You are on page 1of 99
A/ see 3.800 00%? ANALISIS JENDER DALAM KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN (Kasus Balai Informasi dan Penyulahan Pertanian Kabupaten Daerah Tingkat If Karawang, Propinsi Jawa Barat) Oleh MARYUNANI A 09495041 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 “ Janganiah kamu irihati terhadap pemberian Allah kepada sebahagian lebik banyak dari yang lain. Laki-taki berate bagian dari usakanya, dan orang-orang perempuan beroteh baglan pula dari usahanya ; Mintalah kepada Allah kurniaNya; sesungeuknya Allah ite menyaksikan segala sesuatie “ (An nisaa’ : 32) “ Kapersembahkan karya kecttkae ini ‘kepada Papa dan Mama terenta, yang getar bibirnya adalah doa senyum dan tangisnya adalak harapan, langkak kaki dan. ayunannya adalak juang, bagi anak- anak yong dikasthinya. Juga buat a’iyus, Dina, De'Vira, Melly, Deddy, Kiki, A’Yudi dan Mas Suryo yang Insya Allah akan mendampingi hidupka.” (idaryunani ) RINGKASAN MARYUNANIL. Analisis Jender Dalam Kelembagaan Penyuluhan Pertanian. Kasus Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Daerah Tingkat 1 Karawang, Propinsi Jawa Barat. (Dibawah bimbingan SITI SUGIAH MUGNIESYAH). Kehadiran SKB Mendagri-Mentan No, 54 Tahun 1996 dan No. 301/Kpts/L.P, 120/4/96 merupakan suatu perubahan besar terhadap kelembagaan penyuluhan pertanian, Dengan adanya kelembagsan baru penyuluhan pertanian maka perlu ditelaah kinerja BIPP termasuk di dalamnya BPP dengan menggunakan analisis, jender, Masalah jender dalam kelembagaan penyuluhan menjadi penting mengingat pembangunan pertanian paradigma lama yang bias jender kurang menghasilkan pertanian yang berkelanjutan, Sehubungan itu akan dilihat bagaimana pembagian kerja (kualitatif), curahan waktu (kuantitatif) serta beban kerja dalam kegiatan produktif ? Sejauh mana akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kegiatan produktif'? Bagaimana sumberdaya pribadi dan keluarga mempengaruhi profil aktifitas, akses dan kontrol penyuluh pria dan wanita dalam kegiatan produktif ? Penelitian ini bertujuan untuk © (1) mempelajari profil BIPP, (2) mekanisme kerja BIPP dengan dinas instansi daerah tingkat II lingkup pertanian. (3) profil aktivitas, khususnya pembagian kerja dan curshan waktu serta beban kerja antara penyulub pertanian pria dan wanita dalam kegiatan produktif di BPP dan BIPP, (4) akses dan kontrol penyuluh pertanian pria dan wanita dalam kegiatan produktif. (5) hubungan sumber daya pribadi dan keluerga terhadap profil aktivitas, akses dan kontrol penyuluh pertanian pria dan wanita Unit analisis yang dipakei adalah individu dan lembaga. Responden terditi alas penyuluh pertanian pria dan wanita, di BIPP 15 responden dan di BPP 25 responden, Data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan dengan menggunakan metode survey. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dinas lingkup pertanian, PEMDA Karawang, BAPEDAL, BIPP dan BPP. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif’ dan diperkuat dengan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam BIPP sebagai kelembagaan baru mempunyai 15 fungsi yang terbagi dalam Jima urusan pelayanan, Namun mengingat umur BIPP baru memasuki tahun kedua diketahui dari semua fungsi belum semua terealisir, hanya sebagian saja yang terrealisasi yaitu. penyusunan program, bimbingan penyusunan dan rencana kerja penyuluh, penyelenggaraan latihan (Kursus) dan pelaksanaan urusan tata usaha, Hubungan dan mekanisme kerja BIPP dengan Dinas Sub Sektor bersifat koordinatif, namun ketiadaan kebijakan yang mengatur hubungan dan pembagian kerja antara dinas sub sektor dengan BIPP menyebabkan tugas penyuluh pertanian tumpang tindih, ditambah sikap dinas yang belum mampu melepaskan penyuluh pertanian kepada BIPP menyebabkan dualisme kepemimpinan, Adanya dualisme kepemimpinan ini menyebabkan kinerja penyuluh pertanian kurang efektif sehingga disarankan agar dualisme kepemimpinan yang terjadi antara BIPP dengan dines perlu segera dibenahi untuk menghindari ketidak jelasan status penyuluh pertanian dengan cara menyatwkan kontrol terhadap penyuluh pertanian dengan cara semua urusan yang menyangkut kepegawaian penyuluh pertanian dilimpahkan kepada BIPP. Selain sarana dan prasarana yang kurang memadai, sumberdaya pribadi juga menentukan kualitas kerja penyuluh pertanian, Tingkat pendidikan penyuluh wanita yang lebih rendah dibandingkan pria menyebabkan wanita kurang mampu melaksqnakan kegiatan teknis yang selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dibidang pertanian, Namun motivasi wanita yang bersifat pengabdian bagi negara memacu untuk bekerja dengan sebaik mungkin, berbeda dengan pria yang bermotivasi pribadi lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan keluarga dibandingkan pengabdian terhadap pekerjaannya Selain motivasi yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian, sumberdaya keluarga juga sangat mendukung. Hal tersebut terlihat dari dukungan kepemilikan lahan dan temnak terhadap pekerjaan pria yang bersifat teknis, sedangkan wanita lebih akses terhadap pemilikan benda berharga yang berkaitan dengan penggunaan teknologi modern sebagai alat bantu melaksanakan kegiatan reproduktif sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam melaksanakan tugas pokoknya. Pembagian kerja dan curahan waktu penyuluh pertanian pria dan wanita dalam melaksanakan tugas dan pokok sebagai penyuluh pertanian berbeda, Penyuluh pria lebih memilih pekerjaaan yang bersifat teknis sedangkan wanita lebih bersifat administrasi. Dalam mengumpulkan angka kredit, penyulub pria tidak memerlukan curahan waktu yang tinggi mengingat angka kredit untuk kegiatan yang bersifat teknis jauh lebih besar dibandingkan kegiatan administrasi. Akses penyuluh pria dalam kegiatan produktif di BIPP maupun BPP rendah mengingat sebagian besar waktu yang seharusnya digunakan melaksanakan kegiatan di wilayab tugasnya dicurahkan untuk pekerjaan sampingan. Sedangkan akses wanita tethadap bidang tugasnya tinggi mengingat pekerjaan wanita yang bersifat administrasi-mengharusken ia untuk akses pada setiap kegiatan yang memerlukan evaluasi atau laporan akhir Kontrol penyuluh pertanian pria rendah mengingat aksesnyapun rendah, sedangkan kontrol penyuluh wanita yang seharusnya tinggi mengingat aksesnya tinggi tidak terjadi. Hal ini disebabkan kontrol atau pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan diserahkan kepada penyuluh pertanian yang berpendidikan tinggi dan mempunyai keahlian dibidangnya. Stereotipi yang menyatakan pria lebih baik ditempatkan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan teknis sedangkan penyuluh wanita lebih baik ditempatkan dalam kegiatan administrasi menyebabkan terjadi kecenderungan tertentu dalam pembagian kerja dan penentuan petuges. Bias jender yang terjadi tampak dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penyuluh baik di BIPP maupun BPP Bias jender masih mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian menyebabkan adanya ketimpangand alam curahan waktu, akses dan kontrol dalam kegiatan produktif, sehingga perlu penyadaran jender dalam kelebagaan penyuluhan. Untuk meningkatkan kedudukan dan peran wanita dalam kelembagaan diperlukan kebijakan yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan jender. ANALISIS JENDER DALAM KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN ( Kasus Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : MARYUNANI A 09495041 SKRIPSL Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Untuk Memperolch G SARJANA PERTANIAN Pada JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000 JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini kami menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh ‘Nama ‘Maryunani NRP A09495041 Program Studi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Judul ANALISIS JENDER DALAM KELEMBAGAAN PENYULUHAN — PERTANIAN (Kasus_ Balai Informasi dan Penyuluban Pertanian Kabupaten Daerah Tingkat If Karawang, Propinsi Jawa Barat) Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Siti Sugiah Mugniesyah, NIP, 130779 504 Mengetahui, [mu Sosial Ekonomi Pertanian Tanggal Kelulusan : 29 Februari 2000 PERNYATAAN ‘Dengan ini saya menyatalan bahwa skripsi ini adaleh bener-bener hasil kerja. sondiri dan bolum pernah diajukan sebagai ckripsi di perguruan tinggi lain dan Jembaga manapun. Bogor, 29 Februsri 2000 MARYUNANI KATA PENGANTAR Poji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaiken. Adapun skripsi yang berjudul “Analisis Jender Dalam Kelembagaan Penyuluhan Pertanian (Kasus Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Daerah tingkat If Karawang Propinsi Jawa Barat)” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian, pada Program Studi Penyuluban dan Komunikesi Pertanian, Jurusan Umu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada : 1. Ibu Ir. Siti Sugish M. Mugniesyah, MS selaku dosen pembimbing yang telah momberikan saran, bimbingan serta bantuannya baik materiil maupun moril. 2. Dengan tulus penulis mengucepkan terima kasih kepada Bapak Ir. Dwi Sadono, ‘MSi selaku Dosen Penguji Utama dan Ibu Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku Dosen Penguji Komisi Pendidikan jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. 3. Bapak Ir, Sodikun, MS seleku kepala BIPP serta Bapak dan Ibu Penyuluh Pertanian baik di BIPP maupun di BPP yang tidak dapat disebut orang-perorang, alas segala bantuan dan kerjasamanya solama menjadi responden. 4, Seluruh Staf Pusat Studi Wanita (PSW) IPB dibawah pimpinan Ir. Siti Sugiah M. ‘Mugnisyah, MS atas kesabaran dan bantuannya, 5. Keluarga Bapak H. Ir. Machfuud, MS, Kak Pipit dan De’Alvi, terima kasih atas segalanya, 6, Keluarga Bapak M. Yusuf, Papa, Mama, A’Iyus, Dina, De’Alvira, Melly, Dedi, Kiki, A’Yudi dan Mas Suryo Rahmadhani atas bantuan doa, moril dan materi. 7. Teman-teman PKP khususnya Pitsi, Upi, Wardah, Heryab, Mba’ Gina, Mas Tata, Budi, dan Daniel, atas kerjasamanya. 8, Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tak mungkin disebutkan satu persatu, sekali lagi terima kasih. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, karena itu tulisen ini ferbuka untuk kritik yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan serta harapan enulis hasil penelitian ini dapat bermanfuat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, 29 Februari 2000 MARYUNANI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .. DAFTAR TABEL DAETAR GAMBAR_ BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1.2.Permasalahan 1.3.Tyjuan Penelitian 1.4.Kegunaan Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1-Penyuluhan Pertanian 2.2.Program Penyelenggaraan Penyuluban Pertanian 2.3. Programa Penyuluhan Pertanian 2.4,Rencana Kerja Penyuluh Pertanian 2.5.Kelembagaan Penyuluhan 2.6 Penyuluh Pertanian.. 2.7. Motivesi 2.8.Status dan Peranan BAB Il METODOLOGIPENELITIAN 3.1, Pendekatan Teoritis 3.2.Definisi Operasional 3.3.Pendekatan di Lapangan BAB IV. PROFIL KELEMBAGAAN PERYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN KARAWANG 4.1 Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian 4.2.Balai Penyaluhan Pertanian BAB V. PROFIL PENYULUH PERTANIAN 5.1. Sumberdaya Pribadi $.2.Sumberdaya Keluarga/Rumeh Tangga 5.3.Sumberdaya Lingkungan BAB VL KINERJA PENYULUHAN PERTANIAN 6.1. Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Satu Bulan 6.2.Akses dan Kontrol Terhadsp Beragam Sumberdaya BAB VIL VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN 7.1. Hubungan Antara SumberdayaPribad dengan Curahan Waktu dalam Kegistan Produldif 65 7.2-Hubungan Antara Sunberdaya Keluarga dengan Co Curahan Waktu dalam Kegiatan Produktif ” 7.3.Hubungan Antara: Sumbordaya Pibai dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif .. . 72 7.4.Hubungan Antara Sumberdaya Keluarga dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif 7 BAB VIL KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 8.2.Saran DAETAR PUSTAKA vill 10. i oo 13. DAFTAR TABEL Teks Halaman Persentase Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan, Tahun 1999 Distribusi Curahan Waktu Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Tahun 1999 i Distribusi Pasangan Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan ‘Fingat Pendidikan, Tahun 1999 Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan, Tahun 1999 feats Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Masa Keri, Tahun 1999 Distribusi Penyulh Pe Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Motivasi, Tatun 1999 aaectiae Spinteerentrscetnnr tetany Distribusi Penyuluh pertanian Menurut Persepsi Responden Terhadap Lingkangan Kerja dan Jenis Kelamin, Tahun 1999 Distribusi Penyuluh pertanian menurut Jenis Kelamin dan s Patspa dalam Berbagai Kelembagasn, Tahun 1999 : Distribusi Pasangan Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan, Tahun 1999 eine i Distibusi Ponyuluh Pertanian menurut Jenis Kelemin, Relasi dengan Pasangan dan Jenis Pekerjann, Tahun 1999 Distribusi Anggota Rumah Tangga Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tahun 1999 Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Kepemilikan Lahan, Tahun 1999 Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Pendapatan Dalam Sebulan, Tahun 1999 ra 39 41 42 42 43 45 46 a7 4B 48 49 4 15. 16. 17. 18. 19. 20, an 22. 23. 25, 26. 21. 28. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Reta-Rata Pemilikan Ternak, Tahun 1999 : eee + Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Pemilikan Benda Berharga, Tahun 1999 it Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Keadaan Unum Rumah Tangga, Tahun 1999 i Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Curahan Waktu dafam Pelaksanaan Tugas BIPP 30 Hari Terakhir, Tahun 1999 Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Curahan Waktu dalam Pelaksanaan Tugas BPP 30 Hari Terakhir, Tahun 1999 we Persentase Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Akses dalam Pelakeanaan Tugas BIPP Selama 30 Hari Terakhir, Tahun 1999 Persentase Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Kontrol dalam Pelaksanaan Tugas BIPP Selama 30 Hari Terakhir, Tahun 1999... Persentase Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Akses dalam Kegiatan BPP Selama 30 Hari Terakhir , Tahun 1999 : Persentase Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Kontrol dalam Kegiatan BPP Selama 30 Heri Terakhir , Tahun 1999 to Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Curahan Waktu ” DisribosiPenyuluh Pertanian menurat Jenis Kelamin, Golongan Kepangkatan dan Curahan Waktu i Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelsmin, Masa Kerja dan ‘Curahan Waktu a Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Motivesi dan ‘Curahan Waktu a Distribusi Penyaluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepemilikan Ternak Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepemilikan Lahan dan Curahan Waktu a 49 50 Sst 35 38 61 63 65 66 67 68 69 70 30. 31. 2 uM 35. 36, Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepomilikan Benda Berharga dan Curahan Waktu ...... - Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Tingicat Pendiikan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif.. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Golongm Kepangketan, Akses dan Kontrol Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Masa Kerja, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif .. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Motivasi, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif ...... i Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepemilikan Tema, ‘Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produltif . Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jonis Kelamin, Kepeiikan {ahan, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepemilikan Benda Berharga, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif.... ae n B 4 1S 6 nn 9 80 No DAFTAR GAMBAR Deks Hubungan Antar Faktor dan Variabel dalam Analisis Jender dalam Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Pasca SKB Mendagri-Mentan 1996 Lampiran 18 ‘Struktur Organisasi Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian core) Kabupaten Daerah Tingkat I Kerawang Susunan Organisasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Karawang Susunan Organisesi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten ‘Karawang Tahun 1999 ‘Susunan Organisasi Dinas Peternakan Kabupaten Karawang Tahun 1999 ‘Susunan Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Karawang Tahun 1999 Susunan Organisasi Dinas Perkebunan Kabupaten Karawang Tahun 1999 Hubungan Kerjasama Antara Balai Informasi dan Ponyuluhan Pe Pertanian Dengan Dinas/Instansi Lain : ae Peta Wilayah Kabupaten Karawang Tahun 1998 90 90 1 92 93 95 96 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang saat ini sedang memasuki Pembangunan Jangka Panjang II meliputi pembangunan di segala seltor, termasuk sektor pertanian, Pembangunan pertanian paradigma lama, baik itu berupa Revolusi Hijan atau juga disebut dengan pembangunan pertanian yang konvensional didukung ofch penelitian den penyuluhan pertanian yang diciriken oleh sntara Iain : (a) Menekankan pada komoditi tunggal (misalnya padi), (b) Mengabailan sumberdaya Iahan kering dan lokal, (c) Bias jender, (d) Mengabaikan pengetahuan dan teknologi petani lokal, (e) Monekankan pada penelitian yang berbasis pada pusat-pusat penelitian bukan pada usahatani petani, serta tidek berpusat pada sumberdaya manusia itm sendiri dan ‘mengabaikan kelembagaan-kelembagaan lokal (Reintjes dkk,1992; Chambers,1993, Uphoff,1993 dalam Mugniesyah, 1999). Pendekatan ini kurang berbuah baik dalam arti kurang atau tidak menghasilkan pertanian yang berkelanjutan, kerenanya perlu dikoreksi menjadi paradigma baru, yakni menj berkelanjutan, Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain ditentukan oleh faktor manusia dan kelembagasnnya yang merupakan pelaku dalam Kegiatan pembangunan pertanian. Kelembagaan yang terkait dalam pembangunan pertanian meliputi pembangunan pertanian Kelembagaan aparatur, kelembagann tani, termasuk pranata sosial, dan kelembagaan sosial ekonomi. Masalah kelembagaan dalam sektor pertanian dapat di tinjau dari dinamika perkembangan kelembagaan penyuluhan pertanian, Sejak Orde tama dirasakan perkembangan penyuluhan pertanian selalu mengalami perbaikan melalui berbegai Keputusan presiden, Surat Keputusan Bersama antar Menteri, Surat Keputusan Menteri, Surat Edaran Menteri serta keputusan-keputusan ditingkat daerah, Hal ini membuktikan suatu lembaga penyuluhan pertanian yang bersifat dinamis. Kebijaksanaan terakhir dari pemerintah pusat adalah ditetapkannya keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri No. 54 tahun 1996 tonfang pedoman penyelenggaraan penyuluban pertanian menggantikan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Dalam ‘Negeri yang sama No. 539/Kpts/LP.120/7/1991.Adanya SKB Mendagri-Mentan 1996 menyebabkan pengalihan pengelolaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan satuan administarasi pangkal penyuluh pertanian dari dinas lingkup pertanian kepada Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP). Dengan adanya kelembagean baru Penyulthan pertanian maka perln ditelaah kinerja BIPP dan BPP Pasca SKB 1996, dan secara khusus menyoroti masalah jender. idasaisin jender dalam kelembagaan Penyuluban menjadi penting mengingat pombangunan pertanian paradigma lama yang bias jender kurang menghasifkan pertanian yang berkolanjutan, Kinerja kelembagaan penyuluhan ditentukan oleh beberapa faktor, dalam hal ini diduga sumberdaya manusia (penyuluh pertanian) merupakan faktor yang sangat menentukan dimana dalam kelembagaan penyuluhan bekerja sumberdaya manusia (@enyuluh Pertanian). Adapun jumlah penyuluh Indonesia tahun 1991 diketahui sebanyak 29.350 orang (Hubeis,1991), jika dilihat berdasarkan jenis kelamin cenderung lebih banyak penyuluh pria dibandingkan wanita, seperti data di Jawa Barat dimana jumlah penyuluh pertanian pria dan wanita berturut-turut sebanyal 3.250 orang (86,4 persen) dan 510 orang (13,6 persen) (Rekspitulasi Data Doptan, 1998). Selama ini terdapat stereotipi bahwa wanita dominan bekerja dalam kegiatan domestik, dimana kegiatan domestik ini turut mewarnai kinerja wanita dalan kegistan produktif dan sosial. Kenyataan menunjukan bahwa penyuluh pertanian juga mencakup pria dan wanita, demilian juga sasaran penyuluhan pertanian juga mencakup anggota rumsh tangga pria dan wanita, Studi-studi selama ini lebih memfokuskan pada tingkat rumah tangga petani, belum ada studi yang secara khusus menelaah kelembagaan penyuluban pertanian dengan perspeltif jender. Ini menjadi eangat penting mengingat walaupun dalam jumlah penyuluh pertanian wanita lebih rendah dari pria, namun apakah kinerjanya juga menjadi berbeda? 1,2, Perumusan Masalah Adanya SKB Mendagri-Mentan 1996 menyebabkan pengaiihan pengelolaan Balai Penyuluhan Pertanian dan satuan administarasi pangkal (satminkal) ponyuluh pertanian dari dinas lingkup pertanian kepada Balai Informasi dan Penyuluban Pertanian (BIPP). Dengan adanya kelembagoan baru penyuluhan pertanian maka perlu ditelash bagaimana profil kelembagaan penyuluban pertanian Pasca SKB Mendagri-Mentan 1996 dalam hal keduduken, tugas pokok, fungsi, unsur-unsur organisasi, struktur organisasi, fasilitas, sarang, preserane, Sumberdaya Manusia yang tersedia? Bagaimana hubungan dan mekanisme kerja kelembagaan penyuluhan pasca SKB mendagri-Mentan 1996 dengan Dinas/instansi Daerah Tingkat I lingkup pertanian? Kinerja kelembagan penyuluhan pertanian ditentukan oleh beberapa faktor, diduga faktor yang sangat menentukan adalah kinerja sumberdaya manusia (penyuluh pertanian). Penyuluh pertanian baik pria maupun wanita selain bekerja dilingkungan BIPP dan BPP mereka juga anggota unit sistem sosial lainaya yaitu keluarga/rumah tanga dan masyarakat dimana mereka berdomisili. Sehubungan dengan itu akan dilihat bagaimana pembagaian kerja (kualitatif) dan curahan waktu (kuantitatif) serta beban kerja antara penyuluh pertanian pria dan penyuluh pertanian wanita dalam kegiatan produktif ? sejauhmana akses dan kontrol penyuluh pertanian pria dan wanita dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kegiatan produktif? Bagaimana sumberdaya pribadi dan keluarga mempengaruhi profil aktivites, akses dan kontrol penyuluh pertanian pria dan wanita? 1.3. Tujuan Peneiitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan mempelajari: 1) Profi! Balai Informasi Dan Penyuluhan Pertanian dan Balai Penyuluhan Pertanian dalam hal kedudukan, tugas pokok, fungsi, unsur-unsur organisasi, struktur organisasi, fasilitas, sarana dan prasarana, 2) Hubungan dan mekanisme kerja Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian dengan Dinas /instansi Daerah Tingkat Il lingkup pertanian, 3) Profil aktivitas khususnya pembagian kerja dan curahan waktu serta beban kerja antara penyuluh pertanian pri dan wanita dalam kegiatan produktif di BIPP dan BPP. 4) Akses dan kontrol penyuluh pertanian pria dan wanita dalam mengikuti pelatihan dan kegiatan produktif. 5) Hubungan sumberdaya pribadi dan keluarga terhadap profil aktivitas, akses dan kontrol penyuluh pertanian pria dan wanita. Kegunaan Pen Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi penyuluh pertanian untuk mengetahui keadaan dirinya sendiri sebagai salah satu cara memperbaiki kinerja, Bagi Pemerinvah, penelitian ini bisa dijadikan landasan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, serta memberi masukan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Karawang khususnya Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian sebagai Satuan Administrasi Pangkal penyuluh pertanian agar dapat lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan 15 fungsinya. Bagi pevelir, penelitian ini ‘menambah pengalaman dan pengetahuan dibidang penyuluhan pertanian khususnya jender dalam kelembagean penyuluhan, Bagi sesama peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal yang bisa menjadi asupan pengetahuan, juga merupakan dasar bagi penelitian Janjutan mengenai efektifitas hasil penyuluhan pertanian dengan latar belakang yang sama BABIT TINJAUAN PUSTAKA 2.1, Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian menurut SKB Mendagri-Mentan 1996, didefinisikan sebagai sistem pendidikan Inar sekolah dibidang pertanian untuk petani-nelayan dan ‘olnarganya serta angola masyarskat pertanian, agar dinamika dan kemampuannya dalam memperbaiki kehid Penghidupannya dengan kekuatan sendiri dapat berkembang, schingga dapat meningkatken peranan dan peran sertanya dalam pembangunan pertanian. Menyimak pengertian ini tampak jelas bshwa penyuluhan pertanian membawa misi pendidikan bagi petani-nelayan dan keluarganya untuk mampu membangua dinamika, berswadaya dan mandiri dalam memperbaiki kebidupan dan penghidupannya sohinggn mampu berkiprah dalam pembangunan 2.2, Program Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendagri-Mentan 1996 menjelaskan Pengertian Program Penyuluhan Pertanian sebagai suatu rencana kegiatan Pendayagunaan segala sumberdaya penyuluhan pertanian di berbagei tingkat berdasarkan prinsip kerjasama yang serasi, selaras dan terpadu antara masyarakat Petani nelayan dengan pemerintah dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah Pusat dalam rangka mewujudkan kondisi yang sebaik-baiknya bagi keberhasilan Program pembangunan pertanisn (Anonimous, 1996). Penyusunan program menurut Wiriaatmaja (1986) peru momporbatiken azas-azas berdasarkan analisa falta-falkta situasi, masalah dan kebutuhan yang dirasakon petani, pencapaien tyjuan, fleksibel, seimbang, mempunyai rencana Kerja yang jelas, kontinyu, proses pengajaran dan pembimbingan, koordinasi, dan dapat dievaluasi. 2.3, Programa Penyuluhan Pertanian Programa penyuluhan pertanian adalah rencana kegistan penyuluban pertanian (ahunan yang dijadiken acuan kerja para penyuluh pertanian. Mengawali Penelusuran akan pengertian programa ponyuluhan pertanian dalam era Revitalisesi ini, maka yang menjadi landasan hukumnya ialah SKB Mendagri-Mentan nomor 56 abun 1996 dan Nomor 301/Kpts/LP.126/4/96 tentang pedoman penyelenggaraan penyuluban pertanian. Programa Penyuluhan Pertanian diattikan sebagai rencana istan penyuluhan pertanian yang memadukan aspirasi petani-nelayan dan masyarakat pertanian dengan potensi wilayah dan program pembangunan pertanian yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang ingin dicapai, masalch-mesalah dan altematif pemecabannya serta cara mencapai tujuan yang disusun secara partisipatis, sistematis dan tertulis setiap tahun (Anonimous, 1996). 2.4, Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Rencana kerja adalah suatu acara kegiatan-kegiatan yang disusun sedemikian mupa sehingga memungkinkan pelaksanaan program secara efisien, menyangkut soal- soal bagaimans, kapan, dimana dan oleh sigpa pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang ditetapkan dalam program itu (Wiriaatmaja .1986). Berdasarkan SKB Mendagri-Mentan 1996 rencana kerja penyuluhan pertanian adalah jadwel kegiatan yang disusun oleh para penyuluh pertanian berdasorken Programa penyuluhan pertanian setempat, yang mencantumkan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan petani-nelayan (Anonimous, 1996). Keberbasilan Penyuluhan Pertanian difentukan oleh unsur-unsur penyuluhan Pertanian yang tidak dapat dipisahkan karena semua tunjang menunjang dalam satu aktivitas. Unsur-unsur tersebut adalah: (1) Penyuluh pertanian (sumber). (2) Saseran penyuluhan pertanian. (3) Metode penyuluban pertanian. (4) Media penyuluhan pertanian. (5) Materi penyuluhan pertanian. (6) Waktu penyuluhan pertanian. (7) ‘Tempat penyuluhan pertanian (Kartasapoetra. 1951). 2,5. Kelembagaan Penyuluhan Apabila penyuluhan pertanian kita artikan sebagai istilah yang berarti sistem, program atau perangkat instrumental (piranti) untuk menyelenggarakan karya pembaharuan pertanian, make pengertiannya dapat ditinjau dari sudut pandang kelembagazn maupun perorangan. Dari sudut kelembagaan penyuluhan pertanian adalah organisasi dan pranata atau wadah pengelolaan interaksi pembelajaran yang melibatkan petani dengan agen pembaharu untuk menghasilkan pembaharuan pertanian . Dari sudut pandang perorangan penyuluhan pertanian berarti profesi atau jabatan dalam mengelola proses pembaharuan yang berporos kepada pembentukan tekad, keberdayaaa, kemandirian serta pengetahuan dan keterampitan petani melalui proses belajar dengan melakukan (“learning by doing”). Dalam dunia penyuluban pertanian, jargon pembaharuan itu berarti perubahan perilaku dari individu, keluarga, kelompok masyarakat dan komunitas (Adjid. 1998). Balai Informasi Penyuluban Pertanian merupakan lembaga baru penyuluban pertanian di Indonesia sejak diberlakukannya SKB Mendagri-Mentan 1996. Mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1974) bahwa lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial merupakan serangkaian kegiatan tertentu, berpusat pada suatu kelakuan berpola yang mantap, bersama-sama dengan sistem norma dan tata kelekuan serta peralatan fisikeya yang dipakai juga orang-orang yang melakukannya, Gillin dan Gillin dalam Sockanto (1990) melihat lembaga kemasyarakatan bahwa lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilaya, mompunyai satu tingkat kekekalan tertentu, mempunyai beberapa tujuan, mempunyai alat-alat perlengkapan untuk mencepai berdasarkan ciri yang dimil tujuan, mempunyai lambang-lambang dan mempunyai tradisi tertulis maupun tidak tertulis yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dam lain-lain. Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu Kesatuan fungsional (Soekanto, 1990). Sebagai sarana untuk mencapai tujuan organisasi mempunyai tiga ciri pokok yaitu : Pembagian pekerjaan (tugas), pusat ata Pusat-pusat kegiatan dan penggantian petugas (Etzioni dalam Anonimous (1993)), Dengan demikian segenap pekerjaan yang harus di lakukan oleh seluruh pendukung organisasi untuk mencapai tujuannya dibagikan kepada semua unit dan personalia yang ada. Agar tujuan dapat dicapai dengan tepat maka unit organisasi dan petugas harus menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Dengan kata Jain, organisasi menjadi efektif jika acuan tugas dijadikan kriteria untuk menentukan petugas pelaksananya Dalam pada itu organisasi mempunyai pusat dan pusat-pusat kendali yang berfungsi sebagai pengambil keputusan, pengawas dan Penilai polsksanaan tugas-tugas organisasi, efektifitas pengendalian tersebut dihasilkan oleh distribusi kewenangan organisasi diantara pusat-pusat kendali yang disusun secara hierarkhis disekitar pusat kendali utama Kesinambungan dan Pembaharuan organisasi dalam rangka tujuannya ditentukan pula oleh mobilitas tenaga atar petugas didalamnya, artinya, diantara tenaga-tenaga yang ada Gilaksanskan pergantian tugas berdasarkan kebutuhan dan kecocokan tugas dengan petugasnya Mobilitas diartikan pula sebagai pergantian petugas lama dengan petugas yang didatangkan kedalam organisasi . Dengan demikian bekerjanya organisasi ditentukan oleh tiga tiga cirinya yaitu ; Pembagian tugas, struktur kewenangannya dan mobilites tenaga. sedangakan keberhasilan organisasi ditentukan oleh daya tanggap (respon) terhadap lingkungannya disatu pihak dan dipihak lainnya ditentukan oleh efektifitas kerja organisasi tersebut (Anonimous, 1993). 2.6. Penyuluh pertanian Berdasarkan SKB Mendagri-Mentan 1996, penyuluh pertanian adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas melakukan kegiatan penyuluban pertanian secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian (Anonimous, 1996). 2.6.1. Kedudukan dan Tugas Pokok Penyuluh pertanian berkedudukan sebagai pelakeana teknis fungsional penyuluhan pertanian pada instansi pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah. Penyuluh pertanian yang dimaksud hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Tugas pokok penyulub pertanian adalah ~ menyiapkan, molaksanakan dan melaporkan kegiatan penyuluhan_ pertanian. (Anonimous, 1999), Berdasarkan fungsi dan tugasnya itu, Kartasapoetra (1994) membedakan penyuluh pertanian menjadi Penyuluh yang langsung berhubungan dengan para petani dan Penyuluh yang tidak langsung berhubungan dengan para petani. 2.6.2. Jenjang Jabatan Dan Pangkat Berdasarkan jabatan fungsional, penyuluh pertanian dibagi menjadi dua yaitu penyuluh pertanian terampil dan penyuluh pertanian ahli. Penyuluh pertanian trampil adalah jabatan fungsional penyuluh pertanian keterampilan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu sedangkan penyuluh pertanian abli adalah jabatan fungsional penyuluh pertanian keablian yang dalam pelaksanaan pekerjaamya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu, Jabatan fungsional penyuluh pertenian, jenjang pamgkat dan Golongan dari yang terendah sampai dengan tertinggi terdiri atas (Anonimous, 1999): 1. Penyuluh Pertanian Trampil : 1.1-Penyuluh Pertanian Pelaksana terdiri deri : (a) Pengatur Muda Tingkat I (Golongan ruang Tb). (b) Pengatur ( Golongan ruang Ic). (c) Pengatur ‘Tingkat I ( Golongan ruang I/d). 1.2-Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan terdiri dari : (2) Penata Muda (Golongan ruang TV/a). (b) Penata Muda Tingkat I (Golongan ruang I/b). 1.3 Penyuluh Pertanian Penyelia terdiri dari : (a) Penata (Golongan ruang IV/c) (b) Penata Tingkat I (Golongan Ruang IIV/d) 2. Penyuluh Pertanian Abli 2.1.Penyuluh Pertanian Pertama terdiri dari : (a) Penata muda (Golongan ruang IlV/a). (b) Penata Muda Tingkat I (Golongan ruang IVb). 2.2.Penyuluh Pertanian Muda terdiri dari : (a) Penata (Golongan ruang TIV/c). (b) Ponata Tingkat I ( Golongan Ruang IIV/d) 2.3,Penyuluh Pertanian madya terdiri dari -(a) Pembina (Golongan ruang VV/a). (b) Pembina Tingkat ( Golongan Ruang IV/b), (c) Pembina Utama muda (Golongan ruang IV/c). 2.4.Penyuluh Pertanian Utama tordiri dari’: (a) Pembina Utama Madya (Golongan Ruang IV/d). (b) Pembina Utama (Golongan Ruang IV/e). 2.6.3. Rincian Kegiatan Dan Unsur Yang Dinilai Dalam Memberikan Anghka Kredit Unsur kegiatan yang dinilai dalam pemberian angka kredit terdiri dari Unsur Utama dan Unsur Penunjang Unsur Utama adalah kegiatan yang merupakan pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian, terdiri atas (Anonimous, 1999): . Pendidikan, meliputi ; (a) Pendidikan sekolah dan memperoleh Tjazab/gelar. (b)Pendidikan dan Pelatihan kedinasan dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau sertifikat. Persiapan Penyuluhan Pertanian, meliputi: (a) Identifikasi potensi wilayah dan agrosistem, serta kebutuhan teknologi pertanian. (b) Penyusunan Programa x Penyuluhan pertanian, (c) Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, meliputi : (a) Penyusunan materi penyuluhan pertanian. (b) Penerapan metode penyuluhan pertanian. (c) Pengembangan swadaya dan swakerya petani-nelayan = Evaluasi dan Pelaporan, meliputi : (a) Evaluasi dan peleporan hasil pelaksanaan penyuluban pertanian. (b) Evaluasi dampak penyuluben pertanian. . Pengembangan Penynluhan Pertanian, meliputi : (a) Penyusunan pedoman/ petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis penyuluhan pertanian. (b)Perumusan kajian arah Kebijakeanaan pengembangan penuyuluhan pertanian, (c)Pengembangan metode / sistem kerja penyuluhan pertanian. Pengembangan Profesi, moliputi: (a) Kegiatan karya tulis/karya ilmish dibidang penyuluhan pertanian, (b)Penerjemahan/penyaduran buku-buku dan bahan-bahan lain dibidang penyuluhan pertanian. (c)Bimbingan bagi penyuluh pertanian dibawah jenjang jabatannya, Unsur Penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas pokok Penyuluh Pertanian yang meliputi : (1) Seminar/lokakarya dibidang pertanian, 2) Keanggotaan Tim penilai jabatan fingsional penyuluh pertanian; (3) Penghargaan/tanda jasa; (4) Pangajaran/pelatihan pada diklat; (5) Keanggotaan Organisasi profesi; (6) Gelar kesarjanaan lainnya. 2.6.4. Syarat Pengangkatan Dalam Jabatan Untuk dapat diangkat dalam jabatan penyuluh pertanian terampil atau ponyuluh pertanian abli, seorang pegawai negeri sipit haruy memenuhi angka kredit kcumulatif'minimal yang ditentukan. Pogawai negeri sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan penyuluban pertanian Trampil harus memenuhi syarat sebagai berileut: 1. Berijazah serendah-rendahnye Diploma IMI dibidang pertanian; 2. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I, Golongan Ruang I/b. 3. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dibidang penyuluhan pertanian dan memperoleh sertifikat tanda lulus; dan 4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang-kurangaya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakkir. Pogawai negeri sipil yang diangkat periama kali dalam jabstan penyuluh pertanian ahli, harus memenuhi eyarat sebagai berikut : 1. Berijazah serendatr-rendahaya Sarjana/ Diploma IV dibidang pertanian. 2. Pangkat serendah-rendahnya Penata Mude, golongan ruang Il/a 3. Toleh mengikuti Pendidikan dan Pelatihan kedinasan dibidang penyuluhan pertanian dan memperolch sertifikat tanda lulus; dan 4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjam dalam DP3 sekurang-kurangnya borniali baik dalam 1 (satu) tahun terakbir, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dari jabatan lain kedalam jabatan penyuluh pertanian Trampil atax Penyuluh Pertanian Ali dapat dipertimbangkan dengan ketentuan bahwa disamping harus memenuhi syarst diatas, diharusken pula memenubi syarat sebagai berikut : (a) Memiliki pengalaman dalam kegiatan penyuluhan pertanian sekurang-kurangnya 2 tahun; (b) Berusia sotinggi-tingginya 5 ima) tahun sobelum mencapai batas usia pensiun dari jabatan terakhir yang didudukinya; (c) Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 sekurang- ‘urangaya bemilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir ( Anonimous, 1999), 2.7. Motivasi ‘Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat dan dorongan kerja dimana tinggi rendahnya motivasi kerja sescorang akan menentukan besar keciluya Prestasi ker itu sendiri, Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuan individy dan pemahaman tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal, disebut persepsi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan persepsi peranan merupakan satu kesafuan yang saling berinteraksi. ‘Tidak ada organisasi yang dapat berhasi! tanpa tingkat komitmen dan usaha tertentu dari para anggotanya. Porter dan Miles dalam Stoner (1994) berpendapat bahwa Pandangan Sistem mengenai motivasi sangat bermanfaat bagi para manajer. Yang mereka maksudken dengan suatu pandangan sistem adalah selurub rangkaian, atau sistem, kekuatan yang beroperasi pada karyawan harus dipertimbangkan sebelum motivasi dan perilaku karyawan dipahami secara memadai. Sistem terdiri dari 3 perangkat variabel yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi yaitu : 1. Karakteristik individu adalsh minat, sikap dan kebutuhan yang dibawa seseorang kedalam situasi kerja. 2. Karatteristik Pekerjaan adalah sifat dari tugas keryawan dan meliputi jumlah tanggung jawab, macam tugas, dan tingkat kepuasan yang orang peroleh dari karakteristik pekerjaan itu sendiri. 3. Karakteristik Situasi Kerja adalah faktor-faktor dalam lingkungan kerja seseorang. Terdiri dari dua kategori : tindakan, kebijakan, serta kultur organisasi sebagai keseluruhannya dan lingkungan kerja terdekat. 12 2.8. Status Dan Peranan Untuk melihat relasi individu dengan lembaga, Soelaeman (1992) mengartikan lembaga sebagai norma-norma yang berinteraki disekitar suatu fongsi maxyarakat yang penting Dengan demikian, ada segi kultural berupa norma-norma ddan juga ada segi strukturalnya berupa berbagai peranan sosial. Posisi dan peranan induividu dalam lembaga sosial sudah dibakukan berdasarkan moral, adat atau hukum yang berlaku, Individualitasnya ditanggung dalam struktur hubungan kelembagaan. Individe bertingkah laku spesifik, berbeda dengan !ainnya. 2.8.1 Kedudukan (Status) Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Masyarakat pada umumnya mongembangken dua macam kedudukan yaitu (Soekanto,1990) : (a) Ascribed-Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhstikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperolch karena kelahiran; (b) Achived Status, adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja; (©) Assigned-Status yang merupakan kedudukan yang diberikan (Polak dalam Soekanto, 1990). 2.8.2.Peranan (Role) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (Status). Apabila seseorang molaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukennya maka dia menjalankan suatu peranan (Soekanto,1990). Menurut Edholm, Harris dan Young (1977); Beneria (1979); dalam ‘Mugniesyah (1995 (a)) peranan sescorang dapat dilihat dalam kegiatan produksi dan reproduksi (domestik). Kegiatan reproduksi mencakup reproduksi sosial, reproduksi tenaga kerja dan reproduksi biologis. Reproduksi sosial adalah keadaan-keadaan untuk mempertahankan suatu sistem sosial. Reproduksi tenaga kerja maksudnya adalah proses dimana anggota rumah tangga menjadi tenaga kerja yang mencakup pada kegiatan perawatan sehari-hari pekerja dan calon tenaga kerja serta juga alokasi pelaku-pelaku kedalam berbagai posisi didalam proses pekerjaannya. Berbeda dari kedua jenis kegiatan reproduksi itu, reproduksi biologis menunjuk pada proses perkembangan fisik umat manusia. Kegiatan produktif’ mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan pencaharian nafkah yang sering disebut sebagai kegiatan bekerja yang menghasilkan, baik berupa natura (barang-barang), wang tunai (cash) maupun stafus sosial. 2.9, Jender Dan Analisis Jender Konsep jender diartikan sebagai perbedann-perbedaan (dikotomi) sifat wanita dan pria yang tidak mendasarkan perbedasn biologis semata akan tetapi lebih pada sistem nilai budaya dan etruktur sosial yang menentukan peranan dan status wanita dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara (Instraw dalam ‘Mugniesyah ,1995 (b)). Disadari atau tidak, nilai jender yang terinternalisasi dalam kehidupan keseharian kita selama ini telah memfusilitasi terciptanya ketidakadilan/ketimpangan jender, yang secaralangsung — menyebebkan ketidaksamaan antara pria dan wanita atau diskriminasi terhadap wanita dalam berbagai dimensi kebidupan. Dalam sejarah perkembangan hubungan antsra pria dan wanits, perbedaan Jjender tefsh menciptakan suatu hubungan yang tidak adil, menindas serta mendominasi antara kedua jenis kelamin tersebut. Bentuk manifestasi dalam berbagai bentuk yaitu : (2) Marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi. (b) Subordinasi ‘atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik. (c) Stereotyping dan diskriminasi atau pelabelan negatif. (4) Kekerasan (violence). (0) Bekerja lebih panjang dan lebih banyak (double burden). (£) Sosialisasi ideologi nilai peran jender. ‘Manifestasi ketidakadilan jender tersebut masing-masing tidak bisa dipisablan, saling berkaifon dan mempengaruhi secare dielektika (Fakih,1998). Sehubungan dengan itu perlu dilakukan analisis jender. Analisis jender adalah pengujuian secara sistematis terhadap peranan-peranan dan proses-proses yang, memusatkan perhatian pada ketidakseimbangan kekuasaan, kesejahteraan dan beban kerja antara pria dan wanita disemua masyarakat. Dalam monganalisis jender, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan seperti disarankan “Borgen Conference On Gender ‘Training And Development Planning’, 1991 dalam ‘Mugniesyah (1995 ) yaitu: 1. Profil Aktivitas, yang mencerminkan siapa melakukan apa ? Pertanyaan ini dityjukan untuk mempelajari pembagian kerja (lcualitaif) dan curahan waktu (kuantitatif) serta beban kerja. 2. Profil Akses dan Kontrol yang berkenaan dengan siapa yang mempunyai akses dan kontrol terhadap Sumberdaya dan manfaat ? Pertanyaan ini uaak mempelajari sejauh mana akses pria dan wanita terhadap kekayaan, benda-benda berharga, informasi, kredit, teknologi serta hak-hak dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan sumberdaya pribadi dan publik. 3. Analisis faktor-faktor yang mempengarubi aktifitas akses dan kontrol, atau faktor- faktor apa yang mempengaruhi pengaturan jender tersebut ? Pertanyaan ini ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor budaya, hukum, kebijaksanaan ekonomi dan politik yang mempengaruhi konstruksi jender dan bagaimana hal-hal tersebut bisa berubah serta mana yang dapat dimanipulasi 4. Bagaimana sumberdaya pribadi dan publik didistribusiken dan siapa yang memperoleh apa dati pendistribusian tersebut ? Pertanyaan ini memusatkan perhatian untuk memperoleh informasi struktur-struktur kelembagaan yang digunakan, tingkat efisiensi dan keadilanya serta bagaimana membuat kelembagaan tersebut lebih responsif terhadap wanita dan pria. BAB DIL METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Pendekatan Teoritis ‘Terdapat 5 variabel utama dalam mewujudkan pembangunan, yaitu daya duling sumberdaya alam, teknologi, modal, tenaga kerja dan kelembagaan (Hidayat dalam Anonimous, 1996). Tantangan pembangunan pertanian dalam menghadapi era globalisasi dan agribienis harus dihadapi oleh penyluh pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanien dengan cara meningkatkan dan mengembangkan kelembagaan penyuluhan pertanian sesuai dengan sifat, arah dan tujuan penyuluhan pertanian sorta tuntutan kebutuhan belajar-mengajar para petani-nelayan dalam pengembangan usahanya. Kedua hal pokok yang dijadikan pertimbangan kelahiran kebijakan pemerintah berupa SKB Mendagri-Mentan 1996 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian ini dijabarkan lebih lanjut dalam Program Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. Perubahan kelembagaan penyuluhan pertanian, menyebabkan pula perubahan terhadap jalur birokrasi, struktur organisasi dan tugas pokok penyuluh pertanian. Perubahan jalur birokrasi akan dilihat dari hubungan kerjasama antara kelembagaan penyuluhan baru (BIPP) dengan pemerintah daerah tingkat IT dan instansi daerah lingkup pertanian khususnya dengan dinas subsektor. Perubahan struktur organisasi penyuluhan pertanian digambarkan dalam profil kelembagaan penyuluhan pertanian secara deskriptif dengan mengacu pada data sekunder dan primer terbaru. Dalam kaitannya dengan tugas pokok penyuluh pertanian akan dilihat pengaruh perubahan tugas penyuluh pertanian yang dulunya monovalen menjadi polivalen terhadap kinerja penyuluh pertanian. Dalam meleksanakan tugas pokoknya, penyuluh pertanian harus mempunyai faktor pendukung yaitu sumberdaya pribadi dan sumberdaya keluarga. Mengingat sumberdaya manusia (penyulub pertanian) terdiri dari pria dan wanita, maka kedua faktor pendukung tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai jender. Untuk melihat sejauh mana nilai jender mompengaruhi kinerje penyuluhan pertanian digunakan analisis ender. Ditingkat kelembagaan anslisis jender menyoroti (a) Pembagian kerja, curalan waltu serta beban kerja antara penyuluk pertanian pria dan penyuluh Pertanian wanita dalam kegiatan produltif pada beragam kegiatan dalam 1 bulan terakhir. dan (b) akses dan kontrol penyuluh pertanion pria dan wanita yang mencakup peluang mengikuti pelaksanaan tugas dan fingsinya, ‘Untuk mengidentifikasi faltor-faktor yang mempengaruhi pengaturan jender fersebut akan dilibat dari hubungan antara sumberdaya manusia dan sumberdaya Keluarga dengan profil aktivitas, akses dan kontrol dalam kegiatan produltif mompengaruhi kinerja penyuluh pertanian dan selanjutaya mempengaruhi kinerja kelembagaan penyuluhan pertanian, Dengan mengacu pada berbagai pendekatan diatas maka hubungan antar faktor dan variabel dalam studi Analisis Sender Dalam Kelembagaan Penyulukan Pertanian ini digambarkan seperti Bagan 1. ae Piseintai Dac Kerawang Karawang bcted KELEMBAGAAN PENYULUBAN PERTANIAN Berdasarkan SKB Mendagrt-Mentan No. 54 Tahun 1996 dan No. 301/KptvLP.A204/96 Balai Informasi Dan Penyuluban Pertanian: (Sasori Fein] Kinerja Penyuluh Pertanian 1. Profil Aktivitas a) Pembagian Kerja dalam kegiatan produktif b) Curahan Waktu dalam kegiatan produktif 2. Profil Akses Dan Kontrol a) Pengambilan keputusan dalam kegiatan produktif! ‘Sumberdaya Pribadi 1. Tingkat Pondidikan 2. Masa Kerja i. Gotongan Kepangkatan 4. Motivasi Keterangan = Analisa Kuantitatif Bagan 1. Hubungan Antar Faktor Dan Variabel Dalam Analisis Jender Dalam Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Pasca SKB Mendagri-Mentan 1996 18 3.2, Definisi Operasional 1. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dicapai responden, dikelompokan dalam Tingkat Pendidikan rendah (SMA/sederajat) dan Tingkat Pendidikan tinggi (Diploma 3, Sarjana, dan Pasca-sarjana). 2. Motivasi adalah sesvatu yang menimbulkan semangat dan dorongan kerja dimana tinggi rondahnya motivasi kerja seseormg akan menentukan besar kecilnya prestasi kerja itu sondiri. Dalam hal ini motivasi dibagi meniadi motivasi untuk mengamalkan ilmu, Berbakti pada negara, mencari uang, pengembanan Karier, dan kombinasi dari keempatnya. Dalam hal ini motivasi dikelompokan dalam motivasi rendah (Motivasi untuk diri sendiri) dan motivasi tinggi (motivasi untuk negara dan kombinasi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakaUnegara). 3. Masa Kerja adalah lama responden bekerja pada penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang dikelompokan menjadi mase kerja rendah(bekerja kurang dari 20 tahun) dan masa kerja tinggi (bekerja lebih atau sama dengan 20 tahun). 4. Golongan kepangkstan adalah jabstan yang membedakan pekerjaan dan gaji seseorang, yang dikelompokan menjadi golongan kepangkatan rendah (honorer dan golongan I) dan golongan kepangkatan tinggi (golongan II). 5. Partisipasi dalam beragam kelembagaan adalah akses penyuluh pertanian dalam beragam kelembagaan baik formal manpun informal. Partisipasi penyuluh pertanian digolongkan rendah apabila mengikuti berbagai kelembagaan Kurang dari SO persen, dan tinggi jika lebih atau sama dengan SO persen 6. Kepemilikan Iahan adalah Iuasan tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai usabatani yang golongkan kedalam rendah apabila luas Ishan yang dimiliki kurang dari 1000 m? dari luas rata-rata dan tinggi apabila sama dengan atau lebih dari 1000 m” dari luas rata-rata. 19 3.2, Definisi Operasional 1. Tingkat Pendidikan adaleh jenjang pendidikan formal terakhir yang dicapai responden, dikelompokan dalam Tingkat Pendidikan rendah (SMA/sederajat) dan ‘Tingkat Pendidikan tinggi (Diploma 3, Sarjana, dan Pasca-sarjana), 2. Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat dan dorongan kerja dimana tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang akan menentukan besar kecilnya prestasi kerja itu sendiri. Dalam hal ini motivasi dibagi menjadi motivasi untuk mengamalkan ilmu, Berbakti pada negara, mencari uang, pengembanan karier, dan kombinasi dari keempatnya. Dalam hal ini motivasi dikelompokan dalam motivasi rendah (Motivasi untuk diri sendiri) dan motivasi tinggi (motivasi untuk negara dan kombinasi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat/negara). 3. Masa Kerja adalah lama responden bekerja pada penyelenggaraan penyuluban pertanian yang dikelompokan menjadi masa kerja rendah(bekerja kurang dari 20 tahun) dan masa kerja tinggi (bekerja Jebih atau sama dengan 20 tahun). 4. Golongan kepangkatan adalah jabatan yang membedaken pekerjaan dan paji seseorang, yang dikelompokan menjadi golongan kepangkatan rendah (houorer dan golongan II) dan golongan kepangkatan tinggi (golongan II). S. Partisipasi dalam beragam kelembagaan adalah akses penyuluh pertanian dalam beragam kelembagaan baik formal maupun informal. Pertisipasi penyuluh pertanian digolongkan rendah apabila mengikuti berbagai kelembagaan kurang dari 50 persen, dan tinggi jika lebih atau sama dengan 50 persen 6. Kepemilikan laban adalah Iuasan tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai usahatani yang golongkan kedalam rendah apabila luas lahan yang dimiliki kurang dari 1000 m? dari luas rata-rata dan tinggi apabila sama dengan atau lebih dari 1000 m? dari Iuas rata-rata 19 7. Kepemilikan ternak adaish jumlah ternak yang dimiliki saat ini, yang golongkan kedalam rendah apabila harga temak yang dimiliki kurang dari 50 point dan tinggi apabila sama dengan atau lebih dari 50 point. 8. Kepemilikan benda-henda herharga adalah jumlah sumberdaya fisik yang dimitiki saat ini yang terdiri dari benda-benda produktif (usahatani) dan benda rumah tanga. yang golongkan kedalam rendah apabila memiliki kurang dari SO point dan tinggi apabila sama dengan atan lebih dari 50 point. 9. Pembagian kerja (kualitatif) dalam kegiatan produktif. Dominasi terhadap suatu kegiatan yang diukur berdasarkan persentase terbesar_antara penyuluh pria dongan penyuluh wanita 10,Curahan waktu (kuantitatif) serta beban kerja dalam kegiatan produktif yang dihitung dalam jam kerja terhadap kegiatan 30 hari terakhir. Curahan waktu digolongkan tinggi bila jam kerja yang dikeluarkan lebih atau sama dengan 70 Jam Kerja (JK) dan rendah bila kurang dari 70 Jam Kerja (JK) LLAkses, adalah peluang yang bisa diperoleh wanita dan pria untuk melakukan sesuatu. kegiatan produktif untuk mendapatkan angka kredit dalam kegiatan produktif selama 30 hari terakhir. Akses dibedakan menjadi akses terhadap tugas pokoknya yang dikategorikan tinggi jika mencapai lebih atan sama dengan 50 persen dan rendah kurang dari 50 persen, dan diluar tugas pokoknya yang -- dikategorikan tinggi jika mencapai lebih atan sama dengan SO persen dan rendah kurang dari 50 porsen terhadap total tugas dan fungsinya 12.Kontrol, menyangkut sejauh mana wanita dan pria mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam —merenomakaan. Melakukan kegistan produktif selama 30 hari torakhir. kontrol dibedakan menjadi kontrol terhadap fugas pokoknya yang dikalegorikan tinggi jika mencapai lebih atau sama dengan $0 persen dan rendah kurang dari 50 persen, dan diluar tugas pokoknya yang dikategorikan tinggi ‘a mencapai lebih atau sama dengan 50 persen dan rendah karang dari 50 persen ferhadap total tagas dan fingsinya. Informasi yang akan diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan kuisioner dan hasil observasi/pengamatan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi penyuluh pertenian di BIPP dan di BPP, yang mencakup sistem kerja penyuluh pertanian di BIPP dan BPP , status dan peranan penyuluh pertanian dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, profil aldifitas penyuluh pertanian (pembagian kerja dan curehan waktu) dalam kegiatan produktif, Profil Akses dalam memperoleh angka kredit dan Kontrol dalam hak-hak pengambilan keputusan kegiatan produktif' sclama 30 hari terakhir, Sumberdaya Pribadi (tingkat pendidikan, masa kerja, motivasi, , golongan kepangkatan dan partisipasi dalam beragam kelembagasn), Sumberdaya keluarga. (kepemilikan laban usahatani, pemilikan benda berharga, dan pemilikan ternak), dan hubungan kerjasama antara BIPP, BPP, PEMDA Tingkat II Karawang, Dinas Subsektor dan instansi/lembaga lain. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan Dinas lingkup pertanian, PEMDA. Tingkat 1 Karawang, Badan Perencana Pembangunan PEMDA Tingkat II Karawang, BIPP dan BPP. Pengolahan dan analisis data akan dilekukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengedit (editing) untuk memeriksa atau menilai kesempurnam data, apakah semua data yang dikumpulkan sudsh sesuai dengan apa yang direncanakan semuta, sehingga bila ada penyimpangan dari yang telah ditetapkan dapat segera. diperbaiki. 2. Pengolahan data dilakuken dengan cara tabulasi sederhana yaitu proses pemindahan data dari kuesioner lembar data sementara, yang selanjutnya disajikan dalam kerangka tabel yang dipersiapkan. 3. Data kualitatif yang terkumpul melalui wawancara mendalam dianalisis secara deskriptif sementara data yang dikumpulkan dalam survey diolah dengan menggunakan program microsoft exel kedalam tabel frekuensi dan tabel silang, untuk kemudian dianalisis dengan menghubungkannya dengan analisis jender. BAB IV PROFIL BALAI INFORMASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN KARAWANG Pedoman Penyelenggerann Penyuluhan Pertanian yang diatur dalam Keputusan Bersama Mendagri-Mentan No, 65 tahun 1991 dan No, S39/Kpts/LP.120/7/1991 sudah tidak sesnai lagi dengan perkembangan penyuluhan pertanian Penyuluh pertanien yang bekerja secara Monovalen tidak akan bisa terlepas dari persoalan di luar sektor kerjanya, demikian pula dengan administrasi pangkal periyuluh pertanian yang berada di tiap Dinas-Dinas Sub Sektor menjadikan penyuluh pertanian terkotak-kotak dan ditambah lagi dengan pekerjaan ganda yang ditangeung penyuluh pertanian membust penyuluban pertanian tidak optimal dan mengelami stagnansi (lampiran 3,4,5 dan 6). Kelembagaan penyvluhan yang sangat berperan dalam menyebarluaskan informasi pertanian yaitu Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) juga mengalami stagnansi karena sedikit sekali aktivitas penyuluhan yang terkonsentrasi disana. Dalam rangka menumbuh kembangkan swadaya dan peran serta petani- nelayan dalam kegiatan usaha dan pembangunan pertanian pemerintal mengeluarkast Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian Nomor 54 tahun 1996 dan Nomor 301/Kpts/p/120/4/96 tertanggal 10 April 1996 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluban Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaannya yang membawa perubahan bagi penyuluhan pertanian dimana urusan penyuluhan pertanian diserahkan menjadi urusan rumah tangga dgerah dan meny: kembali penyuhih pertanian yang dulunya terkotak-kotak didinas-dinas sub sektor dengan cara membentuk Bulai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP) sebagai Satuan Administrasi Pangkal Penyufuh pertanian yang dalam melaksanakan tugas dibantu olch Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai Instalasi/sarana kegiatan penyuluhan pertanian di Kecarmatan. a3 4.1, Balai Informasi Dan Penyuluhan Pertanian 4.11. Kedudukan Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Karawang dibentuk berdasarkan keputusan Bupati Daerah Tingkat If Karawang No. 2 tahua 1997 tertanggal 20 Maret 1997 yang dilegitimasi dengan Keputusan Mendagri No. 35 Tahun 1999 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian , namun secara operasional baru berjalan pada tanggal 4 Agustus 1997. Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian adalah unit kerja organik penyuluh sebagai pelaksana teknik operasional Pemerintah Daerah Tingkat IT dibidang penyutuhan pertanian yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah melalui pejabat yang ditunjuk olehnya. 4.12, Tugas Pokok dan Fungsi ‘Tugas pokok BIPP adalah menyelenggarakan penyuluban pertanian diwilayah kerjanya dan melaksanakan tugas pembantuan yang diserahkan oleh Bupati kepala daerab. Dalam melaksanakan tuges pokoknya, BIPP mempunyai fungsi-fungsi : (1) Menyusun Program penyelenggaraan penyuluhan pertanian, (2) Bimbingan penyusunan pelaksanaan rencana kerja penyuluhan pertanian, (3) Penyediaan, penyebaran dan pelayanan informasi pertanian, (4) Pembinaan pengelolaan BPP, (5) Pelaksanaan kordinasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, (6) Pemantauan dan Evaluasi, (7) Sentra komunikasi pembangunan pertanian di Kabupaten, (8) Penyelenggaraan latihar/kursns bagi penyuluh dan petani-nelayan, (9) Melakukan penumbuhan dan pengembangan petani-nelayan, (10) Bimbingan penggunaan sarana usaha pertanian-nelayan, (11) Penyelenggarasn percontohsn, (12) Pengelolaan perpustakaan, (13) Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi pertanian, (14) Pemberian pelayanan teknis atau penyuluban, (15) Pelaksanaan tata usaha. Mengingat umur BIPP baru memasuki tahun kedua, diketahui bahwa dari semua fungsi diatas belum semua dapat terealisir. Diakui oleh kepala BIPP Karawang bahwa di Kabupaten Karawang yang dirasekan sudah dapat dilakukan dengan baik 24 hanya beberspa fungsi yaitu fimgsi penyusunan programa ponyelenggaraan penyuluban pertanian, bimbingan penyusunan dan rencana kerja penyuluh pertanian, Penyelenggaraan lotihan/kursus bagi penyuluh pertanian dan petani-nelayan dan pelaksanaan urusan tata usaha. 4.13. Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Dati I Karawang No. 2 tahun 1997 ‘ertanggal 20 Maret 1997, Balai Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Dati, UI Karawang terdiri dari uasur-uasur organisasi seperti terlihat pada Lampiran 1 yang tersusun dan mempunyai tugas sebagai berikut : 4.1.3.1, Pimpinan (Kepala BIPP) Balai Informasi dan Penyuluhan pertanian dipimpin oleh seorang kepala yang ‘memenubi persyaratan unum untuk menduduki jabatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diangkat dan dibethentiken oleh Gubermur kepala Daeth Tingkat I atas usul Bupati Kepala Daerah. Pimpinan (Kepala BIPP) mempunyai tugas : 1. Membantu bupati Kepala Daerah didalam melaksanakan tugasnya dibidang penyuluban pertanian baik dalam perencanaan maupun delam perumusan kebijaksanaan teknis, 2. Memimpin, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan-kegiatan balai, 3. Mongatur pelaksanaan tugas pera penyuluh pertanien di BIPP untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan sesuai urusannya diwilayah kerjanya, 4, Momberikan informasi mengenai penyuluhan pertenian seta saran dan pertimbangan kepada Bupati kepala daerah sebagai bahan untuk menerapkan kebijaksonaannya, 5. Menyusua program kerja penyuluhan pertanian untuk pelaksanaan tugas, 6. Menyelenggarakan pengelolaen -kepegawaian, keuangan dan perlengkepan dilingkungan balai, 7. Mengadakan hubungan kerja dengan dinas lingkup pertanian, instansi pemerintah ‘maupun lembaga terkait dalam rangka kegiston penyuluhen pertanian, 25 8. Mempertanggung jawabkan tugas balai kepala bupafi kepala daerah melalui pejabat yang ditunjuknya 4.1.3.2. Pembantu pimpinan (Kepala sub bagian tata Usaha). Kepala sub bagian tata Usaha mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada kepala balai dalam hal : 1. Memimpin dan menyelenggarakan kegiatan dalam bidang administrasi umum dilingkungan balai, 2. Menyiapkan dan mengolah data dalam rangka menyusun kegiatan balai, 3. Menyelenggarakan urusan rumah tangga balai, 4, Memberikan pelayanan teknis dan administrasi bagi seluruh satuan organisasi ingkungan balai, 5. Bersama kelompok pejabat fungsional melakukan penyusunan rencana, program supervisi, monitoring, evaluasi, pelaporan dan statistik serta pembinaan organisasi dan tata laksana, 6, Melakukan pengelolaan keungan dan pembendaharaan, 7. Melakukan urusan pengadaan, perlengkapan, kerumahtanggaan, surat menyurat, kearsipan, kehumasan dan protokol, 8. Membimbing pengelolaan rumshtangga BPP. Dalam melakeanakan tugasnya, Kepala Tata Usaha dibantu oleh Sub-sub Bagian Tata Usaha yang terdiri dari Urusan Keuangan, Urusan Kepegawaian, Urusan Perlengkapan, Urusan Umum/arsip, masing-masing dilimpahkan kepada seorang kepala urusen yang barada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala Tata Usaha. Selain seorang kepala urusan dalam setiap sub-sub bagian tata usaha, pelaksanaan tugas tata usaba juga dilaksanakan oleh staf tala ussha yang bertanggung, jawab kepada kepala urusan yang terdiri dari seorang staf umum, seorang stsf Keuangan dan dua orang staf kepegawaian, Kedua orang staf kepegawaian bukenlah penyuluh pertanian, melainkan pejabat struktural/ pegawai negeri sipil Kantor wilayah Departemen Pertanian yang diperbantukan. 26 4.1.3.3, Peaksana (Kelompok Jabatan Fungsional) Kelompok jabatan fiungsional dilingkungan balai bertugas menunjang tugas pokok yang sesuai dengan keahliannya masing-masing. Kelompok Jabatan fungsional ini dipimpin oleh pejabat fungsional sebagai ketua kelompok yang bertanggung Jjawab kepada kepala balai. sesuai kebutuhan, kelompok jabaian fungsional dapat dibagi kedatam sub-sub kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seorang pejabat fimgsional, Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan sifat, jenis dan beban ‘ugas. Pembinaan terhadap kelompok jabatan fungsional dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Sub-sub kelompok jabaton fungsional dilingkungan balai terdiri dari beberapa urusan yang membantu dan bertanggung jawab kepada ketua kelompok jabatan flngsional sebagtai berileut : 4.1.3.3.1. Urusan Program ‘Urusan Program mempunyai tugas : 1, Menyusun perumusan program penyelenggaraan penyuluhan pertanian tingkat Kabupaten. . Membimbing dan mengarahkan pelaksanaan penyusunan program penyuluhan pertanian tingkat BPP. 3. Membimbing dan mengarahkan pelaksanaan penyusunan rencana kerja PPL. 4, Membimbing pelaksanaan program BPP dan rencana kerja PPL. x 5. Memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan program BPP dan program penyelenggaraan penyuluhan pertanian tingkat Kabupaten. 6. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan, Dalam menjalankan tugasnya seorang Kepala Penyuluh Pertanian Urusan (KPPU) Program dibantu oleh dua orang Penyuluh Pertanian Urusan (PPU) Program. Pembuaian program maupun rencana kerja penyuluhan pertanien baik di tingkat Kabupaten atanpun BPP dilakukan satu kali dalam satu tahun yaitu pada bulan April, sehingga perumusan, bimbingan, monitoring dan evaluasi terhadap program maupun rencana kerja dilakukan sejak 3 bulan sebelum pembuatn program dan rencana kerja. 2 4.1.3.3.2, Urusan Pelayanan Teknologi dan Sumberdaya Urusan Pelayanan Teknologi dan Sumberdaya mempunyai tugas : 1. Melakukan kaji terap teknologi baru pertanian. 2. Melakukan bimbingan pelaksanaan kaji terap teknologi yang dilakukan oleh tingkat BPP/WEPP. 3. Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak poneliti Melakukan pengkajian tentang hasil kaji terap/percobaan teknologi. ‘Merumusken rekomendasi teknologi yang lebih menguntungkan. Moelaksanakan evaluasi. ‘Melakukan penilaian tingkat penerapan teknologi oleh petani/kelompok tani. ‘Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan, Pengamatan dilapang selama 1 bulan efektif di BIPP, tampak sekali tugas Urusan pelayanan teknologi sumberdaya (Teknosda) terpusat pada KPPU Teknosda sedangkan seorang PPU Teknosda hanya membantu dalam pembuatan laporan kegiatan, Kedua pelaksana urusan Teknosda merasa kesulitan dalam melaksanakan tugas, ini dikarenakan kurangnya sumberdaya dan fasilitas sehingga kualitas dan kuantitasnyapun keurang baik. ge eae 4.1,3.3.3. Urasan Manajemen Informasi dan Penyuluhan Urusen Manajemen Informesi dan Penyuluhan mempunyai tugas : 1. Mempersiapkan manajemen sistem informasi.. Melakukan penjabaran program penyelenggaraan penyuluhan pertanian tingkat BIPP kedalam teknis pelaksanaan. Merumusken metode pilihan untuk pelaksansan kegiatan program. Mempersiapkan kegiatan penyuluban dan menyampaikan informasi pertanian, ‘Membantu pelaksanaan kegiatan penyuluban ditingkat BPP/WKPP. ‘Mempersiapkan dan membuat alat bantu pelaksanaan kegiatan penyuluhan. ‘Mempersispkan dan menyusun materi penyuluhan pertanian. Monitoring dan mengevaluasi teknis kegiatan penyuluhan diberbagei tingkatan. Mengelola perpustakaan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan. Swe N Aw hw Berbeda dengan urusan pelayanan lainaya, urusan pelayanan manajemen informasi dan penyuluhan (MIP) dikepalai oleh seorang wanita yang dibantu oleh dua orang PPU pria. Tugas yang rutin dilaksanakan adalah pemberian informasi terbaru kepada penyuluh pertanien di BPP yang pelaksanaannya bersamaan dengan pertemuan penyuluh pertanian di BPP. Seperti halnya urusan pelayanan Teknosda, pelaksanaan tugas urusan MIP juga terpuset pada KPPU. 4.1.3.3.4. Urusan Pendidikan dan Latihan ‘Urusan Pendidikan dan Latihan mempunyai tugas: ‘Melakukan identifikasi materi kebutuhan lafihan. ‘Merumuskan dan menentukan skala prioritas materi pelatihan. ‘Menyusun jadwal pelatihan. ‘Merumuskar/menentukan pelatihan sesuai dengan materi yang dibutubkan. Morumusken dan penyusunan jadual supervisi scoring dan non scoring. Perumuskan dan menyusun instramen kegiatan supervisi. ‘Mengolah dan menganalisa serta mengevaluasi hasil kegiatan supervisi. ‘Melakukan bimbingan bagi penyvluh dalam pelaksanaan kegiatan. Menyusun rangking hasil kegiatan supervisi. Dalam hai pelaksanaan pelafihan, telah dilaksanakan berdasarken Rencana Peleksanaan Setahun yang diorganisasikan kedalam program triwulanan. Prioritas materi sangat disesuaikan dengan kebutuhan daerah, kebijaksanaan dinas terkait, lokal spesifik, serta kebutuhan. Namun demikian dari pelatihan yang dilaksanekan haya 25 persen yang dapst mencapai kebutuban yang diajukan PPL karena terbatasnya personal serta waltu penyelengaraan yang seringkali bersamaan dengan penyelenggaraan kegiatan Rapat Kerja dan Rapat Koordinasi Pembangunan (RAKORBANG). Selain itu. dirasakan kemampuan pelatih di BIPP yang notabene adalah mantan PPL tidak lebih tinggi dibanding PPL yang menjadi peserta pelatihan, sehingga dirasakan bahwa sebaiknya struktur BIPP seharusnya mengikuti struktur ‘SPBB (Satuan pelaksana Harian Bimas) dimana pihak pelatih di BIPP mendapatkan pelatihan dan binaan dari Penyuluh Pertanian Spesialis di tingkat propinsi. een aya yn 29 4.1.3.3.5. Urusan Pelayanan Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Tani Urusan Pelayanan Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Tani mempunyai tugas : 1. Mengidentifikasi kemampuan wilayah dan pasar bersama petani-nelayan dan pensliti dalam pengembangan agribisnis, agroindustri dan agrowisata dalam suatu satan wilayah kawasan pertumbuhan (SWKP). 2. Membuat rancangan pengembangan usaha agribisnis, agroindustri dan agrowisata sesuai dengan potensi wilayah. 3. Mengembangkan dan melayani masuken yang dibutuhkan usaha kelomok tani- nelayan diwilayah kerjanya. 4. Mengembangkan dan melayani masukan yang dibutuhkan oleh pengusaha (BUMN, BUMS dan Koperasi) untuk pengembangan usahanya 5. Menggerakan sektor swaste/BUMN, koperasi dan unit kerja faimya untuk menumbuhkan kemitraan usaha datam membangun satuan wilayah ekonomi . 6. Memberikan pelatihan terhadep petugas maupun petani-nelayan dalam rangka pengembangan agribisnis, agroindestri dan agrowisata. 7. Menyusun strategi pembinaan terhadap petani/kelompok tani-nelayan. 8. Melakukan inventarisasi petani/kelompok tani-nelayan. 9. Melaksanakan penilaian tingkat kemampuan kelompok tani. 10, Pembinaan peran dan fungsi KTNA diberbagai tingkatan, LL. Membantu petani/kelomopok tani dalam kerjasama dengan perusahaan pombimbing. 12. Merumuskan dan menyusun jadual supervisi. 13. Melaksanakan monitoring, supervisi dan evaluasi serta melaporkan hasil kegiatan, Pelaksanaan tugas urusan pembinaan usaha dan kelembagaan tani belum semua dapat dilaksanakan, hel ini dapat dimaklumi mengingat umur kelembagaan BIPP baru 2 tabun, Tugas yang sudah dapat dileksanakan adalah pembinaan dax pola kemitraan antara PPL, Kelompok ‘Teni-Nelayan Andalan (KI'NA) dengan kelembagaan Iain, namun kendala yang dirasakan cukup berat saat ini adalah adanya porkembangan Karena pembangunan industri yang mengakibatkan adanya alih profesi dikalangan petani-nelayan dan keluargannya termasuk dikalangan KTNA. Hal ini menycbabkan sulitnya mendapatkan KTNA yang dapat bekerjasama dan menjadi partner PPL secara berkelanjutan. 4.1.4, Tata hubungan Kerja Sepert terlihat pada Lampiran 7, hubungan kerja antara BIPP dengan dinas- dinas daerah tingkat II lingkup pertanian adalsh bubungan koordinatif, dalam hal pembinaan teknis operasionalnya dilakulsan oleh Bupati Kepala Daerah yang sebsri- hari dilakukan oleh PEKD/Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Daerah fingkat IL Sedangkan pembinaan teknis administrasi ditalukan oleh assisten administrasi Pembangunan setwilda tingkat II Karawang. Dalam Pelaksanaan tugas dan fungsinya, BIPP mendapat bimbingan teknis dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian yang meliputi penyampaian kebijakan penyuluban pertanian, penyampaia pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk toknis pelaksanaan penyuluban pertanian, mengkoordinasikan kebutuban lotihon bagi penyuluh pertanian, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, Dalam melaksanakan tugas dan fungsinye, BIPP mempuinyai hubungan koordinatif dengan Dinas-Dinas Daerah Tingkat II lingkup pertanian antara Jain melalui pertemuan-pertemuan mengenai : 1. Penyusunan program penyelenggaraan dan program penyuluban pertanian. 2. Penyediaan, penyebaran dan pelayanan informasi pertanian, 3, Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan penyuluhan Tingkat Kecamatan. 4. Penyelenggeraan Pelatihan/kursus bagi penyuluh pertanian dan petani-nelayan. Kerjasama BIPP dengan instansi/lembaga lain diantaranya dengan : 1. Pusat Studi Mahasiswa (PSM) Dati. Il Karawang yaitu penyelenggaraan pemberian kulish program D TI Pertanian bagi penyuluh pertanian yang telah mendaftar untuk mengikuti perkulishan 2. Balei Pengkajien Teknologi Pertanian (BPTP) Dati. II Karawang, Serpong dan Lembang, melaksanakan pengujian-pengujian teknotogi pertanian yang, diileti 31 oleh beberapa penyuluh pertanian yang dipilih olch kepala BIPP disesuailcan antara materi dengan satminkal penyuluh pertanian sebelum adanya BIPP. 3. PT. Pindodeli, melaksanakan pengujian limbah padat. Diikuti oleh personil urusan pelayanan Teknosda untuk kemudian disebarkan kepada penyuluh pertanian di BIPP maupun di BPP sebagai tambahan pengetahuan. 4. PT. MMS melaksanaken pengembangan kedealai dan P.T. OECF Jepang melaksanakan model farm dan UPJA yang dihadiri oleh hampir seluruh penyuluh Pertanian karena merepakan bagian dari tugas yang diberikan kepala BIPP kepada penyuluh pertanian di BIPP dan BPP, Pertemuan dalam bentuk pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan kedelai dengan pola kemitraan dengan Pengusaha - 4.1.5. Sarana Dan Prasarana Usia BIPP saat ini sudah mencapai 2 tahun, namun gedung sebagai sarana penunjang belum memadai, Kantor BIPP pertama berada di SPMA, sebuah gedung milik Pemda, namun kerena akan di renovasi make kantor BIPP pada bulan mei 1999 dipindah ke Salah Satu Ruangan Rapat di gedung Bappeda yang juga milik Pemda. Sebenamya sudah ada paket bantuan dari SPL mengenai dana bantuan bangunan dengan Iuas 2 Ha, namun dana tersebut belum cair dan Pemda sendiri bars menyediakan lehan seluas 1 Ha dari 2 Ha lahan yang dijanjikan. Ketiadaan Ruangan atau kantor yang memadai menyebabkan suasana bekerja tidak nyaman, ruangan dan sarana lain seperti Meja, Kursi dan Perlengkapa Rumah tangga Balai yang masih meminjam dari Bappeda menyebabkab Staf yang bekerja di BIPP seperti “menumpang”, sehingga tidak ada perasaan memiliki dan punya kekuatan untuk molakukan sesuatu untuk memperbaiki kondisi balai. Berdasarkan data inventarie bangunan BIPP tahun 1998, BIPP mempunyai 11 BPP, Kebun percontohan yang terdiri dari lahan sawah seluas 43.793 M? pekarangan seluas 17.923 M? dan Kolam percontohan seluas 3.832 M? . Peralatan kantor yang ada di BIPP saat ini terdiri satu set komputer, 1 buah stabilisator dan 3 buah mesin kotik yang semuanya dalam keadaan baik dan merupakan bantuan dari Bantuan 32. Khusus Operasional Penyulukan Pertanian (BKOPP). Alat bantu penyuluban yang ‘ersedia saat ini terdri dari 1 buah wireles dan 1 buah over head projector yang juga merupakan bantuan dari BKOPP. 4.1.6. Pembiayaan Dalam hal pengenggaran berdasarkan Surat Keputusan Pembentukan BIPP, pembiayaan BIPP disediakan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sorta Subsidi atau bantuan Pemorintah Daerah Tingkat I Jawa Barat maupun Pemerintah Pusat dan lembaga Sejak berdirinya BIPP (fahun 1997), anggaran biaya yang diterima dari PPKD Departemen pertanian oleh BIPP sebesar Rp. 15,100.000,00, berasal dari Inpres Dati T sebesar Rp. 952.210,00 dan Dana Operasional Program sebesar Rp. 480.000,00, Dengan perkataan lain anggaran dari Kabupaten Dati I Belum ada Hal inj Gisebabkan belum adanya PERDA (Peraturan Daerah) yang mengatur anggaran BIPP, ini membuktikan belum adanya otonomi penuh bagi BIPP karena belum adanya PERDA menyulitkan BIPP dalam membuat Anggaran Rumah Tangganya. in diluar pemerintah dengan cara yaug sah. 4.17, Tenaga Penyuluk Pertanian Penyuluh pertanian yang ditempatkan di Unit Kerja Pertanian Pusat atau Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan pertanian, Penyuluh pertanian yang ditempatkan di Unit kerja pertanian Daerah tingkat II satuan administrasi Pangkalnya berada di BIPP dan merupakan pegawai negeri sipil pusat diperbsintukan. Jumlah Penyuluh Pertanian yang berada di BIPP sebanyak 21 orang dan 2 orang staf yang berasal dari kanwil Departemen Pertanian. Keseluruhan _pervonil yang ada di BIPP dipilih dan disahkan olch Bupati berdasarken Surat Keputusan Bupati, bukan kemavan dari penyuluh itu sendiri, Hal ini diakui Kepala BIPP menyebabkan sikap dan kinerja sebagian penyuluh yang ade di BIPP dirasakan masih fourang baik, namun dewasa ini rasa memiliki (self of belonging) penyuluh pertanian tethadap BIPP dirasakan meningkat. Dilingkungan BIPP terdapat harapan bahwa untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan sikap Penyuluh Pertanian maka semua 33 uwrusan yang menyangkut kepegawaian penyuluh pertanian sebaiknya dilimpahkan Pada BIPP. Sementara itm dipihak Dinas dirasakan bahwa PPL bagaimanapun “dibesarkan” oleh Dinas dan bahwa yang mempunyai program adalah “Dinas”, sehingga PPL diharapkan masih berumah di Dinas masing-masing. Selain itu, dalam hal kepegawaian pihak Dinas masih merasa perlu dilibatkan dalam penilaian konduite Penyuluh pertanian, karena pihak Dinas merasa bahwa merekalah yang mengenal betul perilaku dan prestasi PPL. Dualisme “Kepemimpinan” bagi kalangan PPL ini perlu segora dibenahi, untuk menghindari ketidakjelasan status PPL dan moncegah PL yang kurang disiplin, serta menyatu padukan kontrol terhadap PPL. Jumlah penyuluh pertanian yang berada di BIPP menurut pendidikan adalah sebagai berikut: empat orang berpendidikan SLTA, ompat orang Diploma 3 atau sarjana Muda, sebelas orang Sarjana dan sebanyak dua orang berpendidikan Pasca Sarjana. Jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan penyuluh pertanian di BIPP dengan penyuluh pertanian di BPP akan tampak bahwa tingkat pendidikan penyuluh pertanian di BIPP jauh lebih tinggi. Hal ini dapat dimaklumi mengingat personil di BIPP bertugas mengkordinir penyuluh pertanian di BPP. 4.2. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Berdasarkan SKB Mendagri-Mentan No. 223/Kpts/Unv4/1976 dan No. 76 tahun 1976 dibentuk Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) yang bercikal bakal dari Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD), Setelah dibentuknya BIPP terdapat perubahan, dibawah ini dikemukakan BPP pasca BIPP. 4.2.4, Kedudukan Dalam meloksanakan tugas dan fungsinya BIPP menggunakan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai instalasi/sarana kegiatan penyuluhan pertanian di Kecamatan. Balai penyuluhan Pertanian (BPP) diarehkan untuk dikelola oleh kelompok tani nelayan yang dibimbing oleh seorang penyuluh pertanian senior, yang ditunjuk oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat I atas usul kepala BIPP. 34 4.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Balai Penyuluhan Pertanian yang dibentuk disetiap Kecamatan dengan wilayah Kerja satu wilayah administrasi kecamatan atau kelipatan desa dalam safu wilayah administrasi Kecamatan yang ditetepkan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat 1 Berfungsi sebagai : 1. ‘Tempat penyusunan Program Penyuluhan Pertanian, 2, Tempat penyebarluasan informasi pertanian, 3. Tempat lafihan para PPL yaag toratur sehinggr kemampuannya akan selalu meningkat, baik pengetahuan maupun keterampilannya. 4, Tempat pemberian rekomendasi pertanian yang lebih menguntungkan, ‘Tempat mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik kepada petani. Jika dilihat fungsi-fimgsi BPP diatas, maka jelas pula bahwa di BPP tidakleh cukup hanya diselenggarakan kegiatan-kegiatan Klasikal eaja, molainkan harus terdapat berbagai jenis dan bentuk kegiatan di lapangan, yang dalam hal ini di kompleks BPP. Kegiatan lapangan terutama dityjukan bagi segi-segi pendidikan, baik bagi para PPL maupun bagi para petani, dengan demikian maka kompleks BPP tidaklah hanya bermanfaat bagi pelaksanean rapat-rapat saja, melainkan juga bagi kegiatan belojar-mengajar, pelaksanaan diskusi yang menyangkut bidang pertanian, penyampaian informasi secara timbal balik (Two way traffic communication), mengenalisa dan mengevaluasi hel-hal yang berasel dari dan diperuntukan bagi tingkat lapang, 4.2.3. Organisasi Balai Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Dati, It Karawang terdiri dari uasur-unsur organisasi yang tersusun dan mempinyai tugas sebagai berilut : 4.2.3.1. Kepala (Pimpinan Balai Penyuluhan Pertanian) ‘Tugas pokok pimpinan BPP adalah menyusun program penyuluhan pertanian untuk dilaksanakan diwilayah kerja penyuluhan pertanian (WKPP) yang dapat diperinei sebagai berikut : 35 1. Menyusun program penyuluh portanian seluruh sub sektor portanian secara musiman dengan bimbingan penyuluh pertanian yang berada di Kabupaten . 2. Menyelenggarakan monitoring pelaksanaan kegialan penyuluban pestanian, 3. ‘Menyelenggarakan latihan untuk penyuluhan secara teratur dan berkelanjutan. 4. Menyampaikan permasalahan-permasalahan yang tidak dapat dipecahkan setempat kepada forum koordinasi penyuluhan pertanian tingkat II (FKPP 11). 5. Menyelenggarakan koordinasi penyuluban pertanian dengan penyuluh seluruh sub sektor, dan instansi lain yang ada kaitannya dengan kegiatan penyuluhan, 6. Mengadakan pertemuan dengan kontak tani secara priodik. 42.3.2. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) ‘Tugas pokok PPL di WKPP dapat diperinci sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan kunjungan teratur, pasti dan berkelanjutan kepada kelompok tani, nelayan sesuai dengan sistem kerja latihan dan kunjungan (Iaku). 2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpada mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok. 3. Memanfaatkan metode penyuluhan pertanian untuk memantapkan sistem kerja Latihan dan Kunjungan. 4. Menyusun program penyuluban pertanian dan menyelenggarakan kegiatan penyuluhan pertanian yang mengikutsertakan pemuka masyarakat. ‘Melakeanakan tugas yang dibebankan oleh badan pelaksana BIMAS Kecamatan, ‘Melakukan penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani-nelayan, Bimbingan penggunaan sarana usaha petani-nelayan. Penyelenggaraan percontohan. ‘Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi pertanian. Pengelolaan BPP dilakukan oleh Koordinator penyuluh pertanian bersama- em ND sama dengan kelompok tani-nelayan Pengelolaan BPP antara lain mencakup pengamanan komplek BPP, membantu pengelolaan Iahan percontohan, memelihara kebersihan serta kenyamanan kerja kantor BPP. 36 4.2.4, Tata hubungan Kerja ‘Hubungan kerja antara BIPP dengan BPP bersifat koordinatif, dimana BIPP memberikan bimbingan teknis maupun non teknis kepada penyuluh pertanian di BPP melalui Pelatiban yang waktunya bersamaan dengan pertemuan yang dilakukan di BPP yaitu 2 minggu sekali, namun jadwal kegiatan yang sudah terjadwal baik di BPP maupun di BIPP hanya sebagian kecil saja dapat dilaksanalm, hal ini dikarenakan jarak yang cukup janh dengan sarana dan prasarana yang terbalas, Waktu yang bersamaan serta ada beberapa staf dari BIPP yang terkadang enggan pergi kelapang, i whan Penyuluh pertanian di BPP dikarenakan sedikitnya frekuensi pertemuan Penyuluh pertanian BIPP dengan Penyuluh pertanian BPP mengakibatkan informasi tentang pertanian juga sedikit. ini meni 4.2.5, Sarana Dan Prasarana Kabupaten Dati. Il Karawang mempunyai 18 Kecamatan, empat perwakilan kecamatan/kemantren dan 303 desa/ kelurahan. Dalam penyelonggaraan penyuluhan pertanian Kabupaten Dati. II Karawang memiliki 22 BPP, 143 WKPP (wilayah kerja penyuluh pertanian ) dan 2054 wilayah Kelompok toni-nelayan. Balai penyuluban pertanian yang ada hanya 12 yang memilki bangunan sedangkan 10 bangunan lainnya merupakan pinjamawKontrak, Jumlah BPP yang mempunyai !ahan percontohan terdiri dari 9 BPP dengan luas Iahan seluruhnya 10,4 Ha. Untuk menunjang penyelenggaraan penyuluhan, 20 buah BPP mempunyai 42 buah motor dengan keadaan jalan 26 buah, rusak 12 buah dan rusak berat 4 buah, Kepemilikan Kendaraan Bermotor ini Sebagian besar diberikan kepada Penyuluh Pertanian Spesialis ketika berada di Dinas, setelah perpindahan Satuan Administrasi pangkal dari Dinas ke BIPP menyebabkan Dinas tidak bertanggung jawab lagi terhadap biaya ekeplorasi dan perbaikan kendaraan bermotor sedangkan di BIPP sendiri belum dapat mengajukan biaya eksplorasi inventaris kendaraan bermotor yang Perda schingga tidak bisa mengajukan 37 4.2.6. Pembiayaan ‘Menteri dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian secara bersama mengatur pembiayaan BIPP, BPP dan penyuluh pertanian, Pemberian dana bagi penyelenggaraan penyuluhan disesuaikan dengan anggaran yang diajukan oleh penyuluh pertanian melalui Rencana Kerja dan Programa penyuluhan pertanian yang i buat secara priodik 1 kali setiap tahunnya yang diserahkan kepada BIPP untuk disetujui oleh kepala BIPP sesuai dengan prosedur yang berlalcu. Adanya Bantuan Khusus Operasional Penyuluh Pertanian (BKOPP) dalam Inpres Bantuan Pembangunan Dacrah Tingkat 1 adalah salah satu upaya untuk ‘memperkuat pembiayaan kegiatan penyuluban pertanian didaerah tingkat IL Bantuan Khusus Operasional Penyuluh Pertanian (BKOPP) dalam Inpres Dati II bukan untuk menghilangkan pembiayaan yang bereumber dari dasrah. Porsi pendanaan dari pemerintah Pusat akan semakin kecil sebaliknya, porsi pendanaan dari pemerintah Daerah akan semakin besar. Dengan diterbitkannya SKB Mendagri-Mentan 1996, penyediaan biaya penyuluhan pertanian yang selama ini ada di APBD Tingkat I atau APBD tingkat II fetap dilakukan berdasarkan mekanisme penyusunan anggaran pembangunan schingga pembiayaan penyuluhan pertanian tetap dijamin sesuai dengan kebutuhan, 4.2.7, Tenaga Penyuluh Pertanian Penyuluh Pertanian yang berada di BPP berjumlah 157 orang, terdiri atas 14 orang Wanita dan 143 orang pria, Pendidikan terakhir Penyuluh pertanian di BPP terdiri dari 2 orang Sarjana (S1), 10 orang Diploma 3 (D3) dan sisanya 145 orang adalah Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA). Sumberdaya penyuluh pertanian yang = mayoritas _berpendidikan SMA/sederajat, rendahnya dana operasional, monotonnya kegiatan yang dilaksanakan penyuluh pertanian di BPP serta adanya perubahan dalam perkembangan struktur demografi keluarga penyuluh pertanian di BPP menyebabkan perhatian penyuluh pertanian di BPP terhadap fungsi yang herus dilakeanakannya sangat heterogen bahkan diantaranya ada yang menurun, 38 BAB V PROFIL PENYULUH PERTANIAN 5.1, Sumberdaya Pribadi Sumberdaya pribadi terpenting yang menentukan kuualitas seorang penyuluh pertanian adalah tingkat pendidikan, Pada Tabel 1 dikemukakan data tingkat pendidikan Penyuluh Pertanian. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara umumn tingkat pendidikan wanita dan pria mayoritas berpendidikan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA). Gejala tersebut terjadi kerena pegawai negeri sipit yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan penyuluhan pertanian harus memenuhi syarat berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Atas dibidang pertanian Tabol 1. Persentase Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan, ‘Tahun 1999 Tingkat Pria Wanita Pendidikan A B A B ‘SPMA a3 | 679 92 92 Diploma 3 71 4 0 0 Sarjana 3 36 [L178 0 0 ‘Pasca Sarjana 0 I 0 8 8 Keterangia : A= Sebelum menjadi penyuluh peranian ‘B= Sesadch menjadi penyuluh pertenian Hal tersebut dimungkinkan mengingat setelah menikah akses penyuluh wanita untuk memperoleh pendidikan terrhambat oleh beban kerja reproduktif . Dalam kegiatan reprodultif curahan waktu peuyuluh wanita lebih banyak dibandingkan pria, seperti terlihat pada tabel 2, Curahan waktu wanita dalam kegiatan reprocultif yang menyita 20 persen waktu dalam sehari menyebabkan wanita sulit menyisihkan waltu untuk meningkatkan pendidikan formalnya. Hal tersebut dimungkinkan mengingat setelah menikah akses penyuluh wanita ‘untuk memperoleh pendidikan terrhambat oleh beban kerja reproduktif . Dalam kkegiatan reprodultif curaban waktu penyuluh wanita lebih banyak dibandingkan pria, seperti dapat dilihat pada tabel 2. Curahan wakty wanita dalam kegiatan reproduldif yang menyita 20 persen waktu dalam sehari menyebabkan wanita sulit menyisibkan ‘walu untuk meningkatkan pendidikan formalnya. ‘Tabel 2. Diistribusi Curahan Wakt Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Tahun 1999 No Tenis Kegiatan PRIA (n=28) | WANITA (n=12) 3K _[Persen | JK | Persen 1_| Kegiotan Reproduktif Domestik) | 2._| Masak oo [ 00 | 18 77 'b. | Meneuel 00 [0.0 [07 [30 c._| Mengasub Anak o3 | a1 [10 4d 4.| Membersihkan /merapikan Rumah o4 | as [10 40 | e. | Kegiatan Leinnya 03 | 13 [03 13 Subtotal [09 [38 [48 | 200 2 | Repiatan Produktif cs | a__| Dings Luar 38 42 | 173 | b._[ Dinas Dalam [19 17 69 | ¢._| Rapat/Pertermuan li o1 [03 | d._| Perjalanan Kerja 06 4 18 e._| Apel a ol 05) £_| Kegiotan Cainnya 14 58 = ‘SubTotal | 78 | 32.7 3 | Regiatan Sosial dan Organisasi a._| Sosiabisast 03 13 b._| Tolong Menofong a 00 Ou c._| Pendidikan - 0.0 0.0) SubTotal 03 14 4 _| Kegiatan Waktu Luany eee Olah Raga o2 oo buran/kesenian, 08 35_| stirahat a 5 2.0 iH Sub Tod | 29 [a2 | 1s 63 3__| Kebutuban Desar [eat a_| Keplatan agama is | 63 |" 20 i b._| Tidur 66 | 276 | 65 | 274 c._{ Maken dan Minum o9 | 36 | 06 27 d._| Membersihkan Diti [o6 | 24 | 04 17 SubTotal | 9.5 | 398 | 9.5 | 396 Total| 24 | 100 | 24 100 Keterangan : JK = Jam Kerja 40 Selain beban kerja dalam kegiatan reproduktif, hambatan lain yang menyebabkan wanita tidak akses terhadap pendidikan datang dari pasangannya. Dari ‘Tabol 3 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan suamisisteri penyuluh pria dan wanita mayoritas berada pada (ingkat pendidikan SMA/sederajat. Data yang didapat memperkuat fakta yang ada, dimana penyuluh wanita tidalviurang akses terhadap pendidikan, Hal tersebut terjadi karena suami umumnya tidal rela pendidikan isterinya lebih tinggi dibandingkan dirinya. Berbeda dengan penyuluh wanita, penyuluh pria lebih banyak mendapatkan dulamgan isteri dalam mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut terungkap dari wawancara terhadap tiga pasangan yang keduanya adalah penyuluh pertanian . Tabel 3. Distribusi Pasangan Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan, Tahun 1999 Tingkat Pendidikan Pria (n=27) Wanita (n=12) jumlah | Persen | Jumlah | Persen Tak Sekolah 3 i 0 0.0. SD 3 m1 0 0.0, SMTP 8 29.6 0 0.9 ‘SMTA 10 37.0 6 50.0 [3 3 it 4 33.3 st 0 0.0. 1 83 32 0 0.0) 1 83 Kemampuan wanita untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi yang terhambat tidak mengakibatkan kemampuan wanita untuk menempati golongan/jenjang kepangkatan yang lebihh tinggipun terhambat. Golongan kepangkatan seseorang antara Jain menentukan pendapatanigaji dan tugas/pekerjaan penyuluh pertanian. Sika diperbandingkan secara umum mayoritas golongan kepangkatan penyuluh pertanian pria sama dengen wanita, dimana golongan kepangkatan penyuluh pertanian pria dan wanita terbesar tersebar pada golongan HT, seperti dapat dilihat pada Tabel 4. a Tabel 4. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Goiongan ‘Kepangkatan, Tahun 1999 Golongan Pria Wanita Kepangkatan _[~ Jumlah Persen Jumlah Persen ‘Honorer & I 5 179 1 83 ot 3B 321 | i 91,7 Golongan kepangkatan pada penyuluh pertanian sebagai pegawai negeri sipil (NS) didasarkan pada pengumpulan angka kredit yang secara koicitif diberikan setiap 3 tahun sekali. Salah satu faktor yang dilihat dalam mencapai golongan kepangkatan, fertentu adalah angka Kredit, semakin lama seseorang bekerja maka semakin besar ‘angka kredit yang dikumpulkannya. ‘Masa kerja seseorang menggambarkan pengalamaniya dalam melaksanakar ‘tugas pokok dan fimgsinya. Masa kerja penyuluh pertanian pria menduduki persentase terbesar pada masa kerja lebih dari 20 tahun yaitu 54 persen sedangkan wanita SO persen mempunyai masa kerja kurang dari 20 tahun dan 50 persen masa kerja ebilv/sama dengan 20 tahun, ‘abel 5. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Masa Kerja, Tahun 1999 Masa Kerja Pria ‘Wanita Jumlah_|Persen | Jumlah | Persen ‘Kurang dari 10 tahun 3 0 0 10 sampai 20 tahun 10 36 3 25 Lebih dari 20 tahun as [54 3 25 ‘Tabel 5 juga memberiican gambaran dimana selama 10 tahun terakhir tidak ada penerimaan pegawai/penyuluh pertanian wanita dalam kelembagaan penyuluhan pertanian, Hal fersebut membuktikan masih berlakunya penerimaan penyuluh pertanian yang lebih mengutamakan calon penyuluh pria dibandingkan wanita dan masih kurengnya minat remaja putri untok belajar di sekolah pertanian menengah atas yang 42 selanjuinya akan menjadi penyuluh pertanian. Berdasarkan hesil seminar yang diadakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian, Pemda TK. I Karawang dan BIPP dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang penyuluh pertanian yang bait dibutuhkan motivasi yang tinggi terhadap bidang pekerjaannya, Motivasi adalah seswatu yang menimbulkan semangat dan dorongan kerja dimana tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang akan menentukan besar kecilnya prestasi kerja itu sendiri. Motivasi kepentingan pribadi pada penyuluh pertanian pria {28,6 persen) sedikit lebih besar dibandingkan wanita (25 persen) dikarenakan penyuluh pria mempunyai beban lebih besar dibandingkan penyuluh wanita dalam ‘memenuhi kebutuhan rumah tangga/kelarganya. Tabel 6.Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Motivasi, Tahun 1999 Pria Wanita Jumlah | Persen |" Jumlah_ | Persen 3 | 286 3 25 -Kepentingan masyarakat 20 TA 9 75 Aspek motivasi kerja ini berkaitan dengan sikap dan pandangan responden terhadap bidang pekerjaannya, Persepsi penyuluh pertanian pria dan wanita yang menganggap kesempatan pengembangan karier dan kualitas keragaan antara penyuluh pertanian pria dan wanita sama (Tabel 7), menjadikan motivasi penyuluh pertanian pria dan wanita Jebih terpusat pada kepentingan bagi masyarakat. Motivasi penyuluh pertanian yang cenderung untuk kepentingan masyarakat berhubungan dengan peranan sosialnya, Status penyuluh pertanian sebagai fasilitator menyebabkan penyuluh harus lebih mengutamakan kepentingan petani/masyarakal, Dalam melaksanaken tugas dan fimgsinya sebagai fasilitator penyuluh pertanian membutubkan wadaby/tempat. Salah satu cara yang dinilai cukup efektif adalah dengan berpartisipasi dalam beragam kelembagaan baik formal maupun informal 43 abel 7.Distribusi Penyuluh pertanian Menurut Persepsi Responden Terhadap Lingkungan Kerja Dan Jenis Kelamin, Tahun 1999 iv] Persepsi Responden PRIA WANITA ‘Terhadap Lingkungan Kerja ___| Jamiah [Persen] Jumian | Persen 1 |Kesempatan Pengembangan Karier [Pria dan Wanita Mempunyai Kesempatan sama 2s [100] 1 92. [Kescmpatan Pria Lebih Besar dibanding wanita oO cu 1 8 2{Kualitas Koragaan Penyuluh Pertanian [Wanita lebih Berkualitas dibanding pria 0 0 1 8 [Pria lebih berkualitas dibanding wanita 7 [3s 4 3 [Kualitas pria dan wanita sama 2 | 75 7 38 Partisipasi penyuluh pertanian pria sedikit lebih tinggi dibandingkan wanita esa (KUD). Dalam kegiatan karang taruna umumnya penyuluh pria lebih mampu berinteraksi dengan pemuda-pemudi di lingkungan rumahnya, sedangkan dalam KUD — umumnya dikarenakan keanggotaan koperasi diberikan kepada kepala rumah tangga dalam berpartisipasi pada karang taruna dan Koperasi Unit Dalam kelembagaan Keluarga Berencana (KB) penyuluh wanita jauh lebih tinggi dibanding pria, hal ini dimungkinkan mengingat penyuluh wanita selain sebagai akseptor KB juga pemberi penyuluhan mengenai KB. Program keluarga berencana (KB) lebih dipercayakan kepada penyuluh pertanian wanita mengingat peran wanita sebagai ibu rumah tangga yang berkaitan langsung dengan kegiatan reproduktif’ biologis ( Melahirkan dan merawat anak). Penyuluh pria yang berpartisipasi dalam program keluarga berencana yaitu. menjadi akseptor KB dan tidak memberikan penyuluban kepada masyarakat mengenai program KB tersebut Partisipasi penyuluh pria lebih besar dibandingken penyuluh wanita dalam kelembagaan dibidang portanian menggambarkan pria lebih akses lerhadap kelembagaan penyuluban dan kegiatan-kegiatan dibidang pertanian dimana kegiatan tersebut selain menambsh nilai Kredit juga mendatangkan penghasilan tambahan. Seperti dapat dilihat pada tabel 8 dimana penyuluh wanita sama sckali tidak akses dalam kegiatan P4K yang merupakan proyek pemerintah dalam mengembangkan petani 44 kecil dimana kegiatan tersebut selain diperhitungkan dalam pengumpulan angka kredit juga memberikan tambahan pendapatan. ‘abel 8. Distribusi Penyuluh pertanian menurut Jenis Kelamin dan Partisipasi Dalan Berbagai Kelembagaan, Tahun 1999 No Jenis ‘Wanita Kelembagaan Jumlah Persen 1. Lingkungan Pemerintahan ‘a_| Karang Taruna 6 214 2 167 > [xB 2 Head 10 $33 ¢_| Korpri 2 736 | 10 83,3 @ | KuD i ara 2 16.7 2. Pertanian a__[ HKTI 7 25 4 33,3 b__[ANST 1 3.6 0 0 ¢_| PERHIPTANT 25 89,3 10 83,3 @ [Pekan Tani 1 3.6 1 83 | Pak __6 21.4 0 0 3. Informal zs H 7 2_| Pengajian 16 S71 iH 31 >| Arisan 8 [28.57 12 ¢ | Gotong Royong io | 35.7 6 | d_| Selamatan’ 6 j 35,7 | fee } Partisipasi penyuluh pertanian dalam kelembagaan pertanian terkait dengan wilayah kerjanya, begitu pula dalam pelakeanaan program dibidang pertanian. Dalam kasus pelaksanaan program pertanian di Kabupaten Karawang, seperti yang dijelaskan oleh Seksi Bina Program Dan Penyuluhan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, pelaksanaan program lebih dipercayakan kepeda penyulub pertanian pria mengingat terbatasnya dana dan fasilitas sedangkan jangkanan program yang cukup luas sehingga ‘membutubkan kekuaten fisik yang lebih prima. Dalam kegiatan pengelolaan masyarakat/informal partisipasi penyuluh wanita cenderung lebih tinggi dibanding pria, mengingat wanita lebih banyak menghabiskan ‘waktu di lingkungan tempat tinggalnya dengan cara berinteraksi dengan masyarakat di Tingkungannya. 45 5.2. Sumberdaya Keluarga/Rumah Tangga Penyuluh pertanian baik pria dan wanita selain bekerja di lingkungen BIPP dan BEP mereka juga anggota unit sistem sosial laimya yaitn keluarga/rumah tangga. Stereotipi yang menyatakan peranan wanita hanya sebagai ibu rumah tanga, pendamping suami, ibu anak-anaknya, anggota rumah tangga dan pencari nafkah tambahan, tidak seluruhnya benar. Hal tersebut tampak dari banyaknya isteri dan penyuluh wanita berstatus pegawai negeri dimana kontribusi pendapatan rumah tangga yang diberikan sama banyainya dengan suami, begitu pula dengan status dan peranannya sebagai pegawai negeri sipil yang tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin, Tabel 9 menggambarkan pasangan suami-isteri penyuluh pertanian sebagian besar mempunyai profesi yang sama yaitu pegawai negeri sipil, mamun cukup besar persentase isteri-isteri penyuluh pertanian yang hanya menjadi ibu rumah tanga, hal ini {erjadi pada isteri-isteri yang berpendidikan dibawah SMA/sederajat, ‘abel 9. Distribusi Pasangan Penyuluh pertanian menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan, Tahun 1999 Jenis Pekerjaan Utama Pria (n=27) Wanita (n=12) jumiah | Persen | Jumlah | Persen PNS 6 22.2 & 66.7 Petan 2 7A 0 0.0 Buruh Tani 1 37 ° 0.0 Pedagan 3 il 1 83 industii RT 2 74 3 25.0 [ou Rumah Tangga B 48.1 6 0.0 Jenis pekerjaan yang sama menyebabkan penyuluh pertanian baik pria maupun wanita sering mendiskusikan masa depan karier kepada pasangannya, namun jika menyangkut pekerjaannya penyuluh pria Kurang suka mendiskusikennya dengan pasagannya Karena selain berbeda ilmu dan pandangan terhadap topik yang dibicarakan, hanya sesekali saja mereka akan menceritakan/berdiskusi_mengenai 46 pekerjaannya Berbeda dengan penyuluh pertanian pria, penyuluh pertanian wanita sering mendiskusikan pekerjaanya dengan suami. Tabel 10. Distribusi Penyuluh pertanian menurut Jenis Kelamin, Relasi Dengan Pasangan dan Jenis Pekerjaan, Tahun 1999 No Relasi Dengan PRIA.(n=28) | WANITA(n=12) Pasangan jumlah [Persen| Jumlah | Persen 1 [Persetujuan Bekerja 28 | 100 2 100 [Dukungan Karier alTidak Mendukany 4 14 0 0 [Mendukung, 23 [852 [2 100 3 [Diskusi Masa Depan Karier idak Pemah 1 37 0 0 i 26 [963 | 12 100 (4 [Diskusi Pekerjoan [alidak Pemah 1 3.57 0 0 b[Kadang-kadang 14 [53.57[ 2 16.7 dsetata 10 37 10 83,3 [5 |Bangga Terhadap Profest alantara bangea dan tidak 4 is] 2 167 clBangga 23 85,2 | 10 #33 '7__|Menanyakan Pendapat tt a[Kadang-kadang Baa o | b|Serin i (556 {12 100 Nilai jender yang masih metekat kuat menyebabkan wanita mempunyai peran ‘ganda yaitu selain sebagai pencari nafkah, beban kerja reproduktif’ wanita juga lebih besar dibanding pria. Dari ‘Tabel 11 dapat dilihat bahwa walapun jumlah Balita lebih banyak pada penyeluh pria, namun curalan waktu dalam Kegiatan reproduktif, khususnya mengasuh anak, lebih banyak diberikun oleh wanita, sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita bertanggung jabab dan mempunyai beban yang lebih besar dalam kegiatan reprodukif dibandingkan pria (Tabel 2). Selain ita penyuluh wanita ‘juga mempunyai tanggung jawab untuk mengurus/merawat orang tuanya. sedangkan penyuluh pria tidak: 47 Tabel 11. Distribusi Anggota Rumah Tanga Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, Tehun 1999 Kelompak: Pria Wanita Umor jumlah | Persen | Jumlah | Persen Balita (0-4 talum) 15 194 4 108 Sekolah (5-14 tahun) 33 42.9 13, 35,1 Produktif (15-59 tahun) 29 37,66 19 S14 Manula (lebih dari 60 tabun) 0 0 1 27 Jumloh rata-rata anggota rumah tangga baik pada penyuluh pria dan wanita yang, sama yaite lima orang, dengan gaji yang tidak terlalu besar, menyebabkan penguasaan Johan penyuluh pertanian untuk usaha tani tidak Inas. Rata-rata luas penguasaan lahan baik lahan kering maupun lahan sawah terlihat pada tabel 12, lebih banyak penyuluh pertanian pria yang menguasai lahan dibanding penyuluh wanita. Banyalnya penyuluh pria yang menguasai lahan membuat penyuluh pria lebih menguasai praktek penyuluhan pertanian dibanding penyuluh wanita. ‘Tabel 12. Distribusi Penyuluh pertanian menurut Jonis Kelamin dan Kepemilikan Lahan, Tatnun 1999 Lathan (m”) Pria Wanita Sumiah | Persen | Luaerate-reta | Jurlah, [ Sawah [29 15333, 3 Ladan; 0 0 2380. 1 Pekarangan 23 | 824 2633 8 3 10,7 2 Kolm 3 10,7 @ | Kamdany, 1 1 Gudang, 2 or Penguasaan Jahan yang tidak begitu luas mengakibatkan tidak banyale penyuluh yang berusahatani, hal tersebut dapat dipahami mengingat pendapatan/gaji penyuluh pertanian yang hanya cukup untuk membeli Iahan yang tidak begitu luas sebagai usaha tani seperti dapat dilibat pada Tabel 13 dimana ponyuluh pertanian pria mempunyai 48 pendapatan/gaiji yang lebih tinggi dibandingkan ponyuluh wanita sehingga lebih mampu menguasai lahan usahatani ‘Tabel 13. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin dan Pendapatan Dalam 1 Bulan, Takun 1999 No | Pendapatan Pria, Wanita, 1 Bulan Tumlah Persen Jumlah Persen 1_| SPMA SSPMA__|>SPMA ‘Aksos <50 Porson 7 5 3 7 (259) 7s) (25,0) (83) 250 Persen 2 4 6 0 (429) (43) (500) (00) Kontrol <50Persen 3 T a 7 (17,9) (36 (33,3) (0,0) > 50 Persen 6 ° 7 1 (21a) (oo (383) (83) Keterangan + Angka dalam () Merupakan Persertase Dari Tabel 30, diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tugas pokok penyulub pertanian tidak dilaksanakan secara maksimal. Hal ini akon menyebabkan menurunya kualitas dan luantitas produksi pertanian mengingat penyuiuh pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dan fasilitetor antara pemerintah, pengusaha, peneliti dan petani. 7.3.2.Hubungan Golongan Kepangkatan dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produkiif Dari Tabel 31 dapat dilihat perbedaan yang cukup nyata antara akses dengan golongan kepangkatan dan kontrol dengan golongan kepangkatan pada peayuluh pria. ‘Akses lebih dari 50 persen pada penyuluh pria berada pada golongan honorer dan II sebesar 14,3 persen dan golongan Il dan IV sebesar 42,9 persen, sedangkan kontrol lebih dari 50 person berada pada golongan honorer dan II (10,7 persen) dan golongan ‘Dl dan IV sebesar 46,4 persen. Tidak berhubungannya skees dan kontrol denga: golongan kepangkatan penyuluh pertanian pria membuktikan tidak adanya sistem senioritas yang, diterapkan dalam pelaksanaan dan pengambilan keputusan kegiatan produldif penyuluh pertanian. Hal ini terjadi karena tidak adanya pembedaan golongan dalam melaksanakan tugas yang sama. 3 Tabel 31. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Golongan Kepangkatan, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif 20Taun [<20 Tan | >20Tabun Aksos <50 Persen 5 7 hd 7 7,9) (259) (333) 63) 250 Persen 7 7 7 z (25,0) (33,1) 6,7) 333) Kontrol, <50 Persen 6 6 1 3 (21) cig (33) (259) 250 Persen 6 10 es 2 (ia (35) (ay 25,0) ‘Keterangan = Angka dalam () Meropakan Peraentase Dari Tabel 32 juga dapat dilihat kontrol penyuluh pria dan wanita yang dibubungakan dengan masa kerja. Pada penyuluh pria kontrol kurang dari 50 persen tersebar dan sama besar berada pada masa kerja kurang dari 20 tahun dan masa kerja lebih atan sama dengan 20 tahun (21,4 persen), sedangkan kontrol lebih atay sama dengan 50 persen berada pada masa kerja kurang dari 20 tahun (21,4 persen). Berbeda dengan hubungan antara kontrol pria dengan masa kerja, pada penyuluh wanita kontrot Tebih atau sama dengan 50 persen tersebar pada masa kerja kurang dari 20 talnm (41,7 persen) dan masa Kerja lebih ata sama dengan 20 tahun (25,0 persen), sedangkan kontrol kurang 50 persen berada pada masa kerja kurang dari 20 tahun (25,0 persen). Penyebaran yang cukup merata antara masa kerja kedalam kontrol dalam kegialan produktif pada peayuluh pria maupun wanita terkait dengan pelimpaban wewenang dan pembagian kerja yang merata baik di BIPP mpun di BPP tanpa membedakan senioritas 7.3.4, Hubungnn Produktif ‘Motivasi sescorang berkaitan dengan sikap dan pandangan responden terhadap bidang pekerjaannya. Salah sofu yang menjadi ukuran adalah akses responden terbadap bidang tugesnya, Pada Tabel 33 dapat dilihat pada penyuluh pria akses kurang dari 50 JMotivasi dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan 15 persen berada pada penyuluh bermotivasi pribadi (14,3 persen) sedangkan akses lebih atau sama dengan 50 persen berada pada penyuluh dengan motivasi pribadi (14,3 persen) dan negara (42,9 persen). Hal ini terkait dengan motivasi penyuluh pria yang dominan bermotivasi pribadi yong berhubungan dengan pemenuban kebutuban keluarga karena pria merupakan kepala rumah tanga yang harus memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada ponyuluh wanita akses kurang dari 50 persen berada pada penyuluh dengan motivasi pribadi (25 persen) dan akses lebih dari 50 persen berada pada penyuluh yang mempunyai motivasi negara (50 persen), Hubungan positif yang terjadi smenggambarkan tinggi rendabnya kuantitas penyuluh pertanian dimana penyuluh dengan motivasi pribadi menyebabkan akeosnya rendah, sedangian motivasi bagi negara menyebabkan aksesnya tinggi. ‘Tabel 33. Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Motivasi, Akees dan Kontrol dalam Kegiatan Produltif’ Mofivasi Akses dan Kontrol Pria ‘Wanita Pribadi_[ Negara Pribadi ‘Negara Alses <50 Persen 4 s 3 3 43) (286) (250) 25,0) 2 50 Persen 4 12 @ é 43) 42,9) (oo) (509) Kontrol | 50 Persen 3 o @ a 107) (21) (00) (333) 250 Persen 3 y 3 3 79) (39,3) (25,0) (41,7) ‘Keterangen : Anake dalam () Meropaken Persentase ‘Hal menarik yong dapat dilihat dari Tabel 33 adalah adanya porsamaan antara kontrol penyuluh pria dan wanita. Pada penyuluh pria kontrol iebih dari 50 persen berada pada penyuluh dengan motivasi pribadi (17,9 persen) dan negara (39,3 persen), sedangkan pada penyuluh wanita kontrol lebih dari 50 persen berada pada penyuluh dengan motivasi pribadi (25,0 persen) dan negara (41,7 porsen). 16 ‘Tidak bertubungamya motivasi dengan kontrol baik pada ponyaluh pria dan wanita dapat difhami mengingat beban tanggung jawab tidak diberikan berdasarian motivasi, namun kechliavkemampuan dalam molaksanakan dan mengambil keputusan tersebut. 7.4. Hubungan Sumberdaya Keluarga Dengan Akses Dan Kontrol Dalam Kegiatan Produktif 74.1. Hubungan Kepemilikan ternak dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif Pada Tabel 34 dapat dilibat hubungan antara kepemilikan ternak dengan akses dan kontrol penyuluh pertanian. Pada penyuluh pria akses lebih alan sama dengan 50 person berada pada penyuluh yang momiliki temnak kurang dari SO point (32,1 person) dan lebih atau sama dengan 50 point (25 persen). Sama halnya dengan akses, kontrol lebih dari 50 persen pada penyuluh pria juga tersebar pada penyuluh yang memiliki ternek kurang dari 50 point (32,1) dan lebih atau sama dengan 50 point (25 persen). ‘Tabel 34, Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepemilikan Ternak, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif ‘Kepemilikan Ternak Akses dan Kontrol Pria ‘Wanita < 50 Point 2 50 Point <50 Point = 50 Point Akses: -<50 Porsen 7 3 3 1 (25,0) (17,9) 41,7) (83) 9 7 8 3 ee cay (250 (500) 00) Kontrol <50 Persen 7 3 4 7 t (25,0) 7,9) (33,3) (583) 4 9 7 0 it 250 Persen (25) (oo) (83) (32,1) ‘Keterangan | Angka dalam () Merupakan Persentase ‘Tidak berhubungannya kepemilikan termak dengan akses maupun kontrol pada ponyuluh pertanian pria lebih disebabkan tugas pria yang bersifat teknis dan berkubingan dengan usahatani (termak) monyebebkan skses dan kontrol pria terhadap bidang tugasnya tinggi. Pada penyuluh wanita, akses lebih atau sama dengan 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki temak kureng dari 50 point (50,0 persen) dan akses kurang dari ‘50 persen berada pada penyuluh yang memiliki ternak lebih atan sama dengan 50 point (8,3 persen), sedangkan kontrol kurang dari 50 persen penyuluh pertanian wanita tersebar pada penyuluh yang momiliki ternak Kurang dari 50 point (33,3 persen) dan penyuluh yang memiliki ternak lebih stan sama dengan 50 point (58,3 persen). Hubungan negatif yang terjadi pada hubungan antara akses wanita dengan kepemilikan ternak menggambarkan bahwa usaha teak yang kurang dari 50 point menyebabkan wanita mampu akses terhadap kegiatan produktif, sedangkan ponyuluh wanita yang mempunyai teak lebih atan sama dengan SO point tidak mampu lebih akses terhadap kegiatan produktif mengingat tidak adanya bantuan tonaga kerja keluarga menyebabkan wanita tidak mampu membagi waktunya dengan baik. 7.4.2.Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif Pada Tabel 35 dapat dilihat hubungan aksos dengan kepemilikan ternak antara penyulub pertanian pria dan wenita mempunyai pola yang sama Pada penyuluh pria, akses lebih ata sama dengan 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki laban Kurang dari 1000 M? (39,3 persen) dan akses kurang dari 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki lahan lebih atau sama dengan 1000 M? (25,0 persen), sedangkan pada penyuluh wanita, okses lebih atau sama dengan 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki aan kurang dari 1000 M? (33,3 persen) dan akses kurang dari 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki lahan lebih atan sama dengan 1000 iM” (25,0 persen), Hubungan negatif yang terjadi bik pada penyuluh pria maupun wanita disebabkan pembagian waktu yang kurang baik, dimana disatu sisi ia harus bekerja sebagai penyuluh pertanian hingga mampu lebih akses, namun disetu sisi ia harus dekerja untuk mengelola Iahanya. Pengelolaan lahan yang cukup menyita wakts rT menyebabkan berkurangnya jam kerja sebagai penyuluh pertanian, schingga aksesnya terhadap kegiatan dan pelakeanaan penyuluhan pertanian tidak optimal. ‘Tabel 35. Distribusi Penyulub Pertanian menurut Jenis Kelamin, Kepemilikan Laban, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif Kepemilikan Laban Aksos dan Kontrol Pria Wanita <1000M [ >1000mM' | <1000M [ >1000M ‘Akses <30 Person 5 7 3 3 (17,9) (25,0 (25,0) (25,0) > 50 Persen VW 3 2 2 (393) 79) (333) 67) Kontrol <30 Persen 6 6 3 4 (21,4) (214) (25,0) (33, 250 Persen 10 a 1 : (35,7) (21,4) (8,3 (33,3) ‘Keterangan : Angka dalam () Merupakan Persentase Hubungan antara kontro! dengan kepemilikan lahan juga dapat dilihat pada Tabel 35. Pada penyuluh pria kontrol lebih atau sama dengan 50 persen tersebar pada penyuluh yang memiliki tahan kurang dari 1000 M? (35,7 persen) dan Jahan lebih atau sama dengan 1000 M? (21,4 persen), sedangkan kontrol! kurang dari 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki lahan lebih atau sama dengan 1000 M? (21,4 persen). Hal ini disebabkan pekerjaan teknis pria yang membutuhken Jahan sebagai pemunjang pelaksanaan tages, sehingga kontrol yang diberiken padanyapun tinggi mengingat pongalaman dilapang eudah cukup baik. Pada penyoluh wanita kontrol kurang 50 persen tersebar pada penyuluh yang memiliki Jahan kurang dari 1000 M? (25,0 persen) dan lahan lebih atau sama dengan 1000 M? (33,3 persen), sedangkan kontrol kurang dari 50 persen berada pada penyuluh yang memiliki Iahan lebih atau sama dengan 1000 M? (33,3 persen). Hal ini terjadi Karena tugas yang bersifat administrasi tidak mengharusken wanita memiliki fahan sebagai penunjang tugas, Selain itu pekerjaan penyuluh pertanian yang lebih bersifat teknia lebih dipereayakan kepada penyuluh pertanian pria dibandingkan pada penyaluh wanita, 9 7.4.3. Hubungan Kepemilikan Benda Berharga dengan Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif Dari Tabel 36 dapat dilihat pada penyuluh pria akses lebih atau sama dengan '50 persen tersebar pada penyuluh yang memiliki benda berharga kurang dari 50 point (42,9 persen) dan Jebih atan sama dengan 50 point (14,3 person), begitu pula Kontrolaya dimana kontrol lebih atau sama dengan 50 persen tersebar pada penyuluh yang memiliki benda berharga kurang dari SO point (42,9 persen) dan lebih atau sama dengan 50 point (14,3 persen). Penyebaran yang merata pada akses dan kontrol yang tinggi terhadap kepemilikan benda berharga pada pria membuldilkan benda berharga merupakan penunjang pekerjaan pria yang bersifat teknis. abel 36, Distribusi Penyuluh Pertanian menurut Jonis Kelamin, Kepemilikan Benda ‘Berharga, Akses dan Kontrol dalam Kegiatan Produktif Kepemilikan Benda Berharga Akses dan Kontrol Pria, ‘Wanita =50Point [ =50Point |

You might also like