Professional Documents
Culture Documents
Manuskrip Dede Nur Aziz Muslim
Manuskrip Dede Nur Aziz Muslim
Abstract
Once the stroke patient passes through the acute stage and is in stable condition, the
collaborative care that includes the rehabilitation process to reduce the condition of disability
and achieve optimal patient function is necessary. The aim of research was to determine the
effect of mirror therapy on upper extremity muscle strength in patients with ischemic stroke in
Majalaya hospitals of Bandung regency in 2017. These quasi experiment researched 34
respondents. The average grade extremity muscle strength up before the mirror therapy in the
treatment groups in the amount of 0.94 and 0.71 in the control group. The average value over
the extremity muscle strength after mirror therapy in the treatment groups in the amount of 2.65
and 0.88 in the control group. Wilcoxon test results obtained in the treatment group no
mirroreffect after therapy with p <0.05 (0.000 <0.05). As for the control group showed that
there is no influence due to the value P> 0.05 (0.083> 0.05). The conclusions showed that the
factor of occurrence of ischemic stroke is not just a factor of age or educational factors alone
but many faktorlain that cause ischemic stroke. There is influence to increase muscle strength
after mirror therapy done. Advice for health care, mirror intervention therapy can be used as
nursing care in stroke patients improve muscle strength.
Serangan stroke menjadi salah satu faktor Rumah Sakit Alihsan Baleendah sebanyak
penyebab kematian dan apabila kematian 146 orang dan RSUD Cicalengka sebanyak
tidak terjadi langsung biasanya akibat 117 orang, didapatkan pada semua rumah
stroke terjadi kelumpuhan. Stroke sakit belum pernah ada penelitian mengenai
umumnya ditandai dengan cacat pada salah mirror therapy.
satu sisi tubuh, jika dampaknya tidak terlalu
parah hanya menyebabkan anggota tubuh Hasil data dari Poli Syaraf RSUD Majalaya
tersebut menjadi tidak bertenaga atau dalam Kabupaten Bandung pada Januari 2017
bahasa medis disebut hemiparese. (Lingga, didapatkan kejadian stroke sebanyak 27
2013). orang dan hasil wawancara didapatkan
bahwa selama ini belum pernah ada
Penatalaksanaan stroke bisa dilakukan penelitian mengenai mirror therapy dan
dengan cara non farmakologi, farmakologi untuk peningkatan kekuatan otot belum ada
dan rehabilitasi. Secara rehabilitasi tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit
dilakukan dengan terapi berbicara, terapi secara langsung, pihak rumah sakit hanya
fisik, terapi acupressure dan mirror therapy memberikan saran untuk terus melatih
(Goldszmidt et.al., 2011; Misbach, 2011; tangan yang sakit. Hasil wawancara
Levine; 2011) terhadap 10 orang pasien stroke, semuanya
mengatakan bahwa belum pernah dilakukan
Terapi cermin (mirror therapy) memiliki mirror therapy dan tidak mengetahui
pengaruh terhadap peningkatan kekuatan mengenai mirror therapy.
otot. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lidwina dkk. (2014) Tujuan penelitian yaitu Diketahuinya
mengenai mirror therapy untuk rehabilitasi pengaruh mirror therapy terhadap kekuatan
stroke didapatkan bahwa terapi cermin otot ekstremitas atas pada pasien stroke
merupakan terapi yang sederhana, murah iskemik di RSUD Majalaya Kabupaten
dan efektif dalam memperbaiki fungsi Bandung tahun 2017.
motorik (baik ekstermitas atas maupun
bawah) dan aktivitas kehidupan sehari-hari. METODE
Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Penelitian menggunakan metode quasi
Indonesia menyatakan bahwa sekitar 2,5 % experiment design dengan pendekatan
penderita stroke meninggal dunia, dan pretest-posttest with control group design.
sisanya cacat ringan maupun berat. Secara Rancangan Quasi Experimental minimal
umum, dapat dikatakan angka kejadian memenuhi satu dari tiga syarat rancangan
stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. true experiment yaitu sampel diambil secara
Kejadian stroke iskemik sekitar 80% dari acak, ada kelompok kontrol dan ada
seluruh total kasus stroke, sedangkan intervensi. Rancangan pretest-posttest
kejadian stroke hemoragik hanya sekitar control group design dilakukan dengan
20% dari seluruh total kasus stroke. Jumlah menilai sebelum dan setelah perlakuan pada
yang disebabkan oleh stroke menduduki kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan
urutan kelima pada usia 15-59 tahun Populasi pada penelitian ini adalah pasien
(Yayasan Stroke Indonesia, 2012). stroke iskemik dengan hemiparese dan
Sampel yang diambil dalam penelitian ini
Studi pendahuluan yang dilakukan di adalah pasien poli Saraf RSUD Majalaya
beberapa Rumah Sakit di Kabupaten Kabupaten Bandung yang memenuhi
Bandung selama tahun 2016, RSUD kriteria inklusi. Metode pengambilan
Majalaya kejadian stroke sebanyak 249 sampel yang digunakan dalam penelitian
orang, RSUD Soreang sebanyak 162 orang, ini yaitu Non Probability sampling,
merupakan teknik consecutive sampling
yaitu suatu metode pemilihan sampel telah disediakan oleh peneliti dan lembar
dengan menetapkan semua subyek yang observasi yang dibuat oleh peneliti.
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan
dalam penelitian sampai jumlah sampel Pengumpulan data
yang diperlukan terpenuhi.
Pengumpulan data menggunakan 2
Berdasarkan desain penelitian yang dipilih instrumen yaitu yang pertama mengenai
maka besar sampel yang didapat dengan demografi untuk mengetahui karakteristik
menggunakan uji beda dua rata-rata maka responden diantaranya usia dan pendidikan,
dapat ditentukan bahwa untuk kelompok lama sakit dan jenis stroke. Kedua, berupa
control 17 sampel dan untuk kelompok lembar observasi untuk menilai kekuatan
perlakuan 17 responden. Selanjutnya otot ekstremitas atas dengan skala Lovett
Penentuan responden yang dijadikan (0-5).
sampel untuk eksperimen dan kontrol yaitu
pasien yang pertama kali datang ke Poli dan Analisa Data
bertemu dengan peneliti yang memenuhi
kriteria inklusi 17 orang pertama dijadikan Analisa data yang digunakan yaitu analisis
kelompok eksperimen dan 17 berikutnya univariat dan bivariat. Analisis univariat
dijadikan kelompok kontrol. adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti dan
Penelitian dilakukan di RSUD Majalaya Analisis bivariat merupakan analisa data
kabupaten Bandung, karena di rumah sakit terhadap dua variabel penelitian yang
ini kejadian strokenya paling tinggi di diduga berhubungan menggunakan uji
wilayah Kabupaten Bandung dan belum wilcoxon karena data tidak berdistribusi
pernah ada yang melakukan penelitian normal.
mengenai mirror therapy pada stroke.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa mirror box
untuk pelaksanaan mirror therapy yang
1. Analisis univariat
Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Variabel Kelompok N % Mean SD Minimal Maksimal
Total 34 100
2. Analisis biariat
Tabel 5.6
Perbandingan Nilai Kekuatan Otot Ekstremitas Atas pada
Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Intervensi
Tabel 5.7
Perbandingan Nilai Kekuatan Otot Ekstremitas Atas pada
Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah Intervensi
Kelompok
n Mean p-value
Perlakuan + Kontrol
Selisih pre-post Kontrol 17 0,17
0,0001
Selish pre-post Perlakuan 17 1,71
Dari tabel di atas didapatkan nilai p Hasil uji normalitas didapatkan hasil uji
< 0,05 (0,0001 <0,05), maka Ha diterima, normalitas untuk kelompok perlakuan
artinya terdapat pengaruh sebelum dan sebelum dan setelah perlakuan dikatakan
setelah dilakukan intervensi pada kelompok berdistribusi tidak normal dikarenakan p-
perlakuan dan kontrol. value < 0,05, dan juga untuk kelompok
kontrol sebelum dan setelah perlakuan
Pembahasan dikatakan berdistribusi tidak normal
dikarenakan p-value < 0,05 sehingga uji
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata- pengaruh menggunakan uji Wilcoxon.
rata umur responden untuk kelompok Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa
perlakuan yaitu sebesar 60,24 tahun pada kelompok perlakuan terdapat
sedangkan untuk rata-rata umur responden pengaruh setelah dilakukan mirror therapy
untuk kelompok kontrol yaitu sebesar 57,06 dengan p < 0,05 (0,001 < 0,05). Sedangkan
tahun. Diketahui pula bahwa umur untuk kelompok kontrol didapatkan hasil
responden termuda pada kelompok bahwa tidak ada pengaruh dikarenakan nilai
perlakuan berumur 53 tahun dan pada p > 0,05 (0,083 > 0,05). Ada pengaruh
kelompok kontrol 50 tahun, dan umur tertua sebelum dan setelah dilakukan mirror
pada kelompok perlakuan berumur 66 tahun therapy pada kelompok perlakuan dan
dan kelompok 65 tahun. Hasil ini kontrol dengan p < 0,05 (0,001 < 0,05).
menunjukkan bahwa kejadian stroke
iskemik lebih banyak terjadi pada usia Stroke iskemik merupakan stroke yang
diatas 50 tahun. disebabkan oleh suatu gangguan peredaran
darah otak berupa obstruksi atau sumbatan
Kekuatan otot sebelum diberikan perlakuan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan
paling tinggi pada kelompok perlakuan tidak terjadi perdarahan. Stroke ini ditandai
yaitu sebesar 0,94 dibandingkan dengan dengan kelemahan atau hemiparesis.
kelompok kontrol yaitu 0,71. namun dilihat
dari nilai minimal maupun maksimal Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kekuatan otot ekstremitas atas pada kejadian stroke iskemik yang diteliti
kelompok kontrol sama dengan kelompok semuanya mengalami kelemahan atau
perlakuan. hemiparesis pada ekstremitas dengan
rentang kekuatan otot ekstremitas atas 0-2
Rata-rata nilai kekuatan otot ektremitas atas dengan rata-rata kekuatan otot pada
setelah dilakukan mirror therapy pada kelompok perlakuan 0,94 dan kelompok
kelompok perlakuan yaitu sebesar 4. Rata- kontrol 0,71.
2,65 dan pada kelompok kontrol 0,88
dengan minimal kekuatan otot pada Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
kelompok perlakuan yaitu 1 dan kelompok penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2013)
kontrol yaitu 0 dan nilai maksimal pada mengenai perbandingan peningkatan
kelompok perlakuan yaitu 4 dan kelompok kekuatan otot pasien hemiparese melalui
kontrol yaitu 2 latihan range of motion unilateral dan
bilateral didapatkan hasil kekuatan otot
sebelum dilakukan intervensi yaitu rata-rata
1,93 dengan rentang kekuatan otot 0-2. SIMPULAN