You are on page 1of 8

JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.

2089-7669

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN


METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG

Nuril Nikmawati
Email: bunda.ray4@gmail.com

ABSTRACT

The awareness about the importance of contraception in Indonesia still


needs to be improved to prevent the increases in population. The use of LTCM
an effective method of contraception helpful and efficient in the long term with
less serious side effects. However, the use of LTCM in each year is less when
compared to non LTCM.The study was conducted to analyze the factors
associated with long-term use of contraceptive methods in the Northern District
of Magelang
This is an explanatory research with cross sectional approach. The study
population is the mother of active family planning acceptors. The number of
population is 3949 mother. Research Subjects 363 acceptors. Data was
collected through interviews with a structured questionnaire and were analyzed
by Chi-Square test and logistic regression.
Results showed that mother who use LTCM as much as 51.8%. Results
of univariate analysis age categories as much as 56.2%, secondary education as
much as 51%, income above the MSE as much as 50.4%, the number of
children as much as 69.7%. Most respondents have a poor knowledge (51.6%),
have a negative perception (51.8%), had the support of health workers is less
support (73.6%), husband support less (54.5%), and less attitude support
(56.5%). Availability of tools (85.7%), largely at their own expense (68.6%). The
results of the bivariate analysis of factors associated with the use of LTCM is
earnings (p = 0.041) levels of knowledge (p = 0.002) attitude (p = 0.000) support
of health workers (p = 0.037) availability of tools (p = 0.011) and the availability
of funds (p = 0.002 ). Results of multivariate logistic regression (OR value =
4.157 and p = 0.000) in the acceptor attitude factor is the most influential factor
on the use of LTCM. Acceptor attitude factor is the most influential factor on the
use of LTCM Rated OR = 4.157, CI 95% of 2623 the lower limit and upper limit
6586.

Keywords: Use of contraception, LTCM


Magister Program in Health Promotion
Concentrations HIV / AIDS Reproductive Health Diponegoro University

39
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

Jumlah penduduk dunia terus (MOW/tubektomi), hanya sebesar


tumbuh dan telah mencapai 7,2 milyar 10,6%.
pada tahun 2013, demikian juga di Peningkatan jumlah penduduk
Indonesia menurut Badan Pusat merupakan salah satu permasalahan
Statistik (BPS) jumlah penduduk global yang muncul di seluruh
Indonesia pada sensus 2010 mencapai dunia.Jumlah penduduk yang besar
237,56 juta orang tanpa disertai dengan kualitas yang
Hasil Sensus Penduduk 2010 memadai, justru menjadi beban
menempatkan posisi Indonesia di pembangunan dan menyulitkan
urutan keempat dalam jumlah pemerintah dalam meningkatkan
penduduk setelah China, India, dan pertumbuhan ekonomi dan
USA.BPS mencatat bahwa pembanguan nasional.
pertumbuhan penduduk Indonesia Salah satu upaya pemerintah untuk
dalam 20 tahun terakhir sudah mengatasi masalah jumlah penduduk
mengalami penurunan namun pada ini adalah dengan program Keluarga
2000-2010 ada kecenderungan Berencana (KB), yang bertujuan untuk
(1)
naik. BPS Jateng 2013 mencatat menurunkan tingkat angka kematian
jumlah penduduk Jawa Tengah sebesar ibu, bayi dan anak serta
34,67 juta jiwa, sedangkan jumlah penanggulangan masalah kesehatan
penduduk di Kota Magelang pada tahun reproduksi dalam rangka membangun
2013 adalah 119.742 jiwa dengan keluarga kecil berkualitas. Kesadaran
jumlah PUS 17.744. mengenai pentingnya kontrasepsi di
Tingkat prevalensi pemakaian alat Indonesia masih perlu ditingkatkan
kontrasepsi atau contraceptive untuk mencegah terjadinya peningkatan
prevalence rate (CPR), yang jumlah penduduk di Indonesia pada
menunjukkan tingkat kesertaan ber-KB tahun 2015.Penggunaan MKJP masih
diantara pasangan usia subur (PUS) jauh lebih rendah di bandingkan
mencapai 61,9% untuk semua cara dengan penggunaan Non MKJP.Salah
dansebanyak 57,9% diantaranya satu Kontrasepsi non MKJP yang paling
menggunakan cara KB modern, hanya banyak digunakan adalah kontrasepsi
meningkat sebesar 0,5% dari 57,4% suntik yang menjadi salah satu metode
dalam 5 tahun terakhir. Penggunaan kontrasepsi efektif memerlukan
kontrasepsi didominasi oleh alat kepatuhan agar efektifitasnya
kontrasepsi jangka pendek, terutama tinggi.Kegagalan dari metode
suntikan, yang mencapai 31,9%. kontrasepsi suntik disebabkan karena
Tingkat pemakaian Metode Kontrasepsi keterlambatan akseptor untuk
Jangka Panjang (MKJP), yaitu intra melakukan penyuntikan ulang yang
uterine device (IUD), implan, metode dapat mengakibatkan terjadinya
operasi pria (MOP/vasektomi), dan kehamilan.
metode operasi wanita

40
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

Rendahnya penggunaan MKJP MKJP sebesar 5.860 orang (40,6%)


dikarenakan beberapa hambatan yang dan pemakai non MKJP sebesar 8.561
ditemui antara lain belum adanya orang (59,4%). Nasution dalam analisa
petugas yang cukup untuk lanjut 2011 menyampaikan bahwa
melaksanakan kontap, kurangnya pengguna MKJP bertempat tinggal di
sarana prasarana, adanya pengaruh perkotaan lebih banyak namun di Kota
budaya yang menyebabkan masyarakat Magelang penggunanya lebih sedikit
enggan memasang IUD karena malu dibanding dengan pengguna non
dan larangan dari suami, serta masih MKJP.
rendahnya partisipasi pria ber-KB Upaya yang sudah dilakukan oleh
khusus MOP karena masih banyak Badan Pemberdayaan Masyarakat
suami yang takut untuk ikut MOP. Perempuan dan Keluarga Berencana
Hambatan lain program KB terutama (BPMPKB) bersama Dinas kesehatan
dalam pemakaian alat kontrasepsi Kota Magelang untuk meningkatkan
MKJP adalah adanya ketakutan penggunaan MKJP antara lain dengan
masyarakat untuk melakukan operasi, sosialisasi tentang MKJP di setiap
malu karena harus membuka organ kelurahan serta adanya kegiatan safari
intim, serta takut akan efek samping KB yang bekerjasama dengan
atau akibat pemasangan alat puskesmas dan rumah sakit.
kontrasepsi MKJP.Hasil penelitian di Salah satu strategi dari pelaksanaan
Isfahan Iran tentang keyakinan yang program KB sendiri seperti tercantum
keliru tentang IUD bahwa mereka takut dalam Rencana Pembangunan Jangka
efek samping, kepercayaan agamanya, Menengah (RPJM) tahun 2004-2009
kecemasan saat pemasangan IUD, adalah meningkatnya penggunaan
mengganggu hubungan seksual dan MKJP seperti IUD, implant (susuk) dan
terjadi kerusakan janin berupa sterilisasi.
kesalahan konsepsi.
MKJP merupakan metode METODE PENELITIAN
kontrasepsi yang efektif bermanfaat Penelitian ini merupakan penelitian
dalam jangka waktu yang lama dengan kuantitatif yang menggunakan
efek samping yang lebih ringan.Namun rancangan eksplanatory dengan
pemakai MKJP dalam setiap tahunnya pendekatan cross sectional. Populasi
masih sedikit penggunanya jika penelitian adalah akseptor aktif
dibandingkan dengan pemakai non kontrasepsi di Wilayah kerja
MKJP. Berdasarkan data profil Dinas Puskesmas Magelang Utara Kota
Kesehatan Kota Magelang tahun 2012 Magelang dengan jumlah sampel 363
bahwa pemakai MKJP sebesar 4.462 akseptor aktif .Teknik sampling dalam
orang (33,8%) dan pemakai non MKJP penelitian ini menggunakanadalah
sebesar 8.720 orang (66,2%). stratified random samplingAnalisa yang
Sedangkan untuk tahun 2013 pemakai digunakan univariat untuk mengetahui

41
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

distribusi frekuensi, analisa bivariat Sebagaimana hasil penelitian di


menggunakan Chi Squere dan analisa Isfahan Iran tentang keyakinan yang
multvariat dengan regresi logistik. keliru tentang IUD bahwa mereka takut
efek samping, kepercayaan agamanya,
HASIL PENELITIAN kecemasan saat pemasangan IUD,
Penelitian ini berfokus pada mengganggu hubungan seksual dan
penggunaan kontrasepsi MKJP pada terjadi kerusakan janin berupa
akseptor KB aktif di Magelang Utara kesalahan konsepsi.
Kota Magelang. Subjek penelitian ini Berdasarkan hasil uji statistic
adalah ibu yang mempunyai pasangan didapatkan hubungan antara
di lima wilayah puskesmas Magelang pendapatan, tingkat pengetahuan,
Utara dengan jumlah sampel sebanyak sikap, dukungan nakes, ketersediaan
363 orang sebagai akseptor aktif alat dan ketersedian dana terhadap
Berdasarkan hasil penelitian penggnaan alat kontrasepsi dengan
diketahui bahwa dari 363 sampel nilai p value < 0,05. Sedangkan hasil
sebagian besar responden 68,9 % dari uji regresi logistic diketahui bahwa
memilih menggunakan kontrasepsi variable yang paling berpengaruh
MKJP. Hal ini menunjukkan jumlah terhadap aktivitas tersebut adalah sikap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan nili p = 0,000 dan nilai OR =
yang memilih alat kontrasepsi non 4,157
MKJP sebesar 31,6%. Sementara data Perilaku akseptor KB aktif untuk
yang ada di wilayah Puskesmas menentukan menggunakan kontasepsi
Magelang Utara untuk akseptor aktif MKJP terkait dengan fasilitas, sarana
MKJP lebih sedikit dibanding yang Non dan prasarana serta dukungan dari
MKJP.Hal ini sesuai dengan pendapat berbagai pihak. Adapun sarana dan
dariNasution (2011) menyampaikan prasarana yang harus tersedia adalah
bahwa pengguna MKJP bertempat alat kontrasepsi dan tempat pelayanan .
tinggal di perkotaan lebih banyak.(6)
MKJP merupakan cara kontrasepsi
PEMBAHASAN
yang efektif dan efisien digunakan
dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun Pengetahuan dan sikap saja belum
sebagai salah satu strategi dari menjamin terjadinya perilaku, masih
pelaksanaan program KB sendiri diperlukan faktor lain yaitu faktor
seperti tercantum dalam Rencana penguat yang mendorong terjadinya
Pembangunan Jangka Menengah suatu perilaku. Contohnya faktor
(RPJM) tahun 2004-2009 adalah penguat (reinforcing) perilaku untuk
meningkatnya penggunaan MKJP menggunakan kontrasepsi MKJP
seperti IUD, implant (susuk) dan adalah dukungan suami dan dukungan
sterilisasi. tenaga kesehatan.
Hal ini sejalan dengan teori Green
bahwa perilaku seseorang dapat

42
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu bersifat sementara.Menurut Green


dari faktor pencetus (predisposisi), dalam Notoatmodjo menjelaskan
faktor penguat (reinforcing) dan faktor bahwa tingkat kesehatan seseorang
pemungkin (enabling). Pengetehuan dapat ditentukan oleh tingkat
merupakan domain yang sangat pengetahuan atau pendidikan dari
penting dalam pembentukan tindakan orang tersebut, sehingga semakin baik
seseorang. Perilaku yang didasari tingkat pengetahuan seseorang maka
pengetahuan akan lebih langgeng dari tingkat kesehatan orang tersebut juga
pada perilaku yang tidak didasari oleh akan semakin baik, pengetahuan dapat
pengetahuan. Namun faktor diperoleh dari lingkungan sekitar seperti
predisposing sendiri mampu menjadi media elektronik, media cetak, dari
faktor yang memfasilitasi atau penyuluhan (pendidikan kesehatan)
menghalangi motivasi untuk berubah . dari petugas kesehatan.
Pada penelitian diperoleh hasil Tingkat Pengetahuan yang baik
sebagian besar responden memiliki maka diharapkan responden telah
tingkat pengetahuan tentang MKJP mengerti hal-hal yang menyangkut efek
kurang baik sebanyak 188 responden samping dalam penggunaan alat
sedangkan dalam tabulasi silang kontrasepsi jangka panjang khususnya
didapatkan proporsi terbanyak pada IUD sehingga tidak perlu khawatir lagi
responden yang menggunakan MKJP akan mengganggu hubungan seks,
adalah yang memiliki pengetahuan kecemasan saat pemasangan dan rasa
tentang MKJP yang baik sebesat 60,6% malu. Dalam suatu penelitian yang
dan pada responden Non MKJP yang dilakukan di Puskesmas Kartasura
mempunyai proporsi terbanyak pada diperoleh hasil bahwa tingkat
tingkat pengetahuan yang kurang pengetahuan tentang MKJP
sebesar 56,4%. Dari hasil uji statistic mempunyai hubungan dengan
didapatkan nilai p = 0,002 (p <0,05) penggunaan MKJP.Pendapat di atas
berarti ada hubungan tingkat juga diperkuat lagi dimana semakin
pengetahuan dengan penggunaan alat kurang pengetahuan responden
kontrasepsi tentang kontrasepsi jangka panjang,
Pengetahuan termasuk sebagai semakin rendah pula penggunaan
factor predisposisi dalam konsep dari L kontrasepsi jangka panjang
Green merupakan pengadopsian dibandingkan responden dengan
perilaku melalui proses yang didasari pengetahuan baik.
oleh pengetahuan, kesadaran dan Sikap pada pengguna alat
sikap yang positif akan bersikap kontrasepsi sebagian besar responden
langgeng. mendukung dengan menggunakan
Namun sebaliknya jika perilaku tidak kontrasepsi yaitu sebanyak 205 dan
didasari oleh pengetahuan dan sebagian lagi bersikap kurang
kesadaran, maka perilaku tersebut mendukung. Berdasarkan hasil analisa

43
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

bivariat pada sikap responden yang dukungan dari pihak lain. Pengetahuan
menggunakan MKJP diperoleh hasil dan sikap terhadap apa yang dilakukan
bahwa responden paling banyak merupakan faktor-faktor yang dapat
adalah yang mendukung dengan mempermudah atau mempredisposisi
proporsi sebesar (70,3%) dan yang terjadinya perilaku pada diri sesesorang
menggunakan Non MKJP proporsi atau masyarakat namun suatu sikap
terbanyak pada sikap yang kurang belum otomatis terwujud dalam suatu
mendukung sebesar 62,4%. Hasil uji tindakan.
statistic didapatkan p value = 0,000 proporsi persepsi penggunaan alat
(p<0,05), disimpulkan ada hubungan kontrasepsi pada MKJP lebih banyak
yang bermakna antara sikap dengan dilakukan oleh responden dengan
penggunaan alat kontrasepsi. dan persepsi (55,3%) dibandingkan
dengan uji regresi logistic dari seluruh responden dengan persepsi positif
variable factor yang mempengaruhi (48,0%), sedangkan penggunaan alat
penggunaan alat kontrasepsi , hanya kontrasepsi yang Non MKJP yang baik
variable sikap yang paling berpengaruh lebih banyak proporsinya dilakukan
yaitu dengan nilai OR = 4,157 ini berarti oleh responden dengan persepsi
responden yang memiliki sikap yang kerentanan positif (52,0%)
mendukung memiliki peluang 4,157 kali dibandingkan responden dengan
lebih besar untuk menggunakan persepsi negatif (44,7,1%).Dari hasil uji
kontrasepsi jangka panjang statistik didapatkan p value = 0, 197 (p
dibandingkan dengan yang mempunyai > 0,05) yang berarti bahwa tidak
sikap kurang mendukung.Sebagaimana terdapat hubungan antara persepsi
penelitian yang dilakukan di wilayah terhadap penggunaan alat
kerja Puskesmas Perumnas Kota kontrasepsi.Beberapa responden
Lubuklinggau bahwa ditemukan ada menyatakan bahwa memiliki persepsi
hubungan yang bermakna antar sikap negative tentang MKJP yaitu adanya
dengan penggunaan MKJP. responden yang menyatakan jika di
Sikap adalah predisposisi untuk pasang IUD maka akan mengganggu
melakukan atau tidak suatu perilaku hubungan seks sebanyak 66,4%
tertentu sehingga bukan hanya kondisi sedang mempunyai persepsi positif
internal psikologis yang murni dari responden yang terbanyak setuju
individu tetapi sikap lebih merupakan dengan pernyataan wanita yang
proses kesadaran yang sifatnya dipasang implant/susuk tidak boleh
individual, artinya proses ini terjadi melakukan angkat berat sebanyak
secara subyektif dan unik pada diri tiap 56,7%
individu. Dalam teori HBM, hal di atas
Sikap sendiri tidak otomatis akan termasuk dalam persepsi kerentanan
menjadi perilaku, karena banyak hal mengacu pada keyakinan seseorang
yang mempengaruhi, misalnya faktor tentang kemungkinan perubahan

44
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

kerentanan mendapatkan penyakit atau kontrasepsi berdasakan kurun


kondisi yang tidak sehat.Misalnya, reproduksi sehat.
seorang pasangan lebih dulu percaya Responden sebagian besar
ada kemungkinan mengalamai mempunyai sikap kurang mendukung
gangguan dalam berhubungan seks (56,5%) yaitu pada item penolakan
dengan dipasangnya IUD karena pemasangan implant/susuk karena
alatnya dipasang di kemaluannya. takut dibedah dibawah kulitnya dan
Dengan pemasangan yang sesuai responden tidak yakin jika
prosedur dan pemantauan benang oleh menggunakan MKJP bisa membantu
akseptor maka gangguan hubungan ekonomi keluarga
seks tidak akan terjadi. Demikian yang Responden memiliki perpsepsi
menggunakan implant karena dipasang negatif (51,8%), yaitu IUD akan
di lengan maka tidak boleh melakukan menganggu hubungan seks
angkat berat. Perhatian untuk tidak Faktor yang paling berpengaruh
melakukan angkat berat hanya pada dalam penggunaan alat kontrasepsi
awal pemasangan karena masih ada MKJP adalah faktor sikap dengan nilai
luka baru yang memungkinkan bisa OR / Exp (B) = 4,157 yang berarti
keluar implant tersebut, namun jika bahwa akseptor KB aktif yang paling
sudah lama maka aman saja untuk berpeluang yaitu yang mempunyai
mengangkat beban yang sewajarnya. sikap mendukung mempunyai
Persepsi kerentanan yang dirasakan kemungkinan menggunakan
wanita dan pasangannya akan kontrasepsi MKJP sebesar 4,157 kali
mendorong wanita tersebut untuk tidak dibandingkan dengan sikap yang tidak
melakukan cara penggunaan alat mendukung.
kontrasepsi IUD pencegahan atau
deteksi dini agar terhindar dari kondisi SARAN
yang tidak nyaman tersebut. Tetapi
a. Akseptor KB aktif dengan usia di
untuk terjadinya perilaku, masih ada
atas 35 tahun atau lebih, sudah
faktor pencetus tindakan dan faktor
memunyai anak minimal dua orang dan
modifikasi yang ikut mempengaruhi
tidak menginginkan anak lagi sebaiknya
seseorang untuk mengalami perubahan
beralih ke KB MOW.
perilaku.(23)
b. Akseptor KB aktif yang
menginginkan sedikit efek samping
SIMPULAN terhadap ganguan tubuh sebaiknya
Sebagian besar responden memiliki menggunakan KB non hormonal seperti
pengetahuan yang kurang baik (51,8%) IUD atau MOW.
yaitu tentang syarat dilakukan MOW, c. Petugas harus pro aktif dalam
tidak mengerti efek samping memberikan informasi untuk
penggunaan IUD dan responden tidak meningkatkan pengetahuanakseptor
mengerti tentang pelayanan terutama pengetahuan tentangsyarat

45
JURNAL KEBIDANAN Vol. 6 No.12 April 2017 ISSN.2089-7669

dilakukannya MOW dan pengetahuan Harnani Y dan Marlina H. Faktor-Faktor


tentang efek samping akibat dari yang Berhubungan Dengan
pemasangan AKDR/spiral/IUD. Penggunaan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) pada Akseptor
KB di Puskesmas Melur
Pekanbaru.Jurnal Kesehatan
DAFTRAR PUSTAKA
Masyarakat. 2015; 2(1); 77-86
Badan Pusat Statistik (BPS). Indriani R. Faktor-Faktor yang
Survei Demografi dan Kesehatan Berhubungan dengan Pemilihan
Indonesia 2012.BPS. Jakarta. 2014. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) pada Keluarga Miskin di
Dahlan SM. Analisis Multivariat Kelurahan Bulu Lor Kecamatan
Regresi Logistik (Seri 9). Epidemiologi Semarang Utara Kota Semarang
Indonesia. Jakarta. 2012. (Skripsi). Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2012.
Magelang.Profil Kesehatan Kota
Magelang 2012.Dinas Kesehatan Kota Leila M and Aghdak P.
Magelang.Magelang. 2013. Misbelieves about Intra Uterine Device
(IUD) in Isfahan, Iran. Journal of Family
Efendi B (editor). Buku Panduan and Reproductive Health. 2010; 4(4):
Praktis Pelayanan Kontrasepsi (3rd ed). 169–74.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta. 2012. Nasution SL. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan MKJP di
Erman I dan Elviani Y. Hubungan Enam Wilayah Indonesia.Pusat
Paritas dan Sikap Akseptor KB dengan Penelitian dan Pengembangan
Penggunaan Alat Kontrasepsi KB.BKKBN. 2011.
Jangka Panjang di Kelurahan Muara
Enim Wilayah Kerja Puskesmas
Perumnas Kota Lubuklinggau.Jurnal Notoatmodjo S. Metodologi
Poltekkes Palembang. 2012; Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
1(6); 20-35 Jakarta. 2012. Notoatmodjo S. Promosi
Kesehata: Teori dan Aplikasi. Rineka
Glanz K, Rimer BK, and Cipta. Jakarta. 2010.
Viswanath K (editor).Health Behavior
and Health Education; Theory, Trisnawati L. Mother With The
Research, and Practice (4th ed). Wiley Usage of Long-Term Contraseption
Blackwell.San Fransisco. 2008. (Thesis). Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan.
Green L. Health Promotion Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Planning; An Education and Surakarta. 2012.
Environmental Approach. Mayfield
Publishing Company. London. 1991.

46

You might also like