You are on page 1of 8

Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling

http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK
Volume 1 Nomor 2 Desember 2015. Hal 125-132
p-ISSN: 2443-2202 e-ISSN: 2477-2518

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK REALITAS UNTUK


MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
SMK NEGERI 3 MAKASSAR

Nasratul Khumaerah
Bimbingan dan Konseling, STIKIP Megarezky
email: nacha_cute@yahoo.co.id

Abstract: Pre-Experimental research was conducted in SMK Negeri 3 Makassar with


research subjects are students of class XI electricity with a total of 10 people. Problems in
this study were students in class XI Electricity experiencing a low learning independence.
This study aims to: (1) Determine the description of the independence of student learning
before the Implementation Group Counseling Reality in SMK Negeri 3 Makassar (2)
Knowing illustration independence student learning after Application of Group
Counseling Reality in SMK Negeri 3 Makassar (3) Find out if there is a positive impact
on Group Counselling Reality application to increase the independence of student
learning in SMK Negeri 3 Makassar. Experimental subjects were given a pretest to
determine the atmosphere of learning independence given counseling students before
reality. At the end of the study were given a posttest to determine the effect of applying
the reality of group counseling in improving learning independence. Collecting data using
questionnaires and observation. Analyzed using percentages and inferential statistical
analysis, the t-test. The results showed that: (1) Independence learn student at SMK
Negeri 3 Makassar before the given technique Group Counseling Reality in middle
category, while the degree of independence for students at SMK Negeri 3 Makassar after
given Engineering Group Counseling Reality has increased or at high category , (2) There
are differences in the level of independent learning in SMK Negeri 3 Makassar before
and after given the reality of group counseling techniques.

Keywords: . The Reality of Group Counseling, Independent Learning.

Abstrak: Penelitian Pre-Eksperimen ini dilakukan di SMK Negeri 3 Makassar dengan


subjek penelitian adalah siswa kelas XI Listrik dengan jumlah 10 orang. Masalah dalam
penelitian ini adalah siswa di kelas XI Listrik mengalami kemandirian belajar yang
rendah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui gambaran kemandirian belajar
siswa sebelum Penerapan Konseling Kelompok Realitas di SMK Negeri 3 Makassar
(2)Mengetahui gambaran kemandirian belajar siswa sesudah Penerapan Konseling
Kelompok Realitas di SMK Negeri 3 Makassar (3) Mengetahui apakah ada pengaruh
positif terhadap penerapan Konseling Kelompok Realitas untuk meningkatkan
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 Makassar. Subjek eksperimen diberi pretest
untuk mengetahui suasana kemandirian belajar siswa sebelum diberikan konseling
realitas. Di akhir penelitian ini diberi posttest untuk mengetahui pengaruh penerapan
konseling kelompok realitas dalam meningkatkan kemandirian belajar. Pengumpulan data
dengan menggunakan instrumen angket dan observasi. Analisis data menggunakan
analisis persentase dan analisis statistik inferensial, yaitu t-test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 Makassar sebelum
diberi teknik Konseling Kelompok Realitas berada pada kategori sedang, sedangkan
tingkat kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 Makassar sesudah diberi Teknik
Konseling Kelompok Realitas mengalami peningkatan atau berada pada kategori tinggi.
125
126 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 2 Desember 2015

(2) Terdapat perbedaan tingkat kemandirian belajar di SMK Negeri 3 Makassar sebelum
dan sesudah diberi teknik Konseling Kelompok Realitas.

Kata Kunci: Konseling Kelompok Realitas, Kemandirian Belajar.

PENDAHULUAN belajar yang rendah. Rina Aristiani, 2006.


Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok
Pendidikan merupakan proses belajar yang Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar
menghasilkan perubahan tingkah laku yang Siswa Kelas X Sma Negeri 15 Semarang tahun
diharapkan. Tugas utama siswa di sekolah adalah ajaran 2005-2006. Skripsi. Semarang: Unnes.
belajar, dengan belajar siswa akan berkembang Kerap kali siswa belajar, sekalipun dalam
secara optimal sesuai dengan kemampuannya. mengambil azas manfaat masih bersikap sebagai
Pendidikan secara keseluruhan adalah suatu anak kecil. Mereka sering bertanya kepada bapak
usaha yang disengaja untuk mempersiapkan para dan ibu guru ketika pelajaran sedang
peserta didik berkembang secara optimal, siap berlangsung, mengenai pelajaran yang ditulis
melaksanakan peranannya di masa yang akan pada papan tulis apakah untuk disalin di buku
datang. atau tidak. Sementara jika siswa merasa ada
Di dalam bangku sekolah siswa dituntut manfaat bagi mereka harus menyalinnya. Dalam
untuk lebih mandiri. Untuk itu Sekolah membaca buku-buku pelajaran saja misalnya,
Menengah Atas diharapkan mampu jika tidak disuruh atau diperintahkan oleh guru
mengembangkan sikap mandiri bagi siswanya, maka buku-buku tersebut akan tetap tidak
sehingga tidak canggung dalam menapaki tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak
bangku kuliah. Kemandirian akan membentuk dibaca. Begitu pula dalam mengomentari
rasa percaya diri, berani, tanggung jawab, dan keberadaan buku-buku pelajaran mereka yang
kreatif pada diri siswa. Kemandirian belajar jarang mereka sentuh. Mereka menjawab bahwa
merupakan hal yang integral dari keseluruhan kalau guru tidak menyuruh untuk mengerjakan
proses belajar. Berhasil tidaknya siswa dalam tugas-tugas rumah atau untuk membacanya tidak
belajar sering kali dapat terlihat pada apakah perlu dibaca. Kemandirian dalam belajar
siswa tersebut memiliki kemandirian belajar atau agaknya belum dimiliki oleh banyak pelajar. Ada
tidak. Siswa dikatakan telah memiliki guru yang mengatakan bahwa pelajar sekarang
kemandirian belajar apabila ia telah mampu banyak yang bersifat seperti 'paku', ia baru
melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan bergerak jika dipukul dengan martil. Terlihat
pada orang lain dan bertanggung jawab atas kecenderungan bahwa konsep mereka belajar
pilihannya. yaitu “baru berbuat kalau baru disuruh”. Jadi
Kemandirian belajar merupakan aktifitas kalau mereka tidak disuruh maka tentu agak
belajar yang didorong oleh kemauan sendiri, terhentilah proses peningkatan pengembangan
pilihan sendiri, dan mampu mengatur diri untuk pribadi mereka.
mencapai hasil belajar yang optimal serta mampu Berdasarkan hasil wawancara bersama
mempertanggung jawabkan tindakannya. Siswa konselor di sekolah pada tanggal 13 april 2010 di
dapat dikatakan memiliki kemandirian belajar peroleh info, fakta di atas dimiliki oleh siswa-
jika memiliki ciri-ciri di antaranya; mampu siswa di SMK Negeri 3 Makassar. Banyak siswa
berpikir kritis, kreatif dan inovatif, tidak mudah yang masih bersifat pasif dalam belajar. Hal ini
terpengaruh oleh pendapat orang lain, tidak terlihat ketika beberapa siswa masih ada
merasa rendah diri, terus bekerja dengan penuh ketergantungan kepada temannya dalam
ketekunan dan kedisiplinan, serta mampu menghadapi masalah belajar, disiplin belajar
mempertanggungjawabkan tindakannya sendiri. masih kurang, kurang mengetahui cara belajar
Kenyataan yang banyak di lapangan dari yang baik yaitu belajar kalau akan menjelang
hasil penelitian Rina Aristiani seperti di SMA ujian, malas dalam mengerjakan tugas-tugas
Negeri 15 Semarang, menunjukkan kurang lebih yang telah diberikan oleh guru, masih adanya
100 siswa dari 315 siswa memiliki kemandirian paksaan untuk belajar dari guru, sering
Khumaerah, Halim, Teknik Two Stay Two...| 127

menyontek hasil pekerjaan temannya, kelompok realitas untuk meningkatkan


menghindari masalah dalam, tidak bertanggung kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3
jawab atas pilihan yang di ambil, dan Makassar. Desain penelitian yang digunakan
mengerjakan tugas pekerjaan rumah saat adalah “ one-group pretest-posttest design”
mengikuti mata pelajaran yang lain yang Prosedur pelaksanaan penelitian mulai dari
mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tahap perencanaan, pretest, pemberian konseling
terganggu. kelompok realitas dan posttest.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
perlu upaya dari guru pembimbing untuk Dalam penelitian ini ada dua peubah yang
mengatasi atau mengantisipasi terjadinya dikaji, yaitu: Penggunaan Konseling kelompok
kurangnya kemandirian belajar siswa. Salah satu realitas untuk meningkatkan kemandirian belajar.
upaya tersebut adalah menerapkan konseling Konseling Kelompok Realitas sebagai peubah
kelompok realitas yang dimana dalam bebas atau yang mempengaruhi (independen)
penerapannya konseling realitas digunakan sedangkan kemandirian belajar sebagai peubah
dalam konseling kelompok. Teknik ini dalam terikat atau yang dipengaruhi (dependen). Untuk
penerapannya konselor membantu konseli dalam lebih memahami dengan jelas variabel yang
menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa digunakan dalam penelitian ini, maka perlu
melihat kegagalan yang lalu, tetapi konselor akan diberikan defenisi operasional, yaitu sebagai
menekankan tanggung jawab kepada konseli berikut:
terhadap pilihan yang akan di pilih untuk 1. Konseling Kelompok Realitas merupakan
mencapai identitas keberhasilan. Dengan harapan bentuk konseling yang difokuskan pada
melalui penerapan ini dapat meningkatkan tingkah laku sekarang, bentuk bantuan
kemandirian belajar siswa. langsung kepada konseli secara kelompok,
Melihat fenomena-fenomena di atas, maka yang dilakukan oleh konselor dengan cara
penulis tertarik untuk mengkaji dan mengetahui memberi tanggung jawab kepada konseli
bagaimana tingkat kemandirian belajar siswa yang didasarkan pada keyakinan bahwa kita
tersebut. Salah satu cara yang akan digunakan semua memilih apa yang kita lakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan hidup kita dan kita bertanggung
dengan menerapkan Konseling Kelompok jawab untuk pilihan kita. Tanggung Jawab
Realitas. didefinisikan sebagai pembelajaran untuk
Rumusan Masalah memilih perilaku yang memenuhi
1. Bagaimana gambaran kemandirian belajar kebutuhan kita dan, pada saat yang sama,
siswa sebelum penerapan Konseling tidak menghilangkan kesempatan orang lain
Kelompok Realitas di SMK NEGERI 3 melakukan hal yang sama. Memecahkan
Makassar ? masalah-masalah individu sehingga individu
2. Bagaimana gambaran kemandirian belajar dapat merancang alternatif pemecahan yang
siswa sesudah Penerapan Konseling tepat dalam mengatasi masalah kemandirian
Kelompok Realitas di SMK NEGERI 3 dalam belajar.
Makassar ? 2. Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar
3. Apakah ada pengaruh positif terhadap yang didorong oleh kemauan sendiri,
Penerapan Konseling Kelompok Realitas pilihan sendiri, dan mengatur diri untuk
untuk meningkatkan kemandirian belajar mencapai hasil belajar yang optimal serta
siswa di SMK NEGERI 3 Makassar ? mampu mempertanggungjawabkan
tindakannya. Cirinya adalah mampu
METODE berpikir kritis, kreatif dan inovatif, tidak
berpengaruh pada orang lain, tidak lari /
Penelitian yang digunakan oleh peneliti menghindari masalah, memecahkan masalah
adalah pendekatan kuantitatif dengan metode sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha
penelitian eksperimen. bekerja dengan penuh ketekunan dan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bertanggungjawab atas tindakannya sendiri.
pre-eksperimental design karena hanya ada satu
kelompok eksperimen tanpa adanya kelompok Populasi adalah sebagian dari jumlah dan
kontrol. yang akan mengkaji pengaruh konseling karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
128 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 2 Desember 2015

populasi besar dan peneliti tidak mungkin Sangat Sesuai (SS) = 5, sedangkan item negatif
mempelajari semua yang ada pada populasi, penilaian pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan (STS) = 5, Tidak Sesuai (TS) = 4, Kurang Sesuai
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel (KS) = 3, Sesuai (S) = 2 dan Sangat Sesuai (SS)
yang diambil dari populasi itu. =1
Siswa yang akan dijadikan sampel diambil Seseuai dengan teknik pengumpulan data
dengan mengukur kemandirian belajar dengan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
angket kemandirian belajar. Sampel yang observasi dan angket (kuesioner) yang telah
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak divalidasi dan diuji lapangan untuk mengetahui
satu kelas yang terdiri atas 30 siswa. Kelas yang validitasi dan reabilitasnya.
dijadikan sampel yaitu KELAS XI Listrik 1. a. Uji Validitas
Alasan penelitian ini mengambil sampel di Dari hasil uji validitas skala dengan
KELAS XI Listrik 1 di SMK NEG. 3 Makassar menggunakan pengolahan komputer program
karena menurut pengamatan guru pembimbing SPSS 16,0 ditemukan bahwa dari 58 item
dan wali kelas di sekolah tersebut, sejak dari pernyataan, yang tidak valid sebanyak 16 item
kelas X kelas ini merupakan kelas yang siswa- disebabkan nilai r yang diperoleh < (lebih kecil
siswanya cenderung mengalami permasalahan atau kurang) dari 0.3 seperti yang dikemukakan
dalam sikap dan perilakunya dalam belajar salah oleh Sugiono dan Wibowo (2004) dalam
satunya dalam kemandirian belajar. Sujianto (2009), yaitu nomor (0,069), nomor
Pengukuran sampel merupakan suatu 10 (0,101), nomor 18 (0,194), 19 (0,259), dan
langkah yang diambil dalam melaksanakan suatu 23 (0,275), nomor 26 (0,463), nomor 30(
penelitian. Dari jumlah siswa yang teridentifikasi 0,056), nomor 33 (0,452), nomor 34 (0,264),
diambil sebanyak 10 (sepuluh) siswa (jumlah nomor 35 (0,198), nomor 39 (0,043), nomor
anggota terbatas dalam konseling kelompok ) 41( 0,283), nomor 43 (0,018), nomor
yang menjadi subjek penelitian. Dengan 43(0,0224), nomor 53(0,050), nomor 56
pertimbangan, dinamika interaksi kelompok akan (0,036). Sehingga jumlah skala setelah uji
berkembang lebih intensif dan untuk keefektifan validitas sebanyak 42 item pernyataan.
pelaksanaan konseling kelompok realitas. b. Uji Realibilitas
Suatu alat ukur dikatakan memiliki
Teknik Pengumpulan Data realibilitas yang baik bilamana alat ukur
1. Observasi tersebut dapat memberikan skor yang relatif
Observasi yang digunakan mencatat sama pada seorang responden, jika responden
reaksi-reaksi dan partisipasi siswa selama tersebut mengisi angket pada waktu yang tidak
pemberian Konseling Kelompok Realitas melalui bersamaan atau pada tempat yang berbeda,
pengamatan secara langsung. Cara walaupun harus memperhatikan adanya aspek
penggunaannya dengan cara memberi tanda (√) persamaan karakteristik. Dalam penentuan
pada setiap aspek partisipasi siswa yang muncul. tingkat realibilitas suatu instrumen penelitian
2. Angket (Kuesioner) dapat diterima bila memiliki koefisien alpha
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan lebih besar dari 0,60 sesuai yang dikemukakan
data yang dilakukan dengan cara memberi oleh Nugroho (2005) dan Suyuthi (2005) dalam
seperangkat pernyataan tertulis kepada respon Sujianto (2009). Sehingga instrumen penelitian
untuk dijawabkan. Kuesioner dibuat oleh peneliti ini dikatakan realibel karena memeiliki
yang isinya menyangkut Kemandirian belajar koefisien alpha > 0,60 yaitu sebesar 0,917.
siswa. Kuesioner yang digunakan kepada Analisis data penelitian dimaksudkan
responden peneliti dimana angket peneliti yang untuk menganalisis data hasil angket berkaitan
sifatnya tertutup, yang terdiri dari item positif dengan kemandirian belajar siswa, teknik analisis
dan item negatif beserta dilengkapi dengan lima data yang digunakan adalah analisis deskriftif
pilihan jawaban yaitu : Sangat Tidak Sesuai dan uji Wilcoxon.
(STS), Tidak Sesuai (TS), Kurang Sesuai (KS), 1. Analisis Statistik Deskriftif
Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS). Untuk item Analisis statistik deskriftif dimaksudkan
positif penilaian pilihan jawaban Sangat Tidak untuk mengambarkan kemandirian belajar siswa
Sesuai (STS) = 1, Tidak Sesuai (TS) = 2, SMK Negeri 3 Makassar sebelum dan sesudah
Kurang Sesuai (KS) = 3, Sesuai (S) = 4 dan
Khumaerah, Halim, Teknik Two Stay Two...| 129

perlakuan berupa pemberian konseling kelompok Rumus uji Wilcoxon (Sugiyono, 1996:133)
realitas, dengan menggunakan tabel distribusi
( )
frekuensi dan persentase
Guna memperoleh gambaran umum tentang √
( )( )

kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3


Makassar sebelum dan sesudah perlakuan teknik Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan
konseling kelompok realitas, maka untuk dengan indeks tabel wilcoxon. Jika hasil analisis
keperluan tersebut, maka dilakukan perhitungan lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, maka
rata-rata skor peubah dengan rumus: berarti konseling kelompok realitas efektif untuk
Me 
 Xi (Hadi 2004: 40)
meningkatkan kemandirian belajar.
N HASIL DAN PEMBAHASAN
Di mana: Berdasarkan hasil penelitian dengan
Me : Mean (rata-rata) menggunakan Pre-eksperimen yang dilakukan
Xi : Nilai X ke i sampai ke n terhadap 10 siswa secara kelompok mengenai
N : Banyaknya subjek kemandirian dalam belajar di SMK Negeri 3
Makassar sebelum dan sesudah perlakuan berupa
Guna memperoleh gambaran umum teknik konseling kelompok realitas, maka berikut
tentang kemandirian siswa dalam belajar di SMK ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis
Negeri 3 Makassar sebelum dan sesudah statistik deskriptif untuk menggambarkan tingkat
perlakuan, dilakukan dengan mengetahui skor kemandirian dalam belajar siswa sebelum
ideal tertinggi 290 (58 x 5 = 290) kemudian (pretest) dan setelah (posttest) diberi perlakuan
dikurangkan dengan skor ideal terendah yaitu 58 teknik konseling kelompok realitas, dan analisis
(58 x 1 = 58), selanjutnya dibagi 5 kelas interval kuantitatif untuk menguji hipotesis pada
sehingga diperoleh interval kelas. penelitian tentang adanya perbedaan tingkat
2. uji Wilcoxon kemandirian dalam belajar siswa sebelum dan
“Analisis data merupakan bagian yang setelah diberi perlakuan berupa konseling
teramat penting dalam penelitian, karena dengan kelompok realitas. Berikut di jelaskan gambaran
analisis data maka akan dapat membuktikan tingkat kemandirian belajar siswa sebelum dan
hipotesis dan menarik tentang masalah yang akan sesuadah pemberian konseling kelompok
diteliti. Dalam penelitian ini pengambilan realitas.
sampelnya menggunakan teknik cluster
bertujuan sehingga tidak dapat menggunakan 1. Gambaran Tingkat Kemandirian dalam
statistik parametrik tetapi menggunakan statistik Belajar Siswa Sebelum Dan Setelah
non parametrik berupa uji Wilcoxon, dan skala Diberikan Konseling Kelompok Realitas
yang dipakai berupa skala bertingkat. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1: Data Tingkat Kemandirian Belajar Siswa Sebelum (Pretest) Dan Setelah
(Posttest) Diberikan Konseling Kelompok Realitas di SMK Negeri 3 Makassar.

Kategori Pretest Posttest


Interval Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi

244 – 290 Sangat tinggi 0 0% 0 0%


198 – 243 Tinggi 0 0% 5 50%
152 – 197 Sedang 6 60% 3 30%
106 – 151 Rendah 4 40% 2 20%
58 – 105 Sangat rendah 0 0% 0 0%
Jumlah 10 100% 10 100%
Sumber : Hasil Angket Penelitian

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum realitas, tingkat kemandirian belajar siswa di
diberikan perlakuan berupa konseling kelompok SMK Negeri 3 Makassar, yaitu sebanyak 6
130 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 2 Desember 2015

responden ( 60 %) berada pada kategori sedang, asuh orang tua, sistem pendidikan disekolah dan
kemudian kategori rendah sebanyak 4 responden sistem pendidikan di masyarakat.
(40 %). Hal ini berarti bahwa tingkat Schunk dan Zimmerman (1998)
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 mendefinisikan Kemandirian belajar sebagai
Makasssar berada pada kategori sedang. proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari
Setelah diberikan teknik konseling pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku
kelompok realitas sebanyak 6 sesi, tingkat sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan.
kemandirian dalam belajar siswa di SMK Negeri Butler (2002) mengemukakan bahwa
3 Makassar mengalami peningkatan. Hal ini Kemandirian belajar SRL (Self regulated
dapat dilihat dari tingkat kemandirian belajar Learning) merupakan siklus kegiatan kognitif
siswa yang berada dalam kategori rendah 2 yang rekursif (berulang-ulang) yang memuat
responden (20%), kategori sedang 3 responden kegiatan: menganalisis tugas; memilih,
(30 %), dan kategori tinggi sebanyak 5 mengadopsi, atau menemukan pendekatan
responden (50%). strategi untuk mencapai tujuan tugas; dan
2. Pengujian Hipotesis memantau hasil dari strategi yang telah
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat dilaksanakan.
pengaruh yang positif terhadap penerapan Dengan demikian kemandirian dalam
konseling kelompok realitas untuk meningkatkan belajar menarik dan actual untuk dikaji karena
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3 kemandirian belajar merupakan hal yang integral
Makassar”. Untuk pengujian hipotesis di atas, dari keseluruhan proses belajar, berhasil tidaknya
terlebih dahulu disajikan data tingkat siswa dalam belajar sering kali dapat terlihat
kemandirian belajar siswa, baik pretest dan pada apakah siswa tersebut memiliki
posttest. Untuk mengetahui signifikansi kemandirian belajar atau tidak. Siswa dikatakan
perbedaan tingkat kemandirian belajar siswa telah memiliki kemandirian belajar apabila ia
sebelum dan sesudah diberikan konseling telah mampu melakukan tugas belajar tanpa
kelompok realitas digunakan uji statistik non ketergantungan pada orang lain.
parametrik Wilcoxon Signed Rank Test . Uji Berdasarkan hasil penelitian terhadap 10
Wilcoxon (Z) ini merupakan uji beda parametrik subjek penelitian menunjukkan bahwa tingkat
rata-rata untuk dua sampel berpasangan. kemandirian belajar sebelum diberikan teknik
Berdasarkan uji statistik tersebut, dilihat dari konseling kelompok realitas berada pada
perbedaan skor tingkat kemandirian belajar kategori rendah. Adapun gejala rendahnya
siswa sebelum dan sesudah pemberian Konseling kemandirian belajar yang dialami oleh siswa di
kelompok realitas, diperoleh perhitungan Z SMK Negeri 3 Makassar adalah siswa kurang
dimana nilai statistik uji Z yang kecil yaitu - mampu untuk mandiri dalam belajar, banyak
2,803 dan nilai sign.2-talled adalah 0,005<0,05. bersifat serba pasif. Dalam membaca buku-buku
Sehingga . Karena itu hasil uji pelajaran saja misalnya, kalau tidak disuruh atau
tersebut secara statistik, dapat diakatakan diperintahkan oleh guru maka buku-buku
Hipotesis penelitian ini adalah “Terdapat tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan
pengaruh kemandirian belajar siswa sesudah selalu utuh karena tidak dibaca.
mengikuti Konseling kelompok realitas. Rendahnya kemandirian belajar siswa
3. Pembahasan merupakan suatu permasalahan yang
Kemandirian belajar (Self Regulated membutuhkan perhatian ekstra untuk segera
Learning) merupakan Kemandirian belajar diatasi agar mereka dapat menentukan pilihan,
sangat penting bagi seorang siswa, kemampuan dan bertanggung jawab atas pilihannya sesuai
belajar sendiri yang dimiliki oleh setiap siswa potensi yang dimiliki, sehingga mereka dapat
dengan berbagai macam teknik yang digunakan memperoleh pencapaian kemandirian belajar
sesuai dengan keinginannya sendiri dan yang maksimal. Salah satu teknik yang dapat
bertanggung jawab atas pengambilan keputusan digunakan untuk membantu kurangnya
yang telah dipilihnya sendiri. Kemandirian kemandirian belajar siswa adalah dengan teknik
belajar pada dasarnya dipengruhi beberapa faktor konseling kelompok realitas.
antara lain gen atau keturunan orang tua, pola Dengan melihat sumber rendahnya
kemandirian belajar siswa di SMK Negeri 3
Khumaerah, Halim, Teknik Two Stay Two...| 131

Makassar berasal dari masih kurang mampunya SIMPULAN DAN SARAN


siswa untuk merencanakan, memilih dan
bertanggung jawab atas pilihannya, maka dengan Berdasarkan hasil dan pembahasan
memberikan teknik konseling kelompok realitas penelitian ini maka dapat disimpulkan bahawa:
untuk mengintervensi rendahnnya kemandirian 1) Tingkat kemandirian dalam belajar siswa di
belajar siswa. Ini berarti bahwa dengan SMK Negeri 3 Makassar sebelum diberikan
menekankan tanggung jawab kepada konseli, perlakuan berupa teknik konseling kelompok
akan meningkatkan akan kemampuan yang realitas berada dalam kategori sedang., 2) Setelah
dimiliki, sehingga mampu menentukan pilihan diberikan perlakuan berupa teknik konseling
dengan yakin dan siap terhadap resiko yang akan kelompok realitas tingkat kemandirian dalam
dialami dalam menjalani pilihannya. belajar siswa di SMK Negeri 3 Makassar berada
Landasan pelaksanaan konseling realitas pada kategori tinggi. 3) Konseling kelompok
adalah mencoba membantu mengendalikan dunia realitas berpengaruh positif yang signifikan
di sekitar mereka dengan lebih efektif sehingga dalam meningkatnya kemandirian dalam belajar
mereka lebih mampu memenuhi kebutuhan siswa, sehingga terjadi peningkatan kemandirian
mereka. Konseling Realitas berprinsip seseorang belajar siswa setelah memperoleh teknik
dapat dengan penuh optimis menerima bantuan konseling kelompok realitas di SMK Negeri 3
dari konselor untuk memenuhi kebutuhan- Makassar.
kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas,
kenyataan tanpa merugikan siapapun. Konseling maka diajukan saran sebagai berikut: 1) Kepada
Realitas lebih menekankan masa kini, maka para Kepala sekolah, supaya menyediakan
dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak kebutuhan yang diperlukan oleh konselor dalam
sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling agar
yang paling dipentingkan adalah bagaimana dalam pelaksanaanya dilapangan dapat berjalan
konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa dengan baik. Misalnya, pengadaan ruangan
yang akan datang. konseling yang memadai, dana, dan konselor
Pada akhir penelitian atau sesudah yang professional., 2) Kepada Konselor
pemberian perlakuan, ditemukan perbedaan hendaknya lebih intensif dalam melaksanakan
sebelum dan setelah penerapan konseling kegiatan ini dalam mengantisipasi
kelompok realitas. Dalam hal ini peningkatan kecenderungan siswa dalam memandirikan
skor rata-rata dari sangat rendah, rendah dan belajarnya di SMK Negeri 3 Makassar.
sedang ke yang tinggi mengindikasikan adanya
pengaruh signifikan dan positif dari perlakuan DAFTAR RUJUKAN
yang diterapkan mengenai kemandirian belajar
siswa. Hadi, S.2000. Statistik jilid 1 dan 2, Yogyakarta:
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Andi Offset
teknik konseling kelompok realitas mampu Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Di Konseling Kelompok. Ghalia Indonesia
mana dalam penelitian ini siswa diharapkan Rina Aristiani, 2006. Keefektifan Layanan
untuk tidak lagi terpengaruh dengan pendapat Bimbingan Kelompok Dalam
orang lain. Siswa menjadi lebih percaya akan Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa
kemampuan dan potensi yang dimilikinya, tidak Kelas X Sma Negeri 15 Semarang tahun
lagi merasa ragu dengan pilihannya dan mampu ajaran 2005-2006. Skripsi. Semarang:
mempertanggung jawabkan pilihan yang Unnes.
dipilihnya. Diharapkan pula agar siswa mampu Romlah, Tatiek, 2001. Bimbingan Kelompok,
menghadapi setiap tantangan yang diperoleh Malang: UNM
dalam usaha mengembangkan kemandiriannya Schunk dan Zimmerman (1998) kemandirian
dan mampu bangkit kembali dari keterpurukan- belajar siswa. (Online).
keterpurukan, serta tidak cepat berputus asa dari http://www.geoogle.com.e-psikologi.
kegagalan tersebut. dengan demikian siswa akan Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
mampu berkembang dengan optimal dan dapat Kualitataif dan R & D. Bandung:
mencapai cita-citanya kelak di masa depan.
132 | Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling Vol. 1 No. 2 Desember 2015

Sukardi, Dewa Ketut. 1996. Pengantar Tiro, M.A. 2004. Dasar- dasar Statistik. Ujung
Pelaksanaan Program BK di sekolah. Pandang.
Jakarta: Rineka Cipta.

You might also like