Professional Documents
Culture Documents
Diskusi Kontrol Odon Mandiri - Octaviana Widya - Oral Manifestations of Hypothyroidism-A Case Report
Diskusi Kontrol Odon Mandiri - Octaviana Widya - Oral Manifestations of Hypothyroidism-A Case Report
Oleh :
NIM : 170160100111006
2021
Hypothy
Case Report
A Case Report
DOI: 10.7860/JCDR/2014/8905.4379
ABSTRACT
Hypothyroidism can be due to thyroid failure (primary hypothyroidism) or pituitary or hypothalamic disease (secondary hypothyroidism). A 20-year-old female
patient reported with a complaint of the presence of milk teeth in mouth since 10-12 years. Intraorally, multiple retained decidious and missing permanent teeth
were present. Macroglossia was evident. Skeletal and dental malocclusion (class II) secondary to hypothyroidism was the clinical diagnosis. A comprehensive
treatment plan was formulated. We present this case so as to make the oral health professionals aware of this condition efficiently.
Keywords: Hypothyroidism, Oral manifestations, Impacted permanent teeth, Retained teeth, Thyroid disfunction
22
22
MANIFESTASI ORAL PASIEN DENGAN HIPOTIROIDISME: SEBUAH LAPORAN KASUS
ABSTRAK
Hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kegagalan tiroid (hipotiroidisme primer) atau penyakit pituitari
atau hipotalamus (hipotiroidisme sekunder). Seorang pasien wanita berusia 20 tahun dilaporkan
dengan keluhan adanya gigi susu di mulut sejak 10-12 tahun. Secara intraoral, terdapat beberapa gigi
sulung yang tertinggal dan gigi permanen yang hilang, terlihat jelas lidah makroglossia. Diagnosis
klinis yang didapat adalah maloklusi skeletal dan dental (Klas II) akibat hipotiroidisme. Rencana
pengobatan yang komprehensif telah dirancang. Kami menyajikan kasus ini agar para profesional
kesehatan mulut mengetahui kondisi ini secara efisien.
Kata Kunci: Hipotiroidisme, Manifestasi Oral, Impaksi Gigi Permanen, Retensi Gigi, Disfungsi Tiroid
LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 20 tahun melaporkan dengan keluhan adanya gigi susu di mulutnya sejak 10-
12 tahun dan ingin mencabutnya. Riwayat mengungkapkan bahwa pasien telah mengunjungi dokter
gigi terdekat untuk membersihkan giginya 1 tahun yang lalu, setelah itu dia diberitahu tentang adanya
gigi sulung dan beberapa gigi permanen yang hilang di mulutnya. Ia juga menceritakan riwayat gusi
berdarah saat menyikat gigi sejak 3 tahun, yang kini semakin berkurang. Jadi dia mengunjungi kami
untuk merawat giginya. Riwayat medis mengungkapkan bahwa pasien adalah kasus hipotiroidisme
terkontrol yang diketahui sejak 5-6 tahun dan menjalani pengobatan reguler untuk hal penyakit
tersebut (Tab. Thyronorm® 100mg sekali sehari). Pasien juga melaporkan bahwa bidang akademik di
sekolahnya termasuk kategori sedang. Pada pemeriksaan fisik secara umum, denyut nadi (PR)
76x/menit, frekuensi napas (RR) 16x/menit dan tekanan darah (BP) 120/78 mmHg. Pemeriksaan
intraoral menunjukkan beberapa retensi gigi sulung (55, 65, 74, 75, 85) dan kehilangan gigi permanen
(13, 14, 23, 24, 32, 33, 34, 35,45) [Tabel / Gambar-1a & b]. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi
didapatkan bibir atas dan bawah, mukosa bukal dan labial dan palatum normal. Gingiva mengalami
radang ringan. Lidahnya berukuran lebih besar dan makroglossia terlihat jelas tanpa perubahan rasa.
Gigi 13, 14, 15, 23, 24, 25,32, 33, 34, 35, 41, 45 hilang kongenital. Aliran saliva normal. Berdasarkan
tampilan klinis ini, dibuat diagnosis klinis yaitu maloklusi skeletal dan dental (kelas II) akibat
hipotiroidisme.
INVESTIGASI
Setelah pemeriksaan klinis kemudian dilakukan radiografi panoramik. Radiografi panoramik
menunjukkan beberapa gigi permanen yang tidak erupsi (13, 14, 23, 24, 32, 33, 34, 35, 45)
[Tabel/Gambar-2]. Hasil hemogram lengkap menunjukkan gambaran normal. Kadar kalsium serum,
fosfor serum, dan alkali fosfat serum juga dalam batas normal. Uji T3: 3,60 nmol / l (1,30-3,20), uji
T4: 201,5 nmol / l (66-181), TSH: 0,321 mikro IU / ml (0,27-4,2) dan aktivitas Creatinin kinase
meningkat (212 unit / L) ).
Differential Diagnosis
• Defisiensi nutrisi
• Cleidocranial dysplasia
• Rickets/Rakhitis
• Gagal ginjal
Perawatan
Konseling pasien dilakukan setelah pasien diminta untuk mendapatkan laporan terbaru untuk tes fungsi
tiroidnya. Satu bulan kemudian ketika semua nilai tes berada dalam batas normal, rencana perawatan
multidisiplin dirancang. Ini terdiri dari profilaksis oral, ekstraksi serial dan prosedur ortodontik
interseptif. Pertimbangan khusus diambil saat meresepkan obat, untuk bahaya memicu koma
miksedema akibat analgesik opioid. Tekanan darah dipantau pada setiap kunjungan dan povidine
iodine dihindari. Menjaga semua poin ini dalam pandangan profilaksis mulut penuh, dilakukan untuk
pasien, diikuti dengan ekstraksi serial gigi sulung di bawah pengawasan ketat oleh pedodontis, ahli
bedah mulut dan maksilofasial dan ortodontis.
Hipotiroidisme sering dikaitkan dengan reaksi autoimun, tetapi dapat terjadi setelah pengangkatan
jaringan tiroid yang berlebihan dalam pengobatan hipertiroidisme. Hipotiroidisme sementara dapat
terjadi pada tiroiditis non aktif atau subakut. Hipotiroidisme subklinis (atau ringan) adalah keadaan
kadar hormon tiroid normal dan sedikit peningkatan TSH; terlepas dari namanya, beberapa pasien
mungkin memiliki gejala ringan. Ketika tingkat TSH meningkat dan tingkat T4 menurun, gejala klinis
hipotiroidisme menjadi lebih jelas. Pada kondisi kadar iodine cukup, penyakit autoimun dan penyebab
iatrogenik adalah yang paling umum [Tabel / Gambar-3]. Menurut “UK Guidelines for the Use of
Thyroid Function Tests” pada wanita, prevalensi hipotiroidisme yang baru didiagnosis meningkat dari
0,3% pada wanita yang lebih muda, menjadi 2% pada wanita di atas 60 tahun.
Hipotiroidisme yang parah, seperti pada kasus ini dapat memiliki efek merusak pada perkembangan
dan erupsi gigi, dan menyebabkan retensi yang berkepanjangan pada gigi sulung, pertumbuhan di
bawah normal dari rahang atas dan rahang bawah, dengan penurunan yang nyata pada dimensi
kompleks wajah, dan kurangnya koordinasi antara pertumbuhan mandibula dan perkembangan gigi.
Radiografi pasien menunjukkan bahwa pertumbuhan mandibula dan rahang atas sangat terganggu.
Efek pada gigi sebagian besar terbatas pada: retensi gigi sulung, delay erupsi gigi permanen dan
distorsi akar gigi permanen insisif lateral dan molar pertama. Pada pemeriksaan umum, kulit kasar,
fase relaksasi tertunda dari refleks tendon dalam, suara serak, dan wajah pucat telah dicatat. Temuan
serupa terlihat dalam laporan kasus lain. Menurut sebuah penelitian, makroglossia, kulit kering,
sembelit dan ingatan yang mudah lupa terlihat masing-masing pada 82%, 97%, 66% dan 61% pasien
yang menderita hipotiroidisme. Semua temuan ini juga terlihat pada pasien ini. Banyak penelitian telah
melaporkan tentang penambahan berat badan, edema perifer, kelopak mata bengkak dan hipertensi
diastolik. Namun, tak satu pun dari temuan tersebut terlihat pada pasien ini. Hal ini dapat disebabkan
oleh fakta bahwa pasien adalah hipotiroid yang terkontrol dan secara teratur menjalani pengobatan
selama bertahun-tahun. Ada literatur yang melaporkan tentang gejala psikologis atau disfungsi
kognitif, yang dialami pasien pada asupan L-Tiroksin jangka panjang. Tak satu pun dari gejala ini
dilaporkan oleh pasien ini. Mempertahankan asumsi bahwa hipotiroidisme memiliki tanda dan gejala
yang khas dapat berbahaya karena hanya terjadi pada 25-70% pasien.
KESIMPULAN
Manifestasi oral dari hipotiroidisme jarang terjadi dan dokter gigi biasanya tidak menyadari kondisi
tersebut yang menyebabkan kesalahan diagnosis dan perawatan pasien yang tidak tepat. Ketika kasus
seperti itu ditemui dalam praktik rutin, hipotiroidisme dapat dianggap sebagai diagnosis banding untuk
defisiensi nutrisi atau rakhitis yang biasa sering ditemui. Berbagai faktor seperti kurangnya kesadaran
tentang hipotiroidisme di antara praktisi perawatan kesehatan primer, tidak tersedianya pemeriksaan
laboratorium dan biaya laboratorium lebih tinggi memainkan peran penting dalam keterbatasan
mendiagnosis dan pengelolaan hipotiroidisme.