You are on page 1of 42
PEDOMAN No: O08/PW/2004 Perencanaan Perlintasan jalan dengan jalur kereta api DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA WILAYAH PRAKATA Dalam rangka mendukung terwujudnya peningkatan kualitas pelaksanaan Pembangunan dibidang prasarana jalan agar diperoleh hasil yang tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya diperlukan aturan yang berupa NSPM (Norma, Standar, Pedoman, dan Manual) di bidarig prasarana jalan, Dengan diterbitkannya buku Pedoman Perlintasan Jalan dengan Jalur Kereta Api ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan para perencana, Pengawas maupun pelaksana mengenai perlintasan jalan dengan jalur kereta api. Apabila dalam pelaksanaannya dijumpai kekurangan /kekeliruan dari pedoman ini, akan dilakukan penyempumaan di kemudian hari. Jakarta, Oktober 2004 DirektyC Asti) arana Wilayah A i ay Hendrianto_Notosoegondo Prakata . Daftar isi Pendahuluan 1 2 Acuan normatif 3 Ruang lingkup Istilah dan definisi 34 3.2 3.3 34 3.5 36 37 3.8 39 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.47 3.18 3.19 3.20 Daftar isi Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalur Jarak Pandang Lajur Lalu Lintas.. Marka Jalan... Median Jalan Papan Tambahan. Panjang Kritis Pada Tanjakan ... 3 Perlengkapan Jalan 3 Pita Penggaduh 7 3 Rambu 3 Rambu Peringatan 4 Rambu Larangan .... 4 Rambu Perintah ..... 4 Rambu Petunjuk 4 Ruang Bebas Jalan... 4 Separator ... 3.21 Volume Lalu Lintas Harian Rencana 4° Ketentuan Umum, 5 Ketentuan Teknis 5.1 Geometrik Perlintasan Sebidang.... 5.1.1 Sarana dan Prasarana Kereta Api 5.1.2 Klasifikasi Fungsi Jalan....... 5.1.3 Potongan Melintang dan Derah (Ruang) Bebas. 5.1.3.1 Lajur Lalu Lintas $.1.3.1.1 Lebar Lajur dan Jumlah Laju 5.1.3.2 Bahu Jalan... 5.1.3.3 Median... 5.1.3.3.1 Lebar Median Pulau 5.1.3.3.2 Panjang Median Pulau 5.1.3.4 Trotoar... 5.1.3.4.1 Ruang Bebas Trotoar.. 5.1.3.4.2 Lebar Trotoar.... 5.1.3.5 Ruang Bebas.. : 5.1.3.5.1 Ketentuan Ruang Bebas 5.1.3.5.2 Pengukuran Garis Bebas ... 5.1.3.6 Daerah Pengaruh Perlintasan. 5.1.4 Alinyemen Horisontal 8.1.5 Alinyemen Vertikal 5.1.6 Jarak Pandang. ——s 5.1.6.1 Metoda Pengukuran Jarak Pandang... 5.1.6.2 Ukuran Jarak Pandang . 5.1.7 Drainage. 5.2 Pengaturan pada Perlintasan 5.2.1 Pengaturan dengan Rambu 5.2.1.1 Rambu Peringatai 5.2.1.2 Rambu Larangan Berjalan Terus .. 5.2.1.3 Rambu Larangan Berbelok 5.2.1.4 Rambu Larangan Berhenti di Atas Rel...... 7 5.2.1.5 Rambu Rel Sedang Diperbaiki. 5.2.1.6 Rambu tanpa Pluit Kereta Api 5.2.1.7 Rambu tanpa Sinyal 5.2.1.8 Rambu Petunjuk Ruang Bebas. ©©CHFOVYNYNY DGD OHA oO BaSoRRHHaHDERESHAAS 5.2.1.9 Rambu “Larangan Berjalan Terus”.. 5.2.1.10 Rambu Larangan Kecepatan Lebih dari 60 Kmijam 5.2.2 Dimensi dan Jarak Penempatan 5.2.3 Pengaturan dengan Marka. 5.2.4 Pita Penggaduh..... 5.2.5 Pengaturan AKtif.. 5.3 Tipe Perkerasan 5.4 Lain-lain. vs 7 * 5.4.1 Perlintasan Tidak Sebidang dimana Jalan di Atas Jalur Kereta Api 5.4.2 Perlintasan Tidak Sebidang dimana Jalan di Bawah Jalur Kereta Api... Lampiran A Gambar Rambu Lampiran B Gambar Marka Jalan Lampiran C Gambar Pita Penggaduh. Lampiran D Gambar Pengaturan Aktif.. Lampiran E Rumus-rumus Jarak Pandang .. Bibliograf... 16 16 16 18 18 18 19 19 7 19 24 30 31 32 36 Pendahuluan ‘Terjadinya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan dan kereta api terus meningkat dari tahun ketahun seiring dengan peningkatan prasarana lalu lintas jalan dan peningkatan Jumiah kereta api yang melewali perlintasan jalan dengan jalur kereta api, Kecelakaan lalu tintas antara kereta api dengan kendaraan biasanya disebabkan oleh faktor kendaraan, faktor pengemudi (human error), faktor perencanaan perlintasan Jalan dengan valur Kereta Api yang tidak tepat dan juga pengaturan dan penggunaan rambu lal free yang kurang tepat. Di dalam perlintasan sebidang dikenal macam-macam tipe alat pengendali alu lintas balk ity untuk kereta api maupun untuk kendaraan jalan yang akan melewatl perintasan tersetat geluan gen pembuatan pedoman periintasan Jalan dengan Jalur kereta api adalah sebagai dasar dan gambaran bagi institusi yang terkait dalam merencanakan fasiitas jalan pada Benunfasan jalan dengan jalur kereta api dan hal - hal apa saja yang perla diperhatikan didalam merencanakannya. Dengan standar ini diharapkan perencana dan pelaksana di lapangan dapat merencanakan dan membangun perlitasan jalan dan jalur kereta api yang aman, efekti dan effec bagi Pemakai maupun lingkungan sekitar, dan mudah diterapkan. Perlintasan Jalan Dengan Jalur Kereta Api 1 Ruang lingkup : Pedoman ini meliputi ketentuan untuk perencanaan geometrik pada perlintasan sebidang maupun tidak sebidang, pengaturan lalu lintas berupa rambu lalu lintas serta marka jalan dan tipe perkerasan perlintasan sebidang antara jalan dan jalur kereta api serta lain-lain ° yang berhubungan dengan periintasan tidak sebidang jalan dengan jalur kereta api. 2 Acuan normatif Undang — Undang No. 13 tahun 1992 tentang Perkeretaapian Undang ~ Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana KA Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993 tentang Rambu — rambu Lalu Lintas di Jalan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 52 tahun 2000, tentang Jalur KA Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 53 tahun 2000 tentang Perpotongan danvatau Persinggungan Antara Jalur KA dengan Bangunan Lain 3° Istilah dan definisi 34 jalan arteri jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- A Fata tinggi, dan jumiah jalan masuk dibatasi secara efisien. 3.2 jalan kolektor jalan yang melayani angkutan pengumpulan/ pembagian dengan cir-ciri perjatanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi 1 dari 36 3.3 Jalan tokal jalan yang metayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rala-rata rendah, dan jumiah jalan masuk tidak dibatasi 3.4 jalur agian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan (Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan) 3.5 jarak pandang Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melinat sualu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. 3.6 lajur agian dari jalur lalu lintas yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, selain sepeda motor. [Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan] 37 lalu tintas gerak Kendaraan, orang, dan hewan di jalan [Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan} 3.8 marka jalan tanda yang berada di permukaan jalan atau diatas permukaan jalan yang meliputi peralatan] aiau landa yang membentuk garis membujur, garis melintang serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lal lintas {Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan 2 dari 36 ee 3.9 Median jalan bagian dari jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dengan bentuk memanjang sejajar Jalan, terletak disumbu/ tengah jalan, dimaksudkan untuk memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan, median dapat berbentuk median datar, ditinggikan, dan diturunkan. 3.10 papan tambahan Papan yang di pasang di bawah daun rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu, [Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 61 Tahun 1993 tentang Rambu — rambu Lalu Lintas di Jalan] pada tanjakan Panjang maksimum yang ditentukan pada suatu tanjakan dimana truk dengan muatan penuh dapat beroperasi pada batas pengurangan kecepatan. Pengurangan kecepatan yang diizinkan ditentukan berdasarkan kecepatan rencana dari jalan yang bersangkutan 3.12 perlengkapan jalan fasilitas seperti rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, guardrail, pohon dan lain-lain yang 3 dan ada trotoar “*) = Mengacu pada persyaraitan ideal ” 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumish tajur per jalur - = Tidak ditentukan 6 dari 36 >35% 35% Jalur Lalu Lintas ee ' Selokan Bahu Banu Selokan Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometik Jalan Antar Kola Gambar 1. Kemiringan Melintang Jalan Normal 5.1.3.2, Bahu jalan Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut 2. Lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti ‘sementara, dan atau tempat parkir darurat b. Ruang bebas samping bagi lalu lintas, dan ©. Penyangga samping untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas Lebar bahu jalan dapat dilihat pada Tabel 2. 5.1.3.3. Median jalan Median jalan dapat ditempatkan jika memenuhi kriteria pada Tabel 3. Tabel 3. Median jalan Jini Kolektor Lokal Lajur Minimum Ideal ‘Minimum Ideal “ant | Bah | Wotoar | Jator | Sahu | Trotear | aur] Gana | Troiear | Talo |Bane | Tear $a ty tan fy |x | uy | Yay | an | “ay | San’ | ae 2 s0-P20 iso [1s |= eo te. 80-30 a KK oe -3.3.1. Lebar median jalan ebar median jalan pada daerah yang mendekati periintasan jalan dengan jalur kereta api yang sebidang minimal sebesar 1 meter. . Lebar median dipertukan jika lebar jalur > 9,0 m atau lebar lajur min. 4,0 m 7 5.1.3.3.2. Panjang median jalan Fanjang minimum median jalan pada daerah perlintasan sebidang sebesar 6,0 meter. Untuk valur Kereta Ganda median jalan diteruskan diantara rel seperti Gambar 2 7 dari 36 Min, 40m | - Mintom Z —————— Min. 60m Gambar 2. Lebar Lajur dan Dimensi Median Jalan 5.1.3.4. Trotoar Bentuk Trotoar harus memperhatikan kepentingan penyandang cacat. (Pedoman Teknik Persyaratan Aksesibiltas pada Jalan Umum No. 022/T/BM/1999) 5.1.3.4.1, Ruang bebas trotoar 5.1.3.4.2. Lebar trotoar Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada, Trotoar yang sudah ada perlu ditinjau kapasitas (lebar), keadaan dan penggunaannya apabila terdapat pejalan kaki Teo mn agunakan jalur lalu lintas Kendaraan. Lebar Trotoar dekat persilangan idealnya 1.50 m. Keterangan = Bagian Trotoar Gambar 3. Penempatan Trotoar 8 dari 36 Trotoar 50 cm ‘Sumber : Petunjuk Perencanaan Trotoar Gambar 4. Ruang Bebas Trotoar Trotoar Gambar 5. Potongan MemanjangTrotoar 5.1.3.5. Ruang bebas 5.1.3.5.1. Ketentuan ruang bebas ~ Ruang bebas dalam bab ini hendaknya dilaksanakan sesuai dengan peraturan Perencanaan jalan kereta api mengenai potongan melintang jalan ~ Bangunan, fasilitas utiitas, pohon dan benda-benda yang. tidak bergerak tidak diperkenankan berada dalam ruang bebas ini 5.1.3.5.2. Pengukuran garis bebas ~ Tinggi ruang bebas diukur antara garis sejajar permukaan jalan dan permukaan itu sendiri ~ Lebar ruang bebas diukur di antara garis tegak lurus permukaan kemiringan normal Jalan, Pada bagian dengan superelevasi, garis batas vertikal harus diukur tegak lurue terhadap permukaan jalur lalu lintas (Gambar 6) 9 dari 36 . Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan Gambar 6. Pengukuran Garis Bebas 8.1.3.6. Daerah pengaruh persimpangan Auatu perlintasan jalan dan jalur kereta api dapat didefinisikan menurut area fungsi dan fisiknya, seperti ditampikan pada Gambar 7. Area fungsional dari perlintasan merpaken area _Perpanjangan sampai hulu (upstream) dan hilir (downstream) dari area fisik Persimpangan, termasuk di dalamnya lajur tambahan dan kanalisasinya. ‘Area fungsional pada pendekat sebuah persimpangan terditi dari 3 elemen dasar: a. Jarak persepsi-reaksi b. Jarak manuver ¢.— Jarak antrian darak perjalanan selama waktu persepsi-eaksi akan bergantung pada kecepatan Kendaraan, kewaspadaan pengemudi dan penguasaan lokasi dari pengemudi 0" Pamiia KA Kelerangan : Jarak a adalah merupakan panjang Daerah pengaruh yang nilainya sama dengan Jarak Pandang Gambar 7. Area Fungsional Perlintasan Jalan dengan Jalur Kereta Api 10 dari 36

You might also like