Professional Documents
Culture Documents
http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK
Volume 1 Nomor 2 Desember 2015. Hal 125-132
p-ISSN: 2443-2202 e-ISSN: 2477-2518
Nasratul Khumaerah
Bimbingan dan Konseling, STIKIP Megarezky
email: nacha_cute@yahoo.co.id
(2) Terdapat perbedaan tingkat kemandirian belajar di SMK Negeri 3 Makassar sebelum
dan sesudah diberi teknik Konseling Kelompok Realitas.
populasi besar dan peneliti tidak mungkin Sangat Sesuai (SS) = 5, sedangkan item negatif
mempelajari semua yang ada pada populasi, penilaian pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan (STS) = 5, Tidak Sesuai (TS) = 4, Kurang Sesuai
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel (KS) = 3, Sesuai (S) = 2 dan Sangat Sesuai (SS)
yang diambil dari populasi itu. =1
Siswa yang akan dijadikan sampel diambil Seseuai dengan teknik pengumpulan data
dengan mengukur kemandirian belajar dengan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
angket kemandirian belajar. Sampel yang observasi dan angket (kuesioner) yang telah
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak divalidasi dan diuji lapangan untuk mengetahui
satu kelas yang terdiri atas 30 siswa. Kelas yang validitasi dan reabilitasnya.
dijadikan sampel yaitu KELAS XI Listrik 1. a. Uji Validitas
Alasan penelitian ini mengambil sampel di Dari hasil uji validitas skala dengan
KELAS XI Listrik 1 di SMK NEG. 3 Makassar menggunakan pengolahan komputer program
karena menurut pengamatan guru pembimbing SPSS 16,0 ditemukan bahwa dari 58 item
dan wali kelas di sekolah tersebut, sejak dari pernyataan, yang tidak valid sebanyak 16 item
kelas X kelas ini merupakan kelas yang siswa- disebabkan nilai r yang diperoleh < (lebih kecil
siswanya cenderung mengalami permasalahan atau kurang) dari 0.3 seperti yang dikemukakan
dalam sikap dan perilakunya dalam belajar salah oleh Sugiono dan Wibowo (2004) dalam
satunya dalam kemandirian belajar. Sujianto (2009), yaitu nomor (0,069), nomor
Pengukuran sampel merupakan suatu 10 (0,101), nomor 18 (0,194), 19 (0,259), dan
langkah yang diambil dalam melaksanakan suatu 23 (0,275), nomor 26 (0,463), nomor 30(
penelitian. Dari jumlah siswa yang teridentifikasi 0,056), nomor 33 (0,452), nomor 34 (0,264),
diambil sebanyak 10 (sepuluh) siswa (jumlah nomor 35 (0,198), nomor 39 (0,043), nomor
anggota terbatas dalam konseling kelompok ) 41( 0,283), nomor 43 (0,018), nomor
yang menjadi subjek penelitian. Dengan 43(0,0224), nomor 53(0,050), nomor 56
pertimbangan, dinamika interaksi kelompok akan (0,036). Sehingga jumlah skala setelah uji
berkembang lebih intensif dan untuk keefektifan validitas sebanyak 42 item pernyataan.
pelaksanaan konseling kelompok realitas. b. Uji Realibilitas
Suatu alat ukur dikatakan memiliki
Teknik Pengumpulan Data realibilitas yang baik bilamana alat ukur
1. Observasi tersebut dapat memberikan skor yang relatif
Observasi yang digunakan mencatat sama pada seorang responden, jika responden
reaksi-reaksi dan partisipasi siswa selama tersebut mengisi angket pada waktu yang tidak
pemberian Konseling Kelompok Realitas melalui bersamaan atau pada tempat yang berbeda,
pengamatan secara langsung. Cara walaupun harus memperhatikan adanya aspek
penggunaannya dengan cara memberi tanda (√) persamaan karakteristik. Dalam penentuan
pada setiap aspek partisipasi siswa yang muncul. tingkat realibilitas suatu instrumen penelitian
2. Angket (Kuesioner) dapat diterima bila memiliki koefisien alpha
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan lebih besar dari 0,60 sesuai yang dikemukakan
data yang dilakukan dengan cara memberi oleh Nugroho (2005) dan Suyuthi (2005) dalam
seperangkat pernyataan tertulis kepada respon Sujianto (2009). Sehingga instrumen penelitian
untuk dijawabkan. Kuesioner dibuat oleh peneliti ini dikatakan realibel karena memeiliki
yang isinya menyangkut Kemandirian belajar koefisien alpha > 0,60 yaitu sebesar 0,917.
siswa. Kuesioner yang digunakan kepada Analisis data penelitian dimaksudkan
responden peneliti dimana angket peneliti yang untuk menganalisis data hasil angket berkaitan
sifatnya tertutup, yang terdiri dari item positif dengan kemandirian belajar siswa, teknik analisis
dan item negatif beserta dilengkapi dengan lima data yang digunakan adalah analisis deskriftif
pilihan jawaban yaitu : Sangat Tidak Sesuai dan uji Wilcoxon.
(STS), Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS), 1. Analisis Statistik Deskriftif
Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Untuk item Analisis statistik deskriftif dimaksudkan
positif penilaian pilihan jawaban Sangat Tidak untuk mengambarkan kemandirian belajar siswa
Sesuai (STS) = 1, Tidak Sesuai (TS) = 2, SMK Negeri 3 Makassar sebelum dan sesudah
Kurang Sesuai (KS) = 3, Sesuai (S) = 4 dan
Khumaerah, Halim, Teknik Two Stay Two...| 129
perlakuan berupa pemberian konseling kelompok Rumus uji Wilcoxon (Sugiyono, 1996:133)
realitas, dengan menggunakan tabel distribusi
( )
frekuensi dan persentase
Guna memperoleh gambaran umum tentang √
( )( )
Tabel 4.1: Data Tingkat Kemandirian Belajar Siswa Sebelum (Pretest) Dan Setelah
(Posttest) Diberikan Konseling Kelompok Realitas di SMK Negeri 3 Makassar.
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum realitas, tingkat kemandirian belajar siswa di
diberikan perlakuan berupa konseling kelompok SMK Negeri 3 Makassar, yaitu sebanyak 6
130 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 2 Desember 2015
responden ( 60 %) berada pada kategori sedang, asuh orang tua, sistem pendidikan disekolah dan
kemudian kategori rendah sebanyak 4 responden sistem pendidikan di masyarakat.
(40 %). Hal ini berarti bahwa tingkat Schunk dan Zimmerman (1998)
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 mendefinisikan Kemandirian belajar sebagai
Makasssar berada pada kategori sedang. proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari
Setelah diberikan teknik konseling pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku
kelompok realitas sebanyak 6 sesi, tingkat sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan.
kemandirian dalam belajar siswa di SMK Negeri Butler (2002) mengemukakan bahwa
3 Makassar mengalami peningkatan. Hal ini Kemandirian belajar SRL (Self regulated
dapat dilihat dari tingkat kemandirian belajar Learning) merupakan siklus kegiatan kognitif
siswa yang berada dalam kategori rendah 2 yang rekursif (berulang-ulang) yang memuat
responden (20%), kategori sedang 3 responden kegiatan: menganalisis tugas; memilih,
(30 %), dan kategori tinggi sebanyak 5 mengadopsi, atau menemukan pendekatan
responden (50%). strategi untuk mencapai tujuan tugas; dan
2. Pengujian Hipotesis memantau hasil dari strategi yang telah
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat dilaksanakan.
pengaruh yang positif terhadap penerapan Dengan demikian kemandirian dalam
konseling kelompok realitas untuk meningkatkan belajar menarik dan actual untuk dikaji karena
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 kemandirian belajar merupakan hal yang integral
Makassar”. Untuk pengujian hipotesis di atas, dari keseluruhan proses belajar, berhasil tidaknya
terlebih dahulu disajikan data tingkat siswa dalam belajar sering kali dapat terlihat
kemandirian belajar siswa, baik pretest dan pada apakah siswa tersebut memiliki
posttest. Untuk mengetahui signifikansi kemandirian belajar atau tidak. Siswa dikatakan
perbedaan tingkat kemandirian belajar siswa telah memiliki kemandirian belajar apabila ia
sebelum dan sesudah diberikan konseling telah mampu melakukan tugas belajar tanpa
kelompok realitas digunakan uji statistik non ketergantungan pada orang lain.
parametrik Wilcoxon Signed Rank Test . Uji Berdasarkan hasil penelitian terhadap 10
Wilcoxon (Z) ini merupakan uji beda parametrik subjek penelitian menunjukkan bahwa tingkat
rata-rata untuk dua sampel berpasangan. kemandirian belajar sebelum diberikan teknik
Berdasarkan uji statistik tersebut, dilihat dari konseling kelompok realitas berada pada
perbedaan skor tingkat kemandirian belajar kategori rendah. Adapun gejala rendahnya
siswa sebelum dan sesudah pemberian Konseling kemandirian belajar yang dialami oleh siswa di
kelompok realitas, diperoleh perhitungan Z SMK Negeri 3 Makassar adalah siswa kurang
dimana nilai statistik uji Z yang kecil yaitu - mampu untuk mandiri dalam belajar, banyak
2,803 dan nilai sign.2-talled adalah 0,005<0,05. bersifat serba pasif. Dalam membaca buku-buku
Sehingga . Karena itu hasil uji pelajaran saja misalnya, kalau tidak disuruh atau
tersebut secara statistik, dapat diakatakan diperintahkan oleh guru maka buku-buku
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan
pengaruh kemandirian belajar siswa sesudah selalu utuh karena tidak dibaca.
mengikuti Konseling kelompok realitas. Rendahnya kemandirian belajar siswa
3. Pembahasan merupakan suatu permasalahan yang
Kemandirian belajar (Self Regulated membutuhkan perhatian ekstra untuk segera
Learning) merupakan Kemandirian belajar diatasi agar mereka dapat menentukan pilihan,
sangat penting bagi seorang siswa, kemampuan dan bertanggung jawab atas pilihannya sesuai
belajar sendiri yang dimiliki oleh setiap siswa potensi yang dimiliki, sehingga mereka dapat
dengan berbagai macam teknik yang digunakan memperoleh pencapaian kemandirian belajar
sesuai dengan keinginannya sendiri dan yang maksimal. Salah satu teknik yang dapat
bertanggung jawab atas pengambilan keputusan digunakan untuk membantu kurangnya
yang telah dipilihnya sendiri. Kemandirian kemandirian belajar siswa adalah dengan teknik
belajar pada dasarnya dipengruhi beberapa faktor konseling kelompok realitas.
antara lain gen atau keturunan orang tua, pola Dengan melihat sumber rendahnya
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3
Khumaerah, Halim, Teknik Two Stay Two...| 131
Sukardi, Dewa Ketut. 1996. Pengantar Tiro, M.A. 2004. Dasar- dasar Statistik. Ujung
Pelaksanaan Program BK di sekolah. Pandang.
Jakarta: Rineka Cipta.