You are on page 1of 7
Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis (10 Soal) Soal 1. Seorang perawat dinas shift malam di IGD Rumah Sakit. Pada saat bersamaan masuk 5 orang pasien. Pasien A mengeluh sakit kepala hebat, Pasien B dengan luke tusuk abdomen, pasien C dengan frekuensi napas 40x/menit, pasien D dengan serangan jantung dan pasien E dengan fraktur pelvis, Pasion manakah yang menjadi prioritas pertama? a. Pasien A b. Pasien B ©. Pasien C .Pasien D ©. Pasion E Jawaban : D. Pasien D. Dari kasus didapatkan data terdapat pasien: Pasien A: sakit Kopala hebat, tidak bermasalah di ABCD dan berada pada triase hijau). Pasien B: luka tusuk abdomen (Bermasalah pada sirkulasi (C) dan eksposure (E) berada pada triase kuning). Pasien C: Frekuensi napas 40x/menit (Bermasalah Pada breathing (6) berada pads triase kuning). Pasien D: Serangan jantung (bermasalah pada circulation (C) namun pada pasien jantung, penatalaksanaan dimulai dengan circulation sehingga berada pada triase merah)... Pasion E: fraktur pelvis (fraktur pelvis memungkinkan untuk terjadinya perdarahan hebat karena adanya arteri besar sehingga bermasalah di circulation (C) dan Eksposure (E), berada pada triase kuning). Penentuan triase di rumah sakit adalah: Prioritas utama diberikan kepada pasien yang mengalami kondisi yang sangat mengancam nyawa 1, Tiase merah/red (hight priority). Pasien mengalami kondisi kritis sehingga memeriukan penanganan segera untuk usaha penyelamatan, 2. Triase kuning/yellow (intermediate priority): Kondisi pasien tidak kritis namun bila tidak segera diberikan pertolongan makan keadaan pasien akan memburuk, 3. Triase hijau/green (Low priority): Penangangan pada pasien dapat ditunda. Pasien tidak mengalami cidera yang serius sehingga dapat menunggu penanganan tanpa Menambah tingkat keparahan, 4. Triase hitanvbiack (lowest priority): Pasion yang sudah tidak dapat bertahan lagi dengan keadaan fatal atau sudah meninggal Soal 2. Seorang perempuan (22 tahun) dibawa ke IGD pasea kecelakaan bermotor. Hasil pengkajian: nadi teraba lemah, frekuensi nadi 120ximenit, akral teraba dingin, suhu 36,4 , sianosis di ujung jari dan bibir. Klien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 12 dan tampak fraktur femur yang telah dibidai. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat? a. Kontrol perdaranan dengan balut tekan b. Benkan cairan kristaloid dengan suhu hangat, 2 jalur intravena, guyur ¢. Selimuti Klien menggunakan selimut tebal 4. Berikan oksigen menggunakan sungkup 10L/menit e. Ambil darah untuk pemeriksaan crossmatch Jawaban : B. Berikan calran kristalold dengan suhu hangat, 2 Jalur intravena, ‘guyur). Pembahasan: Dari kasus diatas, didapatkan data klien mengalami kecelakaan bermotor, nadi teraba lemah dan cepat dengan frekuensi 120x/menit (normal) akral teraba dingin, suhu tubuh 36,4 (normal), frekuensi nafas 28x. menit (normal). Terdapat sianosis di ujung jari dan bibir, penurunen kesadaran dengan GCS 12 dan adanya fraktur femur yang sudah dibidai. Dari data diatas banyak data yang mengarah pada ciri-ciri terjadinya syok hipovolemik (denyut nadi teraba lemah dan cepat, akral dingin, hypothermia, takipnea, sianosis pada mulut dan porifer serta adanya fraktur pada femur). Fraktur pada femur adalah salah satu fraktur yang harus diwaspai karena pada femur terdapat arteri femoralis yang cukup besar ‘sehingga bila terjadi fraktur di daerah tersebut berkemungkinan menyebabkan perdaranan masif. Tindakan keperawatan yang tepat untuk kasus diatas adalah melakukan penagantian cairan dengan memberikan kristaloid dengan suhu hangat dengan suhu berkisar antara 39 C (102,2 F) sebelum digunakan. Hal ini untuk mencegah hipotermia yang dapat memperburuk prognosis pendorita dan cairan kristaloid dapat memperbaiki preload dan cardiac output pada pasien syok dengan cepat Soal 3. Seorang perempuan (23 tahun) ditemukan tim ambulance dengan luka bakar diseluruh tubuh. Hasil pengkejian : tampak sputum karbonat, rambut hidung gosong, frekuensi napas 32x/menit dan terdengar bunyi stridor serte GCS 10. Apakah tindakan yang topat dilakukan pada pasion? a. Memberikan terapi oksigen dengan face mask 12Limenit b. Meninggikan kepala pasien untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan intracranial ¢. Melakukan intubasi endoktrakeal d. Melakukan suction @. Membebasken jalan napas dengan teknik jaw thrust Jawaban: C. (Melakukan intubasi endotrakeal) Pembahasan: Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami luka bakar inhalasi. Luka bakar inhalasi adalah Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan pangs atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasion luka bakar (WHO, 2008). Pada kasus, pasien mengalami luka bakar inhelasi yang citandai dengan luka baker di seluruh tubuh (dalam artian termasuk wajah), adanya sputum karbonat, rambut hidung gosong, takikardi (32x/menit), adanya bunyi stridor dan perubahan status mental (GCS 8) Bunyi stridor pada kasus menandakan adanya oedema pharyngeal yang dapat menyumbat jalan napas dalam artian pasien mengalami masalah pada airway. Untuk mengatasi masalah ainway pada kasus diatas khususnya yang disebabkan oleh luka bakar inhalasi adalah melakukan intubasi endotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah salah satu bentuk tindakan airway definitive degan memasukken pipa ke dalam trakea melalui mulut (orotracheal) intubation) atau melalui hidung (nasotrakeal intubation) dengan tujuan membuka jalan napas akibat sumbatan anatomis (dalam kasus ini oedema pharyngeal) Soal 4. Seorang laki-laki (27 tahun) dilarikan ke IGD puskesmas setelah jatuh dari tanoga Hasil pengkajian: tampak luka memar di kening, GCS 7 dan terdengar bunyi snoring. Saat porawat akan memasang OPA, ternyata pasion masih momiliki gag rofloks. Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat? @ Membuka jalan napas pasien menggunakan Nasopharingeal Airway (NPA) C b. Membuka jalan napas pasien dengan teknik head tit dan chin lift b. Tetap melanjutkan pemasangan Cropharingeal Airway (OPA) 4d. Melakukan intubasi endotrakeal © Melakukan Heimlich Manuver vawaban : C. Membuka jalan napas pasien menggunakan Nasopharingeal Airway (NPA). Pembahsan: Pada kasus dapat disimpulkan pasien mengalami masalah pada jalan napas (airway) yang ditandai dengan bunyi snoring. Bunyi snoring muncul disaat adanya sumbaten jalan napas berupa lidah pasien yang jatuh akibat penurunan kesadaran. Pengatasan sumbatan jalan napas berupa lidah yang jatuh dengan gag refieks positif adalah dengan menggunakan NPA (Nasopharingeal Airway). Pomasangan NPA (Nasopharingeal Airway) dilakukan dengan cara menyisipkan alat pada salah satu lubang hicung sampai ke orofaring posterior pada pasien yang masih memiliki gag refleks Karena lebih kecil kemungkinan menimbulkan rangsangan muntah. Soal 5. Seorang laki-laki (28 tahun) dilarikan ke IGD Rumah Sakit pasca kecelakaan bermotor. Hasil pengkajian: tidak ada sumbatan jalan napas, neck collar telah terpasang dan frekuensi napas 40x/menit. Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan perawat? Mengevaluasi jalan napas Mengevaluasi penyebab kemungkinan terjadinya masalah pemapasan Mengevaluasi tanda-tanda vital Melakukan imobilisasi leher Memasang combitude Javaben - B. (Mengevaluasi penyebab kemungkinan terjadinya masalah pernapasan). Pombahasan: Pasion mengalami kecolakaan bermotor, tidak ada tampak sumbatan jalan napas, neck collar sudah terpasang dan frekuensi napa 40x/menit Dari kasus didapatkan data bahwa jalan napas (airway) pasien sudah paocge paten, namun pasien masih bermasalah pada pemapasan (breathing) dengan takipnea (frekuensi napas 40x/menit). Tindakan selanjutnya adalah mengevaluasi penyebab kemungkinan terjadinya masalah pernapasan untuk menentukan tindakan selanjutnya Soal 6. Seorang perempuan dilankan ke |GD pasca kecelakaan bermotor. Hasil pengkajian: tampak adanya jajas ci area abdomen, GCS 12, wajah pucat, akral dingin dengan CRT 4 detik, frekuensi nadi 120x/menit dan tekanan darah 110/80 mmHg Apakah tindakan yang tepat dilakukan oleh perawat? a. Berkolaborasi dalam permberian cairan kristaloid hangat, quyur b. Berkolaborasi dalam pemberian produk darah c. Meninggikan kepala pasien 10-30 derajat untuk mencegah peningkaten tekanan intracranial d. Mengeluarkan cairan berupa darah dari rongge abdomen untuk meminimalkan komplikasi ©. Borkolaborasi dalam pemberian cairan krystaloid hangat, 8 totes/monit vJawaban: A. Berkolaborasi dalam permberian cairan kristaloid hangat, guyur). Pembahasan: Pada kasus didapatkan data bahwa pasien perdarahan kelas Il dengan data adanya jejas pada abdomen, (jejas pada abdomen merupakan salah satu indikasi kecurigaan terjadinya perdarahan intraabdomen karena di abdomen terdapat artori besar yang apabila ruptur akibat trauma akan menyebabkan perderanan hebat), denyut nadi diatas >100x/menit (120x/mentt) , tekanan darah masih dalam rentang normal (110/80 mmHg). Penggantian cairan (Hukum 3:1): Kristaloiddan darah. Pada kasus perdarahan kelas Il, tindakan yang tepat dilakukan adalah dengan pemberian cairan kristaloid hangat 2 line dengan cara diguyur/tetesan cepat. Soal 7. Scorang perempuan (23 tahun) tiba-tiba mengalami sesak napas saat dilakukan transfusi darah. Frekuensi nadi 40x/menit dan terdengar bunyi stridor Apakah tindakan mandiri yang tepat dilakukan perawat untuk mengatasi masalah diatas? @. Momberikan oksigen 10L/menit b. Melakukan intubasi untuk membebaskan jalan napas . Melakukan chin lift untuk membuka jalan napas d. Menghentikan pemberian transtusi darah ©. Memberikan adrenalin 0,5 - 1mg ed Jawaban ° D. Menghentikan pemberian transfusi darah. Dan data diketahui pasien mengalami syok anafilaktik. Syok anafilaktik adalah respon imunologi yang berlebinan terhadap suatu behan dimana seorang individu pemah tersensitasi olen bahan tersebut. Saat pasien kontak dengan bahan tersebut, histamin, serotonin, tryptase dan bahan vasoaktif lainnya dilopaskan dari basofil dan sel mast dengan tanda dan gejala Soal 8. Seorang laki-laki (28 tahun) cilarikan ke IGD puskesmas pasca jatuh saat ‘melakukan olahraga arung jeram. Hasil pengkajian: GCS 8, terdengar suara gurgling frekuensi napas 36x/menit, frekuensi nai 120x/merit, bibir dan ujung kuku sianosis dan adanya krepitasi pada daerah pelvis. Apakah tindakan koperawatan prioritas yang tepat dilakukan? a. Membebaskan jalan napas dengan tindakan suction b. Memberikan terapi oksigen 12-15 Limenit menggunakan non rebreathing mask ¢ Memberikan terapi cairan kristaloid hangat dengan 2 line 4. Molakukan pembidaian pada daerah pelvis @, Meninggikan kepala 10-30 derajat untuk mencegah peningkatan intracranial Jawaban - A. Membebaskan jalan napas dengan tindakan suction). Pombahasan: Dari kasus didapatkan bahwa pasion mengalami masalah. pada airway (Adanya bunyi gurgling), breathing (Takikardi dengan frekuensi napas 36x/menit), Circulation (Peningkatan denyut nadi- 120x/menit, bibir dan kuku sianosis), Disability (GCS 8) dan pada Exposure (krepitasi pada daerah pelvis yang menandakan fraktur pelvis). Dalam prinsip penanganan pasien trauma, maka dipakai prinsip resusitasi ABCDE yang terlebih dahulu dimulai dari airway. Maka bordasarkan prinsip ABCDE, masalah pada alrway harus disolasaikan toriobin dahulu (proritas) karen paling mengancam nyawa yaitu dengan membebaskan jalan napas dengan cara sution. Suction dilakukan pada pasien dengan sumbatan jalan napas berupa cairan yang ditandai bunyi gurgling Soal 9. Seorang laki-laki (35 tahun) dilarikan ke IGD Rumah Sakit dengan kulit melepuh, akibat bahan kimia. Hasil pengkajian: bahan kimia tampak berupa serbuk, tampak luka bakar di wajah dan lengan kanan. Perawat membuka semua pakalan pasien untuk meminimalisir Kontak. Apakah tindakan berikutnya yang tepat dilakukan olen perawat? a. Menyiram bahan kimia dari tubuh pasion dengan air mengalir b. Menyikat bahan kimia sebelum melakukan irigasi ¢ Memasang infus dua line untuk resusitasi cairan d. Membersihkan Iuka bakar pasien dengan normal saline . Menutup luka pasien dengan kasa basah untuk menjaga kelembapan Jawaban . B. Menyikat bahan kimia sebelum melakukan irigasi). Pembahasan: Diketahui kulit pasion melepuh akibat bahan kimia, bahan kimia berbentuk serbuk, luka baker terdapat di wajah dan lengan kanan, perawat sudah membuka semua pakaian pasien. Penatalaksanaan pada pasien dengan trauma kimia adalah sebagai berikut: 1. Gunakan alat pelindung diri, 2. Lepaskan semua pakaian pasien untuk meminimalisir kontak, 3. Siram bahan kimia dari tubuh pasien dengan air mogalir, 4. Jika bahan kimia berupa serbuk, harus cibersinkan dengan cara disikat terebin dahulu sebelum dilakukan irigasi, 5. Lepaskan seluruh benda yang ada di tubuh pasien dengan memeriksa seluruh bagian tubuh pasien. Soal 10. Seorang perempuan (52 th) dirawat di CVCU dengan CHF. Setelah maken siang pasien mengeluh nyeri dada kiri dan tak lama kemudian mengalami penurunan kesadaran Tampak adanya gambaran ventrikel fibrilasi pada monitor jantung dan tidak adanya napas dan donyut nad. Apakah tindakan yang tepat dilakukan aleh perawat? a Melakukan CPR 30-2 b. Mengaktifkan code blue dan lakukan kompresi dada ¢. Memberikan ventilasi menggunakan bag valve mask 4. Borkolaborasi dengan dokter dalam pemberian ephineprine setiap 5 menit ©, Momberikan kejut listrik Jaweban - B. Mengaktifkan code blue dan lakukan kompresi dada. Pembanasan: Pada pasien dengan VF tanpa naci, terdapat tatalaksana sebagai berikut: 1. Cek kesadaran pasien, 2. Bila tidak ada respon aktifkan code blue dan langsung lakukan CPR, 3. Ketika tim code blue datang beserta peralatan, pasang sadapan segera pada penderita tanpa menghentikan CPR, 4. Setelah terpasang, hentikan CPR (tidak lebih dari 10 detik) dan evaluasi gambaran EKG, 5. Bila terlihan Ventrikel Takikardi/ ventrikel vibrilasi, lakukan kejut listrik dengan ‘energy 360 J untuk listrik mono fasik dan 200 J untuk bifasik, 6. Lakukan CPR selama 5 siklus dan setelah itu evaluasi kembali EKG, pasang akses intravenal, 7 Kembali evaluasi monitor apakah diperlukan shock atau tidak (gambaran VT/VF), 8. Bila iya kembali berikan kejut listrik, 9 Berikan CPR 5 siklus dan bila jalur IV/O. tolah terpasang berikan epinephrine 1 mg IV/lO yang dapat diulang sotiap 3-5 menit, 10. Perimbangkan intubasi dan capnografi, 11. Obatan lain yang dapat diberikan adalah vassopresin dengan dosis 30 UIV/IO yang diberikan 1 kali sampai CPR selesai, 12. Setelah CPR 5 siklus evaluasi kembali gambaran EKG, 13 Bila masih VTIVF kembali berikan kejut listrik, dialnjutkan CPR dan pemberian amiodarone 300 mg IV/IO, 14. Setelah CPR 5 sikius evaluasi kembali gambaran EKG, berikan amiodarone 150 mg IV/IO. Pada kasus, perawat menemukan pasien dengan gambaran VF dan menemukan adanya penurunan kesadaran sehingga yang selanjutnya harus dilakukan adalah mengaktifkan code blue dan melakukan kompresi dada sampai tim code blue datang

You might also like