menerima dan mem- 85 beri masukan-masukan. Di sam- ping itu, masyarakat hendaknya juga memilih hak dan meng- gunakannya untuk memberikan peringatan jika perekonomian negara bergerak ke arah suatu sistem ekonomi yang menyalahi ketetapan-ketetapan yang telah disetujui bersama. Dengan suatu tata kehidupan ekonomi yang mantap, kita akan mampu menahan inflasi secara mantap dan menekan pengang- guran seminimal mungkin dan pada waktu yang sama kita akan mampu mendorong pertum- buhan ekonomi secara teratur dan terencana. Dalam mengupayakan demo- kratisasi dalam hubungannya dengan pembinaan hukum dan keadilan, yang diperlukan ada- lah mengeluarkan peraturan- peraturan yang menjamin terse- lenggaranya kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang mam- pu untuk menampung nilai-nilai kebebasan dan persamaan ber- dasarkan kesatuan dan persatu- an. Demokrasi tidak hanya diar- tikan sebagai suatu sistem ke- hidupan yang bebas, namun harus bersandarkan keteraturan dan disiplin nasional. Rakyat In- donesia pada hakikatnya memi- liki hak untuk mendapatkan per- lakuan dengan cara-cara yang adil, jujur dan menurut hukum, tidak saja dari pihak penguasa tetapi juga dari sesama wargane- 86 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 gara. Hanya dengan peraturan- peraturan yang lengkap dan komprehensif yang akan dilak- sanakan tanpa memihak, hak- hakazasi rakyat dapat terjamin. Dengan demikian, tidak akan ada tirani dari penguasa dan dari sesama warganegara. Secara singkat, dalam alam demokrasi Indonesia, negara utamanya merupakan suatu sistem hukum yang harus mendapat prioritas utama dalam agenda nasional. Melihat hal-hal tersebut, ma- ka dapat disimpulkan bahwa demokrasi adalah inti budaya manusia dan dalam hubungan ini keberadaan peraturan-per- aturan yang secara mantap da- pat dilaksanakan sebagai pene- gakan hukum yang ditakukan oleh abdi-abdi negara yang ber- dedikasi, adalah satu jaminan terselenggaranya kehidupan demokrasi oleh negara dan bang- sa. Demokrasi, Otoriter, dan Anarki Demokrasi adalah salah satu sistem kenegaraan yang dise- lenggarakan oleh rakyat atau atas nama rakyat. Di samping demokrasi, ada sistem kenega- raan lainnya, yaitu oligarki dan tirani. Sejak revolusi Perancis sampai awal abad ke-21, de- mokrasi dianggap sebagai sistem kenegaraan yang terbaik. Na- mun sejak 2000 tahun yang lalu, Plato dan Aristoteles telah meng- isyaratkan agar berhati-hati de- ngan demokrasi, karena di sam- ping sangat baik, juga dapat sa- ngat kejam, karena dapat timbul anarkhi atau otoriter. Beberapa negara di Amerika Latin dan Afrika, juga Indonesia di era Orla dan Orba, terjadi demokrasi yang otoriter. Seba- liknya Indonesia di era reforma- si nasional sampai saat ini men- jurus ke anarkhi yang nyaris menjadi Indonesia porak poran- da. Beberapa negara Barat sangat menyadari bahaya kekerasan dan anarkhi dalam sistem de- mokrasi yang cenderung mende- wakan kebebasan rakyat, Dalam menata kebebasan rakyat, pe- merintah menyiapkan perangkat hukum yang dapat diterapkan seketika bila terjadi pelanggaran yang mengatasnamakan rakyat. Namun demikian, juga disiap- kan semacam insentif bagi ma- syarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap berupa santunan, atau tunjangan jaminan hidup, serta imbalan yang setimpal ke- pada petugas/aparatur negara sesuai dengan tugas dan kewa- jibannya, sehingga dapat dihin- darkan terjadinya tindakan anarkhis dari rakyat maupun aparatur negara. Seiring dengan munculnya AS sebagai negara Super Power Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi... 87 tunggal, mereka mengklaim negaranya sebagai kampiun demokrasi dan mengkampanye- kan secara terbuka beberapa kri- teria demokrasi, antara lain: (a) adanya kebebasan penuh bagi rakyat untuk menentukan pili- han dan pendapatnya, (b) tidak ada tekanan kekerasan militer, (©) bebas dari tekanan agama, (d) Adanya pengawasan dari ma- syarakat, (e) Menghormati HAM. Kriteria tersebut sangat ideal, namun jika melihat dilapangan khususnya di negara-negara berkembang dengan kemam- puan sumber daya manusia dan ekonomi yang terbatas, akan melahirkan anarkhi. Selanjutnya negara berkembang tersebut akan menjadi sasaran mudah bagi negara maju yang sudah mapan untuk menanamkan pe- ngaruhnya . Tatanan Demokrasi yang Ide- al Tatanan demokrasi yang ide- al bagi negara berkembang se- perti Indonesia adalah yang se- suai dengan tingkat kemajuan berpikir masyarakat dan kemam- puan perekonomian nasional yang mampu makin menye- jahterakan rakyat. Negara-nega- ra maju sangat menyadari bah- wa proses berdemokrasi memer- lukan beberapa persyaratan, an- tara lain: (a) memiliki kesadaran berbangsa dan nasionalisme yang tinggi, (b) Memiliki kebe- saran jiwa dan sportif, (c) Kons- titusional, (d) terjaminnya keamanan, (¢) bebas dari campur tangan asing. Persyaratan tersebut di atas sengaja tidak disebarkan, bah- kan cenderung ditutupi, karena belum dapat dipenuhi oleh ne- gara-negara berkembang, mes- kipun tetap dipaksakan untuk menerapkan demokrasi gaya AS, sehingga terjadi kekalutan di ne- gara berkembang termasuk Indo- nesia. Wajah demokrasi Indonesia yang diwarnai oleh kekalutan ini antara lain disebabkan: (1) Kon- disi internal Indonesia yang sa- ngat mempercayai kebaikan demokrasi, tanpa menyadari bahayanya dan persyaratan yang diperlukan (2) tidak/belum ber- hasilnya pemerintah mengatasi krisis dan meningkatkan kembali kesejahteraan rakyat, (3) digulir- kannya issu global dalam bentuk demokratisasi sekuler, HAM dan politik global negara maju, (4) tuduhan, pemutarbalikan fakta, dan tuntutan yang berkelebihan terhadap kesalahan aparat keamanan di masa lalu, sehing- ga mereka terkesan sangat bia- dab, sehingga timbul kebencian dan dendam yang tidak ada ha- bisnya. Tatanan demokrasi yang ide- al seyogyanya disesuaikan de- 88 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 ngan kemajuan taraf pendidikan dan kesejahteraan masyarakat dan nilai-nilai budayanya yang beraneka ragam. Demokrasi In- donesia seyogyanya ditata: (1) secara konstitusional, di mana hubungan antara lembaga ter- tinggi dengan lembaga tinggi negara perlu diatur secara si- nergik dalam kebersamaan da- lam rangka mencapai tujuan na- sional yang diatur dalam UUD 1945. Pancasila tetap sebagai fal- safah/pandangan hidup bang- sa, dasar negara dan ideologi nasional yang, melandasi kehi- dupan berbangsa dan bernega- ra. Adanya perangkat hukum yang mengatasi kebebasan rakyat untuk mencegah anarkhi dan membatasi kekuasaan apara- tur negara, agar tidak menjurus ke otoriter. Hubungan antara pemerintah pusat dan pemerin- tah daerah otonom diatur de- ngan UU yang tetap mengacu pada Ketahanan Nasional dan NKRI, (2) secara bertahap perlu ditingkatkan kembali kesadaran kebangsaan Indonesia yang ber- dasarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Di samping itu di- perlukan disiplin, kebesaran jiwa dan sportivitas, (3) kesejahteraan rakyat yang berkeadilan dengan melancarkan kembali pemba- ngunan nasional untuk me- ngurangi kesenjangan sosial ekonomi, (4) stabilitas keamanan yang mantap yang didukung oleh peraturan hukum perun- dang-undangan dan kesadaran bela negara masyarakat, serta dapat ditumpasnya gerakan se- paratis bersenjata dan gangguan keamanan lainnya. Disintegrasi Bangsa Secara harafiah disintegrasi bangsa bermakna hilangnya kaitan integratif antar unsur- unsur kekuatan bangsa, sehing- ga hubungan menjadi longgar dan pada gilirannya asas keke- luargaan ditinggalkan. Selama kurun waktu 3 tahun terakhir ini para elite politik telah mende- monstrasikan secara vulgar cara-cara menyulut disintegrasi bangsa. Terlalu salahkah kalau pengikutnya masing-masing menyanyikan irama serupa? Bila dilihat dan segi geopoli- tik dan geostrategi, maka anasir disintegrasi dapat dibedakan antara anasir luar dan dalam negeri. Anasir Luar Sejak sirnanya Uni Soviet, Barat muncul sebagai pemenang ideologi dan sekaligus merasa sebagai pemenang “budaya”. Dalamsuasana euforia semacam itu muncullah keyakinan dalam masyarakat Barat, bahwa ni- lai-nilai yang mereka anut ada- lah superior dan harus dipaksa- Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi ... 89 kan ke seluruh dunia dengan rumusan bahwa sistem nilai yang mereka anut memilih kebe- naran dan juga validitas univer- sal. Sebagai contoh salah satu tujuan strategi Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik adalah mendorong dan mendukung pro- ses demokratisasi (tentu saja demokratisasi sesuai dengan yang berlaku di sana). Sudah barang tentu tujuan itu dapat dijabarkan menjadi tindakan nyata dalam bentuk terbuka maupun tertutup (subversi) de- ngan menghalalkan segala cara, dan yang paling murah dan kecil resiko fisiknya adalah melalui uang. Tindakan terbuka antara lain memberikan bantuan peningka- tan kualitas SDM Indonesia, khususnya generasi muda, mela- lui penyediaan informasi secara luas dan terbuka, bantuan pen- didikan di luar negeri, pertukar- an siswa, tenaga profesional, dan sebagainya. Upaya terbuka ini dengan sangat mudah ditum- pangi dengan muatan kebebasan berpikir dan’ mengemukakan pendapat, supremasi budaya Barat, dan sebagainya. Bahkan pertukaran misi kebudayaan da- pat dijadikan wahana yang baik untuk maksud tersebut, apalagi film atau sinetron. Sedangkan tindakan tertutup, antara lain, bisa berupa pengadudombaan antara kekuatan dalam ma- syarakat, mempengaruhi pemi- lihan pejabat penting (apalagi ja- batan presiden), perumusan ke- bijaksanaan dan sebagainya. Usaha mereka pun mendapat dukungan berbagai peluang dalam melancarkan tindakan subversi, antara lain, adanya bi- bit pertentangan yang multi di- mensional di dalam negeri, ada- nya kebiasaan korupsi dan mo- ney politics, dan sebagainya, ser- ta ditambah lagi dengan adanya kenyataan bahwa aparat intel- ijen dan TNI sedang terus dihu- jat, schingga tumpul sekali. Pertanyaan selanjutnya ada- lah: “Apakah Indonesia akan selalu menjadi sasaran interven- sidan subversi asing?” Jawaban- nya “ya”, karena beberapa hal: (a) secara geopolitik Indonesia “menduduki” Sea Lines of Com- munication (SLOC) atau alur pe- layaran vital antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, sehingga Indonesia harus pro Barat dan sekurang-kurangnya akomodatif terhadap kepenting- an Barat. Dari 7 (tujuh) selat strategis dunia, 4 (empat) bera- da dalam wilayah kedaulatan Indonesia. Sudah barang tentu, menurut pandangan geopolitik Alfred Thayer Mahan, Indonesia memiliki bargaining power yang kuat berupa choke-points dalam pengendalian lalu lintas laut yang melewati SLOC, (b) dalam suasana kecemasan pihak Barat 90 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 terhadap perkembangan Islam yang dahsyat, mereka melihat Indonesia merupakan negara yang moderat. Karena itu ada kepentingan menjaga Indonesia, agar tetap moderat dan bersa- habat. Untuk itu harus dilaku- kan berbagai bentuk subversi, (c) potensi Indonesia sebagai penju- ru ASEAN (atau memiliki power position di Asia Tenggara), den- gan luas wilayah setengah dari seluruh wilayah Asia Tenggara. “memegang” Indonesia berarti “memegang” ASEAN dan ini merupakan aset politik yang luar biasa dalam rangka memben- dung pengaruh Cina yang oleh pihak Barat dipersepsikan se- bagai ancaman masa depan. Karena itulah kita sekalian tidak boleh, dengan mengang- gap bahwa dalam pemilihan Presiden tidak akan ada interven- siluar. Indonesia terlalu “berhar- ga” untuk dibiarkan jatuh ke dalam lingkaran sphere of influ- ence yang tidak/kurang bersa- habat dengan Barat. Anasir Dalam Modernisasi di segala bidang ternyata telah memperlebar irisan pemilahan di tengah-te- ngah masyarakat; sesuatu yang selalu menjadi kekhawatiran dan obsesi para pendiri republik. Mulai dari pemilihan bahasa na- sional, yang bukan berasal dari bahasa daerah suku yang ma- yoritas dapat merupakan unsur integratif. Kita harus selalu ingat dan waspada bahwa bangsa kita bernegara adalah berkat kese- pakatan, karena itu tidaklah te- pat apabila demi demokratisasi semua kesepakatan diabaikan. Kerawanan yang melekat pa- da diri bangsa setiap saat dapat mengemuka menjadi unsur dis- integratif yang mematikan, an- tara lain adalah (a) ketimpangan pertumbuhan antara Indonesia bagian Barat dengan pertum- buhan bagian Timur, dan juga antara Jawa dengan luar Jawa. Sesungguhnya hal ini bukan merupakan kesengajaan peme- rintah (sejak zaman kolonial), akan tetapi dapat dipersepsikan secara keliru, bahwa ada unsur kesengajaan dari pihak Pusat untuk menelantarkan daerah- daerah yang kurang maju. Lebih buruk lagi, ketimpangan yang terjadi diinterpretasikan sebagai ketidakadilan pemerintah pusat. Bukankah hal ini pernah memicu berbagai jenis pemberontakan bersenjata di masa lalu? Apa yang terjadi sekarang ini di Aceh, Maluku dan Irian Jaya adalah merupakan pengulangan dari yang pernah belajar dari kesa- lahan masa lalunya. Padahal ka- lau dilihat secara jernih, faktor curah hujan yang lebih banyak, tanah yang lebih subur, tersedi- anya tenaga terampil yang cu- Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi... 1 kup mendorong Indonesia bagi- an Barat terutama pulau Jawa le- bih mudah berkembang. Sedangkan untuk masalah pemasaran, jumlah penduduk yang besar merupakan sesuatu hal yang mendorong kegiatan perekonomian yang lebih cepat dari pada di Timur, belum lagi sistem sirkulasi yang baik untuk ekspor. Akan tetapi memang harus diakui bahwa kenyataan- kenyataan semacam ini akan se- lalu terbenam di bawah tim- bunan kemarahan terhadap pe- merintah pusat, apalagi kalau dicampuri oleh kehadiran para provokator seperti di Ambon dan tempat-tempat lainnya. Rasa ten- tang adanya ketidakadilan (be- lum tentu seluruhnya benar) di tangan para petualang politik dapat memicu konflik SARA yang memang merupakan ke- rawanan sosial bangsa Indone- sia, (b) mencairnya perekat ke- satuan dan persatuan bangsa di bawah tekanan globalisasi dan modernisasi yang lebih menge- depankan hal-hal yang bersifat kasat mata. Kemajuan yang an- tara lain ditandai oleh GNP, in- come per capita, produktivitas dan sebagainya, tidak mudah untuk memompakan hal-hal yang sifat- nya mental ideologis. Terlebih lagi dengan tingkah laku para remaja yang sangat menggan- drungi budaya global, maka masa depan wawasan kebang- saan sebagai perekat sosial keli- hatannya tidak terlalu menggem- birakan; apalagi kalau dikaitkan dengan adanya kenyataan bah- wa lembaga pendidikan hanya menyuguhkan pengajaran saja. Keadaan semacam ini membuka peluang yang amat luas bagi ke- merosotan kedaulatan bangsa di dalam menghadapi tantangan mendatang yang antara lain ber- bentuk individualisme yang san- gat bertentangan dengan asas kekeluargaan. Ada sebagian gen- erasi muda yang merasa tertekan kaitannya dengan Pancasila, mengatakan bahwa ideologi bu- kan merupakan salah satu sya- rat bagi berdirinya satu negara, karena itu buat apa dipertahan- kan, apalagi dikeramatkan. Itu- lah kira-kira argumentasi dari generasi mendatang yang hidup dalam dunia tanpa batas, (c) pri- mordialisme sebagai strategi poli- tik dengan tujuan untuk mene- kan lawan atau pemaksaan ke- hendak, adalah pemanfaatan secara licik kerawanan bangsa yang amat mengkhawatirkan, oleh kelompok politik yang tidak yakin bahwa tujuan politiknya dapat tercapai, apa pun penye- babnya. Pada saat kampanye pemilu tiba atau pada saat men- jelang dan selama sidang umum MPR maka terjadilah tontonan yang berupa pemanfaatan ke- lompok-kelompok primordial se- bagai pressure group dengan ber- 92 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 bagai caranya. Di tingkat daerah terjadi hal yang sama pada saat pemilihan kepala daerah. Apa- bila kejadian semacam ini ber- langsung lama atau dalam frekuensi yang semakin mening- gi, maka irisan pemilahan sosial dapat berubah menjadi lebar yang menghalangi persatuan dan kesatuan bangsa dan NKRI. Dengan memahami ana- sir-anasir dalam dan luar negeri seperti diuraikan di atas, maka hal yang paling jelek bagi Indo- nesia adalah apabila anasir dalam, ditumpangi oleh anasir luar. Ada semacam kecurigaan bahwa hal itu bisa terjadi setiap saat apabila kondisi di dalam negeri diwamai oleh konflik poli- tic berkepanjangan, dan rule of law tidak berjalan. Memahami itu semua maka diperlukan satu strategi pembinaan masyarakat. Perkembangan Global, Re- gional, dan Nasional yang Berpengaruh Dalam rangka menata geo- politik Indonesia yang perlu di- dukung oleh Ketahanan Nasio- nal yang cukup tangguh, kita tidak dapat terlepas dari pe- ngaruh global, regional dan na- sional yang berpengaruh ter- hadap kehidupan nasional bang- sa Indonesia. Global Berakhirnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, ditandai dengan makin dominannya kepentingan eko- nomi dan perdagangan. Nega- ra-negara maju dan yang sudah mapan menguasai sebagian be- sar modal dan teknologi, sehing- ga mendapatkan nilai tambah yang besar dari kegiatan eks- ploitasi sumber daya alam dan perdagangan internasional. Negara-negara berkembang ter- masuk Indonesia yang pada umumnya hanya memiliki po- tensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan kualitas yang masih rendah, ha- nya memperoleh nilai tambah yang relatif kecil, ditambah kekalutan kondisi dalam negeri, berakibat masih sangat tergan- tung pada modal dan teknologi dari negara maju. Disamping itu berbagai tuntutan pelanggaran HAM, prinsip perdagangan be- bas, dan kelestarian lingkungan hidup, harus dipenuhi agar tidak dikenakan sanksi dan dunia in- ternasional. Regional Perkembangan regional sa- ngat dipengaruhi oleh kesepa- katan tentang perdagangan be- bas yaitu AFTA yang akan ber- laku pada tahun 2003, dan APEC pada tahun 2020. Bila In- donesia tidak siap dengan daya Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi... saing dan pengaturan perekono- mian nasional yang kondusif, maka Indonesia hanya berperan sebagai obyekdan pasar dan negara maju dan negara tetang- ga ASEAN. Dalam kondisi Indo- nesia yang sedang terpuruk, sol- idaritas ASEAN juga tekesan menurun. Nasional Kehidupan nasional sejak pertengahan tahun 1998 sampai_ saat ini dalam kondisi terpuruk dibidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan. Di tingkat pusat ter- jadi konflik antar elite politik dalam rangka perebutan kekua- saan yang cenderung menghalal- kan segala cara baik secara kons- titusional maupun inskonstitu- sional, sehingga kurang per- hatiannya terhadap konflik di daerah yang menuju ke disinte- grasi bangsa. Sedangkan di tingkat daerah dengan dimulai- nya pelaksanaan otonomi dae- rah, mulai marak KKN yang di- warnai primordialisme suku, agama, dan daerah, yang meng- akibatkan konflik horisontal dan. pengusiran péndatang. Peraturan pelaksanaan oto- nomi daerah pada saat ini se- dang terus diproses, namun para pejabat daerah otonom cende- rung kurang sabar. Bahkan ada yang telah mengambil langkah- langkah yang hanya mengun- 3 tungkan daerahnya sendiri, tan- pa mempertimbangkan kepen- tingan nasional dan dampaknya terhadap beban warga masya- rakat yang makin berat. Akibat terjadinya kesenjang- an sosial ekonomi yang sudah berlangsung cukup lama, maka warga masyarakat di daerah cenderung kembali ke primordi- alisme suku, etnis, agama, dan daerah. Berbagai konflik hori- sontal dan vertikal silih bergan- ti, tanpa dapat diatasi secara tun- tas oleh para penegak hukum dan aparat keamanan. Potensi dan Peluang Dalam kondisi krisis multidi- mensi dan keterpurukan kehi- dupan nasional, seperti yang te- lah diuraikan terdahulu, dan ber- bagai kendala dari perkembang- annya global, regional dan na- sional, perlu kita mengidentifika- si potensi dan peluang bagi pe- ningkatan Ketahanan Nasional dan penataan demokrasi. Dukungan Internasional Cukup banyak pemerintahan negara di dunia yang mendu- kung persatuan bangsa Indone- sia dan keutuhan wilayah NKRI (minus Timor Timur), termasuk Pemerintah AS di bawah pim- pinan Presiden Bush Jr. dan pe- merintah Australia, pemerintah PNG, dan negara-negara ASEAN. Dukungan tersebut per- 4 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 lu kita manfaatkan sebaik- baiknya dalam rangka meng- hancurkan gerakan separatis bersenjata. Komponen Bangsa yang Pan- casilais Bertolak dari Pancasila sebagai falsafah/pandangan hidup bangsa dasar negara, dan ideolo- ginasional, masih cukup banyak komponen Bangsa Indonesia yang Pancasilais baik di pusat maupun daerah, yang diharap- kan dapat menjadi pelopor un- tuk mengimplementasikan ni- lai-nilai Pancasila dalam kehi- dupan berbangsa dan bernega- ra. Geopolitik dan Geostrategi Geopolitik sebagai wawasan nasional dan geostrategi yang merupakan konsepsi ketahanan nasional dan sebagai konsep “survival” bangsa dan negara RI secara terus menerus dikaji ulang dan dimasyarakatkan melalui pendidikan di LEMHANNAS dan ceramah di berbagai forum diluar LEMHANNAS, diharap- kan akan meningkatkan pema- haman akan pentingnya per- satuan bangsa, keutuhan terito- rial, eksistensi bangsa dan NKRI. Masyarakat Indonesia yang Religius Masyarakat Indonesia yang pada umumnya religius merupa- kan peluang untuk menanam- kannilai-nilai agama yang benar dalam moral dan etika penye- lenggaraan kehidupan berma- syarakat, berbangsa, dan berne- gara. TNI dan Polri yang Tetap Utuh Walaupun telah mengalami hujatan, fitnah dan tarikan dari berbagai pihak, TNI dan Polri tetap utuh, TNI tetap memegang, teguh Sapta Marga dan Polri te- tap memegang teguh TRIBRA- TA, mempunyai komitmen yang tinggi terhadap persatuan bang- sa, keutuhan NKRI dan sukses- nya reformasi nasional. Wilayah Indonesia dengan Sumber Kekayaan Alamnya Wilayah Indonesia yang ter- diri dari 17.000 pulau lebih de- ngan laut teritorial dan yurisdiksi nasional yang sangat luas, serta dirgantara di atasnya mengan- dung potensi sumber kekayaan alam yang sangat besar. Di samping itu wilayah Indonesia juga memiliki posisi yang strate- gis. Potensi dan posisi ini bila dapat diamankan, dikelola dan dimanfaatkan dengan baik akan mampu mendukung bangsa In- donesia keluar dari krisis eko- nomi dan melanjutkan pemba- ngunan nasional. Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi... 95 Supremasi Hukum Supremasi hukum yang telah disepakati menjadi sasaran refor- masi nasional, merupakan pelu- ang yang perlu dimanfaatkan dalam mengatasi disintegrasi nasional dan penataan demokra- si Indonesia agar tidak menjurus ke anarkhi atau otoriter. Langkah-langkah Strategis Mengingat pada saat ini se- dang dimulai pelaksanaan oto- nomi daerah diperlukan lang- kah-langkah strategis di tingkat nasional dan daerah otonom, ser- ta partisipasi masyarakat sesuai dengan kerangka acuan sebagai berikut. Tingkat Nasional a. Memperkokoh persatuan bangsa dalam wadah NKRI, de- ngan cara: (1) meningkatkan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (2) meningkatkan pe- mahaman geopolitik dengan mengutamakan persatuan bang- sa, keutuhan wilayah, dan ke- pentingan nasional, serta meng- akhiri konflik antarpemimpin bangsa/elite politik, (3) memacu pembangunan nasional yang mampu mengurangi kesenjang- an sosial dan ketidakadilan, (4) menyelenggarakan pendidikan nasional yang mampu me- ningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan kesada- ran kebangsaan Indonesia, (5) penghormatan dan pember- dayaan nilai-nilai agama, bu- daya dan adat istiadat yang be- raneka ragam untuk meningkat- kan moral dan etika masyarakat. b. Memperkokoh kembali geostrategi, dengan cara: (1) mewujudkan stabilitas keaman- an berdasarkan supremasi hu- kum dan penghormatan ter- hadap HAM, (2) mewaspadai oknum-oknum subversif dari dalam dan luar negeri, (3) mem- berikan alokasi anggaran yang memadai bagi TNI dan Polri un- tuk meningkatkan profesionalis- me dan kesejahteraan anggota- nya, (4) pembangunan nasional yang berbasis pada sumber daya nasional dengan memeprhati- kankelestarian lingkungan hi- dup. c. Penataan demokrasi Indo- nesia dengan cara: (1) penataan hubungan antara lembaga ter- tinggi dan lembaga tinggi nega- ra secara sinergik dalam keber- samaan dalam rangka menuju ke tujuan nasional, (2) menyiap- kan perangkat hukum untuk mencegah timbulnya anarki dan otoriter, namun tetap memberi- kan peluang bagi pengawasan masyarakat, (3) pengaturan oto- nomi daerah yang tetap meng- acu kepada Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. 96 Jurnal Ketahanan Nasional, VI (2), Agustus 2001 Tingkat Daerah dan Otonomi Dace a. Pemerintah Daerah Oto- nomi yang sedang berupaya keras untuk mewujudkan “good governance”, dengan cara: (1) mengikis KKN yang mulai ma- rak, (2) meningkatkan pelayan- an masyarakat (public service), (3) melaksanakan pembangunan daerah untuk mengurangi kesen- jangan sosial dan ketidakadilan. b. Masyarakat Daerah Oto- nom yang rukun dan bersatu, dengan cara: (1) saling menghor- mati budaya, dan adat istiadat suku dan etnis yang ada di daer- ah, (2) peningkatan pemahaman tentang tanah air nusantara se- bagai ruang hidup seluruh bang- sa Indonesia yang beraneka ra- gam, (3) pemerintahaan provin- si dalam melaksanakan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang lebih besar, dibanding de- ngan pemerintahaan kabupaten dan kota. Khusus Anak Bangsa Partisipasi anak bangsa dalam rangka menciptakan persatuan bangsa, Ketahanan Nasional dan otonomi daerah, dengan cara membantu meningkatkan: (a) kesadaran-kesemangatan ke- bangsaan Indonesia dalam wadah NKRI, (b) kesadaran bela negara, antara lain dengan me- waspadai oknum subversi dan provokator serta pelaku kriminal, (©) disiplin nasional dan ketaatan hukum, (d) pengawasan sosial terhadap kinerja pemerintahan dan pembangunan nasional/ daerah, (e) keamanan lingkung- an pemukiman dan pekerjaan. Penutup Geopolitik Indonesia adalah Wawasan Nusantara yang me- nentukan prasyarat untuk men- capai data-data dan tujuan na- sional yang tertuang dalam Pem- bukaan UUD 1945. Embrio geo- politik Indonesia secara arif telah diikrarkan oleh pendahulu bang- sa dalam Soempah Pemoeda. Sedang geostrategi Indonesia adalah Ketahanan Nasional yang berisi kualitas keuletan dan ketangguhan bangsa, merupa- kan metoda umum dalam penye- lenggaraan kehidupan nasional dan pembangunan nasional un- tuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan bangsa Indone- sia. Oleh karena itu menjadi ke- wajiban dari segenap anak bangsa Indonesia terutama para penyelenggara negara untuk me- mahami geopolitikdan geostrate- gi Indonesia, serta mampu me- ngembangkan dan mengaktua- lisasikan dalam penyelengga- raan kehidupan nasional dan pembangunan nasional. Dari uraian di atas dapat di- simpulkan, bahwa meskipun Ermaya Suradinata, Geopolitik dan Geostrategi... 97 kondisi Ketahanan Indonesia saat ini sedang terpuruk, wajah demokrasi Indonesia diwarnai dengan anarkhi yang menuju disintegrasi’ bangsa, namun masih terdapat potensi dan pe- luang bagi bangsa Indonesia un- tuk memperkokoh kembali Ke- tahanan Nasional, keluar dari krisis, dan menata geopolitik dan geostrategi Indonesia. Dalam hal ini sangat tergantung pada kesa- daran berbangsa yang merupa- kan jatidiri bangsa Indonesia dan semangat kebersamaan para pemimpin bangsa, elite politik, para elemen bangsa baik di pu- sat maupun di daerah, disertai keyakinan bahwa Allah swt. beserta kita. Daftar Pustaka 1. UUD 1945 2. Huntington, Samuel A., Ben- turan antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, Qalam, Jakarta, 2000. 3. Suradinata, Ermaya, Pe- ngembangan Wilayah dan 10. Konsepsi Ketahanan Nasional, Ramadan, Bandung, 1996. LEMHANNAS, Wawasan Nusantara, Naskah Akade- mis LEMHANNAS, Jakarta. LEMHANNAS, Teori Dasar Geopolitik dan Geosrategi, Naskah Akademis LEM- HANNAS, Jakarta. Soekarno, Presiden RI, Per- tahanan Nasional Dapat Ber- hasil Maksimal Jika Berdasar- kan Geopolitik, Sari Amanat pada Peresmian Lemhannas dilstana Negara, Jakarta, 20 Mei 1965. Brzezinski, ZK, The Grand Chessboard, American Prima- cy and its Geostrategic Impe- ratives, Basic Book, Harper Collins Publishers, Inc. 1997. Sugardo, Edi, Teori Dasar Geo Politik Dan Geostrategi, Lemhannas, Jakarta, 2001. Sunardi, R.M., Ketahanan Nasional Indonesia, Lemhan- nas, Jakarta, 2001. Suryosumarto, H. Budisan- toso, Ketahanan Nasional In- donesia, penangkal Disintegra- si Bangsa dan Negara, Pusta- ka Sinar Harapan, Jakarta.

You might also like