You are on page 1of 11

Mutiara Medika

Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 07 - 17, April 2007

Daya Antifungi Ekstrak Etanol Daun Beluntas


(Pluchea indica, L.) terhadap Malassezia Sp. secara in vitro

Antifungal Activity of The Ethanol Extract of Pluchea Indica, L. Leaves


against Malassezia Sp. in vitro

Rengganis Krisna Putri1, Inayati Habib2


1
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract

One of herbal medicine candidate which in developing as antifungal is Pluchea indica,


L. Its leaves believed can cure the cough, decrease the fever and also body odor, increase the
appetite and also facilitate the digestion. The contain of the leaves are flavonoid, essential oil
and saponin that are supposed to have antifungal activity towards Malassezia sp. Tinea
versicolor is an infection in human caused by Malassezia, sp. The study aims to determine
antifungal activity of the ethanol extract of Pluchea indica leaves against Malassezia, sp.and
compare with Ketoconazole as a positive control.
The research on antifungal activity of the ethanol extract of Pluchea indica leaves
against Malassezia, sp. has been conducted. An examination towards minimal inhibitory
concentrations (MIC) and minimal fungicidal concentrations (MFC) is done to determine
antifungal activity. MIC of ethanol extract of P. indica leaves and Ketoconazole were
determined by macro-broth dilution method, while MFC were determined by cell culture on
SDA (Sabaroud Dextrose Agar) plate. First concentration of ethanol extract of P. indica
leaves was 25 % and Ketoconazole was 50 %. All of the examination were repeated three
times.
The result shows that both of MIC and MFC of the ethanol extract of P. indica leaves
are 3,125 %. The MIC and MFC of Ketoconazole are 6,25 %. In conclusion, the ethanol
extract of P. indica leaves has a higher antifungal activity against Malassezia, sp. than
Ketoconazole.

Key words: Pluchea indica, Ketoconazole, Malassezia, antifungal

Abstrak
Obat tradisional yang mungkin dapat dikembangkan sebagai anti jamur adalah beluntas
(Pluchea indica, L). Daun beluntas dipercaya berkhasiat sebagai penurun panas, obat batuk,
penghilang bau keringat, menambah nafsu makan (stomakik) dan membantu pencernaan. Daunnya
mengandung flavonoid, saponin dan minyak atsiri yang diduga memiliki daya antifungi terhadap
Malassezia, sp.. Malassezia, sp.. Tinea versikolor adalah infeksi pada manusia yang disebabkan
oleh Malassezia, sp..Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya daya antifungi ekstrak
etanol daun beluntas (P. indica, L.) terhadap Malassezia, sp. dan perbandingan daya antifungi
ekstrak daun beluntas dan Ketokonazole terhadap Malassezia, sp.

7
Rengganis Krisna Putri, Inayati Habib, Daya Antifungsi Ekstrak Etanol ..............................

Daya antifungal dikaetahui dengan pengujian terhadap kadar hambat minimal (KHM) dan
kadar bunuh minimal (KBM) ekstrak daun beluntas terhadap jamur. KHM ekstrak daun beluntas
diukur dengan menggunakan metode dilusi cair, sedangkan pengukuran KBM dilakukan dengan
kultur sel pada media SDA (Sabaroud Dextrose Agar). Konsentrasi awal ekstrak daun beluntas
(P. indica, L.) sebesar 25 % dan Ketokonazole sebesar 50 %. Semua pengujian dilakukan sebanyak
tiga kali pengulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai KHM dan KBM ekstrak daun beluntas (P. indica,
L.) keduanya sebesar 3,125 %. Ketokonazole mempunyai KHM dan KBM keduanya sebesar
6,25 %. Kesimpulan penelitian adalah ekstrak daun beluntas (P. indica, L.) mempunyai daya antifungi
terhadap Malassezia, sp. lebih besar dibandingkan dengan Ketokonazole.

Kata kunci : Pluchea indica, Ketokonazole, Malassezia, daya antifungi

Pendahuluan Departemen Kesehatan RI dalam usaha-


usaha yang mendukung perkembangan
Indonesia merupakan negara kedua obat tradisional Indonesia.2 Pemanfaatan
terkaya di dunia dalam hal penelitian di bidang kesehatan di Indonesia
keanekaragaman hayati dengan 950 sampai saat ini belum menjangkau seluruh
spesies diantaranya diketahui memiliki lapisan masyarakat terutama bagi
fungsi biofarmaka yaitu potensi sebagai masyarakat di daerah terpencil. Hal ini
obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, membawa dampak banyak masyarakat
baik untuk manusia, hewan maupun yang menjadikan obat tradisional sebagai
tanaman.1 suatu alternatif untuk tujuan menjaga
Potensi yang besar ini jika tidak kesehatan maupun untuk pengobatan
dimanfaatkan sebaik-baiknya tidak akan sendiri.
berfaedah, sehingga harus dipikirkan agar Obat tradisional adalah ramuan
penggunaan tanaman obat disertai pula bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
dengan usaha pelestariannya untuk hewan dan mineral, sediaan sarian
menunjang penggunaan yang (campuran dari bahan tersebut) yang
berkelanjutan.1 secara turun temurun telah digunakan untuk
Program pemerintah di bidang pengobatan.2 Obat tradisional telah lama
kesehatan menekankan bahwa digunakan masyarakat Indonesia dan
pemeliharaan dan pengembangan sampai hari ini masih dimanfaatkan pada
pengobatan tradisional harus terus pengobatan di rumah tangga dengan
ditingkatkan. Usaha pengembangannya menggunakan tumbuhan yang ada disekitar
dilakukan melalui penggalian dan penelitian rumah. Pengobatan dengan obat-obat
yang secara ilmiah dapat tradisional dapat digolongkan sebagai
dipertanggungjawabkan. Hal tersebut harus teknologi tepat guna karena bahan-bahan
diikuti dengan usaha budi daya tanaman yang dipakai terdapat disekitar masyarakat
obat tradisional untuk menjaga itu sendiri, mudah didapat, murah, serta
kelangsungan hidup tanaman obat mudah dalam pengolahan dan
tradisional tersebut. pemakaiannya. Hal ini didukung oleh
Selama sepuluh tahun terakhir ini, tersedianya sumber daya alam yang
obat tradisional dan yang berasal dari melimpah di Indonesia.
tumbuhan mendapat perhatian yang Serangkaian pencarian dan
semakin meningkat. Hal ini antara lain penggalian untuk obat anti jamur telah
terbukti dengan meningkatnya jumlah banyak dilakukan. Salah satu perhatian
industri obat tradisional dan fitofarmaka terhadap obat tradisional yang mungkin
setiap tahunnya, serta adanya kemauan dapat dikembangkan sebagai anti jamur
politik pemerintah melalui kebijakan adalah beluntas (Pluchea indica, L).

8
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 07 - 17, April 2007

Tanaman yang biasa digunakan sebagai Bahan dan Cara


pagar hidup ini mempunyai sifat khas
berbau langu/baunya khas (sengir) dan Jenis penelitian ini adalah
berasa getir. Tanaman ini bermanfaat eksperimental laboratorium. Penelitian
menurunkan suhu tubuh untuk dilaksanakan tahun 2007 di Laboratorium
mendinginkan tubuh sehingga banyak Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UMY.
keringat yang keluar dan suhu tubuh menjadi Bahan penelitian adalah kultur jamur
turun. Daun beluntas menurut hasil Malassezia, sp. 106 CFU/mL. Bahan ini
penelitian mempunyai fungsi antibakteri dan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
antioksidan serta berpotensi untuk Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
dikembangkan sebagai pengawet makanan RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Alat–alat yang
dan obat.2 Selain itu, daun beluntas juga digunakan dalam penelitian adalah
berkhasiat sebagai obat penurun panas, inkubator, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
obat batuk, penghilang bau keringat, ose bulat steril, kapas steril sebagai penutup
menambah nafsu makan (stomakik) dan tabung, water-bath, oven, tabung
membantu pencernaan.2 Erlenmeyer, tempat kerja (Laminar airflow),
Daun dan bunga P. indica autoclave untuk sterilisasi, lampu spiritus,
mengandung minyak atsiri, saponin, petri disk steril, mikropipet, pipet dan
flavonoida dan polivenol, selain itu bunganya timbangan. Sedangkan bahan – bahan yang
juga mengandung alkaloid yang bertindak digunakan adalah ekstrak etanol daun
sebagai antiseptic. Dalam ilmu farmasi, beluntas, Ketokonazole, Malassezia, sp.,
flavonoid berfungsi sebagai senyawa aktif Media CYG broth, arlan I, Sabouroud
antiradang, mengurangi rasa nyeri, Dextrose Agar, methanol, NaCl fisiologis
antitumor, antivirus HIV, antidiare, steril, Larutan Mc F dan akuades steril.
antikeracunan hati, anti jamur, antioksidan, Variabel bebas adalah konsentrasi
mencegah penyempitan pembuluh darah, ekstrak etanol daun beluntas dan
merangsang kekebalan dan antiborok/ Ketokonazole, sedangkan variabel
bisul.2 tergantung adalah pertumbuhan
Malassezia, sp. adalah jamur ragi Malassezia, sp.
lipofilik yang dapat ditemukan pada kulit dan Kultur Malassezia, sp. dibuat
permukaan tubuh manusia dan hewan. dengan cara Malassezia, sp. dibiakkan
Jamur ini merupakan flora normal kulit pada pada media Sabouroud Dextrose Agar
tetapi apabila jumlahnya melebihi yang kemudian diinkubasi selama 48 jam pada
seharusnya dapat menimbulkan infeksi suhu 30-37ºC. Pertumbuhan Malassezia,
mikosis superfisial maupun sistemik. Ada sp. dari hasil biakan diambil ± 1 ose
7 spesies dalam genus Malassezia yang Malassezia, sp., ditanam pada 2 ml media
telah diidentifikasi berdasarkan molekuler, CYG, dan diinkubasi selama 3-5 jam pada
morfologi dan profil biokimianya, tetapi suhu 30-37ºC. Suspensi Malassezia, sp.
spesies yang sering dijumpai adalah dibuat dengan cara menambahkan NaCl
Malassezia furfur. Ptyriasis versikolor salah pada media CYG tersebut hingga kekeruhan
satu infeksi yang ditimbulkan olehnya.3 sesuai standar Mc Farland I yakni
Sehubungan dengan adanya konsentrasi kuman sebesar 108 CFU/ml.
indikasi bahwa daun beluntas (P. indica, L) Kemudian suspensi tersebut diencerkan
memiliki daya anti jamur, maka perlu sebanyak 100 kali sehingga didapat
dilakukan penelitian tentang daya antimikotik konsentrasi Malassezia, sp. sebesar 106
daun beluntas (P. indica, L). Tujuan CFU/ml.
penelitian ini adalah untuk mengetahui Pembuatan ekstrak daun beluntas
adanya daya antifungi ekstrak etanol daun dilakukan oleh staf Lembaga Penelitian dan
beluntas (P. indica, L.) terhadap Malassezia, Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Daun
sp. dan perbandingan daya antifungi ekstrak beluntas (Pluchea indica, L. Less) yang
daun beluntas dan Ketokonazole terhadap telah dikumpulkan dicuci dengan air
Malassezia, sp. mengalir. Kemudian daun beluntas

9
Rengganis Krisna Putri, Inayati Habib, Daya Antifungsi Ekstrak Etanol ..............................

dikeringkan di almari pengering suhu 45°C sp. dengan konsentrasi 10 6 CFU/ml, f)


selama 24 jam, lalu diserbuk dengan mesin diinkubasi seluruh tabung selama 48 jam
penyerbuk dengan saringan diameter pada suhu 35°C, g) diamati kekeruhan yang
lubang 1 mm. Serbuk daun beluntas terjadi dan tentukan berapa KHM-nya, h)
ditambah etanol 96% diaduk selama 30 KHM akan ditunjukkan pada tabung sub
menit diamkan 24 jam, disaring. Ulangi 3 kultur yang jernih dengan konsentrasi
kali. Filtratnya diuapkan dengan vacuum terendah. i) Masing – masing konsentrasi
rotary evaporator, pemanas water bath yang dapat menghambat pertumbuhan
suhu 70°C maka akan diperoleh ekstrak Malassezia, sp. (isi tabung jernih)
kental. Kemudian Tuang dalam cawan digoreskan pada media Sabouroud
porselin, keringkan dalam almari pengering Dextrose Agar dan diinkubasi selama 48
suhu 50°C. Akhirnya akan didapatkan jam pada suhu 35ºC, j) diamati ada tidaknya
Ekstrak etanol daun beluntas. pertumbuhan Malassezia, sp. dan tentukan
Daun beluntas dengan berat ± 3000 berapa KBM-nya, k) KBM akan ditunjukkan
gram diperlukan ethanol sebanyak 2,5 liter dengan tidak adanya pertumbuhan jamur
sehingga diperoleh ekstrak daun beluntas pada media nutrient agar dengan
sebanyak ± 55 gram. Ekstrak daun beluntas konsentrasi terendah, l) dilakukan
tersebut merupakan ekstrak dengan percobaan diatas sebanyak tiga kali untuk
konsentrasi 100%. Kemudian dilakukan menjaga reliabilitas.
pengenceran menggunakan PBS Tween 80 Keterangan 1) Tabung no.10 berisi
pada suhu dingin, sehingga diperoleh sisa pengenceran ekstrak daun beluntas
ekstrak daun beluntas dengan konsentrasi sebagai kontrol negatif, 2) Tabung no.11
25% yang merupakan konsentrasi awal berisi 1 ml suspensi Malassezia, sp.
yang digunakan pada penelitian ini. dengan konsentrasi 106 CFU/ml sebagai
Pengenceran Ketokonazole dengan kontrol positif.
cara menghancurkan 2 mg Ketokonazole Uji daya antifungi Ketokonazole
dalam 100 ml metanol. Lakukan dilakukan dengan cara yang sama dengan
pengenceran dengan menambahkan 1 ml uji daya antifungi ekstrak daun beluntas
aquades steril pada 1 ml Ketokonazole dengan konsentrasi awal Ketokonazole
dengan konsentrasi 20 ìg/mL. Ketokonazole sebesar 50%
tersebut merupakan konsentrasi awal pada Kadar hambat minimal dihitung
penelitian ini yaitu 50%. berdasarkan konsentrasi terendah tabung
Uji daya antifungi ekstrak bawang jernih. Kadar bunuh minimal dihitung
putih dilakukan dengan cara sebagai berikut berdasarkan konsentrasi tabung yang jernih,
a) disiapkan 11 tabung steril, beri nomer 1- kemudian sel–sel dikultur pada media SDA
11 pada masing – masing tabung, letakkan dan diinkubasi selama 48 jam pada suhu
tabung pada rak tabung, b) dimasukkan 1 35oC, dilihat pertumbuhan Malassezia, sp..
ml akuades steril dalam tabung dari no.2 s/ Data dianalisis dan dibahas dengan
d no.9, c) dimasukkan 1 ml ekstrak daun membandingkan setiap perlakuan. Analisis
beluntas 25 % pada tabung no.1. d) hasil penelitian berupa analisis deskriptif dan
ditambahkan 1 ml ekstrak daun beluntas 25 bersifat kuantitatif
% pada tabung no.2, dicampur sampai
homogen. Masukkan 1 ml dari larutan
tersebut pada tabung no.3, dicampur Hasil
sampai homogen. Setelah itu, ambil 1 ml
larutan homogen dari tabung 3 ke tabung Dari penelitian yang meliputi
no.4. Lakukan pengenceran ekstrak daun penentuan KHM dan KBM dari ekstrak daun
beluntas dengan cara yang sama sampai beluntas (P. indica,L) terhadap Malassezia,
tabung no.9, sisa pengenceran dimasukkan sp. Secara in vitro, sebagai upaya untuk
dalam tabung no.10, e) ditambahkan pada mengetahui aktivitas antimikrobanya
tabung no.1 s/d no.9 dan tabung no.11 diperoleh hasil sebagai berikut.
masing-masing 1 ml suspensi Malassezia,

10
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 07 - 17, April 2007

Hasil penelitian untuk mengetahui Sedangkan KBM diperoleh dengan


KHM diperoleh dengan mengamati tabung mengamati media nutrien agar yang tidak
subkultur yang tidak menunjukkan adanya menunjukkan adanya pertumbuhan jamur
pertumbuhan jamur (jernih) pada pada konsentrasi terendah.
konsentrasi terendah. Dan jika tabung Pertumbuhan Malassezia, sp.
subkultur terlihat keruh maka terjadi setelah diberi ekstrak daun beluntas (P.
pertumbuhan jamur. indica,L.) dan diinkubasi selama 48 jam
pada suhu 35ºC dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Malassezia, sp. pada Tabung Serial Dilusi Ekstrak Daun Beluntas

Pada gambar di atas terlihat bahwa melakukan pengulangan sebanyak tiga kali
tabung subkultur yang jernih terakhir dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil
terdapat pada tabung ketiga. KHM ekstrak rata-rata Kadar Hambat Minimal ekstrak
daun beluntas (P. indica,L.) terhadap jamur daun beluntas (P. indica,L.) terhadap jamur
Malassezia, sp., diperoleh dengan Malassezia, sp. dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rerata Kadar Hambat Minimal ekstrak daun beluntas (P. indica,L.) terhadap jamur
Malassezia, sp.

KHM ekstrak daun beluntas


Uji (P. indica,L.) terhadap
Malassezia, sp. ( % )
1 3,125
2 3,125
3 3,125
Rerata 3,125

11
Rengganis Krisna Putri, Inayati Habib, Daya Antifungsi Ekstrak Etanol ..............................

Dari Tabel 1. terlihat bahwa rerata nilai Sabouroud Dextrose Agar (SDA) dengan
KHM ekstrak daun beluntas (P. indica, L.) konsentrasi terendah. Pertumbuhan jamur
terhadap Malassezia, sp. sebesar 3,125 %, secara makroskopik Malassezia, sp. pada
hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun media SDA yang diambil dari tabung
beluntas (P. indica, L.) mampu menghambat subkultur jernih setelah pemberian ekstrak
pertumbuhan Malassezia, sp. pada kadar daun beluntas (P. indica, L) dan diinkubasi
minimal sebesar 3,125 %. Sedangkan KBM 24 jam pada suhu 35°C dapat dilihat pada
diperoleh dengan cara mengamati tidak Gambar 10.
adanya pertumbuhan jamur pada media

Gambar 2. Pertumbuhan Malassezia, sp. pada Sabouroud Dextrose Agar (SDA)

Pada gambar di atas dapat dilihat L.) terhadap jamur Malassezia, sp.,
bahwa terdapat pertumbuhan jamur diperoleh dengan melakukan pengulangan
Malassezia, sp. di tabung subkultur jernih sebanyak tiga kali dengan konsentrasi yang
yang keempat. Hal ini menandakan bahwa berbeda. Hasil rerata Kadar Bunuh Minimal
nilai Kadar Bunuh Minimal terdapat pada ekstrak daun beluntas (P. indica,L.)
tabung subkultur ketiga. Kadar Bunuh terhadap jamur Malassezia, sp. dapat dilihat
Minimal ekstrak daun beluntas (P. indica, pada Tabel 2.

Tabel 2. Kadar Bunuh Minimal ekstrak daun beluntas (P. indica,L.) terhadap jamur
Malassezia,sp.

KBM ekstrak daun beluntas


Uji (P. indica,L.) terhadap
Malassezia, sp. ( % )
1 3,125
2 3,125
3 3,125
Rerata 3,125

12
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 07 - 17, April 2007

Pada Tabel 2. di atas terlihat bahwa Hasil penelitian untuk melihat ada
rerata nilai KBM ekstrak daun beluntas (P. tidaknya pertumbuhan jamur Malassezia,
indica, L.) terhadap Malassezia, sp. sp. setelah diberi Ketokonazole sebagai
sebesar 3,125 %, hal ini menunjukkkan obat pembanding, dan diinkubasi selama
bahwa ekstrak daun beluntas (P. indica, L.) 24 jam pada suhu 35ºC dapat dilihat pada
mampu membunuh pertumbuhan Gambar 11.
Malassezia, sp. pada kadar minimal
sebesar 3,125 %.

Gambar 3. Malassezia, sp. pada Tabung Serial Dilusi Ketokonazole

Pada Gambar 3. tersebut terlihat bahwa pengulangan sebanyak tiga kali dengan
tabung sub kultur yang jernih terakhir konsentrasi yang berbeda. Hasil rerata KHM
terdapat pada tabung ketiga. KHM ekstrak daun beluntas (P. indica, L.)
Ketokonazole terhadap jamur Malassezia, terhadap jamur Malassezia, sp. dapat dilihat
sp., diperoleh dengan melakukan pada tabel 3.

Tabel 3. Rerata Kadar Hambat Minimal Ketokonazole terhadap Jamur Malassezia, sp.

Uji KHM Ketokonazole terhadap Malassezia, sp. ( % )


1 6,25
2 6,25
3 6,25
Rerata 6,25

Dari tabel 3 terlihat bahwa rerata Pengamatan dilanjutkan dengan


nilai KHM Ketokonazolee terhadap melihat pertumbuhan jamur Malassezia,
Malassezia, sp. sebesar 6,25 %, hal ini sp. pada media Sabouroud Dextrose Agar
menunjukkan bahwa Ketokonazolee (SDA) yang diambil dari tabung subkultur
mampu menghambat pertumbuhan jernih setelah pemberian Ketokonazolee
Malassezia, sp. pada kadar minimal dan diinkubasi 24 jam pada suhu 35°C.
sebesar 6,25 %. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
Gambar 12.

13
Rengganis Krisna Putri, Inayati Habib, Daya Antifungsi Ekstrak Etanol ..............................

Gambar 4. Pertumbuhan Malassezia, sp. pada media SDA

Gambar 4. menunjukkan bahwa jamur Malassezia, sp., diperoleh dengan


terdapat pertumbuhan jamur Malassezia, melakukan pengulangan sebanyak tiga kali
sp. di tabung subkultur jernih yang keempat. dengan konsentrasi yang berbeda. Hasil
Hal ini menandakan bahwa nilai KBM rerata KBM Ketokonazole terhadap jamur
terdapat pada tabung subkultur ketiga. Kadar Malassezia, sp. dapat dilihat pada Tabel 4.
Bunuh Minimal Ketokonazole terhadap

Tabel 4. Rerata Kadar Bunuh Minimal Ketokonazole terhadap jamur Malassezia,sp.

Uji KBM Ketokonazole terhadap Malassezia, sp. ( % )


1 6,25
2 6,25
3 6,25
Rerata 6,25

Pada Tabel 4. terlihat bahwa rerata Hasil ini diperoleh dari rata-rata konsentrasi
nilai KBM Ketokonazole terhadap ekstrak daun beluntas dalam menghambat
Malassezia, sp. sebesar 6,25 %, hal ini Malassezia, sp. yang relatif sama. Dalam
menunjukkkan bahwa Ketokonazole penelitian ini, untuk menentukan KHM suatu
mampu membunuh pertumbuhan antimikotik digunakan metode Makro Broth
Malassezia, sp. pada kadar minimal Dilution. Makin besar nilai KHM suatu
sebesar 6,25 %. antijamur maka potensinya makin kecil
dalam menghambat pertumbuhan jamur.
Dalam menentukan KHM dengan Makro
Diskusi Broth Dilution menemui kesulitan karena
ekstrak daun beluntas yang keruh sehingga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sulit dibedakan apakah kekeruhan itu
ekstrak daun beluntas (P. indica,L.) dengan berasal dari adanya pertumbuhan jamur
ekstrak etanol mempunyai daya antimikotik dalam tabung tersebut atau ekstrak daun
terhadap Malassezia, sp. Kadar Hambat beluntasnya yang keruh, sehingga untuk
Minimal ekstrak daun beluntas (P. indica,L.) memastikannya dilakukan pengujian
terhadap Malassezia, sp. sebesar 3,125%. menggunakan isolasi pada Sabaroud agar.

14
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 07 - 17, April 2007

Kadar Bunuh Minimal ditentukan Saponin merupakan zat yang dapat


dengan melihat koloni pada media meningkatkan permeabilitas membran
Sabouroud Dextrose Agar. Nilai rata-rata sehingga terjadi hemolisis sel, apabila
KBM ekstrak daun beluntas (P. indica,L.) saponin berinteraksi dengan sel jamur
terhadap Malassezia, sp. sebesar 3,125%. maka dinding sel jamur tersebut akan
Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pecah atau lisis.7 Flavonoid merupakan
beluntas mempunyai daya antifungi yang senyawa fenol yang mempunyai
mampu menghambat dan membunuh kecenderungan utuk mengikat protein
pertumbuhan jamur dengan kadar minimal jamur, sehingga menghambat aktivitas
yang sama yaitu 3,125 %. enzim jamur yang pada akhirnya
Pada penelitian yang telah dilakukan mengganggu proses metabolisme.7 Minyak
oleh Herdayanti pada tahun 2005 atsiri mempunyai sifat menghambat dan
ditemukan beberapa senyawa kimia yang merusak beberapa proses kehidupan oleh
terdapat dalam ekstrak etanol daun beluntas karena itu minyak atsiri pada umumnya
(P. indica, L) antara lain saponin, flavonoid bermanfaat sebagai fungisida.8 Senyawa
dan minyak atsiri. 4 Penelitian yang serupa fenol pada minyak atsiri dapat
juga dilakukan oleh Herliyani (2006), yang mendenaturasi dan mengkoagulasi protein
hasilnya menunjukkan bahwa pada ekstrak sel jamur sehingga terjadi keabnormalan
etanol daun beluntas (P. indica, L.) terdapat fungsi protein yang mengakibatkan
senyawa saponin dan flavonoid tetapi tidak pertumbuhan sel jamur terhambat
dengan senyawa alkaloid.5 Penelitian ini juga (Siswandono dan Soekardjo, 1995).9 Tetapi
membuktikan bahwa ekstrak etanol daun sampai saat ini masih belum diketahui zat
beluntas dapat membunuh Candida aktif yang terkandung di dalam ekstrak
albicans pada konsentrasi 20 %. Hal ini etanol daun beluntas (P. indica, L) yang
menunjukkan bahwa kadar daya antimikotik menunjukkan aktifitas sebagai antifungi
daun beluntas terhadap Candida albicans paling besar terutama terhadap jamur
jauh lebih besar daripada daya antimikotik Malassezia, sp. Karena itu perlu diadakan
daun beluntas terhadap Malassezia, sp.. penelitian lebih lanjut dan lebih banyak
Berarti daun beluntas lebih efektif mengenai ekstrak etanol daun beluntas.
digunakan sebagai fungisidal terhadap Hasil penelitian ini menunjukkan
Candida albicans dibandingkan terhadap bahwa nilai KHM Ketokonazole sebesar
Malassezia, sp. 6,25 %. dan nilai KBM sebesar 6,25 %..
Daun P. indica mengandung minyak Hasil ini menunjukkan bahwa Ketokonazole
atsiri dengan komponen utama, yaitu mempunyai aktifitas antifungi atau daya
camphor, α-pinene, benzyl alkohol, benzyl antifungi yang mampu menghambat dan
asetate, eugenol, linalool dan δ-cadinol. membunuh Malassezia sp.
Terpenoid juga diidentifikasi antara lain Penelitian di Australia menunjukkan
terdapat 3-(2’,3’-diacetoxy-2’-methylbutyril) bahwa Ketokonazole mampu menghambat
cuauhtemone, linaloyl apiosyl glucoside, 9- 90% koloni Malassezia furfur pada
hydroxylinaloyl glucoside, plucheoside A dan konsentrasi 25% dan Malassezia
B, 6-hydroxydammar-6-en-3-acetate dan sympodialis pada konsentrasi 1,6% dengan
dammadienol. Selain itu juga terdapat menggunakan broth dilution assay. Selain
quercetin dan quercetin-3-riboside sebagai itu juga dilakukan pengujian menggunakan
komponen flavonoid. Minyak atsiri dari daun, agar dilution assay dimana hasil penelitian
didilusi dengan polyethylene glycol menunjukkan bahwa 50% koloni M. furfur
menunjukkan aktivitas antimikrobial dapat dihambat pada konsentrasi 6% dan
terhadap bakteri Staphyloccocus aureus 90% koloni dapat dihambat pada
dan Escherichia coli, jamur patogen seperti konsentrasi yang lebih besar yaitu 25%.
Microsporium gypseum dan Candida Ketokonazole juga dapat menghambat 50%
albicans serta jamur non-patogen Pithium koloni M. sympodialis pada konsentrasi
ultimum dan Xanthomonas campestris.6

15
Rengganis Krisna Putri, Inayati Habib, Daya Antifungsi Ekstrak Etanol ..............................

1,6% dan 90% koloni pada konsentrasi Daftar Pustaka


3%.10
Ketokonazole adalah obat pertama 1. Anonim. (2003). Abstrak. Diakses 3
dari kelompok imidazol dan satu – satunya Maret 2007, dari http://
anggota grup imidazol yang saat ini efektif www.lembaga.wima.ac.id/lppm/ppot/
untuk pengobatan infeksi mikosis A B S T R A K - P E N - P P O T- W E B -
sistemik. 11 Sebagai turunan imidazol, biologi.html#ABSTRAKBIO
Ketokonazole mempunyai aktivitas anti 2. Depkes RI. (2000). Tanaman Obat
jamur baik sistemik maupun non sistemik,, Indonesia (Jilid I). Jakarta : Direktorat
efektif terhadap Candida, Coccidiodes Jendral Pengawasan Obat dan
immitis, Cryptococcus neoformans, H. Makanan
capsulatum, B.dermatidis, Aspergillus, dan 3. David, E. (2007, 7 Januari).
Sporothrix spp.12 Malassezia, spp. Doctor fungus,
Aktivitas anti jamur Ketokonazole Artikel. Diakses 2 Januari 2008, dari
disebabkan senyawa dapat menimbulkan http://www.doctorfungus.org/thefungi/
ketidakteraturan membran sitoplasma Malassezia1.htm
jamur. Ketokonazole dan komponen 4. Herdayanti, E. (2005). Uji aktifitas
membran jamur dapat membentuk interaksi antifungi ekstrak daun beluntas
hidrofob, mengubah permeabilitas (Pluchea indica, L.) terhadap Candida
membran dan fungsi pengangkutan albicans secara in vitro serta profil
senyawa essential, menyebabkan kromatografinya. Skripsi, Fakultas
ketidakseimbangan metabolik sehingga Farmasi Universitas Ahmad Dahlan,
menghambat pertumbuhan atau Yogyakarta.
menimbulkan kematian sel dan juga 5. Herliyani, Lia. (2006). Uji aktifitas
menghambat biosintesis ergosterol dalam antifungi ekstrak etanol daun beluntas
sel jamur.9 (Pluchea indica, L.) terhadap
Struktur Ketokonazolee mirip pertumbuhan Candida albicans profil
dengan imidazol, dan mengganggu sintesis kromatogramnya. Skripsi, Fakultas
ergosterol jamur. Ergosterol merupakan Farmasi Universitas Ahmad Dahlan,
enzim dan komponen utama membran sel. Yogyakarta.
Ketokonazole menghambat enzim sitokrom 6. Valkenberg, J.C.H., Praphatsara, N.B.
P450 14-alpha-demethylase (P45014DM). (Eds.). (2002). Medicinal and
Enzim ini terdapat dalam jalur biosintesis Poisonous Plants 2 : Plant Resources
sterol yang dapat mengubah lanosterol of South East Asia.. Bogor, Indonesia
menjadi ergosterol.13 :Prosea Foundation, 12(2), pp 782,
Hasil akhir penelitian ini 441- 443.
menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas 7. Robinson, T. (1991). Kandungan
(P. indica, L.) memiliki nilai KHM dan KBM Organik Tumbuhan Tinggi.
yang lebih kecil daripada Ketokonazole. Diterjemahkan oleh Kosasih
Hasil tersebut menunjukkan bahwa daya Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB
antifungi ekstrak daun beluntas (P. indica, 8. Guenther. E. (1987). Minyak Atsiri (Jilid
L.) terhadap Malassezia, sp. lebih besar I). Diterjemahkan oleh Ketaren, S.
daripada daya antifungi Ketokonazole Jakarta : UI-Press
terhadap Malassezia, sp.. 9. Siswandono dan Soekardjo, B. (1995).
Kimia Medisinal. Surabaya : Airlangga
Kesimpulan Press
10. Hammer, K.A., Carson, C.F., Riley, T.V.
Daya antifungi ekstrak daun (2000). In vitro activities of
beluntas (P. indica, L.) terhadap Malassezia, Ketoconazole, Econazole, Miconazole,
sp. lebih besar daripada daya antifungi and Melaleuca alternifolia (Tea Tree) oil
Ketokonazole terhadap Malassezia, sp. against Malassezia spesies.

16
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 7 No.1: 07 - 17, April 2007

Antimicrobial Agents and 12. Ganiswara, S.G., dan Nafrialdi. (1995).


Chemotherapy, 44(2), 467-469. Farmakologi dan Terapi (Edisi IV).
11. Lewis, R.E. (2007). Ketoconazole. Jakarta : Bagian Farmakologi FK UI
Doctor fungus, Artikel. Diakses 15 13. Wikipedia. (2007). Ketokonazolee.
Desember 2007, dari http:// Wikipedia, The Free Encyclopedia.
www.doctorfungus.org/thedrugs/ Diakses 8 Mei 2007, dari http://
Ketoconazole.htm en.wikipedia.org/wiki/Ketokonazolee

17

You might also like