You are on page 1of 8

‫‪Hablum Minallah Wa Hablum Minannas‬‬

‫‪Oleh: Fathurrahim‬‬

‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‪ ,‬وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‪ ،‬و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‪ ،‬المقدس‬
‫فال تقرب الحوادث حماه‪ ،‬الذي اختار اإلسالم دينا ً وارتضاه‪ ،‬فأرسل به محمد – صلى هللا عليه وسلم – واصطفاه‪،‬‬
‫وجعل له أصحابا ً فاختار كالً منهم لصحبته واجتباه‪ ،‬وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‪،‬‬
‫فصلى هللا عليه وعلى آله وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‪ ،‬أحمده على نعمه كلها حمداً يقتضي الزيادة من نعمه‪،‬‬
‫ويجزل لنا النصيب من قسمه }يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ الً َس ِديدًا (‪ )۷٠‬يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم‬
‫ُذنُوبَ ُك ْم َو َمن يُ ِط ْع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا َع ِظي ًما } { يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوآ ِمنُوا بِ َرسُولِ ِه ي ُْؤتِ ُك ْم ِك ْفلَي ِْن ِمن‬
‫ت‬ ‫رَّحْ َمتِ ِه َويَجْ َعل لَّ ُك ْم نُورًا تَ ْم ُشونَ بِ ِه َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم} { يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم ْ‬
‫لِ َغ ٍد َواتَّقُواهَّللا َ إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُونَ‬

‫‪Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis‬‬

‫‪1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah‬‬
‫‪(ubudiyah) atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.‬‬

‫‪2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam‬‬
‫‪wujud amaliyah sosial.‬‬

‫‪Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron: 112 Allah SWT berfirman‬‬

‫ت َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ْس َكنَةُ َذلِكَ‬ ‫ب ِّمنَ هَّللا ِ َوض ِ‬


‫ُربَ ْ‬ ‫ض ٍ‬ ‫اس َوبَآؤُوا بِ َغ َ‬ ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ال ِّذلَّةُ أَ ْينَ َما ثُقِفُ ْ‬
‫وا ِإالَّ بِ َح ْب ٍل ِّم ْن هَّللا ِ َو َح ْب ٍل ِّمنَ النَّ ِ‬ ‫ُربَ ْ‬
‫ض ِ‬
‫صوا َّو َكانُ ْ‬
‫وا يَ ْعتَ ُدونَ‬ ‫ت هَّللا ِ َويَ ْقتُلُونَ األَنبِيَاء بِ َغي ِْر َح ٍّ‬
‫ق َذلِ َ‬
‫ك بِ َما َع َ‬ ‫وا يَ ْكفُرُونَ بِآيَا ِ‬‫بِأَنَّهُ ْم َكانُ ْ‬

‫‪“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang‬‬
‫‪kepada tali (agama) Allah SWT dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali‬‬
‫‪mendapat kemurkaan dari Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu‬‬
karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah SWT dan membunuh Para Nabi tanpa alasan
yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil
sebagai akibat kedurhakaan mereka kepada Allah SWT dan kepada para nabi. Sehingga
mereka harus mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah
SWT. Dan dalam ayat tersebut diberitakan pula bahwa jalan keluar dari segala
malapetaka tersebut adalah membangun kembali hablum minallah dan hablum minannas.

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah SWT. Namun dalam
pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir
At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah.

Maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan
bagi mereka di dunia dan di akhirat” Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk
membangun hubungan kita kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan
hak-hak Allah, dan apakah hak-hak Allah SWT itu?

Hak-hak Allah SWT ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain
serta menjalankan syariat Allah SWT. Misalnya: sholat, puasa dan sebagainya.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain
kita mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang menyebutkan tentang perintah


mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan hablum minannallah namun diiringi juga
dengan hablum minannas, antara lain.
َ‫صالتِ ِه ْم دَائِ ُمون‬َ ‫صلِّينَ الَّ ِذينَ هُ ْم َعلَى‬ َ ‫ق هَلُوعًا إِ َذا َم َّسهُ ال َّشرُّ َج ُزوعًا َوإِ َذا َم َّسهُ ْال َخ ْي ُر َمنُوعًا إِاَّل ْال ُم‬
َ ِ‫إِ َّن ا ِإلن َسانَ ُخل‬
ِ ‫ق َّم ْعلُو ٌم لِّلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ ر‬
‫ُوم‬ ٌّ ‫َوالَّ ِذينَ فِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح‬

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir (21), Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya (23), Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu (24), Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-
apa (yang tidak mau meminta)” (QS. Al-Ma’arij: 19-25)

Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir
itu telah menjadi sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak
memiliki harta kita sering berkeluh kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta
kita sering lebih cenderung untuk kikir.

Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat kita hindari? Allah SWT
menyebutkan paling tidak ada dua jalan, pertama, mengerjakan sembahyang (hablum
minallah) secara kontinyu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki
terkandung bagian tertentu untuk fakir miskin (hablum minannas).

Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج‬
ِ ‫وا بِ ِه َش ْيئًا َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكي ِن َو ْال َج‬
ْ ‫ُوا هَّللا َ َوالَ تُ ْش ِر ُك‬
ْ ‫َوا ْعبُد‬
‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم إِ َّن هَّللا َ الَ ي ُِحبُّ َمن َكانَ ُم ْختَاالً فَ ُخورًا‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬
ِ ‫ب بِال َجن‬
ِ ‫َوالصَّا ِح‬

“Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.


dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa: 36)

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah


Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah SWT (hablum
minallah) yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada
Allah SWT dengan cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Akhlak terhadap sesama manusia (hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah
berbuat baik kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan
dan hamba sahaya.

Selanjutnya Allah SWT menutup ayat di atas dengan kalimat: “Sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
Dengan maksud agar kita tidak sombong kepada orang tua, karena ada saat dimana kita
juga pasti akan menjadi tua.

Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan menjadi yatim.

Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan menjadi miskin
secara tiba-tiba.

Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama memberikan
pertolongan kepada kita saat kita mengalami kesulitan.

Jangan sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya.

Jangan sombong kepada musaffir karena ada saat dimana kitapun akan menjadi musafir
dan jangan sombong kepada pembantu rumah tangga karena mereka besar bantuannya
kepada kita meskipun tidak besar upah yang kita berikan.

Dalam surat Al-Ma’un ayat 1-7 Allah SWT berfirman


َ ‫ين فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم‬
َ ‫صلِّينَ الَّ ِذينَ هُ ْم عَن‬
‫صالتِ ِه ْم‬ ِ ‫ك الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم َوال يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِك‬
َ ِ‫أَ َرأَيْتَ الَّ ِذي يُ َك ِّذبُ بِالدِّي ِن فَ َذل‬
َ‫َساهُونَ الَّ ِذينَ هُ ْم يُ َرا ُؤونَ َويَ ْمنَعُونَ ْال َما ُعون‬

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik
anak yatim(2), Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya (5), Orang-orang yang berbuat riya (6), Dan enggan (menolong dengan) barang
berguna (7)”

Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas mengaitkan antara agama dengan
keberpihakan kepada kaum dhuafa. Seseorang dikategorikan mendustakan agama
manakala ia mengabaikan anak yatim dan orang miskin.

Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah SWT menggunakan pertanyaan, tapi bukan berarti
Allah SWT bertanya karena tidak tahu. Menurut para mufassir hal itu dimaksudkan untuk
menggugah hati pendengarnya agar memberikan perhatian lebih kepada ayat selanjutnya.

Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu mementingkan
aspek ibadah mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan ibadah sosial, seperti
memperhatikan nasib-nasib orang lemah. Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu
adalah merupakan gabungan antara habluminallah dan hablum minannas, gabungan
antara hubungan vertikal dan horizontal.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara
seorang hamba dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup
tanpa terus menerus menjaga hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan
shalat sebagai rukun Islam yang kedua.
Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan kepasrahan kita kepada Allah
SWT. Kemudian ketaatan tesebut dibuktikan dengan mengerjakan amaliah sosial yaitu
zakat sebagai rukun Islam ke-3.

Kemudian dalam rukun Islam yang ke-4 yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum
sebagai pelajaran bagi kita untuk dapat merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang
tidak bisa makan dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah SWT akan
berfirman,

“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku
makan.” Si hamba bertanya, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu
makan sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman,
“tidakkah kau tahu bahwa hamba-Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau
tidak memberinya makan? Tidakkah engkau tahu bahwa jika engkau memberinya makan,
niscaya engkau akan menemukan itu disisi-Ku”.

“Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberi-Ku
minum.” si hamba menjawab, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu
minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman, “hamba-
Ku si fulan meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberinya minum. Padahal
jika engkau memberinya minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku”.

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena
sosial. Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan
pertolongan kita baik berupa makanan, minuman, dll ataukah kita termasuk orang yang
terlena dengan gemerlap dunia sehingga melupakan hal itu?

Amat banyak kehidupan orang lain di sekitar kita yang tidak memiliki kehidupan
seberuntung kita. Seburuk apapun kondisi kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih
buruk dibandingkan dengan kehidupan kita sekarang.
‫‪Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di Palestina sana, mereka sedang‬‬
‫‪membutuhkan bantuan kemanusiaan dari seluruh umat Islam dunia, tak terkecuali‬‬
‫‪bantuan kita umat Islam indonesia.‬‬

‫‪Cukupklah ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati kita untuk peduli‬‬
‫‪terhadap saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.‬‬

‫بَا َر َكاهللُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي القُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم‪َ ,‬ونَفَ َعنِ ْي َوإِيَا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اآليَا ِ‬
‫ت َو ال ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ إنَّهُ ه َُو‬
‫‪.‬ال َغفُوْ ُر َ‬
‫الر ِح ْي ُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ض َّل لَهُ َو َم ْن‬ ‫ت أَ ْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِ¶د هللاُ فَالَ ُم ِ‬ ‫إِ َّن ْال َح ْم َد هللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ¶ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيِّئَا ِ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ‫ي لَهُ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ‪َ ،‬وأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َ‬ ‫يُّضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬أَللَّهُ َّم َ‬
‫صلَّونَ َعلَى الَّنِ ْب ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا َ‬ ‫تَ ْسلِ ًما‪ .‬أَ َّما بَ ْعدُ‪ :‬إِ َّن هللاَ َو َمالئِ َكتَهُ¶ يُ َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬ك َما‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِهي َم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫َو َعلَى ِ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ ‫‪.‬بَا َر ْكتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم إِنَّ َ‬

‫ت‪ ،‬اَألَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ِ‬


‫ت‬ ‫‪.‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬

‫ان َوالَ تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغالًّ لِلَّ ِذ ْينَ آ َمنُ ْ‬
‫وا َربَّنَا ِإنَّ ّ‬
‫ك َر ُؤوْ فُ ر ِ‬
‫َّح ْي ٌم‬ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا بِا ِإل ْي َم ِ‬

‫ك ِع ْل ًما نًافِعًا َو ِر ْزقًا طَيِّبًا َو َع َمالً ُمتَقَبِالً‬


‫ق َوأَ ْنتَ َخ ْي ُر ْالفَاتِ ِح ْينَ ‪ .‬اَللَّهُ َّم إِنَّا نَسْأَلُ َ‬
‫اَللَّهُ َّم ا ْفتَحْ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَ قَوْ ِمنَا بِ ْال َح ِّ‬

‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬


‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ِ‬

‫ان إِلَى يِوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس ٍ‬ ‫َو َ‬
Read more https://www.tongkronganislami.net/edisi-5-khutbah-jumat-terbaru-hablum-
minallah-wa-hablum-minannas/

You might also like